• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hancurkan Liberalisme, Tegakkan Syariat Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hancurkan Liberalisme, Tegakkan Syariat Islam"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Daftar Isi

Daftar Isi... 2

HANCURKAN LIBERALISM TEGAKKAN SYARIAT ISLAM ... 6

Habib Rizieq Mengganyang Liberal, Sebuah Resensi ... 6

BAGIAN PERTAMA ... 10

Kaum liberal merusak islam, harus dihancurkan... 10

LIBERAL, MUSUH BESAR ISLAM ... 10

LIBERAL LEBIH IBLIS DARI PADA IBLIS... 13

Liberal Lebih Iblis Dari Pada Iblis ... 13

Fiqih Lintas Agama ... 15

Lubang Hitam Agama... 15

Lebih Iblis Dari Pada Iblis ... 16

LIBERAL, GERAKAN ONANI PEMIKIRAN ... 18

Liberal Dan Mu'tazilah ... 18

Al-Qur'an Adalah Teks ?... 19

LIBERAL GEMBONG RASIS DAN FASIS ... 19

Liberal Dan Nation Building... 19

Kebencian Liberal Kepada Islam Dan Arab ... 20

Liberal Dan Studi Islam ... 20

Arab Liberal ... 21

Islam Anti Rasis Dan Fasis ... 22

Kafa'ah Bukan Kasta ... 22

Kenapa Rasulullah Saw Lahir Di Arab ?... 23

LIBERAL ANTEK ASING ... 26

Fundamentalis ... 26

Modernis ... 27

Liberalis ... 28

Tradisionalis ... 29

(3)

LIBERAL NGIBUL YAKIN ... 32 Ngibul Aqidah ... 32 Ngibul Syariat ... 33 Ngibul Madzhab ... 34 Ngibul Dalil ... 35 Ngibul Istilah ... 36 Ngibul Wawasan... 36 Ngibul Opini ... 37

LIBERAL : KESESATAN ATAS NAMA AGAMA ... 39

Liberal Dan Islam Rahmatan Lil Alamin ... 40

Tafsir Jalalain Dan Tafsir Jalanlain ... 41

Liberal Dan Islam Anti Kekerasan ... 42

Kriminalisasi Makna Kekerasan ... 43

Liberal Dan Hut Israel ... 44

LIBERAL PELACUR PEMIKIRAN... 45

Plagiat Pemikiran ... 46

Keterbelakangan Intelektual... 47

Lebih Rendah Dari Binatang ... 48

Akar Liberal ... 49

Iblis, Zindiq Dan Buang Angin ... 49

Syahwat Pemikiran ... 50

LIBERAL PEMERKOSA AKAL DAN PEMBUNUH NALAR ... 51

Dialog Dua Imam ... 51

Iman, Akal dan Ilmu ... 52

Warisan Anak Laki-Laki dan Perempuan ... 53

Qodho Shalat dan Puasa ... 53

Air Mani dan Air Seni ... 54

Metode Penggunaan Akal ... 55

Liberal dan Akal ... 56

JARINGAN IBLIS LIBERAL ... 57

Siapa iblis ?... 57

(4)

Visi Misi Iblis ... 58

Iblis Network ... 59

Liberal, Jaringan Iblis Paling Berbahaya ... 60

Kelemahan Jaringan Liberal ... 60

BAGIAN KEDUA ... 62

NEGARA TANPA PENJARA ... 62

Kebobrokan Hukum Indonesia ... 62

Hukum Positif ... 63

Hukum Sipil ... 64

Hukum Islam ... 65

Dimensi Hukum ... 66

Kesimpulan ... 67

PLURALITAS YES! PLURALISME NO! ... 67

Rasulullah SAW dan Pluralitas ... 68

Pluralisme dan Multikulturalisme ... 68

Indonesia dan Pluralitas ... 69

Pluralitas dan Pluralisme ... 70

PETERNAKAN GAY ... 70

Liberal Dan Gay ... 71

Indonesia Dan Gay ... 72

Islam Dan Gay ... 73

Stop Gay , Stop Liberalisme ! ... 75

RUNTUHNYA DEMOKRASI ... 76

Islam Vs Demokrasi ... 76

Islam Yes Demokrasi No ! ... 78

INI BUKAN NII ... 78

SBY BERTAUBATLAH NISCAYA ANDA SELAMAT ... 80

Makna Musibah... 80

Maksiat dan Bencana... 81

NASIHAT UNTUK PARTAI ISLAM... 84

Dilema Partai Islam ... 84

(5)

Hukum dan Etika ... 86

Umat dan Golput... 87

Nasihat dan Saran ... 88

CIRI EKONOMI ISLAM ... 89

TATHBIQ SYARIAH DI INDONESIA ... 91

Kewajiban Asasi Manusia ... 92

Makna Syariat dan Klasifikasinya ... 92

Tathbiq (Penerapan) Syariah di Hindia Belanda ... 92

Tathbiq Syariah di NKRI ... 93

Peluang Tahthbiq Syariah ... 94

Strategi Tathbiq Syariah ... 95

Pesan Pejuang Syariat ... 95

SELAMAT DATANG KHILAFAH ISLAMIYYAH ... 96

MASYARAKAT INTERNASIONAL ... 96

KEBIJAKAN KAFIR DAN KEJAHATAN MUSLIM ... 97

ISLAM DAN TERORIS... 98

MASYARAKAT ISLAM INTERNASIONAL ... 98

KHILAFAH PHOBIA ... 100

(6)

HANCURKAN LIBERALISM TEGAKKAN SYARIAT

ISLAM

Habib Rizieq Mengganyang Liberal, Sebuah Resensi

Shodiq Ramadhan |

Shodiq Ramadhan

Editor buku "Hancurkan Liberalisme, Tegakkan Syariat Islam"

Redaktur Suara Islam Online

Forum Umat Islam (FUI), insya Allah pada Jumat (9/3/2012) mendatang akan menggelar Apel Siaga Umat "Indonesia Tanpa Liberal." Secara tidak langsung, aksi ini adalah jawaban dari aksi kelompok liberal sebelumnya yang mengadakan aksi "Indonesia Tanpa FPI." Melalui aksi ini akan terjawab tantangan mereka, siapa yang mayoritas di negeri ini. Umat Islam yang anti liberal atau mereka yang mengaku sebagai bagian dari kelompok liberal. Jangan-jangan ramainya kelompok liberal dalam aksi sebelumnya hanya karena dukungan media massa kawan mereka yang juga tak kalah liberalnya?. Sesama liberal, wajar jika saling membantu.

Itu adalah pertarungan di lapangan. Dalam pertarungan intelektual-akademis, sebenarnya Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab, yang juga Ketua Dewan Penasehat FUI, jauh hari sudah melakukan pengganyangan terhadap kelompok Liberal. Pada akhir 2011 lalu, Habib Rizieq telah meluncurkan sebuah buku berjudul “Hancurkan Liberalisme, Tegakkan Syariat Islam”. Buku dengan cover dominan warna hijau bergambar Habib Rizieq yang diterbitkan Suara Islam Press itu mendapat sambutan antusias dari masyarakat, terutama para aktivis gerakan Islam.

***

Habib Rizieq memang sosok tokoh Islam yang unik. Sepertinya tidak gampang menemukan tokoh Islam dengan kadar seperti beliau. Aktivis, orator, intelektual dan penulis sekaligus. Biasanya, seorang orator kemampuan menulisnya kurang baik atau sebaliknya, seorang penulis kemampuan orasinya kurang baik. Atau biasanya yang disebut sebagai intelektual malas beraksi di lapangan. Tapi itu tidak berlaku pada Habib Rizieq. Semua kemampuan dan predikatitu dimilikinya sekaligus. Saat mengedit tulisan-tulisan beliau untuk Tabloid Suara Islam, saya sering berdecak kagum dengan tulisannya yang sederhana tapi

(7)

logikanya masuk akal dan sangat sistematis. Seolah tulisannya ada ’ruhnya’, terasa hidup. Jangan lupa, beliau juga sering memimpin demonstrasi di Jakarta.

Buku ini sebenarnya adalah kumpulan artikel beliau di Tabloid Suara Islam yang terbit dua kali dalam sebulan, pekan pertama dan ketiga, dalam rubrik KOLOM HABIB RIZIEQ. Di Suara Islam sendiri, saat beberapa waktu lalu dilakukan polling pembaca ternyata kolom ini termasuk yang paling disukai oleh pembaca.

Berkaitan dengan isi buku. Saya katakan bahwa buku ini ditulis dengan gaya yang sederhana, lugas dan sistematis. Tidak muluk-muluk dan sophisticated. Hingga orang awam yang tidak pernah duduk di bangku strata tiga (S-3) jurusan Islamic Studies pun bisa mengerti maksud tulisan beliau. Buktinya, sebelum benar-benar dibukukan, SMS Center Suara Islam banyak sekali menerima apresiasi pembaca SI berupa pesan yang menanyakan tentang artikel Habib Rizieq dan mendorongnya untuk segera dibukukan.

Imam besar Masjid Al Azhar, Ustadz Mukhtar Ibnu, setelah membaca buku ini berkirim SMS ke saya. “Luar biasa, bukunya enak dibaca dan mudah dimengerti kalangan awam”. Tanggapan senada datang dari puluhan pembaca lainnya. Memang, dengan membaca buku ini masyarakat tak harus mengerutkan kening untuk berfikir keras memahami pemikiran-pemikiran Liberal dan bantahannya.

Lihatlah bagaimana beliau menjelaskan ‘ngibulnya’ Liberal dengan bahasa yang sederhana, lugas dan sistematis. Pada halaman 65, Habib Rizieq menulis: “Bukti lainnya, kaum Liberal senang sekali menghina gerakan Islam dengan berbagai istilah melecehkan seperti sebutan preman berjubah, radikalis, ekstrimis, anarkis, teroris, dan sebagainya. Dan kaum Liberal sering "mengarab-arabkan" ajaran Islam, bahkan menyerang ajaran Islam. Lihat saja, sebuah buku karangan Arab Liberal, Muhammad Syahrur, yang berjudul "Dirasat Islamiyyah Mu'ashirah fi Ad-Daulah wa Al-Mujtama', yang artinya "Studi Islam Modern tentang Negara dan Masyarakat" diterjemahkan oleh kalangan Liberal dengan judul "Tirani Islam" dengan gambar cover "Bintang Bulan Berduri" yang diterbitkan oleh LKiS. Islam disebut "Tirani" dan Bintang Bulan yang biasa digunakan sebagai simbol Islam diberikan "Duri". Begitukah sikap santun Liberal ?! Begitukan cara Liberal menghargai lawan pendapatnya ?!”

