• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAKIP DITJEN KEBUDAYAAN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAKIP DITJEN KEBUDAYAAN 2015"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

L A P O R A N K I N E R J A

P E M E R I N T A H P U S A T

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015. Laporan ini merupakan bagian dari upaya Direktorat Jenderal Kebudayaan dalam rangka penguatan sistem akuntabilitas kinerja seperti tertuang dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas pelaksanaan kontrak kinerja yang telah diperjanjikan maupun pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam membantu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam menyelenggarakan pemerintahan di bidang pendidikan dan kebudayaan.

Laporan ini menyajikan target dan capaian kinerja Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015, berupa tingkat capaian Indikator Kinerja Program (IKP) Pelestarian Budaya yang digunakan untuk mengukur tingkat capaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kebudayaan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi kinerja serta dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan program/kegiatan tahun yang akan datang.

Jakarta, Januari 2016

Sekretaris Ditjen. Kebudayaan,

(4)

Daftar isi

HALAMAN

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ……… ii

IKHTISAR EKSEKUTIF ………. iii

I. PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar belakang ……….. 1

B. Gambaran Direktorat Jenderal Kebudayaan ………. 2

C. Dasar Hukum ...………... 2

D. Tugas dan Fungsi, serta Struktur Organisasi ...……….. 4

II. PERENCANAAN KINERJA ...………. 9

III. AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2015 ………. 11

A. Capaian Kinerja Organisasi ... 11

B. Realisasi Anggaran ... 41

C. Kendala, Permasalahan, dan Tindak Lanjut………. 41

(5)

Ikhtisar Eksekutif

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Kebudayaan berisi laporan capaian kinerja

(performance result) dibandingkan dengan Rencana Kinerja (performance plan) selama tahun 2015 dengan mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 2015–2019 dan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Rencana kinerja Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 adalah berisi program dan kegiatan yang harus diimplementasikan sebagai jawaban atas kendala dan permasalahan pelaksanaan Program Pelestarian Budaya, meliputi kegiatan Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kesenian, Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Sejarah, Warisan dan Diplomasi Budaya, Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya, Pengelolaan Permuseuman, Pelestarian Nilai Budaya, Pelestarian Cagar Budaya, dan Pengembangan Galeri Nasional Indonesia.

Realisasi capaian sasaran Direktorat Jenderal Kebudayaan yang diukur dengan menggunakan indikator kinerja utama yang telah ditetapkan, sebagai berikut :

REALISASI KINERJA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN TAHUN 2015

NO. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROGRAM

TAHUN 2015

TARGET REALISASI %

1

MeningkatnyaKesadaran dan Pemahaman Masyarakat akan Keragaman Budaya (Kebhinnekaan) untuk Mendukung Terwujudnya Karakter dan Jatidiri Bangsa yang Memiliki Ketahanan Budaya

Jumlah mata budaya yang

dilestarikan 96.290 108.262 112,43

2 Meningkatnya diplomasi budaya luar negeri

Jumlah negara yang menjalin hubungan kerjasama dan pertukaran informasi budaya dengan Indonesia

40 51 127,5

Berdasarkan tabel realisasi capaian kinerja tersebut dapat disampaikan bahwa kinerja Program Pelestarian Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 dengan target sebanyak 2 kinerja program, yaitu: Jumlah mata budaya yang dilestarikan, dan Jumlah negara yang menjalin hubungan kerjasama dan pertukaran informasi budaya dengan Indonesia, dapat terealisasi melebihi target yang ditetapkan.

Pelaksanaan program, kegiatan, dan anggaran Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 dengan alokasi anggaran sebesar Rp 1.693.768.273.000,- dapat terealisasi sebesar Rp 1.495.164.726.569,- atau 88,27 %. Realisasi anggaran masih jauh dari target yang direncanakan sebesar 92,67 %.

Hambatan dan kendala yang dihadapi adalah:

(6)

3. Kurangnya komitmen Pemerintah Daerah untuk melaksanakan Tugas Pembantuan sehingga penggunaan anggaran belum maksimal;

4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor 168/PMK.05/2015, tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/ Lembaga, efektif dapat dilaksanakan pada bulan Oktober 2015, sehingga pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan bantuan pemerintah tidak dapat dilaksanakan pada akhir tahun;

5. Tidak terlaksananya pengadaan tanah untuk pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan tenaga konservasi koleksi museum dan cagar budaya sebesar Rp 45 miliar, karena tidak tercapainya kesepakatan terkait harga dan lokasi tanah.

Melihat beberapa hambatan dan kendala yang dihadapi tersebut untuk meningkatkan kinerja di tahun mendatang perlu langkah antisipasi yang akan dilakukan adalah:

1. Perlu kebijakan penggunaan sisa anggaran hasil optimalisasi untuk meningkatkan realisasi output kegiatan;

2. Peningkatan koordinasi, advokasi, dan supervisi dengan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan bidang kebudayaan;

(7)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 : Penetapan Kinerja tahun 2015

2. Tabel 2 : Target dan Realisasi Jumlah Mata Budaya yang Dilestarikan

3. Tabel 3 : Daftar Penetapan Cagar Budaya Peringkat Nasional Tahun 2015

4. Tabel 4 : Daftar Penetapan Warisan Budaya Takbenda Tahun 2015

5. Tabel 5 : Daftar Kajian dan Revitalisasi Museum Tahun 2015

6. Tabel 6 : Daftar Kajian dan Pembangunan Museum Tahun 2015

7. Tabel 7 : Daftar Jumlah Negara yang Menjalin Hubungan Kerjasama dengan

Indonesia Tahun 2015

DAFTAR GRAFIK

Graik 1 : Kondisi Pegawai Direktorat Jenderal Kebudayaan.

DAFTAR MATRIK

1. Matrik 1 : Sasaran Strategis 1, Meningkatnya kesadaran dan pemahaman

masyarakat akan keragaman budaya (kebhinnekaan) untuk mendukung terwujudnya karakter dan jatidiri bangsa yang memiliki ketahanan budaya.

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berlandaskan 4 pilar kebangsaan Indonesia yakni: Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, terdapat 24 karakter bangsa yaitu: bangga sebagai bangsa Indonesia, berpikir positif, pantang menyerah, gotong-royong, bertoleransi dan menghargai kemajemukan, cinta damai, kejar prestasi, demokratis, kerja keras, anti diskriminatif, menghargai pendapat orang lain, sopan dan santun, rendah hati, sportif, lugas, berani bersaing, setia, satu kata dalam perbuatan, bersih (jujur), hormat kepada yang dituakan, rela berkorban, bermoral dan etis, serta saling percaya.

Merujuk dari pilar kebangsaan Indonesia, pembangunan kebudayaan Indonesia seperti yang diamanahkan dalam UUD 1945 (amandemen ke-4) dan termaktub dalam Rencana Induk Nasional Pembangunan Kebudayaan, terdapat tujuh pilar pembangunan kebudayaan yaitu: hak berkebudayaan, pembangunan jatidiri dan karakter bangsa, pelestarian sejarah dan warisan budaya, pengembangan industri budaya, pengembangan diplomasi budaya, pengembangan SDM dan pranata kebudayaan, dan pengembangan sarana dan prasarana budaya.

Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang besar dan terluas di dunia, memiliki berbagai keunggulan dan kekayaan yang tidak dimiliki oleh negara-negara lannya di dunia, baik berupa kekayaan sumber daya alam maupun sumber daya budayanya. Sebagai negara kepulauan tersebut, Indonesia dihuni lebih dari 300 suku bangsa, serta memiliki 742 bahasa dan dialek. Keragaman etnik, bahasa dan dialek, serta adat dan tradisi yang hidup dalam masyarakat secara lintas generasi tersebut menjadikan Indonesia sebagai sebuah laboratorium antropologi terbesar di dunia.

Wujud karya budaya dalam bentuk warisan budaya juga memberikan gambaran kekayaan yang luar biasa. Saat ini tercatat 64.844 peninggalan purbakala di Indonesia (berupa 11.616 situs dan 53.228 benda bergerak), sekitar 1,16% atau 749 telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya. Tentu jumlah tersebut akan masih dapat bertambah lagi melalui proses penggalian, inventarisasi dan registrasi yang terus dilakukan oleh Pemerintah. Di antara sejumlah besar peninggalan sejarah tersebut paling tidak ada 4 yang telah diakui sebagai World Tangible Heritage Cultural

Sites (yaitu : Candi Borobudur dan Lingkungannya, Kompleks Candi Prambanan, Situs Manusia Purba Sangiran, Bali Culture Landscape), kemudian 7 yang telah diakui sebagai World Intangible Heritage Culture Elements (Wayang Kulit -Masterpiece Of Humanity 2003, terinskripsi tahun 2008; Keris -Masterpiece Of The Oral And Intangible Heritage Of Humanity 2006, terinskripsi tahun 2008; Batik Indonesia - Intangible Culture Heritage Of Humanity 2009; Angklung - Intangible Culture Heritage Of Humanity 2010; Tari Saman – 2011; Noken - 2012), dan 3 Genre Tari Tradisi Bali –

Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Kekayaan sumber daya budaya baik yang bersifat tangible (benda) dan intangible (tak benda) yang dimiliki bangsa Indonesia tersebut dapat menjadi modal dasar yang sangat penting dalam kerangka membangun bangsa dalam berbagai dimensinya. Demikian halnya dalam konteks eksternal, posisi geostrategis Indonesia diharapkan akan dapat berperan dalam membangun peradaban dunia yang lebih baik lagi.

