• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 11 No 1 Mei 2014 ISSN : Pembina Prof. Dr. H. Djaali Rektor Universitas Negeri Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume 11 No 1 Mei 2014 ISSN : Pembina Prof. Dr. H. Djaali Rektor Universitas Negeri Jakarta"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Volume 11 No 1 Mei 2014

ISSN : 0216 - 7484

Pembina

Prof. Dr. H. Djaali

Rektor Universitas Negeri Jakarta

Penanggung Jawab

Dr. Etin Solihatin, M.Pd

Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat

Pemimpin Redaksi

Dra. Desfrina

Sekretaris Redaksi

Drs. Sri Kuswantono, M.Si

Dewan Redaksi

Drs. Eko Tri Rahardjo, M.Pd, Dr. Corry Yohana, MM

Dr. Agus Dudung, M.Pd, Sujarwo, M.Pd, Dr. Eko Siswono, M.Si

Sekretariat

Sugimin, S.Pd, Marni Lestari, S.Pd, Marhasan, S.Pd, Rita Aryani, S.Pd,

Wiwik Endang S, S.Pd, Adi Wijanarko, S.Kom, Nurlaila, Ayi Sutisna

Terbit

(Mei dan Oktober)

Alamat Redaksi

Gedung LPM UNJ

Komplek Kampus A UNJ Rawamangun Jakarta Timur

Telp. 489 7658, Fax. 471 2063

(3)

Pengantar Redaksi

Puji syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, menyambut penerbitan Jurnal

Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat “Sarwahita” Volume 11 No.1 Mei 2014.

Kehadiran Jurnal ini merupakan publikasi dari hasil kegiatan pengabdian pada

masyarakat yang dilaksanakan oleh dosen di lingkungan Universitas Negeri Jakarta.

Pengabdian pada masyarakat ini sebagai perwujudan kepedulian civitas akademik Universitas

Negeri Jakarta terhadap pembangunan atau pemberdayaan masyarakat di wilayah

Jabodetabek.

Bentuk dari kegiatannya berupa penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam

wujud alih ilmu pengetahuan tekhnologi dan seni.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh penulis artikel yang telah

menyumbangkan artikelnya sehingga Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat

“Sarwahita” volume 11 No.1 Mei 2014 ini dapat diterbitkan.

Semoga apa yang telah dikerjakan dan dituangkan dalam jurnal ini dapat menjadi

sumbangsih untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.

(4)
(5)

PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAGI GURU-GURU SE-JAKARTA TIMUR

Supria Wiganda

Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta

ABSTRAK

Kegiatan pelatihan Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk; Melatih guru-guru terampil

dalam membuat karya tulis ilmiah dan melatih guru membuat proposal Penelitian Tindakan Kelas

serta, serta melatih guru dapat melaksanakan kegiatan penelitian sebagai upaya dalam pengembangan

profesinya.

Khlayak sasaran merupakan Kepala sekolah dan para guru-guru SMK baik negeri maupun

swasta se jakarta Timur

Pelatihan ini dilaksanakan dalam beberapa materi pertemuan yang ada kaitannya dengan

peneltian tindakan kelas yaitu pedoman penulisan karya tulis ilmiah, prosedur penelitian PTK,

Model-model pembelajaran serta teknik presentase .yang dilakasanakan pada tanggal 10 oktober 2014

bertempat di SMK negeri 50 Cipinang Jakarta Timur.

Pada Pertemuan tersebut diberikan secara umum tentang meteri penulisan ilmiah, teknik dan

prosedur Penelitian Tindakan Kelas serta teknik Presentasi, dan diakhiri dengan pembuatan proposal

Penelitian Tindakan Kelas sampai pada siklus-siklusnya.

Kegiatan ini dilaksanakan secara berkesinambungan dengan berbagai intitusi, yang antara lain

unsur dinas pendidikan kota administratif jakarta timur, pendidikan menengah kejuruan se wilayah

jakarta timur.

Evaluasi kegiatan dilakukan pada saat awal pelatihan, proses pelaksanaan pelatihan, dan

diakhir kegiatan tes akhir, serta hasil pekerjanan dalam bentuk proposal PTK.

Dari hasil selama pelatihan berlangsung memperlihatkan keantusiasan peserta sehingga

berjalan secara hidup, dan dihasilkan produk proposal PTK dengan bervariasi judul, ini

memperlihatkan keberhasilan pelatihan dengan baik.

Kata kunci: Peningkatan, PTK, dan Guru SMK

1)

PENDAHULUAN

Pemberlakuan PERMENPAN dan

Reformasi Birokrasi no. 16 Tahun 2009

tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka

Kriditnya, maka setiap guru yang ingin

menaikan pangkatnya diberlakukan untuk

membuat

Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan (PKB) yang salah satunya

membuat Penelitian Tindakan Kelas. Selain itu

Pemerintah secara resmi telah mencanangkan

bahwa profesi guru disejajarkan dengan profesi

lainnya sebagai tenaga profesional.

Pengakuan kedudukan guru sebagai

tenaga profesional dibuktikan dengan sebuah

sertifikat profesi guru yang diperoleh melalui

uji sertifikasi. Sertifikat pendidik diberikan

kepada guru yang telah memenuhi persyaratan

sebagai guru profesional.

Sertifikasi guru juga merupakan salah

satu upaya pemerintah dalam meningkatkan

kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah

menjadi berkualitas. Peningkatan program lain

yaitu; peningkatan kualifikasi akademik guru,

peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir

guru, pemberian tunjangan guru, pemberian

maslahat tambahan, penghargaan, dan

perlindungan guru.

Dalam pelaksanaan PKB hampir tidak

pernahguru meneliti bidang pekerjaannya

sendiri. Selain itu juga keaktifan dalam

mengikuti PKB juga berbagai kegiatan

(6)

penelitian atau karya ilmiah dan sejenisnya

yang sangat kurang.

