• Tidak ada hasil yang ditemukan

menuliskan artikel singkat mengenai hal tersebut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "menuliskan artikel singkat mengenai hal tersebut"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Indonesian Government

http://www.th0r.info

Wacana pemblokiran situs porno kembali bergaung. Kali ini topik tersebut dibahas

langsung oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (MenKomInfo) Prof. Ir. Mohammad

Nuh DEA, yang nampaknya sudah sangat siap dengan langkah-langkah teknis

rincinya. Apakah langkah tersebut akan efektif mengingat begitu deras dan kuatnya

cengkeraman arus ”informasi” sejenis ini?

Lontaran wacana Menkominfo dimulai dengan potensi loncatan jumlah pengguna

Internet di Indonesia yang diperkirakan akan mencapai angka peningkatan 100%,

yakni dari 25 juta menjadi 50 juta pengguna. Namun Menteri punya syarat tertentu

agar lonjakan tersebut tidak mengguncang masyarakat dengan menyatakan bahwa

situs-situs penyedia informasi pornografi di Indonesia akan dibuat gulung tikar

(http://kompas.com/entertainment/read.php?cnt=.xml.

2008.03.21.17010887&channel=1&mn=101&idx=109).

MenKomInfo menyatakan bahwa pihaknya akan merealisasikan hal tersebut dengan

menggunakan sistem pemblokiran di tiga level, yakni level masyarakat, level software,

dan level Internet Support Provider (ISP). Ketiga level ini akan dituntaskan pada bulan

April atau Mei tahun ini. Namun apakah bisa semudah itu direalisasikan?

Lima Besar

Proses pemblokiran pada level masyarakat misalnya, Prof. Mohammad Nuh

(2)

sendiri dan diharapkan masyarakat sendiri memutuskan untuk tidak mengakses

situs-situs porno di Internet. Namun demikian, kenyataan yang kita hadapi saat ini sungguh

sulit untuk membuat kita mengatakan bahwa himbauan ini akan benar-benar didengar

oleh masyarakat.

Kenyataan nya memang hal yang paling laris di Internet saat ini adalah pornografi dan

warez (barang hasil pembajakan). Bagaimana tidak? Apabila kita melakukan sedikit

penelitian dan pergi ke situs-situs yang membantu kita mengetahui jumlah

pengunjung sebuah situs dan asal pengunjung tersebut seperti Alexa.com, kita akan

bisa melihat bahwa peringkat 5 besar untuk situs Indonesia yang paling banyak

mendapatkan akses dari Indonesia, 3 di antaranya adalah situs pornografi dan/atau

setidaknya mengandung unsur pornografi. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah

pengunjung situs pornografi di Indonesia itu sendiri memang sangat banyak,

mungkinkah mereka semua dihentikan secara total dan seketika?

Distribusi

Sedangkan pada proses pemblokiran level kedua, yakni yang menggunakan sebuah

software atau piranti lunak yang melakukan pemblokiran situs porno, apakah distribusi

piranti lunak tersebut akan mencakup seluruh warnet atau malah individu di

Indonesia? Memang mungkin hal ini akan dapat sedikit banyak mengurangi

pengunjung situs pornografi, namun jumlah peranti lunak yang telah di-hack oleh para

hacker pun jumlahnya hampir menyamai (atau malah sudah) menyamai jumlah piranti

lunak itu sendiri. Sekiranya, hal teknis apakah yang akan Depkominfo lakukan untuk

(3)

Pada dasarnya proses pemblokiran pada level kedua dan ketiga, yang akan

melibatkan ISP, tidak begitu berbeda. Hanya saja memang pemblokiran yang

bekerjasama dengan pihak ISP akan mencakup pengguna Internet yang lebih luas.

Namun sudah cukupkah persiapan pengamanan pada tingkat ini? Sudahkah mereka

menyadari betapa rumitnya pekerjaan mereka?

Ok! Dengan semangat menyumbang saran berdasarkan pengalaman sehari-hari,

mari kita gambarkan sedikit kerumitan yang akan mereka hadapi tersebut.

