ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP SANKSI PIDANA HACKER MILIK PT TELKOMSEL DALAM UU NO.11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PURWOKERTO NOMOR : 133 / Pid.B / 2012 / PN. Pwk
SKRIPSI
Oleh:
Didin Agustiorini
NIM. C03211010
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam Prodi Siyasah Jinayah
SURABAYA
ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP SANKSI PIDANA HACKER MILIK PT TELKOMSEL DALAM UU NO.11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PURWOKERTO NOMOR : 133 / Pid.B / 2012 / PN. Pwk
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syari'ah dan Hukum
Oleh:
Didin Agustiorini
NIM. C03211010
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam Prodi Siyasah Jinayah
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Analisis Fiqh Jinayah Terhadap Sanksi Pidana Hacker Milik PT Telkomsel Dalam UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) (Studi Putusan Nomor : 133 / Pid.B / 2012 / PN.Pwk)”, adalah hasil penelitian kepustakaan untuk menjawab pertanyaan: 1. bagaimana pertimbangan hukum hakim pengadilan negeri purwokerto terhadap putusan nomor: 133/pid.b/2012/pn.pwk tentang sanksi pidana dalam uu no 11 tahun 2008 tentang ite milik pt telkomsel? 2. bagaimana analisis fiqh jinayah pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Purwokerto terhadap putusan nomor: 133/pid.b/2012/pn.pwk tentang sanksi pidana hacker milik pt telkomsel?.
Data penelitian dihimpun melalui pencarian dan pengumpulan data melalui perpustakaan (library research) yang dianalisis dengan menggunakan metode normatif. Dalam hal ini penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi tentang sanksi pidana Hacker. Pola pikir yang digunakan adalah deduktif. Dalam kaitannya dengan penelitian normatif disini digunakan pendekatan, yaitu pendekatan perundang-undangan.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sanksi pidana dalam Pasal 51 ayat (2) jo pasal 36 jo pasal 30 ayat (1) (2) (3) jo pasal 32 ayat (2) jo pasal 34 ayat (1)b uu no 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik jo pasal 55 ayat (1) ke-1 kuhp karena mengandung unsur hacking. Bentuk hukumannya adalah pidana penjara selama 5 tahun dan denda sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan apabila denda tidak dibayar maka akan diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan. Sedangkan dalam fiqh jinayah, hukuman yang
termasuk dalam jarimah ini adalah jarimah ta’zir yaitu hukuman yang berkaitan dengan kemerdekaan al-habsu (penjara).
Dari kajian di atas penulis merekomendasikan agar undang-undang informasi dan transaksi elektronik ditegakkan dengan tepat. Para penegak hukum harus menerapkan hukuman sesuai dengan peraturan dalam undang-undang.
Kurangnya pemahaman pengadilan dalam memahami persoalan hacking
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ……….….. i
PERNYATAAN KEASLIAN ……….…. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….…... iii
PENGESAHAN ……….... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ………... vi
DAFTAR ISI ………..…...… viii
DAFTAR TRANSLITERASI ……….…….. xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….……...1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ……….……...9
C. Rumusan Masalah ………...…...9
D. Kajian Pustaka ……….………...10
E. Tujuan Penelitian ………...……....……….……....12
F. Kegunaan Hasil Penelitian ...…...………...…..……...12
G. Definisi Operasional ………....……...13
H. Metode Penelitian ………....………...…...14
I. Sistematika Pembahasan ………..…...17
BAB II TEORI FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA HACKER A. Hukum Pidana Islam ………...……... ...19
1. Pengertian...19
2. Macam-Macam...19
3. Unsur-Unsur...21
B. Tindak Pidana Hacker...………...22
1. Pengertian Hacker...22
3. Unsur-Unsur Hacker...23 4. Sanksi Pidana
Hacker...24
BAB III DESKRIPSI PUTUSAN PENGADILAN PURWOKERTO
PUTUSAN NOMOR : 133/PID.B/2012/PN.PWK TENTANG SANKSI PIDANA HACKER DALAM UU NO 11 TAHUN 2008 (ITE) MILIK PT TELKOMSEL
A. Deskripsi Kasus ...…………..………34
1. Posisi Kasus ..……….…... 34
2. Keterangan Saksi ……….….. 43
B. Pertimbangan Hukum Hakim Pengadilan Negeri Purwokerto
No: 133/Pid.B/2012/PN.Pwk Tentang sanksi pidana
Hacker ……...74
1. Landasan dan Pertimbangan Hukum Hakim Pengadilan
Negeri Purwokerto………....74
2. Amar Putusan ..…...75
BAB IV DASAR PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PURWOKERTO DALAM PUTUSAN NOMOR : 133/PID.B/2012/PN.PWK TENTANG SANKSI PIDANA HACKER
1. Analisis Dasar Pertimbangan Hukum Hakim Terhadap
Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto
No:133/Pid.B/2012/PN.Pwk Tentang sanksi Pidana Hacker
Menurut UU No 11 Tahun 2008
(ITE)... ………...…... 77
1. Analisis Fiqh Jinayah Dasar Pertimbangan Hukum Hakim
Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto
No:133/Pid.B/2012/PN.Pwk Tentang sanksi Pidana Hacker
Ditinjau dari UU No 11 Tahun 2008 Tentang
ITE... 80
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ………..………...…...86
DAFTAR PUSTAKA ……….…...……...89
DAFTAR TRANSLITERASI
Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut :
A. Konsonan
No Arab Indonesia No Arab Indonesia
1. ا ‘ ط ṭ
2. ب B ظ ẓ
3. ت T ع ‘
4. ث Th غ Gh
5. ج J ؼ F
6. ح ḥ ؽ Q
7. خ Kh ؾ K
8. د D ؿ L
9. ذ Dh ـ M
10. ر R ف N
11. ز Z ك W
12. س S ق H
13. ش Sh ء ’
14. ص ṣ ي Y
15. ض ḍ
Sumber: kate L. Turabian. A Manual of Writers of Term Papers, Disertations (Chicago and London: The University of Chicago Press, 1987).
B. Vokal
1. Vokal Tunggal (monoftong)
Tanda dan Huruf Arab Nama Indonesia
َ fatḥah A
َ Kasrah I
Catatan: Khusus untuk hamzah, penggunaan apostrof hanya berlaku jika hamzah berḥarakat sukun atau didahului oleh huruf berḥarakat sukun. Contoh: iqtiḍā’ (ءاضتقا)
2. Vocal Rangkap (diftong)
Tanda dan Huruf
Arab Nama Indonesia Ket.
يػػَػػػػػ fatḥah dan ya’ ay a dan y
وػػػَػػػػػ fatḥah dan wawu aw a dan w
Contoh : bayna ( نيب)
: mawḍū‘ ( عوضوم )
3. Vocal Panjang (mad)
Tanda dan
Huruf Arab Nama Indonesia Keterangan
اػػػػَػػػػػػ fatḥah dan alif ā a dan garis di atas
يػػػِػػػػػػػ Kasrah dan ya’ ī i dan garis di atas
وػػػُػػػػػػػ Dammah dan wawu ū u dan garis di atas
Contoh : al-jamā‘ah ( ةعامجلا )
: takhyīr ( ربيخت )
: yadūru ( رودي )
C. Tā’ Marbūṭah
Transliterasi untuk tā’ marbut}ah ada dua :
1. Jika hidup (menjadi muḍāf) transliterasinya adalah t.
2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h. Contoh : sharī’at al-Islām (ماساا ةعيرش)
: sharī‘ah islāmīyah (ةيماسءا ةعيرش)
D. Penulisan Huruf Kapital
Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau kalimat
penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial letter) untuk nama
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan Teknologi sudah mulai berkembang pesat dan perkembangan
teknologi tidak dapat dipisahkan dari kemajuan teknologi informasi. Bila
menelaah tentang kemajuan Teknologi informasi di zaman sekarang, maka tidak
dapat dipisahkan dari perkembangan Teknologi yaitu internet. Internet
merupakan penemuan yang mengagumkan merupakan awal dari pencapaian yang
telah manusia rasakan untuk saat ini1 . Karena internet sudah menjadi kebutuhan
untuk mencari informasi, dapat di akses kapan pun dan tanpa batas (Bordeless).
