• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KELAS 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KELAS 5"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KELAS 5 Oleh

Muhammad Nur Islam [email protected]

Krisma Widi Wardani [email protected] Program Studi PGSD - FKIP Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kesenjangan kondisi hasil belajar siswa SD Negeri Tukang yang belum optimal dan belum memenuhi batas ketuntasan minimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengupayakan peningkatan hasil belajar metematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas 5 SD Negeri Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017. Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari 2 kali.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri Tukang. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah TSTS sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar Matematika. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan teknik non tes. Indikator kinerja untuk mengukur keberhasilan penelitian ini adalah 80% dari jumlah siswa. Mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 70 pada mata pelajaran Matematika materi Bangun Datar dan Bangun Ruang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebelum dikenakan tindakan, siswa yang tuntas sebesar 37,93%, pada siklus 1 menjadi 17 siswa yang tuntas 58,38% serta pada siklus 2 menjadi 26 siswa yang tuntasdengan persentase 89,66%. Hail ini menunjukkan bahwa peningkatan di siklus 2 sudah mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu 80%. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan hasil belajar matematika dapat diupayakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas 5 SD Negeri Tukang.

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan penelitian didalam dunia pendidikan khususnya matematika dan untuk memberikan gambaran tentang model-model pembelajaran khususnya model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dalam meningkatan hasil belajar siswa. Kata kunci : Hasil Belajar Matematika, Pembelajaran Kooperatif, Two Stay Two

(2)

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, solusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian matematika merupakan ilmu yang dapat didefinisikan dengan cara merumuskan unsur-unsur yang tidak terdefinisikan kedalam unsur yang dapat didefinisikan. Dalam hal ini matematika menggunakan cara-cara yang logis sehingga dapat didefinisikan dan dibuktikan kebenarannya. Sehingga matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berfikir logis, kritis, dan kreatif (Ahmad Susanto ,2012: 158).

Mengingat manfaat dan peranan matematika yang sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Pembelajaran yang dilakukan di kelas harus menggunakan model pembelajaran yang tepat agar pembelajaran dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Model pembelajaran konvensional yang masih dijumpai saat ini kurang tepat lagi bila digunakan sepenuhnya dalam proses pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan model pembelajaran konvensional cenderung menggunakan model klasikal dan menggunakan metode ceramah. Maka perlu adanya perubahan atau mengkolaborasi model terebut dengan model lain. Namun untuk mengubah model pembelajaran ini bukanlah perkara yang mudah bagi guru, karena guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan menggunakan model pembelajaran lainnya.

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan Model pembelajaran kooperatifdikembangkan oleh Spancer Kagan (1992). menurut Anita Lie (2010: 61) tipe ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat usia anak didik. Isjoni (2010: 113) sependapat dengan pendapat Anita Lie yang mana juga tipe ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain. Selain itu menurut Ma‟rif (2012) TSTS adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. TSTS dilakukan karena banyak kegitan belajar mengajar yang yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Dengan tujuan mengarahkan siswa untuk aktif, baik berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Dari keempat orang ini akan dibagi menjadi 2 yaitu 2 siswa yang bertugas untuk bertamu dan 2 siswa yang akan stay untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru kepada siswa. Dengan demikian siswa diajarkan untuk bekerja sama dalam berbagi informasi kepada teman yang lain untuk menyelesaikan tugas yang mereka peroleh. Dengan demikian akan terbentukrelasi dan interaksi yang baik antar siswa..