Habib Rizieq melanjutkan, “Soal Liberal anti kekerasan, hanya omong kosong. Faktanya, pemikiran dan ucapan mereka sangat anarkis, penuh caci-maki dan penghinaan, bahkan yang dilecehkan bukan saja lawan pendapatnya, tapi mereka arahkan penistaan langsung kepada Allah, Nabi, Kitab Suci, Agama dan Ulama, sebagaimana telah saya paparkan dalam tulisan-tulisan sebelumnya. Ada pun anarkis tindakan, fakta bicara bahwa mereka sering mengadu-domba ormas Islam dan Kelompok Nasionalis. Selain itu, saat sidang saya berlangsung di PN Jakarta Pusat tahun 2008 terkait Insiden Monas, kalangan Liberal mengerahkan "preman bayaran" yang diberikan baju bertuliskan "Banser" untuk melakukan serangan dengan senjata tajam, setelah diselidiki ternyata mereka "Banser Palsu". Bahkan di berbagai daerah gerombolan Liberal juga mengerahkan "preman bayaran" untuk menyerang sejumlah kantor cabang ormas-ormas Islam, bahkan rumah tinggal para aktivis Islam yang pro RUU Pornografi ketika itu.”

Kritikannya tajam dan tepat sasaran. Artikel berjudul “Liberal: Musuh Besar Islam”, yang diterbitkan pada edisi 109, 18 Maret-1 April 2011, berhasil membuat kalangan liberal kebakaran jenggot. Hingga salah satu

(8)

ia kelola. Ade menuduh Habib Rizieq telah menyebarkan rangkaian fitnah terhadap kelompok Islam Liberal. Padahal, dasar tulisan Habib Rizieq itu telah merujuk pada buku-buku karya tokoh kalangan Liberal.

Dalam artikel berjudul “Liberal Lebih Iblis Daripada Iblis” halaman 14 Habib Rizieq menjawab tuduhan itu: “Jadi, lucu sekali jika ada orang ”Liberal” mengaku sebagai ”Muslim Liberal” atau ”Islam Liberal”, karena Liberal bukan Islam dan Islam bukan Liberal. Lebih lucu lagi, jika ada orang Liberal kebakaran ubun-ubun (-bukan kebakaran jenggot karena tidak berjenggot dan memang tidak suka jenggot-), hanya karena tulisan saya yang lalu dan yang kini memaparkan fakta dan data dari buku karya mereka sendiri. Entah karena memang mereka Liberal Sejati yang memanfaatkan Islam untuk menghancurkan Islam, atau mungkin mereka baru setengah Liberal sehingga sebenarnya mereka tidak terlalu tahu juga tentang Liberal itu binatang macam apa.”

Tentang kritik telak beliau terhadap kelompok Liberal, dapat dibaca pada halaman 15: “Selain itu, yang juga tidak kalah menjijikkannya adalah Liberal mengaku sebagai kelompok yang sangat menghormati pendapat orang lain. Padahal, Liberal itu fundamentalis, ekstrimis dan anarkis dalam pemikiran dan berpendapat, sehingga mereka tidak pernah bisa menghormati pendapat kelompok lain yang berbeda dengan mereka. Itulah sebabnya, Kaum Liberal tidak pernah ragu untuk selalu mencaci-maki Gerakan Islam dan memfitnahnya sebagai preman berjubah, anarkis, radikalis, ekstrimis dan teroris. Dan kaum Liberal dengan tanpa punya rasa malu selalu berusaha untuk membubarkan Ormas Islam yang istiqomah di Rel Syariat Islam dengan berbagai macam cara. Bahkan kaum Liberal dengan sangat kafirnya mencaci-maki Agama, Al-Qur’an, Nabi, Shahabat, Ulama dan Syariat Islam, sebagaimana telah diuraikan fakta dan datanya di atas.”

Secara akademis, artikel-artikel Habib Rizieq juga dapat dipertanggung jawabkan. Bobot keilmiahannya tidak kalah dengan mereka-mereka yang secara khusus menggeluti studi pemikiran Islam. Tak heran, karena beliau sendiri saat ini adalah kandidat Doktor di University of Malaya, Malaysia. Sebelumnya, gelar MA-nya telah diraih dari kampus yang sama. Ini membuktikan bahwa Habib Rizieq bukanlah seorang habib dan ustadz kampungan yang hanya bermodalkan nasab, kadar intelektualitasnya pun dapat diacungi jempol.

Sebelum beliau mengkritik, rupanya beliau juga telah ‘memblejeti’ satu per satu buku-buku yang ditulis oleh kalangan Liberal. Sebagai contoh, bacalah artikel berjudul “Liberal Lebih Iblis Daripada Iblis”, pembaca akan ditunjukkan halaman demi halaman letak kesesatan buku “Lubang Hitam Agama” karya Sumanto Al-Qurtubi.

Yang patut menjadi catatan terbitnya buku berjudul “Hancurkan Liberalisme, Tegakkan Syariat Islam” ini sekaligus membuktikan, bahwa FPI bukanlah ormas Islam yang selalu mengandalkan kekuatan ‘okol’, tetapi juga mengedepankan akal. Tawaran-tawaran solusi yang disampaikan disodorkan secara ilmiah, bukan ungkapan emosional semata.

Terakhir, buku ini saya anjurkan untuk dibaca semua kalangan, terutama para ulama, kiyai, ustadz, tokoh Islam untuk menambah khasanah pemikiran Islam (tsaqafah Islamiyah) dan agar bisa menjelaskan bahaya

(9)

masyarakat yang awam. Bagi para akademisi, dosen, peneliti dan mahasiswa buku dapat menjadikan buku ini sebagai rujukan yang terpercaya untuk meneliti sosok Habib Rizieq, sepak terjang dan pemikiran-pemikirannya, terutama dalam menghadapi kelompok Liberal. Bagi para politisi dan penguasa, buku ini sekaligus sebagai tawaran solusi pengelolaan negara berdasarkan Syariat Islam. Liberalisme dalam politik dan pengelolaan negara tak kalah bahayanya bila dibandingkan dengan liberalisme dalam pemikiran. Karena itu wajib dilibas dan digantikan Syariat Islam.

Akhirnya, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadi bagian amal saleh penulisnya ketika kelak menghadap Allah Swt. Inilah perlawanan intelektual seorang Habib Rizieq Syihab terhadap gerakan Liberal. Wallahu a’lam bi shawwab.

SPESIFIKASI BUKU:

Judul Buku: Hancurkan Liberalisme, Tegakkan Syariat Islam Penulis: Habib Muhammad Rizieq Syihab

Editor: HM Aru Syeif Assadullah, Rahimi Sabirin, Shodiq Ramadhan Penerbit: Suara Islam Press

Cetakan I: September 2011 Tebal: xii + 202 hal.

Harga: Rp. 50.000.-

(10)

BAGIAN PERTAMA

Kaum liberal merusak islam, harus dihancurkan

LIBERAL, MUSUH BESAR ISLAM

”Mereka ingin untuk memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan / pernyataan) mereka, dan Allah tetap menyempunakan cahaya-Nya meski pun orang-orang kafir benci. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar (Islam) agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meski pun orang-orang musyrik benci.” (QS. Ash-Shaff [61]: 8–9).

Kenalilah musuh Islam, tandai ciri-cirinya, agar kita tahu apa, siapa dan bagaimana mereka ?! LIBERAL adalah musuh besar Islam, karenanya sebut saja mereka dengan nama LIBERAL atau KAFIR LIBERAL, jangan sekali-kali menyebut mereka ISLAM LIBERAL, sebab Islam bukan LIBERAL, dan LIBERAL bukan Islam.

LIBERAL adalah jenis kanker pemikiran yang paling berbahaya. LIBERAL merupakan komplikasi dari berbagai penyakit pemikiran yang disebabkan berbagai virus yang mematikan akal dan nalar serta membunuh iman, yaitu :

Petama, RELATIVISME, yaitu VIRUS LIBERAL yang memandang semua kebenaran relative (tidak pasti), sehingga tidak ada kebenaran mutlak, termasuk kebenaran agama. Virus ini menimbulkan penyakit PLURALISME yang memandang semua agama sama dan benar, sehingga tidak boleh suatu umat beragama mengklaim agamanya saja yang paling benar, tapi juga harus mengakui kebenaran agama lain. Penyakit ini disebut juga INKLUSIVISME atau MULTIKULTURALISME. Ini adalah kanker pemikiran stadium satu. Kedua, SKEPTISISME, yaitu VIRUS LIBERAL yang meragukan kebenaran agama dan menolak universalitas dan komprehensivitas agama yang mencakup semua sektor kehidupan, sehingga agama hanya mengatur urusan ritual ibadah saja, tidak lebih. Virus ini menimbulkan penyakit SEKULARISME yang memisahkan urusan agama dari semua urusan Negara, baik yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, industri mau pun tekhnologi. Ini adalah kanker pemikiran stadium dua.

Ketiga, AGNOSTISISME, yaitu VIRUS LIBERAL yang melepaskan diri dari kebenaran agama dan bersikap tidak tahu menahu tentang kebenaran agama, sehingga agama tidak lagi menjadi standar ukur kebenaran. Virus ini menimbulkan penyakit MATERIALISME yang mengukur segala sesuatu dengan materi, termasuk mengukur kebenaran agama. Ini adalah kanker pemikiran stadium tiga.

(11)

Keempat, ATHEISME, yaitu VIRUS LIBERAL yang menolak semua kebenaran, khususnya kebenaran agama, dan memandang Tuhan hanya sebagai Faith Identity (Identitas Kepercayaan) yang menjadi Mitos (Takhayyul) suatu agama yang harus dirumus ulang berdasarkan Rasionalitas. Virus ini menimbulkan penyakit RASIONALISME yaitu segala sesuatu hanya diukur dengan akal semata, sehingga akal dipertuhankan. Ini adalah kanker pemikiran stadium empat.

Seorang LIBERAL adalah orang yang pemikirannya sudah terserang keempat virus di atas dan telah mengidap keempat penyakit kanker pemikiran tersebut. Itulah sebabnya, kaum LIBERAL di seluruh dunia dengan aneka sektenya memiliki karakter pemikiran yang sama, sehingga semua kelompok LIBERAL sepakat dan bersatu dalam aneka kesesatan, antara lain : Tuhan hanya Mitos (Takhayyul), Semua masalah Ghaib adalah Mitos, Agama hanya produk budaya dan sejarah, Semua Kitab Suci adalah buatan manusia, Semua agama sama dan benar, Iman dan Kafir hanya merupakan pilihan, Taat dan ma’siat harus sama diberi ruang, Manusia memiliki kebebasan mutlak, Hak Asasi Manusia di atas segalanya, Hak Asasi Manusia di atas segalanya, Aliran sesat hanya perbedaan penafsiran, Murtad adalah kebebasan beragama, Atheis adalah kebebasan berkeyakinan, Setiap orang bebas untuk mengaku Nabi, Polygami haram karena Syariat Syahwat, Homo Lesbi hanya orientasi seksual biasa, Perkawinan sejenis harus dilegalkan, Pria dan Wanita sama dalam segala hal, Syariat Islam bias gender, Syariat Islam pemasung kebebasan, Syariat Islam diskriminatif, Syariat Islam tidak relevan, Syariat Islam sudah kadaluwarsa, Syariat Islam harus dimodernkan, Penerapan Syariat Islam adalah ancaman, Agama harus dipisah dari urusan Negara, dll. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa LIBERAL adalah kelompok anarkis pemikiran, perusak agama dengan mengatas-namakan agama, musuh Syariat Islam, preman intelektual, koruptor dalil dan manipulator hujjah, serta tidak diragukan lagi sebagai antek IBLIS.

