• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ectropion

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ectropion"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ECTROPION

Disusun Oleh :

Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked (Oph), Sp.M

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA /

RSUP HAJI ADAM MALIK

(2)

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... i

1. Pendahuluan ... 1

1.1Pendahuluan ... 1

2. Tinjauan Pustaka ... 2

2.1 Anatomi Palpebra ... 2

2.1.1 Kulit dan Jaringan Subkutan ... 4

2.1.2 Otot Orbikularis Okuli ... 5

2.1.3 Jaringan Areolar Submuskular ... 6

2.1.4 Tarsal dan Septum Orbita ... 6

2.1.5 Konjungtiva ... 7

2.1.6 Kelenjar Pada Palpebra ... 8

2.2 Inervasi ... 8

2.3 Perdarahan ... 9

2.4 Ektropion ... 9

2.4.1. Klasifikasi ... 10

2.4.2 Gejala Klinis ... 12

2.4.3 Pemeriksaan Mata ... 13

2.4.4 Tatalaksana ... 14

3. Kesimpulan ... 19

(3)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

Ectropion atau ektropion adalah kelainan eversi dari kelopak mata bawah

sehingga konjungtiva terpapar dunia luar. Sumber lain juga mengatakan ektropion

adalah kelopak mata terbuka ke arah luar. Jadi, ektropion merupakan kelainan

posisi kelopak mata di mana tepi kelopak mata membeber atau mengarah ke luar

sehingga bagian dalam kelopak/konjungtiva tarsal berhubungan langsung dengan

dunia luar. Ektropion ini biasanya terjadi pada kelopak mata kanan dan kiri dan

umumnya ditemukan pada orang yang sudah tua.Keadaan ini sering menyebabkan

iritasi dan dapat membahayakan integritas permukaan okular. Ektropion dapat

terjadi secara kongenital tapi dapat pula didapat sebagai akibat dari involusi,

sikatriks, mekanis, atau proses paralisis1,2,3,4,5.

Ektropion dapat diklasifikasikan menjadi ektropion kongential,

involusional, paralitik, sikatrikal dan mekanikal. Sumber lain ada yang

menyebutkan ektropion involusional sebagai ektropion senilis, yang merupakan

jenis ektropion yang paling umum dijumpai, dan disebabkan oleh kelemahan

jaringan kelopak dan lemahnya tonus otot orbikularis. 1,2,4.

Jika tidak segera dilakukan penatalaksanaan pada kasus ektropion, maka

akan terjadi paparan terus menerus akibat kelopak yang mengarah keluar dapat

menyebabkan mata kering dan penebalan konjungtiva serta ulserasi kornea

(exposure keratitis). Ekzema dan dermatitis dapat terjadi akibat epifora

(4)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Palpebra

Kelopak mata atau palpebra berperan dalam melindungi bagian depan bola

mata dari kerusakan lokal. Selain itu, palpebra juga meregulasi cahaya yang

masuk ke mata, menyebarkan air mata ke seluruh kornea saat berkedip, juga

dalam proses pengaliran air mata, yaitu dalam pemompaan conjunctival sac dan

lacrimal sac 2,3,6,7.

Struktur yang menyusun palpebra antara lain adalah kulit; jaringan

subkutan; otot orbikularis okuli; jaringan areolar submuskular; lapisan fibrosa

yang terdiri dari tarsal dan septum orbita; pengangkat kelopak mata atas dan

bawah; lapisan lemak retroseptal dan konjungtiva2,3,6,7.

Palpebra superior berbatas hingga ke alis, yang memisahkannya dengan

dahi. Palpebra inferior berbatas hingga ke bawah cekungan orbita tepat sebelum

pipi, membentuk lipatan dimana jaringan ikat longgar palpebra bertemu dengan

jaringan padat dari pipi2,6,7.