Hasil wawancara yang dilakukan telah dilakukan dengan beberapa siswa menyatakan mereka tidak begitu suka dengan pelajaran Matematika karena mereka menganggap pelajaran Matematika sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan. Berdasarkan observasi, peneliti beserta guru pengampu menyadari perlunya melakukan perbaikan proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang di

(3)

harapkan. Menurut Purwanto (2011: 46) hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dengan demikian perlu diadakan penelitian tindakan kelas yang dirasa dapat meningkatkan hasil belajar pada pelajaran Matematika. Model pembelajaran kooperatif menjadi salah satu pilihan yang dinilai tepat karena dengan pembelajaran kooperatif semua siswa terlibat secara langsung dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa. Hal ini diperkuat dengan perolehan data nilai Kelas 5 SD Negeri Tukang, pada mata pelajaran Matematikayang mana belum sesuai harapan yakni rata-rata nilai Ulangan Tengah Semester I siswa kelas 5 SD N Tukang pada mata pelajaran matematika masih di bawah standar kriteria ketuntasan minimal (KKM). Data perolehan nilai terdapat 11 (37,93 %) dari 29 siswa yang dapat mencapai KKM, terdapat 18 (62,07 %) siswa yang masih belum mencapai KKM (70).

Perolehan hasil belajar yang ditemukan menjadikan kekhawatiran tidak hanya bagi siswa namun juga pada guru. Mengingat pentingnya matematika yang mana merupakan salah satu mata pelajaran pokok di semua tingkat pendidikan terutama di ekolah dasar. Belajar Matematika tidak dapat dilakukan hanya dengan menghafal, namun harus mempunyai konsep dasar yang kuat agar proses pembelajaran di jenjang kelas berikutnya menjadi lebih mudah dan tidak meninggalkan kesan buruk terhadap pelajaran matematika. Matematika identik dengan soal penalaran sehingga siswa harus aktif terhadap informasi yang disampaikan guru, banyak berlatih soal, untuk memperkuat pemahaman dan penalaran siswa harus menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Rumusan masalah penelitian ini yaitu sebagai berikut: Apakah peningkatan hasil belajar Matematika dapat diupayakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa Kelas 5 SD Negeri Tukang Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang pada semester II tahun ajaran 2016/2017 ?

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada siswa kelas 5 SD N Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada semester II tahun ajaran 2016/2017.

KAJIAN PUSTAKA

Hakikat Pembelajaran Matematika

Hakikat Pembelajaran Matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika. Pembelajaran matematika juga harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika

Menurut Susilo seperti dikutip oleh Ibrahim dan Suparni (2012: 12) berpendapat bahwa “matematika dipandang sebagai aspek metode, cara penalaran, bahasa dan objek penyeledikannya memiliki kekhasan yang keseluruhnya merupakan

(4)

bagian dari karya manusia yang bersifat universal. Sehingga matematika merupakan salah satu hasil karya manusia berdasarkan pengalaman baik dari aspek metode, cara penalaran, bahasa dan objek peyelidikan yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Ahmad Susanto (2008: 189) berpendapat bahwa “matematika merupakan aktivitas insane (human activities) yang harus dikaitkan dengan realitas”. Sehingga matematika merupakan cara berfikir logis yang yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang tak ada yang tak lepas dengan aktivitas insani tersebut. Maka dari itu, matematika tidak lepas dari kehidupan sehari-hari yang mempunyai kegunaan dalam pemecahan masalah matematika sesehari-hari-sehari-hari.

Dari uraian beberapa pendapat ahli tersebut peneliti menyimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang yang mengkaji berbagai aspek yang mana berupa metode, cara penalaran, bahasa dan pola struktur dan objek peyelidikan berkaitan dengan penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari sehingga mempunyai kegunaan dalam pengembangan pengetahuan dan teknologi.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992). menurut Anita Lie (2010: 61) tipe ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat usia anak didik. Isjoni (2010: 113) sependapat dengan pendapat Anita Lie bahwa tipe ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain.

Sejalan dengan itu, Huda (2011: 120) berpendapat sama yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan umur, serta memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bertamu antar kelompok untuk membagi informasi. TSTS dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Selain itu TSTS bisa juga digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Menurut Agus Suprijono (2010: 93) pelaksanaan tipe ini diawali dengan pembagian kelompok, setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi antar kelompok usai, dua orang dari masing masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu dengan kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai tamu mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu yang datang. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada kelompok lain. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompok masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang mereka tunaikan.

Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2009: 20) adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Menurut Ibrahim (Falafalah,2010) model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran diantaranya:

(5)

a) Hasil belajar akademik

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Selain itu, memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai perbedaan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidak mampuan, latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugastugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c) Pengembangan keterampilan sosial

Mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial ini penting dimiliki untuk bekal ketika berinteraksi dengan lingkungan.

Hasil Belajar

Keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran dapat dilihat melalui hasil belajar. Menurut Purwanto (2011: 46) hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Hamalik (2003: 155) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.

Melihat pendapat-pendapat yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku pada diri seseorang akibat belajar yang mencakup aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Penelitian ini hanya mengukur hasil belajar pada aspek kognitif.

Kerangka Berfikir

Pada kenyataannya Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk dipelajari. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Pembelajaran yang biasa diterapkan selama ini menggunakan model pembelajaran klasikal dengan menggunakan metode ceramah. Sudah dapat dijawab pasti nantinya siswa akan bosan, karena siswa cenderung pasif, komunikasi hanya satu arah, dan akan berdampak pada prestasi belajar siswa yang terbukti bahwa rata-rata UTS siswa kelas 5 SD Negeri Tukang pada mata pelajaran Matematika belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan, oleh karena itulah perlu adanya suatu upaya dari guru untuk melakukakan pembenahan dalam pelakasanaan kegiatan belajar mengajar. Salah satunya penggunaan variasi dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

(6)

Model pembelajaran kooperatif sebagai pilihan yang dirasa tepat karena mempuyai kelebihan, diantaranya dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi akademiknya, meningkatkan daya ingatan siswa, meningkatkan kepuasan siswa dengan pengalaman belajar, membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikas secara lisan, mengembangkan keterampilan sosial siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa dan membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa.

Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan salah satu contoh dari model pembelajaran kooperatif. Tipe ini mempunyai tahapan pelaksanaan yang runtut mulai dari persiapan, presentasi guru mengenai pelajaran, kegiatan kelompok, formalisasi, evaluasi dan penghargaan.

Kelas dibuat kelompok-kelompok belajar yang mana setiap kelompok terdiri dari 4 siswa yang diminta untuk mengerjakan LKS. Dengan adanya pembagian kerja sebagai tamu dan tuan rumah, maka akan membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan, meningkatkan daya ingatan siswa, pemahaman materi yang lebih mendalam, serta meningkatkan aktivitas belajar siswa dan titik akhir pencapaian dari proses belajar ini adalah meningkatnya prestasi akademik siswa. Sehingga dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) hasil belajar siswa akan meningkat.

Berdasarkan kajian teori serta kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Diduga peningkatan hasil belajar matematika dapat diupayakan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) di kelas 5 SD Negeri Tukang Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II, untuk setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subyek dalam penelitian adalah siswa kelas 5 SD Negeri Tukang yang berjumlah 29 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas. variabel terikat penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Tukang sedangkan variabel bebas penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS).

Teknik pengumpulan data model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) menggunakan teknik tes dan non tes. Instrumen pengumpulan data hasil belajar adalah lembar observasi, dan instrumen pengumpulan data hasil belajar berupa tes dalam bentuk pilihan ganda dengan jumlah soal 20 butir. Penelitian ini dikatakan berhasil jika 80% siswa mencapai KKM. Teknik analisis data menggunakan analisis ketuntasan dengan membandingkan nilai pra siklus, siklus I dan siklus II. Analisis uji ketuntasan dengan membandingkan skor yang diperoleh siswa dengan KKM. Setelah dianalisis kemudian dibuat kesimpulan berdasarkan data yang sudah diperoleh.

