BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan yang merupakan hasil penyesuaian antara perencanaan dan penganggaran Tahun 2013 dengan pelaksanaan APBD tahun berjalan selama beberapa bulan, yang diharapkan dapat menghasilkan program yang efektif dan efisien guna mencapai prioritas dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan.
Penyelenggaraan Rencana Kerja Pemerintah Daerah tahun 2014 merupakan tahun pertama pelaksanaan kebijakan RPJMD tahun 2013-2018. Perubahan RKPD tahun 2014 memuat perkembangan dan proyeksi kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta perkiraan pagu dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif untuk dijadikan acuan bagi SKPD dalam penyempurnaan Renja SKPD untuk tahun 2014.
Kebijakan Pembangunan Bandung Barat pada tahun 2014 akan lebih menekankan pada pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi kerakyatan, pengentasan kemiskinan, penanganan bencana dan pengendalian lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat desa, peningkatan penyelenggaraan tatakelola pemerintahan yang meliputi serta peningkatan ketertiban dan ketentraman masyarakat.
Upaya untuk pencapaian target-target pembangunan pada tahun 2014 melalui evaluasi tahun sebelumnya serta penetapan anggaran untuk mencapai target pembangunan yang ditetapkan. Penetapan plafon anggaran perubahan dan bagaimana mendorong konsistensi pagu dari awal sampai akhir, pelaksanaan pembangunan pada APBD Murni, penyesuaian indikator pembangunan, serta penyesuaian kerangka pendanaan.
Dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah tersebut, terdapat kondisi yang menuntut perlunya dilakukan perubahan anggaran, baik yang disebabkan oleh peninjauan atas asumsi Kebijakan Umum
APBD, keperluan untuk melakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar program, antar kegiatan dan jenis belanja, adanya peningkatan pendapatan daerah yaitu peningkatan Pendapatan Pajak Daerah, Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus serta Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah Lainnya yang diterima setelah penetapan Peraturan Daerah (PERDA) APBD Kabupaten Bandung Barat tahun 2014. Kondisi tersebut mendorong perlunya pengajuan Perubahan RKPD Tahun Anggaran 2014.
Perubahan RKPD tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 285 Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah yang intinya dijelaskan bahwa perubahan RKPD dimungkinkan karena adanya perkembangan yang tidak sesuai dengan keadaan dalam tahun berjalan, yang mencakup:
a. Adanya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan belanja daerah yang bersumber dari bantuan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan APBN;
b. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar program, antar kegiatan dan antar jenis belanja; c. Adanya selisih SiLPA yang masuk didalam APBD tahun 2013 dengan
SiLPA pada LPPA tahun 2013;
d. Keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan;
Adanya peningkatan Pendapatan dan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya digunakan antara lain untuk:
1. Tunjangan Profesi Guru Sertifikasi; 2. Tunjangan Profesi Guru Non Sertifikasi;
3. Pembangunan bidang kesehatan, pendidikan, sosial, lingkungan hidup, pertanian, peternakan dan ekonomi;
4. Peningkatan kualitas infrastruktur jalan dan pembangunan Gedung Kantor;
5. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan publik;
6. Mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya ditingkatkan dari yang telah ditetapkan semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang dapat diselesaikan sampai dengan batas akhir tahun anggaran berjalan.
Selanjutnya dalam Perubahan RKPD disajikan secara lengkap mengenai: 1. Program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung dalam perubahan KUA/PPAS dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD tahun berjalan;
2. Capaian target kinerja program dan kegiatan yang dikurangi dalam perubahan RKPD apabila sesuai asumsi tidak tercapai;
3. Capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingkatkan dalam RKPD.
Perubahan RKPD Tahun 2014 akan diuraikan dengan diawali oleh uraian kondisi pada tahun anggaran 2014 sebelum perubahan, uraian permasalahan/hambatan dan tantangan utama yang dihadapi pada tahun 2014 sebelum perubahan dan perkiraan pencapaian setelah perubahan sampai akhir tahun 2013.
Selanjutnya mengenai pelaksanaan Kebijakan Pembangunan pada kurun waktu RPJMD 2008-2013 dapat ditunjukkan dengan pencapaian indikator makro pembangunan sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dan proyeksi capaian tahun 2014. Perkembangan indikator makro pembangunan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1
Capaian Indikator Makro 2011 s.d 2013 dan Proyeksi 2014
NO INDIKATOR Capaian 2011 Capaian 2012 Capaian 2013 Proyeksi 2014 Satuan
1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) : 73,93 74,28 74,63 75,09 Poin
a. Indeks Kesehatan (IK) 73,55 73,73 73,84 74,15 %
- Angka Harapan Hidup (AHH) 69,13 69,24 69,30 69,49 Tahun
b. Indeks Pendidikan (IP) 85,06 85,52 85,71 86,45 %
- Angka Melek Huruf (AMH) 98,35 98,41 98,48 98,55 %
- Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 8,77 8,96 9,02 9,33 Tahun
c. Indeks Daya Beli (IDB) 63,18 63,57 64,35 64,66 %
2 Purchasing Power Parity (PPP) 633,39 635,10 638,46 646,48 Ribu
NO INDIKATOR Capaian 2011 Capaian 2012 Capaian 2013 Proyeksi 2014 Satuan 4 a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB):
- Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) 19.186.412,6 21.721.238,05 24.777,440 Juta
- Atas Dasar Harga Konstan (adhk) 8.329.988,46 9.016.250,41 9.551,370 Juta
b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita :
- Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) 12.547.926,50 13.810.500,50 13.810.500,- Rp. - Atas Dasar Harga Konstan (adhk) 5.512.253,19 5.732.589,03 6.013.777,- 6.279.801 Rp.
5 Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB 5.75 6.04 5,93 6,07 %
6 Inflasi PDRB 4,33 5,83 6,2 4,43 %
Memperhatikan pencapaian indikator makro pada tabel tersebut, secara umum indikator makro pembangunan Kabupaten Bandung Barat menunjukkan kenaikan. Sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, Indikator IPM mengalami kenaikan rata-rata 0,35 poin per tahunnya, hal ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor pencapaian target indikator komponen IPM, yaitu indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks daya beli.
Indeks Pendidikan merupakan indeks yang cukup berpengaruh terhadap lambatnya kenaikan IPM di Kabupaten Bandung Barat, karena kenaikan indeks pendidikan selama tahun 2011-2013 hanya sebesar 0,66 poin per tahunnya. Indeks Pendidikan merupakan komponen yang dipengaruhi oleh indikator Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH) yang keduanya mengalami kenaikan sangat lambat. Peningkatan Indeks Pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai upaya yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan Angka Partisipasi Sekolah (APS), juga dengan adanya kebijakan anggaran pendidikan pemerintah yang berorientasi pada UUD 1945, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan yang mengamanatkan bahwa anggaran pendidikan sebesar minimal 20% dari total Belanja Daerah.
Selanjutnya untuk peningkatan Indeks Kesehatan sangat dipengaruhi oleh meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH), rata-rata Indeks Kesehatan meningkat sebesar 0,15 poin per tahunnya. Peningkatan capaian indeks kesehatan tidak terlepas dari cukup efektifnya berbagai upaya pemerintah
daerah bersama stakeholder di masyarakat dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Selain itu pula telah dilakukan beberapa upaya peningkatan kualitas sumberdaya kesehatan baik sumber daya manusia maupun sarana prasarana kesehatan.
Sedangkan untuk Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2011 mencapai angka 5,75%, pada tahun 2012 mencapai 6,04% dan tahun 2013 mencapai 6,2%. Pertumbuhan perekonomian di setiap kecamatan mempunyai besaran dengan kisaran 5,05% sampai 6,71%.
Selanjutnya pada Implementasi program/kegiatan, sesuai dengan dokumen rencana kebijakan pembangunan Kabupaten Bandung Barat Tahun Anggaran 2014 yang tersebar pada 43 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yang telah diimplementasikan sejak awal tahun anggaran 2014. Untuk melihat efektivitas dalam penyelenggaraan program dan kegiatan tersebut, dapat ditinjau dari kaidah-kaidah perencanaan maupun aspek-aspek konkrit yang timbul selama penyelenggaraan program dan kegiatan.
