• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. digunakan adalah model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. digunakan adalah model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development,"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

47

4.1 Hasil Pengembangan

Pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini menghasilkan Multimedia

Interaktif Berbasis Budaya Lokal Pada Subtema Keberagaman Budaya bangsaku

di kelas IV Sekolah Dasar, yang valid dan praktis. Prosedur Pengembangan yang

digunakan adalah model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development,

Implementation, Evaluation). Untuk melihat kelayakan produk maka akan

dilakukan uji validitas, kepraktisan. Penilaian validitas produk didapat dari hasil

validasi oleh validator ahli dalam bidangnya seperti ahli media, ahli bahasa, ahli

materi. Selanjutnya melihat kepraktisan produk melalui uji coba kelompok kecil

yang terdiri dari sembilan orang peserta didik dengan melakukanya secara

perorangan.

4.1.1 Prosedur Pengembangan

Prosedur model pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Budaya Lokal

pada Tema 1 Subtema 1 di kelas IV Sekolah Dasar yang digunakan adalah Model

Pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation and

Evaluation). Tahapan yang dilakukan dalam pengembangan produk dapat dilihat

(2)

Tabel 15 Rincian Prosedur Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Budaya Lokal

No Prosedur Pengembangan Rincian

1 Analysis (Analisis) 1. Analisis kurikulum

2. Analisis karakteristik peserta didik 3. Analisis kebutuhan sumber belajar

2 Design (Rancangan) 1. Pengumpulan data

2. Membuat rancangan a) Storyboard

3 Development (Pengembangan) 1. Pembuatan produk 2. Validasi instrumen 3. Validasi ahli materi 4. Validasi ahli bahasa 5. Validasi ahli media

4 Implementation (Implementasi) Uji coba peorangan dengan 9 orang anak untuk melihat kepraktisan dan melihat minat belajar siswa

5 Evaluatin (Evaluasi) Evaluasi tiap tahap

4.1.1.1 Analysis (Analisis)

Tahap analisis merupakan tahap awal dari mengembangkan Produk

Multimedia Interaktif. Pada tahap ini kegiatan analisis yang dilakukan adalah 1)

analisis kurikulum, 2) analisis karakter peserta didik, 3) analisis kebutuhan.

1. Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum berguna untuk mengetahui kurikulum yang digunakan

oleh sekolah, melihat Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), serta

mengetahui materi-materi yang terdapat pada Tema 1 Subtema 1 di kelas IV

Sekolah Dasar. Setelah dilakukan analisis pada Kompetensi Dasar dan membaca

buku guru maupun buku siswa pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema

Keberagaman Budaya Bngsaku, pada muatan IPS terdapat Kompetensi Dasar 3.2

yaitu mengindentifikasi keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis dan agama di

Provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan

karakteristik ruang. Akan tetapi, pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema

Keberagaman Budaya Bangsaku dalam buku guru maupun buku siswa sebagai

(3)

Jambi melainkan kebudayaan dari Provinsi lain hal demikian membuat peserta

didik sulit untuk mencari tahu keberagaman yang ada didaerah setempat. Setelah

itu peneliti menganalisis tujuan pembelajaran, adapun tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai peserta didik yaitu mengetahui keragaman budaya di Provinsi

setempat, oleh karena itu perlu adanya bahasan atau media yang dapat membantu

Hal tersebut nantinya akan digunakan sebagai bahan materi untuk pembuatan

sumber belajar Multimedia Interaktif Berbasis Budaya Lokal. Berdasarkan hasil

wawancara kurikulum yang digunakan pada sekolah tersebut adalah kurikulum

2013.

Berdasarkan KI dan KD yang terdapat pada Tema 1 Subtema Keberagaman

Budaya Bangsaku yaitu :

3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya

dengan karakteristik ruang.

4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia;

serta hubungannya dengan karakteristik ruang.

Tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik kelas IV pada Tema 1

Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku adalah:

Tabel 16 Indikator tujuan pembelajaran

NO INDIKATOR TUJUAN

1

Mengidentifikasi keragaman sosial di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang.

Setelah belajar menggunakan meultimedia interaktif Peserta didik dapat mengetahui keragaman sosial Provinsi setempat dengan tepat.

(4)

NO INDIKATOR TUJUAN

2

Mengidentifikasi ekonomi di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang.

Setelah belajar menggunakan meultimedia interaktif Peserta didik dapat mengetahui kegiatan ekonomi Provinsi setempat dengan tepat

3

Menngidentifikasi budaya di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang.

Setelah belajar menggunakan meultimedia interaktif Peserta didik dapat mengetahui keragaman budaya Provinsi setempat dengan tepat

4

Mengidentifikasi etnis/suku di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang.

Setelah belajar menggunakan meultimedia interaktif Peserta didik dapat mengetahui keragaman suku Provinsi setempat dengan tepat

5

mengidentifikasi agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang

Setelah belajar menggunakan meultimedia interaktif Peserta didik dapat mengetahui agama yang ada di Provinsi setempat dengan tepat

6

Menjelaskan hasil identifikasi keragaman budaya di Provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karateristik ruang.

Setelah belajar menggunakan meultimedia interaktif Peserta didik dapat menjelaskan keragaman budaya Provinsi setempat dengan tepat

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi multimedia interaktif belum

tersedia di SD tersebut dan belum terkembangkan untuk menjadi sumber balajar

budaya lokal. Guru tidak mempunyai cukup waktu untuk menyusun serta untuk

membuat sumber belajar terutama yang berbasis budaya lokal didalamnya sehingga

guru mengandalkan buku tematik saja. Maka peneliti melakukan pengembangan

Multimedia Interaktif Berbasis Budaya Lokal yang dikembangkan dari muatan KD

IPS yang di kelas IV Sekolah Dasar.