Gambar 1. Anatomi Palpebra Inferior Sumber : Patel, Buphendra, 2013. Eyelid Anatomy in:

http://emedicine.medscape.com/article/834932-overview#aw2aab6c12

Sulkus palpebra superior berkisar 8-11 mm di atas batas palpebra dan

(5)

palpebra inferior, yang lebih jelas terlihat pada anak-anak, berjarak 3mm dari

inferior ke batas medial bawah palpebra hingga 5mm dari inferior ke batas lateral

palpebra2,6,7.

Gambar 2. Anatomi superfisial palpebra

Wals & Hoyt’s.; Introduction, Normal and Abnormal Eyelid Function, in Clinical Neuro-Ophtalmology; Chapter 1st, chapter 24th, 6th Edition; Lippincott Williams &

Walkins; 2005

Lipatan nasojugal berawal dari bawah dan samping regio kantus bagian

dalam sejajar dengan lekukan dari pemisah orbikularis okuli dan levator labii

superior membentuk saluran air mata2,6,7.

Mata yang terbuka merupakan celah palpebra, ruang fusiformis diantara

kedua batas palpebra dengan panjang kurang lebih 28-30mm dan lebar maksimal

9mm. Cekungan natural dari palpebra superior merupakan sebuah fungsi statik

dari bentuk tarsus yang berkombinasi dengan adaptasi palpebra terhadap

(6)

Gambar 3. Anatomi Palpebra Inferior

Sumber : Patel, Buphendra, 2013. Eyelid Anatomy in:

http://emedicine.medscape.com/article/834932-overview#aw2aab6c12

2.1.1. Kulit dan Jaringan Subkutan

Kulit palpebra merupakan yang tertipis di seluruh tubuh dengan ketebalan

kurang dari 1 mm dan tidak memiliki lapisan lemak subkutan. Bagian medial dari

kulit palpebra memiliki bulu yang lebih halus dan lebih banyak kelenjar sebaseus

dari bagian lateral yang menyebabkan bagian ini lebih halus dan lebih berminyak.

Bagian transisi dari kulit yang lebih tipis ke bagian kulit yang lebih tebal menuju

alis (sekitar 10mm dibawah rambut-rambut alis bagian bawah) penting secara

klinis. Batasan ini harus diperhatikan dalam pembedahan kelopak mata

rekonstruktif 2,3,6,7.

Jaringan subkutan terdiri dari jaringan ikat longgar. Lemak sangat tipis

pada kulit preseptal dan preorbital dan tidak ada sama sekali pada kulit pretarsal.

Jaringan subkutan tidak dijumpai pada ligamen palpebra medial dan lateral,

dimana kulit melekat pada jaringan fibrosa dibawahnya. Dermatochalasis,

blepharochalasis dan epicanthicfolds adalah beberapa kondisi yang secara primer

(7)

Gambar 4. Anatomi Palpebra

Sumber : American Academy of Ophtalmology.; Eyelid, in Orbit, Eyelids, and

Lacrimal System; Chapter 9, 7th Section; American Academy of Ophtalmology;

2011-20012: 134-5, 146, 192-3

2.1.2. Otot Orbikularis Okuli

Otot ini merupakan salah satu otot superfisial dalam membentuk ekspresi

wajah. Diinervasi oleh sistem superficial musculoaponeurotic (SMAS), kontraksi

otot berakibat bergeraknya jaringan diatasnya dengan cara memanjangnya septa

fibrosa dari SMAS hingga dermis2,3,6,7,8.

Otot ini secara umum dibagi menjadi bagian orbita dan palpebra, yang

secara khusus dibagi lagi menjadi bagian preseptal dan pretarsal. Bagian palpebral

berperan dalam berkedip dan mengerutkan mata secara sadar, sedangkan bagian

orbita berperan dalam menutup mata secara paksa. Inervasi nervus fasialis berasal

dari cabang temporal dan dari cabang zigomatikum. Saraf-saraf ini tersusun secara

horizontal dan mempersarafi otot-otot dari permukaan bagian bawah. Bagian

orbita melebar dengan pola sirkular mengelilingi orbita, berlapis dengan otot-otot

lain dalam membentuk raut wajah7.