Berdasarkan pada kenyataan di atas

dirasa perlu kiranya memberikan pelatihan

pada guru dalam kaitannya dengan Penelitian

Tindakan Kelas yang merupakan sebagai

pengembangan profesi guru.

Atas dasar tersebut diatas maka dapat

dirumuskan Apakah dengan mengikuti

pelatihan guru dapat membuat proposal

penelitian tindakan kelas?, dan apakah dengan

mengikuti pelatihan guru dapat melaksanakan

penelitian tindakan kelas?

SedangkanTujuan kegiatan ini adalah

sebagai berikut:Melatih Guru membuat

proposal Penelitian Tindakan Kelas,

merencanakanPenelitian Tindakan Kelas

sebagai usaha pengembangan profesi,dan

dapat melaksanakan PenelitianTindakan Kelas

sebagai salah satu bahan untuk kenaikan

pangkatnya.

A. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas

Perkembangan penelitian akhir-akhir

ini sangat pesat melalui berbagai kajian

permasalahan. Metode-metode, teori-teori

ataupun hasil penelitian telah terakumulasi

sehingga membentuk tradisi penelitian yang

berbeda dengan yang selama ini dilakukan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi

sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada

tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang

selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain

seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart,

John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya.

Jenis penelitian ini dapat dilakukan di

dalam bidang pengembangan organisasi,

manajemen, kesehatan atau kedokteran,

pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang

pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada

skala makro ataupun mikro. Dalam skala

mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada

waktu berlangsungnya suatu kegiatan

belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu

pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya

berikut ini akan dikemukakan mengenai

hakikat PTK.

Pendapat yang dikemukakan oleh

Kemmis dan McTaggart (1988), yang

mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk

refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh

peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk

meningkatkan penalaran dan keadilan

praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat

dilakukan praktik -praktik tersebut.

Menurut Carr dan Kemmis seperti

yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro,

dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah

PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang

dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa

atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi

sosial (termasuk pendidi-kan) untuk

memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a)

praktik-praktik sosial atau pendidikan yang

dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai

praktik-praktik ini, dan (c) situasi- situasi (dan

lembaga-lembaga) tempat praktik-praktik

tersebut dilaksanakan (Hardjodipuro, 1997).

Dari pengalaman empat tahun ini ada

variasi kepemimpinan kelompok PTK. Variasi

pertama adalah guru inti/instruktur yang

memimpin kelompok PTK, kegiatannya

dititikberatkan pada pemberian contoh

melakukan PTK yang baik. Variasi kedua

adalah kepala sekolah yang memimpin

kelompok PTK, kegiatannyadititikberatkan

pada masalah manajemen. Pengalaman

menunjukkan bahwa variasi kedua cenderung

lebih efektif dari yang pertama.

PTK sangat bermanfaat bagi guru

untuk meningkatkan mutu proses dan hasil

pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan

tahapan-tahapan PTK, guru dapat menemukan

solusi dari masalah yang timbul di kelasnya

sendiri, bukan kelas orang lain, dengan

menerapkan berbagai ragam teori dan teknik

pembelajaran yang relevan secara kreatif.

Selain itu sebagai penelitian terapan, di

samping guru melaksanakan tugas utamanya

mengajar di kelas, tidak perlu harus

meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan

suatu penelitian yang mengangkat

masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di

lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru

(7)

mempunyai peran ganda :

praktisi dan

peneliti

Sebagai paradigma sebuah penelitian

tersendiri, PTK memiliki karakteristik yang

relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan

jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian

naturalistik, eksperimen, survei, analisis isi,

dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis

penelitian yang lain PTK dapat dikategorikan

sebagai jenis penelitian kualitatif dan

eksperimen. PTK dikategorikan sebagai

penelitian kualitatif karena pada saat data

dianalisis digunakan pendekatan kualitatif,

tanpa adanya perhitungan statistik.

Dikatakan sebagai penelitian

eksperirnen, karena penelitian ini diawali

dengan perencanaan, adanya perlakuan

terhadap subjek penelitian, dan adanya

evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah

adanya perlakuan.

Ditinjau dari karakteristiknya, PTK

setidaknya memiliki karakteristik antara lain:

(1) didasarkan pada masalah yang dihadapi

guru dalam pembelajaran; (2) adanya

kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) peneliti

sekaligus sebagai praktisi yang melakukan

refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau

meningkatkan kualitas praktek instruksional;

(5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah

dengan beberapa siklus.

B. Hakekat Pengembangan Profesi

Pekerjaan profeisonal dapat

dikelompokkan ke dalam dua katagori: yaitu

Hard Profession dan Soft Profession. Suatu

pekerjaan dapat dapat dikatagorikan sebagai

Hard Profession apabila pekerjaan tersebut

dapat didetailkan dalam perilaku dan

langkah-langkah yang jelas dan yang relatif pasti.

Pendidikan yang diperlukan bagi profesi ini

adalah menghasilkan keluaran pendidikan

yang dapat distandarisasikan. Artinya,

kualifikasi lulusan jelas dan seragam di

manapun pendidikan itu berlangsung.

Dengan kulifikasi ini seseorang sudah

mampu dan akan terus mampu melaksanakan

tugas profesinya secara mandiri tanpa

pendidikan lagi. Pekerjaan dokter dan pilot

sebagai contohnya. Sebaliknya katagori Soft

Profession adalah diperlukannya kadar seni

dalam melasanakaan pekerjaan tersebut. Ciri

pekerjaan tersebut tidak dapat dijabarkan

secara detail dan pasti. Sebab, langkah-langkah

dan tindakan yang harus diambil, sangat

ditentukan oleh kondisi dan stuasi tertentu.