2. Analisis Karakter Peserta Didik

Tabel 17 hasil observasi karakteristik peserta didik No Deskriptor Hasil Observasi yang

sesuai teori Hasil observasi di lapangan

1 Memiliki pemikiran

operasional konkret

Peserta didik rata-rata dalam tingkat pemikiran tahap operasional konkret yang membutuhkan hal-hal yang konkret dalam pembelajaran (yang nyata)

Sama seperti teori peserta didik lebih suka hal yang konkret dan nyata tetapi karena kurangnya sumber belajar ataupun media pembelajarann yang memasukan hal konkret maka kebanyakan anak anak hanya bias terpaku pada penjelasan guru saja.

(5)

2 Senang bermain

Peserta didik sangat senang jika diajak bermain dalam belajar. Hal itu menumbuhkan semangat belajar bagi peserta didik

Sama seperti teori peserta didik sangat suka bermain mereka lebih suka belajar yang seperti bermain. Di dalam pembelajaran guru telah menerepkan konsep belajar sambil bermain

3

Senang belajar dalam kelompok dan saling bertukar pikiran

Dalam bekerja kelompok peserta didik cukup aktif dan mereka saling bercengkerama dan mengeluarkan pendapat mereka.

Peserta didik lebih suka bekerja bersama tetapi tetap harus diarahkan karena jika mereka dibiarkan berkumpul begitu saja malah hanya bermain dan tidak belajar

4 Memiliki rasa ingin

tahu

Peserta didik akan menanyakan hal hal yang baru dilihatnya terutama dalam bentuk gambar, atau bentuk yang lainya yang dirasanya itu baru dan aneh serta menarik untuk diketahuinya.

Disini terlihat peserta didik rasa ingin tahunya lebih tinggi ketika guru menunjukan nhal hal baru dalam pembelajaran ketika itu guru membawa buku bergambar rumah adat. Anak anak langsung penasaran

Guru dalam proses pembelajaran pada dasarnya harus memahami karakter

peserta didik. Berdasarkan hal tersebut pada penelitian pengembangan ini

dilakukan analisis karakter peserta didik yang bertujuan untuk melakukan

pengembangan sesuai dengan karakter peserta didik.

Peneliti pada tahap ini melakukan observasi. Peneliti menemukan bahwa

peserta didik kelas IV berada pada tahapan operasional konkret. Pada tahapan ini

peserta didik masih melihat segala sesuatu masih dalam satu keutuhan dan hanya

mampu memahami kejadian yang nyata. Hal tersebut terlihat saat guru

menampilkan gambar konkret peserta didik cukup cepat dalam merespon.

Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan sumber belajar yang di dalamnya

menampilkan sesuatu yang konkret, karena hal itu yang akan menjadikan

(6)

interaktif yang menampilkan sesuatu yang konkret dan memiliki keterpaduan

sehingga menjadi sebuah keutuhan.

3. Analisis kebutuhan pengembangan

Adapun hasil wawancara bersama guru kelas IVA SD Negeri 84/IV Kota

Jambi mengenai ketersediaan bahan ajar yang diperoleh yaitu sebagai berikut:

Tabel 18 Wawancara guru

No Nama guru Hasil Wawancara

1 Rita Novyarti, S.Pd, M.Pd

Menurut guru, pemanfaatan teknologi dalam pemeblajaran sangat membantu dalam proses pembelajaran dan peserta didik lebih tertarik. Dengan adanya pemanfaatan teknologi seperti media yang berintegrasi dengam TIK peserta didik memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan adanya hal yang baru. Selain itu, proses pembelajaran menjadi aktif dengan adanya timbal balik antara guru dan peserta didik. Namun sering terjadi kendala dalam penggunaan media TIK dikarenakan terbatasnya jumlah proyektor yang ada.

Budaya lokal adalah budaya yang ada di daerah kita masing- masing. Contohnya yaitu makanan tradisional seperti tempoyak, rumah adat kajanglako, terus tari tarian adat. Di sekolah ini sumber belajar ataupun media pembelajara yang berkaitan dengan budaya lokal belum ada.

Untuk mengatasi hal tersebut guru mempelajari budaya lokal terlebih dahulu seperti mencari di google dan buku buku lainya tentang daerah Jambi dan menjelakan materi yang dirasa paham saja. Rasa ingin tahu peserta didik lebih rendah tentang budaya lokal dikarenakan buku yang guru gunakan seabgai bahan ajar dan sumber hanya menjelaskan budaya secara umum dan kebanyakan menjelaskan budaya daerah lain.

Dengan adanya sumber belajar seperti multimedia interaktif berbasis budaya lokal yang akan membuat peserta didik senang karena penyajian materi yang memberikan inovasi baru dalam proses pembelajaran. Harapan saya dengan adanya sumber belajar pendukung terkhusus yang mengaitkan pembelajaran dengan budaya lokal agar nilai-nilai kebudayaan daerah Jambi kita tidak hilang dan tetap bisa dilestarikan

Tabel 19 Angket kebutuhan pengembangan

No Pernyataan Pilihan Pernyataan

SS S R TS STS

1 Kegiatan belajar mengajar belum menghasilkan

pembelajaran yang menarik. 

2 Strategi pembelajaran belum mengarahkan peserta didik agar lebih mengenal pembelajaran memperkenalkan teknologi.

(7)

No Pernyataan Pilihan Pernyataan

SS S R TS STS

3 Memiliki kendala untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna sehingga Memerlukan solusi agar peserta didik lebih tertarik dalam pembelajaran.

 4 Belum menyediakan bahan pendukung sumber

belajar seperti media pembelajaran dalam pembelajaran terkhusus muatan IPS berbasis budaya Lokal.

 5 Memerlukan bahan pendukung seperti media

pembelajaran agar pembelajaran lebih menarik.  6 Biaya yang diperlukan untuk menyediakan bahan

pendukung bahan pendukung seperti media pembelajaran tidak terjangkau.

 7 Waktu yang diperlukan untuk menyiapkan bahan

pendukung bahan pendukung seperti media pembelajaran tidak tercukupi.

 8 Tahapan-tahapan dalam pembuatan bahan

pendukung seperti media pembelajaran tidak mudah dilaksanakan.

 9 Belum adanya sumber belajar yang mendekatkan

dengan budaya disekitar peserta didik. 

10 Pengimplementasian bahan pendukung dalam

pembelajaran memakan waktu yang cukup lama. 

