HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Varietas krisan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Time Sunny. Varietas ini tergolong varietas krisan pot. Deskripsi dari Fides (1994) menyebutkan bahwa bunga tergolong jenis dekoratif dan berwarna kuning. Tanaman berbunga pada 8 minggu setelah perlakuan hari panjang. Diameter bunga sekitar 7 cm. Pada penelitian ini tanaman mengalami colouring pada 12 MST atau 9 minggu setelah perlakuan hari panjang. Diameter bunga pada penelitian ini berkisar 6.6870-7.6635 cm. Kelembaban, suhu, dan intensitas cahaya tambahan merupakan beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh penting dalam pertumbuhan tanaman krisan. Pada tabel berikut disajikan kondisi kelembaban, suhu, dan intensitas cahaya tambahan di green house selama penelitian. Tabel 1. Kondisi Kelembaban Green House selama Penelitian Bulan Kelembaban (%)Pukul 08.00 WIB Pukul 12.00 WIB Pukul 16.00 WIB 1.Hasil
Pengamatan:
Februari - 68.0 86.5
Juni 61.0 64.0 95.0
Pukul 07.00 WIB Pukul 13.00 WIB Pukul 18.00 WIB 2. Data Balai Meteorologi dan Geofisika Wilayah-II Pacet (2010): Februari 89.6 78.6 89.5 Maret 89.4 78.1 89.1 April 84.9 76.6 84.3 Mei 86.3 75.2 88.3
Tanaman krisan membutuhkan kelembaban 90-95% pada awal pertumbuhan untuk pertumbuhan akar. Pada tanaman dewasa, pertumbuhan optimal tercapai pada kelembaban udara sekitar 70-85% (Balai Penelitian Tanaman Hias, 2008). Kelembaban green house pada awal pertumbuhan stek krisan mendekati sesuai, sedangkan kelembaban pada saat tanaman dewasa di
bulan Mei dan Juni melebihi kelembaban normal yang dibutuhkan tanaman krisan dewasa. Kelembaban yang terlalu tinggi ini dapat merupakan salah satu penyebab tanaman terserang cendawan. Kondisi suhu green house selama penelitian adalah sebagai berikut. Tabel 2. Kondisi Suhu Green House selama Penelitian Bulan Suhu (0C)
Pukul 08.00 WIB Pukul 12.00 WIB Pukul 16.00 WIB 1.Hasil
Pengamatan:
Februari 28.5 23
Juni 29 29 17
Pukul 07.00 WIB Pukul 13.00 WIB Pukul 18.00 WIB 2. Data Balai Meteorologi dan Geofisika Wilayah-II Pacet (2010): Februari 19.6 23.3 20.6 Maret 19.7 23.9 21.1 April 20.0 24.4 22.4 Mei 20.4 25.1 21.6 Krisan dapat tumbuh pada kisaran suhu harian 17-300C. Balai Penelitian
Tanaman Hias (2008) menyatakan bahwa pada fase vegetatif, krisan membutuhkan kisaran suhu harian 22-280C pada siang hari dan tidak melebihi 260C pada malam hari untuk pertumbuhan optimal. Suhu juga mempengaruhi kualitas bunga yang dihasilkan. Suhu harian ideal pada fase generatif adalah 16- 180C. Pada suhu lebih dari 180C, bunga yang dihasilkan cenderung berwarna kusam, pucat, dan memudar. Pada penelitian ini suhu green house untuk perkembangan vegetatif tanaman krisan telah sesuai, sedangkan suhu untuk perkembangan generatif tidak sesuai. Suhu green house terlalu tinggi pada saat krisan Time Sunny mulai memasuki fase generatif yaitu bulan April. Hal ini dapat merupakan salah satu penyebab warna bunga krisan Time Sunny hasil penelitian terlihat lebih kusam jika dibandingkan dengan krisan Time Sunny hasil budidaya suatu nursery di Cipanas, selain karena kandungan pigmen warna bunga (antosianin dan karotenoid) yang berbeda (Gambar 3).
Gambar 3. Perbandingan Warna Bunga Krisan Time Sunny Tipe Spray Hasil Perlakuan Daminozide 0.850 g/l Teknik Perendaman (Gambar Kiri) dengan Krisan Time Sunny Tipe Standar Hasil Budidaya Nursery di Cipanas (Gambar Kanan) Kondisi intensitas cahaya tambahan selama penelitian adalah sebagai berikut. Tabel 3. Kondisi Intensitas Cahaya Tambahan pada Bulan Februari Ulangan Intensitas Cahaya Tambahan (lux) Ulangan 1 158.33 Ulangan 2 152.33 Ulangan 3 174.67 Pemberian cahaya tambahan pada krisan dilakukan pada periode hari panjang. Intensitas cahaya tambahan diusahakan sekitar 70-100 lux atau setara dengan lampu pijar 75-100 watt, dengan jarak 2 x 2.5 m2 dan ketinggian 1.5 m dari permukaan atas bedengan (Balai Penelitian Tanaman Hias, 2008). Intensitas cahaya tambahan pada penelitian ini lebih besar dari 100 watt karena lampu yang digunakan berdaya 150 watt dan dipasang dengan jarak antar lampu 1.85 m dan ketinggian 1.14 m dari meja penelitian. Selama berlangsungnya penelitian, terjadi gangguan berupa adanya cahaya tambahan pada malam hari saat perlakuan hari pendek mulai 5-12 MST (11 Maret-3 Mei). Hal ini disebabkan karena pada green house yang bersebelahan dengan lokasi penelitian menggunakan night break pada pukul 22.00-02.00 WIB dengan daya lampu 150 watt untuk tanaman marigold. Cahaya tambahan ini mengenai tanaman krisan ulangan tiga yang letaknya berdekatan dengan green
house tersebut, sehingga pertumbuhan generatif krisan ulangan tiga menjadi terhambat jika dibandingkan dua ulangan yang lain.