UUD 1945 Pasal 32 Ayat (1) menegaskan bahwa “negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya...

(9)

tidak sesuai dengan karakter dan jati diri bangsa. Demikian halnya, pemahaman terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa dijadikan landasan untuk memperkuat kebersamaan dan persatuan, toleransi, tenggang rasa, gotong royong, etos kerja, dan menciptakan kehidupan yang harmonis.

B. GAMBARAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN

Dalam perjalanan sejarahnya, kelembagaan kebudayaan di pemerintahan sejak masa Reformasi hingga sekarang (2014) harus mengalami beberapa kali perubahan lingkungan kerja dengan dipindahkannya bidang kebudayaan dari lingkungan pendidikan yang telah bersatu selama 55 tahun (1945-2000) ke lingkungan kerja bidang pariwisata selama 11 tahun, dan di awal tahun 2012 berfusi kembali dengan bidang pendidikan. Tentunya hal ini turut berpengaruh terhadap kinerja bidang kebudayaan itu sendiri.

Sesuai hasil Reshufle Kabinet Indonesia Bersatu II, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 59/P tahun 2011, sejak tanggal 19 Oktober 2011, Kementerian Pendidikan Nasional berubah menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Urusan kebudayaan yang semula ada pada Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata berpindah ke Kemdiknas. Seperti diketahui, sejak tanggal itu Kembudpar sendiri berganti nama menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dengan keluarnya Keppres tersebut, Kemdikbud menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 48 Tahun 2011 tentang Perubahan Penggunaan Nama Kementerian Pendidikan Nasional Menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Permen ini ditetapkan pada tanggal 24 Oktober 2011. Perubahan nama ini secara struktural disertai dengan penambahan Direktorat Jenderal Kebudayaan berikut unit-unit kerja di bawahnya.

Sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 92 tahun 2011 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, fungsi kebudayaan kembali dileburkan dengan fungsi pendidikan. Tentu saja ini bukanlah babak baru dalam dunia pendidikan mengingat sebelumnya Kemdiknas adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Dengan kata lain Kemdikbud saat ini kembali ke wujud awalnya.

Salah satu alasan terjadinya perubahan tersebut adalah bahwa kebudayaan tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan. Pentingnya kedudukan kebudayaan dalam pendidikan sudah disadari dan pernah diungkapkan oleh Mendiknas, Prof. Dr. Bambang Sudibyo, M.BA dalam Semiloka “Arah Baru Pengembangan Ilmu Pendidikan: Landasan Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Berbudaya”, yang diselenggarakan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, pada tahun 2007. Menurutnya, paradigma pendidikan harus diubah dari paradigma pengembangan sumber daya manusia (SDM) menjadi pendidikan yang berbudaya. Dalam paradigma pertama, manusia hanya dijadikan objek; sedangkan dalam paradigma kedua, manusia menjadi subjek, manusia yang berbudaya tentunya. Mendudukkan manusia menjadi suatu objek merupakan tindakan dehumanisasi, dan sekaligus bertentangan dengan kodrat manusia yang sebenarnya.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019, Direktorat Jenderal Kebudayaan beada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Peran strategis Direktorat Jenderal Kebudayaan ini diharapkan mampu melaksanakan pembangunan kebudayaan nasional yang ditujukan untuk memperkuat jatidiri dan karakter bangsa, menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, memberikan kontribusi terhadap pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

C. DASAR HUKUM

(10)

undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang-undang;

3. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perilman;

5. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;

6. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara Tahun Anggaran 2015;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

8. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2015 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015;

9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara;

10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

11. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014 – 2019; 12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

13. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;

14. Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

D. TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA STRUKTUR ORGANISASI

1. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Bab VI Pasal 472 sampai 614 menguraikan tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Direktorat Jenderal Kebudayaan. Direktorat Jenderal Kebudayaan dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksaan kebijakan di bidang kebudayaan, perilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan lainnya.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas Direktorat Jenderal Kebudayaan menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang kebudayaan, perilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagr budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan lainnya;

(11)

tradisi;

c. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pemahaman nilai-nilai kesejarahan dan wawasan kebangsaan;

d. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pengelolaan cagar budaya, warisan budaya nasional dan dunia, dan museum nasional, pembinaan dan perizinan perilman nasional, promosi, diplomasi, dan pertukaran budaya antar daerah dan antar negara, serta pembinaan dan pengembangan tenaga kebudayaan;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kebudayaan, perilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan lainnya;

f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kebudayaan, perilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan lainnya;

g. Pelaksaaan evaluasi dan pelaporan di bidang kebudayaan, perilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan lainnya; h. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kebudayaan; dan

i. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Direktorat Jenderal Kebudayaan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu oleh satu Sekretariat Direktorat Jenderal dan lima Direktorat dengan tugas masing-masing sebagai berikut:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif serta koordinasi pelaksanaan tugas unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan.

b. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelestarian cagar budaya dan permuseuman.

c. Direktorat Kesenian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan kesenian.

d. Direktorat Pembinaan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan tradisi.

e. Direktorat Sejarah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang sejarah.

f. Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang warisan dan diplomasi budaya.

Direktorat Jenderal Kebudayaan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu Unit Pelaksana Teknis. Berdasarkan Peraturan/Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang mengatur Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Kebudayaan, terdiri dari:

(12)

Barat, Riau, dan Kepulauan Riau

3. Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi, dengan wilayah kerja: Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, dan Bangka Belitung

4. Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang, dengan wilayah kerja: Provinsi Lampung, Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat

5. Balai Pelestarian Cagar Budaya Prambanan, dengan wilayah kerja Provinsi Jawa Tengah

6. Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta, dengan wilayah kerja: Provinsi DI Yogyakarta

7. Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan, dengan wilayah kerja Provinsi Jawa Timur 8. Balai Pelestarian Cagar Budaya Gianyar, dengan wilayah kerja: Provinsi Bali, NTT, dan

NTB

9. Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar, dengan wilayah kerja: Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat

10. Balai Pelestarian Cagar Budaya Samarinda, dengan wilayah kerja: Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur

11. Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo, dengan wilayah kerja: Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo

12. Balai Pelestarian Cagar Budaya Ternate, dengan wilayah kerja: Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua

13. Balai Konservasi Borobudur

14. Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran

b. Unit Pelaksana Teknis Pelestarian Nilai Budaya

1. Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh, Nangroe Aceh Darussalam 2. Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang, Sumatera Barat

3. Balai Pelestarian Nilai Budaya Tanjung Pinang, Kepulauan Riau 4. Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung, Jawa Barat

5. Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta 6. Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali

7. Balai Pelestarian Nilai Budaya Pontianak, Kalimantan Barat 8. Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar, Sulawesi Selatan 9. Balai Pelestarian Nilai Budaya Manado, Sulawesi Utara 10. Balai Pelestarian Nilai Budaya Ambon

(13)

c. Unit Pelaksana Teknis Permuseuman

1. Museum Nasional

2. Museum Kepresidenan Republik Indonesia 3. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta 4. Museum Kebangkitan Nasional

5. Museum Perumusan Naskah Proklamasi 6. Museum Sumpah Pemuda

7. Museum Basuki Abdullah

d. Unit Pelaksana Teknis Galeri Nasional Indonesia

Untuk menjalankan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Kebudayaan didukung dengan sumber daya manusia sebanyak 3.601 orang pegawai per 31 Desember 2015, dengan komposisi sebagai berikut.

Tabel 1

Jumlah Pegawai PNS dan Non PNS Ditjen Kebudayaan 2015

No. Pegawai PNS (org) % Non PNS (org)

1. Golongan IV 189 5,25

2. Golongan III 1.445 40,13

3. Golongan II 1.337 37,13

4. Golongan I 630 17,49

5. Juru Pelihara 1.785

Jumlah 3.601 100 1.785

(14)

Graik 1

Kondisi Pegawai Direktorat Jenderal Kebudayaan

Pada 31 Desember 2015

Untuk melaksanakan tugas fungsional Direktorat Jenderal Kebudayaan juga didukung Pegawai dengan Jabatan Fungsional Peneliti sebanyak 162 orang, terdiri dari: Peneliti Pertama 37 orang, Peneliti Muda 121 orang, Peneliti Madya 4 orang. Sedangkan jumlah juru pelihara yang merupakan pekerja honorer sebanyak 1.785 orang, dengan tugas menjaga dan memelihara cagar budaya.