11 Belum adanya penggunaan Multimedia Interaktif

pada tema-tema pembelajaran 

12 Dibutuhkan media pembelajaran yang sesuai dengan

kondisi lingkungan 

13 Dibutuhkan media pembelajaran yang membuat

pembelajaran menjadi kontekstual 

14 Perlunya media pembelajaran yang membuat peserta didik untuk ikut serta mengalami langsung materi pembelajaran

 15 Dibutuhkan media pembelajaran yang mengenalkan

budaya lokal didalamnya. 

16 Diperlukannya pengembangan bahan pendukung bahan pendukung seperti media pembelajaran pada Tema 1 subtema 1 keberagaman budaya bangsaku berupa Multimedia Interaktif yang menarik sehingga pembelajaran lebih bermakna

Tabel 20 Observasi awal tentang minat

No. Deskriptor Hasil Observasi awal

1. Rasa Suka/Senang

Dari keseluruhan peserta didik, hanya beberapa orang yang langsung mengamati apa yang diajarkan pendidik, peserta didik yang lainnya masih acuh tak acuh atau mengobrol

2. Rasa Ketertarikan

Hanya sebagian peserta didik yang tertarik dengan media yang diberikan pendidik, mereka meminta pendidik terus memperlihatkan ulang medianya selama pembelajaran.

3. Kesadaran Untuk Belajar Sendiri

Hanya sedikit peserta didik yang terlihat mengerjakan tugas yang diberikan

4. Keterlibatan Peserta Didik

Banyak peserta didik mengeluh saat diberikan media oleh pendidik karena peserta didik yang duduk dibagian belakang tidak dapat melihat dengan baik.

(8)

5 .5

Perhatian Peserta Didik

Peserta didik cenderung pasif dalam pembelajaran dan tidak memerhatikan materi yang disampaikan pendidik karena saat pembelajaran berlangsung banyak peserta didik yang mengobrol dengan temannya. Hanya peserta didik yang duduk dibaris depan yang memperhatikan penyampaian pendidik

Sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud

tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah

maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam

mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Berdasarkan hasil

pengamatan, wawancara dan angket dengan Ibu Rita Novyarti, S.Pd, M.Pd selaku

guru kelas didapatkan data tepatnya pada pembelajaran di tema 1 indahnya

kebersamaan subtema 1 keberagaman budaya bangsaku peneliti melihat

bahwasanya pada saat pembelajaran berlangsung, adanya beberapa penjelasan

dalam pembelajaran yang tidak sesuai lingkungan peserta didik seperti kurangnya

materi tentang daerah lokal yaitu Provinsi Jambi. Padahal jika dilihat dari KD

muatan IPS dijelaskan tentang pengaitan dengan Provinsi Setempat yang mana

dikaitkan sesuai daerah tempat masing masing peserta didik tersebut yaitu Provinsi

Jambi, sedangkan untuk materi yang diajarkan memberikan keleluasaan bagi

pendidik untuk mendesain serta mengaitkan pembelajaran dengan kebudayaan

yang terdapat di Provinsi setempat yaitu Provinsi Jambi. Pada materi ini juga

membutuhkan sumber belajar yang membuat peserta didik mengamati ataupun

bermain sambil belajar yang disesuaikan dengan karakter peserta didik

Analisis kebutuhan sumber belajar dilakukan untuk mengetahui segala

sesuatu yang dibutuhkan bagi peserta didik dan guru berdasarkan pengamatan

(9)

pengembangan oleh pendidik wali kelas IV A, tepatnya pada pembelajaran di tema

1 indahnya kebersamaan subtema 1 keberagaman budaya bangsaku pada

pembelajaran IPS peneliti melihat bahwasanya pada saat pembelajaran

menggunakan teks dan gambar yang hanya bisa dilihat, padahal materi yang

diajarkan memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk menyajikan pembelajaran

dengan menggunakan sumber belajar yang bervariasi seperti menggunakan

teknologi didalam pemnelajaran sehingga minat belajar anak juga tumbuh untuk

belajar.

Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti berusaha mengembangkan

sumber belajar yang sesuai berupa multimedia interaktif yang berisi rumah adat,

pakaian adat, alat musik, makanan khas, suku, tari daerah, senjata khas dan

pariwisata daerah Jambi Produk ini di harapkan mampu membantu peserta didik

memahami keberagaman kebudayan yang ada di Jambi.

4.1.1.2 Perancangan

Tahapan selanjutnya adalah desain atau perancangan. Perancangan produk

dilakukan dengan beberapa langkah yaitu:

a. Pengumpulan Data

Setelah melakukan analisis kurikulum maka dilakukan pengumpulan data

berupa kompetensi inti dan kompetensi dasar yang kemudian akan dirumuskan

menjadi indikator. Setelah itu maka dikumpulkan materi sesuai dengan kompetensi

yang akan dicapai dan karakter peserta didik. Setelah materi terkumpul adalah

(10)

b. Membuat rancangan

Setelah dilakukan pengumpulan data, selanjutnya membuat rancangan

Multimedia Interaktif berbasis Budaya lokal dalam bentuk storyboard dan

prototype. Dalam storyboard dan protype harus mencantumkan komponen yang

dibutuhkan dalam Multimedia Interaktif agar sistematis dan layak untuk digunakan

dalam proses pembelajaran.

1. Membuat tampilan awal atau proses pembukaan multimedia interaktif

Gambar 3 Halaman memulai

Didalam tampilan ini terdapat logo dari multimedia interaktif dan nama dari

pembuat multimedia interaktif. Desain dari logo di buat menggunakan power point,

mengapa power poin , peniliti menggunakan software yang mudah dan fleksibel

bisa di perangkat apa saja dan bisa memudahkan setiap perangkat yang beragam

spesifikasi bisa memakainya. Setelah di buat maka diintegrasikan ke program

articulate storyline 3 untuk diedit sehingga menjadi tampilan yang bergerak dan

(11)

2. Membuat tampilan memulai memainkan multimedia interaktif

Gambar 4 Tampilan memulai

Tampilan ini dibuat langsung menggunakan articulatae storyline 3. tampilan

ini digunakan sebelum memasuki tombol menu ibarat ini adalah tombol

pengantarnya atau cover.