Studi Kasus: Google Hacking

Tidak usah terlalu muluk atau sulit-sulit. Mari kita bayangkan skenario ini: Seseorang

memiliki sebuah komputer yang sudah memiliki peranti lunak dan terhubung ke ISP

yang telah melakukan pemblokiran terhadap segala hal yang berbau pornografi di

Internet. Lantas seseorang menggunakan komputer dan jaringan Internet milik

komputer tersebut untuk mengakses situs translator bahasa seperti milik Google yang

tersedia di http://www.google.com/translate_t. Peranti lunak dan/atau ISP akan

mendeteksi koneksi ke situs Google dan IP (Internet Protocol) milik Google itu sendiri.

Padahal, sebenarnya link tersebut bisa saja merupakan situs ”bikinan” orang yang

bisa berisi apa saja, termasuk pornografi. Bagaimana caranya?

Dengan menggunakan bantuan Google (sebagai perisai), seseorang dapat saja

berpura-pura melakukan translate bahasa terhadap suatu situs porno. Namun apabila

mereka melakukan pengaturan bahasa yang salah, misalnya translate dari bahasa

Inggris ke Spanyol, padahal bahasa asli situs tersebut adalah Indonesia, maka tidak

(4)

utuh dan memberikan seseorang akses penuh seperti mereka membuka situs itu

sendiri.

Tampilan situs http://www.th0r.info yang diambil melalui Google Translate

Katakanlah memang piranti lunak ataupun konsep yang dibuat oleh pihak ISP

melakukan blokir secara manual dengan mengenali alamat situs yang dituliskan pada

URL bar di atas, sehingga selama ada kata kunci nama situs tertentu maka tetap tidak

akan bisa terbuka walaupun itu berasal dari Google sekalipun. Seorang yang mau

melakukan pemikiran kecil akan dapat mengatasinya, bagaimana dengan translator

(5)

Tampilan situs http://www.th0r.info diambil melalui http://www.babelfish.altavista.com

Bagaimana dengan yang satu ini? Hal ini akan membuat seorang pengakses situs

porno tidak perlu melakukan kontak atau hubungan sama sekali dengan situs porno

itu sendiri. Akankah piranti lunak atau proses pemblokiran pada level ISP tersebut

menghentikan hal ini?

Tentu ini bukanlah sebuah hal yang rumit atau besar, dan bukan satu-satunya. Masih

banyak orang di luar sana yang memiliki teknik pembobolan tertentu terhadap sistem

pemblokiran sejenis ini. Akankah kita benar-benar membuat bangkrut atau gulung

tikar seluruh situs porno Indonesia? Ataukah kita akan mencoba memblokir mereka

dengan catatan melakukan pemblokiran secara menyeluruh terhadap Google, dan

perusahaan besar di dunia Internet lainnya? Atau malah Indonesia akan mencoba

memerangi akses situs pornografi di Internet dengan terpaksa meniadakan Internet?

(6)

Pro dan kontra terhadap keputusan MenKomInfo tersebut pun tidak dapat dihindari,

apalagi mengingat bahwa keputusan penutupan situs sharing video terbesar di dunia

http://www.youtube.com menyusul tepat setelah keputusan pemblokiran situs porno

ini dinyatakan. Berbagai kritik, saran, masukan dan diskusi pun terjadi di berbagai

forum online di Indonesia menanggapi hal ini, namun demikian tindakan extreme dari

para ’malicious guys’ atau yang biasa dikenal dengan nama dedemit maya tetap

harus menjadi suatu hal tambahan yang harus dihadapi pemerintah, khususnya

depkominfo.

Hanya selang beberapa hari saja sesudah keputusan pemblokiran situs pornografi

tersebut, situs depkominfo pun menjadi mangsa tindakan iseng namun nekat para

dedemit maya ini. Foto hasil modifikasi dengan wajah pakar telematika KRMT Roy

(7)

Tampilan situs http://www.depkominfo.go.id pada saat di deface

Hal ini ternyata menjadi magnet tersendiri bagi segenap pengguna Internet diseluruh

Indonesia, panel-panel diskusi online pun semakin banyak bermunculan; tentu

dengan bahasan penyerangan terhadap situs DepKomInfo ini. Hal tersebut

seolah-olah membuat para pengguna Internet yang sebelum nya menunjukan protes

terhadap keputusan blokir situs porno menjadi lupa akan tujuan protes mereka yang

sebenarny. Bahkan sangat disayangkan karena memang ada beberapa buah situs

yang tidak memiliki hubungan apapun, baik dengan pemerintah maupun DepKomInfo

secara khusus, tetap menjadi sasaran para dedemit maya ini.