Hama yang mengganggu tanaman adalah Liriomyza sp. (pengorok daun),
Thrips sp., Trialeurodes vaporariorum (white fly), belalang, Spodoptera litura F. (ulat grayak), Myzus persicae (kutu hijau), serta Tetranychus sp. (tungau kuning dan tungau merah). Semua hama ini menyerang daun tanaman krisan. Hama yang menyerang bunga krisan adalah belalang, Spodoptera litura F. (ulat grayak), serta Tetranychus sp. (tungau kuning dan tungau merah). Patogen yang mengganggu tanaman adalah Fusarium sp., Rhizoctonia sp., Botrytis cinerea Pers. (kapang kelabu), Alternaria sp., Puccinia horiana Henn. (karat putih), Agrobacterium tumefaciens, dan Pseudomaonas cichorii. Gangguan oleh cendawan menyebabkan kualitas daun tanaman krisan menurun. Perkembangan bunga juga menjadi terhambat. Pengendalian hama dan patogen dilakukan dengan mengaplikasikan pestisida, membuat perangkap, membuang bagaian tanaman yang terserang, serta mengatur jadwal penyiraman untuk mengatur kelembaban green house. Jumlah Tunas Hasil pengujian pada karakter jumlah tunas di batang utama menunjukkan bahwa teknik aplikasi daminozide tidak berpengaruh nyata (Gambar 4). Hal ini berarti teknik vacuum infiltration belum efektif untuk mengurangi penggunaan daminozide pada krisan varietas Time Sunny. Ketidakefektifan teknik vacuum infiltration dapat disebabkan belum tepatnya waktu dan tekanan yang diberikan saat proses berlangsung. Perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Konsentrasi 0.425 g/l (K2) memberikan pengaruh jumlah tunas yang berbeda nyata dengan konsentrasi 0.213 g/l (K1) pada 4 MST, dengan konsentrasi 0.213 g/l (K1) dan 0.850 g/l (K3) pada 5 MST, serta dengan keempat perlakuan lainnya pada 8 MST (Tabel 4). Hasil pengujian pada 4 dan 5 MST menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya konsentrasi daminozide, maka jumlah tunas di batang utama cenderung semakin berkurang. Penurunan jumlah tunas di batang utama
JumlahT una s Teknik Perendaman menunjukkan juga terjadinya penurunan jumlah cabang, sebab tunas batang utama akan berkembang menjadi cabang. Hasil penelitian Widiastuti et al. (2004) menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear antara kadar daminozide dengan jumlah cabang tanaman krisan pot. Jumlah cabang tanaman semakin menurun seiring dengan peningkatan kadar daminozide. Aplikasi daminozide dapat menghambat pertumbuhan vegetatif karena menghambat biosintesis auksin di buku cabang tanaman yang berfungsi merangsang pembentukan tunas-tunas baru, sehingga dengan meningkatnya daminozide pada tanaman akan menghambat pembentukan cabang. Tabel 4. Jumlah Tunas di Batang Utama pada Berbagai Konsentrasi Daminozide Umur (MST) Uji F Daminozide (g/l) Rata- 0.213 0.425 0.850 2.125 4.250 Rata 3 tn 5.95 5.45 5.90 5.92 5.82 5.81 4 * 5.68a 5.30b 5.50ab 5.52ab 5.50ab 5.50 5 * 5.67a 5.27b 5.52a 5.48ab 5.47ab 5.48 6 tn 5.58 5.25 5.47 5.48 5.37 5.43 7 tn 5.18 4.93 5.32 5.22 5.18 5.17 8 * 5.02a 4.55 b 4.98 a 4.93a 5.10a 4.92 Keterangan: Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% (Tunas) 6 5.8 5.6 5.4 5.2 5 4.8 4.6 4.4 TeknikVacuum Infiltration Teknik Perendaman Umur (MST) 3 4 5 6 7 8 Gambar 4. Jumlah Tunas di Batang Utama pada Berbagai Teknik Aplikasi Daminozide
Hasil penelitian ini juga menunjukkan jumlah tunas yang tidak berbeda nyata di minggu ke-3, 6, dan 7. Hasil ini sama dengan hasil penelitian perlakuan Alar pada krisan pot varietas Rage di minggu ke-6. Jumlah tunas pada 6 MST tanaman krisan pot varietas Rage menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara perlakuan Alar konsentrasi 2.5 g/l, 3.5 g/l, dan 4 g/l dengan kontrol (3 g/l) (Kartikasari, 2000). Tinggi Batang Utama Hasil pengujian pada karakter tinggi batang utama menunjukkan bahwa teknik aplikasi daminozide tidak berpengaruh nyata (Tabel 5), sementara perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Perlakuan konsentrasi daminozide pada 2 Minggu Setelah Tanam (MST) sebelum pembuangan tunas terminal berpengaruh nyata pada tinggi batang utama (Tabel 5). Tinggi batang utama pada perlakuan 4.250 g/l (K5) berbeda nyata dengan 0.213 g/l (K1) dan 0.425 g/l (K2). Semakin tinggi konsentrasi daminozide yang diberikan, maka tinggi batang utama semakin rendah. Aplikasi daminozide secara foliar pada konsentrasi 5 g/l menghasilkan tinggi tanaman aster “Butterfly Blue” dan “Purple Monarch” terendah dibandingkan tanaman kontrol (Whipker et al., 1995). Hal ini dikarenakan terdapatnya penghambatan biosintesis giberelin oleh retardan sehingga dapat menyebabkan menurunnya pemanjangan batang (Pinto et al., 2005). Tabel 5. Tinggi Batang Utama (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide pada 2 MST Sebelum Pembuangan Tunas Terminal Daminozide Teknik Aplikasi Rata-Rata Perlakuan (g/l) Vacuum Infiltration Perendaman Daminozide (g/l) 0.213 6.24 6.91 6.58a 0.425 6.17 6.05 6.11ab 0.850 5.64 5.35 5.50abc 2.125 5.43 5.43 5.43bc 4.250 4.79 4.76 4.78c Rata-Rata 5.66 5.70 Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada baris atau kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Tabel 6. Tinggi Batang Utama (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide pada 7 MST
Teknik Aplikasi Rata-Rata
Daminozide (g/l) Vacuum Infiltration Perendaman Perlakuan