Otot orbikularis bagian preseptal berada di atas septum orbita dan berasal

(8)

ligamen palpebra bagian medial. Bagian pretarsal berada di depan tarsus, dengan

asal yang lekat dengan ligamen palpebra bagian medial6,7.

Gambar 5. Otot Orbikularis Okuli dan otot-otot terkait A. Frontalis muscles; B.

corrugator supercili muscle; C. procerus muscle; D. orbicularis muscle (orbital

portion); E. orbicularis muscle (preseptal portion); F. orbicularis muscle

(pretarsal port ion); G. medial canthal tendon; H. lateral canthal tendon.

Sumber : American Academy of Ophtalmology.; Eyelid, in Orbit, Eyelids, and

Lacrimal System; Chapter 9, 7th Edition; American Academy of Ophtalmology;

2011-20012: 134-5, 146, 192-3

2.1.3. Jaringan Areolar Submuskular

Terdiri dari beragam jaringan ikat longgar dibawah otot orbikularis okuli.

Palpebra dapat terpisah menjadi bagian anterior dan posterior melalui plana

potensial ini, dimna dicapai dari pembagian garis abu-abu di batas palpebra. Pada

palpebra superior, potongan mendatar dibagi oleh serat-serat levator aponeurosis,

dimana beberapa melewati orbikularis untuk melekat pada kulit dan membentuk

celah. Pada palpebra inferior, potongan ini dibagi oleh serabut dari ligamen

(9)

Bagian atas dari potongan submuscularis ini berbatas dengan

retro-orbicularis oculi fat (ROOF), yang paling terlihat pada regio alis. Selain itu,

suborbicularis oculi fat (SOOF) ditemui pada batas potongan palpebra inferior7.

2.1.4. Tarsal dan Septum Orbita

Lempengan Tarsal, dibentuk dari jaringan fibrosa padat dan bertanggung

jawab dalam integritas struktural dari palpebra.Tarsal ditahan oleh septum orbita

yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita.

Tiap tarsal berukuran panjang 29mm dan ketebalan 1mm. Setiap tarsal memiliki

25 kelenjar sebaseus yang disebut meibomian, yang tersebar secara vertikal.

Salurannya terbuka pada batas posterior palpebra hingga ke garis abu -abu tepat di

depan batas mukokutaneus. Bagian ujung medial dan lateral dari tarsal menempel

pada orbital rim oleh ligamen palpebra medial dan lateral2,3,6,7.

Gambar 6. Tarsal dan septum Orbita

Sumber : Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology; Chapter 14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3

Septum Orbita, adalah struktur jaringan ikat yang melekat di pinggir pada

periosteum dari batas orbita, di bagian tengah menyatu dengan retraktor palpebra,

yang berperan sebagai diafragma2,3,6,7,8

2.1.5. Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran mukosa yang halus dan tembus cahaya.

Konjungtiva palpebra membatasi permukaan dalam kelopak mata mulai dari

konjungtiva tarsalis (dari batas mukokutaneus dari pinggir kelopak hingga ke

batas tarsal) dan berlanjut sebagai konjungtiva palpebra orbita hingga ke fornix.

(10)

berada dibawah konjungtiva orbita palpebra dan memungkinkan lewatnya otot

Müller yang kaya pembuluh darah. Jika lebih kedalam ladi dari forniks, dibagian

depan dari bola mata dikenal sebagai konjungtiva bulbi2,6,7.

2.1.6. Kelenjar pada palpebra

Palpebra memiliki 4 kelenjar,yaitu kelenjar Meibom, Zeis, Moll dan

kelenjar lakrimal aksesori. Kelenjar Meibom atau kelenjar tarsal berada pada

stroma tarsal yang berjumlah 30 sampai 40 pada palpebra superior dan 20 sampai

30 pada palpebra inferior. Kelenjar ini merupakan modifikasi dari kelenjar

sebasea. Kelenjar Zeis juga merupakan modifikasi dari kelenjar sebasea. Kelenjar

Moll merupakan modifikasi dari kelenjar keringat yang terbuka pada duktus

kelenjar Zeiss. Kelenjar lakrimal aksesori berada pada batas atas dari tarsal2,3,6

Gambar 7. Kelenjar pada Palpebra

Sumber : Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology; Chapter 14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3

2.2. Inervasi

Sumber dari sensoris palpebra berasal dari cabang terminal dari divisi

ophtalmikus (V1) dan divisi maksilaris dari N.Trigeminal (V2). Cabang-cabang

(11)

zigomatikum dari N.VII menginervasi otot orbikularis okuli dan otot dahi.