Dari hasil evaluasi atas kaidah-kaidah perencanaan dan aspek-aspek yang terjadi dalam proses pelaksanaan program dan kegiatan, implementasi program/kegiatan Belanja Langsung sampai dengan Semester I tahun anggaran 2014, menunjukan penyerapan keuangan masih di bawah target yang ditentukan. Untuk penyerapan keuangan pada Semester I baru mencapai 13,90%, masih kecilnya realisasi keuangan sebagian besar disebabkan banyaknya kegiatan skala besar dilaksanakan pada triwulan III dan triwulan IV, hal ini disebabkan pada semester I baru dilaksanakan proses administrasi kegiatan.
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
Peraturan perundang-undangan yang melatarbelakangi penyusunan perubahan RKPD Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014 adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
6. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
7. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
8. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4688);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran kementerian Negara/Lembaga;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4575);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4577);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan PP Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah; 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
24. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 72 Tahun 2005 tentang Tata Cara Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah (Berita Daerah Provinsi Jabar Tahun 2005 Nomor 31 Seri E);
25. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis daerah (Lembaran daerah No 10 Tahun 2008);
26. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Kecamatan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (Lembaran Daerah Nomor 13 Tahun 2008);
27. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Nomor 1 Tahun 2009);
28. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 3 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2007-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Nomor 3 Tahun 2009);
29. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009-2029.
30. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 11 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013-2018.
31. Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 15 Tahun 2013 tentang RKPD Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014.
1.3 Hubungan Antar Dokumen
Perubahan RKPD Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014 merupakan dokumen perencanaan teknis operasional, yang disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan PP Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah.
RKPD 2014 merupakan penjabaran RPJMD Kabupaten Bandung Barat tahun 2008-2013 dengan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 dan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013 serta berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 3 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2007-2025, Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2008-2013 dan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009-2029.
Penyusunan Perubahan RKPD ditujukan sebagai upaya untuk mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis antara perencanaan pembangunan nasional, provinsi dan kabupaten/kota serta
dengan kabupaten/kota yang berbatasan. Oleh karenanya, substansi Perubahan RKPD Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014 harus selaras dengan dokumen perencanaan tingkat pusat dan dokumen perencanaan tingkat provinsi, dan dokumen perencanaan tingkat kabupaten/kota yang berbatasan sehingga terjadi sinergitas perencanaan pembangunan nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
1.4 Sistematika
Sistematika Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014, sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Memuat tentang latar belakang penyusunan perubahan RKPD tahun 2014.
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
Menjelaskan dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan perubahan RKPD tahun 2014;
1.3 Hubungan Antar Dokumen.
Menjelaskan tentang hubungan RKPD tahun 2014 dengan dokumen-dokumen perencanaan baik tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten.
1.4 Sistematika Dokumen Perubahan RKPD
Menjelaskan kerangka pemikiran tentang subtansi Perubahan RKPD yang ingin dituju berdasarkan tema perencanaan tahunan yang dicanangkan.
1.5 Maksud dan Tujuan
Memuat tentang maksud dan tujuan penyusunan Perubahan RKPD tahun 2014.
BAB II. EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CARA PENCAPAIAN KINERJA
PENYELENGARAAN PEMERINTAHAN 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah
Menjelaskan tentang kondisi terkini berdasarkan target pembangunan tahun 2014
2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun 2014 sampai dengan Triwulan II
Menjelaskan realisasi, hasil capaian program dan Kegiatan yang direncanakan dalam RKPD tahun 2014 serta capaian kinerja RPJMD Kabupaten Bandung Barat.
BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Menjelaskan tentang arah kebijakan ekonomi Daearah dalam RKPD Tahun 2014
3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Menjelaskan tentang arah kebijakan keuangan Daerah dalam RKPD Tahun 2014
BAB IV. PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014
4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan
Menjelaskan tentang tujuan dan sasaran pembangunan daerah tahun 2014
4.2 Keterkaitan Isu Strategis RPJMD dan RKPD
Menjelaskan tentang keterkaitan isu strategis RPJMD Tahun 2013-2018 dengan RKPD Tahun 2014.
BAB V.
BAB VI.
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH
Memuat tentang program dan kegiatan prioritas daerah tahun 2014.
PENUTUP
Merupakan kaidah pelaksanaan yang memuat arahan dan penegasan Kepala Daerah dalam penerapan RKPD serta arahan untuk tindak lanjut yang perlu dilaksanakan oleh SKPD dan pelaku pembangunan lainnya.
1.5 Maksud dan Tujuan
Tujuan penyusunan perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupataen Bandung Barat Tahun 2014 adalah :
1. Terwujudnya pencapaian Visi dan Misi Kabupaten Bandung Barat;
2. Terwujudnya integrasi, sinkronisasi dan sinergitas pembangunan baik antar daerah, antar ruang , antar waktu, antar fungsi pemerintahan maupun antar tingkat pemerintahan;
3. Terwujudnya keterkaitan dan konsistensi antar perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan;
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha Tercapainya pemanfaatan sumber daya secara efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan.
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CARA PENCAPAIAN KINERJA
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografis dan Demografi
Geografis
Kabupaten Bandung Barat terletak pada 06º 41’ - 07º 19’ Lintang Selatan dan 107º 22’ - 108º 05’ Bujur Timur. Keseluruhan wilayah Kabupaten Bandung Barat memiliki luas sebesar Luas wilayah 1.305,77 Km2 atau 130.577,40 Ha yang terbagi menjadi 16 wilayah administrasi kecamatan, yaitu Lembang, Parongpong, Cisarua, Cikalongwetan, Cipeundeuy, Ngamprah, Cipatat, Padalarang, Batujajar, Cihampelas, Cililin, Cipongkor, Rongga, Sindangkerta, Gununghalu dan Saguling.
Wilayah Kabupaten Bandung Barat merupakan daerah subur dan indah pemandangannya dengan kondisi geografis yang potensial (berbukit-bukit dengan ketinggian dan kemiringan yang variatif) dengan dataran terendah pada ketinggian 125 m dpl dan dataran tertinggi pada ketinggian 2.150 m dpl. Kawasan perkotaan Bandung Barat berkembang di kawasan tengah atau di kawasan yang relatif datar (di sekitar wilayah Kota Padalarang).
Kabupaten Bandung Barat didominasi oleh kemiringan lereng yang sangat terjal (>40%), di Kecamatan Gununghalu sebagai kecamatan yang mempunyai kemiringan lereng sangat terjal terluas (13.480 Ha). Adapun kemiringan lereng datar (0-8%) merupakan kemiringan lereng dengan luas dominan kedua. Kecamatan Batujajar adalah kecamatan dengan luas lereng datar (0-8%) terluas (4.899 Ha). Kemiringan lereng 8-15% cenderung untuk berada di beberapa kecamatan saja.
Kabupaten Bandung Barat terdiri dari 16 Kecamatan,165 desa dengan batas wilayah administrasi sebagai berikut:
a. Sebelah
Utara : berbatasan dengan Kecamatan Cikalong KulonKabupaten Cianjur; Kecamatan Manis, Kecamatan Darangdan, Kecamatan Bojong dan Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta; Kecamatan Sagalaherang, Kecamatan Jalancagak dan Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang.
b. Sebelah
Timur : berbatasan dengan Kecamatan Cilengkrang,Kecamatan Cimenyan, Kecamatan Margaasih, Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung, Kecamatan Cidadap, Kecamatan Sukasari Kota Bandung, Kecamatan Cimahi Utara, Kecamatan Cimahi Tengah, Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi.
c. Sebelah
Selatan : Berbatasan Kecamatan Ciwidey, KecamatanRancabali Kabupaten Bandung, Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur.
d. Sebelah
Barat : Berbatasan Kecamatan Cibeber, Kecamatan Bojongpicung,dengan Kecamatan Campaka, Kecamatan Ciranjang, Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur.
Kabupaten Bandung Barat memiliki ± 90 sungai, dengan sungai utama adalah Sungai Citarum, Sungai Cimahi, Sungai Cibeureum, Sungai Cikapundung, dan Sungai Cikarial, yang melewati Kecamatan Cipongkor, Kecamatan Cililin, Kecamatan Cihampelas, dan Kecamatan Batujajar. Terdapat 2 Danau/Situ Alam dan 2 Waduk/Danau Buatan. Danau/Situ Alam terdiri dari Situ Lembang dan Situ Ciburuy. Situ-situ ini dimanfaatkan sebagai lokasi tujuan wisata. Waduk Saguling dan Cirata merupakan sumber tenaga listrik (PLTA).