Daminozide (g/l) 0.213 5.31B 6.00Aa 5.66 0.425 5.37 5.24b 5.31 0.850 5.60 4.98b 5.29 2.125 5.30 5.22b 5.26 4.250 4.96 4.95b 4.96 Rata-Rata 5.31 5.28 Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf besar yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Hasil pengujian perlakuan teknik vacuum infiltration (T1) dengan berbagai konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Sementara pada perlakuan teknik perendaman (T2) dengan berbagai konsentrasi daminozide, terdapat hasil yang berbeda nyata antara konsentrasi 0.213 g/l (K1) dengan seluruh perlakuan daminozide lainnya (Tabel 6). Tinggi batang utama paling rendah diperoleh dari hasil perlakuan daminozide konsentrasi 0.425 g/l, 0.850 g/l, 2.125 g/l, dan 4.250 g/l pada teknik perendaman. Perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada kedua teknik aplikasi yaitu pada konsentrasi 0.213 g/l (K1). Perlakuan 0.213g/l teknik vacuum infiltration menghasilkan tanaman yang lebih pendek daripada 0.213 g/l teknik perendaman. Perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide menunjukkan bahwa teknik vacuum infiltration lebih efektif jika konsentrasi daminozide yang digunakan rendah (0.213 g/l). Retardan dengan konsentrasi rendah akan lebih efektif jika menggunakan teknik vacuum infiltration dibandingkan perendaman (Sanderson et al., 1994). Retardan dengan konsentrasi rendah akan memudahkan penyerapan oleh jaringan tanaman jika menggunakan teknik vacuum infiltration. Hasil penelitian Sanderson et al. (1994) menunjukkan bahwa teknik perendaman stek krisan kultivar ”Engarde” tanpa akar pada 1 g daminozide/liter selama 10 detik dan
teknik vacuum infiltration (tekanan 42.5 kPa) pada 0.25 g daminozide/liter selama 15 detik menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata. Tinggi Tanaman Hasil pengujian pada karakter tinggi tanaman krisan menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Tinggi tanaman semakin rendah dengan semakin meningkatnya konsentrasi daminozide yang diaplikasikan. Tinggi tanaman terendah tercapai pada konsentrasi 4.250 g/l (K5) (Tabel 7). Tabel 7. Tinggi Tanaman (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Teknik Aplikasi Rata-Rata Daminozide (g/l) Vacuum Infiltration Perendaman Perlakuan Daminozide (g/l) 0.213 28.63 29.08 28.86a 0.425 30.57 30.58 30.58a 0.850 30.43 25.96 28.20a 2.125 29.19 28.73 28.96a 4.250 25.56 24.90 25.23b Rata-Rata 28.88 27.85 Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada baris atau kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Konsentrasi daminozide nyata mengendalikan pertumbuhan tanaman. Daminozide menghambat sintesis enzim 3β-hydroxylase pada tahap akhir biosintesis gberelin. Enzim 3β-hydroxylase berfungsi untuk mengubah GA9 dan GA20 menjadi GA4 dan GA1 (Brown et al., 1997). GA4 dan GA1 merupakan giberelin yang bersifat aktif, salah satunya dalam elongasi sel. Pengaruh
daminozide dalam menghambat perpanjangan batang krisan Time Sunny dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Perbandingan Tinggi Tanaman Krisan Tanpa Daminozide (Tanaman Sebelah Kiri) dan Menggunakan Daminozide (Tanaman sebelah Kanan) Tinggi tanaman hias pot merupakan salah satu hal yang menentukan kualitas. Tinggi tanaman krisan pot ideal adalah 2-2.5 kali tinggi pot (Crater, 1992). Tinggi pot yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10.5 cm. Sehingga diharapkan tinggi tanaman akan berkisar antara 21-26.25 cm. Tinggi tanaman pada penelitian ini yang memenuhi kriteria di atas adalah perlakuan dengan konsentrasi 4.250 g/l (K5), yaitu 25.232 cm. Gambar tanaman krisan Time Sunny dengan perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide dapat dilihat pada Gambar 6.
0.213 g/l 0.425 g/l 0.850 g/l 2.125 g/l 4.250 g/l Teknik Vacuum Infiltration 0.213 g/l 0.425 g/l 0.850 g/l 2.125 g/l 4.250 g/l Teknik Perendaman Gambar 6. Tinggi Tanaman Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Teknik aplikasi vacuum infiltration dan perendaman menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada tinggi krisan pot Time Sunny. Pada penelitian ini retardan diaplikasikan pada bibit sebelum dilakukan penanaman. Perlakuan retardan di nursery umumnya adalah dengan menyemprot daminozide pada tanaman di minggu kedua, ketiga, dan keempat setelah tanam dengan konsentrasi yang semakin meningkat (1.5 g/l, 2 g/l, dan 3 g/l). Sehingga jika dibandingkan dengan teknik aplikasi retardan pada umumnya, teknik perendaman dan vacuum infiltration pada saat sebelum tanam lebih efektif dalam penggunaan retardan. Hal ini disebabkan teknik perendaman dan vacuum infiltration dengan konsentrasi daminozide 4.250 g/l mampu menghasilkan tinggi krisan pot yang sesuai kriteria, yaitu 25.232 cm. Aplikasi retardan dengan teknik perendaman dan vacuum infiltration juga lebih efektif dalam penggunaan tenaga kerja karena aplikasi retardan cukup dilakukan satu kali sebelum tanam. Pada penelitian ini tidak
