• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERUBAHAN HORMONAL PADA MASA PUBERITAS DENGAN KONSEP DIRI REMAJA DI SMP KANESIUS GAYAM YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERUBAHAN HORMONAL PADA MASA PUBERITAS DENGAN KONSEP DIRI REMAJA DI SMP KANESIUS GAYAM YOGYAKARTA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA

TENTANG PERUBAHAN HORMONAL PADA MASA PUBERITAS

DENGAN KONSEP DIRI REMAJA DI SMP KANESIUS GAYAM

YOGYAKARTA

Annisa Nur Erawan INTISARI

Latar belakang : Masa remaja disebut juga masa adolesens yang merupakan suatu periode kehidupan penting yang harus dilalui seseorang sebelum menginjak dewasa. Perubahan masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Perubahan yang terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa puber sehingga menyebabkan perkembangan konsep dirinya menjadi kurang, beberapa diantaranya seperti faktor internal dan external. Anak yang mengembangkan diri kurang baik pada masa remaja cendrung menguatkan konsep tersebut dengan prilaku yang tidak sosial, akibatnya, dasar-dasar untuk kompleks rendah diri semakin tertanam, kecuali dilakukan langkah-langkah perbaikan diri, maka akan cenderung menetap dan mewarnai mutu prilaku individu sepanjang hidupnya.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja SMP Kanisius Gayam Yogyakarta

Metode Penelitian : Penelitian ini termasuk penelitian dengan metode penelitian yang bersifat deskriptif analitik korelasi, dengan pendekatan waktu cross sectional yaitu pengumpulan data pada suatu saat pemeriksaan.

Hasil : Tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas dengan konsep diri remaja smp kanisius gayam Yogyakarta.Didukung hasil analisis diperoleh Chi-square X2 13,903 dan nilai p value 0,001 lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Dengan keeratan hubungan didapatkan sedang. Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara Tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas dengan konsep diri remaja smp kanisius gayam Yogyakarta.

Kata Kunci: Pengetahuan, remaja, konsep diri PENDAHULUAN

Masa remaja disebut juga masa adolesens (adolescene = tumbuh menjadi dewasa), merupakan suatu periode kehidupan penting yang harus dilalui seseorang sebelum menginjak dewasa.1

Seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik (tinggi dan berat badan) yang sangat pesat pada usia remaja yang dikenal dengan istilah growth spurt. Growth spurt merupakan tahap pertama dari serangkaian perubahan yang membawa seseorang kepada kematangan fisik dan seksual. Pada usia 12 tahun, tinggi badan rata-rata remaja putra USA sekitar 150, sementara remaja putri sekitar 154 cm. Pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata remaja putra USA sekitar 177 cm, sedangkan remaja putri hanya 163 cm. Kecepatan pertumbuhan tertinggi pada remaja putri terjadi sekitar usia 11 – 12 tahun, sementara pada remaja putra, dua tahun lebih lambat. Pada masa pertumbuhan maksimum ini, remaja putri bertambah tinggi badannya sekitar 3 inci, sementara remaja putra bertambah lebih dari 4 inci per tahunnya. Seperti halnya tinggi badan, pertumbuhan berat badan juga meningkat pada usia remaja. Pertumbuhan berat badan ini lebih sulit diprediksi dari pada tinggi badan, dan lebih mudah dipengaruhi oleh diet, latihan fisik, dan pola hidup. Pada usia remaja, tubuh remaja putri lebih berlemak dari pada remaja putra. Selama masa pubertas, lemak tubuh remaja putra menurun dari sekitar 18 – 19 % menjadi 11 % dari bobot tubuh. Sementara pada remaja putri, justru meningkat dari sekitar 21 % menjadi sekitar 26 – 27 %.2

Perubahan masa remaja dianggap sebagai periode “ Badai dan Tekanan“, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik kelenjar. Pertumbuhan yang terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa puber. Adapun

(2)

peningkatan emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kodisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak, remaja kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu.3