Karena itulah, kelompok LIBERAL di Indonesia senantiasa menolak segala bentuk Formalisasi Syariat Islam, bahkan mereka selalu membela berbagai kebathilan dan kemunkaran, seperti : pornografi, pornoaksi, legalisasi judi, legitimasi minuman keras, lokalisasi pelacuran, sex bebas, perkawinan sejenis Homo dan Lesbi, Kafir Ahmadiyah dan aliran sesat lainnya, perdukunan, penodaan agama dan pemurtadan. Kaum LIBERAL selalu memusuhi kelompok Islam yang secara istiqomah memperjuangkan penerapan Syariat Islam. Kaum LIBERAL memfitnah Gerakan Islam Istiqomah sebagai preman berjubah, anarkis, radikalis, ekstrimis dan teroris. Bahkan kaum LIBERAL selalu berusaha untuk membubarkan Ormas Islam Istiqomah dengan berbagai macam cara.

Informasi paling aktual dan faktual di akhir tahun 2010 kemarin adalah bahwa SETARA INSTITUT sebagai salah satu sayap LIBERAL INDONESIA yang diketuai oleh Hendardi dengan Wakil Ketua Bonar Tigor Naipospos, membuat laporan tahunan yang direkomendasikan kepada pemerintah Republik Indonesia, dengan didanai oleh USAID yaitu sebuah lembaga donasi Amerika Serikat. Isi laporannya antara lain : Pemberantasan Aliran Sesat adalah intoleransi (hal.1), Al-Qur’an sbg pedoman adl fundamentalisme (hal.12), Tafsir Ulama Salaf penyebab kekerasan (hal.13), Totalitas dlm beragama adalah Puritanisme (hal.19), Kasus Maluku & Poso disebabkan Radikalisme Islam (hal.32), UU dan Perda Syariat lahir akibat Radikalisme Islam (hal.33), Penamaan organisasi dari Al-Qur’an adl radikal (hal.34), UU dan Perda Syariat Islam adl ancaman (hal.35), UU dan Perda Syariat Islam adl diskriminatif (hal.36), Masjid, Ponpes, Majlis Ta’lim Kyai dan Habaib adl basis radikalisme (hal.41), Anggota Ormas Islam adl pengangguran dan preman dibalut jubah (hal.41), Murtad dan Atheis adl kebebasan beragama (hal.52), Fatwa MUI ttg Ahmadiyah dan Sepilis adl intoleransi (hal.66), Penegakkan Syariat Islam adl penyebab Terorisme (hal.68), Terorisme dan Ormas Islam tujuannya sama (hal.69) dan Syariat Islam tdk boleh jadi sumber penyelenggaraan Negara (hal.70). Selain itu di halaman 90 s/d 97 disebutkan bahwa cirri Islam garis keras yaitu : Penegakan Syariat Islam, Pemberantasan Ma’siat, Pemberantasan Aliran Sesat dan Anti Pemurtadan.

(12)

Itulah sebabnya, LIBERAL adalah musuh besar Islam, dan musuh besar paling berbahaya, jauh lebih berbahaya dari segala kemunkaran dan kesesatan yang ada. LIBERAL adalah antek IBLIS nomor satu, bahkan sering lebih Iblis dari pada Iblis itu sendiri, karena sesesat-sesatnya Iblis masih mengenal kebesaran dan keagungan Tuhan-nya, sedang LIBERAL sudah bisu, tuli dan buta dari pengenalan kebesaran dan keagungan Allah SWT.

Intinya, Islam akan selalu berhadap-hadapan dengan LIBERAL. Dan perang antara Islam vs LIBERAL adalah perang abadi, sebab perang antara Haq dan Bathil adalah Perang Abadi yang tidak akan pernah berhenti sampai Hari Akhir nanti.

Sekali lagi, kenalilah musuh Islam, tandai ciri-cirinya !

Hasbunallahu wa Ni’mal Wakiil, Ni’mal Maulaa wa Ni’man Nashiir.

(13)

LIBERAL LEBIH IBLIS DARI PADA IBLIS

Pada hari Selasa 22 Februari 2011, KH. Hasyim Muzadi saat menjadi keynote speaker dalam acara Harlah NU ke-88 yang digelar PWNU Jawa Timur di Surabaya, beliau menyatakan dengan santai tanpa beban bahwa Liberal Indonesia kalau ke Amerika masih dianggap ”kurang kafirnya”, para peserta pun tertawa mendengar gurauan tersebut. Satu canda yang dalam sekali, bahkan bagi saya dan kawan-kawan FPI yang ikut hadir sebagai undangan, itu bukan sekedar guyonan, tapi satu pukulan telak dan tusukan mendalam yang memposisikan Liberal di tempat yang semestinya.

Vonis kafir untuk Liberal bukan serampangan tak berdasar. Dan Fatwa sesat dari MUI terhadap Liberal bukan ijtihad sembarangan. Serta kesimpulan bahwa Liberal adalah musuh besar Islam bukan kesimpulan berantakan. Begitu pula pernyataan bahwa Liberal lebih Iblis dari pada Iblis bukan pernyataan asal-asalan. Akan tetapi semua itu sudah melalui proses pengkajian mendalam, cermat dan teliti terhadap semua produk pemikiran Liberal, baik di tingkat nasional mau pun internasional.

Melalui tulisan yang lalu, saya sudah memaparkan bahwasanya Liberal merupakan gabungan berbagai virus yang mematikan akal dan nalar serta membunuh iman, yaitu virus-virus Relativisme, Skeptisisme, Agnostisisme dan Atheisme, yang mengakibatkan komplikasi dari berbagai penyakit pemikiran yaitu Pluralisme, Sekularisme, Materialisme dan Rasionalisme, yang secara berurut bisa disebut sebagai kanker pemikiran stadium satu hingga empat.

Pada tulisan yang lalu juga telah diuraikan rincian laporan Setara Institute tahun 2010 yang sangat anti Islam lengkap dengan halamannya, sebagai bukti bahwa saya tidak sedang berbohong, apalagi memfitnah tentang kesesatan Liberal, sekaligus bukti bahwa saya membaca dengan cermat dan sangat memahami kebobrokan pemikiran Liberal. Kini, sejumlah fakta dan data lain akan saya ungkapkan untuk lebih mempertegas kesesatan Liberal.

Jadi, melalui tulisan tersebut dan tulisan kali ini, saya bukan sedang mencaci-maki Liberal, tapi tepatnya sedang menelanjangi kesesatan dan kebobrokan Liberal, sekaligus menjadi saham perjuangan untuk membela Islam. Insya Allah.

Liberal Lebih Iblis Dari Pada Iblis

Nashr Hamid Abu Zaid pentolan Liberal asal Mesir, yang telah dikafirkan oleh Ulama Mesir dan divonis Hukum Mati oleh Mahkamah Mesir, lalu melarikan diri ke Barat, di Indonesia justru dinobatkan sebagai Imam Kaum Liberal. Nashr Hamid merupakan rujukan utama Kaum Liberal dari kalangan yang mengaku ”Muslim Liberal”. Dalam buku karyanya yang berjudul Naqd Al-Khithaab Ad-Diinii, Nashr Hamid menyimpulkan bahwa semua ayat tentang hal-hal yang yang Ghaib seperti ‘Arsy, Al-Kursiy, Lauh, Qolam,

(14)

Sorga, Neraka, Jin, Syetan, dsb, hanya merupakan Gambaran Mitologis yang sudah tidak rasional untuk zaman kontemporer. Karenanya, semua ayat tentang Alam Ghaib harus dita’wilkan secara Metafor, sehingga sesuai dengan alam Materialistik dan sejalan dengan Metode Ilmiah Modern. Dengan kata lain bahwa ayat tentang Alam Ghaib mesti dirasionalisasikan, karena agama harus sesuai dengan akal.

Jika semua masalah ghaib dianggap sebagai Mitos (Takhayul), maka konsekwensi ilmiahnya bahwa masalah ketuhanan pun pada akhirnya menjadi Mitos juga, karena justru masalah ketuhanan adalah masalah ghaib yang paling besar. Dan justru ciri utama orang yang muttaqin adalah beriman kepada yang ghaib, seperti beriman kepada Allah SWT, para Malaikat, Hari Qiyamat, Qodho dan Qodar, dsb. (QS.2. Al-Baqarah : 1-4).

Selanjutnya, jika Tuhan sudah dianggap sebagai Mitos maka akan mengantarkan kepada sikap Atheis yang anti Tuhan. Konsekwensi tersebut akhirnya terbukti, dalam Jurnal JUSTISIA yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah IAIN Walisongo pada edisi 26 Th. XI 2004, di kolom Ekpresi dinyatakan bahwa Tuhan hanyalah sebuah Faith Identity (Identitas Keyakinan) bagi sebuah agama, yang kemudian direduksi oleh masing-masing agama dalam nama-nama : Allah SWT, Allah, Yesus, Sidarta Gautama, Yahwe, Brahma, Wisnu, Shiva, Laat, ‘Uzza, dsb. Disitu juga dinyatakan bahwa Atheis bukan anti Tuhan, melainkan anti Mitologi Ketuhanan atau Anti Rumusan Tuhan Tradisonal yang abstrak dan tidak rasional, sehingg perlu ada perumusan ulang tentang Tuhan berdasarkan Rasionalitas.

Jejak Liberal lainnya menunjukkan bahwa Gus Dur dan Cak Nur semasa hidup keduanya dimana-mana selalu mengkampanyekan bahwa semua agama sama dan semuanya benar serta semuanya menyembah Tuhan yang sama. Ulil Abshar di Majalah Gatra 21 Desember 2002 menyatakan bahwa semua agama sama dan semuanya menuju jalan kebenaran, sehingga Islam bukan yang paling benar. Dawam Rahardjo dalam Sidang Majelis Pekerja Lengkap Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia pada Rabu, 25 Januari 2006 di Pekanbaru menyatakan bahwa pindah agama tidak murtad. Luthfi Syaukani di Harian Kompas 3 September 2005 menyatakan bahwa pada gilirannya, perangkat dan konsep agama seperti Kitab Suci, Nabi, Malaikat dan lain-lain tak terlalu penting lagi. Syafi’i Ma’arif dalam Majalah MADINA No.06 / Tahun I, Juni 2008, hal.9, membuat tulisan tentang kesamaan umat Islam, Nashrani dan Yahudi di mata Allah. Jalaluddin Rahmat dalam bukunya Islam dan Pluralisme mengaminkan pendapat bahwa semua agama menyembah Tuhan yang sama. Abdul Munir Mulkhan dalam bukunya Ajaran dan Jalan Kematian Syeikh Siti Jenar menuliskan : ”Jika semua agama memang benar sendiri, penting diyakini bahwa surga Tuhan yang satu itu sendiri, terdiri banyak pintu dan kamar. Tiap pintu adalah jalan pemeluk tiap agama memasuki kamar surganya.”