Daerah tanggkapan Air yang menjadi penyedia air tanah maupun air permukaan di Kabupaten Bandung Barat yaitu Sub DAS Cikapundung (Lembang, Cisarua, Parongpong), dan Sub DAS Citarum (Cililin, Ngamprah, Batujajar, Padalarang). Sebaran kawasan rawan bencana longsor secara umum yaitu di bagian utara dan selatan Kabupaten Bandung Barat, yaitu terdapat di Kecamatan Lembang, Parongpong, Cikalongwetan, Cipatat, Batujajar, Cililin, Rongga, Gununghalu. Kawasan bencana letusan gunung berapi terdapat di Kecamatan Lembang, Parongpong, dan Cisarua.
Demografi
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung Barat, jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2013 sebanyak 1.614.495 jiwa dengan komposisi (menurut jenis kelamin) relatif seimbang, yaitujumlah penduduk laki-laki sebanyak 820.305 jiwa (50,81 persen) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 794.190 jiwa (49,19 persen). Dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2012) yaitu 1.582.326 jiwa, maka pada tahun 2013 terjadi penambahan jumlah penduduk sebesar 32.169 jiwa atau mengalami laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 2,03 persen atau mengalami percepatan dari tahun 2011 yang LPP nya hanya 1,95 persen.
.
2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat dan Pemerataan Ekonomi
Kinerja perekonomian Kabupaten Bandung Barat tahun 2013 secara riil ditunjukkan oleh laju pertumbuhan ekonomi (LPE) atas dasar harga konstan tahun 2000, yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,93 persen. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka terjadi perlambatan sebesar 0,11 poin dimana tahun 2012 mencapai 6,04 persen.
Kesejahteraan Sosial
Pembangunan manusia menjadi salah satu perhatian serius banyak pihak dalam upaya untuk memperluas pilihan-pilihan manusia. Pembangunan manusia juga menjadi indikator keberhasilan suatu wilayah dalam pembangunan meskipun hanya merangkum beberapa indikator pembangunan.
Secara umum capaian pembangunan manusia di Kabupaten Bandung Barat terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hasil penghitungan IPM berdasarkan data hasil Survei IPM Kabupaten Bandung Barat tahun 2013 menunjukkan, bahwa pencapaian IPM Kabupaten Bandung Barat tahun 2013 telah mencapai 74,63 yang terbentuk dari indeks kesehatan sebesar 73,84, indeks pendidikan sebesar 85,71 dan indeks daya beli sebesar 64,35.
Tabel 2.1.
IPM Kabupaten Bandung Barat dan Komponennya Tahun 2010-2013
KOMPONEN 2010 2011 2012 2013
(1) (3) (4) (5) (5)
NILAI
1. Angka Harapan Hidup (Tahun) 68,85 69,13 69,24 69,30 2. Angka Melek Huruf (Persen) 98,32 98,35 98,41 98,48 3. Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 8,34 8,77 8,96 9,02 4. Purchasing Power Parity (ribu
Rupiah) 632,53 633,39 635,1 638,48
INDEKS
1. Indeks Kesehatan 73,08 73,55 73,73 73,84
2. Indeks Pendidikan 84,08 85,06 85,52 85,71
3. Indeks Daya Beli 62,98 63,18 63,57 64,35
IPM 73,38 73,93 74,28 74,63
Sumber: BPS, Angka regional, diolah dari hasil Survei IPM Kabupaten Bandung Barat tahun 2013
Tabel 2.1. memperlihatkan perkembangan pencapaian IPM selama tahun 2010-2013. Dalam kurun waktu tersebut, peningkatan juga terjadi pada seluruh komponen IPM setiap tahun. Selama 4 (empat) tahun terakhir nilai IPM Kabupaten Bandung Barat bergerak naik dari 73,38 pada tahun 2010 menjadi 74,63 pada tahun 2013. Pergerakan yang sama juga terjadi pada ketiga indeks IPM dimana indeks kesehatan meningkat dari 73,08 pada tahun 2010 menjadi 73,84 pada tahun 2013, indeks pendidikan meningkat dari 84,08 pada tahun 2010 menjadi 85,71 pada tahun 2013, sedangkan indeks daya beli meningkat dari 62,98 pada tahun 2010 menjadi 64,35 pada tahun 2013.
Bila mengacu pada klasifikasi pembagian status IPM menurut UNDP sebagaimana yang telah diuraikan pada bab 2, maka IPM Kabupaten Bandung Barat selama 4 (empat) tahun terakhir termasuk dalam kategori “tingkat menengah atas”, yakni kelompok daerah dengan nilai IPM berkisar antara 66 hingga 79. Adapun capaian masing-masing komponen IPM cukup bervariasi. Masih dalam periode waktu yang sama, status indeks kesehatan termasuk dalam kategori “tingkat menengah atas” (dengan capaian antara 66-79), status indeks pendidikan sudah masuk dalam kategori “tingkat
atas” dengan capaian di atas 80), sedangkan status indeks daya beli masih tergolong dalam kategori “tingkat menengah bawah” (dengan capaian antara 50-65). Meskipun indeks pendidikan termasuk dalam kategori tingkat tinggi, status indeks rata-rata lama sekolah (RLS) masih tergolong dalam kategori tingkat menengah bawah. Tingginya status indeks pendidikan dikarenakan tingginya indeks melek huruf (AMH) yang juga tergolong dalam kategori tingkat atas.
Ketiga komponen IPM secara simultan meningkatkan pencapaian IPM setiap tahun. Hal ini mengindikasikan terjadinya perbaikan kualitas pembangunan manusia dari sisi kesehatan, pendidikan dan daya beli penduduk beberapa tahun terakhir. Namun hal tersebut belum berarti bahwa kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Bandung Barat sudah cukup menggembirakan.
Adanya campur tangan pemerintah pusat dan provinsi dalam pengambilan kebijakan pembangunan manusia dirasakan masih relatif besar. Pada indeks daya beli misalnya, perencana kebijakan di tingkat pemerintah kabupaten/kota seringkali kesulitan menentukan program intervensi yang mampu mendongkrak kemajuan indeks tersebut secara signifikan. Hal ini lebih disebabkan karena kebijakan pengendalian inflasi harga-harga komoditi masih di bawah kendali pemerintah pusat, seperti kenaikan harga BBM, likuiditas perbankan dan permintaan pasar di luar wilayah, sementara pemerintah kabupaten hanya bisa mengendalikan ketersediaan (supply) komoditas di wilayahnya saja.
Ketenagakerjaan
Tabel dibawah menunjukan kegiatan utama penduduk 10 (sepuluh) tahun keatas seminggu yang lalu. Tabel ini dapat menunjukkan angka pengangguran, namun survei ini tidak dirancang untuk itu, tetapi setidaknya dapat dilihat jumlah penduduk yang bekerja cukup besar.
Tabel 2.2.
Jumlah Penduduk Menurut Kegiatan Utama di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013
Kegiatan Utama
Jumlah
Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja
Bekerja Pekerjaan JumlahMencari Sekolah MengurusRMT Lainnya Jumlah
(3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
592.772 56.259 649.031 243.789 356.360 91.310 691.459 1.340.490
91,33 8,67 100 35,26 51,54 13,21 100 100
Sumber: Bappeda dan BPS Kabupaten Bandung Barat, IPM Tahun 2013
Proporsi penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan/usaha merupakan angka yang menunjukan distribusi/penyebaran penduduk bekerja di setiap lapangan pekerjaan. Klasifikasi baku yang digunakan dalam penggolongan lapangan pekerjaan/lapangan usaha adalah Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Tahun 2009. Sesuai KBLI 2009, lapangan pekerjaan terbagi menjadi sembilan lapangan pekerjaan yaitu Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Industri; Listrik Gas dan Air; Konstruksi; Perdagangan; Transportasi dan Komunikasi; Lembaga Keuangan; dan Jasa. Analisis yang dilakukan hanya akan memuat 5 (lima) lapangan usaha terbesar yaitu; pertanian, industri, perdagangan dan jasa, sementara sisanya akan masuk pada sektor lainnya.
Tabel 2.3.
Persentase Lapangan Pekerjaan
Penduduk Umur 10 Tahun Ke Atas Tahun 2013
Lapangan Pekerjaan 2013 (1) (2) Pertanian 27,80 Industri 17,12 Perdagangan 17,11 Jasa 13,48 Lainnya 24,49
Penduduk Kabupaten Bandung Barat bisa dikatakan masih bercorak pertanian. Hal ini dapat terlihat dari komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan. Menurut data IPM 2013 penduduk Kabupaten Bandung Barat yang bekerja tersebar diberbagai lapangan pekerjaan. Dari 592.772 penduduk yang bekerja dapat dirinci, 27,80% bekerja disektor pertanian, 17,12% bekerja disektor Industri, 17,11% disektor perdagangan, 13,48% disektor jasa dan sisanya tersebar disektor lainnya (Tabel 2.3).