2. Struktur Organisasi

(15)

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

Amanah untuk menjalankan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Kebudayaan dalam rangka pembangunan kebudayaan dengan menggunakan anggaran APBN tahun 2015 mengacu kepada Rencana Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015-2019, dilakukan penetapan kinerja/kontrak kinerja Direktur Jenderal Kebudayaan dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dengan target capaian kinerja sebagai berikut:

Tabel 1

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA

TAHUN 2015

TARGET ANGGARAN

(Rp ribuan)

1

Meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat akan keragaman budaya (kebhinnekaan) untuk mendukung terwujudnya

karakter dan jaidiri bangsa

yang memiliki ketahanan budaya

Jumlah mata budaya yang

dilestarikan 96.290 561.732.268

2 Meningkatnya diplomasi budaya luar negeri

Jumlah negara yang menjalin hubungan kerjasama dan pertukaran informasi budaya dengan Indonesia

(16)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2015

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Pelestarian budaya sebagai rangkaian kegiatan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan serta pengelolaan kekayaan dan warisan budaya ditandai dengan meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat akan keragaman budaya (kebhinnekaan) untuk mendukung terwujudnya karakter dan jatidiri bangsa yang memiliki ketahanan budaya.

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Kebudayaan, ini dimaksudkan untuk menghimpun dan melaporkan capaian kinerja dan memberikan gambaran tentang keberhasilan dan hambatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 dan memberikan gambaran tentang capaian kinerja dari sasaran strategis tahun 2015.

Laporan akuntabilitas kinerja memuat data dan informasi yang akurat berupa pengukuran kinerja program yaitu membandingkan rencana kinerja tahun 2015 dengan realisasi output dan

outcome-nya. Pengukuran capaian sasaran dan analisis capaian sasaran tahun 2015 sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam rangka menentukan kabijakan di masa datang.

Berikut ini diuraikan realisasi pencapaian sasaran strategis Program Pelestarian Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 yang diukur menggunakan Indikator Kinerja Program yang telah ditetapkan. Capaian kinerja tersebut berdasarkan sasaran strategis, indikator kinerja, target dan capai kinerja tahun 2015 sebagai berikut:

a. Sasaran Strategis 1: meningkatnyakesadaran dan pemahaman masyarakat akan keragaman budaya (kebhinnekaan) untuk mendukung terwujudnya karakter dan jatidiri bangsa yang memiliki ketahanan budaya.

(17)

Matrik 1

Realisasi Sasaran Strategis Tahun 2015

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Tahun 2015

Target Realisasi %

1

MeningkatnyaKesadaran dan Pemahaman Masyarakat akan Keragaman Budaya (Kebhinnekaan) untuk Mendukung Terwujudnya Karakter dan Jatidiri Bangsa yang Memiliki Ketahanan Budaya

Jumlah mata budaya yang dilestarikan

96.290 108.262 112,43

Berdasarkan matrik di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

Indikator Kinerja “Jumlah Mata Budaya yang Dilestarikan”

Pengertian kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, perilaku, dan hasil karya manusia yang dikembangkan melalui proses belajar dan adaptasi terhadap lingkungannya yang berfungsi sebagai pedoman untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Seiring dengan pembangunan nasional kebudayaan, pelestarian budaya melalui upaya-upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan karya dan warisan budaya (benda dan tak benda) sebagai hasil budaya bangsa untuk masa depan, diperlukan strategi tertentu untuk membentuk ketahanan budaya bangsa Indonesia,

Ketercapaian sasaran strategis dengan indikator kinerja jumlah mata budaya yang dilestarikan dengan target sebanyak 96.290 mata budaya dapat terealisasi sebanyak 108.262 mata budaya atau 125%.

(18)

Tabel 2

TARGET DAN REALISASI MATA BUDAYA YANG DILESTARIKAN TAHUN 2015

DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN

Mata Budaya yang Dilestarikan Mata Budaya CAPAIAN

TARGET REALISASI %

1 Cagar Budaya yang Dilestarikan 2439 3036

2 Cagar budaya yang dikelola 124 124

3 Cagar budaya yang

diinventarisasi 716 2617

1 Cagar budaya yang direvitalisasi 18 18

2 Taman Budaya yang

direvitalisasi 6 6

3 Pembangunan Museum 15 14

4 Museum yang direvitalisasi 18 18

5 Kesenian dan perilman yang

difasilitasi 85 150

6 kesenian disekolah yang

difasilitasi 517 517 7 Desa adat yang direvitalisasi 132 132

8 Komunitas budaya yang

difasilitasi 348 348

9 Rumah budaya nusantara yang

difasilitasi 45 45

3

Penetapan dan Pengelolaan Warisan Budaya Tak

Benda

1 Warisan budaya nasional dan

dunia yang di kelola 20 20

2 Kekayaan budaya yang

ditetapkan 100 121 YME dan Tradisi, Kesenian, dan

Sejarah

1 Dokumen pelestarian cagar

budaya 1465 1447

2 Dokumen pelestarian nilai

(19)

3

Dokumen pengetahuan dan ekspresi budaya kepercayaan dan tradisi

83 83

4 Dokumen sumber sejarah dan

nilai budaya 11 11

5 Pengkayaan materi ajar seni

dan ilm 8 8

5 Penulisan Buku

Sejarah dan Budaya 1 Buku Sejarah dan nilai budaya 10 10

2 Buku hasil veriikasi dan

perumusan nilai 12 12

6 Pengakusisian dan Pengelolaan Karya Seni Rupa dan Koleksi Museum

1 Karya seni rupa yang

dipamerkan 451 541

2 Karya seni rupa yang dikelola 1078 1059

3 karya senirupa yang diakuisisi 12 21

4 Karya seni yang direvitalisasi 4 4

5 Koleksi Museum yang dikelola 85,948 95,289 6 Koleksi museum yang

direinventarisasi 1344 1344 7 Koleksi museum yang di kaji 22 26

8 Koleksi museum yang diakuisisi 26 18 7 Penyusunan Kajian

Pengembangan Permuseuman dan Kajian Pelestarian Nilai Budaya

1 Naskah hasil kajian pelestarian

nilai budaya 110 109

2 Naskah hasil kajian pelestarian

cagar budaya 77 63

8 Inventarisasi Karya

Budaya 1 Karya budaya yang

diinventarisasi 689 707

Data diolah dari: Aplikasi Monev DJA, Kementerian Keuangan

Realisasi kinerja ini didukung dengan beberapa kegiatan strategis pelestarian kebudayaan, sebagai berikut:

1. Pelestarian Budaya Melalui Kegiatan Registrasi Nasional Cagar Budaya

Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, yang dimaksud dengan cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

(20)

benda, bangunan, struktur, lokasi, dan/atau satuan ruang geograis untuk diusulkan sebagai cagar budaya kepada pemerintah kabupaten/kota atau perwakilan Indonesia di luar negeri dan selanjutnya dimasukkan dalam Register Nasional Cagar Budaya.

Register Nasional Cagar Budaya adalah daftar resmi kekayaan budaya bangsa berupa cagar budaya yang berada di dalam dan di luar negeri.

Penetapan cagar budaya adalah pemberian status cagar budaya terhadap benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang geograis yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota berdasarkan rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya.

Hasil pencatatan dan penetapan cagar budaya sampai tahun 2014 telah tercatat sebanyak 64.844 dan ditetapkan sebanyak 953 cagar budaya. Hasil pencatatan dan penetapan cagar budaya tahun 2015, tercatat sebanyak 23.644 cagar budaya dan telah direkomendasikan sebanyak 30 objek yang diduga sebagai cagar budaya yang memiliki kriteria sebagai Cagar Budaya Peringkat Nasional. Hasil penetapan sebanyak 19 Cagar Budaya Peringkat Nasional dan 11 cagar budaya masih dalam proses penetapan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Sehingga sampai tahun 2015 telah tercatat sebanyak 88.488 cagar budaya, dan ditetapkan sebanyak 972 cagar budaya nasional.