Selain itu, Nashr Hamid sebagai Gembong Liberal beserta para begundalnya adalah kelompok yang paling getol mengkampanyekan paham-paham Sepilis (Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme) yang telah dinyatakan sebagai paham sesat menyesatkan oleh Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No.7 Tahun 2005. Dalam rangka untuk mengetahui lebih jauh lagi kesesatan Liberal, maka berikut ini akan dipaparkan secara ringkas tentang kandungan dua buku paling kontroversial dari kalangan Liberal, yaitu : Fiqih Lintas Agama dan Lubang Hitam Agama.

(15)

Fiqih Lintas Agama

Buku Fiqih Lintas Agama adalah karya Tim Penulis Paramadina yang terdiri dari Nurcholish Majid, Komaruddin Hidayat, Kautsar Azhari Noer, Zainun Kamal, Masdar F Mas’udi, Zuhairi Misrawi, Budhy Munawar Rachman, Ahmad Gaus AF, dengan editor Mun’im A Sirry, yang diterbitkan oleh Yayasan Waqaf Paramadina bekerja sama dengan The Asia Foundation pada Tahun 2004.

Dalam Pengantar (hal.ix) dan Muqaddimah (hal.2) Tim Penulis menghina Fiqih sebagai belenggu kehidupan dan memfitnahnya sebagai ajaran yang mendiskreditkan agama lain, bahkan sebagai penyebar kebencian dan kecurigaan terhadap agama lain. Dan masih dalam Muqaddimah (hal.4-5) Tim Penulis menghina periode dan generasi As-Salaf Ash-Sholeh sebagai penyebab kebekuan pemahaman, dan memfitnah Imam Asy-Syafi’i sebagai penyebab tidak berkembangnya pemikiran Islam lebih dua belas abad.

Dalam isi buku tersebut, Tim Penulis menuding bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Madinah adalah Diskriminatif, Eksklusif dan Fundamentalistik (Hal.142). Dan Tim Penulis menegaskan bahwa umat beragama apa pun tidak kafir, karena semua agama sama dan benar, sehingga tidak boleh ada yang mengklaim bahwa agamanya yang paling benar. (hal.133, 167, 206 dan 207).

Selanjutnya, atas dasar Hikmah dan Kemaslahatan persaudaraan, persahabatan, kedamaian, kerukunan, solidaritas, persatuan dan kehangatan pergaulan antar umat beragama, maka Tim Penulis memfatwakan antara lain : boleh mengucapkan salam kepada non muslim, bahkan wajib menjawab salam mereka (hal.72, 77 dan 78), boleh mengucapkan selamat Natal atau selamat Hari Besar agama apa pun, bahkan boleh ikut merayakannya (hal.84-85), boleh mendoakan dan minta doa dari non muslim, termasuk doa bersama, bahkan semua itu dianjurkan (hal.110 dan 118), hukum Jizyah melecehkan non muslim sehingga harus dinasakh (hal.151-152), boleh kawin beda agama dan harus ada waris beda agama (hal 164 dan 167). Mulai dari pembukaan buku hingga penutupnya, terlihat jelas bagaimana Tim Penulis begitu berani melakukan haramisasi yang halal dan halalisasi yang haram. Tapi tentu saja itu tidak mengherankan, karena memang begitulah kebiasaan Kaum Liberal. Kita masih ingat bagaimana salah satu Antek Liberal, Musdah Mulia, pernah membuat Counter Legal Draft – Kompilasi Hukum Islam yang berusaha untuk mengharamkan polygamy, namun pada saat yang sama menghalalkan perkawinan sejenis (Homo dan Lesbi), sebagaimana pernyataannya di berbagai kesempatan dan wawancaranya di Jurnal Perempuan58, sehingga mendapat penghargaan International Women of Courage Award dari Amerika Serikat pada 7 Maret 2007.

Lubang Hitam Agama

Buku Lubang Hitam Agama karya Sumanto Qurtubi, seorang alumnus AIN Semarang, dengan pengantar Ulil Abshar Abdalla, dan diendos cover yang penuh pujian oleh Gus Dur, Moeslim Abdurrahman, Anif Sirsaeba Alafsana, Ahmad Tohari dan Trisno S Sutanto, yang diterbitkan oleh Ilham Insitute dan Rumah Kata pada tahun 2005.

Buku ini secara vulgar dan demonstratif serta konfontratif menunjukkan kesesatan dan permusuhannya terhadap Agama, Al-Qur’an, Nabi, Shahabat, Ulama dan Syariat Islam. Tidak diragukan lagi bahwa serangan penulis terhadap Islam dalam bukunya tersebut merupakan penistaan dan penodaan agama.

(16)

Penistaan terhadap Agama yang dilakukan penulis dalam buku tersebut antara lain : agama bukan produk Tuhan (hal.31), agama adalah penjajah budaya dan pemasung intelektual (hal.55 dan 58), agama mematikan akal dan nalar (hal.59), agama adalah sumber konflik dan pembawa bencana (hal.83 dan 87), Islam adalah strategi budaya Muhammad dan merupakan sinkretik serta campuran budaya : Judaisme, Kristianisme dan Arabisme (hal.216-217 dan 225), penulisan bahasa Arab adalah Arabisme (hal.228). Penistaan terhadap Al-Qur’an yang dilakukan penulis dalam buku tersebut antara lain : kemaslahatan lebih diutamakan daripada ayat-ayat Tuhan (hal.31), Umar ikut menciptakan Qur’an (hal.32), Teks Al-Qur’an tidak autentik (hal.34 dan 37), Nabi dan para Shahabat adalah para pencipta Al-Al-Qur’an (hal.43), Al-Qur’an angker dan perangkap bangsa Quraisy, serta dibuat oleh manusia dan bukan kitab suci (hal.64-65), Al-Qur’an membelenggu kebebasan dan menciptakan tragedy kemanusiaan (hal.117), Muhammad, Islam dan Al-Qur’an tidak terlepas dari distorsi / penyimpangan (hal.126), kandungan Al-Qur’an kontroversi (hal.142), Al-Qur’an saja bermasalah apalagi Kitab Kuning (hal.146).

Penistaan terhadap Nabi, Shahabat dan Ulama yang dilakukan penulis dalam buku tersebut antara lain : Utsman pelaku nepotisme dan keliru membuat Mush-haf Al-Qur’an (hal.39), Nabi dan para tokoh non muslim seperti Gandhi, Luther, Bunda Terresa dan Romo Mangun bersama-sama menunggu di Surga (hal.45), Kisah Heroik para Nabi dan Mu’jizatnya hanya dongeng seperti Sinetron “Saras 008” atau kisah heroic James Bond (hal.58), Nalar Politik Tirani dibentuk oleh Khulafa Rasyidin (hal.124), Para Shahabat Nabi telah memperagakan Politik Islam dengan sangat sempurna mengerikannya (hal.134), Imam Al-Mawardi mengkhianati hak-hak rakyat dan seorang Rasis / Arabisme (hal.150 dan 155), Doktrin Politik Sunni ambigu dan out of date / kadaluarsa (hal.167), Al-Asy’ari dan Al-Ma’turidi menjalin persengkokolan politik (hal.171), Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah sekte yang telah memanipulasi teks-teks keagamaan (hal.229).

Penistaan terhadap Syariat Islam yang dilakukan penulis dalam buku tersebut antara lain : Syariat Islam menciptakan gerombolan mafia dan anjing-anjing penjilat kekuasaan (hal.70), Syariat Islam diskriminatif terhadap perempuan dan non muslim (hal 131-132), Formalisasi Syariat Islam bukan hanya Utopis, tapi juga Tirani (hal.134).

Lebih Iblis Dari Pada Iblis

Makhluq Iblis disebut Iblis karena pembangkangannya terhadap perintah Allah SWT. Karenanya, mereka yang membangkang terhadap Allah SWT layak disebut Iblis atau antek Iblis, atau sekurangnya pengikut Iblis. Bahkan pembangkangan manusia terhadap Allah SWT sering lebih dahsyat dari pada pembangkangan Iblis itu sendiri.

Sekali pun Iblis selalu menggoda anak manusia agar atheis atau musyrik, namun Iblis sendiri dengan segala kesesatannya tidak pernah membenarkan atheis atau pun musyrik, apalagi menjadi atheis atau pun musyrik. Iblis tahu dan mengakui bahwa Allah SWT itu ada dan Maha Esa. Itulah sebabnya, Kaum Liberal yang membela dan membenarkan Atheis dan Kemusyrikan, apalagi menjadi Atheis dan Musyrik, jauh lebih Iblis dari pada Iblis itu sendiri.

Dalam QS.59.Al-Hasyr : 16, Firman Allah SWT menyatakan, yang terjemahannya sebagai berikut : ”Seperti (bujukan) Syetan ketika ia berkata kepada manusia : ”Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu

(17)

telah kafir ia berkata : ”Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam.”

Jadi, lucu sekali jika ada orang ”Liberal” mengaku sebagai ”Muslim Liberal” atau ”Islam Liberal”, karena Liberal bukan Islam dan Islam bukan Liberal. Lebih lucu lagi, jika ada orang Liberal kebakaran ubun-ubun (-bukan kebakaran jenggot karena tidak berjenggot dan memang tidak suka jenggot-), hanya karena tulisan saya yang lalu dan yang kini memaparkan fakta dan data dari buku karya mereka sendiri. Entah karena memang mereka Liberal Sejati yang memanfaatkan Islam untuk menghancurkan Islam, atau mungkin mereka baru setengah Liberal sehingga sebenarnya mereka tidak terlalu tahu juga tentang Liberal itu binatang macam apa.

