• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Kata “Motif”,diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi menurut Sardiman (2011: 73) Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energy yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.

Menurut Uno (2011: 23) Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat adan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusi, dan kegiatan belajar

(2)

yang menarik. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

Menurut Hanafiah (2010: 26) mengatakan bahwa moivasi merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembengun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik unuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan prilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Menurut Hanafiah (2010: 28) mengatakan motivasi merupakan salah satu aspek utama bagi kebersihan dalam belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar dapat dipelajari supaya dapat tumbuh dan berkembang. Berikut ini merupakan beberapa cara unuk membangkitkan motivasi belajar:

1) Peserta didik memperoleh pemahaman (comprehension) yang jelas mengenai proses pembelajaran.

2) Peserta didik memperoleh kesadaran diri (self consciousness) terhadap pembelajaran.

3) Menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik secara link and match.

(3)

4) Memberi sentuhan lembut (soft touch) 5) Memberikan hadiah (reward)

6) Memberikan pujian dan penghormatan 7) Peserta didik mengetahui prestasi belajarnya. 8) Adanya iklim belajar yang kooperatif secara sehat. 9) Belajar menggunakan multi media

10) Belajar menggunakan multi metode 11) Guru yang kompeten dan humoris 12) Suasana lingkungan sekolah yang sehat

Dari beberapa pengertian motivasi belajar di atas dapat disimpilkan bahwa motivasi adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

b. Ciri-ciri Motivasi

Menurut Sardiman (2011: 83) Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya)

(4)

3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadialan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak criminal, amoral, dan sebagainya).

4) Lebih senang bekerja mandiri.

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. c. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah

Menurut Sardiman (2011: 92) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah: 1) Memberi angka

Dalam hal ini adalah sebagi simbol dari nilai kegiatan belajarnya. 2) Hadiah (Penghargaan)

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai otivas, tetapi tidaklah selalu demikian.

3) Saingan/kompetensi

Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa.

(5)

4) Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu motivasi yang cukup penting.

5) Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan.

6) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalo terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebh giat belajar.

7) Pujian

Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.

8) Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalo diberikan secara tepat dan bijak biasa menjadi alat motivasi.

9) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar.

10) Minat

Proses belajar akan belajar dengan lancer apabila disertai dengan minat.

(6)

11) Tujuan yang disukai

Rumusan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar 1) Faktor terhadap pribadi

Dalam motivasi, faktor terhadap pribadi yang sangat mempengaruhi yaitu motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi ini sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang (Perfomence). Apabila dalam motivasi berprestasi tinggi akan cenderung berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaanya serta dalam menyelesaikan tugasnyapun biasa mengambil resiko.

2) Faktor terhadap lingkungan

Faktor lingkungan untuk motivasi ini bersangkutan dengan faktor pribadi. Dimana faktor lingkungan ini dapat berpengaruh terhadap faktor pribadi dan biasa saja faktor lingkungan biasa berbaur dengan faktor pribadi dan sulit untuk dibedakan. Faktor pribadi muncul dalam tindakan individu yang dibentuk oleh faktor lingkungan. Misalnya motivasi untuk belajar dengan baik,dapat

dikembangkan, diperbaiki atau diubah melalui belajar dan latihan dengan perkataan lain melalui pengaruh lingkungan. Uno

(7)

e. Macam-macam motivasi

Menurut Djamarah (2008: 149) motivasi ada dua yaitu: 1) Motivasi Intrinsik

Yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi itu intrinsik bila tujuanya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu.

2) Motivasi Ekstrinsik

Yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar, Motivasi belajar dapat dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar, anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa di lakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar.

2. Prestasi Belajar a. Belajar

Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa tidak sepontan menjadi cerdas dan dengan sekejap menjadi ilmuan. Akan tetapi

(8)

melalui proses belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang luas. Belajar merupakan suatu proses menuju perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Belajar merupakan tindakan dan prilaku yang kompleks sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar, proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Pengertian belajar

Banyak jenis kegiatan yang sering diartikan sebagai belajar. Adapun pengertian belajar menurut beberapa ahali antaralain sebagai berikut :

Slameto (2010: 2) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.