Panjan gRu as Teknik Aplikasi: digunakan kontrol tanaman krisan pot yang dibudidayakan seperti pada umumnya. Sehingga pembandingan dilakukan secara tidak langsung. Panjang Ruas Hasil pengujian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide tidak berpengaruh nyata terhadap panjang ruas (Gambar 7). (cm) 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Konsentrasi Daminozide: K1= 0.213 g/l K2= 0.425 g/l K3= 0.850 g/l K4= 2.125 g/l K5= 4.250 g/l Series1, 1.17333 T1= vacuum infiltration T2= perendaman Perlakuan Axis Title Gambar 7. Panjang Ruas Tunas yang Tumbuh dari Batang Utama (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Retardan merupakan zat yang dapat menghambat pemanjangan ruas. Pertimbangan penting dalam penggunaan retardan pada tanaman adalah konsentrasi dan resistensi retardan dalam menghambat perpanjangan ruas (Keever and Cox, 1989). Retardan merupakan senyawa kimia yang menyebabkan terkontrolnya ukuran dan tinggi tanaman melalui tiga mekanisme yaitu dengan menonaktifkan pucuk terminal batang (menghambat aktivitas meristematik), menghambat pemanjangan ruas tanpa mengganggu aktivitas apikal meristematik dan mengurangi dominansi apikal (Rimando, 2001). Jumlah Daun Hasil pengujian pada karakter jumlah daun krisan menunjukkan bahwa teknik aplikasi daminozide tidak berpengaruh nyata (Gambar 8), sementara perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Jumlah
JumlahDaun Teknik Vacuum Vacuum daun tanaman krisan semakin berkurang dengan semakin meningkatnya konsentrasi daminozide yang diaplikasikan. Jumlah daun terendah rata-rata diperoleh dari perlakuan 4.250 g/l (K5) pada 2 MST sebelum pembuangan tunas terminal (pra pinching), serta 4 dan 5 MST setelah pembuangan tunas terminal (pasca pinching). Sementara pada 6 dan 7 MST jumlah daun terendah diperoleh dari hasil perlakuan 0.425 g/l (K2), 0.850 g/l (K3), 2.125 g/l (K4), dan 4.250 g/l (K5) (Tabel 8). Tabel 8. Jumlah Daun (helai) pada Berbagai Konsentrasi Daminozide Umur Uji Daminozide (g/l) Rata- (MST) F 0.213 0.425 0.850 2.125 4.250 Rata 2 pra pinching ** 8.50a 8.53a 7.60b 7.58b 6.63c 7.77 2 pasca pinching tn 5.38 5.62 5.38 5.68 5.50 5.51 3 tn 6.58 6.73 6.87 6.88 7.07 6.83 4 ** 26.73a 24.72ab 24.25b 24.85ab 21.90c 24.49 5 ** 36.28a 32.72bc 33.35b 33.52b 30.97c 33.37 6 * 46.00a 41.85b 42.42b 42.10b 42.50b 42.97 7 * 50.40a 45.37b 45.13b 45.52b 46.37b 46.56 Keterangan: Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% (Helai) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Teknik InfiltrationInfiltration TeknikPerendaman Perendaman Umur (MST) Gambar 8. Jumlah Daun (helai) pada Berbagai Teknik Aplikasi Daminozide Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa retardan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun krisan. Jumlah daun krisan pada penelitian ini semakin
berkurang seiring peningkatan konsentrasi daminozide. Daminozide kadar tinggi (375 dan 500 ppm) akan menghambat aktivitas enzim IAA-oksidase di buku cabang tanaman krisan yang cukup besar (Widiastuti et al., 2004). Enzim IAA- oksidase merupakan enzim yang membantu proses biosintesis auksin. Sehingga dengan terhambatnya proses biosintesis auksin, maka terjadi penekanan terhadap perkembangan tunas yang terlihat dari jumlah daun yang terbentuk lebih sedikit. Hasil penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda. Jumlah daun krisan pot varietas Rage hasil perlakuan Alar 2.5 g/l, 3.5 g/l, dan 4 g/l menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan kontrol (3 g/l) (Kartikasari, 2000). Jumlah daun bunga matahari kultivar “Hallo” dan “Teddy Bear” juga tidak dipengaruhi oleh aplikasi daminozide pada konsentrasi 2, 4, dan 8 g/l (Rakhmania, 2006). Hal ini berarti efektivitas retardan dapat dipengaruhi oleh genotipe tanaman. Persentase Colouring Hasil pengujian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide tidak berpengaruh nyata terhadap waktu tercapainya 75% colouring. 75% colouring tercapai mulai sekitar 15 sampai 17 MST. Perlakuan 2.125 g/l teknik vacuum infiltration (K4T1) dan 2.125 g/l teknik perendaman (K4T2) memiliki waktu pencapaian 75% colouring paling lama (Tabel 9). Tabel 9. Persentase Colouring (%) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Umur (MST) Teknik Aplikasi Daminozide (g/l) Rata- 0.213 0.425 0.850 2.125 4.250 Rata 12 Vacuum Infiltration 8.67 3.84 11.66 0 8.86 6.60 Perendaman 2.15 2.82 19.86 0 11.47 7.26 Rata-Rata 5.41 3.33 15.76 0 10.16 13 Vacuum Infiltration 32.94 19.05 45.20 2.45 38.14 27.55 Perendaman 16.91 21.39 48.42 3.75 40.48 26.19 Rata-Rata 24.92 20.22 46.81 3.10 39.31 14 Vacuum Infiltration 65.62 46.15 69.11 27.42 60.81 53.82 Perendaman 55.61 47.39 70.32 25.79 63.98 52.62 Rata-Rata 60.62 46.77 69.72 26.60 62.39 15 Vacuum Infiltration 72.68 68.86 79.02 46.36 77.40 68.86 Perendaman 74.61 67.29 83.77 43.55 76.93 69.23 Rata-Rata 73.64 68.08 81.39 44.95 77.16
Umur (MST) Teknik Aplikasi Daminozide (g/l) Rata- 0.213 0.425 0.850 2.125 4.250 Rata 16 Vacuum Infiltration 86.05 85.55 88.77 70.09 87.25 83.54 Perendaman 82.69 80.92 90.25 62.17 83.56 79.92 Rata-Rata 84.37 83.24 89.51 66.13 85.40 17 Vacuum Infiltration 86.89 89.98 89.38 82.89 88.71 87.57 Perendaman 86.04 85.78 89.83 74.26 84.66 84.11 Rata-Rata 86.46 87.88 89.60 78.57 86.68 18 Vacuum Infiltration 84.87 93.07 86.02 84.59 90.08 87.73 Perendaman 84.74 88.12 88.69 81.08 84.50 85.42 Rata-Rata 84.81 90.60 87.35 82.83 87.29 19 Vacuum Infiltration 81.83 89.57 78.90 84.72 83.74 83.75 Perendaman 84.60 86.52 84.51 80.25 75.36 82.24 Rata-Rata 83.21 88.04 81.70 82.48 79.55 20 Vacuum Infiltration 79.67 86.89 73.27 84.35 81.82 81.20 Perendaman 81.65 85.55 79.10 80.16 71.86 79.66 Rata-Rata 80.66 86.22 76.19 82.26 76.84 Keterangan: Nilai pada baris atau kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Penundaan waktu colouring dapat dihubungkan dengan aktivitas retardan yang menghambat biosintesis giberelin. Penundaan waktu berbunga tanaman bunga matahari pada konsentrasi 16 mg paclobutrazol/tan merupakan salah satu efek samping dari paclobutazol yang diaplikasikan dengan konsentrasi terlalu tinggi (Rani, 2006).