Beberapa hal yang menyebabkan perkembangan konsep diri kurang pada masa puber, beberapa diantaranya faktor internal dan faktor external. Anak yang mengembangkan diri kurang baik pada masa remaja cendrung menguatkan konsep tersebut dengan prilaku yang tidak sosial, dan bukan memperbaikinya. Akibatnya, dasar-dasar untuk kompleks rendah diri semakin tertanam dan kecuali dilakukan langkah-langkah perbaikan, maka cenderung akan menetap dan mewarnai mutu prilaku individu sepanjang hidupnya.3

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMP Kanisius Gayam pada bulan januari 2012 didapatkan jumlah siswa kelas satu sebanyak 55 siswa. Jumlah siswa kelas satu keseluruhan terdiri dari dua kelas yaitu kelas 7A dan kelas 7B. Pada saat dilakukan observasi dan wawancara pada 10 siswa, 3 diantaranya mengalami jerawat pada wajahnya dan siswa mengaku minder dengan jerawat yang sering muncul pada wajahnya, 4 orang siswa mempunyai tinggi tubuh yang lebih pendek dari teman-temanya dan mengaku sering merasa malu karena diejek teman-temanya dan 3 siswa lainya mengaku biasa saja pada saat perubahan hormonal itu terjadi pada dirinya. Dari data tersebut, banyak siswa yang kurang tahu tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Puberitas, sehingga masih banyak siswa yang belum siap mengalami perubahan yang terjadi pada tubuhnya sehingga mempengaruhi psikologi siswa tersebut. Maka, berdasarkan latar belakang selanjutnya penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut dengan judul, ”Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja SMP Kanisius Gayam Yogyakarta.

A. METODOLOGI PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian dengan metode penelitian yang bersifat deskriptif analitik korelasi, dengan pendekatan waktu cross sectional yaitu pengumpulan data pada suatu saat pemeriksaan.4

2. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.6 Populasi adalah seluruh siswa-siswi kelas satu SMP Kanisius Gayam Yogyakarta yang berjumlah 55 siswa.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan populasi objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.6 Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Kanisius Gayam. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan dihendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian) sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. 4 Sampel penelitian yang digunakan adalah siswa-siswi kelas satu SMP yang berumur 12-15 tahun, menurut 7 untuk menentukan sampel penelitian yang populasinya < 10.000 menggunakan rumus Slovian yaitu :

Keterangan : N : besar populasi n : besar sampel

d : persentase kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan pengambilan sampel yang masih diinginkan ( 0,05 )

Diketahui : N = 55

𝑛 = 55

1 + 55(0,05) 2

(3)

𝑛 = 55 1 + 0,1375 n = 48,35

Jadi jumlah sampel yang digunakan adalah 49 orang.

3. Definisi Operasional Variabel

a. Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Pubertas Pengetahuan remaja merupakan segala hal yang diketahui dan dialami remaja SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tentang perubahan hormonal yang terjadi pada masa pubertas yang meliputi perubahan ciri-ciri seks primer (terjadinya mimpi basah pada laki dan menstruasi pada perempuan) dan ciri-ciri seks sekunder (pada laki-laki terjadi perubahan otot-otot tubuh, di sekitar alat kelamin tumbuh rambut yang mulanya hanya sedikit dan halus menjadi lebih gelapdan kasar, terjadi perubahan suara, kulit lebih kasar, pori-pori meluas, dan pada perempuan di tandai membesarnya pinggul, buah dada dan puting susu menjadi semakin menonjol, tumbuh rambut pada kemaluan, tumbuh rambut pada ketiak dan wajah, perubahan suara menjadi lebih merdu, kelenjar keringan lebih aktif, kulit menjadi lebih kasar dan pori-pori bertambah besar). Pengetahuan perubahan hormonal diukur dengan kuisioner yang menggunakan Skala Linkert pengkuran ya dan tidak dihubungkan dengan standar perubahan hormonal pada masa pubertas. Data penelitian dalam betuk data ordinal yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan kriteria :

b. Tinggi : 75% - 100% c. Sedang : 40% - 75% d. Rendah : < 40% 4. Konsep Diri Remaja

