• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MONETER TENTANG MAHAR. Oleh: A.Jasmani ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS MONETER TENTANG MAHAR. Oleh: A.Jasmani ABSTRACT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 ABSTRACT

Dowry is one compulsion in Islamic conjugal rights. According to Islam, dowry is male bride application to female bride. In hadi's history, found by dowry payment in shaped diner currency (gold) and dram money (silver) In concequence pulls to be assessed terminological monetary system in order to Islamic law actualization.

Key word : Dowry, monetary.

A. Latar belakang Pemikiran.

Salah satu ketentuan syariat dalam Islam adalah mahar, yang oleh masyarakat Indonesia menyebutnya "maskawin". Mahar (maskawin) adalah hal yang populer bagi kalangan muslim. Mahar itu sendiri adalah pemberian mempelai laki-laki, baik berupa barang maupun jasa, baik tunai maupun tidak, kepada mempelai perempuan.

Keniscayaan mahar (maskawin) dalam perkawinan umat Islam adalah sesuai perintah Allah SWT dalam surat An-Nisa' (4) ayat 4, dan begitu juga firman Allah dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 237. Kedua ayat ini menegaskan bahwa mahar itu wajib bagi mempelai laki-laki, sekurang-kurangnya separuh dari yang telah ditentukan. Maksudnya, jika seorang mempelai laki-laki melangsungkan ijab kabul (akad nikah) dan maharnya terhutang sejumlah yang telah disanggupi, kemudian bercerai sebelum bercampur, maka mau tak mau, rela atau tidak, mempelai laki-laki yang telah menjadi mantan suami, harus membayar separuh mahar isterinya yang menjadi haknya itu. Demikian penting dan lugasnya keharusan mahar dalam perkawinan masyarakat muslim.

(2)

Demikian juga dalam sunnah Rasul SAW telah dinyatakan dengan tegas keharusan mahar dalam perkawinan kaum muslim. Dari Sahal bin Sa'ad, sesungguhnya Nabi SAW berkata kepada seorang laki-laki: menikalah walau dengan sebuah cincin besi.1

Hadis Nabi tersebut di atas membuka akses untuk mengetahui apakah mahar itu ada hubungannya dengan ekonomi dan moneter atau tidak. Cincin besi adalah sebuah benda ekonomi, walau dengan nilai jual yang sangat rendah jika dibandingkan dengan cincin yang berbahan logam mulia, emas atau perak. Pertanyaan ini masih menggeliat jika dilihat pengamalan mahar dalam perkawinan muslim di berbagai daerah di Indonesia.

Kenyataan menunjukkan, pemberian mahar materil dalam masyarakat muslim Indonesia memilki berbagai bentuk. Ada berupa mushaf Al-Qur'an dan seperangkat alat shalat, ada dalam bentuk stelan perhiasan emas, ada berbentuk uang tunai, ada pula berupa benda tak bergerak, tanah dan sebagainya. Tidak diketahui pasti mengapa terjadi keragaman tersebut, apakah mengacu pada ketentuan syariat atau adat sebagai kearifan lokal.

Kalau dilakukan kilas balik peraktek pemberian mahar di masa Rasul SAW, diharapkan dapat diperoleh kejelasan gambaran jumlah minimal mahar itu. Sebagaimana dikatakan, dalam sunnah Rasul SAW, mahar itu diperkenankan ke dalam dua bentuk, yaitu materi (benda ekonomi) dan jasa.

Selain berbentuk materi berupa cincin besi, juga nabi SAW pernah mengawinkan seseorang miskin dengan jasa pengajaran Al-Qur'an.2 Oleh sebab itu menarik untuk diteliti

apakah mahar yang telah ditetapkan ketentuan hukumnya oleh syariat Islam dapat dianalisis menurut sistem moneter?