(7)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Deskripsi Proses Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) Siklus I

Hasil belajar setelah pelaksanaan tindakan siklus I menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan selama 4 x 35 menit. Pertemuan pertama diawali dari tahap perenanana yang mana peneliti melaksanakan penyusunsn persngkt pembelajaran seperti menayiapkan RPP, media pembelajaran, lembar kerja siswa (LKS) dan lembar obsevasi. Dalam kegiatan pelaksanaan diawali dengan pendahuluan berupa salam. Penyampaian apresepsi dan tujuan pembelajaran. Kemudian dalam kegiatan inti guru membagi siswa secara berkelompok secara heterogen dimana setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Setelah mebagi siswa kedalam kelompok guru juga menyampaikan kepada setiap kelompok untuk menentukan 2 siswa yang hendak bertamu dan 2 siswa yang akan stay. Kemudian guru memberikan tugas untuk dikerjakan secara berkelompok. Setelah diberiwaktu beberapa saat, siswa yang bertugas bertamu akan berkunjung ke kelompok lain untuk mencari informasi. Sedangkan siswa yang bertugas sebagai tim stay bertugas menyambut sekaligus menyampaikan apa yang kelompok mereka kerjakan. Kunjungan ini dilakukan tidak hanya pada satu kelompok namun bisa lebih. Setelah itu setiap kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing dan menyampaikan apa yang mereka peroleh. Kemudian mempresentasikan apa yang mereka kerjakan. Pada pertemuan pertama ini,pembelajaran masih kacau. Hal ini terlihat ketika diawal pembelajaran siswa masih nampak malu-malu dan cenderung memilih untuk diam kemudian ketika di kegiatan inti ada beberapa siswa yang bingung dengan proses pembelajaran akibat tidak mendengarkan guru maupun asyik dengan kegiatannya sendiri.

Pada pertemuan kedua siklus pertama ini langkah yang dilkukan sama dengan pertemuan pertama. Hanya saja dalam perencanaan peneliti tidak hanya menyiapkan RPP, media pembelajaran, LKS, dan lembar observasi. Peneliti juga menyiapkan oal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Kemudian dalam kegitan pembelajaran, sebelum memulai pelajaran guru memotifasi siswa agar tetap semangat belajar untuk mencapai cita-cita yang mereka inginkan. Hal ini disambut baik oleh siswa. Mereka sudah tak nampak malu-malu lagi. Akhirnya guru melanjutkan pembelajaran seperti pertemuan yang pertama. Di pertemuan kedua ini sudah lebih baik dibandingkan dengan pertemuan pertama hanya masih terkendala saat perpindahan ketika berkunjung yang mana masih membuat suasana kelas menjadi gaduh dan masih kebingungan ketika membagi siswa yang bertugas berkunjung dan tetap stay. Pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa siswa yang tuntas atau telah menapai KKM yang ditentukan yaitu 70 hanya 17 siswa dengan persentase 58,38% yang mana persentase hasil ini belum mencapai pada indikator keberhasilan yang ditetapkan yakni 80%. Oleh karena itu penelitian ini akan dilanjutkan dengan siklus selanjutnya yaitu siklus II.

(8)

Siklus II

Setelah melakukan analisis, evaluasi dan refleksi akan diperoleh data dari siklus I mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) didapatkan juga data hasil belajar siswa maka dilanjutkan dengan melakukan perencanaan penelitian pada siklus II. Pada siklus dua ini juga terdiri dari 2 pertemuandengan alokasi waktu 6x35 menit. Pada pertemuan pertama dalam perencanaan guru menyediakan persiapan seperti menyediakan RPP, Lembar Observasi, media pembelajaran dan LKS. Kemudian guru juga menyediakan topi kunjung yang akan dipakai oleh siswa yang bertugas untuk berkunjung. Kegiatan pembelajaran ridak jauh berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Hanya saja sebelum berkelompok pada kegiatan inti guru meminta setiap kelompok menentukan ketua kelompok. Setelah itu ketua kelompok diminta maju kedepan, kemudian guru menyerahkan LKS yang akan dikerjakan dan topi kunjung yang akan dipakai saat siswa berkunjung ke kelompok lain. Hal ini ternyata sangat membantu. Selain mudah membedakan antara siswa yang kunjung dan siswa yang stay siswa nampak bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. Setelah siswa kembali ke kelompok masing-masing dan menyampaikan apa yang mereka dapat kemudian perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas dan diakhiri dengan doa.

