• Tidak ada hasil yang ditemukan

Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 1973

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 1973"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

PUSAT HUKUM DAN HUMAS BPN RI SJDI HUKUM MENTERI DALAM NEGERI

INSTRUKSI MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 21 Tahun 1973

TENTANG

LARANGAN PENGUASAAN TANAH MELAMPAUI BATAS

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : - bahwa diketahui adanya gejala-gejala di sementara daerah tentang adanya usaha-usaha/tindakan-tindakan baik yang dilakukan oleh perorangan maupun badan hukum untuk mengadakan penguasaan dan atau pemilikan tanah yang melampaui batas/kebutuhan usaha sesungguhnya;

- bahwa adanya usaha/tindakan semacam itu akan menjurus kepada usaha-usaha/tindakan-tindakan yang bersifat monopoli yang merugikan masyarakat dan karena bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara;

- bahwa Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 (Lembaran Negara 1960 Nomor 104) pasal 7 telah menggariskan, bahwa untuk tidak merugikan kepentingan umum, maka pemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas tidak diperkenankan;

- bahwa sambil menunggu dikeluarkannya peraturan perundangan yang akan mengatur hak itu, dipandang perlu untuk segera mengambil langkah-langkah pengamanan dan penertiban dengan mengeluarkan Instruksi yang melarang dilakukannya tindakan tersebut.

Mengingat : 1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3); 2. Ketetapan MPR-RI No. IV/MPR/1973;

3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 (Lembaran Negara 1960 No. 104) Pasal 7.

MENGINSTRUKSIKAN:

Kepada : Semua Gubernur Kepala Daerah seluruh Indonesia, untuk:

PERTAMA : Melarang/tidak memberikan izin dan atau persetujuan baik kepada perorangan maupun badan-badan hukum untuk memiliki dan atau menguasai bidang-bidang tanah yang melampaui batas kebutuhan usaha sesungguhnya (seperti halnya usaha-usaha/tindakan-tindakan perorangan yang bersifat spekulatif, usaha-usaha badan hukum untuk pembangunan sesuatu industri, Industri Estate, Real Estate dan lain-lain).

(2)

2

-PUSAT HUKUM DAN HUMAS BPN RI SJDI HUKUM

KETIGA : Segera mengadakan langkah-langkah untuk sejauh mungkin mengarah kepada penertiban terhadap pemilikan dan atau penguasaan atas tanah yang melampaui batas kebutuhan usaha sesungguhnya, berdasarkan ketentuan-ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

KEEMPAT : Mengadakan langkah-langkah pengawasan yang lebih intensif terhadap pelaksanaan pembebasan tanah milik rakyat yang akan dipergunakan untuk kepentingan pembangunan proyek-proyek tertentu, agar diselenggarakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundangan yang berlaku.

KELIMA : Memberi laporan atas pelaksanaan Instruksi ini kepada kami dalam waktu yang singkat.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 10 September 1973

MENTERI DALAM NEGERI, ttd

AMIRMACHMUD

TEMBUSAN disampaikan kepada:

1. Yth. BAPAK PRESIDEN R.I. sebagai laporan. 2. Yth. Sdr. Menteri HANKAM di Jakarta.

3. Yth. Sdr. Panglima Kopkamtib di Jakarta. 4. Yth. Sdr. Kepala BAKIN di Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa sehubungan dengan itu dalam Sukses Pertanahan sebagaimana diamanatkan oleh Presiden dalam Pembukaan Rapat Kerja Gunernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/Walikotamadya

Agar para Gubernur, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah dalam kedudukannya selaku Kepala Wilayah dan yang sekaligus selaku Kepala Satuan Pembinaan Tingkat I dan Tingkat II (Kepala

Bahwa sehubungan dengan itu dalam sukses Pertanahan sebagaimana diamanfaatkan oleh Presiden dalam Pembukaan Rapat Kerja Gunernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/Walikotamadya

b. Bahwa sehubungan dengan itu dalam Sukses Pertanahan sebagaimana diamanatkan oleh Presiden dalam Pembukaan Rapat Kerja Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/Walikotamadya

pelaksanaan kegiatan pada sektor esensial seperti, kesehatan, bahan pangan, makanan, minuman, energi, komunikasi dan teknologi informasi, keuangan, perbankan,

Pilar Acuan Batas Utama, yang selanjutnya disingkat PABU, adalah pilar yang dipasang sebagai tanda batas antar Provinsi/ Kabupaten/Kota yang diletakkan disisi

1) untuk wilayah yang berada dalam Zona Hijau, diizinkan dibuka dengan pembatasan kapasitas maksimal 75% (tujuh puluh lima persen) dengan menggunakan aplikasi

: Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada Diktum KELIMA , Posko tingkat Desa dan Kelurahan berkoordinasi dengan Satgas COVID -19 tingkat Kecamatan , Kabupaten / Kota