• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. 2. Kondisi Badan Narkotika Nasional Tingkat Pusat Kondisi Badan Narkotika Nasional Tingkat Daerah. 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. 2. Kondisi Badan Narkotika Nasional Tingkat Pusat Kondisi Badan Narkotika Nasional Tingkat Daerah. 4"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ii | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

DAFTAR ISI

Hal. KATA PENGANTAR ……… i DAFTAR ISI ………... ii BAB I PENDAHULUAN ……… 1 1. Umum ……….. 1

2. Kondisi Badan Narkotika Nasional Tingkat Pusat ……… 2

3. Kondisi Badan Narkotika Nasional Tingkat Daerah ………. 4

4. Dasar Hukum ………. 5

BAB II LAPORAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA BNN TAHUN 2011 DAN ANGGARAN ………. 6

1. Pencapaian Target Kinerja BNN Tahun 2011 ……….. 6

2. Anggaran Tahun 2011 ……….. 30

BAB III PERMASALAHAN YANG DIHADAPI BNN DALAM PENCAPAIAN TARGET KINERJA TAHUN 2011 ………... 32

1. Permasalahan yang Dihadapi BNN ……… 32

2. Upaya yang Dilakukan BNN ……… 39

BAB IV PENUTUP ……… 44

1. Kesimpulan ………. 44

(2)

1 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum

Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba merupakan permasalahan dunia yang sangat serius dan harus ditanggulangi bersama. Tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah semata, tetapi juga menjadi tanggung jawab bangsa dan negara serta seluruh elemen masyarakat. Permasalahan tersebut semakin marak dan kompleks, seiring dengan meningkatnya jumlah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Sebagaimana diketahui Indonesia adalah ladang yang subur untuk tumbuhnya peredaran Narkoba. Pemerintah melalui Badan Narkotika Nasional (BNN) berperan aktif dalam memerangi permasalahan dunia ini. Upaya BNN dalam penanganan masalah Narkotika di Indonesia dilihat dari tingkat sebagai berikut:

a. Nasional.

Perkembangan kasus kejahatan narkoba telah menjadikan perubahan kondisi Indonesia yang semula menjadi negara transit kini telah mengalami pergeseran sebagai negara produsen dan konsumen narkoba. Dari unsur perekonomian peredaran gelap narkoba menimbulkan kerugian sebesar 48,2 triliun rupiah pada tahun 2011 (Hasil survey Puslitkes UI Tahun 2011). Kondisi seperti ini dapat diprediksi akan menimbulkan ancaman serius bagi stabilitas nasional. Perkembangan Situasi Penyalahguna di Indonesia berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh BNN bekerjasama dengan peneliti dari Puslitkes Universitas Indonesia tahun 2011 didapat estimasi angka penyalahguna narkoba di Indonesia mencapai prevalensi 2,2% dari penduduk berusia 10 s/d 59 tahun atau setara dengan 3,8 juta jiwa.

Pada tahun 2011, jumlah penyalahguna Narkoba yang sudah pulih yaitu sebanyak 2.256 orang. Dengan rincian 2.198 pria dan 58 wanita. Tampak bahwa upaya pemerintah untuk memulihkan para pecandu narkoba masih jauh dari target yang diharapkan, baru 0,058% dari 3,8 juta penyalahguna, hal ini tentunya memerlukan kerja yang ekstra keras dari semua pihak, baik pemerintah, swasta maupun LSM pemerhati masalah narkoba di Indonesia.

Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, para penyalahguna narkoba wajib mengikuti perawatan medis dan upaya perawatan ini merupakan tanggung jawab pemerintah, dibantu dengan pihak swasta dan juga para LSM pemerhati masalah narkoba. Pemerintah dalam hal ini BNN, tentunya mempunyai strategi di bidang pengurangan permintaan narkoba (Drug Demmand Reduction), dengan asumsi apabila konsumen narkoba telah pulih, maka akan mengurangi tingkat permintaan bahan narkoba, akibatnya ‘pasar gelap narkoba’ akan mati dengan sendirinya.

(3)

2 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

Upaya untuk memulihkan para penyalahguna narkoba dari ketergantungan narkoba masih sulit untuk dilakukan secara optimal karena beberapa sebab, faktor utama adalah masalah ‘biaya’, sebab perawatan narkoba ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi, sementara belum semua RS baik pemerintah maupun swasta yang mampu memberikan pelayanan secara cuma-cuma, kecuali di Unit Terapi dan Rehabilitasi milik BNN di Lido. Faktor yang lain adalah kurang tersosialisanya informasi yang sampai kepada masyarakat luas, tentang unit-unit pelayanan kesehatan maupun yayasan dan panti yang siap melayani program perawatan tersebut.

b. Regional.

Sejak akhir 1990-an, clandestein lab, perdagangan dan penggunaan ATS telah berkembang secara signifikan di wilayah Asia Tenggara bagian Timur dan Selatan. trend ini berlanjut pada tahun 2010. Laporan mengenai pola dan kecenderungan-jenis stimulan amfetamin dan obat –obatan yang digunakan di Asia Timur dan Asia Tenggara didasarkan pada informasi utama yang disampaikan oleh Negara-negara asia tenggara seperti Brunei Darussalam, Kamboja, Cina, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam, melalui Jaringan Informasi Penggunaan Obat untuk Asia dan Pasifik (DAINAP) yang dilengkapi dengan data dari Australia, Jepang, Selandia Baru dan Republik.

c. Internasional.

Pada tahun 2011-2012 Indonesia dipercaya untuk menjadi pimpinan International Drug Enforcement Conference (IDEC). UNODC memperkirakan antara 149 sampai 272 juta orang penyalahguna Narkoba, atau sebesar 3,3% sampai 6,1%. Ganja yang banyak disalahgunakan, dengan jumlah penyalahguna antara 125 sampai 203 juta orang penduduk dunia. Sedangkan opiat diperkirakan sebanyak 12 sampai 21 juta orang, dan sekitar ¾ nya merupakan pengguna heroin atau sekitar 12 sampai 14 juta orang. Untuk ATS, UNODC memperkirakan antara 14 sampai 57 juta orang yang berumur 15-64 tahun merupakan pengguna dari amphetamine dan untuk ekstasi diperkirakan antara 11 sampai 28 juta orang yang berumur 15-64 tahun. Asia Timur dan Asia Tenggara merupakan pasar terbesar dari ATS terutama shabu yang paling banyak disalahgunakan di Cina, Jepang, dan Indonesia. Afrika Barat merupakan pemasok shabu di pasar gelap Asia Timur, yang melalui Eropa, Asia Barat, dan Afrika Timur. Akibat dari penggunaan Narkotika, jumlah prevalensi penyalahguna Narkoba suntik (IDU) yang positif HIV diperkirakan 2,8 juta orang, atau sekitar 17,9% dari total penyalahguna Narkoba. Kematian yang diakibatkan oleh penggunaan Narkotika diperkirakan antara 104.000 sampai 263.000 kematian per tahun.

(4)

3 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

2. Kondisi Badan Narkotika Nasional Tingkat Pusat a. Visi dan Misi Badan Narkotika Nasional

1) Visi Badan Narkotika Nasional

“Menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang profesional dan mampu menggerakkan seluruh komponen masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dalam melaksanakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya.”

2) Misi Badan Narkotika Nasional

“Bersama instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat, bangsa, dan negara melaksanakan pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya”.

b. Status Kelembagaan

Status kelembagaan sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), tugas fungsi kewenangan dan peranan tersebut BNN bertekad untuk melaksanakan Reformasi Birokrasi secara bertahap sesuai dengan grand design reformasi birokrasi 2010-2025 yang diimplementasikan dalam road map Reformasi Birokrasi BNN 2010-2014. Ruang lingkup Reformasi Birokrasi BNN adalah mengubah pola pikir (Mind set) dan budaya kerja (culture set) serta sistem manajemen pemerintahan yang berfokus pada 8 (delapan) area perubahan sebagaimana ditetapkan dalam grand design Reformasi Birokrasi nasional

Saat ini pegawai BNN dari mulai kepala BNN sampai jabatan fungsional dilapangan berjumlah 1.126 orang pegawai. Dari jumlah tersebut 278 orang pegawai negeri berasal dari penugasan POLRI dan 848 orang pegawai negeri yang berasal dari rekruitmen pegawai yang dipekerjakan dari berbagai instansi pemerintah.

Sejalan dengan UU Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika yang mengamanatkan organisasi BNN sebagai instansi vertikal telah dibentuk 32 Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) dari 33 provinsi yang ada, serta 75 BNNK dari kurang lebih 525 Kabupaten/Kota.

Dalam prakteknya program Reformasi Birokrasi dilingkungan BNN dimulai sejak ditetapkannya Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Akan tetapi sesungguhnya BNN telah memulai tahapan-tahapan penyusunan dokumen usulan Reformasi Birokrasi jauh sebelum tahun 2009 pada saat organisasi sebagai organisasi forum (lembaga non struktural/pelaksana program dan kegiatannya adalah Pelaksana Harian (Lakhar BNN).

