• Tidak ada hasil yang ditemukan

Presentasi Kasus OTOMIKOSIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Presentasi Kasus OTOMIKOSIS"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Presentasi Kasus

OTOMIKOSIS

Presentator : Rahmawati Nurul Sya’bani Moderator : dr. Ratna K

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada / RS DR. SardjitoYogyakarta

(2)

2015 BAB I PENDAHULUAN

Otomikosis atau Fungal Otitis Eksterna adalah infeksi jamur yang melibatkan pinna dan kanalis auditorius eksternus, namun dengan adanya perforasi membran timpani, juga dapat melibatkan telinga tengah. Karakteristik otomikosis berupa peradangan, gatal, otalgia, otore, rasa penuh di telinga, gangguan pendengaran dan tinnitus. Kasus otomikosis yang disertai perforasi membran timpani, infeksi telinga tengah dan keterlibatan infeksi tulang temporal, sering berhubungan dengan kondisi pasien yang mengalami imunosupresi1,2,3.

Penyebab otomikosis pada umumnya adalah spesies jamur saprofitik yang banyak terdapat di alam dan merupakan sebagian dari flora komensal pada kanalis auditorius normal. Spesies terbanyak adalah Aspergillus dan

Candida. Aspergillus niger memproduksi koloni hitam yg memberikan

gambaran “pepper” like sedangkan Candida albicans dan Aspergillus

fumigatus memberi gambaran klasik seperti fluffy white discharge 4.

Kejadian otomikosis banyak ditemukan di daerah iklim tropis dan subtropis yang lembab. Prevalensi otomikosis 9%-22,7% dari total kasus otitis externa, dan 30% pada pasien dengan gejala keluarnya cairan pada telinga 5.

Distribusi jenis jamur pada otomikosis tergantung lokasi geografis. Walaupun jarang menimbulkan bahaya, keberadaannya memberi tantangan dan rasa frustasi pada pasien dan ahli THT karena memerlukan follow up dan pengobatan jangka panjang yang disebabkan oleh tingginya angka rekurensi 5,6.

(3)

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI

Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari aurikula, kanalis auditorius eksternus hingga lapisan epitel membran timpani. Aurikula dan kanalis auditorius eksternus mengandung tulang rawan elastis yang berasal dari mesoderm dan sedikit jaringan subkutan, yang ditutupi oleh kulit dengan kelenjar pelengkapnya7.

Aurikula merupakan tulang rawan elastis yang simetris secara bilateral. Lekukan utama aurikula terdiri dari heliks, antiheliks, tragus, antitragus, dan konka. Heliks merupakan lingkaran aurikula terluar yang besar. Heliks berakhir di inferior pada lobulus, satu-satunya bagian aurikula yang tidak disangga oleh tulang rawan. Konka aurikula adalah bagian tengah aurikula yang bergaung, dan kanalis auditorius eksternus berjalan mulai dari daerah ini. Elevasi di anterior pada pembukaan kanalis auditorius eksternus, yang terletak di depan konka adalah tragus. Elevasi lain yang berlawanan dengan tragus, dan terletak di atas lobulus adalah antitragus. Lingkaran berlekuk yang lebih kecil, paralel dan terletak anterior dari heliks adalah antiheliks. Aurikula berhubungan dengan banyak otot-otot intrinsik dan ekstrinsik.9

Seluruh kanalis auditorius eksternus dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis dengan keratinisasi, yang lebih tebal di bagian tulang rawan (0,5 sampai 1 mm) dibandingkan bagian osseus (0.2 mm). Pada kanalis auditorius eksternus bagian tulang rawan terdiri dari lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan subkutan melekat dengan perikondrium. Lapisan kulit kanalis auditorius eksternus bagian tulang tidak mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa lapisan subkutan, berlanjut menjadi

(4)

lapisan luar dari membran timpani dan menutupi sutura antara tulang timpani dan tulang skuama. Kulit ini tidak mengandung kelenjar dan rambut8.