Pelaksanaan pada pertemuan kedua siklus II masih sama seperti pertemuan sebelumnya. Namun pada pertemuan ini siswa lebih antusias dan lebih bersemangat dengan pembelajaran. Setip langkah-langkah pembelajaran berjalan dengan baik. Kebingungan dan kegaduhan kelas saat berkelompok maupun ketika kegiatan berkunjung sudah terminimalisir. Hingga pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi ini terdapat peningkatan yang cukup baik. Siswa yang tuntas mencapai 26 orang dengan persentase 89,66%. Hal ini membukikan bahwa hasil belajar pada siklus kedua telah mampu melebihi indikator yang diharapkan yaitu 80%. Maka siklus II ini dikatakan berhasil dan tidak akan lanjut untuk siklus berikutnya. Hanya saja masih terdapat 3 siswa atau 10,34% siswa yang belum mencapai ketuntasan. Siswa yang belum mencapai ketuntasan akan diberikan remidiasi dan pengulangan.

Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Sikuls I dan Siklus II

Kenaikan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang dari kegiatan pra siklus, siklus I, dan siklus II. Perolehan nilai rata-rata antara pra siklus, siklus I, dan siklus II mengalmi peningkatan. Pada kegiatan pra siklus jumlah rata-rata klasikal sebesar 64,2. Pada siklus I meningkat menjadi 70 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 76,55. Kemudian persentase ketuntasan juga meningkat dimulai dari pra siklus persentase yang didapat hanya 37,93% pada siklus satu menjadi 58,38% dan berakhir pada harapan yang baik yaitu 89,66% yang mana hasil ini telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan yakni 80%. Nilai tertinggi juga mengalami peningkatan mulai dari pra siklus yaitu 85 kemudian pada siklus 1 meningkat menjadi 90 dan siklus 2 menjadi 95 perolehan skor yang hamir mencapai sempurna. Nilai terendah juga mengalami peningkatan. Pada siklus 1 adalah 46 meningkat menjadi 50 pada siklus 1 dan meningkat menjadi 60 pada siklus 2. Peningkatan yang baik walaupun belum menapai KKM yang ditentukan yakni 70.

(9)

Berikut ini terdapat tabel hasil belajar siswa sebelum diberikan tindakan pra siklus, siklus I dan siklus II serta hasil rekapitulasi perbandingan hasil belajar dalam tabel 3 di bawah ini.

Tabel 1 : Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

No Ketuntasan Hasil Belajar

Pra Siklus Siklus I Siklus II (f) (%) (f) (%) (f) (%) 1 Tuntas 11 37,93% 17 58,38% 26 89,66% 2 Tidak Tuntas 18 62,07% 12 41,38% 3 10,34% Jumlah 29 100% 29 100% 29 100% Nilai Rata-rata 64,2 70 76,55 Nilai Tertinggi 85 90 95 Nilai Terendah 46 50 60

Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017

Pembahasan

Penerapan model pembelajaran kooperaif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dilaksanakan dengan langkah-langkah menurut Anita Lie (2010: 62) sebagai berikut: (1) Siswa bekerjasama dalam kelompok berempat yang telah dibagi seara heterogen. Dimana dalam tahap ini siswa akan diminta untuk mengerjakan Lembar kerja siswa (LKS) secara berkelompok. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal-hal yang penting menggunakan media konkret bangun datar dan bangun ruang. Pelaksanaan tersebut mendorong peserta didik tertantang, senang terhadap proses pembelajaran, dan dapat memenuhi rasa keingin tahuan. Adapun kompetensi yang tercapai adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi dalam proses pembelajaran. (2) Setelah selesai, kelompok akan dibagi menjadi dua tim yaitu dua orang menjadi tim kunjung dan dua orang menjadi tim stay. Tim kunjung bertugas untuk mengunjungi kelompok lain guna mencari informasi berkaitan dengan tugas yang diberikan oleh guru kemudian tim stay bertugas menyambut tamu dari kelompok lain yang hendak berkunjung ke kelompok mereka. Dalam hal ini kompetensi yang diharapkan adalah sikap jujur, teliti, toleransi, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar (3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ketamu mereka. (4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelomopok lain. (5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka sebelum disampaikan didepan kelas. Diharapkan dalam kegiatan ini siswa dapat mengembangkan sikap peraya diri, toleransi menerima tanggapan kelompok lain dan kemampuan berbahasa yang baik dalam menyampaikan hasil pekejaannya didepan kelas. meningkatkan hasil belajar

(10)

siswa kelas 3 SD Negeri Sidorejo Lor 01. Penerapan model pembelajaran kooperaif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) peningkatan ketuntasan hasil belajar pada pra siklus sebesar 37,93%, siklus I sebesar 58,38%, pada siklus II meningkat menjadi 89,66%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukanpenelitian Zenny Ekarini. Robi Islam, Ranty Kumalasari yang melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) telah membuktikan bahwa dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi bangun datar, bangun ruang dan menunjukkan bahwa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatkan hasil belajar matematiksa siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dibahas pada bab IV dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017.

Saran

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat menjadi salah satu pilihan model pembelajaran guna membantu menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta mutu pembelajaran di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Suprijono. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ahmad, Susanto. 2012. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group

Anita Lie. 2010. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT. Grasindo

Aris, Shoimin. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2013, tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional

Hamalik Oemar. 2003. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung: Remaja Karya.

Ibrahim dan Suparni. 2012. Pembelajaran Matematika Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga

Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

(11)

Ranty Kumalasari. 2011. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri Klegen dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Robi Muslim. 2012. Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Metode Two Stay Two Stray (TSTS) pada Siswa Kelas IV SDN 02 Jatiharjo Kecamatan Jatipuro Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Zenny Ekarini. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Kaloran Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP-UKSW

Robi Muslim. 2012. Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Metode Two Stay Two Stray (TSTS) pada Siswa Kelas IV SDN 02 Jatiharjo Kecamatan Jatipuro Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gambar

Tabel  1  :  Perbandingan  Persentase  Ketuntasan  Hasil  Belajar  Matematika  Pra  Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk rumah tangga yang rawan pangan adalah rumah tangga dengan konsumsi kalori kurang dari atau sama dengan 80 persen dan pangsa pengeluaran untuk

Penelitian ini fokus pada pemodelan PDRB dengan pendekatan ekonometrika panel spasial sehingga diharapkan dapat menjelaskan efek spasial dan efek periode waktu terhadap nilai

Menentukan percepatan waktu penyelesaian dan crash cost (biaya akibat percepatan) dari masing- masing kegiatan. Memilih kegiatan kritis dengan slope terkecil dan melakukan

Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.. Buku Ajar Dasar Teknologi Hasil

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “ Apakah ada pengaruh perhatian

The objective of this research is to find out if there is any significant difference of English speaking ability between boarding and non-boarding school of the

To obtain topographic and bathymetric data three instruments were used, including Geodetic Station, Total Station and Unmanned Aerial Vehicles (UAV)/Drone.. To

Faktor penentu keberhasilan usaha jajanan asing kaki lima di Kota Serang adalah harga ≤ Rp20,000, nama usaha dalam bahasa asing dan modal ≤ Rp50,000,000,