Proporsi ini menunjukan bahwa Kabupaten Bandung Barat masih bercorak pertanian, namun terlihat sektor perdagangan dan industri sudah dapat mulai diperhitungkan, kemungkin hal ini sebagai pertanda bahwa transformasi mata pencaharian akan segera terjadi dari sektor pertanian ke sektor industri. Transformasi mata pancaharian adalah bergeraknya dominasi mata pencaharian dari sektor pertanian ke sektor industi kemudian berlanjut ke sektor perdagangan dan berakhir di sektor jasa.
2.1.3 Aspek Pelayanan Umum Pendidikan
Pada Tahun 2013, persentase penduduk Kabupaten Bandung Barat usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 61,22 persen; tamat SMP sebesar 21,21 persen; tamat SMU/SMK sebesar 15,41 persen; dan sebanyak 3,15 persen yang tamat pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi).
Tabel 2.4.
Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013
No Jenjang Pendidikan
Penduduk 10 Tahun Keatas Laki- laki Perempuan Laki-laki+
Perempuan 1 < SD 13,73 16,64 15,15 2 SD 42,87 46,15 44,48 3 SLTP sederajat 21,71 20,91 21,32 4 SMU sederajat 18,27 13,41 15,89 5 Akademi/PT 3,41 2,89 3,16
Kab. Bandung Barat 100 100 100
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur partisipasi pendidikan diantaranya adalah Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Sekolah (APS). Indikator-indikator tersebut menunjukkan seberapa besar anak usia menurut tingkat pendidikan tertentu berada dalam lingkup pendidikan dan penyerapan dunia pendidikan formal terhadap penduduk usia sekolah. Usia pendidikan yang dimaksud, untuk SD usianya 7-12 tahun, SLTP usia 13-15 tahun, SLTA usia 16-18 dan perguruan tinggi (PT) usia 19-24.
Tabel 2.5.
APK Menurut Jenis Kelamin,dan Jenjang Pendidikan Di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013
No Jenjang Pendidikan 2013
Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4) (5)
1 SD 103,12 99,88 101,61
2 SLTP 95,24 94,10 94,72
3 SLTA 47,91 46,03 47,04
Sumber : Bappeda dan BPS Kabupaten Bandung Barat, IPM Tahun 2013
Angka partisipasi kasar menunjukkan proporsi anak sekolah baik laki-laki maupun perempuan pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka ini memberikan gambaran secara umum mengenai jumlah anak yang menerima pendidikan pada jenjang tertentu, dan biasanya tidak memperhatikan umur siswa. APK suatu jenjang pendidikan bisa mempunyai nilai lebih dari 100 persen. Hal ini disebabkan adanya siswa yang berusia diluar batasan usia sekolah (baik lebih muda ataupun lebih tua). Pada Tabel 3.4 terlihat bahwa APK SD untuk perempuan di Kabupaten Bandung Barat lebih dari 100 persen. Artinya terdapat siswa, baik lebih muda maupun lebih tua, yang berusia di luar batasan usia sekolah dasar (kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun). Hal ini dimungkinkan banyak masyarakat di wilayah Kabupaten Bandung Barat menyekolahkan anaknya ke Sekolah Dasar pada usia 5-6 tahun, disisi lain di daerah
pedesaan masih banyak anak yang usianya di atas 12 tahun, tetapi masih duduk dibangku SD.
Kesehatan
Selama 5 (lima) tahun terakhir, AKB Kabupaten Bandung Barat mengalami penurunan yang sangat lambat, bergerak dari sebanyak 42,04 bayi per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2009 menjadi 40,65 bayi per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Angka tersebut, masih sangat jauh untuk mencapai salah satu target MDGs (Millenium Development Goals) dimana target yang ingin dicapai adalah penurunan angka kematian bayi.
Gambar 2.1.
Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009-2013
Sumber: Survei IPM Kabupaten Bandung Barat tahun 2013
Lingkungan Hidup
Tingkat pelayanan persampahan di Kabupaten Bandung Barat secara umum meningkat dari 10,11% pada tahun 2012 menjadi 10,25% pada tahun 2013. Seiring dengan hal tersebut, rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk pada tahun 2013 juga mengalami peningkatan menjadi sebesar 45,10% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 42%.
Persentase penduduk berakses air minum pada tahun 2012 juga meningkat yaitu sebesar 15,50% jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 34%. 2009 2010 2011 2012 2013 AHH 68.74 68.85 69.13 69.24 69.3 AKB 42.04 41.68 41.23 41.01 40.65 30 40 50 60 70
Transportasi
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bandung Barat Nomor: 900/Kep.160-DBMSDAP/2012, tanggal 4 Mei 2012, data ruas jalan dan panjang jalan kabupaten serta jumlah jembatan yang menjadi kewenangan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Bandung Barat adalah sebanyak 113 ruas jalan sepanjang 553.650 km yang tersebar di 16 kecamatan. Jalan dalam kondisi baik pada tahun 2013 sebesar 166,33 km.
Perumahan
Pada tahun 2013 jumlah rumah tangga pengguna air bersih sebesar 37% atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 341%. Jumlah rumah tangga bersanitasi sebesar 43% atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 42%. Jumlah lingkungan perumahan kumuh sebesar 13,03% atau menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 13,06%.
Jumlah rumah layak huni pada tahun 2012 sebanyak 36.402 rumah atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 32.768 rumah..
2.1.4 Aspek Daya Saing Kemampuan Ekonomi Daerah
Peranan sektor ekonomi suatu daerah terhadap pembentukan PDRB menggambarkan potensi perekonomian suatu wilayah. Tingginya peranan suatu sektor dalam perekonomian, memberikan gambaran bahwa sektor tersebut merupakan sektor andalan yang terus dapat dikembangkan serta menjadi pendorong roda perekonomian semakin berkembang. Distribusi persentase PDRB sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam kontribusi terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Distribusi persentase juga memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB, sehingga tampak sektor-sektor andalan yang menjadi pemicu pertumbuhan di wilayah yang bersangkutan.
Dalam fokus kemampuan ekonomi daerah, berdasarkan data BPS, pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita di Bandung Barat sebesar Rp.537.784,- sedangkan Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita sebesar
Rp. 250.684,-. Pada sektor ketenagakerjaan, angka rasio ketergantungan pada tahun 2013 mencapai 51,74.
Dalam pembangunan perekonomian yang dinamis di tingkat nasionl, regional dan lokal. Penanaman modal (investasi) menjadi faktor yang penting karena berperan sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi , penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumberdaya strategis nasional, implementasi dan transfer keahlian dan teknologi, petumbuhan ekspor dan meningkatkan neraca pembayaran. Penanaman modal tersebut akan memberikan banyak dampak ganda (multiplier effects) dan manfaat bagi banyak pihak termasuk perusahaan, masyarakat dan pemerintah. Laju pertambahan investasi dan tingkat produktivitas yang dihasilkannya akan mendorong tinggi dan luasnya jangkauan dampak yang dihasilkan.
Pada tahun 2011, Kabupaten Bandung Barat telah memiliki Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan terpadu (BPMPPT) sebagai SKPD dengan visi untuk meningkatkan investasi melalui penyelenggaraan pelayanan perizinan yang berkualitas. Hingga tahun 2012 terdapat 14 (empat belas) perizinan yang dilayani melalui Pelayanan Perizinan Satu Atap (PPTSP) yang berasal dari OPD terkait lainnya. Berdasarkan Hasil dari Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) 2012, realisasi investasi PMA dan PMDN Tahun 2013 sebesar Rp. 12.109.927.539.507,- meningkat sekitar 3 trilyun dibandingkan tahun 2012 yaitu sebesar Rp.
9.711.991.829.311,-Kualitas sumber daya manusia sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah. Tingginya angkatan kerja di suatu daerah secara langsung dapat menggerakan perekonomian daerah tersebut. Gambaran kondisi ketenagakerjaan seperti persentase angkatan kerja yang bekerja, dan distribusi lapangan pekerjaan sangat berguna dalam melihat prospek ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat apakah benar-benar digerakkan oleh produksi yang melibatkan tenaga kerja daerah atau karena pengaruh faktor lain. Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak pada peningkatan kemampuan daya beli. Peningkatan pendapatan uang penduduk sangat menentukan pemenuhan kebutuhan hidup yang lengkap.