(12)

Gambar 5 Tampilan menu

Tampilan ini adalah tampilan yang berisi tombol tombol menuju kesetiap

bagian yang ada didalam multimedia interaktif seperti materi , video,kuis dan

lainya. Tombol tombol dan perangkat yang ada di buat langsung menggunakan

articulate stroyline 3 tetapi untuk gambar kartun didalamnya diunduh melalui

internet

4. Membuat tampilan dan isi kompetensi inti multimedia interaktif

(13)

Gambar 6 Tampilan Kompetensi Inti dan Dasar

Tampilan ini adalah tampilan yang berisi penjelasan kompetensi inti dan

dasar dari pembelajran yang ada didalam multimedia interaktif. Tombol tombol dan

perangkat yang ada di buat langsung menggunakan articulate stroyline 3 tetapi

untuk gambar kartun didalamnya diunduh melalui internet.

5. Membuat tampilan tombol materi- materi multimedia interaktif

Gambar 7 Tampilan Menu Materi

Tampilan ini adalah tampilan yang berisi tombol tombol menuju kesetiap

(14)

articulate stroyline 3 tetapi untuk gambar kartun didalamnya diunduh melalui

internet.

6. Membuat tampilan isi materi multimedia interaktif

Gambar 8 Tampilan Isi Materi

Tampilan ini adalah tampilan yang berisi materi. Tombol dan perangkat yang

ada di buat langsung menggunakan articulate stroyline 3 tetapi untuk gambar

kartun didalamnya diunduh melalui internet.

7. Membuat tampilan menu video multimedia interaktif

Gambar 9 Tampilan menu video

(15)

Tampilan ini adalah tampilan yang berisi video. Tombol dan perangkat yang

ada di buat langsung menggunakan articulate stroyline 3 tetapi untuk gambar

kartun didalamnya diunduh melalui internet.

8. Membuat tampilan kuis multimedia interaktif

Gambar 10 Tampilan kuis

Tampilan ini adalah tampilan yang berisi kuis terdiri berbagai macam kuis

yang menarik minat anak dalam mencoba hal baru. Tombol dan perangkat yang ada

di buat langsung menggunakan articulate stroyline 3 tetapi untuk gambar kartun

(16)

9. Membuat tampilan info sumber multimedia interaktif

Gambar 11 Tampilan info sumber

Tampilan ini adalah tampilan yang berisi info sumber darimana materi

gambar dan hal lain nya di dapatkan. Tombol dan perangkat yang ada di buat

langsung menggunakan articulate stroyline 3 tetapi untuk gambar kartun

didalamnya diunduh melalui internet.

10. Membuat tampilan info pengembang multimedia interaktif

(17)

Tampilan ini adalah tampilan yang berisi penjelasan tentang pengembang

multimedia interaktif. Tombol dan perangkat yang ada di buat langsung

menggunakan articulate stroyline 3 tetapi untuk gambar kartun didalamnya

diunduh melalui internet

4.1.1.3 Development (Pengembangan)

Pada tahap ini meliputi pembuatan produk dan instrumen validasi setelah itu

melakukan proses validasi meliputi 3 ranah yaitu validasi materi, validasi bahasa

dan validasi med ia yang divalidasi oleh 3 validator ahli. Instrumen validasi berupa

angket yang menggunakan skala Likert.

1. Pembuatan produk

Pembuatan produk multimedia interaktif mengikuti dari struktur dalam

storyboard. Multimedia interaktif yang dibuat terdiri dari enam pembelajaran

Budaya Lokal. Produk yang sudah selesai dibuat, selanjutnya akan divalidasi oleh

tim ahli untuk melihat kelayakan produk yang telah dibuat untuk digunakan dalam

pembelajaran.

2. Validasi Instrumen

Sebelum melakukan proses validasi produk, instrumen yang akan digunakan

akan divalidasi oleh tim ahli yaitu bapak Agung Rimba, S.Pd., M.Pd. Instrumen

yang akan divalidasi meliputi instrumen validasi materi pembelajaran, bahasa, dan

(18)

Gambar 13 persetujuan instrumen validasi

3. Validasi Produk a. Validasi Ahli Materi

Validasi materi pembelajaran dilakukan untuk melihat kesesuaian indikator

dengan KD tujuan pembelajaran, kesesuain materi dengan KD dan Tema yang

dipakai. Kesesuain tugas dengan materi, kesesuaian materi dengan karakter peserta

didik, dan kesesuaian Multimedia Interaktif dengan pembelajaran Budaya Lokal.

Proses validasi dilakukan sebanyak 2 kali dengan ibu Dr,Dra,hj.destrineli M.Pd

sebagai validator sampai dengan dinyatakan valid.

Presentase tingkat validitas produk (p) diperoleh dari jumlah skor yang

didapat (x) dibagi dengan jumlah skor maksimal (xi) dikali 100%. Setelah

memperoleh hasilnya, maka dapat ditentukan tingkat validitas multimedia interaktif

yang dikembangkan. Penilaian dari validator ahli materi disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 21 hasil validasi materi multimedia interaktif berbasis budaya lokal

No Aspek/unsur Hasil validasi

Tahap i Tahap ii 1 Kelengkapan materi 4 4 2 Keluasan materi 2 4 3 Kedalaman materi 2 3 4 Keakuratan konsep 2 3 5 Keakuratan defenisi 2 3

(19)

No Aspek/unsur Hasil validasi Tahap i Tahap ii 6 Keakuratan fakta 3 4 7 Gambar / ilustrasi 4 5 8 Video 4 5 9 Keakuratan istilah 3 4

10 Mendorong rasa ingin tahu siswa 4 4

11 Mencantumkan budaya local 4 5

12 Keakuratan data 3 4

Jumlah 37 48

Skor validitas 61.6% 80%

Kategori Cukup

Valid Valid

Berdasarkan tabel 21 hasil validasi materi pada tahap I memperoleh nilai 37

dengan persentase 61.6% berada pada kategori valid. Validator menyimpulkan

bahwa multimedia interaktif yang telah dikembangkan masih belum dapat

digunakan dalam proses pembelajaran karean masih ada kekurangan dalam materi

dan penjelasan materinya.. Saran yang didapat dari validator, yakni: 1) kd pada

masih belum tercover di indikator, 2) perbaiki indikator dan tujuan pembelajaran.