Implikasi katagori

Soft Profession tidak

menuntut pendidikan yang dapat menghasilkan

lulusan dengan standar tertentu melainkan

menuntut lulusan dibekali dengan kemampuan

minimal. Kemampuan ini dari waktu ke waktu

harus ditingkatkan agar dapat melaksanakan

tugas pekerjaannya sesuai dengan

perkembangan masyarakat.

Oleh karena itu, lembaga in – service

training bagi Soft Profession amat penting.

Profesi Guru termasuk dalam katagori Soft

Profession . Sehingga dirasakan perlu atau

secara rasonal dapat kiranya program

sertifikasi guru ini dibenarkan. Karena dengan

program sertifikasi ini akan membawa kepada

mutu pendidikan yang lebih baik.

Sertifikasi guru merupakan salah satu

upaya pemerintah dalam meningkatkan

kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah

menjadi berkualitas. Peningkatan program lain

yaitu; peningkatan kualifikasi akademik guru

menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru,

pembinaan karir guru, pemberian tunjangan

guru, pemberian maslahat tambahan,

penghargaan, dan perlindungan guru. Tugas

seorang guru dilihat dari profesi adalah : a)

Mendidik: Meneruskan dan mengembangkan

nilai-nilai hidup. b) Mengajar: Meneruskan

dan mengembangkan iptek. c) Melatih:

Mengembangkan keterampilan dan

penerapan-nya. Sementara tugas seorang guru sebagai

tugas kemanusiaan adalah: a)Menjadi orang

tua kedua, b) Transformasi diri, dan c)

Autoidentifikasi. Guru juga mengemban tugas

kemasyarakatan yang antara lain: Mendidik

dan mengajar masyarakat untuk menjadi WNI

yang bermoral Pancasila, dan Mencerdaskan

bangsa Indonesia

Guru profesional dan bermartabat

menjadi impian kita semua karena akan

melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis,

(8)

inovatif, demokratis, dan berakhlak. Guru

profesional dan bermartabat memberikan

teladan bagi terbentuknya kualitas sumber

daya manusia yang kuat. Sertifikasi guru

mendulang harapan agar terwujudnya impian

tersebut. Perwujudan impian ini tidak seperti

membalik talapak tangan. Karena itu, perlu

kerja keras dan sinergi dari semua pihak yakni,

pemerintah pusat, pemerintah daerah,

masyarakat, dan guru.

Didalam undang-undang guru dan

dosen dinyatakan ada empat kompetensi

profesi guru yaitu: 1. Kompetensi Pedagogik,

Kemampuan mengelola pembelajaran peserta

didik. 2. Kompetensi Kepribadian,

Kemampuan kepribadian yang

mantap,berakhlak mulia, arif dan berwibawa

serta menjadi teladan peserta didik. 3.

Kompetensi Profesional, Kemampuan

penguasaan materi pelajaran secara luas dan

mendalam. dan 4. Kompetensi Sosial,

Kemampuan untuk berkomunikasi dan

berinteraksi secara efektif dan efisien dengan

peserta didik, sesama guru, orangtua/wali dan

masyarakat sekitar. Keempat komponen

kompetensi guru ini dijabarkan ke dalam 10

kompetensi.

Selain hal tersebut di atas kita juga

mengenal 10 kompetensi guru yaitu: 1)

Menguasai bahan pelajaran, 2) Mengelola

PBM, 3) Mengelola Kelas, 4)Menggunakan

media/sumber belajar, 5) Mengguasai

landasan pendidikan, 6) Mengelola interaksi

belajar mengajar, 7) Menilai prestasi siswa, 8)

Mengenal layanan BK, 9) Mengenal

Penyelenggaraan. Administrasi Sekolah, dan

10) Memahami prinsip-prinsip Penelitian

Pendidikan.

Sertifikasi guru melalui uji kompetensi

memperhitungkan pengalaman profesionalitas

guru, melalui penilaian portofolio guru.

Sepuluh komponen portofolio guru akan

dinilai oleh perguruan tinggi penyelenggara

sertifikasi guru.

C. Hakekat Karya Tulis Ilmiah

Karya tulis ilmiah adalah suatu karya

tulis yang dibuat beracuan pada proses ilmiah.

Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah

laporan tertulis dan dipublikasi yang

memaparkan hasil penelitian atau pengkajian

yang telah dilakukan oleh seseorang atau

sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika

keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh

masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis

karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian,

makalah seminar atau simposium,artikel

jurnal, yang pada dasarnya kesemuanya itu

merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.

Data, simpulan, dan informasi lain yang

terkandung dalam karya ilmiah tersebut

dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain

dalam melaksanakan penelitian atau

pengkajian selanjutnya.

Sistematika suatu karya ilmiah sangat

perlu disesuaikan dengan sistematika yang

diminta oleh media publikasi (jurnal atau

majalah ilmiah), sebab bila tidak sesuai akan

sulit untuk dimuat. Sedangkan suatu karya

ilmiah tidak ada artinya sebelum dipublikasi.

Walaupun ada keragaman permintaan penerbit

tentang sistematika karya ilmiah yang akan

dipublikasi, namun pada umumnya meminta

penulis untuk menjawab empat pertanyaan

berikut: (1) Apa yang menjadi masalah?; (2)

Kerangka acuan teoretik apa yang dipakai

untuk memecahkan masalah?; (3) Bagaimana

cara yang telah dilakukan untuk memecahkan

masalah itu?; (4) Apa yang ditemukan?; serta

(5) Makna apa yang dapat diambil dari temuan

itu?