(5)

4 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

c. Struktur Organisasi BNN

3. Kondisi Badan Narkotika Nasional Tingkat Daerah.

a. Tingkat Provinsi

Secara kelembagaan Badan Narkotika Nasional Provinsi sudah tertata sebanyak 33 BNNP sebagai pemerintahan di tingkat provinsi, sesuai dengan peraturan Kepala BNN No. : PER/04/V/2010/BNN, Tanggal 12 Mei 2010. Namun dalam tatanan operasional BNNP belum dapat melakukan kegiatan operasional secara penuh, hal ini di sebabkan adanya beberapa kendala.

b. Tingkat Kabupaten.

Kelembagaan Badan Narkotika Nasional di tingkat Kabupaten/ Kota telah dibentuk 75 BNNK/Kota sebagai perwakilan di tingkat Kabupaten/Kota.

SETTAMA IRTAMA

PUS LITDATIN

UPT LAB BALAI DIKLAT UPT T & R

BNNP KEPALA BNNK/KOTA DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN DEPUTI BIDANG DAYAMAS DEPUTI BIDANG REHABILITASI DEPUTI BIDANG HUKUM & KERMA DEPUTI

BIDANG BERANTAS

(6)

5 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

4. Dasar Hukum

a. Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2011 tentang Narkotika.

b. Peraturan Presiden RI Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.

c. Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional P4GN (JAKSTRANAS P4GN).

d. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang Wajib Lapor Bagi Pecandu Narkoba.

(7)

6 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

BAB II

PENCAPAIAN TARGET KINERJA BNN TAHUN 2011

DAN ANGGARAN

1. Pencapaian Target Kinerja BNN

Bahwa dalam rangka mewujudkan pencapaian kinerja BNNtahun 2011 perlu dilakukan pengelolaan pelaksanaan kegiatan dan tugas secara administrasif dan opeasional guna mendapatkan pencapaian secara jelas, fokus, terukur dan dapat dicapai realistis sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Pengaruh terhadap pencapaian kinerja dan keberhasilan BNN yang menghadapi permasalahan yang kompeks di bidang P4GN.

Pengukuran kinerja dilakukan berdasarkan indikator output maupun outcone dari setiap kegiatan yang diprioritaskan. Berdasarkan indikator tersebut BNN pada umumnya telah melakukan kinerja secara maksimal walaupun masih ada indikator kegiatan yang belum dapat mencapai hasil kinerja 100%. Secara keseluruhan pada tahun 2011 BNN telah mencapai keberhasilan sebesar ...%. Adapun indikator kinerja pencapaian tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

a. Pencapaian Target Kinerja Deputi Bidang Pencegahan Target Pembangunan Tahun 2010-2014

No Program

Sasaran Strategis (Outcome)

Indikator Outcome Target

Capaian Rea-lisasi % Tidak Terea-liasi % Capaian (%) A P4GN Meningkatnya pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran dan komitmen siswa, mahasiswa, pekerja dilingkungan Instansi, keluarga dan masyarakat terhadap bahaya penyalahggunaan dan peredaran gelap Narkoba % siswa bersikap positif terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba 450 orang 450 orang 100 0 0 100 % mahasiswa bersikap positif terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba 450 orang 450 orang 100 0 0 100 % anggota PNS/TNI/POLRI bersikap positif terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba 1435 orang 1435 orang 100 0 0 100 % Organisasi masyarakat bersikap positif terhadap bahaya penyalahgu-naan dan peredaran gelap narkoba 805 orang 805 orang 100 0 0 100 % Kelompok masyarakat bersikap positif terhadap bahaya penyalahgu-naan dan peredaran gelap narkoba 775 orang 775 orang 100 0 0 100

(8)

7 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

Capaian Target Kinerja Deputi Bidang Pencegahan adalah sebagai berikut :

1) Direktorat Desiminasi Informasi.

Target dan capaian kegiatan Direktorat Diseminasi Informasi meliputi :

a) Dokumen perencanaan desiminasi b) Penyusunan Dokumen Petunjuk Teknis

c) Buku prosedur kerja desiminasi informasi melalui media elektronik

d) Buku prosedur kerja desiminasi informasi melalui media nonelektronik

e) Iklan Layanan Masyarakat Anti Narkotika f) VCD Film Anti Narkoba

g) Talk Show

h) Pagelaran Seni Budaya Anti Narkoba i) Buku P4GN

j) Buletin P4GN k) Majalah P4GN l) Artikel P4GN.

Analisa Kegiatan Direktorat Desiminasi Informasi melalui media elektronik dan Non Elektronik tevinsi lah dilaksanakan dengan capaian 99%. Tidak tercapainya 1% dikarenakan di provonsi Papua situasi keamanannya tidak kondusif.

2) Direktorat Advokasi

Target dan Capaian Direktorat Advokasi dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :

a) Pembentukan Jejaring Anti Narkoba di lingkungan Instansi Pemerintah di Propinsi : NAD, Kepri, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Banten, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, NTT, Gorontalo, Papua, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan sebanyak 210 orang.

b) Pembentukan Kader Anti Narkoba Di Lingkungan Instansi Pemerintah di Propinsi : Bangka Belitung, Kalimantan Barat, NTT, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Papua, NAD sebanyak 525 orang.

(9)

8 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

c) Pembentukan Jejaring Anti Narkoba di lingkungan Organisasi Masyarakat dan Kelompok Masyarakat di Propinsi : NTB, Sumatera Utara, Riau, Jawa Tengah, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Lampung sebanyak 195 orang.

d) Pembentukan Kader Anti Narkoba Di Lingkungan Organisasi Masyarakat dan Kelompok Masyarakat di Propinsi: Jawa Timur, NTB, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Riau, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Maluku Utara, Maluku, Bali, Jawa Tengah sebanyak 825 orang.

e) Perluasan Kader Anti Narkoba di Lingkungan Instansi, Kelompok Masyarakat dan Organisasi Masyarakat di Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Tengah sebanyak 2000 orang.

f) Pemantapan Kader Anti Narkoba regional I dan II di Propinsi: DKI Jakarta dan Jawa Timur sebanyak 70 orang.

Analisa kegiatan Direktorat Advokasi adalah sebagai berikut : a) Para peserta adalah orang-orang yang sudah melakukan

upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui satuan dan tugasnya pada wilayah masing-masing, hal ini sesuai dengan kriteria pemanggilan peserta yang menjadi persyaratan untuk mengikuti kegiatan.

b) Secara umum, bagi peserta mendapatkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman, serta kesadaran dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba. Hal ini dapat diukur melalui pernyataan peserta pada akhir pelaksanaan kegiatan advokasi, diantaranya:

(1) Agar kegiatan serupa dapat dilakukan pada waktu dan kesempatan lainnya.

(2) Teknik dan metode yang disampaikan oleh para narasumber sangat menarik karena selain penyuluhan terdapat games dan diskusi kelompok.

c) Pada materi action plan, para peserta termotivasi untuk melakukan peran serta aktif dimasyarakat dengan berbagai kegiatan pencegahan.

(10)

9 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

b. Pencapaian Target Kinerja Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Target Pembangunan Tahun 2010-2014

No Program Sasaran Strategis (Outcome) Indikator Outcome Target Capaian Rea-lisasi % Tidak Terea-liasi % Capai an (%) A P4GN Terciptanya lingkungan pendidikan, lingkungan kerja, masyarakat rentan/resiko tinggi, dan lingkungan keluarga bebas narkoba melalui peran serta instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat, bangsa, dan Negara % lingkungan sekolah bebas narkoba 25 Lbg 25 Lbg - 100 % lingkungan perguruan tinggi bebas narkoba 50 Lbg 50 Lbg 100 % lingkungan kerja swasta bebas narkoba 67 Ling 67 Ling 100 % lingkungan instansi pemerintah bebas narkoba 34 Ling 34 Ling 100 % lingkungan masyarakat bebas narkoba (tingkat Kecamatan) 20 Ling 20 Ling 100 Menurunnya tingkat kerawanan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Kampung Ambon % penduduk Kampung Ambon yang bersikap positif terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba 645 595 92 50 8 92 % penurunan penyalahgunaan narkoba di Kampung Ambon 141 122 86,5 19 13,5 86,5 % pengungkapan jaringan peredaran gelap narkoba di Kampung Ambon 4 3 75 1 25 75 Menurunnya produksi ganja dan kawasan rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba melalui program Pengembangan Alternatif di Provinsi Aceh Area lahan ganja yang beralih fungsi 100 Ha 80 Ha 80 20 Ha 20 80 Jumlah kawasan rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yang dibina melalui pengembangan alternative 3 Kws 3 Kws 100 - - 100 Jumlah penanam ganja yang beralih ke usaha legal produktif 60 Org 60 Org 100 - - 100 Jumlah pelaku tindak kejahatan narkoba yang beralih ke usaha legal produktif 60 Org 60 Org 100 - - 100