Gambar 1. Anatomi Aurikula (Sumber: Gray’s Anatomy for Student,2007)

Kanalis auditorius eksternus dapat dibagi menjadi dua bagian. 40% bagian luar merupakan tulang rawan dan mengandung lapisan tipis jaringan subkutan antara kulit dan tulang rawan. Kulit bagian tulang rawan kanalis mengandung banyak sel-sel rambut dan kelenjar-kelenjar sebasea dan apokrin seperti kelenjar serumen. Ketiga struktur ini bersama-sama memberikan fungsi protektif dan disebut sebagai unit apopilosebasea. Sekresi dari kelenjar ini, dikombinasikan dengan lapisan keratin deskuamasi dari stratum korneum, membentuk asam (pH 6,0-6,5), mantel lilin dari cerumen yang berfungsi sebagai penghalang terhadap infeksi dan luka pada kulit. 60% bagian dalam merupakan tulang, dibentuk terutama oleh anulus timpani, dan mengandung

(5)

tidak mengandung kelenjar-kelenjar dan sel-sel rambut. Panjang rata-rata kanalis auditorius eksternus orang dewasa adalah 2,5 cm. Pertemuan bagian kartilago dan bagian tulang kanalis merupakan bagian yang menyempit yang disebut isthmus.7

Gambar 2. Potongan koronal kanalis auditorius eksterna. Kulit pada bagian kartilago dan bagian tulang diperbesar. (Sumber: Lalwani, 2008)

Kanalis melekuk sedikit di superior dan posterior dalam bentuk huruf S dari lateral ke medial. Aurikula perlu ditarik secara halus ke arah atas, keluar dan ke bawah untuk meluruskan kanalis pada pemeriksaan. Ada tiga mekanisme perlindungan makroskopis yang melindungi kanalis auditorius eksternus dan permukaan lateral membran timpani : tragus dan antitragus, kulit dengan lapisan serumennya, dan isthmus kanalis auditorius eksterna. Lapisan serumen secara bertahap berpindah melewati isthmus ke bagian lateral kanalis dan mengelupas di luar7.

(6)

Kanalis auditorius eksternus merupakan struktur yang normalnya dapat melindungi dan membersihkan diri sendiri. Epitel kanalis auditorius eksterna mempunyai kapasitas untuk bermigrasi ke lateral, yang memungkinkan kanalis tetap tidak terobstruksi oleh debris. Kecepatan migrasi epitel adalah 0,07 mm/hari dan terjadi pada lapisan sel basal. Gerak saluran telinga yang disediakan oleh gerakan mengunyah biasa bersama-sama dengan proses proliferasi epitel dan migrasi lateral yang mendorong serumen ke luar dengan cara self-cleansing 8 .

Vaskularisasi

Telinga luar mendapatkan suplai darah dari cabang arteri carotis eksterna, adapun vaskularisasi bagian anterior dari a . Auriculo temporalis (a. temporalis superficialis), bagian posterior dari a. Auricularis posterior, bagian medial dari a. Auricularis profunda ( a. maxillaris )7.

Inervasi

Persarafan telinga luar terdiri dari Nervus auricularis mayor cabang nervus spinalis C2-C3 yang menginervasi kulit auricula dan 1/3 lateral kulit diatas permukaan prosesus mastoideus. Nervus occipitalis minor (bag C2) menginervasi kulit auricula 1/3 posterior. Nervus auriculo temporalis merupakan cabang N. V (trigeminus) yang menginervasi kulit auricula 2/3 anterior, 1/2 bag anterior KAE dan membrana timpani. Nervus tympanicus, cabang dari N IX (N glosopharyngeus) yang menginervasi permukaan luar membran timpani. Nervus Arnold cabang dari nervus vagus (N. X) yang menginervasi sebagian kecil auricula, 1/2 bagian posterior kanalis auditorius eksternus dan membran timpani9,10.

