PEMERIKSAAN HIDUNG
Oleh : Nuri Idha F (07700194) Lidya Ovianti (07700280) Pembimbing: dr. Novemi Sp.THTANAMNESA
Sekret (rinorrhea)
1. Apakah dari satu sisi atau keduanya?
2. Lamanya?terus menerus atu intermitten,dan bagaimana terjadinya?usia saat awitan?
3. Apakah encer atau kental?purulen atau berdarah?
4. Apakah ada hubungannya dengan perubahan lingkungan atau musim
Hidung Tersumbat
1. Apakah satu sisi atau keduanya?
2. Lamanya? terus menerus atau intermitten,dan bagaimanaterjadinya?usia saat awitan?
3. Adakah riwayat trauma?
4. Adakah riwayat operasi hidung atau operasi THT lainnya?
5. Adakah riwayat gangguan alergi terutama yang berkaitan dengan perubahan musim ?bila ya maka diperlukan riwayat alergi yang lengkap 6. Apakah pasien menggunakan semprotan hidung
Perdarahan
1. Berapa lama?frekuensi?kapan serangan yang terakhir?
2. Apakah perdarahan unilateral atau bilateral? 3. Apakah perdarahan berasal dari nares
anterior,posterior,atau keduanya?
4. Apakah hanya terjadi pada musim dingin? 5. Adakah riwayat trauma?
6. Apakah pasien mempunyai kecenderungan berdarah?
7. Apakah pasien menggunakan suatu pengobatan? 8. Apakah ada hipertensi?
Kehilangan atau Perubahan dalam Menghidu (Anosmia)
1. Apakah berkaitan dengan trauma,infeksi saluran napas bagian atas atau penyakit sistemik?
2. Apakah kehilangan atau perubahanpenghiduan sebagian atau sama sekali?
3. Adakah riwayat penyakit hidung atau sinus? 4. Apakah ada gejala sistemik lainnya?
DORSUM NASI
1. Bagian yang keras (kranial)
a. Os. Nasalis dextra et sinistra b. Pros. Frontalis osis maksila
2. Bagian yang lunak (kaudal) a. Kartilago lateralis
b. Kartilago alaris (kulit pada kartilago alaris dihubungkan dengan perikondrium oleh jaringan ikat keras/ juga dalam vestibulum nasi)
PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi• Kerangka Dorsum nasi: Lebar (polip)
Miring (fraktur) Saddle nose ( lues)
Lorgnet nose (abses septum nasi)
• Luka-luka, warna, udim (kulit ujung hidung jadi mengkilat) ,ulkus naso-labial.
• Bibir atas: maserasi akibat dari sekresi sinusitis, adenoiditis.
2. Palpasi
• Dorsum nasi: krepitasi, deformitas (tanda fraktur os nasalis)
• Ala nasi: Sangat sakit pada furunkel vestibulum nasi
ANATOMI
A. SEPTUM NASI
1. Menompang dorsum nasi dan membagi dua kavum nasi 2. Bagian- bagian: a) Anterior : kartilago quadrangularis. b) Posterior : lamina perpendikularis os ethmoidalis, vormer
KAVUM NASI
1. Dilapisi oleh mukosa 2. Batas- batasnya:
a) Medial : septum nasi
b) Lateral : konka superior, medius, inferior, meatus superior et medius et inferior
c) Anterior : introitus kavum nasi (neres = lubang hidung)
d) Poaterior : Koane/nares posterior (menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring) e) Superior : lamina kribrosa f) Inferior : palatum durum
3. Mukosa dekat atap avum nasi (medial dan lateral) mengandung serabut N. Olfaktorius
SINUS PARANASALIS
1. Golongan anterior:
a. Sinus maksilaris, sinus etmoidalis anterior, sinus frontalis.
b. Ostia dari sinus ini didapati dalam meatus medius
c. Pus dalam meatus medius mengalir ke vestibulum nasi 2. Golongan posterior :
a. Sinus etmoidalis posterior, sinus sfenoidalis
b. Ostium dari sinus ini didapati dalam meatus superior
c. Pus dalam meatus superior mengalir kedalam faring
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan luar
2. Pemeriksaan dalam :
a. Rinoskopi anterior b. Rinoskopi posterior c. Transluminasi –Diapanoscopia d. Pungsi percobaanPEMERIKSAAN DARI
LUAR
1. Inspeksi
2. Palpasi Regio frontalis untuk sinus frontalis:
Menekan lantai sinus frontalis, dengan ibu jari ke arah medio-superior ,dengan tenaga yang optimal dan simetris (tenaga kiri= kanan)
Menekan dinding muka sinus frontalis, dengan ibu jari ke arah medial dengan tenaga yang optimal dan simetris , pada tempat yang simetris dan tidak boleh
pada foramen supraorbitalis sebab disana ada N.supraorbitalis.
Nilai: mempunyai nilai bila ada
perbedaan reaksi, sinus yang lebih sakit adalah sinus yang patologis
Fossa kanina ( untuk sinus maxilaris): Syarat- syarat seperti diatas , tetapi jangan ditekan pada foramen infra-orbitalis sebab ada N. Infra-orbitalis.