Belajar menurut Djamarah (2008: 13) yaitu serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai dari hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Belajar menurut Sugihartono (2007: 74) yaitu suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan

(9)

tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkunganya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama. Menurut pengertian tersebut belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Tingkah laku memiliki unsur obyektif dan unsur subyektif. Unsur obyektif adalah unsur motorik atau unsur jasmaniah, sedangkan unsur subyektif adalah unsure rohaniah. Unsur subyektif tidak tampak kecuali berdasarkan tingkah laku.

Menurut Djadjuri yang dikutip Hanifah (2010: 19-20) menyatakan ada lima prinsip utama dalam belajar yang harus dilaksanakan yaitu :

1) Subsumption, yaitu proses penggabungan ide atau pengalaman baru terhadap pola ide-ide yang telah lalu yang telah dimiliki. 2) Organizer, yaitu ide baru yang telah dicoba digabungkan dengan

pola ide-ide lama yang dicoba diintegrasikan sehingga menjadi suatu kesatuan pengalaman.

3) Progressive Differentiation, yaitu bahwa dalam belajar suatu keseluruhan secara umum harus terlebih dahulu muncul sebelum sampai kepada suatu bagian yang lebih spesifik.

(10)

4) Concolidation, yaitu sesuatu pelajaran harus terlebih dahulu dikuasai sebelum sampai ke pelajaran berikutnya, jika pelajaran tersebut menjadi dasar atau prasyarat berikutnya.

5) Integrative Reconciliation, yaitu ide atau pelajaran baru yang dipelajari itu harus dihubungkan dengan ide-ide atau pelajaran yang telah dipelajari terdahulu.

b. Pengertian prestasi belajar

Harahap (Hamdani, 2011: 138) memberikan batasan bahwa prestasi adalah pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siwa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum

Winkel (Hamdani, 2011: 138) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Arif Gunarso (Hamdani, 2011: 138) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksankan usaha-usaha belajar. WJ. S. Purwadarminta juga berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebaginya)

Dari beberapa pengertian prestasi belajar diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hail yang diperoleh berupa

(11)

kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Pada dasrnnya, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern).

1) Faktor intern adalah faktor yang berasal dari siswa 2) Faktor ekstern

Faktor ekstern terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. termasuk dalam lingkungan sosial adalah guru, kepala sekolah, staf administarsi, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, dan lain-lain. adapun yang termasuk dalam lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar. Menurut Slameto (2010: 60), faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

3. Pembelajaran Kooperatif

Rusman (2011: 202) Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersiat heterogen. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran

(12)

kooperati yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesame siswa lainya.

Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson & Johnson cooperative learning adalah mengelompokan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

Menurut Slavin menyebutkan cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya.

Djahiri K menyebutkan cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang siswa sentries, humanistic dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya.

Lie menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam

(13)

tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan denga jumlah angota kelompok pada umumnya terdiri 4-6 oarang saja. Dikutip dari Isjoni (2011: 17)

Jadi dapat disimpulkan bahwa cooperative learning adalah: suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktiifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

Terdapat enam langkah utama atau tahapan dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokan kedalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evalusi tentang yang telah mereka pelajari dan memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Rusman (2011: 211)

(14)

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model pembelajaran Kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingna topik yang akan dipelajari dan memotifasi siswa belajar.

Tahap 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar

melakukan teransisi secara efekti dan efesien.

Tahap 4

Membimbing

kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Tahap 5

Evaluasi

Guru mengevalusi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Tahap 6

Memberikan

penghargaan kepada siswa

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

4. Kooperatif Tipe NHT

a. Definisi NHT (Numbered Heads Together)

NHT merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif. Menurut A’la pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu model pembelajaran yang dalam setiap kegiatan, siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok, lalu guru memanggil nomor siswa secara acak.

Menurut Ahmadi dkk (2011: 59) NHT adalah suatu metode belajar diamana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu

(15)

b. Langkah dalam NHT (Numbered Heads Together)

Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sintaks NHT menurut Trianto (2009: 82) sebagai berikut:

1) Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5

2) Fase 2: mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya, “ berapakah jumlah gigi orang dewasa?” atau berbentuk arahan, misalnya “Pastikan setiap orang mengetahui 5 buah ibu kota provinsi yang terletak di pulau Sumatra.”