Penduduk Kabupaten Bandung Barat bisa dikatakan masih bercorak pertanian. Hal ini dapat terlihat dari komposisi penduduk yang bekerja
menurut lapangan pekerjaan. Menurut data IPM 2013 penduduk Kabupaten Bandung Barat yang bekerja tersebar diberbagai lapangan pekerjaan. Dari 592.772 penduduk yang bekerja dapat dirinci, 27,80% bekerja disektor pertanian, 17,12% bekerja disektor Industri, 17,11% disektor perdagangan, 13,48% disektor jasa dan sisanya tersebar disektor lainnya
2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun 2014 Sampai Dengan Triwulan II dan Capaian RPJMD
2.2.1 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun 2014
Pelaksanaan program dan kegiatan RKPD SKPD Tahun 2014 sampai semester pertama dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.6.
Realisasi Penyerapan Belanja Langsung per SKPD Triwulan II Tahun 2014
No Nama SKPD ProgramJumlah KegiatanJumlah Anggaran Realisasi %
1 Dinas Pendidikan, Pemuda
dan Olahraga 13 90 147,792,752,900 14,601,022,600 9.88
2 Dinas Kesehatan 20 111 132,900,719,368 12,710,647,215 9.56
3 Dinas Bina Marga, Sumber
Daya Air dan Pertambangan
19 70 162,676,289,200 7,359,474,670 4.52
4 Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang 23 72 106,882,866,350 5,604,930,637 5.24 5 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 12 51 8,619,136,400 1,738,293,082 20.17 6 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 13 48 13,463,141,450 3,297,735,940 24.49
7 Kantor Lingkungan Hidup 7 32 2,495,135,000 577,133,850 23.13
8 Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil 5 29 10,183,115,750 1,785,239,550 17.53
9 Badan Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana
14 41 7,968,083,823 3,663,292,064 45.97
10 Dinas Sosial, Tenaga Kerja
dan Transmigrasi 15 66 13,185,918,934 3,133,866,911 23.77
11 Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu
8 38 3,604,198,805 1,142,486,055 31.70
12 Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata 11 39 6,492,801,900 2,178,463,776 33.55
13 Kantor Kesatuan Bangsa
dan Politik 10 32 4,517,297,100 2,201,315,663 48.73
No Nama SKPD ProgramJumlah KegiatanJumlah Anggaran Realisasi % 15 Badan Penanggulangan
Bencana Daerah 9 32 3,459,126,209 1,543,491,270 44.62
16 Sekretariat Daerah 20 79 51,831,444,450 12,262,961,265 23.66
17 Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah 8 38 23,874,992,762 6,234,222,877 26.11
18
Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 5 48 35,954,883,991 9,131,727,013 25.40 19 Inspektorat 9 31 3,938,840,000 1,716,000,000 43.57 20 Badan Kepegawaian Daerah 10 40 9,111,930,127 2,310,878,050 25.36 21 Kecamatan Ngamprah 10 22 1,278,112,500 659,413,040 51.59 22 Kecamatan Cipatat 8 17 1,673,459,283 656,362,350 39.22 23 Kecamatan Batujajar 12 25 1,132,667,473 226,725,100 20.02 24 Kecamatan Padalarang 9 16 1,573,295,759 432,081,800 27.46 25 Kecamatan Sindangkerta 9 18 1,209,640,000 548,516,000 45.35 26 Kecamatan Cipongkor 9 21 1,046,654,850 124,116,474 11.86 27 Kecamatan Gununghalu 11 25 1,417,317,850 277,449,000 19.58 28 Kecamatan Rongga 11 22 1,115,619,500 306,075,000 27.44 29 Kecamatan Cililin 12 22 1,199,982,000 538,466,000 44.87
30 Kecamatan Cikalong Wetan 9 17 1,404,269,950 393,668,837 28.03
31 Kecamatan Cipeundeuy 9 17 1,298,017,880 182,819,100 14.08 32 Kecamatan Parongpong 11 19 1,341,190,600 495,885,000 36.97 33 Kecamatan Cisarua 12 22 956,361,085 399,194,400 41.74 34 Kecamatan Lembang 7 17 1,817,642,650 798,572,650 43.93 35 Kecamatan Cihampelas 12 20 1,222,119,000 579,516,880 47.42 36 Kecamatan Saguling 11 23 825,331,200 154,264,000 18.69 37 Sekretariat Dewan Pengurus KORPRI 6 17 949,262,110 132,099,971 13.92
38 Kantor Ketahanan Pangan 5 26 2,049,370,900 609,642,638 29.75
39 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
12 62 14,974,279,878 3,874,414,795 25.87
40 Kantor Perpustakaan dan
Arsip Daerah 11 38 4,901,607,100 1,160,269,300 23.67
41 Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan 15 59 19,850,864,400 2,919,655,948 14.71
42 Dinas Peternakan dan
Perikanan 12 48 23,115,030,000 830,176,325 3.59
43 Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
15 51 19,469,754,350 7,809,113,382 40.11
total
475 1637 864,504,616,833 120,166,967,769 13.90 Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
2.2.2 Capaian RPJMD
Capaian Kinerja Indikator Utama RPJMD sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.7
Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2013-2014
NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR 2013 Tahun 2014
(1) (2) (3) (4)
ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,Kepegawaian dan Persandian
1.1 Laju Pertumbuhan PDRB (Perkapita ADHKonstan) 5,86 6,07
1.2 Laju Inflasi (%) 6,20 4,43
1.3 PDRB per kapita (ADH Konstan) (Rp) 6.009.238 6.279.801
1.4 Persentase penduduk diatas garis kemiskinan 87,57 88,32
1.5 Angka kriminalitas yang tertangani 0,42 0,44
Fokus Kesejahteraan Masyarakat
1. Pendidikan
1.1. Angka melek huruf (%) 98,48 98,55
1.2 Angka rata-rata lama sekolah (RLS/Tahun) 9,02 9,33
1.3 Angka partisipasi kasar (APK/Tahun)
Angka partisipasi kasar SD/MI/Paket A 101,85 102,14
Angka partisipasi kasar SMP/Mts/Paket B 95,54 97,32
Angka partisipasi kasar SMA/SMK/MA/Paket C 47,09 47,88
1.4 Angka Partisipasi Murni
Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A 92,15 92,41
Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket
B 73,77 74,69
Angka Partisipasi Murni (APM))
SMA/SMK/MA/Paket C 37,40 38,43
2. Kesehatan
2.1. Angka kelangsungan hidup bayi
Angka Kematian Bayi (AKB) 40,67 40,33
2.2. Angka usia harapan hidup (AHH) 69,30 69,49
2.3. Persentase balita gizi buruk 0,039 0,031
3. Pertanahan
3.1. Persentase penduduk yang memiliki lahan -
-4. Ketenagakerjaan
4.1. Rasio penduduk yang bekerja (%) 37,14 38,28
Fokus Seni Budaya dan Olahraga
1. Kebudayaan
1.1. Jumlah grup kesenian 130 138
1.2. Jumlah gedung 1 1
2. Pemuda dan Olahraga
2.1. a. Jumlah klub olahraga 170 171
2.2. b. Jumlah gedung olahraga 168 180
ASPEK PELAYANAN UMUM Fokus Layanan Urusan Wajib
1. Pendidikan
1.1. Pendidikan dasar:
NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR 2013 Tahun 2014
(1) (2) (3) (4)
Angka partisipasi sekolah (APS) SD/MI/Paket A 91,00 89,00
Angka partisipasi sekolah (APS) SMP/MTs/Paket
B 83,00 85,00
Angka partisipasi sekolah (APS)
SMA/SMK/MA/Paket C 50,00 53,00
1.1.2. Rasio ketersediaan sekolah/ penduduk usiasekolah Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia
sekolah SD/MI 233,25:1 233,25:1
Rasio ketersediaan sekolah/ penduduk usia
sekolah SMP/MTs 325,54:1 308,25:1
Rasio ketersediaan sekolah/ penduduk usia
sekolah SMA/ SMK/MA 465,71:1 426,35:1
1.1.3. Rasio guru/murid
Rasio guru/murid SD/MI 42,76:1 41,54:1
Rasio guru/murid SMP/MTs 45,19:1 42,66:1
Rasio guru/murid SMA/SMK/MA 39,61:1 38,39:1
1.1.4. Rasio guru/murid per kelas rata-rata
Rasio guru/murid per kelas rata-rata SD/MI 1,99:1 2,10:1
Rasio guru/murid per kelas rata-rata SMP/MTs 1,33:1 1,32:1
Rasio guru/murid per kelas rata-rata
SMA/SMK/MA 3,38 3,40:1
1.2. Pendidikan menengah:
1.2.1. Angka partisipasi sekolah (APS)
Angka partisipasi sekolah (APS) SD/MI/Paket A 91,00 89,00