Dimana semua orang berhak menggunakan dan mengakses informasi
seluas-luasnya, tidak hanya dari kalangan pelajar, mahasiswa, orang kantoran saja
bahkan untuk ibu rumah tangga, pedagang dan sebagainya, juga bisa
menggunakannya. Internet berperan besar untuk kehidupan manusia saat ini,
karena hampir segala informasi dapat di akses melalui internet. Dari internet kita
dapat mengakses hal apapun seperti ilmu pengetahuan, info berita, menu
masakan dan sebagainya. Kemajuan teknologi informasi khususnya internet
menimbulkan dampak positif bagi kemajuan hidup manusia. Di balik kemudahan
yang ditawarkan oleh internet ternyata memiliki sisi gelap.Seperti pada contoh
kasus Ahmad Hanafi.Yang awalnya pada sekitar bulan Juni 2011 diajak oleh
Fachrizal Ahmad Sumardjo Alias Rizal Dua Gebe/Rizal 2GB (terdakwa yang
diajukan dalam penuntutan terpisah) untuk pentest (Penetration Test) server
Telkomsel. Adapun tugas terdakwa adalah memilah data-data yang biasa
dipergunakan dan dimanfaatkan untuk mencari internet gratis, mencari perintah
untuk pengisian pulsa serta menjual pulsa. Terdakwa selanjutnya diberi akses
berupa internet gratis melalui VPN (Virtual Private Network) yang langsung
menuju server OVO milik PT Telkomsel dan setelah Fachrizal Ahmad Sumardjo
Alias Rizal Dua Gebe/ Rizal 2GB menemukan URL (Uniform Resource
Locator) Recharge untuk pengisian pulsa secara illegal, kemudian oleh terdakwa
digunakan untuk melakukan pengetesan melalui browser internet. Terdakwa
selanjutnya tanpa persetujuan PT Telkomsel dengan memakai peralatan PC
(Personal Computer ) rakitan, Harddisk External, kartu AS Telkomsel sebagai
modem, Laptop Merk DELL berhasil masuk ke jaringan internal PT Telkomsel
dengan mengunakan koneksi APN MMS melakukan tunnelling koneksi ke server
F5 (BigIP) kemudian menuju ke server OVO dan selanjutnya terdakwa dapat
melakukan koneksi ke seluruh server milik PT Telkomsel. Berdasarkan Berita
Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Bukti Digital No.Lab :
14/I/2012/Cyber tanggal 2 Pebruari 2012 yang dilakukan oleh Aditya Cahya
S.S.Kom, dari peralatan yang dipergunakan oleh terdakwa diperoleh hasil bahwa
terdakwa telah menguasai beberapa dokumen/informasi elektronik milik PT
Telkomsel yang bersifat rahasia diantaranya dokumen/informasi elektronik user
VOC atau Vasconfig.xlsx, dokumen/informasi elektronik Smaf Server
Terdakwa berhasil masuk ke beberapa server PT Telkomsel untuk dapat
terhubung pada server regae dan URP (Universal Recharge Platform) dan
berhasil melakukan pengisian pulsa milik PT Telkomsel tanpa harus melakukan
pembayaran kepada PT Telkomsel. Selanjutnya Terdakwa dengan mengunakan
beberapa pesawat handphone, beberapa modem dan beberapa simcard telkomsel.
Dengan kejahatan yang dilakukan oleh terdakwa tersebut bisa di kategorikan
kejahatan cyber crime.
Menurut Kepolisian Inggris, Cyber Crime adalah segala macam
penggunaan jaringan komputer untuk tujuan kriminal dan atau kriminal
berteknologi tinggi dengan menyalahgunakan kemudahan teknologi digital.2
Kejahatan dunia maya merupakan istilah yang mengacu kepada aktivitas
kejahatan dengan komputer atau jaringan menjadi alat, sasaran, atau tempat
terjadinya kejahatan. Termasuk ke dalam kejahtan dunia maya, anatara lain
adalah penipuan online, pemalsuan cek, penipuan kartu kredit/carding,
confidance fraud, penipuan identitas, pornografi anak, dan sebagainya. Namun
istilah ini juga digunakan untuk kegiatan kejahatan tradisional di mana komputer
atau jaringan komputer digunakan untuk mempermudah atau memungkinkan
kejahatan itu terjadi.
Indra Safitri mengemukakan bahwa kejahatan dunia maya adalah jenis
kejahatan yang berkaitan dengan pemanfaatan sebuah teknologi informasi tanpa
batas serta memiliki karakteristik yang kuat dengan sebuah rekayasa teknologi
2
yang mengandalakan kepada tingkat keamanan yang tinggi dan kredabilitas dari
sebuah informasi yang disampaikan dan diakses oleh pelanggan internet.3
Hacking adalah salah satu bentuk kejahatan komputer yang sering di
temukan adalah hacking atau cracking. Kejahatan ini dapat dilakukan dari dalam
dan luar negeri. Hacking adalah salah satu kegiatan yang bersifat negatif,
meskipun pada awalnya memiliki tuduhan yang mulia yaitu untuk memperbaiki
sistem keamanan yang telah di bangun dan memperkuatnya, tetapi dalam
perkembangannya hacking digunakan untuk keperluan-keperluan lain yang
bersifat merugikan. Dalam perkembangannya dengan di undangkannya UU ITE
maka perbuatan hacking di atur dalam pasal 30 yang menentukan :4
a. Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses komputer dan/atau Sistem Eletronik milik orang lain dengan cara
apapun.
b. Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses komputer dan atau Sistem Elektronik dengan cara apapun
dengan tujuan untuk memperoleh informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik.
c. Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
dengan melanggar, menerobos, melampaui, dan menjebol sistem
keamanan.
3Indra Safitri, “ Tindak Pidana di Dunia Cyber” dalam insider, Legal Journal From Indonesian Capital &
Investmen M arket.,dalam http://business.fortunecity.com/buffet/842/art18099_tindakpidana.htm.
4
Adapun sanksi yang di kenakan dari perbuatan hacking ini di atur dalam pasal 46,
dimana menentukan :
a. Setiap orang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 30
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6(enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah)
b. Setiap orang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 30
ayat (2) di pidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 700.000.000,00 ( tujuh ratus juta
rupiah).
c. Setiap orang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 30
ayat (3) dipidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau
[image:17.596.138.515.183.759.2]denda paling banyak Rp 800.000.000,00.
Tabel Kasus Hacking
NO KASUS HACKING
1 Pada tahun 1983,pertama kalinya FBI menangkap kelompok kriminal
komputer The 414s (414 merupakan kode area lokal mereka) yang berbasis di Milmaukee AS. Kelompok yang yang kemudian disebut hacker tersebut melakukan pembobolan 60 buah komputer, dari komputer milik Pusat Kanker Memorial Sloan-Kettering hingga komputer milik Laboratorium Nasioanal Los Alamos. Salah seorang dari antara pelaku tersebut mendapatkan kekebalan karena testimonialnya, sedangkan 5 pelaku lainnya mendapatkan hukuman masa percobaan
2 Digigumi (grup digital) adalah sebuah kelompok yang mengkhususkan
diri bergerak dalam bidang game dan komputer dengan menggunakan teknik hexademical untuk mengubah teks yang terdapat di dalam game. Contohnya game chrono trigger berbahasa inggris dapat diubah menjadi bahasa Indinesia, oleh karena itu, status digigumi adalah hacker, namun bukan sebagai perusak.