3) Fase 3: Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

4) Fase 4: Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tanganya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

(16)

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah oleh Ibrahim dalam herdian (2009) sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Enam langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa

(LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan dalam pembentukan kelompok, setiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

(17)

4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

6. Memberi kesimpulan

Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Pedoman penilaian hasil belajar aspek kognitif dan penghargaan kelompok pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT masih mengacu pada pedoman penilaian dalam STAD, sebab sampai saat ini belum ada pedoman penilaian yang secara khusus untuk NHT. Pengharagaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan dengan melakukan tahap-tahap sebagai berikut:

(18)

1) Menghitung skor individu

Untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seperti pada tabel 2.2 (Slavin, 2005: 159):

Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan

Nilai Tes Skor

Perkembangan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 poin

10-1 poin di bawah skor awa 10 poin

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awa 20 poin Lebih dari 10 poin di atas skor awa 30 poin Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor

awa)

30 poin

2) Menghitung skor kelompok

Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan skor perkembangan kelompok, diporoleh kategori perkembangan skor seperti tercantum pada tabel 2.3 (Trianto, 2009: 72) berikut ini:

Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-rata Tim Predikat

0 < x < 5 -

5 < x < 15 Tim baik 15 < x < 25 Tim hebat 25 < x < 30 Tim super 3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberi hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.

(19)

c. Kelebihan dan kelemahan NHT (Numbered Heads Together) Ahmadi Dkk (2011: 60)

Kelebihan NHT

1) Setiap siswa menjadi siap semua

2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3) Siswa yang pandai dapat mnegajari siswa yang kurang pandai Kelemahan NHT

1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggili lagi oleh guru. 2) Tidak semua anggota kelompok dipangili oleh guru

5. Pendidikan Kewarganegaraan SD a. Pengertian PKn SD

Pendidikan Kewarganegaraan Tanireja (2009: 3) adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dimana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan prilaku polotik sehingga yang bersangkutan memiliki political Knowledge, awarenes serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional dan menguntungkan bagi dirinya juga bagi masarakat dan bangsa.

Menurut Zamroni (Tanireja, 2009: 3) pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.

(20)

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan kwarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar.

b. Tujuan dan ruang lingkup PKn SD

Menurut Fathurrohman (2011: 7) tujuan mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagi berikut:

1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi isu kewarganegaraan.

2) Berpartisiapasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan dalam BSNP, ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagi berikut :

1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa

(21)

Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan Negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminaan keadilan.

2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

3) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiaban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindunagn HAM.

4) Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat,kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara.

5) Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,hubungan dasar Negara dengan konstitusi. 6) Kekuasan dan politik, meliputi: pemerintahan desa kecamatan,

pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sisitem poliik, budaya politik, budaya demokrsai menuju

(22)

masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

7) Pancasila meliputi: kedudukan pancasila sebagi dasar Negara dan ideologi Negara,proses perumusan pancasila sebagi dasar Negara, pengalaman nilai nilai pancasiala dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.

8) Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkunganya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

c. Kurikulum PKn di SD 1) Konsep dasar kurikulum

Pengertian kurikulum menurut beberapa pakar yang tidak hanya diartikan sebagi daftar mata pelajaran atau tujuan yang akan di capai, tetapi pengertian kurikulum minimal mengandung empat dimensi yang saling berhubungan, yakni:

a) Kurikulum sebagi ide, berarti bahwa kurikulum sebagi buah pikiran para ahli/seseorang pengembang kurikulum, misalnya: apa yang ingin dikembangkan pada diri siswa, bagaimana cara mengembangkanya, pengalaman belajar apa yang paling baik dan bagaimana cara penyampaianya pada siswa dan sebagainya.

(23)

Dalam dimensi ini dimaksudkan bahwa kurikulum itu sebagai pegangan guru, isinya merupakan materi/bahan minimal secara nasional, sehingga guru masih ada kesempatan untuk mengembangkan .

c) Pengertian kurikulum sebagi kegiatan, dan ini merupakan hasil terjemahan guru (operasional) tentang tentang kurikulum di lapangan berdasarkan pada kurikulum sebagai ide atau sebagai rencana yang tertulis. Jadi faktor kemampuan (pengalaman) kemauan dan sarana sekolah cukup menentukan sehingga dapat sama dengan ide dan rencana tetapi dapat juga jauh berbeda hasilnya. Fathurrohman (2011: 14).