Tabel 3

Daftar Penetapan Cagar Budaya Peringkat Nasional Tahun 2015

NO NAMA OBJEK KATEGORI LOKASI NOMOR SK TENTANG TANGGAL

PENETAPAN

Bendera Sang Saka Merah

Puih Benda Istana Negara 003/M/2015

Penetapan bendera sang saka merah

puih sebagai benda cagar budaya

peringkat nasional

9 Januari 2015

Satuan Ruang Geograis

Sangiran Kawasan

Sragen – Jawa

Tengah 019/M/2015

Penetapan Satuan Ruang Geograis puih sebagai benda cagar budaya

peringkat nasional

5 Februari 2015

Prasasi Ciaruteun Benda Kota Bogor 185/M/2015

Prasasi Ciaruteun, Prasasi Kebon Kopi I (Prasasi Tapak Gajah), dan Prasasi

Tugu dari Kerajaan Tarumanegara Masa Raja Purnawaman sebagai Benda Cagar Budaya Peringkat Nasional

9 Oktober 2015

Prasasi Kebon Kopi I

(Prasasi Tapak Gajah) Benda Kota Bogor 185/M/2015

Prasasi Ciaruteun, Prasasi Kebon Kopi I (Prasasi Tapak Gajah), dan Prasasi

Tugu dari Kerajaan Tarumanegara Masa Raja Purnawaman sebagai Benda Cagar Budaya Peringkat Nasional

9 Oktober 2015

Prasasi Tugu Benda Museum Nasional

- Jakarta 185/M/2015

Prasasi Ciaruteun, Prasasi Kebon Kopi I (Prasasi Tapak Gajah), dan Prasasi

Tugu dari Kerajaan Tarumanegara Masa Raja Purnawaman sebagai Benda Cagar Budaya Peringkat Nasional

9 Oktober 2015

Kompleks Percandian

Gedongsongo Kawasan

Semarang – Jawa

Tengah 195/M/2015

Kompleks Percandian Gedongsongo sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional

(21)

Gedung A Museum

Nasional Bangunan Jakarta 210/M/2015

Bangunan Cagar Budaya Gedung A Museum Nasional, Bangunan Cagar

Budaya Gedung Naskah Linggajai,

Bangunan Induk Monumen Pers Nasional, Bangunan Induk Stasiun Kereta Api Tugu Yogyakarta, Bangunan Cagar Budaya Pesanggrahan Menumbing, Bangunan Cagar Budaya Pesanggrahan Ngeksiganda, Bangunan Sekolah Menengah Atas dan Akademi

Kesejahteraan Sosial Ibu Karini (Van

Deventer School) Semarang, Bangunan Cagar Budaya Wisma Ranggam, Gedung Merdeka, Rumah Pengasingan

Bung Hata, Rumah Pengasingan

Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, Rumah Pengasingan Mr. Iwa Koesoemasoemantri, dan Rumah Pengasingan Sutan Sjahrir sebagai Bangunan Cagar Budaya Peringkat Nasional

5 November 2015

Gedung Naskah Linggajai Bangunan Kuningan – Jawa

Barat 210/M/2015 5 November 2015

Bangunan Induk Monumen

Pers Nasional Bangunan

Surakarta – Jawa

Tengah 210/M/2015 5 November 2015

Bangunan Induk Stasiun

Kereta Api Tugu Yogyakarta Bangunan Yogyakarta 210/M/2015 5 November 2015

Pesanggarahan

Menumbing Bangunan

Bangka Barat -

Babel 210/M/2015 5 November 2015

Pesanggrahan Ngeksiganda Bangunan Sleman - DIY 210/M/2015 5 November 2015 Bangunan SMA dan

Akademi Kesejahteraan

Sosial Ibu Karini (Van

Deventer School)

Bangunan Semarang – Jawa

Tengah 210/M/2015 5 November 2015

Wisma Ranggam Bangunan Bangka Barat -

Babel 210/M/2015 5 November 2015

Gedung Merdeka Bangunan Bandung – Jawa

Barat 210/M/2015 5 November 2015

Rumah Pengasingan Bung

Hata Bangunan

Maluku Tengah -

Maluku 210/M/2015 5 November 2015

Rumah Pengasingan Dr.

Tjipto Mangoenkoesoemo Bangunan

Maluku Tengah -

Maluku 210/M/2015 5 November 2015

Rumah Pengasingan Mr.

Iwa Koesoemasoemantri Bangunan

Maluku Tengah -

Maluku 210/M/2015 5 November 2015

Rumah Pengasingan Sutan

Sjahrir Bangunan

Maluku Tengah -

Maluku 210/M/2015 5 November 2015

Bangunan Cagar Budaya Museum Dewantara

Kiri Griya dan Kompleks

Pendopo Agung Taman Siswa

Bangunan Cagar Budaya Museum

Dewantara Kiri Griya Dan Kompleks

Pendopo Agung Taman Siswa, Gereja Blenduk (Gereja Protestan Di Indonesia Bagian Barat Immanuel), Lokasi Gedung Merdeka, Masjid Agung Demak, Situs Cagar Budaya Gereja Katedral Jakarta, Situs Cagar Budaya Percandian Panataran, Situs Cagar Budaya Taman Narmada, Situs Candi Cetho, Dan Situs Candi Sukuh Sebagai Situs Cagar Budaya Peringkat Nasional

18 Desember 2015

Gereja Blenduk (Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat Immanuel)

Situs Semarang – Jawa

Tengah 243/M/2015 18 Desember 2015

Lokasi Gedung Merdeka Situs Bandung – Jawa

Barat 243/M/2015 18 Desember 2015

Masjid Agung Demak Situs Demak – Jawa

Tengah 243/M/2015 18 Desember 2015

Situs Cagar Budaya Gereja Katedral Jakarta Situs

Jakarta Pusat – DKI

Jakarta 243/M/2015 18 Desember 2015

Situs Cagar Budaya

Percandian Panataran Situs Blitar – Jawa Timur 243/M/2015 18 Desember 2015 Situs Cagar Budaya Taman

Narmada Situs

Lombok Barat – Nusa Tenggara Barat

243/M/2015 18 Desember 2015

Situs Candi Cetho Situs Karanganyar –

Jawa Tengah 243/M/2015 18 Desember 2015

Situs Candi Sukuh Situs Karanganyar –

Jawa Tengah 243/M/2015 18 Desember 2015

Bangunan Cagar Budaya

Benteng Belgica Bangunan

Maluku Tengah -

Maluku 246/M/2015 Bangunan Cagar Budaya Benteng Belgica, Benteng Duurstede dan Rumah Tjong A Fie sebagai Bangunan Cagar Budaya Peringkat Nasional

21 Desember 2015 Benteng Duurstede Bangunan Maluku Tengah -

Maluku 246/M/2015 21 Desember 2015

Rumah Tjong A Fie Bangunan Medan – Sumatera

Utara 246/M/2015 21 Desember 2015

Situs Cagar Budaya Kompleks Makam Sunan Giri

Situs Gresik – Jawa

Timur 247/M/2015

Situs Cagar Budaya Kompleks Makam Sunan Giri dan Situs Cagar Budaya Kompleks Sendang Duwur sebagai Situs Cagar Budaya Peringkat Nasional

21 Desember 2015 Situs Cagar Budaya

Kompleks Sendang Duwur Situs

Lamongan – Jawa

(22)

2. Pelestarian Budaya Melalui Kegiatan Pencatatan dan Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia

Pencatatan warisan budaya takbenda merupakan upaya penting pendataan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia untuk menambah data karya budaya yang ada di database warisan budaya takbenda Indonesia. Pencatatan dan Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia bertujuan: 1) Merekam data secara tertulis terhadap hasil Pendaftaran Budaya Takbenda untuk ditetapkan

sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia

2) Pencatatan seluruh kekayaan budaya yang ada di Indonesia untuk upaya pelindungan dari kepunahan dan membangun kesadaran dalam pelestarian kebudayaan;

3) ‘Inventory national’ sebagai syarat pengajuan nominasi WBTB untuk diakui oleh UNESCO.

Warisan budaya takbenda Indonesia dengan kategori pencatatan sebagai berikut: 1) Tradisi Lisa

2) Bahasa 3) Naskah Kuno

4) Permainan Tradisional 5) Seni Tradisi

6) Upacara/Ritus 7) Kearifan Lokal 8) Teknologi Tradisional 9) Arsitektur

10) Kain Tradisional 11) Kerajinan Tradisional 12) Kuliner Tradisional 13) Pakaian Adat 14) Senjata Tradisional

Dalam upaya percepatan pencatatan warisan budaya takbenda tahun 2015 telah dilakukan pelibatan komunitas Sobat Budaya untuk pencatatan warisan budaya secara online melalui laman

warisanbudaya.info dan pencatatan Road to Campus guna menggerakkan generasi muda untuk

turut aktif mencatatkan karya budaya di daerahnya, diselenggarakan di Universitas Indonesia,

Depok, serta dilakukan veriikasi warisan budaya takbenda Indonesia di 8 lokasi, yaitu: Bali, Makassar, Ternate, Yogyakarta, Mamuju, Banten, Madura dan Bandung.

Warisan budaya takbenda Indonesia sampai tahun 2014 tercatat sebanyak 5.231 karya budaya dan ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia sebanyak 173 karya budaya. Sedangkan pada tahun 2015, tercatat sebanyak 1.007 karya budaya dan ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia sebanyak 121 karya budaya. Sehingga sampai tahun 2015 telah tercatat sebanyak 6.238 warisan budaya takbenda dan ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia sebanyak 294 karya budaya.