(11)

10 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

Capaian Target Kinerja Deputi Bidang Pemberdayan Masyarakat adalah sebagai berikut :

1) Direktorat Peran Serta Masyarakat

Pada tahun 2011 sesuai dengan rencana kerja yang ditetapkan telah melakukan kegiatan pemberdayaan sebanyak 1700 orang terdiri dari 960 orang lingkungan pendidikan, 530 orang lingkungan kerja dan 210 lingkungan masyarakat di DKI Jakarta dan di 10 Provinsi (Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali dan Kalimantan Selatan). Dalam mengantisipasi peredaraan dan penyalahgunaan gelap Narkoba yang meliputi 75 lembaga pendidikan (Kampus dan Sekolah), 101 Instansi (Pemerintah, BUMN, Swasta) dan 20 lingkungan Kecamatan, telah dilaksanakan kegiatan meliputi : pembekalan materi P4GN, pembuatan action plan, pembentukan Satgas Anti Narkoba di lingkungan Sekolah dan Perguruan Tinggi, melakukan tes urine baik di lingkungan pendidikan, lingkungan kerja maupun lingkungan masyarakat.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan upaya meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya P4GN, baik dilingkungan pendidikan, lingkungan kerja maupun lingkungan masyarakat sesuai dengan program P4GN dengan tujuan menciptakan lingkungan pendidikan, kerja dan masyarakat bebas dari penyalahgunakan dan peredaraan gelap Narkoba dan sekaligus untuk mendorong tersedianya kebijakan publik yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat untuk mendukung setiap upaya P4GN di seluruh Indonesia demi terselamatnya generasi dan bangsa di masa yang akan datang.

2) Direktorat Pemberdayaan Alternatif

Program Pemberdayaan Alternatif tahun 2011 dilaksanakan dalam rangka peningkatkan kesejahteraan masyarakat wilayah rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba melalui program berkelanjutan untuk mengurangi penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Target dan pencapaian Direktorat Pemberdayaan Alternatif pada Tahun 2011 meliputi:

a) Penurunan tingkat kerawanan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Kampung Ambon.

Metode pelaksanaan melalui sosialisasi, workshop dan pengembangan potensi masyarakat telah berhasil menggarap 595 orang (92%) penduduk Kampung Ambon yang bersikap positif terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

(12)

11 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

Metode pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan keterampilan atau lifeskill telah berhasil mengurangi 122 orang (86,5%) penyalahgunaan narkoba di Kampung Ambon. Kegiatan koordinasi antara BNN, unsur Muspida Kecamatan dan Kelurahan serta Tomas, Toga, dan Toda telah berhasil mengungkap 3 jaringan (75%) peredaran gelap narkoba di Kampung Ambon. Tampak masih banyak warga kampung permata yang tergantung dengan masalah narkoba baik langsung (sebagai pengguna dan pengedar) maupun tidak langsung (mendapatkan manfaat dari bisnis narkoba), sehingga masih diperlukan usaha yang cukup besar untuk dapat membebaskan masyarakat dari lingkaran lahgun-edar gelap narkoba.

b) Penurunan Produksi ganja dan kawasan rawan

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba melalui pengembangan Alternatif di Provinsi Aceh.

Metode Intensifikasi lahan dan Substitusi Komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, telah berhasil mengalihfungsikan 80 Ha (80%) area penanaman ganja. Lahan bekas ganja yang diberantas banyak yang berada di lokasi yang terisolasi, jauh dari pemukiman yang menghambat alih fungsi lahan menjadi lahan produktif. Proses alih fungsi lahan oleh petani bekas penanam Ganja mendapat tanggapan antusias yang melebihi target, namun biaya program yang tersedia terbatas.

Program Pemberdayaan Alternatif tersebut

dilaksanakan pada 3 kawasan binaan (100%) rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Pendekatan dan pemberdayaan masyarakat yang langsung dilaksanakan kepada petani penanam ganja sebagai kelompok sasaran telah berhasil mengalihprofesikan 100 orang (166,67%) petani penanam gelap ganja yang beralih kepada usaha legal produktif. Dan Kerjasama yang baik antara BNN, Kanwil kumham Propinsi, BNNP Propinsi Aceh, serta instansi terkait lainnya telah mengalihprofesikan 60 orang (100%) jumlah pelaku tindak pidana narkoba kepada usaha legal produktif.

(13)

12 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

c. Pencapaian Target Kinerja Deputi Bidang Rehabilitasi Target Pembangunan Tahun 2010-2014

No Program Sasaran Strategis (Outcome) Indikator Outcome Target Capaian Rea-lisasi % Tidak Terea-liasi % Capai an (%) A P4GN Meningkatnya pelayanan program terapi dan rehabilitasi penyalahguna dan atau pecandu narkoba dan kapasitas lembaga rehabilitasi medis dan sosial % penyalahguna dan/atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program Terapi dan Rehabilitasi (5.585 )10 % 5.585 10 0 0 100 % penyalahguna dan/atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang lulus program (Complete Program)Terapi dan Rehabilitasi di UPT TR BNN 500 261 43,2 8% 0 25,21 % Lembaga Rehabilitasi milik instansi pemerintah yang mendapatkan peningkatan kapasitas (Capacity Building) (84) 5 % 84 5 100 Jumlah Lembaga Rehabilitasi milik komponen masyarakat yang mendapatkan peningkatan kapasitas (Capacity Building) (96) 5 % 96 5 100 Jumlah fasilitas pasca rehabilitasi berbasis masyarakat yang terbentuk 100 Lemba ga Jumlah mantan residen yang mengikuti program pascarehabilitasi 2500 orang

(14)

13 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

Capaian Target Kinerja Deputi Bidang Rehabilitasi adalah sebagai berikut :

1) Pada tahun 2010, Deputi Bidang Rehabilitasi memberikan layanan kepada korban penyalah guna narkoba yang mengikuti program terapi dan rehabilitasi di lembaga-lembaga yang dikelola oleh komponen masyarakat dan instansi pemerintah sejumlah 1.780 orang. Sedangkan pada tahun 2011, pelayanan kepada korban penyalah guna narkoba meningkat menjadi 5.585 orang. Peningkatan ini sesuai dengan target peningkatan prosentase korban penyalah guna dan atau pecandu narkoba yang mengikuti program terapi dan rehabilitasi, yaitu peningkatan sebesar 10% setiap tahunnya. Dengan demikian, capaian kinerja tercapai 100%. 2) Dukungan terhadap lembaga juga diberikan kepada lembaga yang dikelola oleh instansi pemerintah, yang pada tahun 2011 dukungan diberikan kepada 84 lembaga yang terdiri dari 24 lembaga rehabilitasi penyalahguna narkoba dengan layanan Terapeutic Community (TC), dan 60 lembaga rehabilitasi penyalahguna narkoba dengan layanan Non Terapeutic Community (Non TC). Dukungan yang diberikan adalah dukungan penguatan operasional lembaga dan peningkatan kemampuan petugas rehabilitasi. Jumlah lembaga yang diberikan penguatan pada tahun 2011 meningkat 5% dari jumlah lembaga yang diberi penguatan pada tahun 2010 yaitu 60 lembaga. Hal tersebut sesuai dengan target kinerja peningkatan lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang juga tercantum dalam Renstra Deputi Bidang Rehabilitasi. Fasilitasi Deputi Bidang Rehabilitasi lainnya berupa dukungan pada lembaga terapi dan rehabilitasi yang dikelola oleh komponen masyarakat dan yang dikelola oleh instansi pemerintah. Jumlah lembaga yang mendapat dukungan pada tahun 2011 sebanyak 96 lembaga yang dikelola oleh komponen masyarakat. Dukungan yang diberikan kepada lembaga tersebut antara lain penguatan operasional lembaga, asistensi program TC selama 2 (dua) bulan (khusus untuk setting rawat inap) dan peningkatan keterampilan bagi petugas rehabilitasi komponen masyarakat. Jumlah lembaga yang diberikan penguatan pada tahun 2011 meningkat 5% dari jumlah lembaga yang diberi penguatan pada tahun 2010. Hal tersebut sesuai dengan target kinerja peningkatan lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang juga tercantum dalam Renstra Deputi Bidang Rehabilitasi.