B. Pendapat Fuqaha Tentang Nilai Mahar.

1 Al-Bukhari, Al-Jami' al-Shahih, Jilid 3/ juz VI, (t.t. : Dar al-fikr, 1981), h. 138

(3)

Ternyata Fuqaha di masa lalu telah membahas tentang jumlah minimal mahar yang harus diberikan seorang mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan untuk menunjukkan bahwa akad nikah itu adalah hal yang sakral. Begitu juga dengan ketentuan mahar itu, perempuan terbantu.3

Menurut mazhab Hanafiy- sebagaimana yang berlaku di Mesir- jumlah minimal mahar itu adalah 10 dirham. Jumlah ini didasarkan pada riwayat dari Umar, Ali, dan Abdullah bin Umar, mereka berkata bahwa mahar itu tidak boleh kurang dari 10 dirham.4 Pendapat mazhab Hanafiy,

juga didukung oleh sebuah riwayat dari Jabir, sesungguhnya Rasul SAW menyatakan, mahar tidak boleh kurang dari 10 dirham.

Menurut imam Malik, jumlah minimal mahar adalah 1/4 dinar atau kurang lebih 3 dirham. Pendapat ini didasari pada mahar yang dibayarkan oleh sahabat Abdurahman bin 'Auf sebanyak 1 nawat emas dalam perkawinannya. 1 nawat emas itu setara dengan 1/4 dinar.

Dalam pada itu, menurut imam Al-Syafi'I dan sebagian Fuqaha lainnya berpendapat bahwa jumlah minimal mahar itu tidak ditentukan. Mahar dapat dibayarkan dari segala macam harta, tidak mesti dengan dinar (emas) atau dirham (perak).5 Kenyataan menunjukkan, selain

pendapat Mazhab Hanafiy dan imam Malik, masih ada penentuan jumlah mahar yang lain. Misalnya, menurut Ibnu Syubrumah, sekurang-kurangnya mahar itu sebanyak 5 dirham, menurut Said bin Jubair, sekurang-kurangnya 50 dirham, dan menurut Al-Nakha'iy 40 dirham. Penetapan jumlah mahar ini adalah berdasarkan atsar, dan tidak menutup kemungkinan di bawahnya.6

C. Analisis Moneter Tentang Nilai Mahar Dalam Peraktek Masyarakat Muslim.

3 Muhammad Abu Zahrah, Al-Ahwal al-Syakhshiyah, (Kairo: Dar al-Fikr al-'Arabiy, 1957), h. 198. 4Ibid., h. 199

5Ibid., h. 200

(4)

Terekam dalam riwayat hadis dari Abu Salamah yang berkata, saya tanya Aisyah r.ah tentang mahar yang diberikan oleh Nabi SAW kepadanya. Aisyah berkata 12,5 auqiyah.7 1

Auqiyah sama dengan 40 dirham.8 Dalam riwayat lain. dari Al-Zuhriy, sesungguhnya al-Najjasy

mengawini Ummu Habibah binti Abi Sufyan dari Rasul SAW dengan mahar 4.000.00 dirham. Hal yang demikian disampaikannya kepada Rasul SAW, dan ia pun menyetujuinya.9

Apa yang disebutkan di atas adalah batas maksimal mahar, yang pada intinya mahar tidak boleh dipermahal karena tidak sesuai dengan tuntunan Rasul SAW tentang pernikahan yang ideal dan berberkah. Perkawinan yang berberkah adalah yang diselenggarakan dengan biaya ringan.

Terlepas dari perbedaan pendapat Fuqaha tentang jumlah nilai mahar, begitu juga maksimalnya serta perwajahan mahar itu sendiri, salah satu yang pasti adalah adanya mahar itu dibayar dengan mata uang, dirham dan dinar. Oleh sebab itu, sangat penting untuk diteliti dari segi moneter agar mahar itu tidak tercabut dari apa yang dilakukan oleh Rasul SAW dan para sahabatnya, serta para tabiin. Mereka adalah kaum salaf yang taat pada petunjuk-petunjuk Al-Qur'an dan Sunnah.