Konsep diri remaja adalah semua pikiran keyakinan dan kepercayaan siswa SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tentang perubahan hormonal yang dialaminya dan mempengaruhi hubunganya dengan orang lain.di ukur dengan menggunakan instrument kuisioner. Jenis data, nominal yaitu konsep diri positif dan konsep diri negative. Dengan skala pengukuran Linkert yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) dan dikatagorikan dengan rentang nilai konsep diri, jika ≥ mean T (50) : konsep diri positif ,< mean T (50) : konsep diri negative. Dengan kategori 7

Positif : 51-100%

Negatif : < 0-50% 5. Uji Validitas Dan Reliabilitas

a. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih memiliki validitas yang tinggi.8 Perhitungan validitas instrument menggunakan teknik korelasi “Product Moment” seperti yang dikemukakan oleh Pearson rumus :

𝑟𝑥𝑦 = 𝑛𝛴𝑋𝑌 − 𝛴𝑋𝛴𝑌

𝑁∑𝑋2− (∑𝑋2) 𝑁∑𝑌2− (∑𝑌) 2 Keterangan :

r = pearsin r correlation coefficient N = Jumlah Sampel

X = Skor item tes Y = Jumlah skor item

(4)

Uji validitas dilakukan pada bulan Mei yang di lakuakan di SMP 1 Piri Yogyakarta didapatkan 9 pertanyaan yang tidak valid yaitu 2 pertanyaan tidak valid pada kuesioner tingkat pengetahuan perempuan, 2 pertanyaan tidak valid pada kuisioner tingkat pengetahuan laki-laki, dan 5 pertanyaan tidak valid pada kuesioner konsep diri. Dari pertanyaan tersebut yang tidak valid di eliminasi sehingga pertanyaan yang telah valid di kumpulkan kembali dan digunakan dalam penelitian siswa-siswi SMP Kanisius Gayam Yogyakarta.

b. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik ( reliable ).8 Pengujian reliabilitas dengan internal consistensi yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekali saja kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu dan selanjutnya digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrument.9 Untuk mengukur koefisien reliabilitas digunakan formula alpha rumus :

Keterangan :

r11 : Reliabilitas yang dicari

∑σi 2

: Jumlah varians skor tiap – tiap item σi 2 : Varians total n : Banyak item. 6. Anaslisis Data a. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai dari tiap – tiap variabel.5

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji statistic Chi-square 9 dengan rumus : Keterangan: 𝑓ℎ =𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑁 𝑥2 : Chi-Square 𝑁 : Sampel

𝑓𝑜 : Frekuensi yang diproleh B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a) Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 1. Umur (tahun) a. 12 b. 13 c. 14 15 25 9 30,0 51,0 18,4 Jumlah 49 100,0 2. Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 21 28 42,9 57,1 Jumlah 49 100,0

Sumber: Data Primer Diolah 2012

r11 =

(5)

b) Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Pubertas

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Laki-Laki Dan Perempuan Pengetahuan remaja Tinggi (%) Sedang (%) Rendah (%)

1. Laki-laki 2. Perempuan 14 (66,7) 6 (21,4) 7 (33,3) 22(78,6) 0 (0,0) 0( 0,0) Total 20 (40,8) 29 (59,2) 0 (0,0)

Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas diketahui sebagian besar responden laki-laki memiliki pengetahuan tentang perubahan hormonal pada masa remaja dengan kategori tinggi yaitu sebanyak 14 orang (66,7%). Pada responden perempuan didapatkan pengetahuan tentang perubahan hormonal pada masa remaja sebagian besar dalam kategori sedang yaitu sebanyak 22 orang (78,6%). Berdasarkan tabel di atas diketahui hasil distribusi keseluruhan responden didapatkan pengetahuan tentang perubahan hormonal pada masa remaja sebagian besar dalam kategori sedang yaitu sebanyak 29 orang (59,2%). Tidak ada responden yang mempunyai pengetahuan remaja yang rendah.

c) Konsep Diri Remaja

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Konsep Diri Remaja Laki-Laki Dan Perempuan