(7)

Aliran limfe kanalis auditorius eksternus merupakan jalur penting untuk penyebaran infeksi. Kelenjar limfe telinga luar terdiri dari tiga bagian yaitu : 1) Limfonodi parotis superfisialis yang menerima aliran kelenjar limfe dari daerah tragus dan bagian anterior aurikula, 2) Limfonodi retroaurikuler yang menerima aliran kelenjar limfe dari posterior dan kranial aurikula, 3) Limfonodi cervikalis superfisialis yang menerima aliran kelenjar limfe dari daerah lobulus7,9,10. B. OTOMIKOSIS

1. Definisi

Otomikosis adalah infeksi jamur pada kulit liang telinga luar. Walaupun jamur bisa menjadi agen penyebab primer, jamur biasanya juga menyertai infeksi bakteri kronis di liang telinga luar atau telinga tengah.2

2. Etiologi dan Faktor Predisposisi

Beberapa penulis menyatakan bahwa jenis Aspergillus dan Candida banyak ditemukan pada pasien-pasien dengan otomikosis. Jenis yang lain seperti Mucor, Fusarium, Scedosporium, Hendersonula, Rhodotorula, dan

Cryptococcus jarang menyebabkan otomikosis. Jamur dari jenis Monilial dan

dermatophyta (Trichophyton ssp, Microsporum spp, dan Epidermophyton

floccosum) diduga juga berhubungan dengan kejadian otomikosis.13

Selain adanya agen penyebab yaitu jamur, kejadian otomikosis juga berhubungan dengan berbagai macam faktor predisposisi. Faktor lingkungan terdiri dari suhu dan kelembaban. Faktor lokal termasuk infeksi kronik pada telinga, penggunaan tetes telinga, penggunaan steroid, adanya infeksi jamur pada bagian tubuh lainnya seperti dermatomikosis atau vaginitis, gangguan fungsi imunitas, malnutrisi dan perubahan hormonal tubuh yang dapat memicu timbulnya infeksi seperti pada keadaan menstruasi ataupun pada wanita hamil. Otomikosis meningkat pada iklim panas dan lembab karena kondisi ini sangat sesuai untuk proses pertumbuhan jamur. Kondisi panas dan lembab juga

(8)

berpengaruh pada permukaan epitel liang telinga karena dalam kondisi ini liang telinga lebih banyak menyerap air sehingga sangat rentan terhadap infeksi.15 3. Patogenesis

Pada kondisi normal, terdapat berbagai mikroorganisme pada liang telinga yang merupakan organisme komensal. Organisme ini bersifat non patogen selama terdapat keseimbangan antara sistem pertahanan tubuh dengan berbagai organisme tersebut. Kelembaban dan lingkungan tropis memberikan kondisi yang dibutuhkan jamur untuk berproliferasi. Kanalis auditorius yang intak mempunyai kemampuan untuk membersihkan dirinya sendiri dengan migrasi sel epitel yang terkelupas keluar bersama dengan serumen. Serumen menjaga kanalis auditorius eksternus dalam kondisi asam. pH kanalis auditorius eksternus mempunyai rentang antara 4,2 hingga 5,6. Kondisi asam tersebut mempunyai efek anti-mikotik dan bakteriostatik. Kerusakan dari setiap pelindung KAE dapat menyebabkan kolonisasi dan invasi oleh organisme patogen4,13

Meningkatnya insidensi otomikosis mungkin berhubungan dengan meningkatnya pengeluaran keringat dan berubahnya kelembaban udara di permukaan epitel liang telinga. Epitel di liang telinga banyak menyerap air pada keadaan tersebut sehingga lebih mudah terkena infeksi. Pada pasien-pasien dengan penyakit gangguan imun berat otomikosis yang invasif juga banyak ditemukan. Adanya pertumbuhan jamur yang berlebihan tampak pada pasien yang menggunakan antibiotik hal tersebut terjadi karena terganggunya flora normal yang terdapat dalam tubuh.3,16

(9)

Penegakan diagnosa otomikosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa pasien dengan otomikosis biasanya akan sering didapatkan keluhan rasa gatal pada liang telinga. Selain itu gejala lain yang sering dirasakan adalah rasa penuh pada telinga, otore (keluar cairan dari telinga), otalgia (sakit pada telinga), gangguan pendengaran dan tinnitus. Gejala gangguan pendengaran pada kasus otomikosis biasanya disebabkan oleh adanya akumulasi dari debris mikotik dalam liang telinga.13

