Bidang Riset : Pangan dan Pertanian
Rumpun Ilmu : 181. Sosial Ekonomi Pertanian
LAPORAN AKHIR
RISET KOMPETENSI DOSEN UNPAD (RKDU)
MODEL PEMBERDAYAAN PETANI HORTIKULTURA BERBASIS PEMBIAYAAN USAHATANI
DI JAWA BARAT
TIM PENGUSUL
Ketua : Dr. Hepi Hapsari, Ir., MS. Anggota : Dr. Eliana Wulandari, SP., MM. Anggota : Dr. Zumi Saidah, SP., M.Si.
NIDN : 0010046307 NIDN : 0019038006 NIDN : 0006117801 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERTANIAN DESEMBER, 2019
3 DAFTAR ISI Hal HALAMAN SAMPUL ……... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii RINGKASAN ... iii DAFTAR ISI ... v BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Sistem Agribisnis ………..……….. 4
2.2. Persepsi dan Perilaku Usahatani ….………..……….. 6
2.3. Pemberdayaan Petani…….………..……… 9
2.4. Kelembagaan Terkait Keberlanjutan Usahatani ………. 12
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 12
3.1. Tujuan Penelitian …... 13
3.2. Manfaat Penelitian …... 13
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 13
4.1. Desain Penelitian ... 13
4.2. Metode Analisis Data ... 16
4.3. Luaran Riset …………... 20
BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI... 21
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian …... 21
4.2. Keragaan Usahatani Ubi Jalar ………... 30
4.3. Karakteristik Individu Petani Ubi Jalar ………... 40
4.4. Sistem Agribisnis Ubi Jalar ………... 54
4.5. Luaran yang dicapai ………... 62
BAB 6 RENCANA TAHAP BERIKUTNYA …... 66
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ………... 68
6.1. Kesimpulan ………... 68 6.2. Saran …………...………... 68 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ……… 70 71
RINGKASAN
MODEL PEMBERDAYAAN PETANI HORTIKULTURA BERBASIS PEMBIAYAAN USAHATANI DI JAWA BARAT
Hepi Hapsari, Eliana Wulandari, Zumi Saidah
Hakekat pemberdayaan adalah meningkatkan kapasitas ekonomi dan sosial petani untuk dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas usahatani. Hasil penelitian Wulandari (2018) bahwa bantuan permodalan (pembiayaan) menjadi faktor yang penting dalam keberhasilan usaha tani. Bantuan pembiayaan merupakan fasilitasi dalam konsep pemberdayaan petani. Namun bantuan pembiayaan saja tidak cukup, harus disertai pembinaan (pemberdayaan) agar bantuan modal itu benar-benar dapat meningkatkan kinerja petani dan dapat dikembalikan dengan baik. Penelitian yang diusulkan ini merupakan lanjutan dari penelitian Wulandari (2018). Penelitian sebelumnya menemukan bahwa petani tidak hanya membutuhkan akses terhadap pembiayaan, namun juga pembinaan dalam memanfaatkan permodalan sesuai peruntukannya. Ketidakmampuan petani dalam manajemen keuangan dan produksi menyebabkan petani sulit mengembalikan pinjaman, merugikan provider pembiayaan dan kelompok tani. Penelitian ini diusulkan untuk mengkaji lebih dalam model pemberdayaan petani hortikultura yang terintegrasi dengan fasiltasi pembiayaan. Untuk dapat melakukan kajian model, maka data yang diperlukan meliputi data pembiayaan usahatani, penyuluhan, pelatihan, pendampingan selama minimal 2 tahun berturut-turut. Dampak pembinaan (pemberdayaan) adalah perubahan perilaku usahatani yang lebih baik secara berkelanjutan. Tujuan penelitian tahun pertama adalah : (1) karakterisasi petani hortikultura yang mendapat bantuan pembiayaan; (2) mengkaji tingkat keberdayaan petani yang mendapat bantuan pembiayaan. Tujuan penelitian tahun ke dua adalah : (1) mengkaji tingkat kemandirian petani hortikultura yang mendapat fasilitas pembiayaan ; (2) menyusun model pemberdayaan petani hortikultura yang terintegrasi fasilitasi pembiayaan. Fasilitasi pembiayaan, terbukti meningkatkan produktivitas (Wulandari, 2018). Namun apakah peningkatkan produktivitas hanya karena bantuan (fasilitasi) pembiayaan, adakah faktor lain seperti bina manusia, bina usaha, bina lingkungan, bina kelembagaan, dlsb. perlu dikaji lebih lanjut. Responden penelitian ini adalah petani yang mempunyai spesialisasi dalam melakukan usaha tani hortikultura cabai, tomat, kentang yang merupakan komoditas unggulan daerah Jawa Barat dan nasional. Penelitian ini akan dilaksanakan pada lokasi sentra produksi cabai, tomat, kentang yaitu di Kabupaten Garut dan Bandung. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat menjadi solusi dalam pemberdayaan petani yang terintegrasi dengan fasilitasi (bantuan) pembiayaan di Jawa Barat pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Hasil dari penelitian ini juga dapat berkontribusi sebagai acuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian lebih lanjut untuk masa yang akan datang. Penelitian ini mempunyai target untuk menghasilkan publikasi di Jurnal Internasional bereputasi.