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas diketahui sebagian besar responden perempuan yang memiliki konsep diri remaja dengan kategori positif yaitu sebanyak 18 orang (64,3%). Sedangkan pada responden laki-laki didapatkan konsep diri remaja dangan kategori positif yaitu sebanyak 17 orang (81,0%). Berdasarkan tabel di atas diketahui sebagian besar responden konsep diri remaja dengan kategori positif yaitu sebanyak 35 orang (71,4%). Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siswa lebih banyak memiliki konsep diri yang positif yaitu mayoritas siswa perempuan konsep diri remajanya dengan kategori positif sebanyak 18 orang (64,3%).

d) Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja SMP Kanisius Gayam Yogyakarta

Tabel 4.4 Tabulasi Silang dan hasil uji Chi-square Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja SMP Kanisius Gayam Yogyakarta

Sumber: Data primer diolah 2012

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa dengan pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa

Konsep Diri Positif Negatif Total

f % F % f % 1. Laki – Laki 2. Perempuan 17 18 81,0 64,3 4 10 19,0 35,7 21 28 100,0 100,0 Total 35 71,4 14 28,6 49 100,0 Pengetahuan remaja

Konsep Diri Remaja

Positif Negatif Total X2 p value

f % F % f %

Tinggi 19 95,0 1 5,0 20 100,0

Sedang 16 55,2 13 44,8 29 100,0 7,352 0,007 Total 35 71,4 14 28,6 49 100,0

(6)

pubertas yang positif dengan konsep diri remaja dalam kategori tinggi sebanyak 19 orang (95,0%). Tidak ada pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas yang negatif dengan konsep diri remaja dalam kategori rendah .

Nilai X2 sebesar 7,352 dan p value 0,007 lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) menurut tabel intepretasi koefisien korelasi menunjukkan kategori sedang. Dapat disimpulkan hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas dengan konsep diri remaja adalah sedang.

C. PEMBAHASAN

1. Pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas dengan kategori sedang sebanyak 29 orang (59,2%). Dimana 10 , mengatakan perubahan hormonal pada masa pubertas adalah suatu proses fisiologis, sosial dan kematangan yang dimulai dengan tiga fase yaitu remaja awal, remaja tengah dan remaja akhir, pada hasil analisis mendapatkan karakteristik dengan mayoritas responden yang berumur 13 tahun yaitu sebanyak 25 orang (51,0%). 10 , juga mengatakan bahwa umur 13 tahun merupakan masa remaja awal yang baru mengalami pubertas yang disebabkan oleh hormon dan dikendalikan oleh kelenjar hopofisis anterior pada masa ini biasanya remaja awal mengalami perubahan fisik dan pertumbuhan yang sangat jelas serta perkembangan karakteristik seks.

Hal ini didapatkan mayoritas responden yang mengetahui tentang perubahan hormonal lebih banyak pada laki-laki yaitu sebanyak 14 orang (66,7%). Dimana 11 , mengatakan bahwa pada remaja laki-laki merasa dirinya lebih maskulin dan lebih cepat dalam melakukan hubungan seksual pranikah, sehingga remaja laki-laki cenderung lebih cepat dalam mengetahui perubahan hormonal pada dirinya. Ini merupakan salah satu hal penting yang dapat mempengaruhi pengetahuan remaja dalam mengenal perubahan hormonal yang dialami pada masa pubertas, dikarenakan remaja masih dalam tahap perkembangan awal dan masih belum banyak hal yang dikenali dalam perubahan hormon yang terjadi.

Hasil ini tidak sesuai dengan yang didapatkan 12 , yang berjudul “hubungan antara tingkat pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas dengan konsep diri remaja SMP Negeri 6 Yogyakarta” mendapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas didapatkan dengan kategori yang baik hal ini dikarenakan karena letak SMP yang cukup strategis sehingga akan memudahkan remaja untuk mendapatkan informasi pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas.