Paparan tentang apa yang menjadi

masalah dengan latar belakangnya biasanya

dikemas dalam bagian Pendahuluan. Paparan

tentang kerangka acuan teoretik yang

digunakan dalam memecahkan masalah

umumya dikemukakan dalan bagian dengan

judul Kerangka Teoritis atau Teori atau

Landasan Teori, atau Telaah Kepustakaan,

atau label-label lain yang semacamnya.

Paparan mengenai apa yang dilakukan dikemas

dalam bagian yang seringkali diberi judul

Metode atau Metodologi atau Prosedur atau

Bahan dan Metode.

Jawaban terhadap

pertanyaan apa yang ditemukan umumnya

dikemukakan dalam bagian Temuan atau

(9)

Hasil Penelitian. Sementara itu paparan

tentang makna dari temuan penelitian

umumnya dikemukakan dalam bagian Diskusi

atau Pembahasan. Tentu saja sistematika

karya ilmiah ini tidak baku, atau harga mati.

Sistematika karya ilmiah sangat bergantung

pada tradisi masarakat keilmuan dalam bidang

terkait, jenis karya ilmiah (makalah, laporan

penelitian, skripsi). Dalam suatu karya ilmiah

yang mempunyai tingkat keformalan yang

tinggi, seperti misalnya skripsi, sistematika

penulisan lebih baku, dan beberapa paparan

lainnya sering diminta dari mahasiswa, seperti

seperti Kesimpulan dan Rekomendasi

(Saran-Saran) pada bagian akhir, atau Kata Pengantar

pada bagian awal.

Banyak jurnal dan majalah meminta

abstrak, yakni rangkuman informasi yang ada

dalam dokumen laporan, makalah, atau skripsi,

lengkapnya. Abstrak yang ditulis secara baik

memungkinkan pembaca mengenali isi

dokumen lengkap secara secara cepat dan

akurat, untuk menentukan apakah isi dokumen

sesuai dengan bidang minatnya, sehingga

dokumen tersebut perlu dibaca lebih lanjut.

Abstrak sebaiknya tidak lebih dari 250 kata

(dalam satu atau dua paragraf), menyatakan

secara singkat tujuan dan lingkup

penelitian/pengkajian, metode yang digunakan,

rangkuman hasil, serta kesimpulan yang

ditarik.

II.

METODOLOGI

Pemecahan masalah tentang

Peningkatan Layanan Pendidikan Dalam

Proses Pembelajaran di Sekolah dengan

mengadakan pelaksanakan pelatihan Penelitian

Tindakan Kelas bagi guru- guru SMK dalam

dua tahap, yaitu tahap pertama tentang

pemberian materi teori secara keseluruhan dan

tahapan berikutnya adalah latihan membuat

proposal penelitian PTK sampai berhasil

menjadi produk.

Adapun peserta dalam pelatihan ini

adalah Kepala Sekolah dan Guru-guru yang

akan mengusulkan naik pangkat atau sedang

menyelesaikan program pendidikan di

pendidikan tinggi sebagai contoh mahasiswa

yang dalam hal ini adalah guru yang sedang

membuat skripsi, Tesis maupun Disertasinya.

Pelaksanaannya sebanyak 6 kali

latihan/pertemuan yang masing-masing selama

1,5 jam. Pada pertemuan pertama diberikan

secara umum tentang penelitian tindakan kelas.

Pada pertemuan 2 sampai ke 5 latihan

penerapan pembuatan proposal sampai pada

penerapan siklus siklus penelitian dan

pertemuan ke 6 evaluasi.

Banyak manfaat yang dapat diperoleh

dari kegiatan ini yaitu antara lain :

1) Memudahkanguruyang masih berstatus

mahasiswa dalammenyelesaikan tugas

akhir di program pendidikan tinggi.

2) Mempercepat proses

pembuatan

Penelitian Tindakan

Kelassebagaipengembangan profesi

berkelanjutan bagi guru.

3) Guru mempunyai keterampilan dalam

membuat

Penelitian Tindakan

Kelasberdasarkan pada pengembangan

profesi guru.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi kegiatan dilakukan tidak saja

di akhir dari program pelatihan juga selama

proses dilakukan juga evaluasi pada peserta

pelatihan. Jadi di awal program diberikan tes

awal, di sepanjang pelatihan ada kuis tiap

bahasan, dan diakhir program juga ada tes

akhir. Serta juga hasil pekerjaan selama proses

pelatihan dalam bentuk proposal penelitian.

Dari hasil observasi selama pelatihan

berlangasung memperlihatkan keseriusan dan

keantusiasan peserta sehingga interaktif

berjalan secara hidup dan produk proposal

yang dihasilkanpun sangat baik dan

berpariatif.

Berikut ini dipaparkan hasil kegisatan

program pengabdian masyarakat untuk

guru-guru SMK se jakarta Timur:Pada kegiatan ini

diadakan evaluasi terhadap peserta dan

evaluasi terhadap program kegiatan. Evaluasi

terhadap peserta dilakukan oleh anggota tim

terhadap proses dan hasil yang dicapai secara

(10)

obyektif. Sedangkan Evaluasi terhadap

program kegiatan dilakukan oleh pelaksana

untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan

kegiatan yang dilaksanakan.

Kegiatan evaluasi dilaksanakan

sebelum, selama dan sesudah kegiatan

pelatihan ini berlangsung. Evaluasi sebelum

kegiatan dilakasanakan dengan cara diskusi

dengan para anggota sebelum pelaksanakaan

pemaparan materi; sedangkan evaluasi selama

kegiatan berlangsung dilakaukan dengan

mengamati peserta paltihan. Dan setelah itu

di;akukan evaluasi dengan cara membuat

masing-masing proposal PTK yang akan

diajukan pada penelitian masing-masing.

Atas dasar pengamatan selama

pelaksanaan pelatihan berlangsung seluruh

peserta sangat perhatian dan serius dalam

membuat tugasnya serta adanya perubahan

perilaku dalam berdiskusi yang cukup baik .

Yang saat awal pertemuan belum terbuka

wawasannya tentang pengetahuan PTK,

sekarang cukup memiliki kemampuan untuk

menulis sebuah proposal penelitian PTK , hal

ini mengindikasikan bahwa pelatihan yang

diadakan sudah cukup berhasil.

Selain itu dapat terlihat dengan

berbagai variasi judul proposal yang dihasilkan

oleh para peserta, juga memperlihatkan bahwa

kemampuan para peserta dalam memecahkan

berbagai masalah di kelas melalui sebuah

penelitiannya, sehingga memperlihatkan

kemampuan atau keberhasilan yang sangat

baik bagi peserta.Adapun faktor pendorong

dalam kegiatan ini adalah adanya kesungguhan

dari seluruh peserta guru-guru SMK serta

Kepala Sekolah SMK masing yang telah

memberikan izin dan tugas kepada

guru-gurunya. Juga Kepala Sekolah SMKN 50

Jakarta yang telah memberikan kesempatan

untuk menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan

pelatihan serta membantu berbagai sarana

prasarana dan akomodasi demi kelancaran

pelaksanaan pelatihan PTKdi wilayah Jakarta

Timur yang telah diberikan kepada pelaksana

Pengabdian Masyarakat LPM Universitas

Negeri Jakarta, sehingga berjalan sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan

sebelumnya.

Adapun faktor penghambat dalam

pelatihan ini dapat dikatakan tidak ada, kecuali

faktor dana yang terbatas, sehingga jumlah

peserta dibatasi, sarana prasara yang diberikan

kepada para peserta pelatihan juga kepada para

pelatihan sangat terbatas pula.

IV. KESIMPULAN

Sebagai simpulan dari hasil kegiatan

pelatihan Penelitian Tindakan Kelas kali ini

adalah Para peserta mengetahui konsep dasar

PTK secara mendalam, sehingga memiliki

kemampuan untuk membuat suatu penelitian

PTK dalam bentuk proposal, Dengan adanya

berbagai variasi judul dalam proposal

PTKyang telah dibuat para peserta,

mengindikasikan bahwa wawasan serta

kemampuan mengenai PTK bagi peserta

ternyata meningkat, dan Hasil pelatihan dapat

diaplikasikan secara jelas, dan juga dapat

membantu/ mempercepat dalam penulisan

karya ilmiah lain bagi guru-guru yang sedang

membuat tesis maupun disertasinya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] APA, 1983.

Publication Manual of

theAmerican Psychological

AssociationThird Edition. Washington

DC: American Psychological Association.

[2] Barlow, Daniel Lenox. 1985. Educational

Psychology: The Teaching

LearningProcees. Chiocago: The Moody

Bible Institute.

[3] Bloom, Benyamin S. 1976. Human

Characteristic and School Learning. New

York: Mc Graw-Hill Book Company.

[4] Hopkins, D. 1985. A Teacher”s. Guide to

Classroom Research. Philadelphia: Open

University Press.

[5] Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan

SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex

Media Komputindo.

(11)

[6] Suwarsih Madya. 2006. Teori dan Praktik

Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta.

[7] Thorndike R.L & E.P. Hagen, 1977.

Measurement and Evaluation in

Psychology and Education. New York:

John Wiley & Sons.

[8]

Wilkinson, David,

2000.

The

Researcher’s Toolkit The Complete Guide

toPractioner Research.

London:

Routledge Falmer

(12)

PELATIHAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

SESUAI KURIKULUM 2013 PADA GURU DAN CALON GURU

EtinSolihatin

1)

, AdiWijanarko

2)

etinsolihatin@yahoo.com

JurusanIlmuSosialPolitik, FakultasIlmuSosial, UniversitasNegeri Jakarta

ABSTRAK

Setelah dilakukan kegiatan pelatihan model pembelajaran Problem Based Learning sesuai

kurikulum 2013 merupakan sarana yang efektif dalam memberikan pencerahan, sekaligus melatih

praktek pembelajaran. Disamping itu tugas Perguruan Tinggi untuk melaksanakan Tri Dharma yaitu

pengabdian masyarakat dapat terelisasi dengan baik.

Kata Kunci :Pembelajaran, Problem Based Learning

I.

PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

Program Studi PPKN, Jurusan Ilmu

Sosial Politik, Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Jakarta mengemban amanah untuk

merealisasikan Tri Dharma Perguruan

Tinggi.Tri Dharma Perguruan Tinggi meliputi

Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Pada

Masyarakat.

Salah satui mplentasinya adalah

melakukan Pelatihan Model Pembelajaran

Problem Based Learning bagi guru dan calon

guru.

Problem Based Learning menurut

Renzulli, Gentry danRies (2003:53) "Problem

Based Learning is typically done in small

discussion groups, where students must engage

in inquiry and the teacher's role become on of

facilitator or resource guide". Dalam

Kurikulum 2013 pendekatan dengan Scientific,

dengan model pembelajaran Problem Based

Learning, Project Learning, Discovery

Learning, dan model lain yang relevan.

Namun sosialisasi pelaksanaan

Kurikulum 2013 belum terlaksana dengan

baik.Padahal Kurikulum 2013 harus sudah

dilaksanakan mulai bulan Juli 2014.Sudah

barang tentu banyak sekolahan yang belum

siap melaksanakannya.Untuk itu kami dari

Tim P2M Jurusan Ilmu Sosial Politik

terpanggil untuk melaksanakan pengabdian

kepada masyarakat, agar mereka

memahaminya dengan baik.Jangan sampai

secara teori harus melaksanakan Kurikulum

2013, namun kenyataannya menggunakan

kurikulum yang lama.

Pada akhir kegiatandiharapkan guru dancalon

guru memahiri model pembelajaran Problem

Based Learning, yang sangat dianjurkan dalam

Kurikulum 2013.Disamping itu dapat

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

khususnya model pembelajaran Problem Based

Learning, sehingga pembelajaran PKn lebih

menantang dan menarik. Dengan demikian

tantangan masa kini dan masa yang akan

datang dapat diatasi oleh peserta didik dengan

baik, karena mereka berlatih terus

memecahkan berbagai permasalahan yang ada

dan mencari alternatif solusi yang baik.

Mengingat pentingnya kesadaran

peningkatan skill tentang pembelajaran

Problem Based Learning berbasis IPTEKS,

maka kami berencana melakukan pelatihan

model Pembelajaran Problem Based Learning

dalam rangka mengaplikasikan kurikulum

2013 guna meningkatkan kemampuan

guru-guru dan calon guru-guru dalam bidang

pembelajaran.

(13)

B. TujuanKegiatan

Kegiatan pengabdian masyarakat ini

memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman bagi guru mengenai

model pembelajaran problem based

learning.

2. Meningkatkan kemampuan

(skill)

kualitas pembelajaran melalui

pelatihan model pembelajaran problem

based learning.

C. Manfaat Kegiatan

Adapun manfaat kegiatan yaitu :

1. Diharapkan agar guru-guru memiliki

pengetahuan dan pemahaman tentang

model pembelajaran problem based

learning.

2. Adanya peningkatan kualitas

pembelajaran, kemampuan

(skill)

dalam melaksanakan model

pem-belajaran problem based learning.

II. KAJIAN TEORI

A. Problem Based Learning

Problem based learning merupakan

suatu pendekatan pembelajaran dengan

menggunakan permasalahan dalam kehidupan

nyata sebagai bahan untuk dipelajari dalam

meningkatkan kemampuan berpikir peserta

didik.

MenurutArends (2008:41) “Problem

based learning adalah model pembelajaran

dengan pendekatan pembelajaran peserta didik

masalah autentik, sehingga peserta didik dapat

menyusun pengetahuannya sendiri,

menumbuhkembangkan keterampilan yang

lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta

didik, dan meningkatkan kepercayaan diri

sendiri”.

Model

inibercirikanmenggunakanmasalahkehidupann

yatasebagaisesuatu yang harus dipelajari

peserta didik untuk melatih dan meningkatkan

keterampilan berpikir kritis dan memecahkan

masalah serta mendapatkan pengetahuan

konsep penting.

Menurut Renzulli, Gentry danRies

(2003:53) “Problem based learning is typically

done in small discussion groups where

students must engage in inquiry and the

teacher’s role become on of facilitator or

resource guide”.

JadimenurutRenzuli, Gentry dan Reis

dalam problem based learning peserta didik

dikelompokkan menjadi kelompok kecil untuk

melakukan suatu diskusi berhubungan dengan

penemuan yang akan dilakukan. Guru berperan

sebagai penyaji masalah, membantu

menemukan masalah dan memberi fasilitas

penemuan, yang dapat meningkatkan

pertumbuhan inkuiri.

1. Tujuan Problem Based Learning

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai

dalam pelaksanaan problem based learning

yaitu memudahkan tercapainya kompetensi

untuk memperoleh pengetahuan baru, terampil

berkomunikasi, kerjasamatim, pemecahan

masalah, tanggungjawab untuk belajar

mandiri, berbagi informasi dan menghargai

orang lain.

Keterampilan dan sikap umum yang

dihasilkan problem based learning menurut

Wood (2003:328) BMJ volume 326, 8 Februari

2003 bmj.com yaitu :

-

Teamwork

-

Chairing a group

-

Listening

-

Recording

-

Cooperation

-

Respect for colleagues views

-

Critical evaluation of literature

-

Self directed learning and use of

resources

-

Presentation skills

2. Langkah-langkahProblem

BasedLearning

Problem based learning terdiri dari

lima tahapan utama. Kelima tahapan itu

(14)

dimulai dengan guru memperkenalkan peserta

didik dengan suatu situasi masalah dan diakhiri

dengan penyajian dan analisis hasil kerja

peserta didik.

Tahapanproblem based learning

menurutDepdiknas (2007:267):

Tahapan PBL TahapanTingkahLaku Guru Tahap 1 Orientasi pesertadidik kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logis yang dibutuhkan, memotivasi peserta didik agar terlibat pada pemecahan masalah yang dipilihnya.

Tahap 2

Mengorganisasipe sertadidik untuk belajar

Guru membantu peserta didik mendefinisi-kan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Tahap 3

Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpul-kan informasi yang sesuai, melaksanak aneksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu peserta didik merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model serta membantu mereka berbagi tugas denga ntemannya Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan merekadan proses-proses yang mereka gunakan.

3. Keuntungan dan Keterbatasan Problem

Based Learning

Keuntungan

dan

keterbatasan problem

based learning menurut Akinoglu O dan

Tandogen R.O. (2007: 71-81) dalam“The

Effects of Problem Based Active Learning in

Science Education on Students’ Academic

Achievement, Attitude and Concept Learning”,

Eurasia Journal of Mathematics, Science &

Technology Education, 3, (1), 71-81.

Keuntungan Keterbatasan 1. Pembelajaran berpusat

kepada peseta didik, bukan berpusat pada guru 2. Mengembangkan kontroldiri, mengajarkan membuat rencana perspektif, menghadapi realitadan mengekspresikan emosi pesertadidik. 3. Model ini memungkinkan pesertadidik untuk melihat kejadian secara multidimensi dan dengan perspektif yang lebih dalam 4. Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah 5. Mendorong pesertadidik untukbelajar material baru dan konsep ketika menyelesaikan masalah. 6. Mengembangkan

keterampilan sosial dan komunikasi

pesertadidik dengan memungkinkan mereka untuk belajar dan bekerja tim 7. Mengembangkan

keterampilan berpikirtingkat tinggi/berpikir kritis dan berpikir ilmiah 8. Menggabungkan teori dan praktek 1. Sulitbagi guru untuk mengubah gaya pengajaran-nya 2. Membutuhkan banyak waktu untuk peserta didik menyelesaikan situasi problematik ketika situasi ini pertama kali disajikan di kelas 3. Kelompok atau individu boleh jadi menyelesaikan pekerjaan lebih dahulu atau terlambat 4. Pembelajaran ini membutuhkan banyak material dan penelitian 5. Sulit

implemen-tasikan metode ini di semuakelas. Tidak berhasil baik mengguna-kan model ini dengan

pesertadidik yang tidak dapat mengerti dengan benar nilai atau scope masalah dengan kontek sosial

6. Sulit dalam penilaiannya

(15)

9. Menggabungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru dan mengembangkan keterampilan mengambil keputusan dalam disiplin lingkungan yang spesifik 10. Dapat memotivasi pesertadidikdan guru 11. Pesertadidik memperoleh keterampilan manajemenwaktu, fokus pengumpulan data, persiapan laporan dan evaluasi

12. Membukacara untuk belajar sepanjang hayat.

III.

METODE PELAKSANAAN

A.

Metode Pemecahan Masalah

Untuk

mensukseskan program

pelatihan model pembelajaran problem based

learning adalah melalui tahapan : Memberikan

informasi penting berkaitan dengan problem

based learning denganP ower Point. Praktek

pelaksanaan dilakukan oleh guru-guru dan

calon guru (sebagai peserta pelatihan) Tanya

jawab untuk lebih memantapkan hal-hal yang

berkaitan dengan model pembelajaran problem

based learning

B.

Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran yang dianggap

strategis (yang mau dan mampu) untuk

dilibatkan dalam pelatihan model

pembelajaran problem based learning, yaitu

guru-guru dan calon guru di Desa Cibadak,

Kabupaten Bogor.

C.

Tempat dan Waktu Kegiatan

Kegiatan pelatihan model

pembelajaran problem based learning bagi

guru-guru di ruang kelas SD Huntara Desa

Cibadak, Kecamatan Bogor. Waktu kegiatan

dilaksanakan setelah proposal ini disetujui.

IV.

PELAKSANAAN KEGIATAN

A.

Realisasi Pemecahan Masalah

Berdasarkan kerangka masalah

sebagaimana diuraikan di atas, maka langkah

pemecahan masalah dilaksanakan sebagai

berikut:

1. Mengadakan koordinasi dengan

pihak-pihak terkait :

a.

Mengurus perizinan tempat

b. Narasumber materi Model

Pembelajaran Problem Based

Learning sesuai Kurikulum 2013

pada guru dan calon guru, dari

Tim Pengabdian Masyarakat.

2. Menyusun agenda atau susunan acara.

B.

Sasaran

Peserta

yang

mengikuti

pelatihan

model pembelajaran Problem Based

Learning bagi guru dan calon guru

sebanyak 20 orang di desa Cibadak.

C.

Metode

Untuk mensukseskan program

pelatihan ini, metode yang digunakan adalah

partisipasi aktif dengan melalui tahapan: (1)

ceramah, metode ini penting untuk

menyampaikan informasi penting berkaitan

dengan “Model Pembelajaran Problem Based

Learning Sesuai Kurikulum 2013”, disertai

print out bahan tayangan (power point). (2)

tanya jawab yang dilaksanakan secara aktif

oleh seluruh peserta. (3) praktek pembelajaran

dengan Model Problem Based Learning”.

V.

HASIL KEGIATAN

A. Hasil Kegiatan

Hasil kegiatan “Pelatihan Model

Pembelajaran Problem Based Learning sesuai

Kurikulum 2013”, di desa Cibadak

diantaranya:

(16)

1. Meningkatkan pengetahuan peserta

tentang “Model Pembelajaran Problem

Based Learning Sesuai Kurikulum

2013, yang dapat melatih peserta didik

untuk memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Terjadinya sikap positif dan semangat

mengajar lagi meskipun pernah kena

bencana longsor, dan beberapa guru

tinggal di Huntara (Hunian

Sementara).

B. Hasil Evaluasi

Evaluasi dilakukan terhadap contoh

praktek “Problem Based Learning”. Di

samping itu minat dan antusias peserta agar

pengabdian masyarakat terus dilaksanakan di

daerahnya.

VI.

KESIMPULAN

Setelah dilakukan kegiatan pelatihan

pada pengabdian masyarakat ini, dapat

disimpulkan bahwa :

pelatihan Model

Pembelajaran Problem Based Learning Sesuai

Kurikulum 2013, merupakan sarana yang

efektif untuk memberikan pencerahan,

sekaligus melatih praktek pembelajaran. Di

samping itu tugas Perguruan Tinggi untuk

melaksanakan Tri Dharma, dapat terealisasi

dengan baik.

DAFTAR PUSAKA

Amir, MT. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui

Problem Based Learning. Bagaimana

Pendidikan Memberdayakan

Pemelajar di Era Pengetahuan, Jakarta:

Kencana Prenada Media group.

Izhak, Hasoubah Z. 2004. Developing Creative

and Critical Thinking Skill (Cara

Berpikir Kreatif dan Kritis), Bandung:

Yayasan Nuansa Cendekia.

Lepinski, C. 2005. Problem Based Learning: A

New Approach to Teaching Training

& Developing Employees, San Rafael

CA: Merin Country Sheriff’s Office.