Pemeriksaan fisik pada pasien otomikosis akan ditemukan adanya debris berwarna putih, kehitaman, atau membran abu-abu yang berbintik-bintik di liang telinga. Bercak karena Aspergillus niger cenderung berwarna gelap kehitaman, Aspergillus fumigatus berwarna kecoklatan, dan Candida albicans berwarna putih.2,17

Diagnosa pasti dari otomikosis ditegakan dengan pemeriksaan penunjang yang cukup sederhana, yaitu dengan memeriksa sampel debris atau swab bercak pada kaca preparat yang difiksasi dengan larutan KOH 15% - 30% selanjutnya dilihat melalui mikroskop dan akan tampak hifa ataupun spora dari jamur. Pemeriksaan penunjang lain adalah kultur debris dari liang telinga dengan menggunakan media Saboraud’s dextrose.13

5. Terapi

Terapi efektif pada pasien dengan kolonisasi kronis Aspergillus pada kanalis akustikus eksternus adalah dengan kombinasi antara pembersihan debris dan anti jamur topikal. Pengobatan sistemik tidak direkomendasikan, kecuali mungkin pada kasus invasif otitis (akut atau kronis) eksterna maligna dengan komplikasi mastoiditis atau meningitis, atau keduanya. Kebanyakan pasien berhasil dengan pengobatan topikal. Keuntungan anti jamur topikal yaitu aplikasi lokal, konsentrasi yang diinginkan dari obat pada permukaan kulit akan

(10)

dicapai tak lama setelah aplikasi, dan konsentrasi yang lebih tinggi dari anti jamur tersebut pada lokasi yang terinfeksi. Perhatian khusus harus diberikan kepada pilihan sediaan yang antara lain: solution, suspensi, krim, salep, atau

gel. Pasien otomikosis dengan membran timpani yang intak dapat

menggunakan formulasi anti jamur antara lain, salep, gel, dan krim. Ketika membran timpani perforasi, obat-obat ini tidak boleh digunakan karena partikel kecil dari krim, salep, atau gel dapat menyebabkan peradangan, dengan perkembangan jaringan granulasi di telinga tengah. Obat topikal anti jamur yang soluble (obat tetes telinga atau strip kasa diresapi dengan solution) sebagai pengobatan membran timpani perforasi sangat dianjurkan. Yang harus dipertimbangkan agar tepat memilih obat anti jamur topical, antara lain larut dalam air, risiko rendah ototoksik, efek alergi rendah setelah pemberian berulang, obat anti mikotik spektrum luas dengan efek lokal yang baik terhadap ragi dan jamur, cocok untuk aplikasi pada pasien anak dan tersedia di pasaran11,12.

Sediaan anti jamur dapat dibagi menjadi tipe spesifik dan non spesifik. Antijamur non spesifik termasuk larutan asam dan dehydrating solution seperti: 1) Asam asetat 2% adalah asam cuka untuk menjaga pH telinga tetap asam. 2) Gentian Violet dipersiapkan sebagai solusi konsentrat yang rendah (misalnya 1%) dalam air. Telah digunakan untuk mengobati otomikosis karena merupakan pewarna anilin dengan antiseptik, antiinflamasi, antibakteri dan antijamur. Hal ini masih digunakan di beberapa negara dan disetujui FDA (Food and Drug

Administration). Studi melaporkan hingga 80% efficacy. 3) Castellani’s paint

(aseton, alkohol, fenol, fuchsin, resocinol). 4) Cresylate (merthiolate, M-cresyl asetat, propilen glikol, asam borat dan alkohol). 5) Merkurokrom, sebuah

(11)

antiseptik topikal terkenal, anti jamur tetapi tidak lagi disetujui oleh FDA karena kandungan merkuri di didalamnya12.