a. Konsep diri remaja

Hasil penelitian diketahui konsep diri remaja smp kanisius gayam yogyakarta sebagian besar dalam kategori positif sebanyak 35 orang (71,4%). Dimana 13 , mengatakan konsep diri terbentuk berdasarkan penggabungan psikologis tingkahlaku - tingkahlaku yang mencerminkan keadaan emosi tertentu, pemikiran tertentu, ide tertentu ataupun bawaan tertentu, tingkah laku tersebut dapat berubah sehingga kepribadian dan konsep diri juga dapat berubah. Dimana 14 , mengatakan bahwa umur merupakan faktor yang sering dihubungkan dengan aspek psikologis, dalam menunjukan kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian - penyesuaian tingkahlaku dan situasi yang dihadapinya. Dari penelitian ini didapatkan hasil karakteristik yaitu mayoritas responden berusia 13 tahun sebanyak 25 orang (51,0%). Sehingga umur dapat mempengaruhi kematangan emosi dan perkembangan konsep dirinya.

Sesuai dengan teori 15 , konsep diri positif yaitu pertama gambaran diri dimana remaja dapat menerima tubuhnya secara baik atau sadar yang meliputi performen, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan ukuran bentuk tubuhnya. Kedua ideal diri dimana remaja berprilaku yang baik dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita, keinginan yang ingin di capai, dengan mewujudkan apa yang diinginkan. Ketiga harga diri dimana siswa

(7)

menilai dirinya secara positif dengan diikuti prilaku individu yang baik dan dapat disukai, disayangi, dan dicintai orang lain. Keempat peran diri dimana sikap, pola prilaku, dan nilai siswa yang memiliki harapan untuk memenuhi peranya di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah. Terahir identitas diri, dimana remaja dapat menyadari akan pribadinya sendiri dengan pengamatan dan penilaian dirinya sendiri. Hal ini didukung dengan hasil data konsep diri positif pada perempuan yaitu sebanyak 18 orang (64,3%), dimana menurut 16 , konsep diri perempuan berkorelasi dengan persepsi mereka sendiri tentang daya tarik fisiknya yaitu perempuan lebih cenderung kepenampilannya karena perempuan menganggap penampilan adalah panduan dari yang utama seperti tubuh ideal, citra diri, konsep diri, kepercayaan dan jati diri.

Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian dari 17 , dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja” dimana hasilnya mengatakan bahwa sebagian besar remaja pada masa pubertas termasuk dalam kategori konsep diri yang positif.

b. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja SMP Kanisius Gayam Yogyakarta

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara antara tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas dengan konsep diri remaja. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis statistik uji Chi-square diperoleh nilai X2 7,352 dan p value 0,007 sebesar lebih kecil dari nilai (p<0,05). Hasil ini dapat diartikan bahwa hipotesa alternatif (Ha) diterima. Dimana menurut teori 18 , yang mengatakan bahwa pengetahuan remaja terhadap perubahan hormonal dengan konsepdiri dikarenakan adanya perubahan pesat secara fisik, mental, emosional maupun social, cirinya yaitu bersifat ingin tahu, mencoba dan berekperimen mereka berusaha mencari identitas diri biasanya ini terjadi pada remaja usia 13 tahun dimana didapatkan sebagian besar responden adalah berumur 13 tahun yaitu sebanyak 25 orang (51,0%), ini merupakan masa remaja awal. Sesuai dengan yang dikatakan 19 , bahwa pada masa ini merupakan fase berakhirnya praremaja yang menemukan suatu pola perubahan fisiologi dan hormonalnya dimana tugas perkembangan yang paling penting yaitu belajar mandiri dan melakukan hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda.

Hasil ini memberikan kontribusi signifikan terhadap konsep diri remaja. Ini dikarenakan sebagian besar responden belum memahami secara jelas tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pubertas sehingga remaja tidak mengenali perkembangan konsep pada dirinya. Sesuai dengan 20 , mengatakan masa remaja merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan dimana remaja mengalami suatu periode peralihan suatu masa perubahan, usia bermasalah dan saat dimana remaja mencari identitas menuju masa dewasa.