Levator palpebra superior dipersarafi oleh cabang atas dari N.Okulomotor,

memasuki otot dari bagian permukaan sepertiga bawah. Otot Müller (dan otot

tarsal inferior) memerlukan inervasi simpatis.7,8

2.3. Perdarahan

Arteri karotis interna dan eksterna merupakan asal suplai dari arteri

palpebra. Arteri karotis interna berasal dari cabang terminal dari arteri

ophtalmikus dan arteri lakrimalis. Arteri karotis interna berperan melalui

cabang-cabang arteri fasialis, arteri temporal superfisial dan arteri infraorbita.2,3,6,7,8

2.4. Ektropion

Ektropion adalah kelainan eversi dari kelopak mata (bawah) sehingga

konjungtiva terpapar ke dunia luar. Sumber lain juga mengatakan ektropion

adalah kelopak mata terbuka ke arah luar. Jadi, ektropion merupakan kelainan

posisi kelopak mata di mana tepi kelopak mata melebar atau mengarah ke luar

sehingga bagian dalam kelopak/konjungtiva tarsal berhubungan langsung dengan

dunia luar. Keadaan ini sering menyebabkan iritasi dan dapat membahayakan

integritas permukaan okular. Ektropion dapat terjadi secara kongenital tapi dapat

pula didapat sebagai akibat dari involusi, sikatriks, mekanis, atau proses

paralisis1,2,3,4,5,9,10,11.

Ektropion dapat diklasifikasikan menjadi ektropion kongential,

involusional, paralitik, sikatrikal dan mekanikal. Sumber lain ada yang

menyebutkan ektropion involusional sebagai ektropion senilis, yang merupakan

jenis ektropion yang paling umum dijumpai, dan disebabkan oleh kelemahan

jaringan kelopak dan lemahnya tonus otot orbikularis. Selain pengklasifikasian di

atas, ada juga yang menyebutkan ektropion spastik, namun jarang ditemukan..

Ditemukan pada anak-anak dan remaja yang disertai dengan spasme orbikularis

dimana kelopak terpapar ke dunia luar1,2,3,4,5,9,10.

Inflamasi serius dapat terjadi hingga akhirnya merusak mata. Ektropion

dapat didiagnosis dengan pemeriksaan mata rutin tanpa memerlukan pemeriksaan

tambahan. Patofisiologi terjadinya ektropion tergantung dari tipenya.1,3,9

Secara umum ektropion terjadi akibat relaksasi jaringan sejalan dengan

(12)

dapat terjadi akibat paralisis nervus fasialis (Bell’s Palsy), trauma, bekas luka

ataupun jenis operasi lainnya.1,3,9

Gambar 5. Anatomi mata ektropion A. tampak depan, B. Potongan samping

Sumber : Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology; Chapter 14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3

2.4.1. Klasifikasi

a. Ektropion Involusional/Senilis

Ektropion senilis adalah jenis ektropion yang paling umum dijumpai pada

usia lanjut dan hanya mengenai kelopak bagian bawah. Sumber lain mengatakan

bahwa ektropion involusional dapat terjadi bilateral. Jenis ini diakibatkan

kelemahan jaringan kelopak dan lemahnya tonus otot orbikularis. 1,2,4,5,10

Gambar 6. Ektropion Involusional

(13)

b. Ektropion Sikatrikal

Ektropion sikatrikal jarang terjadi , diakibatkan oleh adanya skar atau

kontraktur pada kulit dan jaringan di bawahnya sehingga menyebabkan

tertariknya kelopak mata dan dapat mengenai satu atau kedua kelopak mata.