Persentase Kuntum Mekar Hasil pengujian perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide tidak mempengaruhi kecepatan mekar bunga. Beberapa perlakuan seperti 0.850 g/l (K3) dan 4.250 g/l (K5) pada kedua teknik aplikasi telah mencapai 50% kuntum mekar sebelum 18 MST. Perlakuan lainnya mencapai 50% kuntum mekar pada rentang waktu antara 18-19 MST (Tabel 10). Tabel 10. Persentase Kuntum Mekar (%) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Umur (MST) Teknik Aplikasi Daminozide (g/l) Rata- 0.213 0.425 0.850 2.125 4.250 Rata 18 Vacuum Infiltration 50.66 45.62 54.06 30.70 51.70 46.55 Perendaman 42.99 42.15 60.28 22.78 57.89 45.22 Rata-Rata 46.82 43.89 57.17 26.74 54.80 19 Vacuum Infiltration 70.30 76.33 71.65 61.28 72.33 70.38 Perendaman 76.85 67.58 82.75 55.21 68.66 69.61 Rata-Rata 73.58 71.96 77.20 58.24 70.49 20 Vacuum Infiltration 76.23 85.70 72.83 79.55 79.54 78.77 Perendaman 79.39 79.13 77.99 71.53 63.45 74.30 Rata-Rata 77.81 82.42 75.41 75.54 71.49 Keterangan: Nilai pada baris atau kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Pengaruh retardan terhadap kecepatan mekar bunga berbeda-beda antar tanaman. Perlakuan daminozide menghambat pembungaan tanaman Canna lily (Canna x orchiodes) (Brunner, 1999); perlakuan 4 atau 8 g daminozide/l menghambat pembungaan bunga matahari kultivar “Teddy Bear” antara 4-7 hari; dan pada konsentrasi yang sama, perlakuan daminozide pada kultivar bunga matahari “Hallo” tidak menghambat pembungaan (Rakhmania, 2006). Hasil pengujian pada penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan pengaruh daminozide terhadap kultivar “Hallo”. Keterlambatan pembungaan ini hendaknya menjadi pertimbangan untuk mengatur jadwal produksi secara komersial. Waktu pembungaan yang lama akan menambah biaya produksi oleh produsen. Namun hal ini akan menguntungkan dari sisi konsumen, sebab konsumen dapat menikmati bunga mekar lebih lama.
Jumlah Total Bunga Hasil pengujian pada karakter jumlah total bunga krisan menunjukkan bahwa teknik aplikasi daminozide tidak berpengaruh nyata, sementara perlakuan konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata (Tabel 11). Jumlah bunga hasil perlakuan 0.213 g/l (K1) adalah yang paling banyak dibandingkan dengan jumlah bunga pada keempat perlakuan lain. Tabel 11. Jumlah Total Bunga Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Teknik Aplikasi Rata-Rata
Daminozide (g/l) Vacuum Infiltration Perendaman Perlakuan
Daminozide (g/l) 0.213 40.77 40.43 40.60a 0.425 34.67 38.67 36.67b 0.850 37.13 36.57 36.85 b 2.125 34.97 36.43 35.70 b 4.250 36.43 35.90 36.17 b Rata-Rata 36.79 37.60 Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada baris atau kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Retardan berpengaruh terhadap induksi pembungaan. Indeks panen inflorescence meningkat seiring peningkatan konsentrasi daminozide yang diberikan pada tanaman Zinnia elegans Jacq. kultivar “Liliput” (Pinto et al., 2005). Jumlah total bunga terbanyak dalam penelitian ini adalah pada perlakuan 0.213 g/l (K1). Konsentrasi daminozide yang rendah mampu meningkatkan jumlah total bunga krisan. Hal ini dapat disebabkan karena pada aplikasi retardan dengan konsentrasi rendah, maka biosintesis giberelin tidak terlalu terhambat. Aplikasi giberelin dapat merangsang pembungaan pada tanaman tertentu (Krisantini, 2007). Keempat konsentrasi daminozide yang lain yaitu K2 (0.425 g/l), K3 (0.850 g/l), K4 (2.125 g/l), dan K5 (4.250 g/l) menunjukkan jumlah total bunga yang tidak berbeda nyata. Pemberian daminozide (Alar 85) dengan konsentrasi 1, 2, dan 3 g/l melalui penyemprotan pada daun di kultivar krisan “Revert”
Diame terBu nga menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada jumlah tunas berbunga (Karlović et al., 2004). Teknik aplikasi daminozide menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pengaruh teknik perendaman dan vacuum infiltration terhadap jumlah total bunga. Diameter Bunga Diameter bunga krisan varietas Time Sunny tidak dipengaruhi oleh perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide (Gambar 9). Hasil penelitian Kartikasari (2000) menyatakan bahwa perlakuan konsentrasi Alar 97% sebesar 2.5 g/l, 3.5 g/l, dan 4 g/l memberikan hasil tidak berbeda nyata dengan kontrol (3 g/l) terhadap karakter diameter bunga mekar krisan pot varietas Rage. (cm) Konsentrasi Daminozide: 7.8 7.6 7.4 7.2 7 6.8 6.6 6.4 6.2 6 K1= 0.213 g/l K2= 0.425 g/l K3= 0.850 g/l K4= 2.125 g/l K5= 4.250 g/l Teknik Aplikasi: T1= vacuum infiltration T2= perendaman Perlakuan Axis Title Gambar 9. Diameter Bunga (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide saat 50% Kuntum Mekar Diameter bunga krisan Time Sunny tidak berbeda nyata antar perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozidei. Hal ini dapat disebabkan oleh kurang tingginya konsentrasi daminozide yang diaplikasikan atau kurangnya sensitivitas krisan varietas Time Sunny. Efektivitas daminozide pada saat 50% kuntum mekar (mulai 18 MST) diduga telah berkurang sehingga tidak mempengaruhi ukuran diameter bunga krisan Time Sunny. Efek daminozide pada tinggi tanaman krisan