3) Penyederhanaan materi yang terbilang terlalu luas, 4) perbaikan materi

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, 5) Penambahan ilustari dan gambar

yang membuat peserta didik lebih berkesan dan tertarik seusai dengan muatan

materi.

Masukan yang diberikan pada validasi tahap I, menjadi bahan perbaikan

untuk melanjutkan validasi pada tahap II. Pada validasi tahap II diperoleh nilai

dengan persentase 80% berada pada kategori valid. Dengan begitu multimedia

interaktif berbasis budaya lokal pada tema 1 subtema 1 oleh validator dinyatakan

(20)

sebelum revisi sesudah revisi

Gambar 14 Revisi perbaikan materi menjadi lebih menarik

b. Validasi Ahli Bahasa

Validasi bahasa dilakukan dengan Ibu Rita Novyarti S.Pd, M.Pd sebagai ahli

bahasa. Komponen yang divalidasi adalah ketepatan kalimat yang digunakan,

keefektifan kalimat dan ketepatan tanda baca yang digunakan di dalam multimedia

interaktif. Penggunaan bahasa perlu divalidasi agar ketika peserta didik membaca

ataupun mengerjakan tugas yang ada dalam multimedia interaktif tidak salah

makna. Proses validasi bahasa dilakukan sebanyak 2 kali sampai dengan

multimedia interaktif dinyakatakan valid. Adapun hasil validasi ahli bahasa adalah

sebagai berikut:

Tabel 22 Hasil validasi bahasa Multimedia Interaktif Berbasis Budaya Lokal

No Aspek/unsur Hasil Validasi

Tahap I Tahap II

1 Ketepatan kalimat 2 3

2 Struktur kalimat 2 3

3 Keefektifan kalimat 2 3

4 Kebakuan istilah 2 3

5 Pemahaman terhadap pesan atau informasi 2 4

6 Kemampuan memotivasi siswa 2 4

7 Kesesuaian dengan perkembangan intelektual siswa 2 4 8 Kesesuaian dengan perkembangan emosional siswa 3 4

9 Ketepatan tata Bahasa 2 4

10 Ketepatan ejaan 2 3 Jumlah 21 35 Skor Validitas 42% 70% Kategori Cukup valid Valid

(21)

Tingkat validitas aspek bahasa multimedia interaktif berbasis budaya lokal

dapat dilihat pada tabel 22. Pada validasi tahap I memperoleh skor 17 dengan

persentase 42 % pada kategori cukup valid. Validator menyatakan bahwa dari segi

bahasa multimedia interaktif yang dikembangkan belum dapat digunakan dan perlu

dilakukan revisi. Saran yang diperileh dari validasi tahap I, yaitu: 1) perlu perbaikan

pada ketepatan struktur kalimat pada materi dan soal, 2) perlu perbaikan pada

penulisan huruf kapital dan kata depan dalam menyatakan tempat, 3) banyak

kalimat yang terdapat pada materi membingungkan dan rancu, 4) masih banyak

kesalahan dalam menyusun kalimat, 5) Ejaan yang dibuat belum sesuai dengan eyd,

5) perlu perbaikan pada penulisan tanda baca pada kalimat perintah dan pertanyaan,

6) Perlu perbaikan pada penggunaan tanda baca, 7) Terdapat kalimat yang belum

efektif,

Berdasarkan saran yang diberikan validator, peneliti melakukan revisi

multimedia interaktif yang selanjutnya dilakukan penilaian kembali oleh validator

pada tahap II. Pada tahap II mendapatkan skor 37 dengan persentase 70% berada

pada kategori valid. Adapun rincian dari aspek bahasanya adalah penggunaan kata

yang sudah sesuai untuk karakteristik peserta didik, kata dan kalimat yang mnudah

di pahami dan dapat menyampaikan materi dengan seksama serta telah menglamai

perbaikan dari 7 poin pada tahap 1. Validator menyatakan bahwa multimedia

interaktif berbasis budaya lokal dari aspek bahasa dikatakan valid dan layak

(22)

sebelum revisi sesudah revisi

Gambar 15 Revisi perbaikan kata dan perbesaran huruf

c. Validasi Ahli Media

Tahapan validasi media meliputi kesesuaian warna, kemenarikan gambar,

kesesuaian gambar, kesesuaian media, hal tersebut harus dissesuaikan dengan

karakter peserta didik. Kemenarikan multimedia interaktif yang telah dibuat akan

merangsang peserta didik untuk mempelajarinya. Selain kemenarikan aspek

kesesuaian gambar dengan materi juga harus diperhatikan, agar peserta didik tidak

salah makna ketika membaca multimedia interaktif dalam proses pembelajaran.

Proses validasi media dilakukan dengan bapak Agung Rimba, S.Pd., M.Pd sebagai

validator.

Gambaran deskriptif penilaian media terhadap multimedia interaktif berbasis

budaya lokal dilakukan melalui angket. Tingkat validitas desain multimedia

interaktif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 23 Hasil validasi media

No Aspek/unsur Hasil Validasi

Tahap I Tahap II

1 Multimedia Interaktif memiliki kualitas yang baik 2 4 2 Multimedia Interaktif yang digunakan rapi dalam tata letak 2 4 3 Media yang digunakan jelas teks suara dan gambar dalam

penyajiannya 2 4

4 Media berwarna menarik dapat menarik minat peserta didik

untuk belajar 2 4

5 Kesesuaian media dengan karakteristik anak sekolah dasar

(23)