Sebagai seorang korban yang gambar wajahnya dipajang di halaman depan situs

DepKomInfo, pakar telematika KRMT Roy Suryo sempat mengatakan kepada media

(8)

bahkan dia mengatakan bahwa dirinya telah menemukan sang pelaku dan/atau cara

yang mereka gunakan. Namun demikian Roy Suryo mengatakan bahwa dirinya belum

bisa mengatakan lebih rinci mengenai perihal tersebut.

How to Deface

Apabila KRMT Roy Suryo sibuk dengan berbagai tindak pelacakan dan penyelidikan

sehubungan dengan pelaku tindak defacement terhadap situs DepKomInfo, maka

kebanyakan pengguna Internet di Indonesia justru membuka berbagai panel diskusi

online membahas mengenai tata cara yang sang penyerang lakukan untuk dapat

masuk ke dalam situs tersebut. Banyak jawaban bermunculan, namun demikian

apakah jawaban-jawaban tersebut memang benar adanya? Lantas siapa sih pelaku

tindak defacement situs DepKomInfo itu sendiri? Apakah mungkin terlacak? Mari kita

diskusikan sedikit di sini.

Tentu segenap pembaca sudah tahu apabila situs daripada DepKomInfo adalah

http://www.depkominfo.go.id dan disana terdapat sebuah portal yang menyediakan

berbagai informasi sehubungan dengan departemen negara yang membahas

mengenai teknologi komunikasi dan informasi ini; termasuk diantaranya berbagai hal

sehubungan dengan ketentuan yang dicetuskan oleh Prof. Ir. Mohammad Nuh DEA

selaku Menteri Komunikasi dan Informatika, seperti link download piranti lunak

pencegah akses situs porno.

Situsnya terlihat cukup kokoh dan simpel, bahkan tampilan simpel namun teratur itu

justru memberikan kesan profesional yang lebih kepada situs yang sudah berusia

lebih dari 3 tahun ini – Namun demikian apakah situs ini aman dari ancaman

(9)

Pada dasarnya situs http://www.depkominfo.go.id ini memiliki cukup banyak celah

keamanan dan kebanyakan dari celah keamanan tersebut bersifat kritikal dan

berbahaya. Beberapa jenis celah keamanan berbasis Web Application yang ada pada

situs DepKomInfo tersebut antara lain adalah SQL Injection, Cross-site Scripting

(XSS) dan/atau Cross-site Request Forgery (CSRF). Berikut adalah salah satu contoh

celah keamanan yang sudah cukup banyak diketahui khalayak umum.

Halaman login situs http://www.depkominfo.go.id bagian e-Commerce

Dengan melakukan sebuah jenis serangan yang bernama SQL Injection (Dimana hal

tersebut tidak akan dijelaskan disini), maka seseorang dapat dengan mudah

(10)

daripada situs http://www.depkominfo.go.id yang memang berada dibawah naungan

departemen komunikasi dan informatika. Berikut adalah contoh login dengan

memanfaatkan tehnik penyerangan sejenis ini:

Halaman Administrator http://www.depkominfo.go.id bagian e-Commerce

Selain tehnik yang bernama SQL Injection pun ternyata tehnik bernama Cross-site

Scripting (XSS) yang juga merupakan sebuah tehnik yang paling banyak ditemukan di

berbagai situs di dunia, juga dapat ditemukan di dalam situs

(11)

Auto download Virus%20Neh.rar dari http://www.th0r.info

Tidak memasang filter terhadap kode-kode baik HTML maupun JavaScript pada

kolum-kolum dinamik pada situs DepKomInfo ternyata mampu menimbulkan celah

keamanan yang terbilang berkelas cukup kritikal juga. Bagaimana tidak, seorang

pemilik warnet dan/atau orang yang berkepentingan untuk mendownload program anti

konten pornografi dari situs tersebut misalnya, bisa saja mereka justru melakukan

download terhadap program dan/atau menjalankan kode merugikan yang tidak

diketahui dari mana asal usulnya.