Dan yang paling menjijikkan adalah tatkala Kaum Liberal mengklaim bahwa mereka pembuka pintu ijtihad dan pejuang kebebasan. Padahal, pintu Ijtihad tidak pernah ditutup oleh Ulama Salaf mau pun Khalaf, bahkan di setiap zaman para Ulama selalu berijtihad untuk menjawab berbagai persoalan yang timbul seiring dengan kemajuan zaman. Soal kebebasan, baik dalam berpendapat mau pun beragama, itu merupakan ajaran Islam yang telah dikumandangkan dari zaman Nabi SAW hingga kini. Salah satu buktinya, Islam memberi kebebasan kepada setiap orang untuk meyakini bahwa agamanya yang paling benar dan selain agama yang dianutnya tidak benar, asal dia tidak melecehkan agama lain tersebut. Berbeda dengan Liberal yang dengan paham pluralismenya melarang setiap orang mengklaim agamanya yang paling benar dan memaksanya untuk membenarkan agama lain yang tidak dianut dan tidak diyakininya. Jadi, Islam lah pengusung kebebasan sejati dalam beragama, sedang Liberal justru menjadi pemerkosa kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Selain itu, yang juga tidak kalah menjijikkannya adalah Liberal mengaku sebagai kelompok yang sangat menghormati pendapat orang lain. Padahal, Liberal itu fundamentalis, ekstrimis dan anarkis dalam pemikiran dan berpendapat, sehingga mereka tidak pernah bisa menghormati pendapat kelompok lain yang berbeda dengan mereka. Itulah sebabnya, Kaum Liberal tidak pernah ragu untuk selalu mencaci-maki Gerakan Islam dan memfitnahnya sebagai preman berjubah, anarkis, radikalis, ekstrimis dan teroris. Dan kaum Liberal dengan tanpa punya rasa malu selalu berusaha untuk membubarkan Ormas Islam yang istiqomah di Rel Syariat Islam dengan berbagai macam cara. Bahkan kaum Liberal dengan sangat kafirnya mencaci-maki Agama, Al-Qur’an, Nabi, Shahabat, Ulama dan Syariat Islam, sebagaimana telah diuraikan fakta dan datanya di atas.

Dengan demikian, untuk kesekian kali saya nyatakan bahwa Liberal adalah kelompok anarkis pemikiran, perusak agama dengan mengatas-namakan agama, musuh Syariat Islam, preman intelektual, koruptor dalil dan manipulator hujjah, serta tidak diragukan lagi sebagai antek Iblis, bahkan lebih Iblis dari pada Iblis. Ya Robb…Hancurkan Liberal !

(18)

LIBERAL, GERAKAN ONANI PEMIKIRAN

Dibanding dua judul tulisan saya sebelumnya, yaitu "Liberal Musuh Besar Islam" dan "Liberal Lebih Iblis daripada Iblis", maka judul tulisan saya tentang Liberal kali ini memang agak vulgar, karena memang Liberal patut ditelanjangi secara vulgar. Jujur saja, saya memang sedang membangun serangan habis-habisan terhadap pemikiran-pemikiran sesat Kaum Liberal. Kaum Liberal sudah tidak bisa lagi diajak dialog, apalagi dinasihati, karena Ulama ditantang, Agama ditentang, bahkan Kitab Suci diserang. Dan kaum Liberal ini sudah terlalu sering membuat istilah "nyeleneh" terhadap Gerakan Islam, seperti preman berjubah, puritan, radikal, ekstrimis, teroris, dan sebagainya. Kini saatnya mereka kita beri label-label yang dengannya umat Islam jadi tahu siapa dan bagaimana mereka.

Liberal Dan Mu'tazilah

Kaum Liberal sering mengklaim bahwa mereka pengagum sekaligus pengikut Mu'tazilah. Kaum Liberal menganggap bahwa mereka dengan Mu'tazilah adalah kelompok yang sangat moderat, karena selalu mengedepankan nalar dan logika yang sehat. Pendapat Mu'tazilah bahwa Al-Qur'an adalah "makhluq" kerap dijadikan rujukan oleh Kaum Liberal untuk menjustifikasi pendapat mereka bahwa Al-Qur'an hanya sebuah teks yang merupakan produk budaya, bahasa dan sejarah.

Padahal, konsep "memakhluqkan" Al-Qur'an milik Mu'tazilah tidak sama dengan konsep "memakhluqkan" Al-Qur'an milik Liberal, bahkan berbanding terbalik. Tatkala Mu'tazilah memakhluqkan Al-Qur'an sebagai "ciptaan", mereka menisbahkannya kepada Allah SWT, sehingga pengertiannya bahwa Al-Qur'an adalah makhluq ciptaan Allah SWT. Dasar pemikiran Mu'tazilah sangat sederhana dengan logika biasa yaitu bahwa selain Tuhan adalah makhluq, sehingga karena Al-Qur'an bukan Tuhan maka berarti ia makhluq. Dengan demikian, menurut Mu'tazilah bahwa Al-Qur'an tetap datang dari Allah SWT, bukan datang dari buatan manusia.

Sedang Liberal tatkala memakhluqkan Al-Qur'an sebagai "ciptaan", mereka menisbahkannya kepada Muhammad, sehingga pengertiannya bahwa Al-Qur'an adalah makhluq ciptaan Muhammad. Dasar pemikiran Liberal tidak sederhana, tapi "ngejelimet" berbelat-belit, putar balik hujjah, bukan dengan logika tapi khayalan, kocok sana kocok sini, sehingga lebih tepat disebut sebagai "Onani Pemikiran". Puncratan onani pemikirannya pun menjijikkan yaitu bahwa "Al-Qur'an buatan manusia." Astaghfirullaah.

Jadi, jelas sekali bahwa Liberal bukan Mu'tazilah, secuil pun tidak sama dengan Mu'tazilah, bahkan terlalu "lebay" menyamakan keduanya. Mu'tazilah sepanjang zaman tetap mengagungkan Al-Qur'an sebagai "Wahyu Allah SWT", sedang Liberal secara terang-terangan menyerang dan menistakan Al-Qur'an. Bagi Ahlus Sunnah wal Jama'ah bahwa "Mush-haf" Al-Qur'an yang terdiri dari kertas dan tinta memang makhluq, namun Al-Qur'an sebagai wahyu Allah SWT tidak boleh disebut makhluq, karena itu merupakan Kalam dan Firman-Nya yang suci lagi agung. Bagi Ahlus Sunnah pendapat Mu'tazilah tentang "kemakhluqan" Al-Qur'an adalah bid'ah pemikiran, namun tidak ada Ahlus Sunnah yang mengkafirkan Mu'tazilah karena konsep tersebut. Sedang pendapat Liberal tentang "kemakhluqan" Al-Qur'an adalah "onani pemikiran" yang sesat dan menyesatkan, bahkan kafir dan keluar dari Islam.

(19)

Al-Qur'an Adalah Teks ?

Menurut Kaum Liberal bahwa Al-Qur'an adalah dokumen tertulis (manuskrip) yang diwariskan Muhammad kepada umatnya, sehingga Al-Qur'an hanya merupakan "Teks" yang bisa dan harus diteliti otentisitasnya melalui penerapan metode-metode Filologi, seperti Historical Criticism, Textual Criticism, Literary Criticism, Form Criticism dan Redaction Criticism. Metodologi Filologi bagi Kaum Liberal adalah metodologi penelitian modern yang telah sukses diterapkan dalam studi kritis Bibel dan telah diakui banyak kalangan peneliti dan cendikiawan dari kalangan Yahudi, Nashrani mau pun Islam.

Masih menurut Kaum Liberal bahwa umat Islam sepatutnya mengikuti langkah Kaum Orientalis yang telah secara berani mengkritisi Bibel sebagai kitab suci mereka sendiri melalui Metodologi Hermeneutika. Kaum Liberal pun menyerukan umat Islam untuk melepaskan sikap fanatik ortodoks yang selalu menganggap Al-Qur'an sebagai kitab suci"

LIBERAL GEMBONG RASIS DAN FASIS

Liberal Dan Nation Building

Konsep Bangunan Kebangsaan yang diusung Kaum Liberal Internasional untuk membangun Negara Kebangsaan adalah konsep rasis dan fasis yang sangat berbahaya. Rasis karena konsep ini mempertahankan perbedaan ras, suku dan bangsa dalam membangun negara. Fasis karena mendorong suatu ras atau suku bangsa memusuhi ras atau suku bangsa yang lain, sehingga menjadi ciri pemerintahan kebangsaan di seluruh dunia untuk bersikap otoriter terhadap golongan yang dianggap bukan asli bangsanya atau yang dinilai mengancam keutuhan golongan bangsanya.

Lihat saja, bagaimana Indian penduduk asli Amerika dikucilkan oleh "Negara Kebangsaan Amerika" karena dianggap tidak berbangsa Amerika. Dan lihat juga, bagaimana penduduk Aborigin di Australia dijadikan warga kelas dua oleh "Negara Kebangsaan Australia" karena dianggap kurang berbangsa Australia. Nah, kalau penduduk asli saja disingkirkan oleh Konsep Negara Kebangsaan, apalagi warga pendatang. Lihat saja perlakuan "Negara Kebangsaan Perancis" yang mendiskriminasikan warga imigran secara terang-terangan.

Demokrasi adalah nama alat politik kaum Liberal untuk memasarkan konsep negara kebangsaan yang rasis dan fasis. Kapitalisme adalah nama alat ekonomi kaum Liberal untuk memperkokoh kedudukan suatu ras atau golongan di tengah ras atau golongan lainnya. Sosialisme adalah adalah nama alat ekonomi lain kaum Liberal untuk mengimbangi Kapitalisme yang dikendalikan oleh kaum Liberal lainnya yang menjadi rival dan saingannya sesama Liberal.

Jadi, Nation Building berbeda dengan sistem Islam yang lintas ras, suku dan bangsa. Dalam sistem Islam semua sekat rasis dan fasis dihapuskan. Karenanya, kaum Liberal sangat membenci sistem Islam yang dianggap menjadi penghalang bagi nafsu rasisme dan fasisme mereka. Itulah sebabnya, saya sebut Liberal sebagai Gembong Rasis dan Fasis.

(20)

Karenanya, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang selama ini sudah terbangun dengan Bhinneka Tunggal Ika-nya, harus mewaspadai kampanye "Nation Building" yang diusung kaum Liberal. Jangan terrtipu, luarnya tampak bagus karena dikemas dengan apik sekaligus licik, tapi isinya sangat membahayakan dan mengancam keutuhan NKRI, karena ke depan setiap ras dan suku bangsa di Nusantara dengan dalih HAM dan kebebasan akan didorong untuk membangun negara tersendiri atas dasar ras dan suku bangsanya sendiri-sendiri.

Kebencian Liberal Kepada Islam Dan Arab

Selama ini kaum Liberal pandai bersandiwara, seolah mereka adalah pejuang anti Rasisme dan Fasisme. Mereka di berbagai kesempatan seolah menyuarakan keadilan dan persamaan antar sesama umat manusia, tanpa memandang latar belakang kesukuan mau pun kebangsaannya. Namun jika kita perhatikan produk pemikiran mereka, maka akan kita dapatkan kebusukan hati dan kekotoran jiwa mereka terhadap Islam secara umum, dan khususnya terhadap Arab.