Dirham dan dinar adalah mata uang fullbodied money, yang berarti mata uang tersebut terbuat dari logam mulia. Mata uang dirham yang terekam dalam hadis Nabi SAW adalah terbuat dari perak, sedangkan mata uang dinar terbuat dari emas. Keduanya adalah logam mulia, yang memilki nilai jual yang sangat memadai.

Kedua mata uang tersebut, dinar dan dirham dipakai sebagai piranti hukum dalam agama Islam, misalnya batas pencurian yang mengharuskan potong tangan, diyat (tebusan) dalam hukuman qishas, dan nisab zakat kekayaan. Terutama ketetapan Nabi SAW tentang nisab zakat

7 Abu Daud, Sunan Abi Daud, jld 1, ( Cetakan pertama, t.t. : Dar alFikr, 1990). h. 467.

8 TM.Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat, ( Cetakan kelima, Jakarta: Bulan Bintang,1984), h.95. 9 Abu Daud, op.cit., h. 468

(5)

emas dan perak, mendorong para fuqaha kontemporer menganalisisnya dari segi moneter. Untuk itu dilakukanlah penelusuran yang menghasilkan penjelasan tentang perbandingan nilai antara satuan mata uang dinar dengan dirham.

Dalam riwayat tentang nishab zakat, Nabi SAW menetapkan bahwa nishab emas adalah 20 dinar/ 20 misqal. Sedangkan nishab perak adalah 200 dirham. Lebih lanjut Nabi SAW menetapkan bahwa tiap 20 dinar, zakatnya sebesar 0,50 dinar. Dalam pada itu, Nabi SAW juga menetapkan, tiap 200 dirham, zakatnya sebanyak 5 dirham. Apakah angka 20 pada dinar dan 200 pada dirham adalah kebetulan atau ada pertimbangan moneter di dalamnya?

Fuqaha kontemporer telah melakukan analisis pada angka-angka tersebut. Menurut Syauqi Ismail Syahhatih, nisab emas sebesar 20 dinar (misqal) dan nishab perak sebesar 200 dirham menunjukan kekuatan daya beli dinar dan dirham yang seimbang. Itu artinya, orang yang memiliki uang dinar 20 adalah setara dengan 200 dirham. Dari sini diketahui nilai perbandingan atau kurs antara dinar dan dirham yaitu 1 : 10.10 Dengan kurs ini, orang yang memilikii 1 uang dinar

dapat menukarnya dengan 10 uang dirham. Sebaliknya, orang yang memiliki 10 dirham hanya dapat menukarnya 1 dinar.

Perbandingan kurs antara mata uang emas dinar dan mata uang perak dirham di atas menunjukkan selisih harga yang cukup signifikan. Hal yang perlu diketahui oleh umat Islam adalah berapa nilai satu dinar dan satu dirham saat ini ? Tentu yang harus diakses informasinya adalah pendapat ulama tentang konversi dinar dan dirham itu ke dalam satuan ukuran berat (tonasi) yang mudah dipahami oleh masyarakat kita. Hal ini disebabkan, nilai dinar dan dirham sebagai fullbodied money menurut teori ekonomi, terletak pada nilai intrinsiknya (bendanya).