Hasil penetapan warisan budaya takbenda Indonesia tahun 2015, sebagaimana dalam tabel berikut:

(23)

Tabel 4

Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia

Tahun 2015

NO PROVINSI NAMA WARISAN BUDAYA

TAKBENDA KATEGORI

1 Aceh Tari Rapa’i Geleng Seni Pertunjukan 2 Aceh Tari Dampeng Seni Pertunjukan 3 Aceh Tari Bines Seni Pertunjukan

4 Aceh Pinto Aceh Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 5 Aceh Tari Rabbani Wahid Seni Pertunjukan

6 Sumatera Utara Pustaha Lak-Lak Tradisi dan Ekspresi Lisan 7 Kep.Riau Teater Bangsawan Seni Pertunjukan 8 Kep.Riau Joget Dangkong Seni Pertunjukan

9 Kep.Riau Tudung Manto Kemahiran dan Kerajinan Tradisional

10 Riau Koba Seni Pertunjukan

11 Riau Pacu Jalur Tradisi dan Ekspresi Lisan

12 Riau Menumbai- Pelalawan Pengetahuan dan Kebiasaan Perilaku Mengenai Alam Semesta

13 Bangka Belitung Adu Kerito Surong Tradisi dan Ekspresi Lisan

14 Bangka Belitung Kain Cual Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 15 Bangka Belitung Upacara Adat Nujuh Jerami Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 16 Bangka Belitung Maras Taun Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 17 Bangka Belitung Kopiah Resam Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 18 Bangka Belitung Lempah Kuning Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 19 Bangka Belitung Tradisi Ruwah Kubur Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 20 Jambi Kompangan/ Hadrah Seni Pertunjukan

21 Jambi Kuaw Tradisi dan Ekspresi Lisan 22 Jambi Tari Anggut Seni Pertunjukan 23 Jambi Tari Besayak Seni Pertunjukan 24 Jambi Tari Piring Tujuh Seni Pertunjukan 25 Jambi Tari Pisang Seni Pertunjukan 26 Jambi Tupai Jenjang Seni Pertunjukan

27 Jambi Upacara Besale Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 28 Sumatera Barat Ulu Ambek Seni Pertunjukan

29 Sumatera Barat Rabab Seni Pertunjukan 30 Sumatera Barat Salawat Dulang Tradisi dan Ekspresi Lisan

31 Sumatera Barat Pasambahan Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 32 Sumatera Barat Batombe Seni Pertunjukan

33 Sumatera Selatan Kue Lapan Jam Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 34 Sumatera Selatan Senjang Tradisi dan Ekspresi Lisan

(24)

42 Lampung Cakak Pepadun Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 43 Banten Tari Cokek Seni Pertunjukan

44 Banten Angklung Buhun Seni Pertunjukan 45 Banten Seni Rampak Bedug Seni Pertunjukan

46 Banten Sate Bandeng Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 47 Banten Seba Baduy Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 48 DKI Jakarta Tanjidor Seni Pertunjukan

49 DKI Jakarta (Buka) Palang Pintu Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 50 DKI Jakarta Sohibul Hikayat Tradisi dan Ekspresi Lisan

51 DKI Jakarta Gambang Kromong Seni Pertunjukan 52 DKI Jakarta Silat Beksi Tradisi dan Ekspresi Lisan 53 Jawa Barat Sintren Seni Pertunjukan

54 Jawa Barat Upacara Ngarot Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 55 Jawa Barat Mamaos Cianjuran Seni Pertunjukan

56 Jawa Tengah Ukir Jepara Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 57 DI Yogyakarta Rumah Joglo Yogyakarta Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 58 DI Yogyakarta Upacara Mubeng Beteng Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 59 DI Yogyakarta Gudeg Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 60 DI Yogyakarta Upacara Saparan Gamping

(Bekakak) Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 61 Jawa Timur Larung Sembonyo Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 62 Jawa Timur Singo Ulung Seni Pertunjukan

63 Jawa Timur Wayang Beber Seni Pertunjukan

64 Jawa Timur Tanean lanjang Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 65 Bali Gringsing Tenganan Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 66 Bali Endek Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 67 Bali Sangging Kamasan Bali Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 68 Bali Barong Ket Seni Pertunjukan

69 Bali Joged Seni Pertunjukan 70 Bali Tari Legong Kraton Seni Pertunjukan 71 Bali Dramatari Wayang Wong Seni Pertunjukan 72 Bali Dramatari Gambuh Seni Pertunjukan 73 Bali Topeng Sidakarya Seni Pertunjukan 74 Bali Baris Upacara Seni Pertunjukan 75 Bali Tari Sanghyang Seni Pertunjukan 76 Bali Rejang Seni Pertunjukan

77 NTB Ayam Taliwang Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 78 NTT Mbaru Niang Wae Rebo Pengetahuan dan Kebiasaan Perilaku

Mengenai Alam Semesta

79 NTT Pasola Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 80 NTT Etu Tradisi dan Ekspresi Lisan

81 Kalimantan Barat Kledik Seni Pertunjukan 82 Kalimantan Barat Kana/ bekana Tradisi dan Ekspresi Lisan

83 Kalimantan Barat Tenun Ikat Dayak/ Sintang Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 84 Kalimantan Barat Bubur Paddas Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 85 Kalimantan Tengah Sapundu Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 86 Kalimantan Tengah Sansana Bandar Tradisi dan Ekspresi Lisan

(25)

88 Kalimantan Selatan Pasar Terapung Pengetahuan dan Kebiasaan Perilaku Mengenai Alam Semesta

89 Kalimantan Selatan Lamut Tradisi dan Ekspresi Lisan 90 Kalimantan Selatan Kuriding/ Guriding Seni Pertunjukan

91 Kalimantan Selatan Bubungan Tinggi Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 92 Kalimantan Selatan Ba’ayun Mulud/Maulid Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 93 Kalimantan Timur Upacara Adat Kwangkay Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 94 Kalimantan Timur Undang-Undang Kerajaan Kutai Pengetahuan dan Kebiasaan Perilaku

Mengenai Alam Semesta

95 Kalimantan Timur Lom Plai Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 96 Kalimantan Timur Mandau Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 97 Kalimantan Timur Blontang Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 98 Kalimantan Utara Upacara Nata Umo

Maipunsubon Sawat Dangan Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 99 Kalimantan Utara Niva bi’o Mepung Tukung Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 100 Kalimantan Utara Incaut Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 101 Kalimantan Utara Bepadaw Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 102 Sulawesi Selatan Ma’badong Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 103 Sulawesi Selatan Ganrang Seni Pertunjukan

104 Sulawesi Selatan Coto Makassar Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 105 Sulawesi Barat Loka Satai/Loka Ro’do/Loka

Anjoroi Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 106 Sulawesi Barat Kain Tenun Sukomandi Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 107 Sulawesi Tenggara Tari Linda Seni Pertunjukan

108 Sulawesi Utara Musik Bia Seni Pertunjukan 109 Sulawesi Tengah Kain Tenun Donggala (Masih

harus dilengkapi) Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 110 Sulawesi Tengah Upacara Melabot Tumpe Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 111 Gorontalo Permainan Polo Palo Tradisi dan Ekspresi Lisan

112 Gorontalo Tradisi Lisan Tanggomo Tradisi dan Ekspresi Lisan

113 Maluku Cuci Negeri Soya Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 114 Maluku Inasua Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 115 Maluku Obor Paimura Adat Isiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

116 Maluku Pela Pengetahuan dan Kebiasaan Perilaku Mengenai Alam Semesta

117 Maluku Utara Hibualamo Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 118 Maluku Utara Tari Legu Sahu Seni Pertunjukan

(26)

3. Pelestarian Budaya Melalui Penetapan Warisan Budaya Dunia

Sidang ke-10 Komite Warisan Budaya Takbenda UNESCO di Windhoek, Namibia, pada hari Selasa tanggal 2 Desember 2015, telah menetapkan 3 genre tari tradisi di Bali (Three Genre of Traditional Dance in Bali) yang terdiri dari sembilan tari tradisi di Bali ke dalam UNESCO Representative List of The Intangible Cultural Heritage of Humanity. Kesembilan tari tradisional tersebut adalah: Rejang, Sanghyang Dedari, dan Baris Upacara, yang digolongkan sebagai tarian sakral; Topeng Sidhakarya, Sendratari Gambuh, dan Sendratari Wayang Wong, yang digolongkan sebagai tarian semi sakral; serta tari Legong Kraton, Joged Bumbung, dan Barong Ket “Kunthisraya”, yang digolongkan sebagai tarian hiburan.

Inskripsi tiga genre tari tradisi di Bali yang terdiri sembilan tarian Bali ke dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO merupakan bentuk pengakuan dunia internasional terhadap arti penting tarian tersebut, dan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan nilia-nilai luhur tarian Bali serta semangat untuk melestarikannya.

Inskripsi tari tradisi Bali tersebut telah menambah kepemilikan Indonesia menjadi tujuh Warisan Budaya Takbenda UNESCO setelah terdaftar sebelumnya adalah: Wayang (2008), Keris (2008), Batik (2009), Angklung (2010), Tari Saman (2011), dan Noken Papua (2012), serta satu Program Pendidikan dan Pelatihan tentang Batik (2009).

Diskripsi 9 tari tradisi Bali tersebut sebagai berikut:

1) Rejang

Rejang adalah tari keagamaan yang diadakan di Pura Marajan atau Sangga. Berdasarkan koreograinya, tarian ini tidak begitu terkait pada pedum karang seperti tarian lainnya. Tarian ini bersifat leksibel, menyesuaikan situasi dan kondisi, khususnya pada upacara Pengider Buana, para penari mengitari sajen berputar-putar mengikuti

pradaksina.