Kebencian Liberal terhadap Islam dan Arab tak bisa disembunyikan. Di Indonesia misalnya, ketika sedang digodok RUU Pornografi, seorang jurnalis Liberal kawakan dari sebuah majalah nasional menyebutnya sebagai proses "Arabisasi". Dan ketika kaum Liberal menolak perda-perda Syariat, mereka mengatakan "Ini bukan negara Arab". Lalu ketika propagandis Liberal menentang kewajiban Jilbab bagi wanita muslimah, mereka pun lantang menyatakan "Jilbab itu adat Arab". Kemudian saat seorang aktivis Liberal mendapat undangan kunjungan ke Israel dengan aneka fasilitas, maka sepulangnya dari Israel serta merta membuat tulisan yang memuji-muji Israel dan mencaci-maki Arab. Dan baru-baru ini seorang anggota DPR RI yang pernah meloloskan seorang nashrani teman separtainya ke Mekkah dan Madinah secara licik, dalam suatu dialog televisi tentang Ahmadiyah memelesetkan kata "Sajadah" dengan kata "Haram Jadah". Jauh sebelumnya, seorang aktivis Liberal lainnya dalam suatu wawancara televisi menyatakan bahwa soal Ahmadiyah hanya merupakan persaingan antara "Nabi India" dan "Nabi Arab".

Kehadiran sejumlah Ormas Islam pasca Reformasi yang dibidani sejumlah Aktivis Islam kelahiran Indonesia keturunan Arab, seperti Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) oleh Abu Bakar Ba'asyir, Laskar Jihad oleh Ja'far Umar Thalib, Ikhwanul Muslimin Indonesia (IMI) oleh Husein Habsyi dan Front Pembela Islam (FPI) oleh Rizieq Syihab dan kawan-kawan, makin menambah kebencian Kaum Liberal terhadap Arab. Apalagi ketika ormas-ormas Islam tersebut diterima secara luas oleh berbagai kalangan umat Islam tanpa peduli ras, suku dan golongan, karena telah secara eksis melaksanakan Da'wah, menegakkan Hisbah dan menggelorakan Jihad, maka kaum Liberal makin panas hatinya dan mendidih kepalanya. Akhirnya, secara rasis dan fasis kaum Liberal pun memunculkan istilah "Islam Indonesia" dan "Islam Arab".

Ditambah lagi ketika terjadi sejumlah kasus kezaliman orang Arab terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) baik pria mau pun wanita di Timur Tengah, maka para Liberal yang rasis dan fasis tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk mendiskreditkan Arab, sekaligus memojokkan Islam. Krisis politik di Timur Tengah dengan aneka kekacauannya semakin menambah semangat para propagandis Liberal menyifatkan Arab sebagai perusuh dan pengacau, serta barbar tak tahu aturan.

Liberal Dan Studi Islam

Dalam kajian Al-Qur'an, kaum Liberal menyatakan bahwa penulisan Al-Qur'an dalam bahasa Arab dan dalam lahjah Quraisy merupakan "perangkap" untuk memperbudak manusia kepada bangsa Arab, khususnya kepada suku Quraisy. Kaum Liberal kesal dan kecewa terhadap Al-Qur'an yang berbahasa

(21)

memahami dan menafsirkan Al-Qur'an "tidak perlu bahasa Arab". Itu pula yang mendorong mereka membela habis-habisan Yusman Roy yang mengajarkan Shalat dengan bahasa Indonesia, tanpa perlu bahasa Arab.

Dalam kajian Fiqih, kaum Liberal menyoroti bahwa syarat Quraisy sebagai khalifah adalah untuk memperkokoh "Hegemoni Arab". Soal "Kafa-ah" dalam pernikahan adalah bentuk lain dari "Kasta Arab". Soal Haji, Umrah dan Ziarah harus ke Tanah Arab (Mekkah dan Madinah) merupakan perangkap fiqih untuk mengikat umat Islam dengan Arab.

Dalam kajian Sejarah Islam Dunia, kaum Liberal punya tesis sendiri. Mereka menyatakan bahwa sebab diutusnya Muhammad di tengah bangsa Arab, karena bangsa Arab bangsa biadab, dan sebab sukunya Muhammad dari Quraisy karena Quraisy paling biadabnya bangsa Arab, serta sebab dilahirkannya Muhammad di Mekkah karena itulah tempat dan sarang bangsa paling biadab di dunia. Ironisnya, dalam kurikulum pendidikan Indonesia tesis itulah yang ditampilkan dalam materi Sejarah Islam Dunia. Kaum Liberal pun memakai dalil yang diambil dari QS.9.At-Taubah : 97 yang menyatakan bahwa bangsa Arab paling keras kufur dan nifaqnya.

Sedang dalam kajian Sejarah Islam Indonesia, kaum Liberal berupaya menyingkirkan peran bangsa Arab, bahkan sebisanya dihapuskan dari catatan sejarah. Kaum Liberal memunculkan tesis bahwa yang membawa Islam ke Indonesia adalah orang-orang Gujarat dari India, bukan Arab, sehingga ke-Arab-an Walisongo sang penyebar Islam di Tanah Jawa mereka sembunyikan dengan berbagai macam cara. Bahkan belakangan ini kaum Liberal mulai mengajukan tesis baru bahwa yang membawa Islam ke Indonesia adalah Cina bukan Arab.

Termasuk peran perguruan Jamiat Kheir sebagai perintis pendidikan di Indonesia pun diabaikan, karena disana berkumpul para Tokoh Habaib dan Masyaikh yang merupakan keturunan Arab. Ironisnya, lagi-lagi dalam kurikulum pendidikan Indonesia tesis macam inilah yang ditampilkan. Seorang mantan rektor perguruan tinggi Islam dalam sebuah tulisannya menyindir bahwa orang Hadromaut - Yaman datang ke Indonesia hanya dimotivasi keinginan untuk cari duit, bukan da'wah, apalagi menyebarkan Islam. Bahkan kaum Liberal menggambarkan bahwa keberadaan Kesultanan-Kesultanan Islam yang dipimpin oleh para Sultan keturunan Arab di Nusantara seperti Kesultanan Pasei, Siak, Kubu, Pontianak, dan sebagainya, merupakan bagian dari penjajahan Arab terhadap bangsa Indonesia.

Arab Liberal

Di kalangan Liberal muncul sejumlah tokoh dari bangsa Arab seperti Rifa'ah Thahthawi, Qasim Amin, Ali Abdur Raziq, Faruq Faudah, Hassan Hanafi, Abid Jabiri, Nawal Sa'dawi, Nasher Hamid Abu Zaid, Muhammad Syahrur, Muhammad Arkoun, dan lain sebagainya. Keberadaan Tokoh Arab Liberal dalam barisan Kaum Liberal merupakan fenomena yang mesti diwaspadai. Kaum Liberal memanfaatkan keberadaan mereka sekurangnya untuk tiga hal :

Pertama, untuk menyembunyikan sekaligus menafikan sikap rasis dan fasis mereka terhadap bangsa Arab. Kedua, untuk menipu dan mengelabui mayoritas umat Islam yang masih menaruh hormat dan memberi cinta kepada Ulama Arab. Ketiga, untuk memanfaatkan ke-Arab-an mereka dalam memojokkan aktivis Islam baik dari kalangan Arab mau pun non Arab.

Di Indonesia pun, tidak sedikit kalangan Arab Liberal. Ada yang menjadi pejabat, dosen, aktivis, wartawan, pengusaha, dan lain sebagainya. Kasihan, mereka Arab yang dimanfaatkan untuk menghantam Arab.

(22)

lembaga Liberal di Indonesia. Namun tentu saja, Arab Islam jauh lebih banyak dan lebih berkualitas dibandingkan dengan Arab Liberal, baik dalam kancah nasional mau pun internasional.

Islam Anti Rasis Dan Fasis

Dalam QS.49. Al-Hujuraat : 10, Allah SWT menegaskan "Innamal Mu'minuuna Ikhwah" artinya bahwa sesungguhnya orang beriman adalah bersaudara, ini adalah ayat "Ukhuwwah Imaniyyah". Dan Rasulullah SAW menegaskan : "Al-Muslim Akhul Muslim" artinya orang Islam saudara orang Islam, ini adalah hadits "Ukhuwwah Islamiyyah". Dengan kedua dalil tersebut menjadi jelas bahwasanya Persaudaraan Islam diikat dengan iman. Persaudaraan Islam lintas sektoral mau pun teritorial, dan lintas bangsa mau pun negara. Dengan iman, umat Islam bersaudara, apa pun warna kulit, suku, ras dan bangsanya, bagaimana pun bahasa dan adat istiadatnya, di mana pun lahir dan tinggalnya, serta tanpa peduli status pendidikan, politik, ekonomi dan sosialnya.

Dalam QS.49.Al-Hujuraat : 11, Allah SWT melarang keras orang beriman merendahkan harkat dan martabat suatu kaum, terjemah firman-Nya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain, (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olokkan) lebih baik dari wanita-wanita (yang mengolok-olokkan). Dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruknya panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." Inilah ayat "Anti Rasis dan Fasis".

Dalam QS.49.Al-Hujuraat : 13, Allah SWT menegaskan tentang keragaman dan kemajemukan jenis dan suku bangsa manusia, terjemah firman-Nya : "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari jenis laki-laki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu." Inilah ayat "Pluralitas" sekaligus ayat "Tolok Ukur Kemuliaan". Jadi, tolok ukur kemuliaan seseorang di sisi Allah SWT bukan jenis kelaminnya atau pun suku bangsanya, melainkan ketaqwaannya kepada Allah SWT.

Akal sehat tidak memungkiri, bahwa dalam kehidupan dunia sebahagian manusia memiliki kelebihan di atas sebahagian yang lain. Si kyai melebihi si santri, si pejabat melebihi si rakyat, si ningrat melebihi si melarat, si sehat melebihi si cacat, si pandai melebihi si pandir, si kaya melebihi si miskin, dan seterusnya. Namun kelebihan itu semua tak berarti dan tak manfaat di akhirat jika tak diikat dengan taqwa. Karenanya, kelebihan tersebut tidak boleh menjadikan seseorang sombong dan takabbur, apalagi bersikap rasis dan fasis. Sungguh alangkah indahnya orang-orang yang dikaruniakan kelebihan duniawiyah oleh Allah SWT lalu diikat kuat dengan taqwa, maka ia beruntung dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman dalam QS.17.Al-Israa' : 21 yang terjemahnya : "Lihatlah bagaimana kami melebihkan sebahagian mereka di atas sebahagian yang lain, dan sesungguhnya akhirat itu lebih besar derajat dan kelebihannya".

Kafa'ah Bukan Kasta

Adanya syarat Kafa'ah dalam pernikahan, dimana calon suami seyogyanya tidak lebih rendah dari calon isteri dalam sejumlah katagori, bukanlah sistem "Kastaisme" sebagaimana difitnahkan kaum Liberal. Masalah kafa'ah adalah masalah khilafiyah fiqhiyah di antara Madzhab Islam. Semua Madzhab Islam sepakat bahwa kafa'ah dalam masalah "agama" adalah "syarat sah" untuk suatu pernikahan, sehingga jika calon suami yang agamanya lebih rendah (-baca berbeda-) dengan si calon isteri muslimah, maka tidak sah

(23)

yang menjamin kesempurnaan pernikahan, sehingga jika calon suami muslim akhlaqnya lebih rendah dari si calon isteri muslimah, maka pernikahannya tidak lazim alias kurang sempurna.