Ini didukung dengan hasil tabulasi silang yang menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas yang tinggi dengan konsep diri remaja positif dengan kategori sebanyak 19 orang (95,0%), tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas yang tinggi dengan konsep diri remaja negatif dikategorikan sebanyak 1 orang (5,0%), tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas yang sedang dengan konsep diri remaja positif dikategorikan sebanyak 16 orang (55,2%) dan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas yang sedang dengan konsep diri remaja negatif dikategorikan sebanyak 13 orang (44,8%). Semakin sedang tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas maka konsep diri remaja yang dimiliki akan semakin negatif, maka tingkat keeratan hubungannya dikategorikan sedang.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian 12 , dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas Dengan Gambaran Diri Remaja Di SLTP Negeri Se-Yogyakarta” yang mendapatkan hasil bahwa adanya hubungan antara

(8)

pengetahuan tetentang perubahan fisik pada masa pubertas yang dikarenakan kurangnya pemahaman siswa tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pubertas, selain itu faktor penilaian dari teman dan media massa juga mempengaruhi konsep diri remaja.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Hormonal Pada Masa Pubertas sebagian besar dalam kategori sedang yaitu sebanyak 29 orang (59,2%).

2. Konsep diri remajanya dengan kategori positif sebanyak 35 orang (71,4%).

3. Ada hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan hormonal pada masa pubertas dengan konsep diri remaja smp kanisius gayam Yogyakarta. Didukung hasil analisis diperoleh Chi-square X2 7,352 dan nilai p value 0,007 lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Dengan keeratan hubungan didapatkan sedang.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

1. Narendra, M. B. dkk (2002), Tumbuh Kembang Anak dan Remaja , Jakarta : PT. Agung Seto. 2. Latifah, M. (2008). http://tumbuhkembanganak.edublogs.org/ 2008/05/26/

pertumbuhan-fisik-kesehatan-remaja/. 8 Desember 2011

3. Hurlock. (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Yogyakarta : Erlangga.

4. Nursalam, (2009). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Selemba Medika.

5. Notoatmodjo, S. (2007). Ilmu Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

6. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 7. Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 8. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Dan Praktik). Jakarta : PT.

Rineka Cipta .

9. Sugiyono, (2007). Statistika Untuk Penelitian. Jawa Barat : Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).

10. Wong. (2009). Keperawatan Pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC

11. Santrok, J. W. (2007). Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

12. Astuti. (2004). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas Dengan Gambaran Diri Remaja Di SLTP Negeri Se-Jogjakarta, Skripsi, Keperawatan S1, Fakultas Kedokteran, UGM, Yogyakarta, tidak diterbitkan. 13. Gunarsa, Y. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Jakarta. PT BPK Gunung

Mulia

14. Efendi, F dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Selemba Medika

15. Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

16. Melliana, S ,S.A. (2006) Menjelajah Tubuh : Perempuan Dan Mitos Kecantikan : Yogyakarta : PT. LKIS Pelangi Aksara.

17. Mardiyah. (2008). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja SMP Negeri 6 Yogyakarta, Skripsi, Keperawatan S1, Fakultas Kedokteran, UGM, Yogyakarta, tidak diterbitkan. 18.

Yulia Harlina. (2008). Peran Orangtua Dalam Mencegah dan Menggulangi Narkoba.

Jakarta : Balai Pustaka

19. Sunaryo, (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran ECG. 20. Murwani, A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta : Fitramaya

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Referensi

Dokumen terkait

Arus hubungan yang positif menandakan bahwa penggunaan media sosial memiliki pengaruh pada capaian pembelajaran mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang,

Selain data dari hasil wawancara guru dan siswa, menunjukkan bahwa dalam menulis karangan deskripsi masih sangat rendah, bahkan dari 5 siswa kelas VIII B SLB Budi

[r]

Ibu Sri Mulyani, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muria Kudus yang telah membantu dan meluangkan waktu serta

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Estimasi Usia pada

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pergaulan antar siswa dan persepsi tingkat pendidikan guru terhadap prestasi belajar siswa khusunya

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa sifat fisikokimia madu yang paling baik (sesuai SNI) dari desa Bonto Manurung kabupaten

Setelah dilakukan proses identifikasi permasalahan, pengguna dan data, maka dapat diidentifikasi fungsi dari proses penilaian penjualan perlengkapan dan peralatan