Angka partisipasi sekolah (APS) SMP/MTs/Paket
B 83,00 85,00
Angka partisipasi sekolah (APS)
SMA/SMK/MA/Paket C 50,00 53,00
1.2.2. Rasio ketersediaan sekolah terhadap pendudukusia sekolah Rasio ketersediaan sekolah/ penduduk usia
sekolah SD/Mi 233,36:1 233,25:1
Rasio ketersediaan sekolah/ penduduk usia
sekolah SMP/MTs 325,54:1 308,25:1
Rasio ketersediaan sekolah/ penduduk usia
sekolah SMA/ SMK/MA 466,71:1 426,35:1
1.2.3. Rasio guru terhadap murid
Rasio guru/murid SD/MI 444,89:1 450,68:1
Rasio guru/murid SMP/MTs 610,90:1 622,42:1
Rasio guru/murid SMA/SMK/MA 491,16:1 471,98:1
1.2.4. Penduduk yang berusia >15 Tahun melek huruf(tidak buta aksara) 98,54 98,62 1.3. Fasilitas Pendidikan:
1.3.1. Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunanbaik 4.633 5.073
1.3.2. Sekolah pendidikan SMP/MTs kondisi bangunanbaik 2.609 2.890
Sekolah pendidikan SMA/SMK/ MA kondisi
bangunan baik 457 477
1.4. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD):
1.4.1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (%) 26,00 27,00
1.5. Angka Putus Sekolah:
1.5.1. Angka Putus Sekolah SD/MI (%) 0,09 0,09
1.5.2. Angka Putus Sekolah SMP/MTs (%) 0,41 0,40
NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR 2013 Tahun 2014
(1) (2) (3) (4)
1.6. Angka Kelulusan:
1.6.1. Angka Kelulusan (AL) SD/MI (%) 99,00 99,00
1.6.2. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs (%) 98,00 98,00
1.6.3. Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA (%) 99,00 99,00
1.6.4. Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI keSMP/MTs 90,00 91,00
1.6.5. Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs keSMA/SMK/MA 76,00 79,00
1.7 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV
1.7.1 Guru SD/MI yang memenuhi kualifikasi S1/D -IV 74,00 80,00
1.7.2 Guru SMP/MTs yang memenuhi kualifikasiS1/D-IV 81,00 83,00
1.7.3 Guru SMA/SMK/MA yang memenuhi kualifikasiS1/D-IV 93,00 96,00
2. Kesehatan
2.1. Rasio posyandu per satuan balita 15,81 15,81
2.2. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuanpenduduk 0,076 0,077
2.3. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk 0,006 0,007
2.4. Rasio dokter per satuan penduduk 0,167 0,186
2.5. Rasio tenaga medis per satuan penduduk 0,299 0,324
2.6. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani(%) 68,00 68,50
2.7. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenagakesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
(%) 89,00 89,50
2.8. Cakupan Desa/kelurahan Universal ChildImmunization (UCI) (%) 95,00 100
2.9. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan(%) 100 100
2.10. Cakupan penemuan dan penanganan penderitapenyakit TBC BTA (%) 48,641 49,390
2.11. Cakupan penemuan dan penanganan penderitapenyakit DBD (%) 100 100
2.12. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasienmasyarakat miskin (%) dari yg sakit 15-20 15-20
2.13. Cakupan kunjungan bayi (%) 87 87,5
2.14. Cakupan puskesmas (%) 200 200
2.15. Cakupan puskesmas pembantu (%) 40,000 40,606
3. Pekerjaan Umum
3.1. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisibaik (%) 30,142 41,64
Kondisi baik (Km) 166,300 230,560
Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi
sedang (%) 21,517 21,43
Kondisi sedang (Km) 120,640 118,645
Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi
rusak ringan (%) 28,461 24,34
Kondisi rusak ringan (Km) 157,025 134,760
Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi
rusak berat (%) 19,880 12,59
Kondisi Rusak Berat (Km) 109,685 69,685
Jalan Secara keseluruhan (Km) 553,65 553,65
3.2. Rasio Jaringan Irigasi 72 80
NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR 2013 Tahun 2014
(1) (2) (3) (4)
Jaringan Sekunder (Ha) 23,3 59
Jaringan Tersier (Ha) 11,88 329
Total Jaringan Irigasi (Ha) 966,61 499
Luas Lahan Budidaya (Ha) 37,89 30,27
3.3. Rasio tempat pemakaman umum per satuanpenduduk 12 13
3.4. Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) persatuan penduduk 10 11
3.5. Rasio rumah layak huni 94,55 94,60
3.6. Rasio permukiman layak huni 0,35 0,40
3.7. Jalan Penghubung dari ibukota kecamatan kekawasan pemukiman penduduk (minimal dilalui
roda 4) (Km) -
-3.8. Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( > 40KM/Jam ) 89,31 129,04 3.9. Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliranair tidak tersumbat (%) 65,22 62,32
3.10. Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik 28.033 2.989,70
3.11. Lingkungan Pemukiman (%) 35,10 35,20
4. Perumahan
4.1. Rumah tangga pengguna air bersih (%) 37,00 37,50
4.2. Rumah tangga ber-Sanitasi (%) 43,00 50,00
4.3. Lingkungan pemukiman kumuh (%) 13,03 13,00
4.4. Rumah layak huni (unit) 36.402 38.500
5. Penataan Ruang
5.1. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan LuasWilayah ber HPL/HGB (%) 16,00 16,00
5.2. Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan 46,00 46,00
6. Perencanaan Pembangunan
6.1. Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD ygtelah ditetapkan dgn PERDA - -6.2. Tersedianya Dokumen Perencanaan: RPJMD ygtelah ditetapkan dgn PERDA 1 -6.3. Tersedianya Dokumen Perencanaan: RKPD ygtelah ditetapkan dgn PERKADA 1 1
6.4. Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD (%) 100 100
Tersedianya dokumen kajian perencanaan lainnya
7. Perhubungan
7.1. Jumlah arus penumpang angkutan umum 5.518.106 5.985.114
7.2. Rasio ijin trayek 0,000103 0,000105
7.3. Jumlah uji kir angkutan umum 3.864 4.250
7.4. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/ Terminal Bis(Sub Terminal) 6 5
7.5. Angkutan darat 740 739
7.6. Kepemilikan KIR angkutan umum (%) 23,56 24,52
7.7. Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR)(Bulan) 6 6
7.8. Biaya pengujian kelayakan angkutan umum (Rp) 50.000 65.000
7.9. Pemasangan Rambu-rambu 1.023 1091
8. Lingkungan Hidup
8.1. Persentase penanganan sampah 10,25 10,35
8.2. Persentase Penduduk berakses airminum 35,50 36,00
8.3. Persentase Luas pemukiman yang tertata 0,25 0,30
-NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR 2013 Tahun 2014
(1) (2) (3) (4)
8.5. Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaanamdal (%) 100 100
8.6. Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuanpenduduk 45,10 45,20
8.7. Penegakan hukum lingkungan (%) 100 100
8.8 Jumlah perusahaan penghasil air limbah 60 60
8.9 Jumlah perusahaan penghasil air limbah yangdiawasi 50 50
8.10 Pencegahan pencemaran air (%) 83,33 83,33
8.11 Jumlah perusahaan penghasil emisi udara darisumber tidak bergerak 65 65 8.12 Jumlah perusahaan penghasil emisi udara darisumber tidak bergerak yang diawasi 10 10
8.13 Pencegahan pencemaran udara dari sumber tidakbergerak (%) 15,38 15,38
8.14 Penyampaian informasi status kerusakan lahan(%) 0 23,19
8.15 Jumlah Kegiatan/Usaha yang wajib memilikidokumen lingkungan 368 407
8.16 Jumlah Kegiatan/Usaha yang memiliki dokumenlingkungan 253 308
8.17 Prosentase ketaatan (%) 68,75 75,68
8.18 Jumlah sekolah berbudaya lingkungan 13 16
9. Pertanahan
9.3. Penyelesaian izin lokasi 18 20
10. Kependudukan dan Catatan Sipil
10.1. Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk 1,14 1,16
10.2. Rasio bayi berakte kelahiran 0,59 0,62
10.3. Rasio pasangan berakte nikah 0,0118 0,0115