Sedang masalah kafa'ah dalam soal selain agama / akhlaq, maka para Ulama dari berbagai Madzhab berbeda pendapat. Maliki dan Ja'fari berpendapat bahwa syarat kafa'ah hanya dalam soal agama / akhlaq saja. Ada pun Hanafi, Syafi'i dan Ahmad berpendapat bahwa selain agama / akhlaq, maka syarat kafa'ah berlaku juga dalam soal nasab dan profesi serta keterampilan / keahlian. Bahkan ada pendapat yang memasukkan sejumlah katagori lain sebagai bagian dari masalah kafa'ah, antara lain : harta, umur dan sehat dari cacat. Itu pun, Jumhur Ulama dari berbagai Madzhab Islam berpendapat bahwa masalah kafa'ah dalam katagori yang mereka perselisihkan tersebut bukan "syarat sah" tapi hanya merupakan "syarat lazim". Sehingga pernikahan "tidak sekufu" dalam aneka katagori tersebut tetap sah selama ada saling ridho antara si calon pengantin wanita muslimah dengan seluruh para wali nikahnya, karena kafa'ah menjadi hak bersama di antara mereka. Namun ada satu fatwa dalam Madzhab Hanbali yang menyatakan bahwa kafa'ah dalam aneka katagori dimaksud adalah "syarat sah", pendapat ini banyak diikuti kalangan tertentu di pelbagai negeri Islam. Ini soal khilafiyah fiqhiyah yang harus disikapi dengan jiwa besar dan toleran serta sikap saling menghormati dan menghargai.

Terlepas dari perbedaan pendapat antara Madzhab Islam soal kafa'ah, maka itu harus dipahami sebagai khilafiyah fiqhiyah biasa, bukan masalah "pengkastaan" sebagaimana fitnah Kaum Liberal. Masalah kafa'ah dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan perkawinan yaitu sakinah penuh mawaddah dan rahmah. Manakala seorang isteri tidak lebih tinggi dari suaminya dalam soal kafa'ah tersebut, maka upaya menciptakan harmonisasi rumah tangga akan lebih mudah. Sebaliknya, manakala si isteri lebih tinggi dari suami dalam soal kafa'ah, maka dikhawatirkan si isteri suatu ketika akan merendahkan suaminya atau si suami akan menjadi minder dengan kekurangannya, sehingga "Ar-Rijaal Qowwaamuuna 'alan Nisaa-i" dalam rumah tangga menjadi tidak terealisasi. Tentu kondisi semacam itu akan menjadi penghambat mewujudkan rumah tangga yang sakinah penuh mawaddah dan rahmah. Itulah sebabnya, kafa'ah menjadi "syarat lazim" yang si calon pengantin wanita muslimah dan para walinya berserikat dalam penerimaan atau penolakannya terhadap nikah tidak sekufu', sehingga tidak menjadi penyesalan atau problem di kemudian hari. Itu saja, tidak ada kaitannya dengan soal pengkastaan, karena Kafa'ah memang bukan Kasta. Jadi, kafa'ah bukan rasis dan fasis.

Kenapa Rasulullah Saw Lahir Di Arab ?

Kaum Orientalis sejak lama melemparkan tesis tentang "Arab Biadab". Dalam kajian Sejarah Islam, mereka menyatakan bahwa sebab diutusnya Muhammad di tengah bangsa Arab, karena bangsa Arab bangsa "biadab", dan sebab sukunya Muhammad dari Quraisy karena Quraisy paling "biadab" nya bangsa Arab, serta sebab dilahirkannya Muhammad di Mekkah karena itulah tempat dan sarang bangsa paling "biadab" di dunia.

Di Indonesia yang pertama kali menyebar-luaskan tesis tersebut di tengah masyarakat adalah Snouck Hugronye. Propaganda Snouck cukup berhasil dan sangat digandrungi oleh kaum Liberal Indonesia, bahkan hingga kini dalam kurikulum pendidikan sejarah Islam di Indonesia masih termuat tesis tersebut. Tesis ini sangat rasis dan fasis sekaligus sesat dan menyesatkan.

Tesis yang menyatakan bahwa sebab diutusnya Rasulullah SAW di dunia karena seluruh dunia dalam kejahiliyahan yang penuh kemusyrikan, kezaliman dan kebiadaban, adalah tesis yang tepat dan tak bisa dipungkiri. Namun tesis yang menyatakan sebab diutusnya Rasulullah SAW di tengah bangsa Arab karena

(24)

karena tidak ilmiah dan tidak didukung fakta dan data yang akurat. Tesis "Arab Biadab" adalah tesis yang hanya didasarkan kepada bibit rasis dan fasis para musuh Islam.

Sebelum Rasulullah SAW diutus sebagai Nabi dan Rasul, di Arab ada kebiadaban Wa-dul Banaat yaitu mengubur hidup-hidup anak perempuan. Di tengah bangsa Israil ada kebiadaban membunuh para Nabi dan Rasul. Di Persia ada kebiadaban tradisi Mazdakiyah yang menghalalkan seorang ayah mengawini putri kandungnya sendiri. Di Eropa ada kebiadaban adu tarung manusia (Gladiator) yang terkadang diadu dengan binatang buas untuk tontonan masyarakat, bahkan di waktu tertentu kaum Bangsawan berburu "manusia" sebagai hiburan dengan melepas budak lalu dijadikan sasaran tembak anak panah dan tombak antar para pelomba berburu. Di China ada tradisi pengebirian kaum pria untuk dijadikan "kasim" dalam istana Raja mau pun kaum bangsawan lainnya. Di pedalaman Afrika ada kebiadaban Kanibalisme yang orang masih makan orang. Di India dan Indonesia pun ada kebiadaban yang tidak kalah dengan negeri lainnya. Benarkah dari semua kebiadaban itu Arab adalah yang "paling biadab" sebagaimana tesis orientalis yang digandrungi kaum Liberal ? Apa tolok ukur dan parameternya ? Apa pula dasar berfikir dan metode penyimpulannya ? Semua tidak jelas, kecuali sikap rasis dan fasis terhadap bangsa Arab, tidak lebih ! Arab memang biadab dengan kemusyrikan dan kezalimannya, tapi seluruh dunia juga sama biadabnya dalam kemusyrikan dan kezaliman. Ada pun QS.9.At-Taubah : 97 yang dijadikan dalil oleh kaum Liberal bahwa bangsa Arab paling keras kufur dan nifaqnya, merupakan korupsi dalil dan manipulasi hujjah. Dalam ayat tersebut termaktub kata "Al-A'raab" bukan "Al-'Arab", sehingga yang dimaksud adalah sekelompok orang Arab pedusunan bukan bangsa Arab keseluruhan. Lagi pula pada lanjutan ayat yaitu di ayat ke-99 disebut tentang "Al-A'raab" yang beriman kepada Allah SWT. Jadi, argumentasi Liberal gugur melalui rangkaian ayat-ayat itu sendiri, inilah salah satu bukti kebodohan kaum Liberal dalam memahami Al-Qur'an.

Prof. DR. Muhammad Sa'id Ramadhan Al-Buthi dalam kitabnya "Fiqhus Siirah" menelanjangi kebobrokan tesis orientalis tersebut. Beliau secara cerdas dan brillian menjawab dengan tuntas persoalan tersebut. Secara ringkas jawaban tentang kenapa Rasulullah SAW diutus di tengah bangsa Arab, antara lain :

Pertama, dalam QS.3. Aali-'Imraan : 96 ditegaskan bahwa Ka'bah di Mekkah merupakan rumah Allah SWT pertama yang ada di atas muka bumi. Dalam riwayat disebutkan bahwa Ka'bah dibangun pertama kali oleh Syits putra Nabi Adam AS, lalu lenyap saat terjadi banjir besar di zaman Nabi Nuh AS, dan dibangun kembali di zaman Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, dan disempurnakan di zaman Nabi Muhammad SAW. Artinya, jauh sebelum Nabi Terakhir dilahirkan di Mekkah, kota tersebut sudah disiapkan untuk menerima kehadirannya. Ka'bah sebagai pusat Dunia dan yang akan menjadi Qiblat kaum muslimin sudah disiapkan di Mekkah jauh sebelum kedatangan Sang Nabi Terakhir. Jadi, ada mau pun tidak ada kebiadaban bangsa Arab di Mekkah, maka Nabi Muhammad SAW tetap akan lahir di kota tersebut, sehingga kebiadaban bangsa Arab bukan alasan diutusnya Nabi Terakhir di tengah bangsa Arab. Kedua, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk meninggalkan putranya Ismail AS dan ibunya Siti Hajar AS di Mekkah yang saat itu hanya merupakan tanah gersang dan tandus tanpa penduduk dan tidak ada sumber air mau pun perkebunan. Kenapa Ismail bukan Ishaq ? Dan kenapa di Mekkah bukan tempat lainnya ? Sebab Nabi Terakhir akan lahir dari keturunan Ismail bukan Ishaq, dan karena di Mekkah lah tempat asal mula berdirinya Ka'bah yang kelak mesti dibangun kembali oleh Ibrahim dan Ismail, yang nantinya akan menjadi Qiblat kaum muslimin. Jadi, keberadaan Ismail di Mekkah memang telah disiapkan untuk menjadi bagian dari proses kedatangan Nabi Terakhir, sehingga tidak ada kaitan dengan kebiadaban bangsa Arab.

(25)

Tengah yang luput dari cengkeraman kekuasaan kedua imperium raksasa tersebut, kecuali Mekkah dan sekitarnya. Dalam kedua sistem pemerintahan kekaisaran tersebut ada gejolak politik, perang filsafat, pertikaian agama dan nafsu imperialisme. Sedang Mekkah merupakan wilayah yang polos dan lugu, tiada sistem pemerintahan, tiada politik mau pun filsafat, tiada nafsu imperialisme, tiada pertikaian agama, yang ada hanya sistem kekeluargaan qabilah. Mekkah terbebas dari gejolak politik mau pun filsafat yang terjadi di kedua imperium tersebut. Karenanya, jika Nabi Terakhir diutus di Romawi atau Persia, maka akan ada tuduhan bahwa Islam yang dibawa Muhammad lahir dari gejolak politik dan perang filsafat serta pertikaian agama, atau sebagai anak angkat dari nafsu imperialisme. Namun dengan diutusnya Rasulullah SAW di Mekkah, maka tuduhan semacam itu menjadi tak berdasar. Ini bukan terjadi kebetulan, namun memang Mekkah sudah disiapkan dalam program ilahi sebagai tempat lahirnya nubuwwah akhir zaman. Jadi, lagi-lagi bukan kebiadaban bangsa Arab yang menjadi alasan.