3 Pada hari sabtu,17 april 2004, Dani Firmansyah, konsultan Teknologi
Informasi PT Danareksa di Jakarta berhasil membobol situs milik KPU di
menjadi nama-nama unik, seperti partai kolor ijo, partai mbah jambon, partai jambu, dan lain sebagainya. Dani menggunakan teknik SQL Injection(pada dasarnya teknik tersebut adalah dengan cara mengetikkan string atau perintah tertentu di address bar browser) untuk menjebol situs KPU. Kemudian Dani tertangkap pada hari kamis, 22 april 2004.
Bisa diketahui bahwa kalau dilihat perspektif hukum pidana islam (fiqh
jinayah), cyber crime paling tidak terbagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai
berikut.
1. Kasus carding di mana pelaku mencuri nomor kartu kredit pemiki orang
lain walaupun tidak secara fisik karena hanya nomor kartunya yang
diambil dengan menggunakan software card generator di Internet untuk
melakukan transaksi di-e-commerce. Selanjutnya, kasus permainan judi
secara online di internet
2. Masalah penipuan di website, kasus pengancaman dan pemerasan melalui
e-mail, pencemaran nama baik dengan menggunakan media internet
seperti e-mail, mailing list, penyebaran pornografi di website, penyebaran
foto atau film pribadi yang vulgar di internet, kasus deface atau hacking
yang membuat sistem milik orang tidak berfungsi. Dalam kasus ini bisa
kategorikan pada jarimah ta’zir. Dari berbagai paparan di atas, maka
dapat di pahami bahwa kejahatan apapun bentuknya, baik konvesional
maupun kejahatan yang dilakukan melaui media internet atau cyber crime
tidak akan lepas dari hukuman, karena mengganggu ketertiban umum
yang sangat dipelihara oleh islam. Seiring dengan itu di dalam hukum
positif dikenal dengan adagium ‚ ( aut punere aut de dere, nullum crimen
Dengan demikian , cyber crime atau kejahatan dunia maya masuk dalam
ranah jarimah ta;zir bukan jarimah qishash dan hudud. Sebab bisa dipastikan
bahwa di zaman Rasulullah belum diketemukan teknologi komputer dan internet
seperti zaman ini. Maka dari itu tidak ada satu ayat atau hadis pun yang
menyebutkan secara eksplisit eksistensi kejahatan dunia maya seperti yang ada di
zaman sekarang ini.
Jarimah ta’zir adalah kejahatan-kejahatan yang bentuknya yang
ditentukan oleh Ulul Amri tetapi sesuai atau tidak bertentangan dengan
nilai-nilai, prinsip-prinsip dan tujuan syariah, seperti peraturan lalu lintas
pemeliharaan lingkungan hidup dan memberi sanksi kepada aparat pemerintah
yang tidak disiplin. Hukuman ta’zir ialah hukuman yang dijatuhkan atas jarimah
-jarimah yang tidak dijatuhi hukuman yang telah ditentukan oleh hukum syariat,
yaitu jarimah-jarimah hudud dan qiyas-diyat. Hukuman-hukuman tersebut
banyak jumlahnya, yang mulai dari hukuman yang paling ringan samapai paling
terberat. Hakim diberi wewenang untuk memilih di antara hukuman-hukuman
tersebut, yaitu hukuman yang sesuai dengan keadaan jarimah serta diri
pembuatnya.5
Pada penelitian ini, penulis memfokuskan pembahasan dalam satu
aktivitas dalam dunia maya yaitu hacking/hacker jika di artikan secara sempit
yaitu mengakses atau menyusup ke sistem komputer dan sistem elektronik tanpa
hak.Hacking sebagai sebuah bentuk telah ada dan berkembang bersama
perkembangan teknologi komputer dan internet. Kemajuan teknologi komputer
5
dan internet saat ini tidak akan lepas dari Hacking. Sebab awal mulanya hacking
merupakan suatu bentuk kegiatan seorang hacker (pelaku hacking biasa disebut
hacker) untuk meningkatkan performa, menguji sistem atau mencari bug suatu
program komputer dan internet.
Oleh karena itu, hacker diperlukan dengan mengoprek, mengubah-ubah,
bongkar-pasang sistem, software atau hardware komputer yang telah dimiliki.
Lebih jauh, ternyata budaya hacking di kalangan geek (sebutan orang bagi
penggila teknologi) ini memberikan manfaat, sebab dengan hacking dapat
diketahui kelemahan sistem atau produk software maupun hardware. Sehingga
tidak heran jika pengusaha besar komputer mulai melirik orang-orang yang
memiki keahlian hacking untuk direkrut. Merekrut hacker bukan tanpa tujuan,
melainkan untuk menguji sistem, meningkatkan kwalitas produk dan lain
sebagainya dari perusahaan bersangkutan. Inilah sejarah awal munculnya
sekolah-sekolah hacker.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, hacker bisa berbentuk invidual
atau komunitas yang terorganisir. Lambat laun, dengan semakin berkembangnya
teknologi komputer dan internet semakin mudah orang mempelajari teknologi
informasi, memberi dampak munculnya hacker-hacker baru yang tidak boleh
diremehkan keahliannya, walaupun sebagian besar hacker belajar secara
otodidak.
Dari sekian hacker, tidak semuanya memiliki niat mulia, ada yang
menyertakan kode-kode berbahaya pada suatu software, menyusup ke sistem
sinilah awal mula bencana, komputer yang dihubungkan oleh internet (jaringan
yang terhubung secara global).
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang muncul adalah :
a. Analisis fiqh jinayah terhadap sanksi pidana hacking menurut UU No 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (ITE).
b. Penetapan sanksi pidana hacking UU No 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (ITE).
c. Pertimbangan Hakim dalam Putusan No.133 / Pid. B / 2012 / PN. Pwk.
2. Batasan Masalah
a. Pertimbangan Hakim dalam Putusan No.133 / Pid. B / 2012 / PN. Pwk
tentang sanksi pidana hacker milik PT Telkomsel?
b. Bagaimana analisis Fiqh Jinayah terhadap sanksi pidana hacker dalam
UU no 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE) terhadap Putusan No.133 / Pid. B / 2012 / PN. Pwk?
3. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana dasar hukum Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri
Tentang sanksi pidana dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE
milik PT TELKOMSEL ?
2. Bagaimana analisis Fiqh Jinayah terhadap dasar hukum Pertimbangan
Hakim Pengadilan Negeri Purwokerto Terhadap Putusan No. 133 / Pid.
B / 2012 / PN. Pwk Tentang sanksi pidana Hacker milik PT
TELKOMSEL ?
4. Kajian Pustaka
Dari hasil telaah kajian pustakaan terhadap hasil penelitian sebelumnnya,
penulis tidak menjumpai judul penelitian sebelumnya yang sama yang
dilakukan oleh mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Tetapi penulis
mendapatkan beberapa hasil penelitian yang sedikit memiliki relevansi
terhadap penelitian yang akan penulis lakukan, sebagai berikut:
Pertama ialah yang dilakukan oleh Desi Tri Astutik mahasiswi fakultas
Syari’ah program studi Siyasah Jinayah IAIN Sunan Ampel dalam
skripsinya yang berjudul ‚Tindak Pidana Kejahatan Dunia Mayantara
(CyberCrime) Dalam Perspektif Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik dan Fiqih Jinayah‛. Penelitian ini
dilakukan pada tahun 2008. Didalam skripsinya memaparkan tentang
cybercrime pada dasarnya merupakan kejahatan dunia mayantara yang
dilakukandengan melalui jaringan internet dengan menggunakan fasilitas
komputer. Dalam perspektif hukum pidana Islam (Fiqh Jinayah) pemberlakuan
pelaku kejahatan dunia mayantara (cyber crime), karena di dalam
undang-undang tersebut telah memenuhi unsur-unsur yang ada dalam aturan Fiqh
Jinayah.Adapun unsur-unsur tersebut yaitu unsur umum yang terdiri
dari (unsur formil, unsur materil, dan unsur moral) dan unsur khusus.