Gambar 3, Tari Rejang

(27)

2) Sanghyang Dedari

Sanghyang Dedari merupakan salah satu jenis tari Sanghyang. Tari sakral Sanghyang adalah sebuah tari kerauhan yang ditarikan dalam kondisi kesurupan. Tarian ini meiliki tujuan mistis, tidak ditampilkan di depan umum, dan ditarikan untuk melindungi desa dari wabah penyakit, bencana alam, dan sebagainya. Tarian ini merupakan tari tinggalan kebudayaan pra-Hindu yang ditarikan oleh dua gadis yang masih suci. Tarian ini tidak diiringi dengan instrumen musik, melainkan iringan beberapa orang menyanyikan lagu persembahan kepada Dewa.

Gambar 4, Tari Sanghyang Dedari

3) Baris Upacara

Baris Upacara merupakan tarian-tarian yang pada umumnya tidak memiliki lakon

(lelampan) atau ceritera. Umumnya tari Baris Upacara ditarikan untuk Dewa Yadnya. Tari Baris Upacara sebagai penunjang upacara Dewa Yadnya banyak jenisnya, merupakan simbol widyadara, apsara sebagai pengawal Ida Betara Sesuhunan turun ke dunia pada saat piodalan (odalan) di Pura bersangkutan dan berfungsi pula sebagai pemendak

(penyambut) kedatangan para dewa.

Gambar 5. Tari Baris Upacara

4) Topeng Sidhakarya

(28)

Gambar 6, Topeng Sidhakarya

5) Dramatari Gambuh

Pada umumnya fungsi Gambuh adalah sebagai tari Bebali (seremonial), yaitu sebagai pengiring upacara di pura-pura. Dramatari gambuh sebagai tari lakon klasik tertua dalam khazanah tari Bali adalah merupakan bentuk total teater yang memiliki unsur seni, drama, musik, dialog, dan tembang. Dramatari Gambuh masih memakai nama-nama tokoh penarinya diambil dari nama-nama kaum bangsawan kerajaan di Jawa Timur pada abad ke 12-14. Nama-nama itu di antaranya Demang Sompi Gontak, Tumenggung Macan Angelur, Rangga Toh Jiwa, Ario Kebo Angun-angun, Punta Tan Mundur, dan lain-lainnya. Dramatari Gambuh adalah tari dasar hampir seluruh tari-tarian yang ada di Bali. Dramatari Gambuh sangat erat hubungannya dengan pelaksanaan upacara-upacara besar terutama tingkatan upacara “mapeselang”. Tari Gambuh ditarikan pada waktu Ida Bhathara turun ke “paselang”.

Gambar 7, Tari Gambuh

6) Dramatari Wayang Wong

Dramatari Wayang Wong adalah seni pertunjukan yang pelaku-pelakunya manusia atau orang. Tarian ini merupakan perwujudan dari tari lakon Bali, perpaduan antara tari, drama, dan musik. Wayang Wong di Bali merupakan salah satu cabang seni pertunjukan yang bersifat klasik dan merupakan satu-kesatuan dari tari, tabuh, tembang dan drama dengan menggunakan tapel serta cerita/lakon yang diambil dari wiracarita Ramayana.

(29)

7) Legong Kraton

Legong Kraton adalah tari klasik yang melakonkan cerita-cerita jaman dulu seperti cerita Prabu Lasem. Tari ini biasanya ditarikan oleh tiga orang gadis dimana yang seorang berperan sebagai Condong, dan kedua orang lainnya berperan sebagai Legong.

Gambar 9, Tari Legong Kraton

8) Joged Bumbung

Joged Bumbung merupakan salah satu jenis tari Joged yang diiringi dengan gamelan bumbung bambu dan penarinya perempuan, dan pengibing laki-laki. Joged adalah semacam tari pergaulan muda-mudi yang diiringi dengan gamelan yang terbuat dari bumbung bambu. Penari joged pada awalnya menari sendiri yang disebut ngelembar. Setelah itu penari mencari pasangannya seorang laki-laki yaitu salah seorang lelaki yang menonton dan dihampiri si penari, dan laki-laki itu kemudian diajak menari bersama-sama. Begitulah seterusnya si penari berganti-ganti pasangan yang dipilihnya. Tari Joged ini ada persamaannya dengan tari gandrung.

Gambar 10, Tari Joged Bumbung

9) Barong Ket

(30)

Gambar 11, Tari Barong Ket

4. Pelestarian Budaya Melalui Kegiatan Revitalisasi Museum

Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat. Revitalisasi Museum adalah upaya untuk meningkatkan kualitas museum dalam melayani masyarakat sesuai dengan fungsinya, sehingga museum dapat menjadi tempat kunjungan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Aspek-aspek revitalisasi museum meliputi 6 aspek yaitu: aspek isik, untuk meningkatkan tampilan

museum menjadi lebih menarik; aspek manajemen, untuk meningkatkan profesionalisme dalam

pengelolaan museum dan pelayanan pengunjung; aspek program, untuk mengembangkan

program yang inovatif dan kreatif; aspek jejaring, untuk mewujudkan dan memperkuat jejaring

museum dan komunitas; aspek kebijakan, untuk menetapkan kebijakan pengelolaan museum; dan

aspek pencitraan, untuk meningkatkan citra museum di masyarakat.

Revitalisasi Museum pada tahun 2015 telah menghasilkan 2 kajian dan 15 revitalisasi isik museum sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 5

Realisasi Revitalisasi Museum Tahun 2015

No Kegiatan

1 Kajian Museum Virtual

2 Kajian Tata Pamer Museum Mpu Purwa Malang

3 Revitalisasi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama

4 Revitalisasi Museum Kepresidenan (Balai Kiri) 5 Revitalisasi Museum Tinosidin

6 Revitalisasi Museum Mansinam

7 Revitalisasi Museum Noken

8 Revitalisasi Museum Prov. Banten

9 Revitalisasi Museum Kota Makassar

10 Revitalisasi Museum Banggai

11 Revitalisasi Museum Prov. Sumbar (Adityawarman)

12 Revitalisasi Museum Prov. Sulawesi Tengah

13 Revitalisasi Museum Prov. Maluku (Siwalima)

14 Revitalisasi Museum Perjuangan Jambi

15 Revitalisasi Museum Panglima Besar Sudirman

16 Revitalisasi Museum Prov. Nusa Tenggara Timur

(31)

5. Pelestarian Budaya Melalui Pembangunan Museum

Pembangunan museum-museum di Indonesia diharapkan akan mampu mewujudkan misi museum, yaitu: mewujudkan fungsi museum sebagai sarana mencerdaskan bangsa; mengembangkan peran museum sebagai tempat penguatan kepribadian bangsa; dan meningkatkan peran museum

sebagai lembaga yang memperkokoh ketahanan nasional dan wawasan Nusantara.

Pembangunan museum ke depan diprioritaskan pada pembangunan museum tematik. Realisasi

pembangunan museumpada tahun 2015 dengan target 17 museum yang terdiri dari kajian sebanyak

6 museum dan pembangunan museum sebanyak 11 museum.

Hasil kajian dan pembangunan museum tahun 2015 sebagaimana tabel berikut:

Tabel 6

Realisasi Kajian dan Pembangunan Museum Tahun 2015

No Kegiatan

1 Kajian Museum Kapal Dewa Ruci

2 Kajian Museum Situs Candi Prambanan dan Ratu Boko

3 Kajian Museum Dongeng

4 Kajian Museum Musik

5 Kajian Museum Situs Maros Pangkep

6 Kajian Museum Mariim

7 Museum Islam Nusantara Jombang

8 Museum Song Terus, Pacitan 9 Museum Situs Semedo Tegal 10 Museum Situs Gua Harimau

11 Museum Perang Dunia II dan Trikora

12 Museum Baik

(32)

6. Pelestarian Budaya Melalui Kegiatan Revitalisasi Cagar Budaya

Revitalisasi cagar budaya adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting cagar budaya dengan menyesuaikan fungsi ruang baru yag tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat.

Aspek penting lainnya dalam revitalisasi cagar budaya adalah pemberdayaan masyarakat di sekitar situs atau kawasan cagar budaya untuk peningkatan kesadaran masyarakat dalam melestarikan tinggalan budaya.

Revitalisasi cagar budaya bertujuan untuk:

a. Melestarikan cagar budaya dan lingkungannya;

b. Menguatkan informasi dan terpeliharanya cagar budaya/situs;

c. Memanfaatkan bangunan cagar budaya secara adaptif dengan menata lingkungan sekitar cagar budaya/situs.

Metode pelaksanaan kegiatan revitalisasi cagar budaya diperlukan untuk memberikan gambaran atau syarat sayarat khusus pelaksanaan revitalisasi cagar budaya dengan memperhatikan baik dari segi fungsi khusus maupun segi teknis lainnya, yaitu :

a. dikaitkan dengan adanya pelestarian atau konservasi bangunan yang ada;

b. kesatuan perencanaan bangunan dengan lingkungan yang ada di sekitar dalam rangka implementasi penataan bangunan dan lingkungan;

c. solusi dan batasan-batasan kontekstual, seperti faktor sosial, budaya setempat, geograi, klimatologi dan lain-lain.