Lebih dari itu, selain bisa tertipu dengan auto-download file seperti pada contoh

diatas, bisa saja para pengunjung situs tersebut malahan di”paksa” melakukan suatu

(12)

Tampilan situs http://www.th0r.info yang diambil melalui http://www.depkominfo.go.id

Gambar diatas menunjukan pada kita bahwa kita dapat membuka iframe halaman

situs http://www.th0r.info melalui http://www.depkominfo.go.id – Tentu hal ini tidak

begitu kritikal apabila kita melihatnya dari sisi yang seperti ini, namun bagaimana

apabila seorang pengunjung situs DepKomInfo dibuat membuka sebuah situs

pornografi padahal dia tidak bermaksud membukanya? Bahkan mungkin saja orang

itu membuka halaman tersebut dari warnet.

Hal tersebut mungkin masih bisa dianggap enteng atau sebelah mata, namun

bagaimana kalau sang penyerang telah sedemikian rupa menyiapkan link ke sebuah

URL yang apabila di buka akan membuat sang pembuka menuju kesebuah halaman

(13)

Karena kode kecil bisa terjadi salah paham yang besar bukan? Hal seperti ini biasa

saya sebut sebagai fenomena 1-Click to Jail (http://th0r.info/?p=82).

Kira-kira demikian lah beberapa celah keamanan yang dapat kita temukan hanya

dengan melihat sepintas pada situs http://www.depkominfo.go.id, saya rasa masih

banyak hal lain yang juga tak kalah penting dan harus dicermati sama atau bahkan

lebih daripada celah-celah seperti ini. Ok, sekarang bagaimana dengan pelakunya?

Saya memang bukan seorang ahli penyelidikan kasus seperti ini, apalagi dengan

akses terbatas ke situs DepKomInfo itu sendiri, namun demikian saya pribadi sempat

menemukan beberapa daripada celah-celah keamanan ini yang memang telah

didiskusikan secara publik, bahkan jauh sebelum terjadinya kasus defacement di situs

http://www.depkominfo.go.id – Apakah benar ada 1 orang yang melakukan tindakan

itu? Sebab kemungkinan yang masuk dan mencoba saja ada puluhan.

Memang benar, mencoba masuk tanpa memberitahukan segala sesuatunya kepada

yang empunya system adalah suatu tindakan yang tidak bisa dibenarkan, namun lain

halnya apabila perihal mengenai celah keamanan ini sudah diberitahukan

sebelumnya kepada yang bersangkutan. Kenyataan nya memang beberapa instansi

terkait khususnya yang berkenaan langsung dengan pemerintah, kerapkali tidak

menanggapi hal ini. Pengalaman pribadi saya adalah pada saat memberikan

informasi mengenai celah keamanan pada PT. Telkom dan http://www.register.net.id

yang mana email nya bahkan tidak dibalas sampai lebih dari 6 bulan (Dengan catatan

mengirimkan beberapa email dan tidak hanya sebuah).

Alangkah baiknya apabila pemikiran mengenai ”Celah Besar” dan ”Celah Kecil”

(14)

bidang keamanan informasi bisa saja menjadi sangat besar walaupun berawal hanya

dari kesalahan yang paling kecil sekalipun.

Domain *.id (In)Security

Selain situs http://www.depkominfo.go.id yang baru-baru ini mendapatkan serangan

dalam bentuk defacement, anak organisasi Departemen Komunikasi dan Informatika

inipun ternyata memiliki celah yang cukup kritikal. Hal tersebut menjadi jauh lebih

perlu kritikal mengingat anak organisasi ini adalah http://www.register.net.id,

satu-satunya organisasi penyedia jasa layanan daftar domain *.id milik Indonesia.