No Aspek/unsur Hasil Validasi Tahap I Tahap II

6 Media mudah dibawa dan disimpan 3 4

7 Kesesuaian Multimedia Interaktif sesuai dengan sasaran

subjek pembelajaran 3 4

8 Multimedia Interaktif yang digunakan sesuai dengan topik

yang diajarkan yaitu pembelajaran berbasis budaya lokal 3 4 9 Multimedia Interaktif sesuai dengan tujuan muatan berbasis

budaya local 3 4

10 Multimedia Interaktif dapat digunakan secara berulang-ulang 3 4

Jumlah 25 40

Skor Validitas 50 % 80 %

Kategori valid Valid

Berdasarkan tabel 23 hasil validasi media pada tahap I mendapatkan skor 25

dengan persentase 50% berada pada kategori valid. Meskipiun begitu validator

menyatakan multimedia interaktif perlu dilakukan revisi pada beberapa aspek,

yaitu: 1) perlu perbaikan pada penggunaan ilustrasi dan gambar, 2) kombinasi

warna yang digunakan perlu diperbaiki, 3) Tampilan penyajian materi dalam media

yang harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Saran yang diberikan

validator akan dijadikan bahan perbaikan multimedia interaktif yang

dikembangkan.

Setelah melakukan revisi, dilakukan penilaian pada tahap II diperoleh skor

35 dengan persentase 80 % dalam kategori sangat valid. Adapun rincian dari

penilaian tahap dua telah adanya perbaikan dari poin poin tahap 1 yang terdapat 3

poin saran dari validator sehingga Berdasarkan hasil penilaian pada tahap II,

validator menyatakan bahwa multimedia interaktif berbasis budaya lokal dari aspek

(24)

sebelum revisi sesudah revisi

sebelum revisi sesudah revisi

Gambar 16 Revisi perbaikan tampilan

4.1.1.4 Penerapan (implementasi)

Pada tahap ini dilakukan uji coba terbatas yaitu uji coba perorangan

dilakukan untuk melihat tingkat kepraktisan dari multimedia interaktif yang telah

dikembangkan serta melihat minat belajar dari peserta didik saat menggunakan

media dengan menggunakan 2 angket respon yang di tujukan kepada peserta didik

dan guru. Uji coba dilakukan dengan peserta didik berjumlah 9 orang. Peserta didik

yang dipilih terdiri dari kemampuan yang berbeda. Setelah uji coba peserta didik

(25)

telah dikembangkan dan minat belajar peserta didik. Selain dari peserta didik,

peneliti juga memberikan angket kepada guru untuk melihat tingkat kepraktisan

multimedia interaktif yang telah dikembangkan dari sudut pandang guru. Jika hasil

angket yang diperoleh berada pada kategori tidak praktis, maka akan multimedia

interaktif yang dikembangkan harus direvisi sesuai masukan yang diberikan sampai

dengan multimedia interaktif dapat dikategorikan praktis.

1. Penilaian Kepraktisan Oleh Siswa

Tingkat kepraktisan multimedia interaktif berbasis budaya lokal yang

dikembangkan dapat dilihat dari respon peserta didik. Hal tersebut dilakukan

dengan melakukan penyebaran angket kepada peserta didik, dimana subjeknya

adalah peserta didik kelas IV SD N 84/IV KOTA JAMBI berjumlah 9 orang.

Berikut adalah hasil uji coba perorangan:

Tabel 24 hasil angket kepraktisan oleh peserta didik

No Pernyataan Nama Peserta Didik

EA TP MP JH SU IN AU DW SM

1.

Saya senang belajar menggunakan Multimedia Interaktif berbasis Budaya Lokal

4 5 5 4 4 5 5 5 5

2.

Saya mudah memahami materi pada pembelajaran IPS berbasis budaya lokal dengan

menggunakan media

4 4 5 4 4 5 5 4 5

3.

Saya mudah memahami gambar pada media Multimedia

Interaktif 4 4 4 4 4 5 5 4 5

4.

Saya dapat membaca dengan jelas tulisan pada media Multimedia Interaktif

4 4 4 3 4 5 4 4 4

5.

Saya lebih aktif mengikuti pembelajaran jika menggunakan

media Multimedia Interaktif 3 3 4 4 3 5 4 4 4 6. Saya tidak merasa kesulitan

(26)

Tabel 24 menunjukkan jumlah penilaian respon peserta didik pada saat

dilakukan uji coba kelompok kecil mencapai persentase 86% dengan kategori

sangat praktis. Secara keseluruhan setiap aspek mendapatk an kategori interpretasi

sangat bagus. Dari hasil uji coba kelompok kecil dengan kategori sangat praktis

maka, disimpulkan bahwa multimedia interaktif berbasis budaya lokal sudah dapat

digunakan dalam pembelajaran.

2. Penilaian Kepraktisan Oleh Guru

peneliti memberikan angket kepraktisan diberikan kepada guru. Hasil

penilaian oleh guru akan dijadikan bahan perbaikan yang digunakan untuk pembelajaran Multimedia

Interaktif

7.

Saya lebih bersemangat belajar jika menggunakan media pembelajaran Multimedia Interaktif

4 4 4 4 4 5 5 4 5

8.

Saya merasa ingin tahu materi yang diberikan oleh guru jika

belajar menggunakan media 4 4 4 4 4 5 5 4 5

9.

Saya mudah memahami kata-kata keterangan gambar yang ada pada Multimedia Interaktif

4 4 4 4 4 5 5 4 5

10 .

Media yang digunakan membuat saya tertarik untuk mempelajarinya

5 4 5 5 4 5 5 4 5

11 .

warna dari media Multimedia Interaktif membuat saya menjadi tertarik dan semangat untuk mempelajarinya.

5 4 5 4 4 5 5 5 5

12 .