Penerapan sanksi yang diberikan kepada pelaku cyber crime yaitu
dikenakan sanksi ta’zir,dimana sanksi ta’zir meripakan hukuman yang
diserahkan kepada Ulil Amri dengan tujuan memberikan rasa jera kepada
pelaku jarimah.6
Yang kedua ialah oleh khairul anam mahasiswa UIN Sunan Kalijaga,
dalam skripsinya yang berjudul ‚Hacking menurut Perspektif Hukum Positif
dan Hukum Islam‛Penelitian ini dilakukan pada tahun 2009. Didalam
skripsinya memaparkan tentang hacking tidak bisa dikategorikan
kegiatan terlarang, meskipun memiliki sisi negatif. Dalam hal ini, UU
ITE harus merubah perspektif atau lebih tepatnya perlu merombak
pasal-pasal yang menentukan kegiatan hacking (termasuk penggunaan tool hacking)
harus melalui atau atas izin lembaga tertentu. Sedangkan hukum Islam lebih
fleksibel dalam melihat aktivitas hacking, yaitu, dengan tidak mengikat
hacker dalam melakukan hacking pada otoritas tertentu (lembaga
pemerintah), serta hacking dibolehkan untuk mencapai kemaslahatan yang
lebih besar (saddu az-zari ah). Mendasarkan pada hal tersebut sangat
6
Desi Tri Astutik,. ‚Tindak Pidana Kejahatan Dunia Mayantara (CyberCrime)Dalam Perspektif
mendesak bagi lembaga terkait untuk mengkaji pasal-pasal dalam UU
ITE yang terkait hacking karena sudah tidak relevan lagi. Sedangkan
dilihat dari segi studi hukum Islam sudah dapat dikatakan cukup relevan
dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Namun demikian
tetap perlu digalakkan kembali, penelitian terhadap bidang yang sama.
Agar hukum Islam dapat lebih menjawab permasalahan kontemporer
secara lebih komprehensif dan dapat dijadikan sebagai pembanding bagi
hukum positif.7
5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah antara lain:
1. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hukum Hakim Pengadilan Negeri
Purwokerto perkara tentang sanksi pidana Hacker milik PT Telkomsel dalam
Putusan Nomor: 133 / Pid. B / 2012 / PN. Pwk.
2. Untuk mengetahui pandangan Fiqh Jinayah dan UU ITE No 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terhadap putusan Pengadilan
Negeri Purwokerto perkara tentang sanksi pidana Hacker milik PT Telkomsel
dalam Putusan Nomor: 133 / Pid. B / 2012 / PN. Pwk.
6. Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan penelitian ini terdapat dua macam yaitu: 1. Secara Teoritis
7
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan penelitian terhadap hukum dan Hacker/Hacking, yang mampu memperkaya khazanah ilmu hukum.Selain itu, manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperluas cakupan tidak pidana atau jarimah dalam keilmuan hukum pidana Islam atau mengembangkan sistem hukuman dalam Hukum Pidana Islam.
2. Secara Praktis
Riset ini mampu memberikan solusi alternatif dalam memberikan hukuman yang sesuai bagi pelaku Hacker/Hackingyang mengakibatkan cacat fisik maupun gangguan kejiwaan terhadap korban hacker/hacking dan memberikan daya pencegahan hacker/hacking.
7. Definisi Operasional
Demi mendapatkan pemahaman dan gambaran yang jelas tentang judul dalam penulisan skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa unsur istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini, diantaranya:
1. Fiqh Jinayah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang mukallaf (orang yang dapat dibebani kewajiban), sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum yang terperinci dari Al-Qur‟an dan hadis. 8Dalam penulisan skripsi ini, fiqh jinayah diartikan hukum Islam yang memuat masalah-masalah kejahatan, pelanggaran yang dikerjakan manusia, dan hukuman yang
8
diancamkan kepada pelaku perbuatan tersebut. Dalam istilah ini berupa pendapat ulama tentang konsep uqūbah qisas dan diyat.
2. Sanksi Pidana Hacker dalam Pasal 30 ayat (1-3) yang tercantum dalam Undang-Undang ITE adalah Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
atau melawan hukum mengakses komputer dan/atau Sistem Eletronik
milik orang lain dengan cara apapun.Setiap orang dengan sengaja dan
tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer dan atau Sistem
Elektronik dengan cara apapun dengan tujuan untuk memperoleh
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik.Setiap orang dengan
sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan melanggar,
menerobos, melampaui, dan menjebol sistem keamanan.
8. Metode Penelitian
Penelitian ini dapat digolongkan dalam jenis penelitian kualitatif dengan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis dari dokumen, Undang-Undang dan artikel yang dapat ditelaah. Untuk mendapatkan hasil penelitian akurat dalam menjawab beberapa persoalan yang diangkat dalam penulisan ini, maka menggunakan metode:
A. Jenis penelitian
berfikir deduktif (cara berfikir dalam penarikan kesimpulan yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya umum yang sudah dibuktikan bahwa dia benar dan kesimpulan itu ditujukan untuk sesuatu yang sifatnya khusus). Dalam kaitannya dengan penelitian normatif disini akan digunakan beberapa pendekatan, yaitu pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konsep (conceptual approach).
B. Teknik pengumpulan data
Jenis penelitian ini adalah Library Research atau studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Melalui studi kepustakaan juga dapat diperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitian, ataupun penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Karena jenis penelitian ini adalah library research, maka pada tahap pengumpulan data menggunakan bahan-bahan pustaka tentang sanksi pidana Hacker yang relevan dan representatif.
Hukum Islam, kitab-kitab Fiqh Jinayah, dan Undang-Undang ITE No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, serta beberapa buku literatur tentang cyber crime (hacker) sebagai sumber Hukum Positifnya.
C. Data yang dikumpulkan
Agar dalam pembahasan skripsi ini nantinya bisa dipertanggungjawabkan dan relevan dengan permasalahan yang diangkat, data penelitian ini adalah tentang Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor: 133/Pid.B/2012/PN.Pwk.
D. Sumber data 1. Data primer
Sumber Data Primer : yaitu dokumen yang menguatkan konsep teori dari penulisan skripsi ini adalah dengan memakai dokumen putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor: 133/Pid.B/2012/PN.Pwk serta Undang-Undang ITE No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
2. Data sekunder
pengetahuan, ensiklopedia, artikel-artikel hukum dan lain sebagainya Teknik pengumpulan data
C. Teknik Pengolahan Data
Penulis akan memaparkan dan mendeskripsikan semua data yang penulis dapatkan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Organizing: Suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan penelitian.9
b. Editing : Kegiatan memperbaiki kualitas data (mentah) serta menghilangkan keraguan akan kebenaran/ketepatan data tersebut.10
c. Coding : Mengklasifikasi data-data. Maksudnya data-data yang telah diedit tersebut diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat analisis.11
D.Teknik Analisis Data
Penulisan ini menggunakan teknik deskriptif, yaitu membuat deskripsi, gambaran, atau menjelaskan secara sistematis atas data yang berhasil dihimpun terkait dengan pembahasan.. Metode yang digunakan dalam menganalisis data
dalam skripsi ini menggunakan metode deduktif, yaitu data-data yang
diperoleh secara umum yang kemudian dianalisis untuk disimpulkan secara
khusus.12
9. Sistematika Pembahasan 9
Sonny Sumarsono, “Metode Riset Sumber Daya Manusia”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 66. 10
Ibid., 97. 11
Ibid., 99.