kultivar “Revert” masih ada pada 42 hari setelah aplikasi (12 MST) (Karlović, 2004). Panjang Tangkai Bunga Hasil pengujian menunjukkan bahwa pemberian daminozide dengan berbagai konsentrasi menghasilkan panjang tangkai bunga pada saat 75 % kuntum colouring yang berbeda nyata (Tabel 12). Panjang tangkai bunga hasil perlakuan 0.850 g/l (K3) dan 4.250 g/l (K5) lebih pendek jika dibandingkan dengan hasil perlakuan 0.425 g/l (K2) dan 2.125 g/l (K4). Perlakuan teknik aplikasi daminozide memperlihatkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap panjang tangkai bunga (Tabel 12). Hal ini dapat disebabkan oleh belum tepatnya lama waktu proses vacuum infiltration atau perendaman. Tabel 12. Panjang Tangkai Bunga (cm) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Teknik Aplikasi Rata-Rata
Daminozide (g/l) Vacuum Infiltration Perendaman Perlakuan
Daminozide (g/l) 0.213 7.64 7.80 7.72bc 0.425 8.61 8.48 8.55ab 0.850 7.66 7.16 7.41c 2.125 8.66 9.26 8.96a 4.250 7.13 6.86 7.00c Rata-Rata 7.94 7.91 Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada baris atau kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Panjang tangkai bunga merupakan salah satu hal yang mempengaruhi kualitas krisan pot. Tangkai bunga yang terlalu panjang akan memberikan kesan tanaman lebih tinggi, penampakan yang kurus, dan tanaman tidak kompak (Kartikasari, 2000). Kandungan Klorofil Hasil pengujian menunjukkan bahwa kandungan klorofil a lebih tinggi dibandingkan klorofil b (Gambar 10). Hal ini berarti intensitas cahaya yang
K andun ganKlorofil D aun diterima oleh daun tanaman cukup. Rasio kandungan klorofil b/a pada tanaman puring kuning memiliki nilai paling tinggi dibandingkan sampel daun lain karena pengaruh intensitas cahaya yang diterima oleh daun puring kuning lebih rendah (Karmanah, 2009). (μmol/ml) Konsentrasi Daminozide: 0.01 0.009 0.008 0.007 0.006 0.005 0.004 0.003 0.002 0.001 K1= 0.213 g/l K2= 0.425 g/l K3= 0.850 g/l K4= 2.125 g/l K5= 4.250 g/l Teknik Aplikasi: T1= vacuum infiltration T2= perendaman Klorofil a Klorofil b 0 Perlakuan Axis Title Gambar 10. Kandungan Klorofil a dan b (μmol/ml) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide saat 75% Colouring Perlakuan konsentrasi dan teknik aplikasi daminozide pada penelitian memperlihatkan hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuan terhadap kandungan klorofil a dan b pada daun krisan. Pemberian retardan dapat meningkatkan intensitas warna daun (Yoder Toddington, 2003). Kofidis et al. (2008) menambahkan bahwa aplikasi 0.5 g/l daminozide pada Coriandrum sativum L. (ketumbar) menghasilkan warna daun ketumbar yang lebih gelap dibandingkan kontrol. Hal ini disebabkan terjadinya peningkatan kandungan klorofil a dan b sebesar 16% dibandingkan kontrol. Namun pada aplikasi daminozide 1 g/l, kandungan klorofil a dan b daun ketumbar menjadi lebih rendah 13% dibandingkan kontrol. Aplikasi zat pengatur tumbuh juga mempengaruhi keefektifan fotosistem II dalam menyerap cahaya matahari. Peningkatan aplikasi zat pengatur tumbuh pada tanaman mentimun menyebabkan penurunan efisiensi fotosistem II (PS II) (Burza et al., 1994 in Kofidis, 2008). Peningkatan klorofil b pada kondisi ternaungi berkaitan dengan peningkatan protein klorofil sehingga akan
meningkatkan efisiensi fungsi antena fotosintetik pada Light Harvesting Complex II (LHC II). LHC II berkaitan dengan PS II. Sehingga, pada penelitian ini diduga kandungan klorofil b lebih rendah dibandingkan klorofil a selain karena pengaruh intensitas cahaya, tetapi juga karena pengaruh retardan. Aplikasi daminozide diduga menurunkan efisiensi PS II yang berpengaruh pada penurunan efisiensi LHC II. Sehingga juga menurunkan kandungan klorofil b. Kandungan klorofil krisan Time Sunny dapat dipengaruhi oleh konsentrasi pemupukan selain dari perlakuan retardan. Unsur nitrogen merupakan salah satu pembentuk utama klorofil selain besi dan magnesium (Maaswinkel dan Sulyo, 2004 dalam Budiarto et al., 2006). Pupuk yang diberikan pada penelitian ini adalah 0.2 g nitrogen/l (14.28 mmol nitrogen/l) dan 0.2 g kalium/l (2.12 mmol kalium/l). Standar larutan pupuk per liter air untuk pertanaman krisan menurut Maaswinkel dan Sulyo (2004) dalam Budiarto et al. (2006) adalah 8.5 mmol nitrogen/l dan 4.0 mmol kalium/l. Konsentrasi pupuk yang diberikan pada penelitian ini terlalu tinggi untuk unsur nitrogen dan kurang untuk unsur kalium.