(15)

14 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

3) Selain dua sasaran strategi di atas, Deputi Bidang Rehabilitasi mendapat tugas untuk memfasilitasi pusat rehabilitasi dengan membangun tempat rehabilitasi di dua Provinsi yaitu Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur. Selain melaksanakan dukungan kepada lembaga rehabilitasi, Deputi Bidang Rehabilitasi juga mengemban tupoksi Penguatan Kelembagaan Kapasitas Aftercare Berbasis Masyarakat yang terdiri dari program Dukungan Pelatihan Dan Modal Kerja dan program Pertemuan FGD (Focus Group Discussion) sebagai sarana pembinaan bagi klien. Program ini dijalankan sejak bulan Mei 2011 yang melibatkan 2500 mantan pecandu narkoba diseluruh LSM yang berada di Indonesia. Selain program pencapaian 2500 orang mantan pecandu narkoba yang mengikuti program pasca rehabilitas, Direktorat Pascarehabilitasi juga mempunyai target jumlah lembaga swadaya masyarakat yang menjalani program pascarehabilitasi. Pada penetapan kinerja tahun 2011, ditetapkan target sejumlah 100 lembaga yang menjalani program pasca rehabilitasi.

Capaian Target Kinerja Unit Terapi dan Rehabilitasi Lido adalah sebagai berikut :

- Tahun 2011 UPT Rehabilitasi BNN menargetkan penampungan 500 orang residen, namun kenyataannya korban penyalahguna narkoba yang bersedia di rawat mencapai 1.044 orang residen atau setara dengan 208%. Hal ini merupakan respon positif dari masyarakat. Yang ingin mendapatkan rehabilitasi. Dari 1.044 orang residen dapat diuraikan kembali sebagai berikut:

a) 161 orang residen yang mengikuti rehab medis saja. b) 31 orang residen yang mengukuti direferal.

c) 150 orang residen tidak dapat mengikuti pelayanan/melarikan diri.

d) 261 orang residen yang mengikuti program hingga lulus (complete Program) atau setara dengan 43,8%.

e) 141 orang melanjutkan pelayanan karena belum selesai melaksanakan rehabilitasi.

(16)

15 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

d. Pencapaian Target Kinerja Deputi Bidang Pemberantasan Target Pembangunan Tahun 2010-2014

No Program Sasaran Strategis (Outcome) Indikator Outcome Target Capaian Rea-lisasi % Tidak Terea-liasi % Capai-an (%) A P4GN Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika %pengungkapan kasus tindak kejahatan Narkotika (90 X 25%) atau 23 LKN 60 LKN 66,67 - % tersangka tindak kejahatan Narkotika yang tertangkap (145 X 25%) atau 36 Tersang ka 113 Ter- sang-ka 77,93 - Terungkapnya jaringan sindikat peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika Dalam dan Luar Negeri

% sel jaringan internasional penyalahgunan dan peredaran gelap narkotika yang terungkap 3 Sel Jaringan 6 Sel Jaring an 200 % sel jaringan nasional penyalahgunan dan peredaran gelap narkotika yang terungkap 2 Sel Jaringan 4 Sel Jaring an 200 Disitanya barang bukti dan aset yang berkaitan dengan tindak kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika % nilai aset pelaku tindak kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika yang disita (28.970.5 96.143x2 5%) atau 7.242.649 .036 Rupiah 28.782. 860.804 Rupiah 99,35 % barang bukti tindak kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika yang disita (101.375 ,12 x25%) atau 25.343,7 8 gram 86.57, 85 gram 85,39

Capaian Target Kinerja Deputi Bidang Pemberantasan adalah sebagai berikut :

1) Capaian Target 1 :

Pengungkapan kasus tindak kejahatan narkotika dalam tahun 2011 Deputi Bidang Pemberantasan telah menangani laporan kasus narkotika (LKN) sebanyak 90 LKN dan telah selesai disidik serta diserahkan kepada penuntut umum sebanyak 60 LKN (P.21) atau 67%, dari 90 LKN yang ditangani. Sehingga kasus yang belum selesai ditangani sebanyak 30 LKN atau 33%, dan penyelesaian tersebut akan dilanjutkan pada tahun 2012. Maka keberhasilan dari perhitungan data tersebut Deputi Bidang Pemberantasan telah melebihi target sebesar 150%.

(17)

16 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

Untuk prosentase penangkapan tersangka tindak kejahatan narkotika dalam tahun 2011 dari 90 LKN berjumlah 145 tersangka, dan telah selesai 60 LKN (P.21) sejumlah 113 tersangka atau 78%, sisa yang belum diserahkan/belum selesai ke penuntut umum sebesar 32 tersangka atau 22%. Maka keberhasilan dari perhitungan data tersebut Deputi Bidang Pemberantasan telah melebihi target sebesar 312%.

2) Capaian Target 2 :

Berdasarkan Rencana Strategis tahun 2011 target yang ditentukan dalam hal pengungkapan jaringan internasional peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika ditetapkan sebanyak 3 (tiga) jaringan internasional dan telah diungkap 6 jaringan internasional dengan prosentase 200%. Dengan perincian sebagai berikut :

a) Tersangka :

(1) Gerard Debetz

(2) Abbas Bidmal Gharibali (3) Decywarti Wihardja

Dengan barang bukti narkotika jenis Shabu Kristal dengan berat brutto 5100 (Lima Ribu Seratus) gram dan uang tunai sebesar USD 20.000. b) Tersangka : (1) Sriyanti (2) George obina (3) Edi Suryadi (4) Louis (5) Sarkowi (6) Najib

c) Tersangka Suradi Halim alias Beong alias Bob. Dengan jumlah barang bukti 250.000 Excstacy. d) Tersangka Po Soon Ho.

Dengan barang bukti Methamphetamine seberat 3018.9 gram. Rute Kuala lupur – Jakarta.

e) Tersangka Mansoor Dolatin Bin Khasali.

Dengan barang bukti Metaphetamine (Shabu) dengan berat bruto 236,6 gram. Rute Damaskus – Doha – Jakarta.

f) Tersangka Majid Mohammadizanjan Bin Ali Akbar.

Dengan barang bukti Metaphetamine ( Shabu ) dengan berat bruto 898 gram. Rute Damaskus – Doha – Jakarta.

g) Tersangka Ali Reza Asghari Bin Esmaeil.

Dengan barang bukti Metaphetammine (Shabu) dengan berat brutto 646,7 gram. Rute Damaskus – Doha – Jakarta.

(18)

17 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

Untuk jaringan nasional ditetapkan 2 (dua) jaringan nasional dan telah berhasil diungkap sebanyak 4 jaringan nasional dengan prosentase 200%. Dengan perincian sebagai berikut :

a) Jaringan Zubir

Telah di ungkap jaringan Zubir dengan melakukan penangkapan terhadap sdr. Ermatati als Uni, Basir Rosadi, Rahmat Prasetyo, Alam Safari, Sahroni, Sigit Nugroho dan Slamet Riyadi, memasok bahan Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika Jenis Sabu dan diantara 7 dari tersangka tersebut merupakan seorang karyawan dari salah satu PT yang memproduksi obat – obatan yaitu PT. T S P tbk. Pada saat penggeledahan di rumah tersangka terdapat bahan Prekursor Narkotika antara lain: Pseudoephedrine 1.194,40 gram dan Caffeine 44.591,64 gram dari tersangka RACHMAD PRASETYA serta Pseudoephedrine 1.476 gram dan Caffeine 10.071 gram dari tersangka ALAM SAFARI. b) Tersangka Bong Ket Khiong als Akiong als Bobby dan Ferry

als Rudi als Alin.

Barang bukti yang ditemukan 310 pil ekstasi dan 1460 Happy five.

c) Tersangka Irna Febriani Alias Shasa

Dengan barang bukti dengan berat brutto 684.3 gram. d) Jaringan Dedik Supramono dan Tetep

Pada tanggal 22 Juni 2011 sekira jam 21.00 Wib di Terminal Bus Rawamangun Jakarta Timur telah berhasil ditangkap Dedik Supramono als.Dodik, Tetep als.Oban, Yofi Iswanto dan Muhamad Najemudin, pelaku tersebut merupakan jaringan narkotika antar kota/jaringan nasional. Barang bukti yang berhasil disita berupa shabu dengan berat brutto 187,25 gram. Jalur/ route : Jakarta- Bali.

3) Capaian Target 3 :

Penyitaan seluruh aset untuk tahun 2011 setelah dikonversi dalam nilai nominal rupiah dari 90 LKN berjumlah Rp.28.970.596.143,- (dua puluh delapan milyar sembilan ratus tujuh puluh juta lima ratus sembilan puluh enam ribu seratus empat puluh tiga rupiah), dari hasil penyelidikan 90 LKN telah diterima oleh kejaksaan sebanyak 60 LKN (P.21) sebesar 99% dengan jumlah nilai aset sejumlah Rp. 28.782.860.804,- (dua puluh delapan milyar tujuh ratus delapan puluh dua juta delapan ratus enam puluh ribu delapan ratus empat rupiah), dan sisa 30 LKN sebesar 1% dengan nilai aset Rp. 187.735.339 (seratus delapan puluh tujuh juta tujuh ratus tiga puluh lima ribu tiga ratus tiga puluh sembilan rupiah) masih dalam proses penyidikan. Maka keberhasilan dari perhitungan data tersebut Deputi Bidang Pemberantasan telah melebihi target sebesar 396%.