Terapi anti jamur spesifik terdiri dari: 1) Nystatin adalah antibiotik makrolida poliena yang menghambat sintesis sterol pada membran sitoplasma. Banyak cetakan dan ragi yang sensitif terhadap Nystatin termasuk spesies Candida. Sebuah keuntungan besar dari Nystatin adalah mereka tidak terserap dalam kulit utuh. Nystatin tidak tersedia sebagai larutan otik untuk otomikosis Nystatin dapat diresepkan sebagai krim, salep atau bubuk. Dengan tingkat keberhasilan hingga 50-80% . 2) Azoles adalah agen sintetis yang mengurangi konsentrasi ergosterol merupakan sterol penting dalam membrane sitoplasma normal. Clotrimazole yang paling banyak digunakan sebagai azol topikal tampaknya menjadi salah satu agen terapi yang paling efektif dalam otomikosis dengan bunga efektifitas 95-100%. Clotrimazole memiliki efek bakterisid dan hal ini merupakan keuntungan bila terdapat infeksi campuran dari bakteri dan jamur. Ketokonazole dan Fluconazole memiliki aktivitas spektrum yang luas. Efikasi Ketoconazole dilaporkan 95-100% terhadap spesies Aspergillus dan Candida. Sediaan yang sering adalah sebagai krim 2%. Fluconazole topikal telah dilaporkan efektif dalam 90% kasus. Krim Miconazole 2% juga telah menunjukkan tingkat keberhasilan hingga 90%. Bifonazole adalah agen anti jamur dan umum digunakan dalam 80-an. Potensi larutan 1% mirip dengan Clotrimazole dan Miconazole. Bifonazole dan turunannya menghambat pertumbuhan jamur hingga 100% . Itraconazole juga memiliki invitro dan efek vivo terhadap spesies Aspergillus12.

Prinsip penatalaksanaan pada pasien otomikosis adalah pengangkatan jamur dari liang telinga, menjaga agar liang telinga tetap kering serta bersuasana asam, pemberian obat anti jamur, serta menghilangkan faktor risiko. Tindakan pembersihan liang telinga bisa dilakukan dengan berbagai macam

(12)

cara antara lain dengan lidi kapas/kapas yang dililitkan pada aplikator, pengait serumen, atau suction. Beberapa penulis mempercayai bahwa yang terpenting dari terapi otomikosis adalah mengetahui jenis agen penyebab infeksi tersebut sehingga terapi yang tepat dapat diberikan. Clotrimazole memiliki efek anti bakteri sehingga memberikan keuntungan terdapat infeksi campuran jamur-bakteri. Anti jamur krim dari Ketoconazole dan Fluconazole juga bisa dapat digunakan. Infeksi Candida biasanya mengunakan Tolnaftate. Nystatin juga dipercaya efektif melawan Candida 5.

Terapi otomikosis dengan anti jamur membutuhkan waktu ± 3 minggu untuk mencegah rekurensi. Terapi berkelanjutan diberikan walaupun pasien sudah bebas dari gejala18.

Edukasi antara lain tidak mengorek-ngorek telinga baik dengan korek telinga ataupun jari, menjaga kelembaban dan pH normal seperti tidak menggunakan obat steroid dan antibiotik berlebihan pada kanalis auditorius eksternus 4,11,13,15

BAB III LAPORAN KASUS

(13)

A. IDENTITAS

Nama : Ny. R P

Umur : 23 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Kebumen

Rekam medis : 1.72.28.11 B. ANAMNESA

Keluhan utama : Telinga kiri terasa penuh

Sejak 1 minggu sebelum os berobat ke poliklinik THT Dr. Sardjito, os merasakan telinga kiri terasa penuh. Pendengaran pun dirasakan berkurang. Pasien sering mengorek telinga dengan cotton bud. Ada riwayat penggunaan obat tetes telinga yang dibelinya sendiri di apotek karena nyeri telinga. Setelah 10 hari diberi obat tetes, os mengeluh liang telinga kiri gatal. Rasa nyeri pada telinga sudah tidak ada saat datang berobat. keluar cairan dari telinga tidak ada, telinga berdenging tidak ada, sakit kepala berputar tidak ada. Batuk, pilek, dan demam juga tidak dikeluhkan. Pasien tidak mempunyai kebiasaan berenang. Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat penyakit serupa sebelumnya disangkal Riwayat alergi disangkal

Riwayat kencing manis disangkal Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit alergi pada keluarga disangkal Riwayat kencing manis dalam keluarga disangkal C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum:

(14)