Kandungan Antosianin Hasil pengujian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi dengan berbagai konsentrasi daminozide menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Kandungan antosianin tertinggi dihasilkan dari perlakuan 0.425 g/l teknik vacuum infiltration (K2T1) dan 0.213 g/l teknik perendaman (K1T2) (Tabel 13). Kandungan antosianin yang tinggi dapat menyebabkan warna bunga krisan varietas Time Sunny bertambah kuning. Hal ini didukung oleh pernyataan bahwa pada aplikasi Alar yang terlalu tinggi (3.5 g Alar/l larutan, diberikan 4 kali), maka warna bunga krisan akan pudar (Krisantini, 2007). Tabel 13. Kandungan Antosianin Mahkota Bunga (10-3 μmol/ml) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide saat 50 % Kuntum Mekar Teknik Aplikasi Rata-Rata
Daminozide (g/l) Vacuum Infiltration Perendaman Perlakuan
Daminozide (g/l) 0.213 2.41c 3.41a 2.91 0.425 3.16a 2.84ab 3.00 0.850 2.49bc 2.46b 2.48 2.125 3.04ab 2.84ab 2.94 4.250 2.54bc 2.30b 2.42 Rata-Rata 2.73 2.77 Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Antosianin merupakan salah satu pigmen warna pada bunga. Penyusun utama warna bunga krisan adalah pigmen antosianin yang terdapat di vakuola bagian epidermis ray florets dan pigmen karotenoid yang terdapat di chromoplastid dari seluruh jaringan ray florets (Hattori, 1992). Kandungan Karotenoid Hasil pengujian menunjukkan bahwa konsentrasi 0.425 g/l (K2), 2.125 g/l (K4), dan 4.250 g/l (K5) memberikan pengaruh kandungan karotenoid pada mahkota bunga yang berbeda nyata dengan konsentrasi 0.850 g/l (K3) (Tabel 14). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Pinto et al. (2005) bahwa
aplikasi daminozide, paklobutrazol, dan chlormequat tidak berpengaruh nyata terhadap warna dan bentuk bunga Zinnia elegans Jacq. kultivar “Liliput.” Teknik aplikasi daminozide menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pengaruh teknik perendaman dan vacuum infiltration terhadap kandungan karotenoid mahkota bunga krisan (Tabel 14). Tabel 14. Kandungan Karotenoid Mahkota Bunga (10-3 μmol/ml) Hasil Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide saat 50 % Kuntum Mekar Teknik Aplikasi Rata-Rata Daminozide (g/l) Vacuum Infiltration Perendaman Perlakuan Daminozide (g/l) 0.213 1.32 1.53 1.43ab 0.425 1.77 1.34 1.56a 0.850 1.18 1.25 1.22b 2.125 1.62 1.53 1.58a 4.250 1.57 1.61 1.59a Rata-Rata 1.49 1.45 Perlakuan Teknik Aplikasi Keterangan: Nilai pada baris atau kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Pigmen antosianin dan karotenoid mempengaruhi warna bunga krisan. Data Tabel 13 dan 14 menunjukkan bahwa kandungan pigmen antosianin dan karotenoid tertinggi dicapai oleh perlakuan 0.425 g/l (K2) teknik vacuum infiltration. Sehingga warna bunga pada perlakuan ini seharusnya tampak lebih kuning dibandingkan warna bunga hasil perlakuan lainnya (secara visual perbedaan warna bunga antar perlakuan tidak terlalu terlihat jelas). Warna bunga krisan pada penelitian ini juga dipengaruhi oleh kondisi suhu green house. Suhu green house berkisar di atas 200C saat fase generatif. Keadaan ini melebihi kebutuhan suhu krisan pada fase generatif, yaitu 16-180C. Sehingga dapat menyebabkan warna bunga krisan pudar. Warna bunga ditentukan oleh pigmen warna penyusunnya. Warna bunga krisan ditentukan dari pigmen utama penyusun ray floret, antara lain adalah antosianin, karotenoid, flavones, dan flavonols (Rumińska and Zalewska, 2005); karotenoid (karoten dan xanthofil) merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai warna berbagai campuran kuning dan jingga, yang berfungsi utama
dalam fotoproteksi dengan menyerap dan melepaskan energi cahaya yang berlebihan, yang jika tidak dilepas akan merusak klorofil (Karmanah, 2009). Uji Kualitatif Hasil uji kualitatif untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap bunga krisan pot hasil penelitian adalah sebagai berikut (Tabel 15). Tabel 15. Uji Kualitatif Krisan Pot pada Berbagai Perlakuan Konsentrasi dan Teknik Aplikasi Daminozide Nilai Kualitatif Perlakuan Keseimbangan Keseragaman Tajuk dan Mekar Bunga Bunga Ketinggian Tanaman
K1T1 sedang sedang sedang
K1T2 sedang sedang sedang
K2T1 sedang sedang sedang
K2T2 sedang sedang sedang
K3T1 sedang sedang kurang
K3T2 baik baik baik
K4T1 kurang sedang sedang
K4T2 sedang sedang sedang
K5T1 sedang sedang sedang
K5T2 sedang sedang baik
Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa tanaman yang dianggap terbaik adalah krisan pot hasil perlakuan daminozide 0.850 g/l teknik perendaman (K3T2). Hal ini disebabkan karena krisan pot hasil perlakuan daminozide 0.850 g/l teknik perendaman memiliki keseimbangan tajuk-bunga, keseragaman mekar bunga, dan ketinggian tanaman yang baik menurut responden. Hal ini didukung oleh hasil uji kuantitatif pada beberapa karakter pengamatan. Krisan hasil perlakuan daminozide 0.850 g/l teknik perendaman (K3T2) memiliki tinggi batang utama yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan daminozide 4.250 g/l teknik perendaman (K5T2). Perlakuan daminozide 4.250 g/l teknik perendaman menghasilkan krisan dengan tinggi batang utama terendah. Formulir pengujian kualitatif krisan pot juga dilengkapi dengan bagian pendapat responden tentang penampilan kualitatif tanaman. Saran yang disampaikan oleh para responden tercantum pada Lampiran Tabel 2. Pada umumnya mereka menilai bahwa kualitas krisan pot masih kurang karena
beberapa hal seperti warna daun yang kurang cerah, terdapatnya gejala toksisitas pestisida pada daun, unsur hara yang diberikan belum optimum, terdapatnya gejala serangan hama dan patogen pada daun, serta kurang cerahnya warna bunga.