(19)

18 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

Jumlah penyitaan barang bukti narkotika untuk tahun 2011 dari 90 LKN dan telah dikonversikan dalam satuan gram, didapatkan barang bukti sejumlah 101.375,12 gram yang terdiri dari Ganja sejumlah 56,24 gram, Kokain sejumlah 50 gram, Heroin sejumlah 874 gram, Shabu sejumlah 66.082,97gram, dan Ecstasy sejumlah 34.294,91 gram (hasil dari konversi 265.121butir). Dari jumlah keseluruhan yang sudah diserahkan kepada penuntut umum sebanyak 60 LKN (P.21) dengan barang bukti sejumlah

86.572,85 gram atau 85% yang terdiri dari Ganja sejumlah 56,24

gram, Kokain sejumlah 50 gram, Heroin sejumlah 822,4 gram, Shabu sejumlah 55.443,46 gram, dan Ecstasy sejumlah 30.200,75 gram. Sedangkan sisa barang bukti sejumlah 14.802,27 gram yang terdapat dalam 30 LKN masih dalam proses penyidikan. Maka keberhasilan dari perhitungan data tersebut Deputi Bidang Pemberantasan telah melebihi target sebesar 340%.

e. Pencapaian Target Kinerja Deputi Bidang Hukum dan Kerjasama Target Pembangunan Tahun 2010-2014

No Program Strategis Sasaran (Outcome) Indikator Outcome Target Capaian Rea-lisasi % Tidak Terea-liasi % Capai-an (%) A P4GN Meningkatnya kualitas peraturan perundang-undangan, kajian hukum, penyelesaian sengketa hukum, dan bantuan hukum, serta dokumentasi hukum % penyelesaian penyusunan peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan amanat Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 1 RPP 1 RPP 100 100 % tersangka tindak kejahatan Narkotika yang tertangkap 3 Perka Perka 3 100 100 Meningkatnya pelaksanaan kerjasama Badan Narkotika Nasional dengan Organisasi Pemerintah dan Non Pemerintah Dalam dan Luar Negeri

Jumlah kerjasama di tingkat regional dan internasional 4 MoU 50 2 0 6 Negara 100 - 0 Bantuan hukum ke wilayah Provinsi 13 100 - 0 Tersusunnya dokumen petunjuk teknis kerjasama 2 dokumen 100 - 0 Tersusunnya dokumen prosedur kerja sama 2 dokumen 100 - 0 Terlaksananya Penandatangan dokumen kerjasama 8 dokumen 175 - 0 Tersusunnya instrumen pemantauan kerja sama 2 dokumen 100 - 0 Terlaksananya pemantauan kerjasama instansi daerah 1 dokumen 100 - 50 Terlaksananya pe-mantauan kerjasa-ma instansi pusat dan komponen masyarakat 2 dokumen 100 - 0

(20)

19 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

Capaian Target Kinerja Deputi Bidang Hukum dan Kerjasama adalah sebagai berikut :

1) Direktorat Hukum

Dalam hal kegiatan penataan produk hukum, Dir. Hukum melaksanakan pembahasan peraturan pelaksanaan dari Pasal 55 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang telah disahkan menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika, yang disahkan pada tanggal 18 April 2011 dengan hasil kinerja pencapaian sebagai berikut:

a) Pembahasan draft Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Pembahasan tersebut meliputi dua kegiatan yaitu rapat pembahasan Konsinyasi dan rapat Harmonisasi. Kemudia dilakukan rapat koordinasi antar pimpinan (Menteri Hukum dan Ham, Kepolisian, dan BNN). Sampai dengan saat ini draft tersebut belum final karena masih ada beberapa hal yang harus di bicarakan.

b) Pembahasan Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional. Dalam rangka memberikan acuan dan payung hukum kepada Pegawai di lingkungan Badan Narkotika Nasional,Direktorat Hukum dengan melibatkan satker-satker terkait telah menyelesaikan 9 Peraturan Kepala Badan Narkotika dari target yang telah ditetapkan adalah 4 peraturan, namun mengingat pentingnya peraturan-peraturan tersebut dan atas

arahan pimpinan khususnya dalam pelaksanaan

pemberantasan penyalahgunaan Narkotika, maka hasil yang dicapai menjadi 9 Peraturan Kepala BNN.

Adapun Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional tersebut yaitu Peraturan Kepala tentang:

(1) Petunjuk Teknis Penyusunan Kerjasama Badan Narkotika Nasional.

(2) Tata Cara Penanganan Tersangka atau Terdakwa Penyalah Guna, Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika.

(3) Teknik Penyidikan Penyerahan di Bawah Pengawasan. (4) Teknik Penyidikan Pembelian Terselubung.

(5) Petunjuk Teknis Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika.

(21)

20 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

(7) Uang Makan bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan Narkotika Nasional.

(8) Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Laboratorium Pengujian Narkoba pada Badan Narkotika Nasional.

(9) Peraturan Bersama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dan Kepala BNN RI.

c) Dalam hal kegiatan pelayanan Bantuan Hukum.

(1) Membantu institusi dalam menghadapi Praperadilan. Direktorat Hukum memberikan bantuan hukum kepada institusi apabila ada gugatan Praperadilan terkait pelaksanaan tugas pemberantasan dari pihak luar, pada tahun 2010 terdapat 1 kasus dan pada tahun 2011 terdapat 1 kasus, dari kedua kasus tersebut semuanya dimenangkan oleh institusi BNN.

(2) Kegiatan bantuan hukum dilaksanakan di 13 Provinsi, yaitu Aceh, Riau, Kepri, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Utara, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sumatera Baratdengan bentuk kegiatan sebagai berikut:

d) Dengan cara Monitoring dan evaluasi yaitu pengumpulan data tentang tindak pidana Narkotika, dan kasus-kasus yang menonjol dan penyebaran kuesioner di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Kalimantan Barat, hal tersebut dilakukan dengan maksud:

(1) Sebagai bahan/gambaran dalam kegiatan pemberian bantuan hukum yang akan datang dan agar pelaksanaan bantuan hukum dapat dilaksanakan lebih maksimal.

(2) Untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan/

penerapan dari pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika di kewilayahan.

(3) Untuk mengetahui apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh wilayah dalam mengemplementasikan peraturan perundang-undangan terkait Narkotika.

e) Terkumpulnya data terkait dengan pelaksanaan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (data-data terlampir) dengan capaian kinerja 100%.

(22)

21 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

2) Direktorat Kerjasama

Dalam pelaksanaan program P4GN, BNN menjalin kerjasama dengan instansi-instansi terkait baik dalam dan luar negeri antara lain dalam bentuk kegiatan:

a) Kerjasama Internasional.

(1) United Nations Commission on Narcotic Drugs (CND), sesi ke-54, tgl. 21 – 25 Maret 2011, di Wina, Austria.

(a) Sidang CND, sesi ke-54 dihadiri 48 negara anggota CND dan 69 negara observer, serta 21 Badan / organisasi internasional dan 60 NGO. (b) Delegasi Indonesia, membawa buku berjudul

“Indonesia’s Response asShared

Responsibility to Counter the World Drug Problem”, yang telah dibagi-bagikan kepada

semua Negara peserta konperensi CND tersebut. (c) Selain membahas implementasi dari Deklarasi

Politik dan Rencana Aksi, meliputi demand and supply reduction, juga telah diadakan Round Table discussions.

(d) Hasildari Round Table discussions adalah :

• Perlu ditingkatkan kerjasama regional, intra regional dan internasional karena kejahatan Narkotika adalah extra-ordinary transnational organized crime yang multidimensi yang berdampak buruk bagi kesehatan manusia, ekonomi, politik dan social semua negara. • Perlu diadakan peningkatan drug intelligence

exchange, joint operations dan joint coordinated investigations.

• Penegakan hokum terhadap tindak pidana Narkotika sangat urgent mengingat adanya keterkaitan dengan terorisme, money laundering, korupsidan arms smuggling. • Indonesia telah melaporkan kasus money

laundering dengan modus terbaru, yaitu dengan menggunakan legal dan illegal money changers.

Diperlukan mekanisme real time, exchange

of information, untuk memperkuat

(23)

22 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

• Strategi pemberantasan kejahatan Narkotika harus menggunakan 2 pendekatan yaitu criminal justice dan public health, serta berbasis kawasan maupun internasional. • Kelompok berisiko tinggi berumur antara

16-22 tahun banyak dipengaruhi factor sosial, alcohol, keuangan, kesehatan mental, dan ketahanan terhadap stress. Tindakan segera dibidang public health and psychiatry perlu dilakukan dan pertukaran best practices. (e) Disela – sela berlangsungnya sidang CND, DELRI

telah mengadakan Bilateral meeting dengan Thailand, India, Morocco, Venezuela, China, Ireland, Netherland, dan UNODC.