TD: 120/70 MmHg, Nadi: 90x/menit, Suhu: 36ºC, Frekuensi Pernapasan: 20x/menit

Pemeriksaan THT: Pemeriksaan telinga

Auris Dextra Auris Sinistra

Inspeksi Aurikula : hiperemi (-), Edema (-), Deformitas (-)

Aurikula : hiperemi (-), Edema (-), Deformitas (-)

Palpasi Nyeri tragus (-), Nyeri mastoid (-) Nyeri tragus (-), Nyeri mastoid (-) Otoskopi KAE: discharge (-), hiperemis (-),

edema (-), Membran timpani intak, refleks cahaya (+)

KAE: tampak debris berwarna putih. hiperemis (+), edema (+), Membran timpani intak

Pemeriksaan hidung

Dextra Sinistra

Inspeksi Deformitas (-), discharge (-), hiperemi (-), lesi (-) Palpasi Deformitas (-), krepitasi (-)

Rhinoskopi Anterior Konka: hiperemis (-), edema (-), massa (-) Septum : deviasi (-)

Konka: hiperemis (-), edema (-), massa (-)

Septum : deviasi (-) Rhinoskopi Posterior Konka: hiperemis (-),

edema (-), massa (-) Septum : deviasi (-)

Konka: hiperemis (-), edema (-), massa (-)

Septum : deviasi (-)

Pemeriksaan orofaring tidak didapatkan hiperemis maupun pembesaran tonsil (T1-T1) Pemeriksaan laringoskop indirek tidak ditemukan kelainan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan swab debris dari liang telinga kiri dengan pemeriksaan KOH 10% diperoleh hasil (+) hifa

(15)

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka dapat ditegakkan diagnosis terhadap pasien ini adalah Otomikosis Auris Sinistra F. PENATALAKSANAN

 Membersihkan debris pada liang telinga kiri (aural toilet)  Terapi medikamentosa berupa:

Tampon Miconazole pada telinga kiri Cetirizine 1 x 10 mg

 Memberikan edukasi kepada pasien: - Menjaga agar telinga tetap kering

- Tidak boleh mengorek-ngorek telinga dengan jari maupun cotton bud G. MASALAH

Rekurensi H. PLANNING

Kontrol 2 hari I. FOLLOW UP

Setelah 2 hari, pasien kontrol ke poliklinik THT didapatkan keluhan gatal sudah berkurang. Pada pemeriksaan otoskopi telinga kiri didapatkan debris minimal dan hiperemis berkurang. Pasien dilanjutkan terapi tampon Miconazole selama 2 minggu dengan evaluasi tampon 2 hari sekali.

(16)

BAB IV DISKUSI

Pada pasien ini diagnosis otomikosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, yaitu adanya rasa penuh pada liang telinga dan rasa gatal pada liang telinga. Dari pemeriksaan fisik didapatkan liang telinga bengkak, kemerahan, dan adanya kotoran berwarna putih. Hal tersebut disebabkan oleh adanya akumulasi dari debris mikotik dalam liang telinga. Pemeriksaan penunjang dengan melakukan pemeriksaan KOH didapatkan hasil (+) infeksi jamur. Pada pemeriksaan KOH, bila disebabkan oleh jamur yang membentuk filamen maka akan tampak hifa atau anyaman hifa dan kadang-kadang ditemukan spora.11-13

Faktor risiko terjadinya otomikosis pada pasien ini adalah penggunaan obat tetes telinga yang cukup lama yang dibelinya sendiri. Karena penggunaan obat tetes ini liang telinga menjadi lembab sehingga mempengaruhi permukaan epitel liang telinga. Epitel telinga yang lembab lebih banyak menyerap air sehingga rentan terhadap infeksi.15 Obat tetes telinga yang digunakan mengandung antibiotik. Jamur bisa tumbuh berlebihan pada pasien yang menggunakan antibiotik karena terganggunya flora normal yang terdapat dalam

(17)

tubuh.3,16 Selain itu kebiasaan mengorek telinga menggunakan cotton bud juga menjadi faktor risiko terjadinya otomikosis pada pasien ini. Kebiasaan ini dapat menyebabkan trauma (biasanya kecil dan tanpa gejala) pada kulit kanalis auditorius eksternus dan menyebabkan terjadinya endapan jamur pada luka tersebut sehingga terjadi infeksi jamur.5