Jelas bagi mereka yang sudah lama bermain di dunia Internet, nama PANDI bukan

lah sebuah nama yang asing. Ya! Organisasi pengelolaan domain *.id atau yang

biasa dikenal juga dengan nama PANDI merupakan organisasi pengelola situs

https://www.register.net.id. Melalui situs tersebut anda dapat menemukan banyak

jenis domain *.id seperti *.co.id yang diperuntukan bagi sebuah perusahaan, *.ac.id

yang diperuntukan bagi berbagai instansi yang terkait dengan pendidikan, *.web.id

yang diperuntukan bagi mereka yang menginginkan situs untuk kepentingan pribadi

(15)

Tampilan situs http://www.register.net.id

Situs register.net.id ini sendiri merupakan sebuah situs resmi pengelolaan domain *.id

satu-satu nya yang berada dibawah pengawasan serta pengelolaan pihak

Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Direktorat Perangkat

Lunak dan Konten.

Hal ini lah yang memberikan saya asumsi bahwa situs http://www.register.net.id ini

merupakan anak organisasi secara langsung maupun tidak langsung dari

DepKomInfo – Sebelumnya saya mohon maaf apabila asumsi saya salah.

Celah Keamanan

Walaupun dapat dikatakan sebagai yang terbesar dan/atau satu-satunya di Indonesia

yang wajib mengelola domain *.id ternyata http://www.register.net.id pun tidak luput

(16)

Register.net.id sempat dikejutkan dengan penemuan celah keamanan berupa

Cross-site Scripting (XSS) pada halaman aplikasi Whois mereka; sebuah celah yang

memungkinkan seorang pemilik domain *.id memasang jebakan berupa kode pencuri

data pribadi seperti password dan informasi penting lainnya kepada siapapun yang

melakukan Whois ke domain miliknya. Maka kali ini mereka harus menerima

kenyataan lagi bahwa segala aplikasi dan fitur yang mereka berikan kepada setiap

pemilik domain *.id justru dapat dimanfaatkan untuk melakukan sebuah tindak

kriminalitas paling berbahaya dan merugikan, yakni Identity Theft (Pencurian

Identitas).

Merupakan sebuah kenyataan yang telah diketahui cukup banyak orang, bahwa untuk

dapat melakukan pendaftaran domain *.id seorang pendaftar harus mengisi sebuah

formulir pendaftaran secara online. Setelah melakukan pendaftaran tersebut, seorang

pendaftar harus melengkapi proses pendaftaran mereka dengan melakukan upload

beberapa hasil pemindaian (scanning) dokumen penting seperti NPWP, KTP, SIUP,

SIM, dan berbagai dokumen lainnya ke dalam situs register.net.id. Data yang ada

pada formulir pendaftaran dan pada hasil pemindaian tersebut kemudian akan

dicocokan oleh pihak register.net.id – Hal inilah yang akan menjadi salah satu faktor

penting lulus atau tidaknya sebuah proses pendaftaran domain *.id.

Namun apa yang akan terjadi apabila dengan melakukan sedikit manipulasi yang

bahkan seorang awam bisa lakukan, berbagai dokumen penting yang telah di upload

oleh setiap daripada pemilik domain *.id itu ditampilkan secara bebas? Bukankah hal

ini akan membuka sebuah jalan besar bagi setiap pencuri identitas untuk melakukan

misi mereka? Masih ingat kah kita dengan kasus pencurian identitas yang dilakukan

(17)

Terlebih lagi, mereka hanya memerlukan sebuah web browser dan user id di situs

register.net.it, suatu hal yang dapat dimiliki oleh siapapun di dunia ini secara bebas.

Hal inipun tentu akan sulit untuk ditindak lanjuti.

Tampilan berbagai dokumen penting yang dapat diakses bebas melalui http://www.register.net.id

Data yang seorang pencuri dapatkan kemudian bisa dijual, maupun dimanfaatkan

lebih lanjut untuk melakukan berbagai tindak kriminalitas. Tentu kita tidak lupa bahwa

pendaftaran kartu kredit seperti milik Bank Mega hanya membutuhkan KTP untuk

menyelesaikan pendaftaran nya, belum lagi kemungkinan permintaan cetak ulang

kartu ATM di beberapa bank di Indonesia yang juga hanya meminta KTP sebagai

tanda pengenal, dan berbagai kemungkinan tindak kriminal lainnya yang tentu akan

sangat merugikan sang pemilik identitas yang asli.