PERKUSI
Bila palpasi menimbulkan reaksi yang hebat maka dapat dilakukan dengan perkusi.
RINOSKOPIA ANTERIOR
Alat- alat:
a) Spekulum hidung hartman b) Pinset (angulair)- bayonet
(Lucae) c) Aplikator
d) Pipa penghisap
CARA MEMEGANG SPEKULUM
• Memegang spekulum dengan tangan kiri, posisi spekulum horizontal, tangkai lateral, mulutnya medial(masuk dalam lubang hidung)
• Memasukkan spekulum : Mulut spekulum dalam keadaan tertutup, masukkan spekulum kedalam kavum nasi dan mulut spekulum dibuka pelan- pelan
• Mengeluarkan spekulum: Mulut spekulum ditutup 90%, baru dikeluarkan. Jika ditutup 100%, maka mungkin ada bulu rambut yang terjepit dan ikut tercabut.
Tahap-tahap pemeriksaan
Rinoskopi Anterior
a. Memeriksa Vestibulum Nasi
b. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Bawah c. Memeriksa Fenomena Palatum Mole d. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Atas e. Memeriksa Septum Nasi ( Seluruhnya )
a. Memeriksa Vestibulum Nasi
Pemeriksaan pendahuluan, yang dilihat :
Bibir atas : maserasi ( terutama anak – anak )
Pinggir – pinggir lubang hidung : kruste, merah
Posisi septum nasi : dorong ujung hidung ke atas
dengan ibu jari.
Pemeriksaan dengan spekulum :
Bagian vestibulum sisi lateral dengan mendorong
spekulum ke lateral, medial dengan mendorong ke
medial, superior dengan mendorong ke atas, inferior
dengan mendorong ke bawah.
Yang di lihat : apakah ada sekret, krusta, bisul –
bisul, raghaden
b. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Bawah
Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi sehingga
sejajar dengan konka inferior, perhatikan :
warna mukosa dan konka inferior hiperemi, anemi, biru besarnya lumen kavum nasi
dasar kavum nasi
c. Memeriksa Fenomena Palatum Mole
Cahaya lampu di arahkan ke dinding belakang
nasofaring.
Normal nasofaring kelihatan sangat terang karena cahaya
lampu tegak lurus pada dinding belakang nasofaring.
Kemudian penderita disuruh mengucapkan huruf “iiii”.
Positif jika, pada saat mengucapkan “iiii” palatum mole
bergerak keatas, sehingga akan kelihatan benda gelap yang
Benda yang gelap karena cahaya tidak tegak lurus pada palatum mole. Selesai mengucapkan huruf “iiii” palatum mole bergerak kebawah dan
tampak benda gelap menghilang ke arah bawah atau dinding belakang yang gelap jadi terang kembali.
Negatif jika waktu mengucapkan huruf “iiii”, palatum mole tidak
bergerak ke atas, nasofaring tetap terang.
Fenomena palatum mole negatif pada :
paralisa dari palatum mole (post difteri) spasme dari palatum mole (abses peritonsil)
sikatrik ( pasca ATE dengan sluder, arkus anterior ikut terambil)
tumor dalam nasofaring, misalnya karsinoma nasofaring, abses
d. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Atas
Arahkan cahaya lampu diarahkan ke kavum nasi bagian
atas ( kepala ditengadahkan )
Perhatikan :
kaput dari konka media meatus medius: pus, polip
septum bagian atas: mukosa, posisi (deviasi sampai menekan
konka media)
fissura olfaktoria
e. Memeriksa Septum Nasi ( Seluruhnya )
Dari posisi tengadah penderita dikembalikan ke posisi semula. Dilihat adanya deviasi septum berbentuk spina septi, krista
RINOSKOPI POSTERIOR
Tujuan Pemeriksaan
Menyinari koane dan dinding-dinding
nasofaring dengan cahaya yang
dipantulkan oleh suatu cermin yang
ditempatkan dalam nasofaring.
Syarat yang harus dipenuhi:
• Harus ada tempat yang cukup luas buat
menempatkan kaca untuk itu lidah di dalam mulut dan ditekan ke bawah dengan spatula. • Harus ada jalan yang lebar antara uvula dan
faring agar cahaya yang dipantulkan oleh cermin, dapat masuk ke dalam nasofaring. • Untuk keperluan itu penderita harus bernapas
dari hidung, sehingga palatum mole akan
bergerak ke arah bawah, untuk memberi jalan kepada udara yang dari kavum nasi ke paru-paru dan sebaliknya.
Alat-alat
• Cermin yang kecil
• Spatula penekan lidah
• Lampu spiritus (untuk menjaga agar cermin tidak kabur/ mengembun)
• Solusio tetrakain (- efedrin) 1% atau Xylocain 10% (untuk mengurangi reflek muntah)
Teknik
• Penderita yang sangat sensitif, faring
diberikan Xylocain 10%, selama 5 menit.
