• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permenkes 59/2014 STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Permenkes 59/2014 STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Permenkes 59/2014

STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Pasal 4

1. Besaran Tarif Kapitasi ditentukan berdasarkan seleksi dan

kredensial yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan dan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan sumber

daya manusia, kelengkapan sarana dan prasarana, lingkup

pelayanan, dan komitmen pelayanan.

2. Standar Tarif Kapitasi di FKTP ditetapkan sebagai berikut:

a.

puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp3.000,00 (tiga

ribu rupiah) sampai dengan Rp6.000,00 (enam ribu rupiah);

b.

rumah sakit Kelas D Pratama,

klinik pratama, praktik dokter, atau fasilitas

kesehatan yang setara sebesar Rp8.000,00

(delapan ribu rupiah) sampai

dengan Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah); dan

c.

praktik perorangan dokter gigi sebesar Rp2.000,00 (dua ribu rupiah).

3. Penetapan besaran Tarif Kapitasi di FKTP dilakukan berdasarkan

kesepakatan bersama antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

(2)

Permenkes 59/2014

STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Pasal 6

(1) Pelayanan obat program rujuk balik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

ayat (2) huruf b diberikan oleh ruang farmasi Puskesmas dan apotek atau

instalasi farmasi klinik pratama yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

(2) Dalam hal ruang farmasi Puskesmas belum dapat melakukanpelayanan

obat program rujuk balik sebagaimana dimaksud pada ayat(1

), pelayanan

obat program rujuk balik di Puskesmas obatnyadisediakan oleh apotek

yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

(4) Obat program rujuk balik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan

untuk penyakit Diabetes Melitus, hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru

Obstruktif Kronis (PPOK), epilepsi, gangguan kesehatan jiwa kronik, stroke,

dan Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) dan penyakit kronis lain yang

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan bersama organisasi profesi terkait.

(5)

Peresepan obat program rujuk balik harus sesuai dengan obat rujuk balik

yang tercantum dalam Formularium Nasional.

(6) Harga Obat Program Rujuk Balik yang ditagihkan kepada BPJS Kesehatan

mengacu pada harga

dasar obat sesuai Ecatalogue

ditambah biaya

(3)

Permenkes 59/2014

STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Pasal 6

(8) Faktor pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada

ayat (6) adalah sebagai berikut :

Harga Dasar Satuan Obat

Faktor Pelayanan

Kefarmasian

< Rp50.000,00

0,28

Rp50.000,00 sampai dengan Rp250.000,00

0,26

Rp250.000,00 sampai dengan Rp500.000,00

0,21

Rp500.000,00 sampai dengan Rp1.000.000,00

0,16

Rp1.000.000,00 sampai dengan Rp5.000.000,00

0,11

Rp5.000.000,00 sampai dengan Rp10.000.000,00

0,09

≥ Rp10.000.000,00

0,07

(4)

Permenkes 71/2014 ttg Pelayanan

Kesehatan Pada JKN

Pasal 25

1.

BPJS Kesehatan menjamin kebutuhan

obat program rujuk balik melalui

Apotek atau depo farmasi Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang

bekerja sama dengan BPJS Kesehatan

.

2.

Obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar BPJS Kesehatan di luar

biaya kapitasi.

3.

Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pelayanan obat program rujuk

balik diatur dengan Peraturan BPJS Kesehatan.

(5)

Permenkes 59/2014

STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Pasal 20

(1) Obat penyakit kronis di FKRTL diberikan maksimum untuk 1 (satu) bulan sesuai

indikasi medis.

(2) Obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk:

a. penyakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) yang belum dirujuk balik;

b. penyakit kronis lain yang menjadi kewenangan FKRTL.

(3) Obat sebagaimana dimaksudpada ayat (2)diberikan dengan cara :

a. sebagai bagian dari paket INA-CBG’s, diberikan minimal 7 (tujuh) hari; dan

b. bila diperlukan tambahan hari pengobatan, obat diberikan terpisah diluar paket

INA-CBG’s dan harus tercantum pada Formularium Nasional.

(4

)

Obat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b,diberikan melalui instalasi

farmasi di FKRTL atau apotek yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

.

(5) Harga obat yang ditagihkan oleh instalasi farmasi di FKRTL atau apotek sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) mengacu pada harga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

ayat (6) ditambah faktor pelayanan kefarmasian.