10 Lihat Syauqi Ismail Syahhatih, Penerapan Zakat Dalam Dunia Modern, (Cetakan pertama, Jakarta: Pustaka

(6)

Menurut Al-Nawawi, 1 misqal/dinar adalah 4.8 g, sedangkan 1 dirham adalah 3,36 g.11

Dalam pada itu, menurut A.Hassan, 1 dinar adalah 4,5 g, dan satu dirham sama dengan 3 g.12 Inilah

pendapat yang dianut oleh Hasbi Ash-Shiddieqy.13

Sejumlah data peraktek pemberian mahar yang terekam dalam penjelasan fuqaha, yang dapat dikategorikan sebagai jumlah minimal adalah:

Malik 3 dirham

Ibnu Syubrumah 5 dirham

Hanafiy 10 dirham

Al-Nakha'i 40 dirham

Said bin Jubair 50 dirham

Jika nilai dirham tersebut di atas dikonversi ke dinar, dengan mengacu pada perbandingan harga (kurs) 1 : 10, maka akan terlihat perubahan jumlah minimal mahar sebagai berikiut:

Malik 0,3 dinar

Ibnu Syubrumah 0,5 dinar

Hanafiy 1 dinar

Al-Nakha'i 4 dinar

Said bin Jubair 5 dinar

11 TM.Hasbi Ash-Shiddieqy, Op.cit., h.111

12Ibid.

(7)

Jika angka-angka dinar tersebut di atas dikonversi lagi ke dalam bentuk ukuran gram dengan versi 4.5 g/ dinar, maka jumlah minimal mahar dapat terlihat sebagai berikut:

Malik 1,35 g emas ( murni)

Ibnu Syubrumah 2,25 g emas (murni)

Hanafiy 4,5 g emas (murni)

Al-Nakha'i 18 g emas (murni)

Said bin Jubair 22,5 g emas (murni)

Jika angka berat gram jumlah minimal mahar tersebut di atas dikonversi ke dalam harga rupiah, dengan acuan harga emas 24 karat seharga Rp. 400.000/g misalnya, maka akan terlihat perubahan nilai mahar syar'i tersebut sebagai berikut:

Malik Rp. 540.000

Ibnu Syubrumah Rp. 900.000

Hanafiy Rp. 1.800.000

Al-Nakha'i Rp. 7.200.000

Said bin Jubair Rp. 9000.000

Adapun kategori mahar syar'i maksimal adalah sebagaimana tersebut dalam riwayat bahwa Nabi SAW memberi mahar Aisyah sebesar 12,5 auqiyah. Secara moneter dapat dijelaskan sebagai berikut:

(8)

auqiyah (Rp. 400.000/g) Dalam pada itu mahar Al-Najjasyi kepada Ummu Habibah binti Abi Sufyan adalah sebanyak 4000 dirham. Secara moneter dapat dijelaskan sebagai berikut:

4.000 dirham 400 dinar 1.800 g emas (murni)

Rp. 720.000.000 (Rp. 400.000/g)

Dengan penggambaran nilai mahar menurut pendekatan moneter, ternyata masyarakat muslim tidak terlalu terpokus pada pembatasan yang diberikan oleh Nabi SAW dalam berbagai riwayat. Apalagi jika mahar itu dipahami sebagai gambaran keikhlasan laki-laki mengawini seorang perempuan di mana Nabi SAW membenarkan memberikan harta apa saja, dan dengan jumlah berapa saja. Namun, dengan adanya Nabi SAW sendiri dan banyak sahabat yang membayar mahar isterinya dengan dirham dan dinar, hemat penulis, mahar itu hendaklah ditunaikan secara proporsional dan adil.

Tidaklah bagus jika seorang laki-laki yang mampu dan memiliki status sosial ekonomi yang tinggi membayar mahar kepada perempuan yang dinikahinya dengan harga/ nilai sangat murah. Sebaliknya tidaklah baik jika pihak perempuan mengharuskan laki-laki yang kurang mampu membayar maharnya dengan harga yang mahal. Dengan demikian, kadar-kadar mahar kategori rendah sebagaimana yang dijelaskan dapat disesuaikan dengan kemampuan mempelai laki-laki sesuai dengan kesepakatan.