Penyebab yang paling sering terbentuknya jaringan parut pada kulit adalah akibat

terbakar api, bahan kimia, luka akibat trauma, dan ulkus1,2,4,5,10

Gambar 7. Ektropion Sikatrikal

Sumber : Krachmer H., Jay and Palay A., David; Disease of the Lid Anatomic Abnormalities in Cornea Atlas; Chapter 1, 2nd Edition; Butterworth Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2007: 1-2

c. Ektropion Paralisis

Ektropion paralisis jarang terjadi, hal ini terjadi akibat paralisis dari nervus

ketujuh yang berhubugan dengan dengan retraksi kelopak mata dan bawah.

Terutama mengenai bagian bawah kelopak mata. Dimana akhirnya akan

menyebabkan penyempitan celah palpebra Penyebab kelemahan saraf ini diantaranya adalah Bell’s palsy, trauma kepala, dan infeksi telinga tengah1,2,4,10

(14)

Gambar 8. Ektropion Paralisis

Sumber : Krachmer H., Jay and Palay A., David; Disease of the Lid Anatomic Abnormalities in Cornea Atlas; Chapter 1, 2nd Edition; Butterworth Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2007: 1-2

d. Ektropion Mekanis

Ektropion mekanis jarang terjadi, diakibatkan oleh massa atau tumor

sehingga menyebabkan kelopak mata bawah tertarik ke bawah atau terdorong ke

luar dan kebawah1,2,4,10

e. Ektropion Kongenital

Ektropion kongenital merupakan keadaan yang jarang ditemukan, namun

bisanya terjadi pada Down syndrome dan Bleharophimosis syndrome. Ektropion

kongenital ini dapat terjadi pada kedua kelopak mata atas dan bawah. Chlamydia

trachomatis merupakan penyebab ektropion kongenital 1,11.

Gambar 9. Ektropion Kongenital

Sumber : Krachmer H., Jay and Palay A., David; Disease of the Lid Anatomic Abnormalities in Cornea Atlas; Chapter 1, 2nd Edition; Butterworth Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2007: 1-2

(15)

ektropion spastik sangat jarang ditemukan, namun biasanya ditemukan

pada anak- anak dan dewasa muda akibat dari spasme otot orbicularis 2.

2.4.2. Gejala klinis

a. Ektropion Involusional

Ektropion involusional memiliki gejala yang khas dan tidak khas. Gejala

khas ektropion involusional adalah apabila kelopak mata bawah ditarik menjauhi

letaknya maka kelopak tidak dapat kembali ke tempat semula. Gejala tidak khas

yang paling sering adalah ektropia,iritasi mata, mata kemerahan, epifora, infeksi

mata berulang, kelopak mata terbalik ke arah luar serta iritasi konjungtiva

(keratitis)1,2,3,9,10

b. Ektropion Sikatrik

Gejala dari ektropion berupa jaringan parut sehingga kulit di sekitar

kelopak mata tidak elastis. Hal ini bisa disebabkan oleh trauma seperti luka bakar

akbibat panas maupun kimiawi1,2.

c. Ektropion Paralitik

Ektropion paralitik terjadi akibat dari kelemahan otot orbikularis dan otot

wajah sehingga menyebabkan lagophtalmus dimana penderita tidak dapat

menutup matanya sehingga kornea terpapar dunia luar. Akibat dari terpaparnya

kornea menyebabkan mata menjadi merah1.

d. Ektropion Mekanik

Ektropion mekanik terjadi karena adanya massa atau tumor yang menekan

kelopak mata1.

e. Ektropion Kongenital

Ektropion kongential memiliki gejala seperti blepharophimosis syndrome

yaitu telechantus, epichantus serta ptosis2.