12
Secara keseluruhan, skripsi ini secara sistematis terbagi menjadi lima bab:
Bab Pertama pendahuluan yang berisi gambaran umum yang
berfungsi sebagai pengantar dalam memahami pembahasan bab berikutnya.
Bab ini memuat pola dasar penulisan skripsi, untuk apa dan mengapa
penelitian ini dilakukan. Oleh karena itu, pada Bab I ini pada dasarnya
memuat sistematika pembahasan yang meliputi : latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian,
dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua Berisi tentang kerangka teoritis secara umum sebagai
penyorot terhadap obyek bahasan yang didalamnya: sekilas tentang hukum pidana islam, unsur-unsur dalam islam, macam-macam hukuman, tindak pidana hacker, hacker menurut hukum islam dan sanksi pidana hacker dalam fiqh jinayah.
Bab Ketiga Membahas tentang putusan Pengadilan Negeri
Purwokerto Nomor: 133/Pid.B/2012/PN.Pwk tentang sanksi pidana hacker
milik PT Telkomsel
Bab Keempat Berisi ‘’Analisis terhadap Putusan Pengadilan Negeri
Purwokerto Nomor: 133 / Pid. B / 2012 / PN. Pwk tentang sanksi pidana
hacker milik PT Telkomsel menurut fiqh jinayah.
Bab Kelima Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan
hasil penelitian dan saran yang diberikan oleh penulis.
BAB II
Teori Fiqh Jinayah Terhadap Pidana Hacker
A. Tindak Pidana Islam 1. Pengertian
Hukum pidana islam (jinayah) adalah perbuatan yang dilakukan
oleh syara‟, baik perbuatan itu mengenai (merugikan) jiwa atau harta
benda ataupun yang lain.13 Para fuqaha sering memakai kata “jinayah”
untuk “jarimah”, namun kebanyakan fuqaha memakai kata “jinayah”
hanya untuk perbuatan yang mengenai jiwa atau orang atau anggota badan, seperti membunuh, melukai, memukul dan lainnya. Sedangkan jarimah adalah larangan-larangan syara‟ yang diancamkan oleh Allah
dengan hukuman had atau ta‟zir.14
Yang dimaksud dengan
larangan-larangan syara‟ ialah larangan-larangan-larangan yang harus datang dari
ketentuan-ketentuan (nas-nas) syara‟, dan perbuatan atau tidak berbuat baru dianggap sebagai jarimah apabila diancamkan hukuman terhadapnya, misaknya larangan untuk membunuh seseorang. Hal ini
sejalan dengan salah satu aturan pokok dalam syari‟at islam yaitu aturan
yang berbunyi :” sebelum ada nas (ketentuan), tidak ada hukum bagi
perbuatan orang-orang berakal sehat.15 2. Macam-macam
13
Ahmad hanafi, Asas -Asas Hukum Pidana Islam, h.1
14
Ibid, h.1
15
Kejahatan (jarimah/jinayat) dalam hukum islam didenifisikan sebagai larangan-larangan dalam hukum yang diberikan Allah, yang pelanggarannya membawa hukuman yang ditentukan-Nya.16 Larangan hukum berarti melakukan perbuatan yang dilarang atau tidak melakukan suatu perbuatan yang tidak diperintahkan. Dengan kata lain, melakukan (commission) atau tidak melakukan (ommission) suatu perbuatan yang
membawa kepada hukuman yang ditentukan oleh syari‟at adalah
kejahatan.17
Suatu perbuatan demikian dapat dikatakan sebagai perbuatan pidana apabila perbuatan tersebut mengandung larangan-larangan hukum yang diberikan Allah dan mengandung ancaman bagi para pelakunya. Adapun macam-macam jarimah yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Jarimah hudud
Ditinjau dari segi dominasi hak, terdapat dua jenis hudud yaitu sebagai berikut
a. Hudud yang termasuk hak Allah b. Hudud yang termasuk hak manusia
Menurut Abu Ya‟lah, hudud jenis pertama adalah semua jenis
sanksi yang wajib diberlakukan kepada pelaku karena ia meninggalkan semua hal yang diperintahkan, seperti shalat, puasa,
16
Topo sa toso, Membumikan Hukum Pidana islam: penegakan syariat dalam wacan dan agenda , h
17
zakat dan haji. Adapun hudud dalam kategori yang kedua adalah semua jenis sanksi yang diberlakukan kepada seseorang karena ia melanggar larangan Allah , seperti berzina, mencuri dan meminum khamar18 . Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua. Pertama, hudud merupakan hak Allah, seperti hudud atas jarimah zina, meminum minuman keras, pencurian, dan pemberontakan. Kedua, hudud yang merupakan hak manusia, seperti had qadzf dan qishas19. Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah, hudud terbagi menjadi atas tujuh, yaitu hudud atas jarimah zina, qadzf, meminum minuman keras, pemberontakan , murtad, pencurian dan perampokan.
2. Jarimah Qishas
Adapun arti qishas secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani yaitu mengenakan sebuah tindakan (sanksi hukum) kepada pelaku persis seperti tindakan yang dilakukan oleh pelaku tersebut (terhadap korban) 20. Sementara itu di dalam Al-Mu‟jam Al-Wasit, qishash diartikan dengan menjatuhkan sanksi hukum kepada pelaku tindak pidana sama persis dengan tindak pidana yang dilakukan, nyawa dengan nyawa dan anggota tubuh dibalas dengan anggota tubuh21. Dengan demikian nyawa pelaku pembunuhan dapat dihilangkan karena ia pernah menghilangkan nyawa korban atau
18
Abu Ya’lah, Al-Ahkam Al-Sultaniyah , Beiruth: Dar Al-Kutub Al -Ilmiyyah,1983), h 260.
19
Ibid, h.262.
20
Ali bin Muhammad Al -Jurja i, kitab Al-Ta’rifat , Jakarta: Dar Al-Hikmah), h. 176.
21
pelaku penganiayaan boleh dianiayah karena ia pernah menganiaya korban. Dalam fiqh jinayah, sanksi qishas ada dua macam, yaitu sebagai berikut:
1. Qishas karena melakukan jarimah pembunuhan. 2. Qishas karena melakukan jarimah penganiayaan.
Sanksi hukum qishas yangdiberlakukan terhadap pelaku pembunuhan sengaja (terencana) terdapat dalam firman Allah berikut.
178. Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh
Ayat ini berisi tentang hukuman qishas bagi pembunuh pasti diancam sanksi qishas. Segala sesuatunya harus diteliti secara mendalam mengenai motivasi, cara, faktor pendorong, dan teknis ketika melakukan jarimah pembunuhan ini. Ulama fiqh membedakan jarimah pembunuhan menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut 1. Pembunuhan sengaja.
2. Pembunuhan semi sengaja. 3. Pembunuhan tersalah.22
22
Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami, h. 10 ; Abu Ya‟la, Al-Ahkam Al-Sultaniyyah, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1983), h. 272-275 dan Qalyubi wa „Umairah, (Semarang: Toha Putera), jilid IV, h. 96-103; Nawani Bantani, Nihayah Zain fi Irsyad
Ketiga macam pembunuhan di atas disepakati oleh jumhur ulama, kecuali Imam Malik. Mengenai hal ini, Abdul Qadir Audah mengatakan perbedaan pendapat yang mendasar bahwa Imam Malik tidak megenal jenis pembunuhan semi sengaja, karena menurutnya di dalam Al-qur‟an hanya ada jenis pembunuhan sengaja dan tersalah. Barangsiapa menambah satu macam lagi, berarti menambah ketentuan nash.23
Dari ketiga jenis tindak pidana pembunuhan tersebut, sanksi hukuman qishash hanya berlaku pada pembunuhan jenis pertama, yaitu jenis pembunuhan sengaja. Nash yang mewajibkan hukuman qishash ini tidak hanya berdasarkan Al-Qu‟an, tetapi juga hadis Nabi dan tindakan para sahabat.