Selain dari kriteria di atas, dalam melaksanakan perencanaan revitalisasi memperhatikan azas-azas bangunan sebagai berikut :

1) bangunan hendaknya fungsional, eisiensi, menarik tetapi tidak berlebihan;

2) kreativitas desain tidak ditekankan pada kelatahan gaya-gaya dan kemewahan material, tetapi pada kemampuan mengadakan sublimasi antara teknik dan fungsi sosial bangunan, terutama sebagai bangunan pelayan masyarakat;;

3) dengan batasan tidak mengganggu produktivitas kerja, biaya investasi dan pemeliharaan bangunan sepanjang umurnya, yang diusahakan serendah mungkin;

4) desain bangunan dibuat sedemikian rupa sehingga bangunan dapat dilaksanakan dalam waktu yang pendek dan dapat dimanfaatkan secepatnya;

5) bangunan hendaknya dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan menjadi acuan tata bangunan lingkungan di sekitarnya.

Pelaksanaan revitalisasi cagar budaya tahun 2015 telah melibatkan para pelaku dan pengelola budaya dengan hasil revitalisasi: Situs Samudera Pasai Aceh Utara; Situs Karangkamulyan, Ciamis, Jawa Barat; dan Bangunan Cagar Budaya Eks Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan, Surakarta, Jawa Tengah.

7. Pelestarian Budaya Melalui Kegiatan Revitalisasi Taman Budaya

Sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, Taman Budaya telah diserahkan kepada Daerah, namun pengelolaan dan fungsionalisasi Taman Budaya menjadi sangat tidak baik. Revitalisasi Taman Budaya sebagai upaya mengembalikan fungsi Taman Budaya sebagai bengkel kerja, laboratorium, dan etalase budaya, bagi para seniman untuk melestarikan karya budaya menjadi program prioritas pemerintah. Sejak tahun 2012-2014, Revitalisasi Taman Budaya telah tersusun sebanyak 25 materplan dan DED, penguatan program, dan pengembangan sumber daya manusia.

Revitalisasi Taman Budaya tahun 2015 sebagai tindak lanjut masterplan dan DED telah dilakukan revitalisasi isik terhadap 6 Taman Budaya yaitu:

1) Taman Budaya Banda Aceh; 2) Taman Budaya Lampung;

(33)

4) Taman Budaya Jawa Barat; 5) Taman Budaya Jawa Tengah;

6) Taman Budaya Nusa Tenggara Barat.

8. Pelestarian budaya melalui kegiatan Pemberian Bantuan Pemerintah

Pemberian bantuan pemerintah untuk pelestarian budaya didasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 24 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Bantuan Sosial di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yakni pengeluaran berupa transfer uang, barang atau jasa yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi atau kesejahteraan masyarakat di bidang pendidikan dan kebudayaan. Sedangkan mekanisme pelaksanaannya didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor 168/PMK.05/2015, tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga.

Resiko sosial di bidang pendidikan dan kebudayaan yang dimaksudkan dalam peraturan Mendikbud tersebut meliputi kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam, dan bencana alam, yang jika tidak diberikan bantuan sosial akan terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi yang wajar di bidang pendidikan dan kebudayaan. Dalam program ini, yang dimaksud masyarakat adalah masyarakat yang melakukan pelestarian budaya baik di dunia pendidikan maupun komunitas budaya meliputi: Keraton, Komunitas Adat, Lembaga Adat, Desa Adat, Sanggar, Organisasi Penghayat Kepercayaan, serta Lembaga Keagamaan.

Realisasi pemberian bantuan pemerintah pada Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 sebagai berikut.

1) Fasilitasi Komunitas Budaya sebanyak 348 komuniats budaya; 2) Fasilitasi Alat Kesenian di Sekolah sebanyak 500 sekolah;

3) Fasilitasi Laboratorium Seni Budaya dan Film sebanyak 17 sekolah; 4) Fasilitasi Rumah Budaya Nusantara ebanyak 45 rumah budaya; 5) Fasilitasi Desa Adat sebanyak 132 desa adat.

9. Pelestarian Budaya Melalui Pemberian Anugerah Kebudayaan dan Maestro

Anugerah Kebudayaan dan Maestro merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan apresiasi dan penghargaan bagi para pelaku kebudayaan yang menunjukkan kepedulian tinggi terhadap upaya-upaya pelestarian kebudayaan.

(34)

Gambar 13. Maestro Mael Aya

Pengharhaan Kebudayaan diberikan dengan beberapa kategori yaitu :

Tanda Kehormatan dari Presiden Republik Indonesia

Tanda Kehormatan dari Presiden Republik Indonesia terdiri dari 3 kategori : Bintang Maha Putra, Bintang Budaya Parama Dharma dan Satyalancana Kebudayaan. Tanda Kehormatan tersebut di atas langsung disematkan oleh Presiden Republik Indonesia dalam rangka acara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia setiap bulan Agustus di Istana Negara. Pada tahun 2015 ada 13 orang Penerima Tanda Kehormatan sebagai berikut :

PENERIMA TANDA KEHORMATAN KATEGORI BINTANG MAHAPUTRA TAHUN 2015

NO NAMA PENERIMA BIDANG KARYA ASAL DAERAH

1 Franz Magnis-Suseno Filsuf, Budayawan DKI Jakarta

PENERIMA TANDA KEHORMATAN KATEGORI BINTANG PARAMA DHARMA TAHUN 2015

NO NAMA PENERIMA BIDANG KARYA ASAL DAERAH

1 Goenawan Susatyo

Mohamad Sastrawan dan Budayawan DKI Jakarta

2 Petrus Josephus

Zoetmulder (Alm.)

Ahli Sastra Jawa Kuno, Penyusun Kamus

Jawa Kuno Inggris Yogyakarta

3 KPH Notoprojo (Ki

Tjokrowasito) (Alm.)

Komposer Musik Karawitan Jawa, Pendukung Utama Sendratari

Ramayana

Yogyakarta

PENERIMA TANDA KEHORMATAN KATEGORI SATYALANCANA KEBUDAYAAN TAHUN 2015

NO NAMA PENERIMA BIDANG KARYA ASAL DAERAH

1 Sauti (Alm.) Pencipta Tari Serampang

Dua Belas Sumatera Utara

2 Josef Prijotomo Arsitek JawaTimur

3 Hildawati

Soemantri(Almh) Seni Rupa Keramik DKI Jakarta

4 I Nyoman Tjokot

(35)

5 M. Junus Melalatoa

(Alm.) Kartunis DKI Jakarta

7 Kotot Sukardi (Alm.) Sutradara Film DKI Jakarta

8 Suryo Sumanto (Alm.) Perintis Perilman Indonesia Jawa Tengah

9 Muhammad Sjafe’i

(Alm.) Seni dan Ketrampilan

Sumatera Barat (lahir di Banjarmasin)

Penghargaan Kebudayaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Malam Penghargaan Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2015 diselenggarakan pada tanggal 23 September 2015 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Pada kesempatan itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan memberikan penghargaan kepada 42 penerima Anugerah Kebudayaan dari beberapa kategori sebagai berikut :

PENERIMA KATEGORI PENCIPTA, PELOPOR, DAN PEMBARU TAHUN 2015

NO NAMA PENERIMA BIDANG KARYA ASAL DAERAH

1 Sitor Situmorang

(Alm.) Sastrawan, Pencipta.

Sumatera Utara

2 Wa Ode Siti

Marwiyah Sipala

Koreografer, Pencipta, Pembaru

Tari Sulawesi Selatan, Peneliti Tari. DKI Jakarta

3 Ananda Sukarlan

Komponis Musik, Pianis, Pelopor, Pembaru, Inspirator bagi generasi muda untuk mencintai

Musik

Jawa Barat

4 Saini KM

Sastrawan, Pencipta, Pelopor, dan Pembaru Teater Modern berdasarkan tradisi cerita rakyat

Sunda.

Jawa Barat

5 Irvan Noe’man

(Alm.)

Perancang, Pakar Desain Komunikasi Visual, Pelopor wacana Ekonomi Kreatif, dan Pembaru gagasan desain visual.

Jawa Barat

6 Syahrinur Prinka

(Alm.)

Seniman, Pendidik dalam bidang Desain Komunikasi Visual, Pembaru gagasan ekspresi visual yang kritis di media massa untuk

mencerdaskan bangsa.

Jawa Barat

7 Marga T

Sastrawan, Pelopor penulisan sastra populer di Indonesia pada

tahun 1970-an.