2.4.3. Pemeriksaan Mata

Ada beberapa pemeriksaan mata spesifik yang dapat dilakukan pada kasus

ektropion antara lain pemeriksaan kelopak mata secara horizontal dan vertikal,

kekuatan tendon canthus pada kelopak mata, tonus otot orbikularis serta adanya

perubahan kulit sekitar kelopak mata13.

a. Pemeriksaan kelopak mata

Kelopak mata bawah ditarik menjauhi tempatnya. Apabila jaraknya 10

(16)

dipastikan sebagai kelemahan horizontal. Atau, apabila kelopak mata ditarik ke

bawah secara perlahan menjauhi tempat semula, perhatikan kembalinya kelopak

mata ke psosisi semula apakah kelopak mata kembali cepat atau lambat. Apabila

ada kelemahan pada kelopak mata, maka kembalinya kelopak mata akan lambat

bahkan harus dibantu dengan kedipan. Normalnya pabila kelopak mata ditarik

makan kelopak mata segera kembali ket tempat semula. Jika sudah yakin adanya

kelemahan kelopak mata mka harus dipikirkan penyebabnya apakah ada kelainan

struktur anatomi atau lainnya13.

b. Pemeriksaan tendon canthus

Untuk pemeriksaan tendon canthus lateral, sudut tendon canthus harus

dievaluasi pada saat kelopak mata istirahat. Normalnya harus ada acute angular

contour dan berada 1-2 mm medial ke lateral rima orbita. Apabila tendon canthus

tampak bulat, maka dapat dipastikan ada kelemahan tendon. Bagian lateral dari

kelopak mata di tarik secara medial dan pergerakan dari sudut lateral canthus

dinilai. Normalnya sudut canthus tidak lebih dari 1-2 mm13.

c. Pemeriksaan otot orbikularis

Kelemahan oto orbikularis disebabkan oleh adanya kelumpuhan saraf

wajah lenkap atau sebagian. Otot orbikularis ini dinilai saat kelopak mata ditutup

secara paksa, maka akan didapati lagopthalmus dan kekuatan otot berkurang.

Kelemahan otot orbikularis ini dapat terjadi secara bilateral13.

d. Perubahan kulit

Perubahan kulit disekitar mata terjadi akibat trauma, sehingga

menyebabkan pemendekan kulit di sekitar mata sehingga kelopak mata terbalik ke

arah luar13.

2.4.4. Diagnosis

Diagnosa ektropion dapat di ditegakkan berdasarkan anamnesa yang

lengkap serta pemeriksaan spesifik pada mata. Pada anamnesa yang kita tanyakan

misalnya riwayat trauma pada mata, kelumpuhan saraf wajah atau pernah ada

riwayat operasi kelopak mata13.

2.4.5. Tatalaksana

a. Ektropion Senilis/Involusional

Tatalaksana medikamentosa untuk ektropion involusional dapat diberikan

(17)

dunia luar. Namun terapi lubrikasi ini hanya untuk mengurangi gejala saja, terapi

utamanya tetap dilakukan pembedahan9,14.

Untuk tatalaksana pembedahannya dilakukan pada spesifik kelainan anatomi

kelopak mata. Umumnya ini memerlukan pemendekan kelopak mata pada

kelemahan horizontal. Namun pemilihan prosedur pembedahan bergantung pada

kelopak mata sendiri, tendon dan posisi canthus. Penatalaksanaan tergantung

derajat keparahannya, dapat dilakukan 3 jenis operasi1,2,4,9,10:

Medial conjunctivoplasty.

Operasi ini sangat berguna untuk kasus ektropion yang ringan termasuk

yang mengenai area punctum1,2,4.

Gambar 10. Medial Conjunctivoplasty

Sumber : Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology; Chapter 14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3

Horizontal lid shortening.

Operasi dilakukan pada kasus ektropion yang sedang, dilakukan eksisi

pentagonal1,2,4.

Gambar 11. Horizontal lid shortening

(18)

Byron Smith’s modified Kuhnt-Szymanowski

Operasi ini dilakukan untuk kasus ektropion yang tergolong berat1,2,4.