Dari beberapa pengertian kurukulum di atas maka Kurikulum sebagai hasil belajar yang diperoleh oleh anak didik. Hasil tersebut dapat berupa pengetahuan, ketrampilan, sikap dan sebagianya baik yang bersifat sementara atau menetap.

2) Konsep kurikulum Pkn Di SD

Pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih bersifat formal. Proses dalam pendidikan sekolah melelui perencanaan yang tersusun secara sistematis. Guru sebagi pendidik merancang sedemikian rupa kompetensi yang dihasilkan oleh siswa. Setiap praktik pendidikan diarahkan kepada pencapaian tujuan tertentu, apakah berkaitan dengan penguasaaan pengetahuan,

(24)

pengembangan pribadi, kemampuaan sosial, ataupun kemampuan bekerja. Fatuhrohman (2011: 15).

6. Pokok bahasan pada materi sistem pemerintahan pusat

Indonesia diproklamasikan 17 agustus 1945, kemudian tanggal 18 agusutus UUD 1945 disyahkan. Pada tanggal 2 september 1945 dibentuk kabinet yag pertama yang dikenal dengna nama kebinet bucho. Kabinet ini bekerja sama dengan organisasi masa bentukan jepang. Namun karena belanda ikut campur tangan dalam pembentukan kabinet dan akhirnya pemerintahan di indonesia berubah menjadi parlementer. Kabinet presidentil diberlakukan kembali setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959. Jadi Negara Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial. Chamim (2002: 125)

Sistem ini menekankan pentingnya pemilihan presiden secara langsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat langsung dari rakyat. Dalam presdiensial kekuasaan eksekutif sepenuhnya berada di tangan presiden. Oleh karena itu presiden adalah kepala eksekutif (head of goverment) sekaligus menjadi kepala negara (head of state). Presiden adalah penguasa seklaigus simbol kepemimpinan negara.

Prinsip pokok lain dalam sisitem presidensial adalah adanya pemisahan kekuasaan (the separation of power) antara eksekutif dan legislatif. Pemisahan ini, selain dinyatakan secara eksplisit didalam konstitusi, juga diperkuat dengna sistem pemilihan yang berbeda antara

(25)

Dalam sistem presidensial, seorang presiden dapat menjalankan kekuasaan hingga masa jabatannya berakhir tanpa khawatir akan ada gangguan oleh kongres. Selama kebijakan tidak melanggar konstitusi, ia kan bertahna hingga akhir masa jabatannya, walaupun ia gagal dalam berbagai sektor kegiatan pemerintahan. Penilaian serang presiden gagal atau sukses dilakukan secara kolektif melalui pemilihan umum. Dengan kata lain eksekutif bertanggung jawab langsung kepada para pemilih.

Menurut UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 hasil amandemen, lembaga-lembaga negara dan pemerintahan yang ada di pusat, yaitu bidang legislatif MPR yag anggotanya terdiri dari anggota DPR dan DPD. Bidang eksekutif yaitu presiden dibantu menteri-menteri negara: bidang yudikatif (kekuasaan kehakiman) yaitu mahkamah agung, mahkamah konstitusi dan komisi yudisial. Diluar ketiga kekuasaan ini masih ada lembaga tinggi negara yang bersifat merdeka, yaitu badan pemeriksa keuangan. Chamim (2002: 126).

Pada mata pelajaran PKn menggunakan SK dan KD. Standar Kompetensi: 3. Mengenal pemerintahan pusat dan Kompetensi Dasar: 3.1 Mengenal lembaga-lembaga Negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK dan BPK.

B. Hasil Penelitian Yang Relvan

Sesuai dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa model pembelajaran Kooperatife tipe NHT dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa di sekolah dasar. hasil

(26)

penelitian tersebut jelas diuraikan oleh Tri Sumarsih (2011) yang berjudul penelitian “Peningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar PKn dengan Metode Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) Kompetensi dasar menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia peserta didik kelas IV SD Sidareja 03” Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiah Purwokerto.

Dari hasil evaluasi yang diberikan kepada siswa penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan menggunakan metode Kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) hal itu terbukti dengan perolehan nilai pada siklus I adalah 51% siswa yang tuntas dan 49 % siswa yang belum tuntas. Nilai tertinggi sebesar 100 dan nilai terendah sebesar 20, serta nilai rata-rata nilai evaluasi kelas sebesar 64,44 sedangkan pada siklus II dari 28 siswa didapatkan 97% siswa yang tuntas dan 5% siswa yang tidak tuntas. Nialai tertinngi 100 dan nilai terendah 60, serta rata-rata nilai evaluasi kelas adalah 84,44.