Ayat di atas mewajibkan hukuman qishash terhadap pelaku jarimah pembunuhan secara sengaja. Adapun dua jenis pembunuhan yang lainnya, sanksi hukumannya berupa diyat
3Jarimah ta’zir
Ta’zir menurut arti katanya adalah at-ta’dib artinya memberi
pengajaran. Dalam fiqih jinayah, tazir merupakan suatu bentuk
jarimah, yang bentuk atau macam jarimah serta hukuman jarimah
iniditentukan penguasa. Jadi jarimah ini sangat berbeda dengan
339-344: Ibnu Rusyd, Bidayah Al-Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtasid, ( Semarang:Toha Putera(, jilid II, h. 296-313; dan kitab-kitab fiqh lainnya, kecuali mazhab Maliki
23
jarimah hudud dan qishash diyat yang macam jarimah dan bentuk
hukumannya telah ditentukan oleh syara.24
Tidak ditentukan macam dan hukuman pada jarimah tazir sebab
jarimah ini berkaitan dengan perkembangan dan kemaslahatannya.
Seperti yang terjadi, kemaslahatan selalu berubah dan berkembang
dari satu waktu ke waktu lain. Oleh karena itu sesuatu dapat
dianggap kemaslahatan pada suatu masa, bias jadi tidak lagi
demikian pada waktu yang lain. Jadi suatu saat suatu perbuatan
dapat dianggap sebagai jarimah karena bertentangan dengan
kemaslahatan umum, tetapi di saat lain tidak dianggap jarimah
lagi karena kemaslahatan umum menghendaki demikian.
Sebagaimana dijelaskan bahwa bentuk lain dari ta‟zir adalah kejahatan yang bentuknya ulil-amri tetapi sesuai atau tidak bertentangan dengan nila-nilai, prinsip-prinsip dan tujuan syariah, seperti peraturan laulintas, pemeliharaan lingkungan hidup, dan memberi sanksi kepada aparat pemerintah yang tidak disiplin.25
Diserahkannya ta‟zir kepada kebijaksanaan ulil amri dimaksudkan
untuk memberi keluwesan dalam menanggapi kemajuan budaya manusia serta perkembangan teknologi super modern melalui ijtihad para faqih (fuqaha), sehingga hukum islam dapat responsif terhadap setiap perubahan. Yang dimaksud dengan ijtihad adalah mencurahkan daya dan
kemampuan intelektual untuk memperoleh jawaban hukum syara‟ dan
24 Rahmat Hakim, ‚hukum pidana islam‛, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), 30
25
dalil-dalilnya.26 Dengan demikian ijtihad berarti menyelidiki dalil-dalil hukum dan sumbernya yang resmi yaitu Al-Qur‟an dan hadist Rasullah SAW, kemudian menarik garis hukum dari masalah tertentu atau beberapa masalah.
3. Unsur-unsur
Dalam menetukan suatu perbuatan , termasuk kejahatan (jarimah/jinayah) atau tidak maka harus memenuhi unsur-unsur umum, antara lain:
a. Adanya nas yang melarang perbuatan dan mengancamkan hukuman
terhadapnya, disebut”unsur formil”. Adapun ayat yang berkaitan dalam
skripsi ini adalah Al-quran surat24, an-nur ayat 27
27. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian
itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.
b. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa
perbuatan-perbuatan nya atau sikap tidak berbuat, disebut”unsur material”.
26
c. Pembuat adalah orang mukallaf, yaitu orang yang dapat dimintai pertanggung jawaban terhadap jarimah yang diperbuatnya, disebut
“unsur moril”.27
Dengan demikian, ketiga unsur tersebut terdapat pada suatu perbuatan untuk digolongkan kepada kejahatan (jarimah-jinayah). Disamping itu, setiap kejahatan juga harus memenuhi unsur-unsur khusus untuk dapat
dikenakan hukuman, sperti unsur “pengambilan dengan diam-diam” bagi
kejahatan pencurian. B. Tindak pidana hacker
1. Pengertian hacker
Menurut Eric Raymond hacker didenifisikan sebagai progammer yang pandai, dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Suka belajar detail dari bahasa pemrogaman atau sistem b. Melakukan pemrogaman tidak Cuma berteori saja c. Bisa menghargai, menikmati hasil hacking orang lain d. Dapat secara cepat belajar pemrogaman
e. Ahli dalam bahasa pemrogaman tertentu atau sistem tertentu, seperti UNIX hacker.28
Menurut kamus bahasa Indonesia hacker disebut peretas adalah orang yang mempelajari, menganalisa dan selanjutnya bila menginginkan, bisa membuat, memodifikasi atau bahkan mengeksploitasi sistem yang terdapat di sebuah perangkat, seperti perangkat lunak komputer dan
27
Hanafi, asas hukum pidana islam, h.6
28
perangkat keras komputer seperti programer, administrasi dan hal-hal lainnya terutama keamanan
2. Tindak Pidana Hacker
Berdasarkan Modus dan korban, tindak pidana hacker dikelompokan menjadi 2 yaitu :
a. Kejahatan yang menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi untuk melakukan perbuatannya
b. Kejahatan yang dilakukan denagn tujuan dan sasaran teknologi informasi dan komunikasi
3. Unsur-unsur hacker
Didalam pasal 32 ayat 1 UU ITE unsur dibagi menjadi dua antara lain: a. Unsur obyektif
Setiap orang dimana manusia oleh hukum diakui sebagai penyandanghak dan kewajiban, sebagai subyek hukum atau sebagai orang
b. Unsur subyektif
Melawan hukum atau menambah/merusak, dimana di dalam undang-undang diatur bhwa pada perbuatan tersebut seseorang terikat kepada akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri.