Gambar 12. Byron Smith’s modified Kuhnt-Szymanowski

Sumber : Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology; Chapter 14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3

Gambar 13. Teknik pembedahan pada ektropion involusinal

Sumber : Kanski J.J.; Eyelids; in Clinical Opthalmology; Chapter, 6th Edition; Butterworth Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2007; 27-8

b. Ektropion Sikatrikal

Sebelum langsung kepada terapi pembedahan, dapat dilakukan digital masase

yang dapat meregangkan bekas luka. Atau jika tidak berhasil, dapat

dipertimbangkan pemberian injeksi steroid9. Tergantung derajat keparahannya

dapat dilakukan beberapa cara operasi seperti1,2:

V-Y operation.

Operasi dilakukan untuk ektropion derajat ringan. Pada insisi a V-shaped

(19)

Gambar 14. V-Y operation

Sumber : Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology; Chapter 14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3

Z-plasty (Elschnig’s operation).

Operasi ini ditujukan untuk ektropion derajat ringan sampai sedang1,2,4,9.

Gambar 15. Z-plasty

Sumber : Kanski J.J.; Eyelids; in Clinical Opthalmology; Chapter, 6th Edition; Butterworth Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2007; 27-8

Excision of scar tissue and full thickness skin grafting.

Ini dilakukan untuk kasus ektropion sikatrikal yang berat. Skin graft

diambil dari kelopak mata atas, belakang telinga, atau sisi dalam lengan

atas1,2,5,9,10.

c. Ektropion Paralisis

Terapi pembedahan untuk ektropion paralisis bergantung pada derajat

keparahan dari kelemahan palpebra. Pilihan terapi pembedahan, yatitu medial

canthoplasty, lateral tarsorrhaphy dan lid-shortening procedures1.

(20)

Ektropion mekanik dapat dikoreksi dengan mengobati penyebab

utamanya2.

e. Ektropion Kongenital

Dapat diberikasn lubrikasi pada kornea. Apabila keluhan tidak berkurang

harus dipertimbangkan pemasangan sutura pada palpebra. Lateral tarsorrhaphy

dapat dilakukan jika teknik sutura tidak berhasil. Pada kasus kongenital yang

parah dapat dilakukan skin flap atau skin graft15.

Dari sebuah penelitian didapatkan 80% pasien memilki hasil klinis yang

baik dengan sekali pembedahan. 15% pasien memerlukan operasi kedua,

termasuk satu pasien ektropion involusonal, dua pasien paralitik dan tiga dengan

ektropion sikatriks16.

2.4.6. Komplikasi

Paparan yang terus menerus dapat menyebabkan kekeringan dan

penebalan pada konjungtiva dan ulkus kornea (keratitis akibat pajanan).

Dermatitis dapat terjadi akibat epipora yang berkepanjangan4.

BAB 3

KESIMPULAN

Ektropion adalah kelainan posisi kelopak dimana terjadi eversi atau

mengarah keluarnya tepi kelopak mata atau margo palpebra sehingga konjungtiva

tarsalis terpapar ke dunia luar. Ada beberapa klasifikasi ektropion antara lain,

(21)

mekanik, ektropion kongenital. Ektropion ini dapat menyebabkan iritasi, dan

dapat merusak integritas permukaan bola mata.

Ektropion dapat diadiagnosa dengan anamnesa yang lengkap, seperti

riwayat kelainan kelopak mata, riwayat trauma dan riwayat pernah operasi mata

sebelumnya.

Penatalaksanaan awal adalah untuk melindungi kornea. Mata dapat dilindungi

dengan cara memfiksasikan palpebra inferior ke bawah dan menggunakan

lubrikasi dengan obat tetes mata ataupun salep. Terapi pembedahan yang dapat

dilakukan adalah skin flap atau skin grafting.

Akan tetapi, ketika kornea yang terpapar menunjukkan tanda keratopati

yang signifikan, dianjurkan untuk dilakukan tindakan pembedahan segera.

Paparan terus menerus akibat kelopak yang mengarah keluar dapat menyebabkan

mata kering dan penebalan konjungtiva serta ulserasi kornea (exposure keratitis).