5
BAB I. PENDAHULUAN
Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian yang memiliki posisi penting, juga memiliki peranan dalam penyerapan tenaga kerja dan pemenuhan bahan pangan masyarakat Indonesia. Subsektor komoditas hortikultura secara ekonomis memiliki nilai yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan subsektor lainnya. Selain itu, pangsa pasar komoditas hortikultura lebih terbuka lebar dengan adanya pasar internasional. Sehingga, dapat dikatakan bahwa subsektor hortikultura dapat dijadikan sebagai mata pencaharian petani yang penting dan menjanjikan bagi petani di Indonesia.
Akses petani untuk mendapatkan bantuan pembiayaan atau permodalan menjadi faktor yang penting dalam keberhasilan usaha tani. Penelitian Wulandari (2018) menunjukkan bahwa kemampuan petani mengakses sumber pembiayaan dapat meningkatkan produktivitasnya namun harus dimonitor dan dibina. Penelitian tersebut belum menjelaskan apakah petani dapat mandiri atau tergantung terus menerus kepada lembaga pembiayaan tanpa bisa memupuk modal pribadi. Pembiayaan merupakan fasilitasi dalam pemberdayaan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan usahatani tanpa disertai pembinaan dan pendampingan berpotensi gagal (kredit macet). Petani kurang pengetahuan dalam manajemen keuangan yang baik, sehingga dana yang dipinjamkan tidak efektif, dan menyisakan tunggakan yang besar (Nehiley, 2011). Kalau hal itu terjadi maka yang akan merugi kedua belah pihak, yakni petani dan lembaga keuangan yang meminjamkan modal usahatani.
Menurut Totok Mardikanto (2012), lingkup Pemberdayaan Petani ada tiga : 1. Meningkatkan kualitas SDM petani sebagai produsen dan konsumen
2. Penguatan kelembagaan, kemandirian pada sub sistem input, produksi dan paska panen 3. Membuaka akses keuangan/permodalan dan pemasaran hasil
Intergrasi pemberdayaan dengan pembiayaan (bantuan modal) adalah paradigma baru. Hakekatnya mendidik petani sekaligus membantu keuangan (modal), agar apa yang diajarkan dapat segera diterapkan dibawah bimbingan penyandang dana. Beberapa lembaga pembiayaan syariah telah mengintegrasikan pembiayaan dengan pemberdayaan, seperti Lembaga Zakat Infak Sedekah Wakaf (ZISWAF) Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah, Al Azhar Peduli, BPR Syariah, Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Syariah yang ada di desa dan pesantren. Integrasi pembiayaan deng pemberdayaan diharapkan dapat meningkatkan kinerja kedua belah pihak yakni usahatani (petani) dan lembaga pembiayaan.
Identifikasi Model -model pembiayaan pertanian Identifikasi Model-model pemberdayaan petani Model financing empower ment Simulasi model Financing Empower ment
Pengembangan model pemberdayaan petani terintegrasi dengan pembiayaan
Analisis peranan Analisis Model Sumber-sumber Pembinaan pembiayaan thd pendampingan kinerja usahatani fasilitasi kemitraan Manajemen pemberdayaan terintegrasi dgn pembiayaan usahatani Revitalisasi model pemberdayaan yg terintegrasi dgn pembiayaan usahatani Penyediaan pangan berbasis food economy, empowerment, dan welfare (RIR Unpad: Pangan)
Penelitian tahun pertama bertujuan melihat berbagai model pembiayaan yang dilakukan oleh berbagai lembaga, kelebihan dan kekurangan masing-masing model. Pembiayaan adalah fasilitasi dalam pemberdayaan. Lembaga pembiayaan juga menginginkan suatu saat petani dapat mandiri finansial, menjadi investor (menabung), sekaligus sebagai peminjam yang cerdas. Penelitian tahun kedua mengkaji model pemberdayaan yang terintegrasi dengan pembiayaan, khusus untuk petani hortikultura. Model ini diharapkan menjadi rujukan bagi lembaga pembiayaan usahatani dalam membantu petani seutuhnya, yakni membantu permodalan dan sekaligus meningkatkan kapasitas SDM petani.
Hasil keluaran dari penelitian ini akan memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan ilmu sosial ekonomi pertanian dengan memberikan gambaran yang nyata mengenai permasalahan rendahnya kapasitas SDM dan permodalan di tingkat petani, sehingga akan dapat dianalisa untuk mendapatkan solusi pemecahan permasalahan tersebut. Selain itu, hasil penelitian ini juga berkontribusi sebagai acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam.
7
Gambar 2. Model Persamaan Struktural Pemberdayaan terintegrasi Pembiayaan
Bagaimana model pemberdayaan yg terintegrasi dengan pembiayaan usahatani Pemberdayaan terintegrasi pembiayaan bank/BPR Pemberdayaan terintegrasi dgn pembiayaan LKM Pemberdayaan terintegrasi dgn pembiayaan kelompok tani Pemberdayaan terintegrasi dgn pembiayaan kemitraan usaha Pemberdayaan terintegrasi dgn pembiayaan lembaga ZIS Perberdayaan terintegrasi dgn pembiayaan CSR Faktor-faktor yg mempengaruhi keberhasilan pemberdayaan : 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pengalaman usahatani 4. Luas lahan 5. Status usahatani 6. Partispasi petani 7. Fasilitasi permodalan Model Pemberdayaan yang terintegrasi dgn Pembiayaan Usahatani Kompetensi petani (pengetahuan, sikap, keterampilan) Kinerja Usahatani (produktivitas)