Prinsip penatalaksanaan pada pasien otomikosis adalah pengangkatan jamur dari liang telinga, menjaga agar liang telinga tetap kering serta suasana asam, pemberian obat anti jamur, serta menghilangkan faktor risiko. Tindakan pembersihan liang telinga bisa dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain dengan lidi kapas/kapas yang dililitkan pada aplikator, pengait serumen, atau suction. Pemberian terapi medikamentosa pada pasien ini dengan pemasangan tampon mikonazol. Semua golongan anti jamur dari golongan azoles seperti clotrimazole, fluconazole, ketoconazole, dan miconazole lebih efektif yang kemudian diikuti oleh golongan nystatin dan tolnaftate.14 Menurut Phillip dan Roosen, clotrimazole efektif untuk pengobatan Tinea pedis, Tinea corporis, Tinea cruris, Tinea versicolor, serta kandidiasis. Pemberian tetes Clotrimazole telah digunakan dan efektif untuk pengobatan otomikosis di Inggris dan India. Sedangkan menurut Venewald dan Wollina terapi efektif pada pasien dengan kolonisasi kronis aspergillus pada kanalis auditorius eksternus adalah dengan kombinasi antara pembersihan debris dan clotrimazole topikal. 17-22

Meskipun pada pasien ini telah dilakukan pembersihan liang telinga dan pemberian tampon telinga antijamur, namun rekurensi masih menjadi pertimbangan masalah kedepan. Hal tersebut bisa disebabkan beberapa faktor, antara lain kepatuhan pasien dalam menjalankan edukasi yang telah diberikan, kepatuhan dalam menggunakan obat sesuai aturan, dan respon jamur terhadap pengobatan. Untuk itu perlu adanya anjuran kontrol ulang secara

(18)

berkesinambungan untuk mengevaluasi respon penyakit sehingga tidak menimbulkan komplikasi kedepannya. Pasien juga disarankan untuk meninggalkan kebiasaan yang dapat menyebabkan terjadinya otomikosis dimasa yang akan datang, antara lain dengan tidak mengorek telinga, menjaga liang telinga agar tidak basah dan biasakan berobat ke dokter jika ada keluhan 3,24

BAB V KESIMPULAN

Telah dilaporkan pasien perempuan, berusia 23 tahun dengan diagnosis otomikosis pada liang telinga kiri. Terhadap pasien ini telah dilakukan pembersihan liang telinga, pemberian antijamur topikal telinga, dan diberikan edukasi. Setelah 2 hari pasien dianjurkan untuk kembali agar dapat dievaluasi hasil terapi yang telah diberikan. Diharapkan terapi yang diberikan cukup efektif sehingga kemungkinan terjadinya kekambuhan dapat dihindari.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

1. Barati, B., et al. "Otomycosis in central iran: a clinical and mycological study."Iranian Red Crescent Medical Journal 2011 : 873.

2. Mahmoudabadi AZ, Masoomi SA, Mohammadi H. Clinical and mycological studies of otomycosis.Pak J Med Sci 2010 : 187-190.

3. Fasunla, J., Ibekwe, T. and Onakoya, P. (2008), Otomycosis in western Nigeria. Mycoses, 2007.

4. Alexis Jackman, Robert Ward, Max April, John Bent, Topical antibiotic induced otomycosis, International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology, Volume 69, Issue 6, June 2005.

5. Sampath Chandra Prasad, Subbannayya Kotigadde, Manisha Shekhar, et al., “Primary Otomycosis in the Indian Subcontinent: Predisposing Factors, Microbiology, and Classification,” International Journal of Microbiology, 2014.

6. Ajay Philip, Regi Thomas, Anand Job, V. Rajan Sundaresan, Shalini Anandan, and Rita Ruby Albert, “Effectiveness of 7.5 Percent Povidone Iodine in Comparison to 1 Percent Clotrimazole with Lignocaine in the Treatment of Otomycosis,” ISRN Otolaryngology, vol. 2013.