(36)

8 Oscar Motuloh

Fotografer, Pendidik, Pelopor komunitas fotograi jurnalistik

(Galeri Fotograi Jurnalistik Antara)

DKI Jakarta

9 Avip Priatna

Konduktor musik, Komposer, Orkestrator, Pelopor aransemen

paduan suara

Jawa Barat

10 Marselli Sumarno Kritikus Film DKI Jakarta

PENERIMA KATEGORI PELESTARI TAHUN 2015

NO NAMA PENERIMA BIDANG KARYA ASAL DAERAH

1 Anna Kumari Pemelihara Tradisi Sumatera

Selatan

2 Hayatinufus Tobing Ahli Kuliner Tradisional DKI Jakarta

3 Ni Ketut Arini

Pemelihara Tradisi, Koreografer, dan Sindon

Wayang Beber

Bali

4 Yahya Andi Saputra Peneliti Kebudayaan dan

Seniman Tradisi Lisan DKI Jakarta

5 Vincentius Kirjito Pemelihara Tradisi/Adat/

Ritus Alam Jawa Tengah

6 Agus Nur Amal (Agus

PM. Toh) Penerus Tradisi Lisan Aceh

7 Semuel Laufa Pemelihara Tradisi Alor NTT

8

Saur Marlina Manurung (Butet

Manurung)

Perintis dan Pelaku Pendidikan Alternatif Bagi

Masyarakat Terasing

DKI Jakarta

9 Muhammad Djafar Pengrajin Perahu tradisional

Pa’dewakang

Sulawesi Selatan

10 Viani Subiyat Koreografer Papua

PENERIMA KATEGORI ANAK DAN REMAJA TAHUN 2015

NO NAMA PENERIMA BIDANG KARYA ASAL DAERAH

1 Bathara Saverigadi

Dewandoro

Seni Tari dan

Koreograi DIY

2 Elansyah Putra Merdeka Seni Lukis Sulawesi Tengah

3 Sherina Salsabila Penulis DKI Jakarta

4 Vicky Wahyu Hermawan

Ramadhan Seni Pedalangan Jawa Tengah

5 Putri Yumna Salsabila

Uphadana Seni Lukis Jawa Timur

PENERIMA KATEGORI PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2015

NO NAMA PENERIMA ASAL DAERAH

1 Pemerintah Kabupaten SIAK Riau

2 Pemerintah Kabupaten

BANYUWANGI Jawa Timur

(37)

PENERIMA KATEGORI KOMUNITAS TAHUN 2015

Komunitas budaya yang mengusung tradisi teks Sutasoma oleh Mpu Tantular

(Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika), dengan menggelar Grebek Aksara di berbagai tempat di Indonesia. Didirikan

sejak tahun 2000 oleh Ida Wayan Granoka, Grebek Aksara telah menjadi

ajang pembelajaran ribuan anggota komunitas, ratusan desa, dan puluhan

festival.

Komunitas seniman yang mengeksplorasi tari kontemporer Indonesia yang kemudian berkembang sebagai salah satu forum seni pertunjukan terpenting dunia. Diselenggarakan sejak tahun 1992 secara berkesinambungan dan melahirkan seniman-seniman dan

karya-karya kreatif dengan idiom-idiom baru.

DKI Jakarta

3 Padepokan

Lemah Putih

Komunitas budaya yang memberikan penafsiran baru dalam pembebasan tubuh dalam gerak hayati. Dirintis sejak tahun 1986 oleh Soeprapto Soerjodarmo

di Solo, kini meluas menjadi komunitas global melalui penyelenggaraan

berbagai pertemuan (pasamuan)

multikultur.

Jawa Tengah

PENERIMA KATEGORI PERORANGAN ASING TAHUN 2015

NO NAMA

PENERIMA BIDANG KARYA ASAL DAERAH

1 Anthony H.

Johns

Ahli sastra Indonesia modern dan

naskah-naskah Islam klasik Indonesia Australia

2 Sandra Niessen

Berjasa besar dalam pelestarian ulos (kain tenun etnis Batak) dan tenunan

Indonesia lainnya

Canada

3 Henri

Chambert-Loir

Ahli naskah Bima dan Melayu, ahli dalam bahasa dan sastra Indonesia

modern

Perancis

PENERIMA PENGHARGAAN MAESTRO SENI TRADISI TAHUN 2015

(38)

3 Abdul Wahab Lihu 78

Penutur Tujai (Puisi lisan berisi nasihat untuk kepentingan upacara daur hidup (kelahiran, perkawinan, dan kematian))

4 Justinus Hokey 70 Pemusik dan Penyanyi Kakula

5 Jan Malibela 73 Penari, Penyair, Perupa,

Selain itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan dana tunjangan kepada 49 Maestro yang sebelumnya mendapatkan penghargaan. Berikut adalah nama-namanya :

PENERIMA MAESTRO SEBELUMNYA s.d. TAHUN 2014

NO NAMA PENERIMA BIDANG KEAHLIAN ASAL DAERAH

1 Abdullah Abdurrahman Seniman Tari NAD

2 Ibrahim Ahmad Wayang Bangsawan Kep. Riau

3 H. Ali Ahmad Pantun Kep. Riau

4

Djalaluddin Sastrawan (Folklore) Bengkulu

5 Iskandar Zakaria Pembuat Mushaf Al Quran Jambi

6 Batman Seni Campak Dalung Bangka Belitung

7 Sawir Sutan Mudo Syair dan Musik Sumbar

8 Islamidar Sampelong Sumbar

9 Chan Umar Seniman Ukir Khas

Minangkabau Sumbar

10 Sahilin Pemantun Gitar Batanghari 9 Sumsel

11

Masnuna Penutur Sastra Lisan Lampung

“Dadi” Lampung

12 Tan De Seng Peng. Kecapi Suling Jabar

13 Karna Pembuat Gong Jabar

14 Dariah Penari Lengger Jawa Tengah

15 Suwitri Penari Topeng Slawi Jawa Tengah

16 Suyati Tarwo Sumosutargio Tari Tradisional Jawa Tengah

17 Tentrem Pembuat Gong ageng Jawa Tengah

18 Mbah Kandar Wayang Krucil Jatim

19 Jamhar Akbar Sastra Lisan (Lamut) Kalsel

20 Peder Seni Ukir Kalbar

21 Liu Jiu Tot Tari Topeng Hudog Kaltim

22 I Made Sidja Dalang Bali

23 Wayan Oka Granoka Seni Teater Bali

24 I Made Taro Tradisi Lisan Bali Bali

25 Serang Dakko Penabuh Gendang Sulsel

26 Abdul Muin Daeng Mile Musik Tradisional Gendang Sulsel

27 Daeng Manda Seni Tari Sulsel

28 Bing Leuwakabessy Pemusik Hawaien Maluku

(39)

30 La Ode Kamaluddin Penyanyi Kabhanti Sultra

31 Amaq Raya Tari dan Musik Tradisional NTB

32 Jeremias Aogust Paah Musik Sasando NTT

33 Nazamuddin Pelatih/Penari Zepin lembut

tradisional Kalimantan Barat

34 Petrus Pande Migo Penari Seni Tari Tradisional NTT

35

Engkos Kosasih Pemain Kesenian

Blenggo-Betawi DKI Jakarta

36 Mak Cida Penari Pakarena Sulawesi Selatan

37 Baidjuri Tarmuzi (Baidjuri Tarsa)

Seni Pertunjukan (Musik dan

Tari) Bangka Belitung

38 Jariah Seni Tutur (Dideng) Jambi

39 Missy Ano Seni Tari Suku Sahu Maluku Utara

40 Nari (Amaq Nurmini Sastra Lontar Sasak NTB

41 Roghaya Seni Pertunjukan (Makyong) Kep. Riau

42 Salmom Oropa Seni Tari, Teater dan Seni Ukir Papua

43 H. Sanusi Pencak Silat DKI Jakarta

44 Taslim bin Faham Seni Pertunjukan (koba) Riau

45 Maria Magdalena

Rubinem Seni Pertunukan Karawitan Yogyakarta

46 H. Rodjali Seni Pertunjukan (Gambang

Kromong) DKI

47 Rosa Agapa Seni Kriya (Noken) Papua

48 Marsius Sitohang Seni Pertunjukan (Seni

Tradisional Batak) Sumatera Utara

49 Murka’ Seni Kriya (Keris) Jawa Timur

Gambar 14. Malam Penghargaan Anugerah Kebudayaan dan Maestro 2015

10. Penganugrahan Pelestari Cagar Budaya dan Permuseuman

Gambar

Tabel 1Jumlah Pegawai PNS dan Non PNS Ditjen Kebudayaan 2015
Tabel 1
   Tabel 2TARGET DAN REALISASI MATA BUDAYA YANG DILESTARIKAN TAHUN 2015
Tabel 3Daftar Penetapan Cagar Budaya Peringkat Nasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

asaran Strategis dan Indika- tor Kinerja yang digunakan dalam rencana kinerja Kemen- terian Koordinator bidang Pem- bangunan Manusia dan Kebudayaan tahun 2015 adalah mengacu

Guna mempertanggungjawabkan kinerja Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (Ditjen PAUDNI) dalam mencapai tujuan sasaran strategis

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Biro Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015 adalah

Laporan akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan merupakan perwujudan pertanggungjawaban kinerja kepada Direktur Jenderal

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Agenda Pembangunan Nasional 2015 – 2019 yang terkait dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas adalah meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing

Alamat : Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung E Lantai 10,

Seleksi Calon Peserta IBO 2015 OSN 2014 – Praktikum Anatomi dan Fisiologi Hewan. 1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT