47
4.1 Hasil Pengembangan
Pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini menghasilkan Multimedia
Interaktif Berbasis Budaya Lokal Pada Subtema Keberagaman Budaya bangsaku
di kelas IV Sekolah Dasar, yang valid dan praktis. Prosedur Pengembangan yang
digunakan adalah model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development,
Implementation, Evaluation). Untuk melihat kelayakan produk maka akan
dilakukan uji validitas, kepraktisan. Penilaian validitas produk didapat dari hasil
validasi oleh validator ahli dalam bidangnya seperti ahli media, ahli bahasa, ahli
materi. Selanjutnya melihat kepraktisan produk melalui uji coba kelompok kecil
yang terdiri dari sembilan orang peserta didik dengan melakukanya secara
perorangan.
4.1.1 Prosedur Pengembangan
Prosedur model pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Budaya Lokal
pada Tema 1 Subtema 1 di kelas IV Sekolah Dasar yang digunakan adalah Model
Pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation and
Evaluation). Tahapan yang dilakukan dalam pengembangan produk dapat dilihat
Tabel 15 Rincian Prosedur Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Budaya Lokal
No Prosedur Pengembangan Rincian
1 Analysis (Analisis) 1. Analisis kurikulum
2. Analisis karakteristik peserta didik 3. Analisis kebutuhan sumber belajar
2 Design (Rancangan) 1. Pengumpulan data
2. Membuat rancangan a) Storyboard
3 Development (Pengembangan) 1. Pembuatan produk 2. Validasi instrumen 3. Validasi ahli materi 4. Validasi ahli bahasa 5. Validasi ahli media
4 Implementation (Implementasi) Uji coba peorangan dengan 9 orang anak untuk melihat kepraktisan dan melihat minat belajar siswa
5 Evaluatin (Evaluasi) Evaluasi tiap tahap
4.1.1.1 Analysis (Analisis)
Tahap analisis merupakan tahap awal dari mengembangkan Produk
Multimedia Interaktif. Pada tahap ini kegiatan analisis yang dilakukan adalah 1)
analisis kurikulum, 2) analisis karakter peserta didik, 3) analisis kebutuhan.
1. Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum berguna untuk mengetahui kurikulum yang digunakan
oleh sekolah, melihat Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), serta
mengetahui materi-materi yang terdapat pada Tema 1 Subtema 1 di kelas IV
Sekolah Dasar. Setelah dilakukan analisis pada Kompetensi Dasar dan membaca
buku guru maupun buku siswa pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema
Keberagaman Budaya Bngsaku, pada muatan IPS terdapat Kompetensi Dasar 3.2
yaitu mengindentifikasi keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis dan agama di
Provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan
karakteristik ruang. Akan tetapi, pada Tema Indahnya Kebersamaan Subtema
Keberagaman Budaya Bangsaku dalam buku guru maupun buku siswa sebagai
Jambi melainkan kebudayaan dari Provinsi lain hal demikian membuat peserta
didik sulit untuk mencari tahu keberagaman yang ada didaerah setempat. Setelah
itu peneliti menganalisis tujuan pembelajaran, adapun tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai peserta didik yaitu mengetahui keragaman budaya di Provinsi
setempat, oleh karena itu perlu adanya bahasan atau media yang dapat membantu
Hal tersebut nantinya akan digunakan sebagai bahan materi untuk pembuatan
sumber belajar Multimedia Interaktif Berbasis Budaya Lokal. Berdasarkan hasil
wawancara kurikulum yang digunakan pada sekolah tersebut adalah kurikulum
2013.
Berdasarkan KI dan KD yang terdapat pada Tema 1 Subtema Keberagaman
Budaya Bangsaku yaitu :
3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya
dengan karakteristik ruang.
4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia;
serta hubungannya dengan karakteristik ruang.
Tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik kelas IV pada Tema 1
Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku adalah:
Tabel 16 Indikator tujuan pembelajaran
NO INDIKATOR TUJUAN
1
Mengidentifikasi keragaman sosial di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang.
Setelah belajar menggunakan meultimedia interaktif Peserta didik dapat mengetahui keragaman sosial Provinsi setempat dengan tepat.
NO INDIKATOR TUJUAN
2
Mengidentifikasi ekonomi di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang.
Setelah belajar menggunakan meultimedia interaktif Peserta didik dapat mengetahui kegiatan ekonomi Provinsi setempat dengan tepat
3
Menngidentifikasi budaya di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang.
Setelah belajar menggunakan meultimedia interaktif Peserta didik dapat mengetahui keragaman budaya Provinsi setempat dengan tepat
4
Mengidentifikasi etnis/suku di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang.
Setelah belajar menggunakan meultimedia interaktif Peserta didik dapat mengetahui keragaman suku Provinsi setempat dengan tepat
5
mengidentifikasi agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang
Setelah belajar menggunakan meultimedia interaktif Peserta didik dapat mengetahui agama yang ada di Provinsi setempat dengan tepat
6
Menjelaskan hasil identifikasi keragaman budaya di Provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karateristik ruang.
Setelah belajar menggunakan meultimedia interaktif Peserta didik dapat menjelaskan keragaman budaya Provinsi setempat dengan tepat
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi multimedia interaktif belum
tersedia di SD tersebut dan belum terkembangkan untuk menjadi sumber balajar
budaya lokal. Guru tidak mempunyai cukup waktu untuk menyusun serta untuk
membuat sumber belajar terutama yang berbasis budaya lokal didalamnya sehingga
guru mengandalkan buku tematik saja. Maka peneliti melakukan pengembangan
Multimedia Interaktif Berbasis Budaya Lokal yang dikembangkan dari muatan KD
IPS yang di kelas IV Sekolah Dasar.
2. Analisis Karakter Peserta Didik
Tabel 17 hasil observasi karakteristik peserta didik No Deskriptor Hasil Observasi yang
sesuai teori Hasil observasi di lapangan
1 Memiliki pemikiran
operasional konkret
Peserta didik rata-rata dalam tingkat pemikiran tahap operasional konkret yang membutuhkan hal-hal yang konkret dalam pembelajaran (yang nyata)
Sama seperti teori peserta didik lebih suka hal yang konkret dan nyata tetapi karena kurangnya sumber belajar ataupun media pembelajarann yang memasukan hal konkret maka kebanyakan anak anak hanya bias terpaku pada penjelasan guru saja.
2 Senang bermain
Peserta didik sangat senang jika diajak bermain dalam belajar. Hal itu menumbuhkan semangat belajar bagi peserta didik
Sama seperti teori peserta didik sangat suka bermain mereka lebih suka belajar yang seperti bermain. Di dalam pembelajaran guru telah menerepkan konsep belajar sambil bermain
3
Senang belajar dalam kelompok dan saling bertukar pikiran
Dalam bekerja kelompok peserta didik cukup aktif dan mereka saling bercengkerama dan mengeluarkan pendapat mereka.
Peserta didik lebih suka bekerja bersama tetapi tetap harus diarahkan karena jika mereka dibiarkan berkumpul begitu saja malah hanya bermain dan tidak belajar
4 Memiliki rasa ingin
tahu
Peserta didik akan menanyakan hal hal yang baru dilihatnya terutama dalam bentuk gambar, atau bentuk yang lainya yang dirasanya itu baru dan aneh serta menarik untuk diketahuinya.
Disini terlihat peserta didik rasa ingin tahunya lebih tinggi ketika guru menunjukan nhal hal baru dalam pembelajaran ketika itu guru membawa buku bergambar rumah adat. Anak anak langsung penasaran
Guru dalam proses pembelajaran pada dasarnya harus memahami karakter
peserta didik. Berdasarkan hal tersebut pada penelitian pengembangan ini
dilakukan analisis karakter peserta didik yang bertujuan untuk melakukan
pengembangan sesuai dengan karakter peserta didik.
Peneliti pada tahap ini melakukan observasi. Peneliti menemukan bahwa
peserta didik kelas IV berada pada tahapan operasional konkret. Pada tahapan ini
peserta didik masih melihat segala sesuatu masih dalam satu keutuhan dan hanya
mampu memahami kejadian yang nyata. Hal tersebut terlihat saat guru
menampilkan gambar konkret peserta didik cukup cepat dalam merespon.
Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan sumber belajar yang di dalamnya
menampilkan sesuatu yang konkret, karena hal itu yang akan menjadikan
interaktif yang menampilkan sesuatu yang konkret dan memiliki keterpaduan
sehingga menjadi sebuah keutuhan.
3. Analisis kebutuhan pengembangan
Adapun hasil wawancara bersama guru kelas IVA SD Negeri 84/IV Kota
Jambi mengenai ketersediaan bahan ajar yang diperoleh yaitu sebagai berikut:
Tabel 18 Wawancara guru
No Nama guru Hasil Wawancara
1 Rita Novyarti, S.Pd, M.Pd
Menurut guru, pemanfaatan teknologi dalam pemeblajaran sangat membantu dalam proses pembelajaran dan peserta didik lebih tertarik. Dengan adanya pemanfaatan teknologi seperti media yang berintegrasi dengam TIK peserta didik memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan adanya hal yang baru. Selain itu, proses pembelajaran menjadi aktif dengan adanya timbal balik antara guru dan peserta didik. Namun sering terjadi kendala dalam penggunaan media TIK dikarenakan terbatasnya jumlah proyektor yang ada.
Budaya lokal adalah budaya yang ada di daerah kita masing- masing. Contohnya yaitu makanan tradisional seperti tempoyak, rumah adat kajanglako, terus tari tarian adat. Di sekolah ini sumber belajar ataupun media pembelajara yang berkaitan dengan budaya lokal belum ada.
Untuk mengatasi hal tersebut guru mempelajari budaya lokal terlebih dahulu seperti mencari di google dan buku buku lainya tentang daerah Jambi dan menjelakan materi yang dirasa paham saja. Rasa ingin tahu peserta didik lebih rendah tentang budaya lokal dikarenakan buku yang guru gunakan seabgai bahan ajar dan sumber hanya menjelaskan budaya secara umum dan kebanyakan menjelaskan budaya daerah lain.
Dengan adanya sumber belajar seperti multimedia interaktif berbasis budaya lokal yang akan membuat peserta didik senang karena penyajian materi yang memberikan inovasi baru dalam proses pembelajaran. Harapan saya dengan adanya sumber belajar pendukung terkhusus yang mengaitkan pembelajaran dengan budaya lokal agar nilai-nilai kebudayaan daerah Jambi kita tidak hilang dan tetap bisa dilestarikan
Tabel 19 Angket kebutuhan pengembangan
No Pernyataan Pilihan Pernyataan
SS S R TS STS
1 Kegiatan belajar mengajar belum menghasilkan
pembelajaran yang menarik.
2 Strategi pembelajaran belum mengarahkan peserta didik agar lebih mengenal pembelajaran memperkenalkan teknologi.
No Pernyataan Pilihan Pernyataan
SS S R TS STS
3 Memiliki kendala untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna sehingga Memerlukan solusi agar peserta didik lebih tertarik dalam pembelajaran.
4 Belum menyediakan bahan pendukung sumber
belajar seperti media pembelajaran dalam pembelajaran terkhusus muatan IPS berbasis budaya Lokal.
5 Memerlukan bahan pendukung seperti media
pembelajaran agar pembelajaran lebih menarik. 6 Biaya yang diperlukan untuk menyediakan bahan
pendukung bahan pendukung seperti media pembelajaran tidak terjangkau.
7 Waktu yang diperlukan untuk menyiapkan bahan
pendukung bahan pendukung seperti media pembelajaran tidak tercukupi.
8 Tahapan-tahapan dalam pembuatan bahan
pendukung seperti media pembelajaran tidak mudah dilaksanakan.
9 Belum adanya sumber belajar yang mendekatkan
dengan budaya disekitar peserta didik.
10 Pengimplementasian bahan pendukung dalam
pembelajaran memakan waktu yang cukup lama.
11 Belum adanya penggunaan Multimedia Interaktif
pada tema-tema pembelajaran
12 Dibutuhkan media pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi lingkungan
13 Dibutuhkan media pembelajaran yang membuat
pembelajaran menjadi kontekstual
14 Perlunya media pembelajaran yang membuat peserta didik untuk ikut serta mengalami langsung materi pembelajaran
15 Dibutuhkan media pembelajaran yang mengenalkan
budaya lokal didalamnya.
16 Diperlukannya pengembangan bahan pendukung bahan pendukung seperti media pembelajaran pada Tema 1 subtema 1 keberagaman budaya bangsaku berupa Multimedia Interaktif yang menarik sehingga pembelajaran lebih bermakna
Tabel 20 Observasi awal tentang minat
No. Deskriptor Hasil Observasi awal
1. Rasa Suka/Senang
Dari keseluruhan peserta didik, hanya beberapa orang yang langsung mengamati apa yang diajarkan pendidik, peserta didik yang lainnya masih acuh tak acuh atau mengobrol
2. Rasa Ketertarikan
Hanya sebagian peserta didik yang tertarik dengan media yang diberikan pendidik, mereka meminta pendidik terus memperlihatkan ulang medianya selama pembelajaran.
3. Kesadaran Untuk Belajar Sendiri
Hanya sedikit peserta didik yang terlihat mengerjakan tugas yang diberikan
4. Keterlibatan Peserta Didik
Banyak peserta didik mengeluh saat diberikan media oleh pendidik karena peserta didik yang duduk dibagian belakang tidak dapat melihat dengan baik.
5 .5
Perhatian Peserta Didik
Peserta didik cenderung pasif dalam pembelajaran dan tidak memerhatikan materi yang disampaikan pendidik karena saat pembelajaran berlangsung banyak peserta didik yang mengobrol dengan temannya. Hanya peserta didik yang duduk dibaris depan yang memperhatikan penyampaian pendidik
Sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud
tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah
maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam
mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Berdasarkan hasil
pengamatan, wawancara dan angket dengan Ibu Rita Novyarti, S.Pd, M.Pd selaku
guru kelas didapatkan data tepatnya pada pembelajaran di tema 1 indahnya
kebersamaan subtema 1 keberagaman budaya bangsaku peneliti melihat
bahwasanya pada saat pembelajaran berlangsung, adanya beberapa penjelasan
dalam pembelajaran yang tidak sesuai lingkungan peserta didik seperti kurangnya
materi tentang daerah lokal yaitu Provinsi Jambi. Padahal jika dilihat dari KD
muatan IPS dijelaskan tentang pengaitan dengan Provinsi Setempat yang mana
dikaitkan sesuai daerah tempat masing masing peserta didik tersebut yaitu Provinsi
Jambi, sedangkan untuk materi yang diajarkan memberikan keleluasaan bagi
pendidik untuk mendesain serta mengaitkan pembelajaran dengan kebudayaan
yang terdapat di Provinsi setempat yaitu Provinsi Jambi. Pada materi ini juga
membutuhkan sumber belajar yang membuat peserta didik mengamati ataupun
bermain sambil belajar yang disesuaikan dengan karakter peserta didik
Analisis kebutuhan sumber belajar dilakukan untuk mengetahui segala
sesuatu yang dibutuhkan bagi peserta didik dan guru berdasarkan pengamatan
pengembangan oleh pendidik wali kelas IV A, tepatnya pada pembelajaran di tema
1 indahnya kebersamaan subtema 1 keberagaman budaya bangsaku pada
pembelajaran IPS peneliti melihat bahwasanya pada saat pembelajaran
menggunakan teks dan gambar yang hanya bisa dilihat, padahal materi yang
diajarkan memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk menyajikan pembelajaran
dengan menggunakan sumber belajar yang bervariasi seperti menggunakan
teknologi didalam pemnelajaran sehingga minat belajar anak juga tumbuh untuk
belajar.
Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti berusaha mengembangkan
sumber belajar yang sesuai berupa multimedia interaktif yang berisi rumah adat,
pakaian adat, alat musik, makanan khas, suku, tari daerah, senjata khas dan
pariwisata daerah Jambi Produk ini di harapkan mampu membantu peserta didik
memahami keberagaman kebudayan yang ada di Jambi.
4.1.1.2 Perancangan
Tahapan selanjutnya adalah desain atau perancangan. Perancangan produk
dilakukan dengan beberapa langkah yaitu:
a. Pengumpulan Data
Setelah melakukan analisis kurikulum maka dilakukan pengumpulan data
berupa kompetensi inti dan kompetensi dasar yang kemudian akan dirumuskan
menjadi indikator. Setelah itu maka dikumpulkan materi sesuai dengan kompetensi
yang akan dicapai dan karakter peserta didik. Setelah materi terkumpul adalah
b. Membuat rancangan
Setelah dilakukan pengumpulan data, selanjutnya membuat rancangan
Multimedia Interaktif berbasis Budaya lokal dalam bentuk storyboard dan
prototype. Dalam storyboard dan protype harus mencantumkan komponen yang
dibutuhkan dalam Multimedia Interaktif agar sistematis dan layak untuk digunakan
dalam proses pembelajaran.
1. Membuat tampilan awal atau proses pembukaan multimedia interaktif
Gambar 3 Halaman memulai
Didalam tampilan ini terdapat logo dari multimedia interaktif dan nama dari
pembuat multimedia interaktif. Desain dari logo di buat menggunakan power point,
mengapa power poin , peniliti menggunakan software yang mudah dan fleksibel
bisa di perangkat apa saja dan bisa memudahkan setiap perangkat yang beragam
spesifikasi bisa memakainya. Setelah di buat maka diintegrasikan ke program
articulate storyline 3 untuk diedit sehingga menjadi tampilan yang bergerak dan
2. Membuat tampilan memulai memainkan multimedia interaktif
Gambar 4 Tampilan memulai
Tampilan ini dibuat langsung menggunakan articulatae storyline 3. tampilan
ini digunakan sebelum memasuki tombol menu ibarat ini adalah tombol
pengantarnya atau cover.
Gambar 5 Tampilan menu
Tampilan ini adalah tampilan yang berisi tombol tombol menuju kesetiap
bagian yang ada didalam multimedia interaktif seperti materi , video,kuis dan
lainya. Tombol tombol dan perangkat yang ada di buat langsung menggunakan
articulate stroyline 3 tetapi untuk gambar kartun didalamnya diunduh melalui
internet
4. Membuat tampilan dan isi kompetensi inti multimedia interaktif
Gambar 6 Tampilan Kompetensi Inti dan Dasar
Tampilan ini adalah tampilan yang berisi penjelasan kompetensi inti dan
dasar dari pembelajran yang ada didalam multimedia interaktif. Tombol tombol dan
perangkat yang ada di buat langsung menggunakan articulate stroyline 3 tetapi
untuk gambar kartun didalamnya diunduh melalui internet.
5. Membuat tampilan tombol materi- materi multimedia interaktif
Gambar 7 Tampilan Menu Materi
Tampilan ini adalah tampilan yang berisi tombol tombol menuju kesetiap
articulate stroyline 3 tetapi untuk gambar kartun didalamnya diunduh melalui
internet.
6. Membuat tampilan isi materi multimedia interaktif
Gambar 8 Tampilan Isi Materi
Tampilan ini adalah tampilan yang berisi materi. Tombol dan perangkat yang
ada di buat langsung menggunakan articulate stroyline 3 tetapi untuk gambar
kartun didalamnya diunduh melalui internet.
7. Membuat tampilan menu video multimedia interaktif
Gambar 9 Tampilan menu video
Tampilan ini adalah tampilan yang berisi video. Tombol dan perangkat yang
ada di buat langsung menggunakan articulate stroyline 3 tetapi untuk gambar
kartun didalamnya diunduh melalui internet.
8. Membuat tampilan kuis multimedia interaktif
Gambar 10 Tampilan kuis
Tampilan ini adalah tampilan yang berisi kuis terdiri berbagai macam kuis
yang menarik minat anak dalam mencoba hal baru. Tombol dan perangkat yang ada
di buat langsung menggunakan articulate stroyline 3 tetapi untuk gambar kartun
9. Membuat tampilan info sumber multimedia interaktif
Gambar 11 Tampilan info sumber
Tampilan ini adalah tampilan yang berisi info sumber darimana materi
gambar dan hal lain nya di dapatkan. Tombol dan perangkat yang ada di buat
langsung menggunakan articulate stroyline 3 tetapi untuk gambar kartun
didalamnya diunduh melalui internet.
10. Membuat tampilan info pengembang multimedia interaktif
Tampilan ini adalah tampilan yang berisi penjelasan tentang pengembang
multimedia interaktif. Tombol dan perangkat yang ada di buat langsung
menggunakan articulate stroyline 3 tetapi untuk gambar kartun didalamnya
diunduh melalui internet
4.1.1.3 Development (Pengembangan)
Pada tahap ini meliputi pembuatan produk dan instrumen validasi setelah itu
melakukan proses validasi meliputi 3 ranah yaitu validasi materi, validasi bahasa
dan validasi med ia yang divalidasi oleh 3 validator ahli. Instrumen validasi berupa
angket yang menggunakan skala Likert.
1. Pembuatan produk
Pembuatan produk multimedia interaktif mengikuti dari struktur dalam
storyboard. Multimedia interaktif yang dibuat terdiri dari enam pembelajaran
Budaya Lokal. Produk yang sudah selesai dibuat, selanjutnya akan divalidasi oleh
tim ahli untuk melihat kelayakan produk yang telah dibuat untuk digunakan dalam
pembelajaran.
2. Validasi Instrumen
Sebelum melakukan proses validasi produk, instrumen yang akan digunakan
akan divalidasi oleh tim ahli yaitu bapak Agung Rimba, S.Pd., M.Pd. Instrumen
yang akan divalidasi meliputi instrumen validasi materi pembelajaran, bahasa, dan
Gambar 13 persetujuan instrumen validasi
3. Validasi Produk a. Validasi Ahli Materi
Validasi materi pembelajaran dilakukan untuk melihat kesesuaian indikator
dengan KD tujuan pembelajaran, kesesuain materi dengan KD dan Tema yang
dipakai. Kesesuain tugas dengan materi, kesesuaian materi dengan karakter peserta
didik, dan kesesuaian Multimedia Interaktif dengan pembelajaran Budaya Lokal.
Proses validasi dilakukan sebanyak 2 kali dengan ibu Dr,Dra,hj.destrineli M.Pd
sebagai validator sampai dengan dinyatakan valid.
Presentase tingkat validitas produk (p) diperoleh dari jumlah skor yang
didapat (x) dibagi dengan jumlah skor maksimal (xi) dikali 100%. Setelah
memperoleh hasilnya, maka dapat ditentukan tingkat validitas multimedia interaktif
yang dikembangkan. Penilaian dari validator ahli materi disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 21 hasil validasi materi multimedia interaktif berbasis budaya lokal
No Aspek/unsur Hasil validasi
Tahap i Tahap ii 1 Kelengkapan materi 4 4 2 Keluasan materi 2 4 3 Kedalaman materi 2 3 4 Keakuratan konsep 2 3 5 Keakuratan defenisi 2 3
No Aspek/unsur Hasil validasi Tahap i Tahap ii 6 Keakuratan fakta 3 4 7 Gambar / ilustrasi 4 5 8 Video 4 5 9 Keakuratan istilah 3 4
10 Mendorong rasa ingin tahu siswa 4 4
11 Mencantumkan budaya local 4 5
12 Keakuratan data 3 4
Jumlah 37 48
Skor validitas 61.6% 80%
Kategori Cukup
Valid Valid
Berdasarkan tabel 21 hasil validasi materi pada tahap I memperoleh nilai 37
dengan persentase 61.6% berada pada kategori valid. Validator menyimpulkan
bahwa multimedia interaktif yang telah dikembangkan masih belum dapat
digunakan dalam proses pembelajaran karean masih ada kekurangan dalam materi
dan penjelasan materinya.. Saran yang didapat dari validator, yakni: 1) kd pada
masih belum tercover di indikator, 2) perbaiki indikator dan tujuan pembelajaran.
3) Penyederhanaan materi yang terbilang terlalu luas, 4) perbaikan materi
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, 5) Penambahan ilustari dan gambar
yang membuat peserta didik lebih berkesan dan tertarik seusai dengan muatan
materi.
Masukan yang diberikan pada validasi tahap I, menjadi bahan perbaikan
untuk melanjutkan validasi pada tahap II. Pada validasi tahap II diperoleh nilai
dengan persentase 80% berada pada kategori valid. Dengan begitu multimedia
interaktif berbasis budaya lokal pada tema 1 subtema 1 oleh validator dinyatakan
sebelum revisi sesudah revisi
Gambar 14 Revisi perbaikan materi menjadi lebih menarik
b. Validasi Ahli Bahasa
Validasi bahasa dilakukan dengan Ibu Rita Novyarti S.Pd, M.Pd sebagai ahli
bahasa. Komponen yang divalidasi adalah ketepatan kalimat yang digunakan,
keefektifan kalimat dan ketepatan tanda baca yang digunakan di dalam multimedia
interaktif. Penggunaan bahasa perlu divalidasi agar ketika peserta didik membaca
ataupun mengerjakan tugas yang ada dalam multimedia interaktif tidak salah
makna. Proses validasi bahasa dilakukan sebanyak 2 kali sampai dengan
multimedia interaktif dinyakatakan valid. Adapun hasil validasi ahli bahasa adalah
sebagai berikut:
Tabel 22 Hasil validasi bahasa Multimedia Interaktif Berbasis Budaya Lokal
No Aspek/unsur Hasil Validasi
Tahap I Tahap II
1 Ketepatan kalimat 2 3
2 Struktur kalimat 2 3
3 Keefektifan kalimat 2 3
4 Kebakuan istilah 2 3
5 Pemahaman terhadap pesan atau informasi 2 4
6 Kemampuan memotivasi siswa 2 4
7 Kesesuaian dengan perkembangan intelektual siswa 2 4 8 Kesesuaian dengan perkembangan emosional siswa 3 4
9 Ketepatan tata Bahasa 2 4
10 Ketepatan ejaan 2 3 Jumlah 21 35 Skor Validitas 42% 70% Kategori Cukup valid Valid
Tingkat validitas aspek bahasa multimedia interaktif berbasis budaya lokal
dapat dilihat pada tabel 22. Pada validasi tahap I memperoleh skor 17 dengan
persentase 42 % pada kategori cukup valid. Validator menyatakan bahwa dari segi
bahasa multimedia interaktif yang dikembangkan belum dapat digunakan dan perlu
dilakukan revisi. Saran yang diperileh dari validasi tahap I, yaitu: 1) perlu perbaikan
pada ketepatan struktur kalimat pada materi dan soal, 2) perlu perbaikan pada
penulisan huruf kapital dan kata depan dalam menyatakan tempat, 3) banyak
kalimat yang terdapat pada materi membingungkan dan rancu, 4) masih banyak
kesalahan dalam menyusun kalimat, 5) Ejaan yang dibuat belum sesuai dengan eyd,
5) perlu perbaikan pada penulisan tanda baca pada kalimat perintah dan pertanyaan,
6) Perlu perbaikan pada penggunaan tanda baca, 7) Terdapat kalimat yang belum
efektif,
Berdasarkan saran yang diberikan validator, peneliti melakukan revisi
multimedia interaktif yang selanjutnya dilakukan penilaian kembali oleh validator
pada tahap II. Pada tahap II mendapatkan skor 37 dengan persentase 70% berada
pada kategori valid. Adapun rincian dari aspek bahasanya adalah penggunaan kata
yang sudah sesuai untuk karakteristik peserta didik, kata dan kalimat yang mnudah
di pahami dan dapat menyampaikan materi dengan seksama serta telah menglamai
perbaikan dari 7 poin pada tahap 1. Validator menyatakan bahwa multimedia
interaktif berbasis budaya lokal dari aspek bahasa dikatakan valid dan layak
sebelum revisi sesudah revisi
Gambar 15 Revisi perbaikan kata dan perbesaran huruf
c. Validasi Ahli Media
Tahapan validasi media meliputi kesesuaian warna, kemenarikan gambar,
kesesuaian gambar, kesesuaian media, hal tersebut harus dissesuaikan dengan
karakter peserta didik. Kemenarikan multimedia interaktif yang telah dibuat akan
merangsang peserta didik untuk mempelajarinya. Selain kemenarikan aspek
kesesuaian gambar dengan materi juga harus diperhatikan, agar peserta didik tidak
salah makna ketika membaca multimedia interaktif dalam proses pembelajaran.
Proses validasi media dilakukan dengan bapak Agung Rimba, S.Pd., M.Pd sebagai
validator.
Gambaran deskriptif penilaian media terhadap multimedia interaktif berbasis
budaya lokal dilakukan melalui angket. Tingkat validitas desain multimedia
interaktif dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 23 Hasil validasi media
No Aspek/unsur Hasil Validasi
Tahap I Tahap II
1 Multimedia Interaktif memiliki kualitas yang baik 2 4 2 Multimedia Interaktif yang digunakan rapi dalam tata letak 2 4 3 Media yang digunakan jelas teks suara dan gambar dalam
penyajiannya 2 4
4 Media berwarna menarik dapat menarik minat peserta didik
untuk belajar 2 4
5 Kesesuaian media dengan karakteristik anak sekolah dasar
No Aspek/unsur Hasil Validasi Tahap I Tahap II
6 Media mudah dibawa dan disimpan 3 4
7 Kesesuaian Multimedia Interaktif sesuai dengan sasaran
subjek pembelajaran 3 4
8 Multimedia Interaktif yang digunakan sesuai dengan topik
yang diajarkan yaitu pembelajaran berbasis budaya lokal 3 4 9 Multimedia Interaktif sesuai dengan tujuan muatan berbasis
budaya local 3 4
10 Multimedia Interaktif dapat digunakan secara berulang-ulang 3 4
Jumlah 25 40
Skor Validitas 50 % 80 %
Kategori valid Valid
Berdasarkan tabel 23 hasil validasi media pada tahap I mendapatkan skor 25
dengan persentase 50% berada pada kategori valid. Meskipiun begitu validator
menyatakan multimedia interaktif perlu dilakukan revisi pada beberapa aspek,
yaitu: 1) perlu perbaikan pada penggunaan ilustrasi dan gambar, 2) kombinasi
warna yang digunakan perlu diperbaiki, 3) Tampilan penyajian materi dalam media
yang harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Saran yang diberikan
validator akan dijadikan bahan perbaikan multimedia interaktif yang
dikembangkan.
Setelah melakukan revisi, dilakukan penilaian pada tahap II diperoleh skor
35 dengan persentase 80 % dalam kategori sangat valid. Adapun rincian dari
penilaian tahap dua telah adanya perbaikan dari poin poin tahap 1 yang terdapat 3
poin saran dari validator sehingga Berdasarkan hasil penilaian pada tahap II,
validator menyatakan bahwa multimedia interaktif berbasis budaya lokal dari aspek
sebelum revisi sesudah revisi
sebelum revisi sesudah revisi
Gambar 16 Revisi perbaikan tampilan
4.1.1.4 Penerapan (implementasi)
Pada tahap ini dilakukan uji coba terbatas yaitu uji coba perorangan
dilakukan untuk melihat tingkat kepraktisan dari multimedia interaktif yang telah
dikembangkan serta melihat minat belajar dari peserta didik saat menggunakan
media dengan menggunakan 2 angket respon yang di tujukan kepada peserta didik
dan guru. Uji coba dilakukan dengan peserta didik berjumlah 9 orang. Peserta didik
yang dipilih terdiri dari kemampuan yang berbeda. Setelah uji coba peserta didik
telah dikembangkan dan minat belajar peserta didik. Selain dari peserta didik,
peneliti juga memberikan angket kepada guru untuk melihat tingkat kepraktisan
multimedia interaktif yang telah dikembangkan dari sudut pandang guru. Jika hasil
angket yang diperoleh berada pada kategori tidak praktis, maka akan multimedia
interaktif yang dikembangkan harus direvisi sesuai masukan yang diberikan sampai
dengan multimedia interaktif dapat dikategorikan praktis.
1. Penilaian Kepraktisan Oleh Siswa
Tingkat kepraktisan multimedia interaktif berbasis budaya lokal yang
dikembangkan dapat dilihat dari respon peserta didik. Hal tersebut dilakukan
dengan melakukan penyebaran angket kepada peserta didik, dimana subjeknya
adalah peserta didik kelas IV SD N 84/IV KOTA JAMBI berjumlah 9 orang.
Berikut adalah hasil uji coba perorangan:
Tabel 24 hasil angket kepraktisan oleh peserta didik
No Pernyataan Nama Peserta Didik
EA TP MP JH SU IN AU DW SM
1.
Saya senang belajar menggunakan Multimedia Interaktif berbasis Budaya Lokal
4 5 5 4 4 5 5 5 5
2.
Saya mudah memahami materi pada pembelajaran IPS berbasis budaya lokal dengan
menggunakan media
4 4 5 4 4 5 5 4 5
3.
Saya mudah memahami gambar pada media Multimedia
Interaktif 4 4 4 4 4 5 5 4 5
4.
Saya dapat membaca dengan jelas tulisan pada media Multimedia Interaktif
4 4 4 3 4 5 4 4 4
5.
Saya lebih aktif mengikuti pembelajaran jika menggunakan
media Multimedia Interaktif 3 3 4 4 3 5 4 4 4 6. Saya tidak merasa kesulitan
Tabel 24 menunjukkan jumlah penilaian respon peserta didik pada saat
dilakukan uji coba kelompok kecil mencapai persentase 86% dengan kategori
sangat praktis. Secara keseluruhan setiap aspek mendapatk an kategori interpretasi
sangat bagus. Dari hasil uji coba kelompok kecil dengan kategori sangat praktis
maka, disimpulkan bahwa multimedia interaktif berbasis budaya lokal sudah dapat
digunakan dalam pembelajaran.
2. Penilaian Kepraktisan Oleh Guru
peneliti memberikan angket kepraktisan diberikan kepada guru. Hasil
penilaian oleh guru akan dijadikan bahan perbaikan yang digunakan untuk pembelajaran Multimedia
Interaktif
7.
Saya lebih bersemangat belajar jika menggunakan media pembelajaran Multimedia Interaktif
4 4 4 4 4 5 5 4 5
8.
Saya merasa ingin tahu materi yang diberikan oleh guru jika
belajar menggunakan media 4 4 4 4 4 5 5 4 5
9.
Saya mudah memahami kata-kata keterangan gambar yang ada pada Multimedia Interaktif
4 4 4 4 4 5 5 4 5
10 .
Media yang digunakan membuat saya tertarik untuk mempelajarinya
5 4 5 5 4 5 5 4 5
11 .
warna dari media Multimedia Interaktif membuat saya menjadi tertarik dan semangat untuk mempelajarinya.
5 4 5 4 4 5 5 5 5
12 .
Saya menjadi lebih mudah mengetahui budaya yang ada di Provinsi Jambi dengan adanya Multimedia Interaktif berbasis Budaya Lokal
5 5 5 5 4 5 5 5 5
Jumlah 50 48 52 49 47 58 57 51 57
Presentase 86%
mendapatkan multimedia interaktif yang praktis digunakan pada proses
pembelajaran. Berikut ini adalah hasil penilaian angket kepraktisan oleh guru:
Tabel 25 Hasil angket kepraktisan oleh guru
No Pernyataan Skor Nilai
1. Multimedia Interaktif dapat membantu guru dalam mengajarkan materi
kepada peserta didik 4
2. Multimedia Interaktif dapat membantu peserta didik lebih mudah memahami
materi yang disampaikan guru 4
3. Multimedia Interaktif dapat membuat tertarik peserta didik 5 4. Multimedia Interaktif dapat membantu guru membuat suasana belajar lebih
menyenangkan 4
5. Penggunaan kalimat/tata bahasa pada Multimedia Interaktif mudah dipahami
guru 4
6. Multimedia Interaktif dapat membantu guru dalam memotivasi peserta didik 4 7. Multimedia Interaktif dapat meningkatkan keaktifan peserta didik 4 8. Komposisi penggunaan gambar dan tulisan sesuai dengan keperluan 4 9. Pembelajaran mengenai budaya lokal termuat di dalam Multimedia interaktif 4 10.
Dengan adanya Multimedia Interaktif pembelajaran budaya lokal menjadi lebih menarik dan sekaligus menunjukan kepada anak tentang penggunaan teknologi dalam pembelajaran
5
11.
Dengan adanya Multimedia Interaktif berbasis budaya lokal menjadikan pengenalan budaya lokal Provinsi Jambi menjadi lebih mudah diperkenalkan kepada siswa
5 12. Pembelajaran IPS Budaya Lokal menjadi lebih menarik dengan adanya
multmedia intarik berbasis budaya local 5
Jumlah 52
Persentase 86 %
Kategori Sangat
Praktis
Berdasarkan Tabel 25 hasil penilaian kepraktisan yang diberikan guru
mendapatkan skor 52 dengan persentase 86% dengan kategori praktis. Setiap aspek
yang telah dikembangkan, memperoleh respon yang baik oleh guru sehingga
mendapatkan penilaian yang baik sehingga memperoleh kategori sangat praktis
layak digunakan dalam pembelajaran
4.1.1.5 Evaluasi
Tahapan evaluasi ini yang akan dilakukan adalah mengkaji kembali hal-hal
yang terkait dengan pengembangan multimedia interaktif berbasis budaya lokal.
interaktif yang telah dikembangkan. Evaluasi dapat dilakukan disetiap tahap pada
model ADDIE. Selama melakukan pengembangan, terdapat banyak saran, kritik
dan masukan yang didapat dari validator. Saran, kritik dan masukan yang
diberikan menjadi pedoman atau tolak ukur dalam melakukan revisi pada
setiap tahapannya guna perbaikan produk yang lebih baik lagi. Seperti ketika
validasi media ada kekurangan pada kemenarikan tampilan media di evaluasi
kembali sehingga di perbaikilah kekurangan dari tampilan media.
Evaluasi terakhir dilakukan untuk mengetahui apakah multimedia interaktif
dinyatakan valid untuk digunakan dan diuji cobakan. Berdasarkan hasil validasi
yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa menurut validator ahli media,
validator ahli materi dan validator ahli bahasa Multimedia Interaktif yang
dikembangkan dinyatakan valid dan layak untuk digunakan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa Multimedia interaktif berbasis budaya lokal pada kelas IV
Sekolah Dasar valid untuk digunakan dalam proses pembelajaran..
4.2 Pembahasan
4.2.1 Prosedur Pengembangan
Berdasarkan prosedur pengembangan addie, langkah-langkah dalam
mengembangkan multimedia interaktif berbasis budaya lokal pada tema 1 subtema
1 keberagaman budaya bangsaku kelas IV sekolah dasar yang pertama
analysis(analisis), pada tahap analisis hal-hal yang akan dianalisis adalah
kurikulum, karakter peserta didik, kebutuhan pengembangan sumber belajar.
Kedua design(desain), peneliti merancang multimedia interaktif berbasis budaya
lokal berpedoman dari hasil analisis yang dilakukan. Pada tahap desain peneliti
multimedia interaktif. Ketiga development (mengembangkan), dimulai dengan
membuatan produk, lalu membuat instrumen validasi yang nantinya divalidasi.
Setelah produk dan instrumen validasi telah selesai dibuat, selanjutnya dilakukan
validasi produk oleh tim ahli. Validasi produk meliputi validasi pembelajaran,
validasi bahasa dan validasi media. keempat Implementation (Implementasi) Pada
tahap Produk yang selesai telah selesai divalidasi akan di uji cobakan. Dilakukan
uji coba terbatas yaitu uji coba perorangan untuk melihat tingkat kepraktisan dari
multimedia interaktif yang telah dikembangkan.. Evaluation (evaluasi), tahapan ini
untuk mengkaji kembali bahwa multimedia interaktif yang telah dikembangkan
layak digunakan dalam pembelajaran. Jika dinyatakan belum layak maka akan
dilakukan revisi sampai dengan dinyakatakan layak digunakan kegiatan evaluasi
dilakukan pada setiap tahapan.
Berdasarkan pemaparan tersebuk prosedur ADDIE sangat cocok digunakan
dalam mengembangkan multimedia interaktif berbasis budaya lokal. karena model
ini menguraikan secara jelas dari tahapan-tahapannya dan apa saja yang dilakukan.
Kesalahan sedikit saja akan berpengaruh besar tehadap peserta didik, maka
dibutuhkan prosedur pengembangan yang baik untuk meminimalisir kesalahan.,
serta mengharuskan peneliti melakukan evaluasi setiap tahapannya untuk
meminimalisir kesalahan.
4.2.2 Validasi Produk
Validitas multimedia interaktif dalam penelitian ditinjau dari penilaian
validator dan uji coba yang dilakukan. Penilaian validator meliputi aspek materi,
dengan persentase 80 % dengan mengacu tingkat validitas produk menurut (ridwan
2013), maka multimedia interaktif yang telah dikembangkan dari aspek materi
dikata valid. Aspek bahasa dari multimedia interaktif yang telah dikembangkan
mendapatkan skor 47 dengan persentase 70% sehingga dari segi bahasa multimedia
interaktif yang telah dikembangkan dinyatakan valid. Aspek design mendapatkan
skor 35 dengan persentase 80 % yang juga berada pada kategori valid. Berdasarkan
penilaian validator dari 3 aspek tersebut, multimedia interaktif yang telah
dikembangkan dinyatakan valid.
Tingkat validitas produk sangat merupakan hal yang sangat penting dalam
pengembangan multimedia interaktif, sebab multimedia interaktif adalah sumber
belajar yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran dan penilaian.
Validitas produk juga sebagai kriteria dari kualitas sebuah produk yang dilihat dari
segi isi materi. Jika tingkat validitas produk rendah, maka kualitas materi yang
terdapat pada multimedia interaktif tidak layak digunakan pada kegiatan
pembelajaran. Sebaliknya jika tingkat validitas produk tinggi maka multimedia
interaktif yang dikembangkan layak digunakan pada proses pembelajaran. Hal itu
menjadikan validitas produk menjadi komponen esensial yang menetukan kualitas
dari produk yang dikembangkan. Setelah produk dinyatakan layak diuji cobakan
oleh validator ahli media, materi dan bahasa, tahapan berikutnya yaitu
implementasi. Menurut Asyhar (2012) salah satu kriteria media dikatakan baik jika
media tersebut harus praktis dan tahan. Tahap implementasi dilakukan untuk
mengetahui tingkat kepraktisan dari produk yang dikembangkan dengan melihat
hasil penilaian yang diberikan oleh subjek uji coba dalam penelitian yaitu guru
4.2.3 Uji Coba Kepraktisan Produk
Kemudahan dalam pemakaian multimedia interaktif dalam pembelajaran
merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan. Jika saja peserta didik ataupun
guru kesulitan dalam menggunakannya, maka multimedia interaktif yang
digunakan dinyatakan tidak layak digunakan dalam pembelajaran. Hal tersebut
dikarenakan tujuan pembelajaran yang tidak akan tercapai. Salah satu cara untuk
melihat kemudahan penggunaan multimedia interaktif adalah melihat
kepraktisannya. Kepraktisan dari multimedia interaktif akan menentukan kualitas
kemudahan penggunaan dari multimedia interaktif tersebut. Hal ini sejalan dengan
nieveen (1999: 127) yang menyatakan bahwa kepraktisan merupakan kriteria
kualitas perangkat pembelajaran yang ditinjau dari kemudahan guru dan peserta
didik dalam menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Oleh
karena itu peneliti melakukan uji kepraktisan produk untuk menyesuaikan harapan
dan kebutuhan dilapangan.
Uji coba dilakukan dengan melakukan pembelajaran menggunakan
multimedia interaktif berbasis budaya lokal. Setalah melakukan pembelajaran
peserta didik diberikan angket untuk melihat respon peserta didik yang menetukan
tingkat kepraktisan produk dan minat belajar dari peserta didik Hasil angket yang
diberikan kepada peserta didik memperoleh skor persentase sebesar 86% berada
pada kategori sangat praktis dan minat belajar peserta didik yang sudah tumbuh
untuk mengenal budaya daerah tempta tinggalnya. Selain melihat respon peserta
didik, peneliti juga melihat respon guru terhadap multimedia interaktif yang telah
dikembangkan melalui angket. Hasil angket kepraktisan dari guru memperoleh skor
didapatkan dari uji coba perorangan berupa respon dan saran terhadap produk yang
dikembangkan yaitu dapat digunakan dengan baik dan mudah digunakan oleh
peserta didik Hasil penilaian angket oleh guru dan menunjukan bahwa produk yang
dikembangkan memiliki dampak positif seperti peserta didik yang senang dan
tertarik minat belajarnya menggunakan multimedia interaktif terhadap proses
pembelajaran. Proses pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang
hanya memuat materi tentang Ilmu Pengetahuan Sosial.
Keunggulan produk yang dikembangkan yaitu :
1. Memasukan berbagai macam bentuk media seperti video gambar dan
tulisan serta kuis didalamnya sehingga memudahkan dalam pembelajaran
dan lebih menarik
2. Mengintegrasikan pemanfaatan teknologi seperti perangkat komputer dan
gawai dengan budaya lokal Provinsi Jambi menjadi sebuha sumber
belajar pendukung untuk menarik minat belajar anak dalam budaya
daerah tempat tinggalnya.