(f) Sidang CND sesi ke-54, telah berhasil mengesahkan 16 (enambelas) Resolusi, yaitu dibidang : • Pencegahan (1) • Pemberdayaan Masyarakat (2) • Rehabilitasi (2) • Pemberantasan (3) • Litbang (2) • Kesehatan (1) • Kerjasama Internasional (2) • UNODC (3) Resolusi.

(g) Berdasaarkan Political Declaration dan Plan of Action hasil sidang CND, sesi ke-52 tahun 2009, hasil-hasil sidang CND, sesi ke-53 dan 54, serta hasil dari Seminar dan Loka karya yang telah dilaksanakan BNN, oleh BNN telah dirumuskan Kebijakan dan Strategi Nasional P4GN untuk mencapai Indonesia bebas Narkoba 2015, yang telah diumumkan oleh Presiden pada tgl. 26 Juni 2011 ( Hari Anti Narkoba Internasional), dan dikukuhkan dengan INPRES No. 12 Tahun 2011.

(2) International Drug Enforcement Conference (IDEC) XXVIII, pada tgl. 4-7 April 2011 di Cancun Mexico.

(a) IDEC adalah konperensi para Penegak Hukum

bidang Narkoba seluruh dunia, dimana dibahas target-target operasi, daftar pencarian orang,

dan watch list yang diajukan oleh negara–Negara anggota, serta mendiskusikan masalah–masalah

(24)

23 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

(b) IDEC dibagi dalam 6 (enam) Region, yaitu South American Region, Caribbean Region, North and Central Americas Region, Europe and Africa Region, South and Central Asia Region, dan Far East Region

(c) Pada IDEC XXVIII di Mexico, selain membahas target–target operasi seluruh dunia (6 region) juga telah dibahas perkembangan Narco – Terorism meliputi wilayah Amerika Latin, Africa, Asia Barat dan Eropa.

(d) Ketua IDEC dari Far East Region, adalah Deputy Hukum dan Kerjasama BNN, Ir. Jen.Pol. Drs. Indradi Thanos, dan telah mengajukan target – target operasi, DPO dan Watch List Far East Region.

(e) Disela – selarapat IDEC, DELRI telah mengadakan rapat bilateral dengan Administrator US – DEA, Menteri Keamanan Publik Mexico, dan Kejaksaan Agung Mexico.

(f) Pada IDEC XXVIII, telah disahkan Mexico Declaration, untuk memberantas organisasi criminal Narkoba dan kejahatan transnational lainnya seperti Narco Terrorism, Money Laundering, Corruption dan Arms Smuggling, dengan meningkatkan real time drug intelligence exchange, joint coordinated operations, dan kemampuan aparat penegak hukum di bidang Narkoba.

(g) Pada acara Penutupan IDEC XXVIII, Kepala BNN, Kom.Jen.Pol. Drs. Gories Mere, telah menyampaikan sambutan ucapan terimakasih

atas kepercayaan yang telah diberikan padanya dan Pemerintah Indonesia, untuk memimpin pemberantasan kejahatan Narkoba ditingkat internasional selama tahun 2011 – 2012, dan selaku tuan rumah penyelenggaraan IDEC XXIX pada bulanJuni 2012 di Bali.

(3) The 32nd Meeting of ASEAN Senior Officials on Drug

Matters (ASOD) tgl. 10 – 12 Oktober 2011 di Vientiane, LAOS PDR.

(a) Rapat ASOD dihadiri oleh delegasi 10 (sepuluh) Negara ASEAN, wakil dari ASEAN Secretariat, UNODC dan AFP.

(25)

24 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

(b) Pada rapat ASOD ke-32 ini Indonesia sebagai Chairman ASOD ke-31 telah melaporkan kegiatan- kegiatan lingkup regional dari Negara – Negara anggota ASEAN selama tahun 2010 – 2011, kemudian menyerahkan Chairmanship ASOD ke-32 kepada Kepala Sekretariat National Commission for Drug Control and Supervision (LCDC) Lao PDR untuk 2011 – 2012.

(c) Selain membahas implementasi keputusan dan rekomendasi ASOD ke-31, juga telah diadakan update dari implementasi ASOD Work Plan, serta diskusi penyelenggaraan Mid - Term Review 2012, tentang pencapaian Drug Free ASEAN, 2015. (d) Indonesia melaporkan bahwa dengan INPRES

No.12 Tahun 2011, telah disahkan dan diluncurkan Kebjijakan dan Strategi Nasional P4GN, untuk mencapai Indonesia bebas Narkoba 2015. Berhubung para Negara anggota ASEAN berminat untuk mempelajari JAKSTRANAS tersebut Indonesia telah sanggupi untuk menterjemah-kannya kedalam bahasa Inggris untuk kemudian akan dikirim oleh ASEAN Sekretariat kenegara- Negara anggota ASEAN.

(e) Telah disetujui Project proposal dari Thailand tentang Workshop on the linkage of ASEAN Airport Interdiction Task Force, Workshop antara ASEAN dan India tentang Pengawasan bahan kimia Prekursor, dan Proyek bersama ASEAN–Republik of Korea (ROK), tentang Pemberantasan Kejahatan Narkotika.

(f) UNODC mengatakan akan melaksanakan suatu Regional Program for the East Asia and the Pacific on the rule of law and health and development, sedangkan AFP, ingin mengadakan MOU dengan Negara-negara ASEAN, operasi bersama, capacity building dan pertukaran drug intelligence. Indonesia (BNN) telahmempunyai MOU dengan AFP dan telah melakukan operasi bersama, capacity building dan exchange of drug intelligence dengan AFP.

(4) The 35th Meeting of Heads of National Drug Law

Enforcement Agencies, Asia and the Pacific, tgl. 22-25 November 2011 di Agra, India

(a) Meeting HONLEA, Asia – Pacific ke-35 telah dihadiri oleh 15 negara anggota denganTurki dan Jerman sebagai observer, dan wakil dari ASEAN Secretariat, Hong Kong dan China

(26)

25 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

(b) Selain membahas implementasi dan rekomendasi- rekomendasi Meeting HONLEA, Asia Pacific ke-33, juga telah didiskusikan berbagai perkembangan terakhir di wilayah Asia Pacific dengan Rekomendasinya.

(c) Hasil survey dari UNODC, Myanmar dan China menunjukkan adanya peningkatan penanaman candu illegal di Myanmar dan produksi heroin. Sejak 3 (tiga) tahun terakhir. rekomendasi terkait masalah tersebut adalah Pemerintah Myanmar, perlu mendapat bantuan keuangan dari lembaga – lembaga internasional untuk meningkatkan pelaksanaan program - program Alternative Development, bagi petani candu tersebut.

(d) Banyak masalah terjadi didaerah perbatasan antar Negara, dan hal ini harus diatasi untuk mengurangi penyelundupan Narkoba. Direkomendasikan agar

Pemerintah – pemerintah meningkatkan

koordinasi antara instansi terkait untuk

manajemen daerah perbatasan dan juga

kerjasama dengan Negara yang berbatasan.

(e) Permasalahan bahan kimia precursor sampai sekarang belum teratasi dan muncul gejala baru, yaitu bahan kimia substitusi prekursor yang

belum diataur pengawasannya. Untuk

mengatasinya perlu para pejabat Bea & Cukai ditingkatkan pengetahuannya tentang bahan kimia precursor tersebut, kerjasama dengan industry

kimia, perusahaan expedisi, operator

penerbangan dan perusahaan pengiriman barang. Direkomendasikan agar Pemerintah menerbitkan sertifikat end – user (penggunaakhir) untuk meningkatkan pengawasan bahan kimia prekursor. Dalam hal ekspor Prekursor, harus dipastikan bahwa penerimanya adalah tujuan akhir dan bukan transit atau Negara perantara.

Dalam diskusi tentang tindak lanjut Political Declaration dan Plan of Action, yang disahkan pada sesi ke-52 CND, 2009, telah dibahas efektifitas Alternative Development dan program – programnya di daerah Golden Triangkle. Wakil Indonesia menyatakan bahwa penting adanya konsep pembangunan masyarakat terkait, yang merupakan acuan program Alternative Development tersebut.

(27)

26 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

b) Kerjasama Nasional.

Kerjasama dalam negeri dilaksanakan melalui kegiatan Penandatanganan Nota Kesepahaman dengan Instansi Pemerintah dan komponen masyarakat:

1) Penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara BNN dengan PT. Indomarco Prismatama.

2) Penandatangan Nota Kesepahaman antara BNN dengan Ikatan Guru Indonesia.

3) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNN dengan Kemenkominfo.

4) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNN dengan Penyelenggara Telekomunikasi.

5) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNN dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB).

6) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNN

dengan Badan Kependudukan dan Keluaraga

Berencana (BKKBN).

7) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNN dengan Kementerian Agama.

8) Penandatnagan Nota Kesepahaman.

9) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNN dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 10) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNN

dengan KPPPA.

11) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNN dengan PPATK.

12) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNN dengan PT. Pertamina.

13) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNN dengan STIK.

14) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNN dengan PERCASI.

f. Pencapaian Target Kinerja Sekretariat Utama.

Melihat dari perkembangan ancaman dan data yang disajikan di atas semakin tinggi ancamannya, Indonesia sebagai bagian masyarakat dunia, maka BNN sebagai focal point penanganan masalah narkoba melaksanakan kebijakan Indonesia Negeri Bebas Narkoba, pada tahap awal adalah Indonesia Narkoba Tahun 2011-2015 sesuai Amanat Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Asean Bebas Narkoba Tahun 2015.

(28)

27 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

Untuk melakukan hal tersebut di atas maka di susun Kebijakan dan Strategi Nasional di bidang P4GN, mengingat permasalahan penanganan narkoba bukan merupakan tanggungjawab satu Lembaga/Badan maupun Instansi yang dalam hal ini BNN, melainkan tanggungjawabseluruh komponen Bangsa dan Negara, maka diterbitkan Instruksi Presiden nomor 12 Tahun 2011, yang berisikan tentang Kebijakan dan Strategi Nasional P4GN dan Rencana Aksi Nasional dalam Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba(P4GN)melibatkan seluruh Lembaga/Instansi Pemerintah baik Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati se Indonesia dengan menyusun kebijakan dan strategi dan menyusun Rencana Aksi masing-masing Lembaga/Badan yang di pimpin.

1) Sesuai dengan struktur kelembagaan BNN, telah dibentuk struktur organisasi vertikal yang tersusun diseluruh provinsi wilayah Republik Indonesia dengan jumlah 33 BNP dan 35 BNK. Untuk operasional kegiatan tahun 2011 didukung oleh APBN khususnya pembangunan gedung kantor. Dukungan yang di terima oleh BNN dari APBn untuk membangun gedung kantor sebanyak tujuh BNNP dan 25 BNNK dalam realisasinya telah terbangun 10 BNNP dan 33 BNNK, yang disesuaikan dengan harga satuan masing-masing daerah.

2) Institusi Pemerintahan Wajib Lapor (IPWL)

a) Berdasarkan amanat Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 Pasal 3, 54-58; serta PP nomnor 25 tahun 2011 pasal 11-17 maka 6 bulan sejak diterbitkannya PP 25 tahun 2011 pelaksanaan wajib lapor sudah harus dilaksanakan.

b) Berdasarkan PP 25 tahun 2011, selanjutnya menteri

kesehatan mengeluarkan: Permenkes Nomor

31305/MENKES/SK/VI/2011 tanggal 30 Juni 2011 tentang Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) menetapkan 132 Institusi Penerima Wajib Lapor di seluruh Indonesia.

c) Terkait dengan Pasal 9 Ayat 2 PP Nomor 25 tahun 2011 BNN Telah membuat perencanaan sistim informasi pecandu narkotika guna mendukung pendataan pecandu narkotika secara online,namun belum mendapatkan dukungan anggaran dari APBN untuk menggelar sistim tersebut.

Deputi Bidang Rehabilitasi telah melakukan sosialisasi Wajib Lapor di 15 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sumatera Utara, Banten, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, NTT, NAD, Kalimantan Barat, dan NTB. Selain melakukan sosialisasi juga memberikan penguatan melalui peningkatan kemampuan asesmen dan rencana terapi untuk meningkatkan kepekaan petugas IPWL dalam penerimaan pecandu Lapor diri.

(29)

28 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

g. Pencapaian Target Kinerja Inspektorat Utama.

Berdasarkan tabel di atas diketahui capaian indikator outcome tingkat kepatuhan pegawai BNN terhadap peraturan perundang-undangan mencapai 66,67 %, sehingga dapat dikatakan hasilnya belum maksimal. Tingkat kepatuhan pegawai BNN tehadap pegawai BNN tehadap peraturan peundang-undangan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi diukur melalui kinerja dan keuangan. Hal ini terlihat dari hasil penilaian hasil penilaian terhadap Laporan Akuntabilitas Badan Narkotika Nasional tahun 2010 hanya tercapai dengan kategori “CC” dari target nilai “BB”. Indikator outcome tingkat kepatutan pejabat dan pegawai BNN dalam pelaksanaan rencana, program, dan anggaran telah tercapai 100 %. Hal ini ditunjukan dengan diperolehnya nilai Wajar Tanpa Pengecualian WTP Dengan Penambahan Paragraf (WTP DPP) terhadap Laporan Keuangan BNN Tahun 2010. Kegiatan untuk pencapaian sasaran strategis Inspektorat Utama yaitu Pengawasan dan Pengembangan Akuntabilitas Kinerja, yang dilaksanakan melalui komponen kegiatan sebagai berikut :

1) Audit pengelolaan keuangan Satker Pusat (BNN).

2) Monitoring dan evaluasi kegiatan Satker BNN yang dilaksanakan di daerah.

3) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 4) Reviu Laporan Keuangan.

5) Reviu Proses Pengadaan Barang dan Jasa. 6) Reviu Lakip BNN.

7) Pengawasan Tujuan Tertentu/Khusus.

Pengawasan Tujuan Tertentu/Khusus Pembangunan Gedung/ Kantor BNNP & BNNK/Kota serta UPT Rehabilitasi dilaksanakan pada: 1) 10 (sepuluh) BNNP yaitu BNNP Banten, BNNP Bangka Belitung,

BNNP Kepulauan Riau, BNNP Sulawesi Tenggara, BNNP Sumatera Selatan, BNNP Nusa Tenggara Barat, BNNP Kalimantan Timur, BNNP D.I. Yogyakarta, BNNP Sulawesi Selatan, dan BNNP Bali.

2) 33 (tiga puluh tiga) BNNK/Kota yaitu BNNK Langkat, BNNK Deliserdang, BNNK Empat Lawang, BNNK Lubuk Linggau, BNNK Garut, BNNK Ciamis, BNNK Kuningan, BNNK Kendal, BNNK Cilacap, BNNK Nganjuk, BNNK Tulung Agung, BNNK Tarakan, BNNK Tana Toraja, BNNK Balangan, BNNK Palopo, BNNK Morowali, BNNK Kolaka, BNNK Jayapura, BNNKota Langsa, BNNKota Lhokseumawe, BNNKota Pematang Siantar, BNNKota Payakumbuh, BNNKota Tanjung Pinang, BNNKota Pangkal Pinang, BNNKota Pagar Alam, BNNKota Batu, BNNKota Malang, BNNKota Mataram, BNNKota Pontianak, BNNKota Singkawang, BNNKota Banjarmasin, BNNKota Balikpapan, dan BNNKota Samarinda.

3) 2 (dua) UPT Rehabilitasi yaitu UPT Rehabilitasi Sulawesi Selatan dan UPT Rehabilitasi Kalimantan Timur.

(30)

29 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

4) Verifikasi dalam rangka Sertijab Eselon I dan II

Pada tahun 2011 Inspektorat Utama BNN melaksanakan verifikasi dalam rangka sertijab eselon I dan II di lingkungan BNN, yaitu :

a) Deputi Pemberdayaan Masyarakat. b) Inspektur Utama BNN.

c) Direktur Pasca Rehabilitasi.

d) Direktur Penguatan Lembaga Rehabilitasi. e) Direktur Penindakan dan Pengejaran.

f) Direktur Pengawasan Tahanan, Barang Bikti dan Asset. g) Kepala Pusat Penelitian Data dan Informasi.

h. Pencapaian Target Kinerja Unit Pelayanan Teknis (UPT)

Laboratorium Uji Narkoba.

1) Laporan Pemeriksaan Uji Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Bahan Adiktif Lainnya

Kegiatan ini adalah kegiatan pengujian sampel dalam rangka pembuktian sampel narkotika, psikotropika, prekursor untuk penegakan hukum (pro justitia) atau non pro justitia.

Pelaksanaan pengujian sampel yang dilaksanakan hingga bulan Nopember 2011 telah telah melakukan pengujian sebanyak 12.710 sampel. Dari 12.710 sampel yang diterima tersebut, total jenis sampel narkotika 12. 007 sampel, Psikotropika 54 sampel Prekursor 18 sampel dan sampel negatif 631 sampel. Jumlah sampel yang diuji telah mencapai 94% dari perkiraan seluruh sampel selama tahun 2011, dengan Persentase total sampel Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Bahan Adiktif Lainnya yang selesai diuji laboratorium dalam jangka waktu 24 jam mencapai (capaian sasaran) sebesar 99,07%.