dinyatakan bahwa seseorang yang dengan sengaja mengubah, mengurangi,melakukan transmisi, merusak, menghilangkan memindahkan, menyembunyikan suatu informasi elektronik dapat dipidana.29
4. Sanksi pidana hacker
Hacking juga dapat dikategorikan sebagai tindak pidana yang melanggar ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, yaitu pasal 22 dan pasal 40. Kedua pasal ini tidak secara langsung menggunakan kata
“Hacking”, melainkan dengan suatu rumusan sederhana yaitu akses
kejaringan, jasa Telekomunikasi secara tidak sah. Untuk lebih jelasnya di baeah ini adalah isi dari pasal 22 Undang-Undang No 36 Tahun 1999, sebagai berikut :
“Setiap orang dilarang melakukan perbuatan tanpa hak, tidak sah,
atau memanipulasi :
a. Akses jaringan telekomunikasi b. Akses jasa telekomunikasi
c. Akses ke jaringan telekomunikasi khusus30
Selanjutnya di dalam pasal 40 Undang-Undang No 36 Tahun 1999 juga disebutkan bahwa setiap orang dilarang
29
Diatur didalam pasal 48 ayat (1) Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik
30
melakukan kegiatan penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam bentuk apapun.31
Kemudian apabila dilihat dari ketentuan pidana yang terdapat dalam rumusan pasal 22 jo. Pasal 40 UU No 36 Thun 1999 maka pelaku hacking dapat dijatuhi pidana berdasarkan pada rumusan yang terdapat dalam pasal 50 UU No Tahun 1999, sebagai berikut :
“Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 22, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).32
Selanjutnya isi dari pasal 56 UU No 36 Tahun 1999 adalah
“Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 40, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun.33 Berdasarkan ketentuan perundang-undangan, baik yang terdapat dalam rumusan KUHP maupun UU No. 36 Tahun 1999 maka pelaku hacking dapat dijatuhi pidana primer dengan ketentuan yang terdapat dalam pasal 50 jo. Pasal 56 UU No. 36 Tahun 1999 dan pidana subsidair yang terdapat dalam pasal 167 ayat 1 KUHP. Dengan demikian, kejahatan yang berbasiskan komputer (hacking) dapat diberantas dan dicegah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu para penegajk hukum atau aparatur hukum dapat melakukan proses yang dimulai dari penyelidikan sampai
31
UU No 36 Tahun 1999 tentang telekomunikasi
32
Ibid, h.23
33
BAB III
Deskripsi Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Dalam Putusan
Nomor:133/Pid.B/2012/PN.Pwk Tentang Sanksi Pidana Hacker Dalam UU
No 11 Tahun 2008 (ITE) Milik PT Telkomsel
A. Kasus Posisi
1. Proses Pemeriksaan
Dalam kasus Nomor: 133/PID.B/2012/PN.PWK yang mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara terdakwa :
Nama lengkap : ... Tempat lahir : Surabaya;
Umur / tanggal lahir : 34 Tahun/ 19 Oktober 1977; Jenis kelamin : Laki-laki;
Kebangsaan : Indonesia; Tempat tinggal : ... Agama : Islam;
Pekerjaaan : Karyawan
1. Menyatakan terdakwa ...bersalah melakukan tindak pidana ” Secara bersama-sama dengan FACHRIZAL AHMAD SUMARDJO Alias RIZAL DUA GEBE Alias RIZAL2GB, MOHAMMAD SUSANTO Alias FISHLOVER, DWI YUNIANTO WIDYO NUGROHO Alias BABEHDYO Alias BABE, SETIA PERKASA Alias UPIL Alias Balackevil03 Dab, INDRA AJIYASA Alias SEILENT Alias ZLN Alias SASUKE ( masing masing Terdakwa yang diajukan dalam penuntutan terpisah) Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, menjual, mengadakan, untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau memiliki Sandi lewat computer, kode akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang ditunjukan agar sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi, perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 sampai
dengan pasal 33 dan “Menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana DAN Dakwaan Kedua : Pasal 3 UU RI Nomor : 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Uang ; 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa “...”dengan pidana
penjara selama 4 (EMPAT) tahun dikurangi dengan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) Subsidair 4 (empat) bulan kurungan.
Bahwa Terdakwa berhasil masuk ke beberapa server PT Telkomsel untuk dapat terhubung pada server regae dan URP (Universal Recharge Platform) dan berhasil melakukan pengisian pulsa milik PT Telkomsel tanpa harus melakukan pembayaran kepada PT Telkomsel. Selanjutnya Terdakwa dengan mengunakan beberapa pesawat handphone, beberapa modem dan beberapa simcard telkomsel, yaitu diantaranya :
• 1 (satu) buah handphone Samsung Duos warna hitam IMEI :
355409041091434 dengan 2 (dua) buah simcard dengan rincian sebagai berikut : 1 (satu) buah simcard Telkomsel dengan ICCID: 6210019425159982 ;
• 1 (satu) buah handphone BlackBerry Curve warna hitam IMEI :
• 1 (satu) buah BlackBerry Curve warna Ungu IMEI 358408043146979
dengan 1 (satu) buah simcard Telkomsel dengan ICCID: 6210131252523387 dan 1 (satu) buah memory card Micro SD 2 GB;
• 1 (satu) buah Modem O2 3G warna hitam IMEI : 354088040059310
dengan 1 (satu) buah simcard Telkomsel dengan ICCID : 6210049052787426.
• 1 (satu) buah modem Huawei warna Hitam IMEI : 354429044140187
dengan 1 (satu) buah simcard Telkomsel dengan ICCID : 6210148725564613.
• 1 (satu) buah Modem Huawei warna hitam tanpa tutup IMEI :
354429043719478 dengan 1 (satu) buah simcard Telkomsel dengan ICCID: 621004894266548701
• 1 (satu) buah Modem USB merk Sierra Wireless warna silver IMEI:
356685015387143 dengan 1 (satu) buah simcard Telkomsel dengan ICCID: 621011334259017202
serta dari mulut ke mulut dan untuk menarik pembeli terdakwa menjual dengan harga lebih murah 25 % (duapuluh lima persen)dari harga jual PT Telkomsel. Bahwa terdakwa menerima pembayaran dari penjualan pulsa tersebut dengan cara transfer ke rekening atas nama terdakwa di Bank BCA KCU Purwakarta dengan nomor rekening 2311674414. Adapun pembeli atau pelanggan terdakwa yang telah melakukan transfer pembelian pulsa antara lain :
1. Dari pembeli dengan nomor rekening BCA 1950635378 atas nama BENNY :
Tanggal Mutasi D/
K
Nominal Keterangan
17/10/2011 TRANSFER VIA MB
DARI TAHAPAN K 2.800.000,00 SET ORAN BENNY 1950635378 IDR BENNY
17/10/2011 TRANSFER VIA MB
DARI TAHAPAN K 7.350.000,00
SET ORAN BENNY 1950635378 IDR BENNY
17/10/2011 TRANSFER VIA MB
DARI TAHAPAN K 10.500.000,00 SET ORAN BENNY 1950635378 IDR BENNY
18/10/2011 TRANSFER VIA MB
DARI TAHAPAN K 16.800.000,00 SET ORAN BENNY 1950635378 IDR BENNY
19/10/2011 TRANSFER VIA MB
DARI TAHAPAN K 10.500.000,00 SET ORAN BENNY 1950635378 IDR
BENNY
19/10/2011 TRANSFER VIA MB
DARI TAHAPAN K 1.680.000,00 SET ORAN BENNY 1950635378 IDR
BENNY
19/10/2011 TRANSFER VIA MB
DARI TAHAPAN K 2.450.000,00 SET ORAN BENNY 1950635378 IDR
BENNY
19/10/2011 TRANSFER VIA MB
DARI TAHAPAN K 10.500.000,00 SET ORAN BENNY 1950635378 IDR
BENNY
20/10/2011 TRANSFER VIA MB
DARI TAHAPAN K 7.000.000,00 SET ORAN BENNY 1950635378 IDR
BENNY
1. Dari pembeli dengan nomor rekening BCA 1010555147 atas nama HERIANTO PHANLIANA :
Tanggal Mutasi D/K Nominal Keterangan
05/10/2011 TRANSFER
VIA IB K 13.600.000,00 TSEL20JT 1010555147
DARI TAHAPAN
IDR
07/10/2011 TRANSFER VIA IB DARI TAHAPAN
K 7.000.000,00 TSEL10JT 1010555147
IDR
HERIANTO PHANLIANA
07/10/2011 TRANSFER VIA IB DARI TAHAPAN
K 700.000,00 TSEL1JT 1010555147
IDR
HERIANTO PHANLIANA
10/10/2011 TRANSFER VIA IB DARI TAHAPAN
K 13.600.000,00 TSEL20JT 1010555147
IDR
HERIANTO PHANLIANA
10/10/2011 TRANSFER VIA IB DARI TAHAPAN
K 300.000,00 TSEL600K 1010555147
IDR
HERIANTO PHANLIANA
13/10/2011 TRANSFER VIA IB DARI TAHAPAN
K 18.000.000,00 TSEL38JT 1010555147
IDR
HERIANTO PHANLIANA
18/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 6.000.000,00 TSEL10JT 1010555147 IDR
HERIANTO PHANLIANA
18/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 6.000.000,00 TSEL10JT 1010555147 IDR
HERIANTO PHANLIANA
24/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 2.400.000,00 TSEL2JT
+KURANGDA NA
1010555147 IDR HERIANTO PHANLIANA
31/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 13.600.000,00 TSEL20JT 1010555147 IDR
HERIANTO PHANLIANA