(18)

Selain dapat digunakan untuk melakukan berbagai tindak kriminalitas serius seperti

pendaftaran dan data yang terdapat pada hasil pemindaian KTP itu ternyata adalah

data yang telah dicuri dari register.net.id itu sendiri dan di modifikasi sedikit saja, akan

kah pihak register.net.id melakukan validasi kebenaran kepemilikan KTP dan/atau

diskusi dan ajang ’buka-bukaan’ para dedemit cyber? Bukankah hal itu akan cukup

menyulitkan?

Celah Lainnya

Selain celah keamanan yang membuat orang dapat mencuri identitas orang lain

seperti ini, ternyata http://www.register.net.id juga menghadapi beberapa celah

(19)

• Illegal Documents Deletion yang memungkinkan seorang penyerang

melakukan penghapusan data dan/atau dokumen penting pemilik website *.id

yang terdaftar di situs tersebut. Walaupun tidak kritikal, namun hal ini cukup

merepotkan.

• Illegal Personal Information Listing yang memungkinkan seorang penyerang

melakukan pendataan secara terperinci berbagai informasi seorang pemilik

situs berakhiran *.id – Alamat rumah, nomor telepon dan berbagai informasi

pribadi lainnya dapat diakses dengan menggunakan celah yang terdapat pada

situs tersebut.

Memang berbagai celah keamanan di situs http://www.register.net.id tersebut telah di

tutup oleh pihak yang bersangkutan. Akan tetapi, butuh waktu lebih dari 8 bulan bagi

mereka untuk dapat menyadari celah keamanan tersebut dan arti penting

penyelesaian nya – Itupun setelah Administrator mereka melihat bentuk publikasi

celah keamanan mereka secara konsepsional di Blog pribadi saya dan rekan riset

saya (Contoh: http://th0r.info/?p=83).

Thanks to:

- Mr. Riyogarta (http://www.riyogarta.com) atas kesediaan nya dalam membantu

(20)

- Zoiz (http://www.zoiz.web.id) selaku rekan riset saya selama ini dalam berbagai

hal sehubungan dengan celah-celah keamanan yang bersangkutan dengan

Indonesia.

- My beloved one, whose presence has rendered me a prince among men.

- Dan segenap orang yang membantu dalam proses terwujudnya WhitePaper

singkat ini, baik secara langsung maupun tidak langsung (Andrew, Bob, Jeffry,

Gambar

Gambar diatas menunjukan pada kita bahwa kita dapat membuka iframe halaman

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan komposisi jenis makro alga yang ditemukan, menghitung kepadatan, besar populasi, biomassa maksimum, dan pola distribusi komunitas

Karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi IUD maka variabel yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah pengetahuan,

b. Untuk mencapai struktur atom yang stabil, maka ada atom yang cenderung melepaskan elektron dan ada yang cenderung menangkap elektron.. 3) Unsur gas mulia tdk dpt

Perekonomian Kalimantan Timur sangat didominasi oleh sektor-sektor berbasis sumber daya alam. Oleh karena itu, Provinsi Kalimantan Timur mengalami pertumbuhan yang pesat dan

Variabel yang diamati terdiri dari variabel utama yaitu karakter morfologi kuskus dan variabel pendukung yaitu jenis pakan kuskus, habitat kuskus, waktu aktif kuskus dan

Efektifitas pembelajaran yang meliputi: aktivitas siswa, keterlaksanaan sintaks pembelajaran, respon dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran menggunakan perangkat

Sesuai dengan judul yaitu Perpustakaan Umum Daerah Provinsi Bali di Denpasar, menurut IFLA ( Internasional Federation of Library Association ) merupakan

First and above all, the writer praises God for the blessing, mercy and love given to the writer, so the writer has finished the thesis entitled : “The Use of