(6)

Permenkes 59/2014

STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Pasal 20

(6) Besarnya biaya pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

adalah faktor pelayanan kefarmasian dikali harga dasar obat sesuai

E-Catalogue atau harga yang ditetapkan oleh Menteri.

(7) Faktor pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dengan

ketentuan sebagai berikut :

Harga Dasar Satuan Obat

Faktor Pelayanan

Kefarmasian

< Rp50.000,00

0,28

Rp50.000,00 sampai dengan Rp250.000,00

0,26

Rp250.000,00 sampai dengan Rp500.000,00

0,21

Rp500.000,00 sampai dengan Rp1.000.000,00

0,16

Rp1.000.000,00 sampai dengan Rp5.000.000,00

0,11

Rp5.000.000,00 sampai dengan Rp10.000.000,00

0,09

≥ Rp10.000.000,00

0,07

(7)

Indeks Jasa Pelayanan JKN

(Permenkes 19/2014)

• Tenaga medis: 150;

• Apoteker atau Ners: 100;

• Tenaga kesehatan setara S1/D4: 60;

• Tenaga non kesehatan minimal setara D3: 40;

• Tenaga kesehatan setara D3: 40;

• Tenaga kesehatan dibawah D3 masa kerja lebih

dari 10 tahun: 40;

• Tenaga kesehatan di bawah D3: 25;

(8)

Formularium Nasional

• Formularium Nasional merupakan daftar obat terpilih yang

dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas pelayanan

kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN).

• Dalam hal obat yang dibutuhkan tidak tercantum dalam

Formularium Nasional, dapat digunakan obat lain secara

terbatas berdasarkan persetujuan komite medik dan

Kepala/Direktur Rumah Sakit setempat.

• Penambahan dan/atau pengurangan daftar obat yang

tercantum dalam Formularium Nasional ditetapkan oleh

Menteri Kesehatan setelah mendapat rekomendasi dari

Komite Nasional Formularium Nasional.

(9)

Daftar Penyakit Wajib Dilayani Di FKTP

1. Abortus spontan komplit 2. Abortus mengancam/insipiens 3. Abortus spontan inkomplit 4. Alergi makanan

5. Anemia

6. Anemia defisiensi besi pada kehamilan 7. Angina pektoris 8. Apendisitis akut 9. Artritis Osteoartritis 10. A. Reumatoid 11. Askariasis 12. Asma Bronkial 13. Astigmatism ringan 14. Bell's Palsy

15. Benda asing di hidung 16. Benda asing di konjungtiva 17. Blefaritis

18. Bronkritis akut

19. Buta senja

20. Cardiorespiratory arrest 21. Cutaneus larva migran 22. Delirium yang diinduksi dan

tidak diinduksi oleh alkohol atau zat psikoaktif lainnya

23. Demam dengue, DHF 24. Demam tifoid

25. Demensia

26. Dermatitis atopik (kecuali recalcitrant)

27. Dermatitis kontak alergika 28. Dermatitis kontak iritan 29. Dermatitis numularis 30. Dermatitis seboroik 31. Tinea kapitis 32. Tinea barbae 33. Tinea fasialis 34. Tinea korporis 35. Tinea manum 36. Tinea unguium 37. Tinea kruris 38. Tinea pedis

39. Diabetes melitus tipe 1 40. Diabetes melitus tipe 2 41. Disentri basiler dan amuba 42. Dislipidemia

43. Eklampsia 44. Epilepsi 45. Epistaksis

46. Exanthematous drug eruption 47. Fixed drug eruption

48. Faringitis 49. Filariasis

50. Fluor albus/vaginal discharge non gonorhea

(10)

Daftar Penyakit Wajib Dilayani Di FKTP

51. Fraktur terbuka, tertutup 52. Furunkel pada hidung 53. Gagal jantung akut 54. Gagal jantung kronik

55. Gangguan campuran anxietas dan depresi 56. Gangguan psikotik 57. Gastritis 58. Gastroenteritis (termasuk kolera, giardiasis) 59. Glaukoma akut 60. Gonore 61. Hemoroid grade 1-2 62. Hepatitis A 63. Hepatitis B