Dari hasil uraian di atas terbukti bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di Sekolah Dasar. Dimana hasil belajar tersebut mencakup di dalamnya prestasi belajar.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil observasi terhadap guru dan siswa kelas IV SD Negeri 1 Bojongsari, maka diperoleh suatu permasalahan dalam PKn yaitu

(27)

yang merupakan kondisi awal kelas. Menurut ibu Suswati selaku guru kelas IV. Bahwa anak didiknya masih sulit menelaah tentang materi pengertian pemerintah dan komponen pemerintahan di Indonesia dikarenakan motivasi belajar siswa yang sangat rendah. Hal ini mengakibatkan siswa malas bertanya menyangkut materi yang diajarkan padahal tidak sedikit dari mereka belum menguasai tentang materi yang diajarkan gurunya. Dari beberapa hal tersebut dapat mempengaruhi prestasi belajar yang ditorehkan oleh siswa di dalam kelas. Selain beberapa hal diatas metode pembelajaran yang digunakan guru juga masih menggunakan metode ceramah dan tugas. Menurut ibu Suswati juga jarang menggunakan alat peraga, sehingga siswa cepat merasa bosan dan akan mengurangi motivasi siswa tersebut.

Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan oleh peneliti dalam sekurang-kurangnya dua buah siklus yaitu Siklus I dan Siklus II tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, kemudian apabila Siklus II belum membuahkan hasil, maka akan dilanjutkan ke Siklus III. Peneliti sebelumnya harus mengetahui kondisi awal siswa sebelum diterapkan pendekatan Kooperatif tipe NHT pada siklus tersebut

Untuk mendapatkan hasil memuaskan, guru dituntut menyajikan materi dan mengelola siswa dalam KBM senantiasa menyenangkan dan tidak membosankan dengan model pembelajran yang variatif. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT akan menjadi solusi terbaik bagi guru agar tercipta KBM yang diinginkan. Secara skematis, kerangka berfikir dapat ditunjukkan dibawah ini

(28)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir

Dari skema kerangka berfikir di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut: Pada kondisi awal peneliti belum menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT dan prestasi belajar PKn rendah. Pada siklus I dan siklus II peneliti melakukan tindakan dengan menggunakan medel pembelajaran Kooperatif tipe NHT maka motivasi dan prestasi belajar PKn kelas IV menjadi meningkat.

D. Hipotesis penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan untuk penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran PKn pada materi pengertian pemerintah dan komponen pemerintahan di Indonesia melalui pembelajaran Kooperatif tipe NHT di Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Rendahnya Motivasi dan Prestasi belajar

Menggunakan Pembelajaran NHT

Melalui Pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar PKn bagi kls IV

Siklus I

(29)

2. Pembelajaran PKn pada materi pengertian pemerintah dan komponen pemerintahan di Indonesia melalui pembelajaran Kooperatif tipe NHT di SD Negeri 1 Bojongsari dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan
Gambar 2.1  Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penciptaan karya batik ini, dengan judul “Pabrik Gula Gondang Winangoen Sebagai Ide Dasar Dalam Pembuatan Motif Batik pada Bahan Sandang wanita Dewasa

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal

Penyesuaian bentuk sel darah merah terhadap proses fisiologis tubuh unggas antara lain dengan tingkat fleksibilitas sel darah untuk mampu bergerak bebas dengan

Bertolak dari konsep inilah dapat dipahami jika penduduk Sangiran pada masa lalu memiliki kepercayaan kuat bahwa tulang raksasa, yang tidak lain adalah fosil hewan atau manusia

Sedangkan pada interaksi perlakuan dua varietas bawang merah dan dosis pupuk kompos guano (M x G) berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 40 hst dan 50

Memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban, masuk akalnya jawaban, dan apakah memberikan pemecahan kepada masalah semula. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan

Hijab ini hanya berlaku pada isteri-isteri Nabi ketika mereka berbicara dengan laki- laki yang bukan muhrimnya dan ketika keluar rumah untuk suatu keperluan maka harus menutup seluruh

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola pewarisan karakter kualitatif yang berhubungan dengan pemendekan ruas, perilaku buah, dan antosianin pada warna bunga sebagai