Dalam sistem moneter, daya beli uang salah satu hal yang senantiasa penting untuk dicermati seiring dengan perjalanan waktu dan perubahan zaman. Karena itu Inflasi adalah hal yang niscaya terjadi terkait masa, sehingga memahami nilai mahar dalam perkawinan muslim, mau tak mau emas (dinar) dipakai sebagai acuan dalam menghitungnya. Harga perak (dirham) sangat tidak berimbang harganya dengan emas (dinar). Menurut pakar ekonomi, emas adalah satu-satunya barang yang zero inflasi. Terbukti, harga emas dari waktu-waktu merupakan patokan nilai uang di seluruh dunia.

(9)

Hanya dengan acuan emaslah, mahar dapat bermakna signifikan bagi perempuan, jika disetujui pendapat fuqaha tentang filosofi tasyri' (diperintahkan) pemberian mahar, yaitu pertanda bagi kesucian dan kesakralan perkawinan, serta membantu perbendaharaan perempuan. Sangat boleh jadi maksudnya adalah modal antisipatif jika perkawinan itu bubar, baik karena perceraian hidup, atau karena kematian.

Jika kita sependapat bahwa perkawinan itu sakral dan suci, seharusnya pemberian mahar itu harus berbanding lurus, yaitu tidak asal memberi sesuatu sehingga ada kemungkinan yang diberikan itu sangat rendah harganya, bahkan tak bernilai ekonomi apa-apa. Memang, dalam riwayat ditemukan bahwa Nabi SAW memperkenankan memberikan mahar itu berupa cincin besi, bahkan dengan sejumlah kecil dari korma. Hemat penulis , kurang tepat jika diartikan sebagai kebebasan memilih apa saja yang hendak dijadikan sebagai pemberian mahar. Maksud Nabi tersebut adalah bahwa dalam kondisi miskin benar, seorang laki-laki tak memiliki sesuatu yang bernilai ekonomi cukup seperti dinar/ emas atau dirham/ perak, barulah dibenarkan yang mudah baginya daripada tidak kawin selama-lamanya.

D. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dalam referensi, ternyata nilai/ harga mahar itu ditemukan dalam berbagai riwayat yang disandarkan kepada Nabi SAW. Dalam pada itu, fakta dalam perkawinan masyarakat muslim, mahar terkesan cenderung diatur oleh adat kebiasaan sehingga bentuk pemberian mahar itu sangat beragam.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ternyata ada mahar syar'i, yaitu nilai/ harga mahar yang merujuk pada tuntunan Nabi SAW, dan dikembangkan oleh para fuqaha di zamannya. Selanjutnya hasil analisis moneter terhadap mahar syar'i dapat disajikan dalam tulisan ini.

Referensi

Dokumen terkait

Demi menunjang pengembangan bakat riset bagi peserta didik dalam ekstrakurikuler KIR, maka MAN 2 Lamongan setiap satu tahun sekali selalu mengadakan Perkemahan Ilmiah

Oleh karena itu dengan kemampuan yang dimiliki peneliti dalam hal ini adalah fotografi maka peneliti membuat buku esai foto tentang pengrajin enceng gondok di

Apakah peserta diklat memberikan saran/masukan terkait dengan layanan yang diberikan oleh lembaga?. Apakah peserta diklat memberikan saran/masukan terkait dengan

bahwa untuk menindaklanjuti ketentuan Pasal 160 Ayat 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri

 Konsep rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya melakukan dan bertanggungjawab dalam kegiatan pembudidayaan,

Dari tujuh karakteristik responden Desa Cinagara dan Desa Pasir Buncir hanya dua karakter yang akan diuji dengan menggunakan pengujian regresi linear berganda, diduga dua

Sifat yang khas dari tanah lempung yaitu dalam keadaan kering akan bersifat keras.. dan jika basah akan bersifat lunak piastis dan kohesif, mengembang dan menyusutnya cepat

Pertunjukan tayub biasanya dipandu oleh seorang pengarih, tetapi apabila pertunjukan itu melibatkan beberapa orang joged (biasanya lebih dari empat orang joged) maka