kter
JTN
TBU
TT
PR
JD
PC
PKM
JTB
DB
PTB
KKa
KKb
KAnto
-0.140
-0.798
0.641
-0.875
0.561
0.988**
0.369
0.676
-0.030
-0.099
-0.852
0.321
0.806
0.828
-0.032
-0.887*
0.573
0.927*
0.962**
0.043
0.842
0.189
0.837
0.189
0.134
0.928*
0.005
0.265
-0.557
-0.487
0.278
0.316
-0.738
0.552
0.193
-0.816
-0.630
0.267
0.770
0.731
-0.236
0.820
0.588
-0.226
0.703
0.398
-0.383
-0.731
-0.653
0.268
-0.496
-0.431
0.169
-0.484
-
0.871
0.330
-0.327
-0.656
-0.590
0.394
-0.272
-0.350
0.213
-0.366
-
0.942*
0.683
to
-0.629
0.605
0.838
0.799
0.238
0.912*
0.776
0.261
0.338
0.852
-0.641
-
0.399
-0.217
-0.379
-0.081
-0.051
-0.036
0.513
0.011
-0.321
0.599
0.374
0.077
0.364
0.369
an:*= nyata pada taraf 5%, **= nyata pada taraf 1 %, JTN=jumlah tunas, TBU=tinggi batang utama, TT= tinggi tanaman, PR= panjang ruas tanaman, JD=jumlah daun, PC= persentase colouring, rsentase kuntum mekar, JTB= jumlah total bunga, DB= diameter bunga, PTB=panjang tangkai bunga, KKa= kandungan klorofil a, KKb= kandungan klorofil b, KAnto= kandungan antosianin, ndungan karotenoidHasil uji korelasi menunjukkan bahwa panjang ruas tanaman nyata berkorelasi dengan tinggi tanaman pada taraf 1%. Persentase kuntum mekar nyata berkorelasi dengan jumlah tunas pada taraf 5%, dengan tinggi tanaman pada taraf 5% dan nyata berkorelasi dengan panjang ruas tanaman pada taraf 1%. Jumlah total bunga nyata berkorelasi dengan jumlah daun pada taraf 5%. Kandungan klorofil a nyata berkorelasi dengan kandungan klorofil b pada taraf 5%. Persentase colouring nyata berkorelasi dengan kandungan antosianin pada taraf 5%. Nilai koefisien korelasi dapat menunjukkan bagian keragaman dalam satu peubah yang dapat diperhitungkan sebagai fungsi linear peubah yang lain. Bagian keragaman peubah tersebut dapat dihitung dengan rumus (100)(r2) (Gomez dan Gomez, 2007). Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa: 1. 97.61% dari keragaman dalam karakter tinggi tanaman dapat diterangkan oleh fungsi linear karakter panjang ruas tanaman. Semakin bertambah panjang ruas tanaman maka semakin bertambah tinggi tanaman. 2. 78.67% dari keragaman dalam karakter persentase kuntum mekar dapat diterangkan oleh fungsi linear karakter jumlah tunas. Persentase kuntum mekar nyata berkorelasi negatif dengan jumlah tunas. Semakin banyak jumlah tunas maka semakin rendah persentase kuntum mekar. Hal ini dapat disebabkan berkurangnya aliran fotosintat untuk proses mekarnya bunga. 3. 85.93% dari keragaman dalam karakter persentase kuntum mekar dapat diterangkan oleh fungsi linear karakter tinggi tanaman. Semakin bertambah tinggi tanaman dapat disebabkan semakin banyaknya kandungan giberelin pada tanaman. Giberelin berfungsi mengaktifkan gen identitas meristem bunga pada krisan yaitu gen CmFL (Katsuhiko et al., 2009). Sehingga dengan semakin bertambah tinggi batang tanaman maka semakin besar persentase kuntum mekar. 4. 92.54% dari keragaman dalam karakter persentase kuntum mekar dapat diterangkan oleh fungsi linear karakter panjang ruas tanaman. Semakin bertambah panjang ruas tanaman dapat disebabkan semakin banyaknya kandungan giberelin pada tanaman. Giberelin berfungsi mengaktifkan gen identitas meristem bunga pada krisan yaitu gen CmFL (Katsuhiko et al., 2009).
Semakin bertambah panjang ruas tanaman maka semakin tinggi persentase kuntum mekar. 5. 86.12% dari keragaman dalam karakter jumlah total bunga dapat diterangkan oleh fungsi linear karakter jumlah daun. Semakin banyak jumlah daun maka semakin banyak jumlah total bunga. Hal ini disebabkan semakin banyak fotosintat yang dihasilkan tanaman. 6. 88.74% dari keragaman dalam karakter kandungan klorofil b dapat diterangkan oleh fungsi linear karakter kandungan klorofil a. Semakin banyak cahaya yang ditangkap oleh klorofil a maka semakin banyak juga cahaya yang dikumpulkan oleh klorofil b. Sehingga dengan semakin meningkatnya jumlah klorofil a maka kandungan klorofil b juga meningkat. 7. 83.17% dari keragaman dalam karakter persentase colouring dapat diterangkan oleh fungsi linear karakter kandungan antosianin. Semakin tinggi kandungan antosianin maka semakin tinggi persentase colouring. Antosianin merupakan salah satu pigmen penyusun warna bunga krisan.