64. Herpes simpleks tanpa komplikasi

65. Herpes zoster tanpa komplikasi 66. Hiperemesis gravidarum

67. Hiperglikemi hiperosmolar non ketotik

68. Hipermetropia ringan 69. Hipertensi esensial 70. Hiperuricemia (Gout) 71. Hipoglikemia ringan

72. HIV AIDS tanpa komplikasi 73. Hordeolum

74. Infark miokard

75. Infark serebral/Stroke 76. Infeksi pada umbilikus 77. Infeksi saluran kemih 78. Influenza 79. Insomnia 80. Intoleransi makanan 81. Kandidiasis mulut 82. Katarak 83. Kehamilan normal 84. Kejang demam 85. Keracunan makanan 86. Ketuban Pecah Dini (KPD) 87. Kolesistitis

88. Konjungtivitis 89. Laringitis 90. Lepra

91. Leptospirosis (tanpa komplikasi) 92. Liken simpleks kronis/

neurodermatitis 93. Limfadenitis 94. Lipoma

95. Luka bakar derajat 1 dan 2 96. Malabsorbsi makanan 97. Malaria

98. Malnutiris energi-protein 99. Mastitis

100. Mata kering

(11)

Daftar Penyakit Wajib Dilayani Di FKTP

101. Migren 102. Miliaria

103. Miopia ringan

104. Moluskum kontagiosum 105. Morbili tanpa komplikasi 106. Napkin eczema

107. Obesitas

108. Otitis eksterna 109. Otitis media akut 110. Parotitis

111. Pedikulosis kapitis

112. Penyakit cacing tambang

113. Perdarahan saluran cerna bagian atas

114. Perdarahan saluran cerna bagian bawah

115. Perdarahan post partum 116. Perdarahan subkonjungtiva 117. Peritonitis 118. Pertusis 119. Persalinan lama 120. Pitiriasis rosea 121. Pioderma 122. Pitiriasis versikolor 123. Pneumonia aspirasi 124. Pneumonia, bronkopneumonia 125. Polimialgia reumatik 126. Pre-eklampsia 127. Presbiopia 128. Rabies 129. Reaksi anafilaktik 130. Reaksi gigitan serangga 131. Refluks gastroesofageal 132. Rhinitis akut

133. Rhinitis alergika 134. Rhinitis vasomotor

135. Ruptur perineum tingkat 1-2 136. Serumen prop

137. Sifilis stadium 1 dan 2 138. Skabies

139. Skistosomiasis 140. Status Epileptikus 141. Strongiloidiasis

142. Syok (septik), hipovolemik, kardiogenik, neurogenik) 143. Taeniasis 144. Takikardi 145. Tension headache 146. Tetanus 147. Tirotoksikosis 148. Tonsilitis

149. Tuberkulosis paru tanpa komplikasi

150. Urtikaria (akut & kronis) 151. Vaginitis

152. Varisela tanpa komplikasi 153. Vertigo (Benign paroxysmal

positional vertigo) 154. Veruka vulgaris 155. Vulvitis

(12)

Jenis Penyakit Kronis PRB

1. Diabetus Mellitus

2. Hipertensi

3. Jantung

4. Asma

5. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

6. Epilepsy

7. Schizophrenia

8. Stroke

9. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

(13)

Permenkes No 99 Th 2015 Pasal 25

1) Untuk

menjamin pemenuhan obat program rujuk

balik BPJS Kesehatan harus melakukan kerjasama

dengan apotek, ruang farmasi atau instalasi

farmasi di Fasilitas Kesehatan

tingkat pertama

yang mudah diakses oleh peserta JKN.

2) Obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibayar BPJS Kesehatan di luar biaya kapitasi

.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur

pelayanan obat program rujuk balik diatur

dengan Peraturan BPJS Kesehatan.

(14)

19. Ketentuan Lampiran huruf E angka

1 Pelayanan Obat

1.

Pelayanan Obat

a. Prosedur pelayanan di Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama

1) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan

medis di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama

2) Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi medis.

3) Peserta membawa resep ke Ruang Farmasi/Instalasi Farmasi

di puskesmas, klinik dan apotek jejaring.

4) Apoteker di puskesmas melakukan pelayanan kefarmasian

sesuai standar.