2) Laporan Penelitian dan pengembangan uji narkotika,

psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya

Selama tahun 2011 UPT Laboratorium Uji Narkoba telah melaksanakan penelitian dan pengembangan pengujian dalam rangka:

a) Pengembangan satu metode pengujian narkotika

(metamfetamina) dengan pengekstraksi heptane dan Diklorometane.

b) Profiling beberapa sampel metamfetamina.

c) Perkembangan Lab Uji Narkoba BNN sebagai anggota Asian Forensic Sciences Network.

d) Pengembangan/peningkatan pemahaman dan kemampuan personil dalam analisis dengan menggunakan metode Isotope Ratio Mass Spectroscopy (IRMS).

(31)

30 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

i. Pencapaian Target Kinerja Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pendidikan dan Latihan.

Secara umum kegiatan diklat BNN sepanjang tahun 2011 dapat berjalan dan dilaksanakan dengan baik. Pencapaian hasil sangat memuaskan karena semua program diklat dapat dilaksanakan, namun ada 3 (tiga) kegiatan Diklat yang tidak terlaksana 2 (dua) diantaranya karena adanya penghematan anggaran sebesar 10% (Pelatihan Bahasa Inggris dan Pelatihan Training of Trainer (TOT) Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat) dan Monitoring Evaluasi Sumatera Selatan karena selama tahun anggaran 2011 Sumsel hanya mengirimkan 2 (dua) orang peserta dalam kegiatan Diklat BNN yang tidak termasuk dalam jenis diklat pembuatan action plan, sehingga tidak memenuhi persyaratan untuk dilakukan monitoring action plan.

Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan diklat, evaluasi terhadap pelaksanaan program diklat sangat penting dilaksanakan. Sebab pada dasarnya implementasi program diklat berfungsi sebagai proses transformasi. Para pegawai tidak terlatih diubah menjadi pegawai-pegawai yang berkemampuan. Pada sebagian besar pelaksanaan diklat BNN diwajibkan kepada peserta diklat untuk membuat semacam kontrak kerja yaitu Action Plan. Action Plan ini dimaksudkan agar peserta diklat BNN dapat mengimplementasikan ilmu yang mereka dapatkan di tempat tugas / kerja masing-masing. Dari perbandingan pelatihan antara tahun 2010 dan tahun 2011 ada beberapa jenis pelatihan yang tidak ada di tahun 2010 tersebut akan tetapi ada di tahun berikutnya yaitu tahun 2011. Yaitu antara lain : 1). Diklat Magang Penyidik Gelombang. 2)I - IIISertifikasi Konselor Adiksi Nasional.

2. Anggaran Tahun 2011.

Berdasarkan Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasioanal dan Menteri Keuangan Nomor: tanggal 6 April 2011 tentang Pagu Anggaran Badan Narkotika Nasional mendapatkan alokasi Pagu Anggaran Tahun 2011 sebesar Rp. 963.610.000.000,- (Sembilan Ratus Enam Puluh Tiga Milyar Enam Ratus Sepuluh Juta Rupiah). Selama periode Tahun Anggaran 2011 BNN memperoleh dua kali penambahan pagu belanja pegawai dengan jumlah total sebesar Rp 14.982.355.000,-dan penambahan pagu belanja Barang yang berawal dari Award yang diberikan pemerintah atas penghematan yang dilakukan BNN pada Tahun 2010 sebesar Rp. 206.796.000,-. Berdasarkan penambahan pagu tersebut maka BNN selama tahun anggaran 2011 memperoleh pagu sebesar RP 978.494.128.000,-( Sembilan Ratus Tujuh Puluh Delapan

Milyar Empat Ratus Sembilan Puluh Empat Juta Seratus Dua Puluh Delapan Ribu Rupiah).

0181/M.PPN/04/2010 SE-120/MK/2010

(32)

31 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

Dalam Pagu belanja Badan Narkotika Nasional dalam DIPA dibagi dalam 3 (tiga) jenis pengeluaran yaitu (1) Belanja Barang; (2) Belanja Modal, dan (3) Belanja Pegawai. Belanja barang yaitu pengeluaran yang meliputi keperluan sehari-hari perkantoran, pemeliharaan dan perjalanan dinas sebagai penunjang kegiatan operasional. Belanja Modal yaitu jenis pengeluaran untuk mendukung kegiatan pengadaan sarana prasarana yang merupakan asset tetap. Sedangkan Belanja Pegawai diperuntukkan untuk Gaji dan tunjangan-tunjangan pegawai.

Untuk ketiga jenis pengeluaran tersebut, pada tahun 2011 Badan Narkotika Nasional telah melaksanakan kegiatan dengan rincian anggaran dan realisasi sebagai berikut ini:

Pagu Anggaran BNN Tahun Anggaran 2011

NO. JENIS BEL PAGU DIPA REALISASI % SISA %

1. Bel. Barang 28.134.039.000 26.131.766.982 92,88 2.002.272.018 7,12

2. Bel. Modal 314.392.009.000 238.697.108.797 75,92 75.694.900.203 24,08

3. Bel. Pegawai 635.968.080.000 327.482.110.380 51,49 308.485.969.620 48,51 Jumlah 978.494.128.000 592.310.986.159 60,53 386.183.141.841 39,47

Dari Pagu Dipa yang ada besaran anggaran per jenis belanja untuk Belanja Barang mendapat porsi yang paling besar yaitu Rp. ………(….%), Belanja Modal = Rp………,- (….%) sedangkan Belanja pegawai = Rp……..,- (…..%).

(33)

32 | L a p o r a n T a h u n a n B a d a n N a r k o t i k a N a s i o n a l

BAB III

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI BNN

DALAM PENCAPAIAN TARGET KINERJA TAHUN 2011

1. Permasalahan yang dihadapi BNN

a. Permasalahan yang dihadapi Bidang Pencegahan

Beberapa kendala yang dihadapi Direktorat Desiminasi Informasi dalam pelaksanaan program P4GN adalah sebagai berikut :

1) Belum optimalnya kerjasama dan koordinasi dengan dinas atau instansi terkait dalam melaksanakan program P4GN.

2) Belum intensifnya SDM dalam melaksanakan program P4GN. 3) Masih terbatasnya sarana dan prasarana dalam melaksanakan

program P4GN.

b. Permasalahan yang Dihadapi Bidang Pemberdayaan Masyarakat

1) Kurangnya komitmen lingkungan pendidikan (sekolah dan kampus), lingkungan kerja dan masyarakat membentuk satuan tugas P4GN di lingkungannya

2) Kurangnya kebijakan, komunikasi dan keterbukaan mengenai permasalahan narkoba di lingkungan pendidikan (sekolah dan kampus), lingkungan kerja dan masyarakat membentuk satuan tugas P4GN di lingkungannya

3) Masih kurangnya pemahaman anak didik, mahasiswa, pekerja dan masyarakat tentang bahaya narkoba

4) Masih banyak warga kampung permata yang terpapar dan tergantung dengan masalah narkoba baik langsung (sebagai pengguna dan pengedar) maupun tidak langsung (mendapatkan manfaat dari bisnis narkoba)

5) Beberapa operasi penyakit masyarakat (pekat) yang digelar membuat masyarakat antipati pada penegak hukum apalagi fasilitator yang dipercaya menjembatani aspirasi warga terhapa program BNN ada yang terlibat.

6) Lahan bekas ganja yang diberantas banyak yang berada di lokasi yang terisolasi, jauh dari pemukiman yang menghambat alih fungsi lahan menjadi lahan produktif.

7) Proses alih fungsi lahan oleh petani bekas penanam Ganja mendapat tanggapan antusias yang melebihi targaet, namun biaya program yang tersedia terbatas.

8) Upaya pemberdayaan masyarakat di kawasan rawan (Lapas dan Rutan) banyak yang mendapat tanggapan, namun kurangnya tenaga pendamping program.

Referensi

Dokumen terkait

Pada bulan Januari sampai Maret 2015 telah dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan pengaruh senam Yoga dengan Tai Chi terhadap penurunan nyeri

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Ketentuan tersebut mengandung arti bahwa bentuk atau model pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang wajib dilakukan oleh perusahaan diserahkan pada

Eriksen, Ethnicity and Nationalism; Antropological Perspectives, Secon Edition, Pluto Press London, 2002; 20.. 2 tertentu ada juga yang berakhir dengan nuansa konfrontatif,

 Siswa dapat Mencatat hal-hal penting dari bacaan yang dibaca. Bersahabat / Komunikatif : Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan

Variasi nilai c dipengaruhi oleh fraksi potensial terdegradasi (a+b) yang merupakan komponen dinding sel, jadi semakin tinggi nilai c maka komponen serat yang

Sedangkan untuk pengolahan databasenya menggunakan MySQL.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem yang digunakan adalah perancangan sistem

Mewujudkan transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat, dan pemangku kepentingan (stakeholder) tentang penyelenggaraan tri dharma pendidikan tinggi sesuai