10.4. Kepemilikan KTP 1.156.846 1.191.551
10.5. Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk 645,5 651,76
10.6. Ketersediaan data base kependudukan skalakabupaten 1 1
Jumlah pendudukan berdasarkan database
kependudukan 1.929.322 1.987.201
10.7. Penerapan KTP Nasional berbasis NIK (E-KTP) 1.156.846 1.191.551
11. Pemberdayaan Perempuan dan PerlindunganAnak
11.1. Persentase partisipasi perempuan di lembagapemerintah 37,55 37,89
11.2. Partisipasi perempuan di lembaga swasta (KB) 70,05 70,91
11.3. Rasio KDRT (Kejadian KDRT) 46,78 73,36
11.4. Partisipasi angkatan kerja perempuan 38,46 38,00
11.5. Penyelesaian pengaduan perlindunganperempuan dan anak dari tindakan kekerasan (%) 100 100
12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
12.1. Rata-rata jumlah anak per keluarga 2,24 2,21
12.2. Rasio akseptor KB 3,31 3,31
12.3. Cakupan peserta KB aktif 76,78 76,80
12.4. Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 41,42 40,18
13. Sosial
13.1. Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompodan panti rehabilitasi (Jumlah) 28 30
13.2. PMKS yg tertangani 25.900 26.112
NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR 2013 Tahun 2014
(1) (2) (3) (4)
14. Ketenagakerjaan
14.1. Angka partisipasi angkatan kerja (%) -
-14.2. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun 15 15
14.3. Tingkat partisipasi angkatan kerja (%) 60,00 60,07
14.4. Pencari kerja yang ditempatkan (%) 40,10 40,10
Pencari kerja yang ditempatkan (Jumlah orang) 1.431 1.806
Pencari kerja yg terdaftar (Jumlah Org) 3.979 4.502
14.5. Tingkat pengangguran terbuka (%) 10,00 9,89
14.6. Keselamatan dan perlindungan (%) 70,54 70,97
14.7. Perselisihan buruh dan pengusaha terhadapkebijakan pemerintah daerah 0 0
15. Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
15.1. Jumlah Koperasi 747 760
Jumlah Koperasi Aktif 352 367
Persentase koperasi aktif (%) 47,12 48,29
15.2. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM 146 155
15.3. Jumlah BPR/LKM 29 31
15.4. Jumlah Usaha Mikro dan Kecil yang dibina 1.454 1.884
16. Penanaman Modal
16.1. Jumlah investor berskala nasional (PMDN) 57 62
Jumlah investor berskala nasional (PMA) 53 54
16.2. Jumlah nilai investasi berskala nasional(PMDN/PMA) (Rp. Juta) 10.616.109 10.916.109
16.3. Rasio daya serap tenaga kerja (PMA/PMDN) 22.048 22.548
16.4. Kenaikan/penurunan Nilai Realisasi PMDN (Rp.Juta) 409.367 150.000
17. Kebudayaan
17.1. Penyelenggaraan festival seni dan budaya 4 4
17.2. Sarana penyelenggaraan seni dan budaya 2 2
17.3. Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yangdilestarikan 65 65
18. Kepemudaan dan Olahraga
18.1. Jumlah organisasi pemuda 73 73
18.2. Jumlah organisasi olahraga 170 171
18.3. Jumlah kegiatan olahraga 44 44
18.4. Gelanggang/balai remaja (selain milik swasta) -
-18.5. Lapangan olahraga 293 295
19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
19.1. Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas danOKP 2 2
19.2. Kegiatan pembinaan politik daerah 4 4
19.3. Pembinaan pengembangan wawasan kebangsaan 12 12
20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
20.1. Rasio jumlah polisi pamong praja per 10.000penduduk 0,100 0,350
20.2. Jumlah Linmas per 10.000 penduduk (%) 21,11 23,02
20.3. Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan 154,33 144,69
20.4. Pertumbuhan ekonomi/PDRB (ADH Konstan)
(%) 6,51 6,85
20.5. Kemiskinan (%) 12,43 11,68
20.6. Sistem informasi pelayanan perijinan danadministrasi pemerintah (Jumlah Modul) 7 7
NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR 2013 Tahun 2014
(1) (2) (3) (4)
20.8. Cakupan patroli petugas Satpol PP (jumlahkegiatan patrol) 10 15
20.9. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban,ketentraman, keindahan) di Kabupaten (%) 100 100 20.10 Petugas perlindungan masyarakat (Linmas) diKabupaten (orang) 3.795 4.207 20.11 Cakupan sarana prasarana perkantoranpemerintahan desa yang baik (%) 48,48 49,69
20.12 Sistem informasi Manajemen Pemda 1 1
20.13 Indeks kepuasan layanan masyarakat (IKM) -
-Jumlah aparatur yang mengikuti diklat struktural 80 15
Jumlah aparatur yang mengikuti diklat
Fungsional 21 20
Jumlah aparatur yang mengikuti diklat Teknis 72 20
Jumlah aparatur yang mengikuti Prajabatan - 280
Jumlah Proyeksi Pegawai 10.229 10.880
21. Ketahanan Pangan
21.1. Regulasi ketahanan pangan 0 0
21.2. Ketersediaan pangan utama (ton) 179.127,84 185.639,21
22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
22.1. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembagapemberdayaan masyarakat (LPM) 2 2
22.2. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK 50 52
22.3. Jumlah LPM 165 165
22.4. LPM berprestasi (%) 3,6 3,6
22.5. PKK Aktif (%) 100 100
22.6. Posyandu Aktif (%) 100 100
22.7. Swadaya masyarakat terhadap programpemberdayaan masyarakat (%) 9,00 10,00
22.8. Pemeliharaan pasca program pemberdayaanmasyarakat (%) 5,00 5,00
23. Statistik
23.1. Buku "kabupaten dalam angka" 1 1
23.2. Buku "PDRB kabupaten" 1 1
Buku IPM 1 1
Buku Suseda 1 1
Buku Basis Data Pembangunan 1 1
24. Kearsipan
24.1. Pengelolaan arsip secara baku (%) 53,49 56,00
24.2. Peningkatan SDM pengelola kearsipan (jumlahkegiatan) 1 1
25. Komunikasi dan Informatika
25.1. Jumlah jaringan komunikasi 50 50
25.2 Rasio wartel/warnet terhadap penduduk 1 : 550 1 : 750
25.3. Jumlah surat kabar nasional/lokal 0 5
25.4. Jumlah penyiaran radio/TV lokal 0 1
25.5. Web site milik pemerintah daerah 4 10
25.6. Pameran/expo 3 4
26. Perpustakaan
26.1. Jumlah perpustakaan 1 1
26.2. Cakupan pengunjung perpustakaan per tahun (%) 0,05 0,13
26.3. Koleksi buku yang tersedia di perpustakaandaerah (%) 35 50
Fokus Layanan Urusan Pilihan
NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR 2013 Tahun 2014
(1) (2) (3) (4)
1.1. Produktivitas padi per hektar-Padi sawah (Kw/Ha) 63,20 64,25
Produktivitas padi per hektar
-Padi ladang/gogo (Kw/Ha) 37,00 37,10
1.2. Kontribusi sektor pertanian/ perkebunanterhadap PDRB 11,76 11,76
1.3. Kontribusi sektor pertanian (palawija) terhadapPDRB 5,98 5,98
1.4. Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras)terhadap PDRB 1,81 1,81
1.5. Cakupan bina kelompok tani (%) 19,25 19,93
Jumlah bina kelompok tani (Kelompok) 215 231
Jumlah kelompok tani (Kelompok) 1.117 1.159
Jumlah perkembangan kelompok pengolah
peternakan (kelompok) 30 34
Jumlah Rumah Potong Hewan (RPH) Pemerintah
(Unit) 1 1
Bangunan Puskeswan (Unit) 1 0
Bangunan UPKH (Unit) 0 0
SDM Paramedis Veteriner (orang) 2 4
SDM Medik Veteriner (Orang) 1 2
Pasar Hewan (Unit) 0 0
Pasar Bunga 0 0
2. Kehutanan
2.1. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
Rehabilitasi Lahan Kritis di luar kawasan (%) 5,97 11,94
2.2. Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB 0,09 0,09
Jumlah kelompok masyarakat sekitar hutan 66 73
3. Energi dan Sumber Daya Mineral
3.1. Luas Pertambangan tanpa ijin yang ditertibkan(Ha) 3,5 7
Total Luas penambangan tanpa ijin (Ha) 60 54
Persentase luas penambangan liar yang
ditertibkan (%) 61,10 71,38
3.2. Kontribusi sektor pertambangan dan penggalianterhadap PDRB (%) 0,39 0,39
4. Pariwisata
4.1. Kunjungan wisata (Jumlah) 1.417.292 1.546.597