(15)

19. Ketentuan Lampiran huruf E angka

1 Pelayanan Obat

b

. Prosedur Pelayanan Obat paket INA-CBG’s

di

Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan

1) Prosedur pelayanan obat rawat jalan

a) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis

di Fasilitas Kesehatan.

b) Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi medis.

c) Peserta mengambil obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau

apotek jejaring rumah sakit dengan membawa identitas dan

bukti pelayanan yang diperlukan.

(16)

19. Ketentuan Lampiran huruf E angka

1 Pelayanan Obat

2)

Prosedur Pelayanan Obat rawat inap:

a) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis di

Fasilitas Kesehatan.

b) Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi medis.

c) Peserta mengambil obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau

apotek jejaring rumah sakit dengan membawa identitas dan bukti

pelayanan yang diperlukan.

(17)

19. Ketentuan Lampiran huruf E angka

1 Pelayanan Obat

3)

Prosedur pelayanan obat program rujuk balik

a) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis di

Fasilitas Kesehatan.

b) Dokter meresepkan obat program rujuk balik sesuai dengan indikasi

medis.

c) Peserta mengambil obat di Apotek dan/atau Fasilitas Kesehatan

tingkat pertama yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

(18)

Kondisi Kefarmasian sebelum JKN

1. Sistem rujukan tidak berjalan dengan baik

2. Masyarakat/pasien membeli obat sendiri-sendiri (eceran)

3. Harga obat relative marginnya besar

4. Asuransi dengan jumlah peserta terbesar adalah ASKES

5. ASKES menerbitkan Daftar Plafon Harga Obat (DPHO)

6. Meskipun pembayaran ASKES cukup lama, namun margin

masih cukup besar

7. Obat diluar DPHO diberlakukan Cost Sharing

8. Di rumah sakit memiliki formularium rumah sakit

9. Penentuan jenis obat di rumah sakit ditentukan oleh

(19)

Kondisi kefarmasian setelah JKN

1. Sistem rujukan berjalan dengan baik

2. Pemerintah memfasilitasi pembelian obat dalam

jumlah besar, dalam rangka pemenuhan kebutuhan

peserta JKN

3. Jenis obat ditentukan dalam formularium nasional

4. Penentuan harga obat dilakukan secara terbuka

dengan system e-katalog oleh LKPP

5. Harga obat cenderung turun drastis, dan margin tipis

6. Jumlah pasien out of pocket semakin sedikit, seiring

(20)

Future Apotek landscape……….

Faskes 2

Plus

Apotek

Faskes 1

plus

Apotek

Faskes 3

plus

Apotek

k

APOTEK

Pasien

Non

BPJS

KAPITASI

Pel

RB

+

Pr

g

RB

Changes from current fee for

services, prices of

drugs/supplies, pharmacist

autonomy to team – outcome

Still

Fee for

service

Klaim

There are 144

disease

Doctors and

pharmacist are

pushed to work in a

team

Managers, doctors, and pharmacist pushed to work in team, doctors will have less power and pharmacist have more power in selection the most cost effective drugs

FKTP

Pharmacist Consultant

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat beberapa hal yang memengaruhi perbedaaan tersebut, yaitu dikarenakan masih banyak ditemukan kualitas tidak sesuai dengan standar (reject) sehingga pada akhirnya

Menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi terkait pusat dan daerah dalam rangka penyempurnaan konsep pedoman tata laksana politik, hukum, keamanan, dan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendidikan keluarga yang terjadi di Dukuh Pondok Rejo meliputi kontrol orang tua terhadap anak agar tidak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa: Ada manfaat penggunaan penghitam rambut daun rambutan untuk penghitam rambut beruban pada wanita

Dalam sistem desentralisasi, fasilitas sterilisasi dilakukan dekat dengan area steril dari barang-barang yang akan digunakan, misalnya dalam ruang operasi disebut

Ester gliserol gondorukem hidrogenasi yang dihasilkan ticetak pada wadah untuk kemudian dihitung nilai rendemennya dan diuji sifat fisiko-ki2mia (RSNI3 2010), yaitu warna

Sehingga hak atas kesehatan mencakup wilayah yang luas dari faktor ekonomi dan sosial yang berpengaruh pada penciptaan kondisi dimana masyarakat dapat mencapai kehidupan

Control Self-Assessment merupakan inovasi yang relative baru yang sedang Control Self-Assessment merupakan inovasi yang relative baru yang sedang diterapkan oleh