Spatula dipegang dengan tangan kiri,
cermin dengan tangan kanan.
• Punggung cermin dipanasi dengan lampu
spiritus sampai suhunya sedikit diatas
37
0C. Temperatur dicek dengan
• Mulut dibuka lebar, lidah ditarik kedalam mulut, penderita bernafas lewat hidung.
• Ujung spatula diletakkan paramedian kanan depan uvula, lidah ditekan kebawah.
• Masukkan cermin antara faring dan palatum mole kanan, kemudian cermin disinari.
Posterior Rhinoscopy
Mirror Examination Nasal turbinates
Sup. Middle &Infer
Margo posterior Septum nasi
Tahap-tahap pemeriksaan:
• Tahap 1 : Pemeriksaan septum nasi (margo posterior), koane dan tuba kanan
• Tahap 2 : Pemeriksaan septum nasi (margo posterior), koane dan tuba kiri
• Tahap 3 : Memeriksa atap nasofaring
Rinoskopia posterior untuk melihat koane
1. Meatus superior
2. Meatus medius
3. Meatus inferior
4. Koana
5. Konka Superior
6. Konka medius
7. Konka inferior
8. Palatum mole
9. Uvula
Rinoskopia posterior untuk
melihat ostium tuba
1. Lipatan anterior dari ostium tuba 2. Ostium tuba
3. Fosa Rosenmuller
Tahap 1 : Memeriksa bagian kanan
penderita.
Cermin letaknya para median, maka kelihatan kauda konka media kanan.
Putar tangkai cermin ke medial sehingga kelihatan margo posterior septum nasi di tengah-tengah cermin.
Putar tangkai cermin ke kanan sehingga kelihatan konka. Konka yang paling besar ialah kauda dari konka inferior. Perhatikan kauda konka superior dan meatus medius. Tangkai cermin diputar terus ke kanan. Kelihatan ostium dan dinding-dinding tuba.
Tahap 2: Memeriksa bagian kiri
Putar tangkai cermin ke medial, hingga tampak margo posterior dari septum nasi.
Putar terus tangkai cermin ke kiri sehingga tampak berturut-turut konka media kiri dan tuba kiri.
Tahap 3: Memeriksa atap nasofaring
Tangkai cermin mulai diputar kembali ke medial sehingga
pada cermin kelihatan kembali margo posterior septum nasi.
Sesudah itu tangkai cermin dimasukkan sedikit dan cermin
direndahkan sedikit.
Rinoskopia posterior untuk melihat
atap nasofaring
1. Konka medius
2. Adenoid
3. Konka superior
Tahap 4: Memeriksa kauda konka
inferior
Tangkai cermin direndahkan, atau cermin
dinaikkan. Biasanya kauda konka inferior tak
dapat dilihat. Dapat dilihat bila konka inferior
hipertrofi, bentuk nya seperti murbei
(berdungkul-dungkul), udem.
Perhatikan:
• Radang : pus pada meatus medius dan
meatus superior adenoiditis, ulkus pada
dinding-dinding nasofaring (tbc)
TRANSLUMINASI ( Diaphanoscopia)
Adalah pemeriksaan penerawangan sinus
maksilaris dan sinus frontalis yang dilakukan
dikamar gelap, dengan memakai lampu bertangkai panjang (Heyman) berkekuatan 6 volt
Cara melakukan: • Sinus Frontalis:
- lampu ditekankan pada lantai sinus frontalis - lampu ditekankan ke arah media-superior
- cahaya yang memancar ke depan, ditutup dengan tangan kiri
Hasilnya bila sinus normal, maka di dinding depan akan kelihatan terang
Sinus maksilaris
• Cara 1:
– mulut dibuka lebar-lebar
– lampu ditekankan pada margo inferior orbita kearah inferior
– cahaya yang memancar ke depan, ditutup dengan tangan kiri
• Hasilnya:
– bila sinus normal, maka Palatum durum homo lateral tampak terang.
Transluminasi Sinus Maksilaris
Cara 1
• Cara 2:
- mulut dibuka
- kedalam mulut dimasukkan lampu yang telah diselubungi tabung gelas
- mulut ditutup rapat-rapat
- cahaya yang memancar dari mulut dan bibir atas ditutup dengan tangan kiri
Transluminasi Sinus Maksilaris
Cara 2
• Hasilnya:
Pada sinus maksilaris normal, pada daerah dinding depan dibawah orbita terlihat bayangan terang berbentuk seperti bulan sabit.
• Penilaian:
- Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila ada perbedaan
antara kiri dan kanan.
- Bila kedua sinus terang, kemungkinannya:
pada pria
-> sinus normal
pada wanita -> sinus normal/keduanya berisi cairan
(karena tulang tipis)
- Bila sama gelap, kemungkinannya:
PUNGSI PERCOBAAN
• Hanya untuk sinus maksilaris, menggunakan alat pungsi yang disebut troicart dan dilakukan melalui meatus inferior. Bila keluar nanah atau sekret mukoid, dilanjutkan dengan tindakan irigasi sinus.