Jumlah objek wisata 3 3
Jumlah hotel berbintang 7 7
4.2. Kontribusi sektor pariwisata (Hotel) terhadapPDRB (%) 0,24 0,24
Kontribusi sektor pariwisata (Restoran) terhadap
PDRB (%) 5,33 5,33
Kontribusi sektor pariwisata (Jasa hiburan dan
rekreasi) terhadap PDRB (%) 0,06 0,06
5. Kelautan dan Perikanan
5.1. Produksi perikanan (ton) 37.118 42.020
5.2. Konsumsi ikan (Kg/kapita/tahun) 19,40 20,99
Jumlah kelompok pengolah ikan 40 50
Jumlah sarana dan prasarana perikanan 1 0
Jumlah pembudidaya tersertifikasi (unit) 10 13
Jumlah pasar ikan 0 0
6. Perdagangan
NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR 2013 Tahun 2014
(1) (2) (3) (4)
6.2. Ekspor Bersih Perdagangan 465.021.277,02 499.897.872,80
6.3. Cakupan bina kelompok pedagang/usahainformal (jumlah pelaku usaha) 880 1.161
Jumlah sarana dan prasarana perdagangan 9 9
Jumlah sarana dan prasarana promosi produk
unggulan 0 0
Jumlah kelompok pedagang asongan dan kaki
lima yang dibina 0 9
7. Perindustrian
7.1. Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB (%) 42,79 66,66
7.2. Pertumbuhan Industri besar (%) 36,76 35,56
Pertumbuhan Industri menengah (%) 26,96 28,89
Pertumbuhan Industri kecil (%) 36,27 35,56
Jumlah industri besar 75 80
Jumlah industri menengah 55 65
Jumlah industri kecil 74 80
Jumlah industri 204 225
7.3. Cakupan bina kelompok pengrajin (Industri KecilMenengah) (%) 9,31 35,56
Jumlah industri pakan ternak 0 0
8. Ketransmigrasian
8.1. Transmigran swakarsa (KK) -
-ASPEK DAYA SAING DAERAH Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1.1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita 537.784 598.925
1.2. Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita 250.684 282.252
Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastuktur
1. Perhubungan
1.1. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan 1,21 1,19
1.2. Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutanumum 5.518.106 5.985.114
1.3. Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal per tahun 6.985.412 5.872.642
2. Penataan Ruang
2.1. Ketaatan terhadap RTRW (%) 100 100
2.2. Luas wilayah produktif (Ha) -
-2.3. Luas wilayah industri (Ha) 1.202 1.342
2.4. Luas wilayah perkotaan 1.381 1.707
3. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
3.1. Jenis, kelas, dan jumlah restoran 57 45
3.2. Jenis, kelas, dan jumlah penginapan/ hotel 48 45
4. Lingkungan Hidup
4.1. Persentase Rumah Tangga (RT) yangmenggunakan air bersih 35,00 35,50
Fokus Iklim Berinvestasi
1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1.1. Angka kriminalitas (Kejadian) 75 80
NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR 2013 Tahun 2014
(1) (2) (3) (4)
1.3. Lama proses perijinan (Hari Kerja) 6 - 40 6 - 30
1.4. Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah 27
-Sertifikat hak pakai atas tanah Pemda Kabupaten
Bandung Barat 15 15
1.5. Jumlah perda yang mendukung iklim usaha -
-1.6. Persentase desa berstatus swakarya terhadap totaldesa (%) 5,00 20
Fokus Sumber Daya Manusia
1. Ketenagakerjaan
1.1. Rasio ketergantungan 51,74 49,92
Indeks Pembangunan Manusia
A. Indeks Pendidikan 85,71 86,45
A.1 Angka Melek Huruf /AMH (%) 98,48 98,55
A.2 Rata-rata Lama Sekolah/RLS (Thn) 9,02 9,33
B. Indeks Kesehatan 73,84 74,15
B.1 Angka Harapan Hidup/AHH (Thn) 69,30 69,49
C. Indeks Daya Beli 64,35 64,66
C.1 Daya Beli 638,46 646,48
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 74,63 75,09
Sumber: BPS dan SKPD di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat
2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah
Penyelenggaraan pembangunan dalam kurun waktu 2008-2014 telah membuahkan hasil yang diharapkan, tetapi untuk pembangunan ke depan masih terdapat persoalan dan tantangan dari berbagai aspek yang dihadapi. Permasalahan pembangunan merupakan suatu kondisi yang masih perlu ditingkatkan atau dikembangkan karena hasilnya belum optimal. Pada bagian atau tahapan perumusan Isu-isu strategis, permasalahan-permasalahan pembangunan prioritas saja yang menjadi agenda utama rencana pembangunan daerah dalam lima tahun ke depan.
2.3.1 Bidang Pendidikan
Permasalahan utama adalah: 1. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah cenderung stagnan dan kurang inovasi; 2. Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau masyarakat belum terwujud sepenuhnya; 3.Keterkaitan sistem pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal dengan ketenagakerjaan yang berimplikasi kepada peningkatan animo masyarakat untuk belajar masih kurang; 4. Pendidikan berbasis teknologi informasi dan pendidikan berbasis kearifan lokal yang berwawasan global masih kurang; 5. Lingkungan yang kondusif dan infrastruktur pendidikan yang berkualitas bagi
proses pendidikan, penelitian, dan pengembangan wawasan keilmuan belum tercipta; 6. Belum meratanya akses masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dan landasan moralitas serta kepribadian mulia, yang memberikan bekal untuk siap bekerja sesuai kebutuhan pembangunan wilayah atau pasar kerja, sistem yang berorientasi pembentukan wirausaha yang diperlukan untuk mengolah potensi keunggulan sumberdaya wilayah, maupun sistem pendidikan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi serta memperluas wawasan ilmu pengetahuan; 7. Penuntasan wajib belajar 9 tahun dan merintis wajib belajar 12 tahun, belum sesuai harapan; 8. Satuan pendidikan berbasis keunggulan lokal sekolah hijau dan sekolah sehat belum dikembangkan dengan baik; 9. Pendidikan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan untuk meningkatkan daya saing pendidikan Bandung Barat masih perlu ditingkatkan mutunya; 10. Fasilitas/sarana penunjang pendidikan termasuk pengembangan perpustakaan dan laboratorium sebagai sarana minat dan budaya baca belum memadai; 11. Pemerataan guru untuk semua jenjang belum tertata; 12. Kualitas pendidik dan tenaga kependidikan belum sesuai harapan; 13. Pendidikan karakter belum diimplementasikan sesuai harapan; 14. Satuan pendidikan berbasis keunggulan lokal belum dikembangkan dengan baik; 15. Pendidikan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan untuk meningkatkan daya saing pendidikan Kabupaten Bandung Barat masih perlu ditingkatkan mutunya.
2.3.2 Bidang Kesehatan
Permasalahan utama adalah: 1. Aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat masih terbatas; 2. Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang sesuai standar masih terbatas; 3. Permasalahan gizi masyarakat yang belum teratasi secara menyeluruh; 4. Masih adanya ancaman penyakit menular dan tidak menular serta buruknya kondisi kesehatan lingkungan; 5. Belum terpenuhinya jumlah, jenis, kualitas dan penyebaran sumber daya manusia kesehatan; 6. kemandirian masyarakat untuk hidup sehat belum optimal; 7. Ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan yang kurang memadai; 8. Dukungan regulasi daerah di bidang kesehatan belum optimal; 9. Permasalahan dalam koordinasi lintas sektor dan keterlibatan stakeholder kesehatan; 10. Masih terbatasnya kemampuan manajemen dan informasi kesehatan; 11. Belum terlindunginya masyarakat secara maksimal terhadap jaminan kesehatan.