31/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 23.500.000,00 TSEL4X9JT 1010555147 IDR
HERIANTO PHANLIANA
01/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 3.750.000,00 TSEL5JT 1010555147 IDR
HERIANTO PHANLIANA
02/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 750.000,00 TSEL1JT 1010555147 IDR
HERIANTO PHANLIANA
04/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 750.000,00 TSEL1JT 1010555147 IDR
HERIANTO PHANLIANA
07/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 7.500.000,00 TSEL10JT 1010555147 IDR
HERIANTO PHANLIANA
08/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 23.500.000,00 REFUND
TSEL
1010555147 IDR HERIANTO PHANLIANA
3. Dari pembeli dengan nomor rekening BCA 0212513065 atas nama ANDI
Tanggal Mutasi D/K Nominal Keterangan
29/08/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 400.000,00
JUALAN T OKEK 0212513065 IDR ANDI FAFERA
02/09/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 800.000,00 DANA BISNIS 0212513065
IDR
ANDI FAFERA
02/09/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 400.000,00 PULSA T SEL 0212513065
IDR
ANDI FAFERA
4. Dari pembeli dengan Nomor rekening BCA 8300067094 atas nama RAHMA DEWI SIREGAR :
Tanggal Mutasi D/K Nominal Keterangan
23/08/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 400.000,00 T RANSFER 1 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
26/08/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 400.000,00 PULSA 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
29/08/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 400.000,00 T RANSFER 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
02/09/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 2.400.000,00 T RANSFER 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
02/09/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 400.000,00 T RANSFER OPIK88 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
05/08/2011 TRANSFER VIA ATM DARI TAHAPAN
K 1.200.000,00 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
05/09/2011 TRANSFER VIA ATM DARI TAHAPAN
K 2.400.000,00 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
06/09/2011 TRANSFER VIA ATM DARI TAHAPAN
K 800.000,00 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
06/08/2011 TRANSFER VIA ATM DARI TAHAPAN
K 800.000,00 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
07/09/2011 TRANSFER VIA ATM DARI TAHAPAN
K 2.800.000,00 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
08/09/2011 TRANSFER VIA ATM DARI TAHAPAN
K 7.000.000,00 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
09/09/2011 TRANSFER VIA ATM DARI TAHAPAN
K 4.400.000,00 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
12/09/2011 TRANSFER VIA ATM DARI TAHAPAN
K 1.600.000,00 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
12/09/2011 TRANSFER VIA ATM DARI TAHAPAN
K 1.200.000,00 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
12/09/2011 TRANSFER VIA ATM DARI TAHAPAN
K 1.600.000,00 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
12/09/2011 TRANSFER VIA ATM DARI TAHAPAN
K 3.200.000,00 8300067094
IDR
12/09/2011 TRANSFER VIA ATM DARI TAHAPAN
K 4.000.000,00 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
12/09/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 2.800.000,00
PULSA 7JT 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
15/09/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 1.200.000,00 PULSA 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
15/09/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 10.000.000,00 T RX 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
15/09/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 3.600.000,00
T RX 8300067094 IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
05/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 13.200.000,00 PULSA 33JT 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
06/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN K 8.400.000,00 PULSA 21JT 8300067094
IDR
RAHMA DEWI SIREGAR
rupiah), diketahui bahwa sebagian dari transaksi illegal pada peroide tersebut sesuai dengan bukti beberapa simcard yang disita dari rumah terdakwa di Jl Lodaya No 26 Rt 49 Rw 05 putusan.mahkamahagung.go.id Kampung Bojong Nagri Kidul Kelurahan Purwakarta Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta Jawa Barat terdapat transaksi Top Up illegal yang dilakukan oleh terdakwa ke nomor nomor simcard terdakwa sendiri diantaranya dengan nomor MSISDN 6285218401635, 6281286144035, 6285312523387, dan 6285312399528 dengan total transaksi kurang lebih Rp 21.160.000. (dua puluh satu juta seratus enam puluh ribu rupiah). Bahwa hasil dari penjualan pulsa milik PT Telkomsel tersebut oleh terdakwa sebagian telah dipergunakan untuk membeli mobil Suzuki APV dengan Nomor Polisi T 1265 AF warna abu-abu metalik tahun 2011 seharga Rp 124.000.000,- (seratus dua puluh empat juta rupiah) , membeli mobil Toyota Avanza Veloz dengan Nomor Polisi T 1328 AF warna silver tahun 2011 dan membeli rumah di Purwakarta. Hasil penjualan tersebut oleh terdakwa sebagian juga ditransfer ke rekening BCA atas nama Fachrizal Ahmad Sumardjo Alias Rizal Dua Gebe / Rizal2GB dengan nomer rekening BCA 2450211063 yang merupakan sebagian dari dari pulsa yang berhasil dijual oleh terdakwa, yaitu :
Tanggal Mutasi D/K Nominal Keterangan
06/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN D 1.000.000,00 HADIAH DOORPRZ MAHOOOD 2450211063
IDR
FACHRIZAL AHMAD SU
06/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN D 200.000,00 KURANGANINCOME 2450211063
IDR
FACHRIZAL AHMAD SU
06/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN D 7.200.000,00 BAGI HASIL
T R OPIC
06/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN D 7.800.000,00 BAGI HASIL DARI INCOME 15600000 2450211063
IDR
FACHRIZAL AHMAD SU
06/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN D 8.925.000,00 BAGI HASIL DARI INCOME 17850000 2450211063
IDR
FACHRIZAL AHMAD SU
06/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN D 3.000.000,00 BAGI HASIL DARI INCOME 6000000 2450211063
IDR
FACHRIZAL AHMAD SU
06/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN D 16.250.000,00 BAGI HASIL INCOME DARI 32500000 2450211063
IDR
FACHRIZAL AHMAD SU
06/10/2011 TRANSFER VIA IB
DARI TAHAPAN D 15.440.000,00 BAGI HASIL DARI T R INCOME 30880000 2450211063
IDR
FACHRIZAL AHMAD SU
Sedangkan saldo yang tersisa pada rekening atas nama terdakwa di Bank BCA KCU Purwakarta dengan nomor rekening 2311674414 pertanggal 6 Januari 2012 adalah sebesar Rp 386.741.025.38. (tiga ratus delapan puluh enam juta tujuh ratus empat satu ribu dua puluh lima rupiah point tiga puluh delapan); Perbuatan terdakwa AHMAD HANAFI Alias IFANQ, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 51 ayat (2) jo Pasal 36 Jo Pasal 30 ayat (1), (2) , (3) Jo Pasal 32 ayat (2) Jo Pasal 34 ayat (1) b UU RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jo pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
2. Keterangan Saksi
Saksi-saksi yang masing-masing telah memberikan keterangan dibawah sumpah, menyatakan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:
1. SAKSI INTAN NAGARI
• Bahwa saksi merupakan saksi pelapor selaku GM CORPORATE
COUNSEL &
• Bahwa tugas saksi di PT. Telkomsel adalah menangani masalah
hukum perusahaan, baik tingkat litigasi ataupun non litigasi, serta pengelolaan asset tanah perusahaan dan mengelola pembuatan kebijakan perusahaan.
• Bahwa saksi mengetahui tentang peristiwa tentang terjadinya illegal
acces ke system recharge (isi ulang pulsa) Telkomsel, berupa kegiatan top-up recharge pulsa secara illegal dari saudara Agus Saptono pada hari senin tanggal 7 November 2011.
• Bahwa berdasarkan informasi yang saksi terima, pencurian tersebut
sudah dilakukan sejak sekitar bulan Mei 2011 dimana jumlah pulsa yang terjual dan dana yang masuk tidak sesuai dengan hasil validasi atau audit internal pada bagian revenue assurance yang dipimpin oleh saksi Agus Saptono.
• Bahwa Hasil Audit tim internal dari PT.Telkomsel,