Saya menjadi lebih mudah mengetahui budaya yang ada di Provinsi Jambi dengan adanya Multimedia Interaktif berbasis Budaya Lokal

5 5 5 5 4 5 5 5 5

Jumlah 50 48 52 49 47 58 57 51 57

Presentase 86%

(27)

mendapatkan multimedia interaktif yang praktis digunakan pada proses

pembelajaran. Berikut ini adalah hasil penilaian angket kepraktisan oleh guru:

Tabel 25 Hasil angket kepraktisan oleh guru

No Pernyataan Skor Nilai

1. Multimedia Interaktif dapat membantu guru dalam mengajarkan materi

kepada peserta didik 4

2. Multimedia Interaktif dapat membantu peserta didik lebih mudah memahami

materi yang disampaikan guru 4

3. Multimedia Interaktif dapat membuat tertarik peserta didik 5 4. Multimedia Interaktif dapat membantu guru membuat suasana belajar lebih

menyenangkan 4

5. Penggunaan kalimat/tata bahasa pada Multimedia Interaktif mudah dipahami

guru 4

6. Multimedia Interaktif dapat membantu guru dalam memotivasi peserta didik 4 7. Multimedia Interaktif dapat meningkatkan keaktifan peserta didik 4 8. Komposisi penggunaan gambar dan tulisan sesuai dengan keperluan 4 9. Pembelajaran mengenai budaya lokal termuat di dalam Multimedia interaktif 4 10.

Dengan adanya Multimedia Interaktif pembelajaran budaya lokal menjadi lebih menarik dan sekaligus menunjukan kepada anak tentang penggunaan teknologi dalam pembelajaran

5

11.

Dengan adanya Multimedia Interaktif berbasis budaya lokal menjadikan pengenalan budaya lokal Provinsi Jambi menjadi lebih mudah diperkenalkan kepada siswa

5 12. Pembelajaran IPS Budaya Lokal menjadi lebih menarik dengan adanya

multmedia intarik berbasis budaya local 5

Jumlah 52

Persentase 86 %

Kategori Sangat

Praktis

Berdasarkan Tabel 25 hasil penilaian kepraktisan yang diberikan guru

mendapatkan skor 52 dengan persentase 86% dengan kategori praktis. Setiap aspek

yang telah dikembangkan, memperoleh respon yang baik oleh guru sehingga

mendapatkan penilaian yang baik sehingga memperoleh kategori sangat praktis

layak digunakan dalam pembelajaran

4.1.1.5 Evaluasi

Tahapan evaluasi ini yang akan dilakukan adalah mengkaji kembali hal-hal

yang terkait dengan pengembangan multimedia interaktif berbasis budaya lokal.

(28)

interaktif yang telah dikembangkan. Evaluasi dapat dilakukan disetiap tahap pada

model ADDIE. Selama melakukan pengembangan, terdapat banyak saran, kritik

dan masukan yang didapat dari validator. Saran, kritik dan masukan yang

diberikan menjadi pedoman atau tolak ukur dalam melakukan revisi pada

setiap tahapannya guna perbaikan produk yang lebih baik lagi. Seperti ketika

validasi media ada kekurangan pada kemenarikan tampilan media di evaluasi

kembali sehingga di perbaikilah kekurangan dari tampilan media.

Evaluasi terakhir dilakukan untuk mengetahui apakah multimedia interaktif

dinyatakan valid untuk digunakan dan diuji cobakan. Berdasarkan hasil validasi

yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa menurut validator ahli media,

validator ahli materi dan validator ahli bahasa Multimedia Interaktif yang

dikembangkan dinyatakan valid dan layak untuk digunakan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa Multimedia interaktif berbasis budaya lokal pada kelas IV

Sekolah Dasar valid untuk digunakan dalam proses pembelajaran..

4.2 Pembahasan

4.2.1 Prosedur Pengembangan

Berdasarkan prosedur pengembangan addie, langkah-langkah dalam

mengembangkan multimedia interaktif berbasis budaya lokal pada tema 1 subtema

1 keberagaman budaya bangsaku kelas IV sekolah dasar yang pertama

analysis(analisis), pada tahap analisis hal-hal yang akan dianalisis adalah

kurikulum, karakter peserta didik, kebutuhan pengembangan sumber belajar.

Kedua design(desain), peneliti merancang multimedia interaktif berbasis budaya

lokal berpedoman dari hasil analisis yang dilakukan. Pada tahap desain peneliti

(29)

multimedia interaktif. Ketiga development (mengembangkan), dimulai dengan

membuatan produk, lalu membuat instrumen validasi yang nantinya divalidasi.

Setelah produk dan instrumen validasi telah selesai dibuat, selanjutnya dilakukan

validasi produk oleh tim ahli. Validasi produk meliputi validasi pembelajaran,

validasi bahasa dan validasi media. keempat Implementation (Implementasi) Pada

tahap Produk yang selesai telah selesai divalidasi akan di uji cobakan. Dilakukan

uji coba terbatas yaitu uji coba perorangan untuk melihat tingkat kepraktisan dari

multimedia interaktif yang telah dikembangkan.. Evaluation (evaluasi), tahapan ini

untuk mengkaji kembali bahwa multimedia interaktif yang telah dikembangkan

layak digunakan dalam pembelajaran. Jika dinyatakan belum layak maka akan

dilakukan revisi sampai dengan dinyakatakan layak digunakan kegiatan evaluasi

dilakukan pada setiap tahapan.

Berdasarkan pemaparan tersebuk prosedur ADDIE sangat cocok digunakan

dalam mengembangkan multimedia interaktif berbasis budaya lokal. karena model

ini menguraikan secara jelas dari tahapan-tahapannya dan apa saja yang dilakukan.

Kesalahan sedikit saja akan berpengaruh besar tehadap peserta didik, maka

dibutuhkan prosedur pengembangan yang baik untuk meminimalisir kesalahan.,

serta mengharuskan peneliti melakukan evaluasi setiap tahapannya untuk

meminimalisir kesalahan.

4.2.2 Validasi Produk

Validitas multimedia interaktif dalam penelitian ditinjau dari penilaian

validator dan uji coba yang dilakukan. Penilaian validator meliputi aspek materi,

(30)

dengan persentase 80 % dengan mengacu tingkat validitas produk menurut (ridwan

2013), maka multimedia interaktif yang telah dikembangkan dari aspek materi

dikata valid. Aspek bahasa dari multimedia interaktif yang telah dikembangkan

mendapatkan skor 47 dengan persentase 70% sehingga dari segi bahasa multimedia

interaktif yang telah dikembangkan dinyatakan valid. Aspek design mendapatkan

skor 35 dengan persentase 80 % yang juga berada pada kategori valid. Berdasarkan

penilaian validator dari 3 aspek tersebut, multimedia interaktif yang telah

dikembangkan dinyatakan valid.