DAFTAR PUSTAKA

1. Tsai J.C. et.al.; Lids, in Oxford American Handbook of Opthalmology;

Chapter 4; Oxford University Press, New York; 2011: 117-8

2. Khurana A.K.; Disease of Eyelids, in Comprehensive Opthalmology; Chapter

14, 4th Edition; New Age International Publishers, India; 2007: 351-3

3. Ilyas, Sidarta. 2011. Ilmu Penyakit Mata, Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit

(22)

4. Kanski J.J.; Eyelids; in Clinical Opthalmology; Chapter, 6th Edition;

Butterworth Heinemann Elsevier, Philadelphia; 2007; 27-8

5. Patel, Buphendra, 2013. Eyelid Anatomy in:

http://emedicine.medscape.com/article/834932-overview#aw2aab6c12

[ Accessed: 17 Desember 2014]

6. Riordan-Eva, Paul et al. 2007. Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology

17th edition. London : McGraw Hill Company

7. American Academy of Ophtalmology.; Eyelid, in Orbit, Eyelids, and Lacrimal

System; Chapter 9, 7th Section; American Academy of Ophtalmology;

2011-20012: 134-5, 146, 192-3

8. Wals & Hoyt’s.; Introduction, Normal and Abnormal Eyelid Function, in

Clinical Neuro-Ophtalmology; Chapter 1st, chapter 24th, 6th Edition; Lippincott

Williams & Walkins; 2005

9. Ing, Edsel. 2014. Ectropion. In:

http://emedicine.medscape.com/article/1212398-overview#aw2aab6b2b2

[ Accessed: 17 Desember 2014]

10.Olver J.; Common Eyelid Malpositions, in Ophtalmology at a Glance; Chapter

25; Blackwell Science Ltd, Massachusetts; 2005: 56-7

11.Zia, Chaundhuri; Congenital Eyelid Anomalies in Postgraduate; Volume 2;

Jaypee Brothers Medical Publishers, India. 2012: 134

12.Krachmer H., Jay and Palay A., David; Disease of the Lid Anatomic

Lower Eyelid Ectropion in Journal of American Science; 2011.

15. Bashour, Mounir. 2014. Ectropion Lower Eyelid Reconstruction. In :

http://emedicine.medscape.com/article/1212397-overview#aw2aab6b2b2 [

(23)

16. Myron, Yanoff and Duker S., Jay; Ectropion in Opthalmology; Chapter 12, 3rd

Gambar

Gambar 1. Anatomi Palpebra Inferior
Gambar 2. Anatomi superfisial palpebra
Gambar 3. Anatomi Palpebra Inferior
Gambar 4. Anatomi Palpebra
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

tidak disertai spasme, tidak terdapat edema dan spasme pada palpebra inferior, silia dalam batas normal, tidak terdapat eksoftalmus dan strabismus pada bulbus oculi,

Pada pemeriksaan fisik didapatkan silia superior mata kanan dan silia inferior mata kiri melengkung ke dalam, palpebra superior dan inferior mengalami

- margo inferior pulmo dexter : dari tempat perlekatan costa ke-5 kanan pada sternum ke lateral kaudal samapi costa ke-7 pada linea axillaris media, - margo inferior pulmo

Otot yang menggarakkan bola mata ke atas adalah rektus superior, yang menggarakkan mata ke lateral adalah rektus lateral dan yang menggerakkan mata ke medial adalah rektus

Pada pemeriksaan fisik didapatkan silia superior mata kanan dan silia inferior mata kiri melengkung ke dalam, palpebra superior dan inferior mengalami

Kanalis melekuk sedikit di superior dan posterior dalam bentuk huruf S dari lateral ke medial. Aurikula perlu ditarik secara halus ke arah atas, keluar dan ke bawah untuk

Kanalis melekuk sedikit di superior dan posterior dalam bentuk huruf S dari lateral ke medial. Aurikula perlu ditarik secara halus ke arah atas, keluar dan ke bawah untuk

Defek palpebra inferior yang luas dan dalam hingga ke lamela posterior dapat dilakukan rekonstruksi dengan penggunaan flap dan juga graft.1–3 Teknik Flap yang dapat digunakan untuk