(20)

7. Bailey, Byron J.; Johnson, Jonas T.; Newlands, Shawn D, Head & Neck Surgery-Otolaryngology, 4th Edition, Chapter 135: Infections of The External Ear, Lippincott Williams & Wilkins.2014.

8. Lalwani AK, Disease of The External Ear. In: Current Diagnosis & treatment otolaryngology Head & Neck Surgery,2nd ed. Chapter 47, McGrawhill Lange. New York.2008.h.624-6.

9. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Ear Anatomy. In: Gray’s anatomy for student, Chapter 8, Elsevier.2007:855-858.

10. Liston SL, Duvall III AJ. Embriologi, anatomi dan fisiologi telinga. Dalam: Boies: Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.1997.h.27-31.

11. Kaur Ravinder et all, 2000. Otomycosis: a clinicomycologic study. ENT-Ear Nose & Throat Journal; 79:606-609

12. Gray RF, 1992. Disease of The External Ear. In: Synopsis of otolaryngology. 5th ed. Butterworth Heineman ltd Oxford. P: 81-97.

13. Vennewald, I., Nat, R., Klemm E, 2010. Otomycosis: Diagnosis and treatment. Clinics in Dermatology; 28: 202–211.

14. Munguia R, Daniel SJ, 2008. Ototopical antifungals and otomycosis: a review. International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology 2008; 72: 453 – 459.

15. Ho T, Vrabec JT, Yoo D, Coker NJ. Otomycosis: clinical features and treatment implications. Otolaringology-Head and Neck Surgery 2006; 135: 787-791.

16. Gill King. Otitis Externa Mycotica. Article. Arch Otolaryngology. 1932;16(1):76-82

17. Inouye S, Uchida K, Yamaguchi H, 2001. In-vitro and In-vivo Anti-Trichophyton Activity of Essential Oils by Vapaour Contact, Mycoses; 44: 99-107.

18. Buckle J, 2003. Aromatherapy : What is it? HerbalGram; 57: 50-56

19. Abou-Halawa AS, Khan MA, Alrobaee AA, Alzolibani AA, Alshobaili HA. Otomycosis with perforated tympanic membrane: self medication with

(21)

topical antifungal solution versus medicated ear wick. International

Journal of Health Sciences. 2012;6(1):73–77.

20. Phillip RM, Rosen T. Topical Antifungal Agents. Comprehensive Dermatologic Drug Therapy. WB Saunders Company. Philadelphia, USA. P: 497-523.

21. Vennewald I, Wollina U, 2005. Cutaneus Infections due to Oppurtunistic Molds: uncommon presentation. Clindermatol; 23:565-571.

22. Reynolds JEF, Martindale, 1996. The Extra Pharmacopoela 31st ed. The Council of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. P: 403Hughes GB, Pensak ML, 2007. Clinical Otology. 3rd ed. New York : Thieme Medical Publishers.

23. Linstrong CJ, Lucente FE, 2006. Infection of the External Ear. In: Head & Neck Surgery Otolaryngology. 4th ed. Lippincot Williams & Wilkins. Philadelpia. P: 1987-2000

24. Viswanatha, Borlingegowda,M.S., D.L.O., Sumatha, D., M.B.B.S., & Vijayashree, Maliyappanahalli Siddappa,M.B.B.S., M.S.. Otomycosis in immunocompetent and immunocompromised patients: Comparative study and literature review.Ear, Nose & Throat Journal, 91(3), 2012, 114-21.

Gambar

Gambar   1.   Anatomi   Aurikula   (Sumber:   Gray’s   Anatomy   for Student,2007)
Gambar   2.   Potongan   koronal   kanalis   auditorius   eksterna.   Kulit   pada bagian kartilago dan     bagian tulang diperbesar

Referensi

Dokumen terkait

Huruf Dal berbentuk seperti gambar diatas, cara menulisnya adalah dengan meletakkan ujung pena pada titik paling atas, kemudian ditarik ke bawah mengikuti arah

Huruf Dal berbentuk seperti gambar diatas, cara menulisnya adalah dengan meletakkan ujung pena pada titik paling atas, kemudian ditarik ke bawah mengikuti arah panah

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,