Tingkat validitas produk sangat merupakan hal yang sangat penting dalam

pengembangan multimedia interaktif, sebab multimedia interaktif adalah sumber

belajar yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran dan penilaian.

Validitas produk juga sebagai kriteria dari kualitas sebuah produk yang dilihat dari

segi isi materi. Jika tingkat validitas produk rendah, maka kualitas materi yang

terdapat pada multimedia interaktif tidak layak digunakan pada kegiatan

pembelajaran. Sebaliknya jika tingkat validitas produk tinggi maka multimedia

interaktif yang dikembangkan layak digunakan pada proses pembelajaran. Hal itu

menjadikan validitas produk menjadi komponen esensial yang menetukan kualitas

dari produk yang dikembangkan. Setelah produk dinyatakan layak diuji cobakan

oleh validator ahli media, materi dan bahasa, tahapan berikutnya yaitu

implementasi. Menurut Asyhar (2012) salah satu kriteria media dikatakan baik jika

media tersebut harus praktis dan tahan. Tahap implementasi dilakukan untuk

mengetahui tingkat kepraktisan dari produk yang dikembangkan dengan melihat

hasil penilaian yang diberikan oleh subjek uji coba dalam penelitian yaitu guru

(31)

4.2.3 Uji Coba Kepraktisan Produk

Kemudahan dalam pemakaian multimedia interaktif dalam pembelajaran

merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan. Jika saja peserta didik ataupun

guru kesulitan dalam menggunakannya, maka multimedia interaktif yang

digunakan dinyatakan tidak layak digunakan dalam pembelajaran. Hal tersebut

dikarenakan tujuan pembelajaran yang tidak akan tercapai. Salah satu cara untuk

melihat kemudahan penggunaan multimedia interaktif adalah melihat

kepraktisannya. Kepraktisan dari multimedia interaktif akan menentukan kualitas

kemudahan penggunaan dari multimedia interaktif tersebut. Hal ini sejalan dengan

nieveen (1999: 127) yang menyatakan bahwa kepraktisan merupakan kriteria

kualitas perangkat pembelajaran yang ditinjau dari kemudahan guru dan peserta

didik dalam menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Oleh

karena itu peneliti melakukan uji kepraktisan produk untuk menyesuaikan harapan

dan kebutuhan dilapangan.

Uji coba dilakukan dengan melakukan pembelajaran menggunakan

multimedia interaktif berbasis budaya lokal. Setalah melakukan pembelajaran

peserta didik diberikan angket untuk melihat respon peserta didik yang menetukan

tingkat kepraktisan produk dan minat belajar dari peserta didik Hasil angket yang

diberikan kepada peserta didik memperoleh skor persentase sebesar 86% berada

pada kategori sangat praktis dan minat belajar peserta didik yang sudah tumbuh

untuk mengenal budaya daerah tempta tinggalnya. Selain melihat respon peserta

didik, peneliti juga melihat respon guru terhadap multimedia interaktif yang telah

dikembangkan melalui angket. Hasil angket kepraktisan dari guru memperoleh skor

(32)

didapatkan dari uji coba perorangan berupa respon dan saran terhadap produk yang

dikembangkan yaitu dapat digunakan dengan baik dan mudah digunakan oleh

peserta didik Hasil penilaian angket oleh guru dan menunjukan bahwa produk yang

dikembangkan memiliki dampak positif seperti peserta didik yang senang dan

tertarik minat belajarnya menggunakan multimedia interaktif terhadap proses

pembelajaran. Proses pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang

hanya memuat materi tentang Ilmu Pengetahuan Sosial.

Keunggulan produk yang dikembangkan yaitu :

1. Memasukan berbagai macam bentuk media seperti video gambar dan

tulisan serta kuis didalamnya sehingga memudahkan dalam pembelajaran

dan lebih menarik

2. Mengintegrasikan pemanfaatan teknologi seperti perangkat komputer dan

gawai dengan budaya lokal Provinsi Jambi menjadi sebuha sumber

belajar pendukung untuk menarik minat belajar anak dalam budaya

daerah tempat tinggalnya.

Gambar

Tabel 15 Rincian Prosedur Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Budaya Lokal
Tabel 16 Indikator tujuan pembelajaran
Tabel 17  hasil observasi karakteristik peserta didik No  Deskriptor  Hasil Observasi yang
Tabel  18 Wawancara guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

• PT ARN dan perusahaan lainnya yang beroperasi di Papua harus memberikan informasi yang komprehensif dan tidak memihak dalam jumlah yang memadai kepada masyarakat sebelum

Lembaga pendidikan, khususnya guru, perlu merespon kecenderungan masyarakat dalam penggunaan teknologi informasi dalam pendidikan, yaitu yang dikenal dengan istilah

Pelatihan Jarak Jauh Pemeriksaan Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak Dan Gas Bumi dimaksudkan untuk mendidik dan melatih fungsional pemeriksa di lingkungan DJP, BPKP,

Ia tampak terbuai oleh aliran strukturalis yang menekankan kesejarahan makna kebenaran serta kognitas suatu pemikiran pada komunitas sosial atau budaya

Sebagai saran, agar masyarakat lebih banyak yang mengenal dan bisa dengan leluasa memilih beragam produk-produk UMKM binaan Posdaya secara online , maka situs

teknis dan aspck ckonom1s dari SIStem yang dirancang sebelumnya. Gamba ran dari sistcm dapat di lihat pada lampiran. TEKNIK SISTEM PERKAPAI AN FTK -ITS IV-S.. Analisa Tcknis

Larutan glukosa dipipet dari labu ukur sebanyak I mL dengan pipet volume.. dan dimasukkan ke dalam

Dari hasil pengukuran intensitas nyeri pada fase aktif didapat bahwa mayoritas ibu bersalin merasakan intensitas nyeri sedang sebanyak 22 orang (59.50%), terdapat 10