Keempat, Arab memang biadab dengan tradisi Wa'dul Banaat-nya, namun tidak semua bangsa Arab melakukan tradisi tersebut. Buktinya yaitu keberadaan Rasulullah SAW dan para Shahabat serta semua masyarakat Arab di zaman itu. Bukankah mereka semua dilahirkan oleh wanita ?! Bukankah para wanita yang menjadi ibu mereka tidak dikubur hidup-hidup sewaktu kecil ?! Harus dicatat dengan jujur bahwa bangsa Arab yang biadab itu memiliki sejumlah keistimewaan yang diakui sejarah, yaitu mereka terkenal dengan sikap wibawa, setia dan berani. Inilah salah satu rahasia kenapa Rasulullah SAW dilahirkan di Mekkah, karena dari kota tersebut akan lahir generasi umat yang berwibawa dan pemberani serta sangat setia kepada Rasulullah SAW dalam memperjuangkan Islam seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali, rodhiyallaahu 'anhum. Tidak seperti bangsa Israil yang sering membangkang kepada para Nabi dan Rasul, bahkan tidak jarang membunuhnya. Jadi, justru kelebihan sifat bangsa Arab dalam wibawa, kesetiaan dan keberaniannya lah yang lebih tepat menjadi alasan pengutusan Rasulullah SAW di tengah bangsa Arab, bukan kebiadabannya.

Kelima, dalam suatu riwayat Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa Allah SWT memilih bangsa Kinanah dari anak keturunan Adam, dan memilih suku Quraisy dari bangsa Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari suku Quraisy, dan memilih beliau dari Bani Hasyim. Dengan demikian, Rasulullah adalah "manusia pilihan" dari "bani pilihan" dari "suku pilihan" dari "bangsa pilihan". Hadits ini menunjukkan bahwa bangsa Arab yang biadab itu merupakan yang terbaik di antara yang biadab ketika itu, bukan yang paling biadab. Jadi, tesis orientalis yang dipropagandakan kaum Liberal hingga kini tersebut terbantahkan dengan hadits ini.

Akhirnya, jelas sudah bagi kita semua betapa rasis dan fasisnya kaum Liberal. Karenanya, umat Islam harus merapatkan barisan dan menyatukan potensi kekuatan untuk memerangi pemikiran dan paham Liberal yang sesat dan menyesatkan. Dan sudah waktunya para pecinta NKRI untuk menghalau Liberal dari negeri ini, karena mereka sedang memasang bom waktu rasis dan fasis yang akan memecah belah dan mencabik-cabik persatuan dan kesatuan Indonesia.

Tuduhan dan fitnah Liberal lainnya terhadap Islam dan Arab akan kita jawab satu per satu melalui tulisan-tulisan yang akan datang. Insya Allah.

(26)

LIBERAL ANTEK ASING

"Rand Corporation" yaitu sebuah Pusat Penelitian dan Pengkajian Strategi tentang Islam dan Timur Tengah, yang berpusat di Santa Monica - California dan Arington -Virginia di Amerika Serikat, atas biaya Smith Richardson Foundation, melakukan kajian Gerakan Islam di berbagai belahan Dunia Islam. Hasil penelitian dan kajian lembaga ini telah diturunkan dalam bentuk sejumlah Laporan Resmi yang antara lain berjudul : Civil Democratic Islam (Th.2003) dan Building Moderate Muslim Networks (Th.2007).

Laporan "Rand Corporation" menjadi referensi penting bagi Dewan Intelijen Nasional Amerika Serikat (National Intelligent Council / NIC) yang membawahi 15 Badan Intelijen dari 15 Negara, yang diketuai oleh Robert Hutchings. Dalam berbagai laporan hasil kajiannya, "Rand Corporation" memetakan Gerakan Islam sesuai dengan kepentingan Barat, yaitu menjadi empat kelompok : Fundamentalis, Modernis, Liberalis dan Tradisionalis. Dalam rincian setiap kelompok tersebut, diuraikan tentang karakter, ciri, status dan cara penanganan tiap kelompok.

Ditambah lagi dengan dokumen-dokumen hasil penelitian lainnya, maka menjadi jelas bahwasanya klasifikasi gerakan Islam yang dilakukan para peneliti Barat sangat subyektif, karena hanya berdasarkan kepentingan Barat semata.

Fundamentalis

Berdasarkan kacamata Barat dan sesuai dengan kepentingannya, yang dimaksud dengan Fundamentalis ialah Gerakan Islam yang berkarakter "Anti Barat". Cirinya ada empat, yaitu : Pro Syariat Islam, Pro Khilafah Islamiyah, Anti Demokrasi Barat dan Kritis terhadap pengaruh Barat. Status kelompok ini adalah "Berbahaya", dan penanganannya adalah "Habisi".

Siapa pun, perorangan atau kelompok Islam, yang mendukung perjuangan penerapan Syariat Islam, dan setuju dengan penegakan sistem Khilafah Islamiyah, serta menolak sistem Demokrasi Barat, lalu bersikap kritis dan selektif terhadap pengaruh Barat, maka dipastikan oleh Barat ia adalah Fundamentalis, baik lugas mau pun tegas, lembut mau pun keras, kalem mau pun vokal, diam di rumah atau pun turun ke jalan.

Kelompok ini diberi status "Berbahaya" karena dinilai mengancam kepentingan Barat. Kelompok ini dianggap tidak bersahabat dengan Barat, bahkan cenderung memusuhi Barat. Kelompok yang Anti Demokrasi Barat selalu dinilai sebagai kelompok yang tidak menghargai musyawarah, tidak toleran terhadap perbedaan, mau menang sendiri, suka memaksakan kehendak, anti dialog, kaku, kolot, radikal dan eksklusif.

Kelompok ini harus dihabisi dengan berbagai macam jalan, antara lain : Pertama, stigmaisasi kelompok. Caranya, semua perbuatan baik kelompok ini tidak boleh dipublikasikan oleh jaringan media Barat dan anteknya. Sebaliknya, semua kesalahan atau keburukan kelompok ini sekecil apa pun, wajib dipublikasikan

(27)

secara besar-besaran, bahkan harus diulang-ulang pemberitaannya, walau pun sudah kadaluwarsa. Buat stigma negatif kelompok ini sehingga diidentikkan dengan sesuatu yang tidak disukai masyarakat, seperti radikalis, anarkis, teroris, dan sebagainya.

Kedua, pengkerdilan aktivis. Caranya, halangi mereka dari pengembangan pendidikan dan kualitas SDM lainnya. Dalam pemberitaan para tokoh dan aktivis kelompok ini tidak boleh disebutkan gelar akademis atau pun gelar kehormatan mereka, apalagi menyebut suatu karya atau hasil kerja mereka. Cukup sebut nama, dan mereka mesti ditampilkan sebagai orang yang tidak cerdas, tidak rapih, tidak kreatif dan tidak santun, bahkan tonjolkan kebodohan dan keterbelakangan serta kegarangannya.

Ketiga, pengucilan kelompok. Caranya, jangan beri kelompok ini kesempatan sekecil apa pun dalam sistem kekuasaan, baik legislatif, yudikatif mau pun eksekutif. Jangan libatkan kelompok ini dalam even apa pun, baik nasional mau pun internasional. Jangan pernah meminta pendapat apa pun dalam urusan yang bagaimana pun kepada kelompok ini. Jangan pernah memberi peran apa pun dalam situasi bagaimana pun dan dimana pun.

Keempat, pembusukan kelompok. Caranya, susupi dan adu domba antar aktivis dan antar pimpinan mau pun anggota kelompok ini. Tunggangi setiap aksi kelompok ini dan kacaukan agendanya. Ciptakan aneka kerusakan yang bisa dinisbahkan kepada kelompok ini. Sebar fitnah dan tuduhan apa saja secara tersistem yang bisa menghancurkan kelompok ini.

Kelima, pembunuhan kelompok. Caranya, jebak dan ciptakan alasan hukum untuk menangkap para tokoh dan aktivis kelompok ini. Buat alasan legal formal untuk membubarkan kelompok ini. Dorong penguasa agar menjadikan kelompok ini sebagai organisasi terlarang. Bayar preman untuk diadu dengan kelompok ini. Ancam, teror dan intimidasi kelompok ini dimana pun mereka berada. Buat para tokoh dan aktivis kelompok ini tidak nyaman berpergian kemana pun. Pada kondisi puncak : Bunuh tokoh dan aktivis kelompok yang paling berbahaya bagi kepentingan Barat.

Modernis

Berdasarkan kacamata Barat dan sesuai dengan kepentingannya, yang dimaksud dengan Modernis ialah "Kelompok Islam" yang berkarakter "Pro Barat". Cirinya ada empat, yaitu : Anti Syariat Islam, Anti Khilafah Islamiyah, Pro Demokrasi Barat dan Tetap Kritis terhadap pengaruh Barat. Status kelompok ini adalah "Aman", dan penanganannya adalah "Rangkul".

Kekritisan Modernis dan kekritisan Fundamentalis terhadap pengaruh Barat tidak sama. Kekritisan Fundamentalis berdiri atas dasar Syariat Islam, artinya segala pengaruh Barat yang bertentangan dengan Syariat Islam pasti ditolak. Sedangkan kekritisan Modernis hanya atas dasar kepentingan kelompok, bahkan cenderung pragmatis dan materialis.

Siapa pun, perorangan atau kelompok yang "mengaku" Islam, tapi menolak penerapan Syariat Islam, dan tidak setuju dengan penegakan sistem Khilafah Islamiyah, serta sebaliknya setuju dan mendukung sistem Demokrasi Barat, namun tetap bersikap kritis dan selektif terhadap pengaruh Barat, maka dipastikan oleh Barat ia adalah Modernis, baik lugas mau pun tegas, lembut mau pun keras, kalem mau pun vokal, diam di rumah atau pun turun ke jalan.

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum alat ini digunakan dalam penelitian yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba (try out) kepada responden yang memiliki karakter sama clengan

Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa, rasionalisme radikal anti agama di dunia muslim, cukup banyak dipengaruhi oleh pemikiran kelompok Brahmana, sekelompok filosof

Kelompok pertama yang menetapkan bahwa Islam melarang kaum wanita berkiprah dalam dunia politik didasarkan pada argumen sebagai berikut : Pertama, perempuan

Di tengah krisis manusia dan peradaban modern Barat, kaum muslim di berbagai wilayah dunia Islam menurut Seyyed Hossein Nasr terbelah dalam dua kelompok: (1)

Pemikiran Muhamma Abduh lambat laun akan mempengaruhi dunia pendidikan di seluruh jagat raya di bumi ini, sebagai kaum intelek Muhammad Abduh tidak hanya bisa belajar agama,

Jaringan Islam Liberal (JIL) merupakan kelompok atau komunitas intelektual Islam, - yang dalam beberapa hal dinilai kalangan Islam fundamental - memiliki pemikiran yang liberal

al- Qur’an menunjukkan dengan jelas bahwa nabi muhammad bukanlah orang yang memiliki karakter-karakter seperti yang dituduhkan oleh kaum pagan arab, sedemikian

Dengan menghadirkan tiga isu utama, yaitu tentang piagam Jakarta, partai Islam dan jihad-terorisme, kajian ini mencoba menjelaskan varian pemikiran politik kaum modernis yang