Sevin, et. al. 2000. Foundation of Problem

Based Learning. SRHE and Open

University Press Imprint. General

Editor Heather Eggins.

Sumber Internet:

Hmelo-Silver,CE.2004. Problem Based

Learning: What and How Do Student

Learn? (on line) Education Psychology

Review, vol. 16, 236-266. Tersedia di

http://kanagowa.iti.cs.cmu.dey (15

September 2010).

(17)

Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1

13

PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB)

BAGI GURU - GURU SE JAKARTA TIMUR

Agus Dudung

Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta

ABSTRAK

Tujuan Kegiatan ini adalah sebagai berikut:(1) meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai

standar kompetensi yang ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku. (2) Memutakhirkan

kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni untuk memfasilitasi proses pembelajaran peserta didik. (3) Meningkatkan komitmen guru

dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional. (4) Menumbuhkan rasa

cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru. (5) Meningkatkan citra, harkat, dan martabat

profesi guru di masyarakat. (6)Menunjang pengembangan karir guru

Khalayak Sasaran dalam kegiatan ini adalah guru-guru yang akan membuat pengembangan

keprofesian berkelanjutan ( PKB) dalam rangka mengusulkan naik pangkat. Pada pelatihan ini

direncanakan pelaksanaannya sebanyak 4 latihan pertemuan yang masing-masing selama 2 jam. Pada

pertemuan pertama diberikan secara umum tentang pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)

dalam rangka mengusulkan naik pangkat. Pada pertemuan 2 sampai ke 4 latihan penerapan pembuatan

proposal karya ilmiah dan pertemuan terakhir program kegiatan di adakan evaluasi.

Berdasarkan hasil pelatihan yang dilakukan, didapatkan beberapa kesimpulan. Antara lain:

(a) guru dapat memperkaya pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB). (b) guru dapat

mengetahui bagaimana pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan bertujuan untuk

meningkatkan layanan pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan (c) guru

dapat mempercepat proses pembuatan karya tulis ilmiah dalam pengembangan profesi bagi guru. (d)

guuru menjadi punyai keterampilan dalam membuat karya tulis ilmiah berdasarkan pada

pengembangan profesi guru. (e) guru dapat meningkatkan kualitas penulisan ilmiah sebagai bahan

untuk mempersiapakan kenaikan pangkatnya.

Kata kunci : Pengembangan keprofesian berkelanjutan

I.

PENDAHULUAN

1. Analisis Situasi

Dalam rangka meningkatkan propesional guru

dan diberlakukannya PERMENPAN dan

Reformasi Birokrasi no. 16 Tahun 2009

tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka

Kriditnya, maka setiap guru yang ingin

menaikan pangkatnya diberlakukan untuk

membuat Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan (PKB). Dalam hal ini beberapa

pertanyaan mendasar mungkin dapat kita

ajukan seperti: (1) Apa yang dimaksud dengan

profesi?; (2) Bagaimanakah guru profesional

itu? Berkaitan dengan hal ini, karena guru

sebagai suatu profesi maka dapatlah kita

berasumsi bahwa guru seharusnya memiliki

konsekuensi melakukan CPD (Continuous

Professional Development) atau dalam istilah

pemerintah Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan (PKB).

(18)

Pengembangan diri dalam PKB

(Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan)

adalah upaya guru untuk meningkatkan

profesionalisme diri agar memilki kompetensi

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

dan perkembangan pengetahuan, teknologi,

dan/atau seni. Kegiatan pengembangan diri

meliputi:

1. Diklat Fungsional Diklat Fungsional

adalah kegiatan guru dalam mengikuti

pendidikan atau pelatihan yang

bertujuan untuk meningkatkan

keprofesian guru yang bersangkutan

dalam kurun waktu tertentu.

2. Kegiatan Kolektif Guru Kegiatan

Kolektif guru adalah kegiatan guru

dalam mengikuti kegiatan pertemuan

ilmiah atau mengikuti kegiatan

bersama yang dilakukan guru baik di

sekolah maupun di luar sekolah

(seperti IHT/KKG/MGMP, KKKS/

MKKS, dan asosiasi profesi guru) dan

bertujuan untuk meningkatkan

keprofesian guru yang bersangkutan.

Kegiatan kolektif ini dapat berupa :

a.

lokakarya atau kegiatan bersama

seperti IHT/KKG/MGMP,KKKS/

MKKS dan asosiasi profesi guru

dalam menyusun perangkat kurikulum

dan/atau pembelajaran;

b. keikutsertaan dalam kegiatan ilmiah

seperti seminar, koloqium, diskusi

panel, dan kegiatan ilmiah lainnya

baik sebagai pembahas maupun

peserta;dankegiatan kolektif lain yang

sesuai dengan tugas dan kewajiban

guru.

Adapun contoh kegiatan pengembangan diri

yang dapat dilakukan dalam diklat fungsional

maupun kegiatan kolektif guru antara lain

sebagai berikut:

a.

Penyusunan RPP, program kerja,

perencanaan pendidikan, evaluasi,

dansebagainya.

b. Penyusunan kurikulum dan bahanajar.

c.

Pengembangan metode mengajar

d.

Pelaksanaan penilaian proses dan hasil

pembelajaran peserta didik.

e.

Pengembangan dan pemanfaatan

teknologi informatika dan komputer

(TIK) dalam pembelajaran.

f.

Inovasi proses pembelajaran

g.

Peningkatan kompetensi profesional

dalam menghadapi tuntutan teori terkini.

h.

Penulisan publikasi ilmiah.

i.

Pengembangan karya inovatif.

j.

Peningkatan kemampuan untuk

mempresentasikan hasil karya.

Angka Kredit Kenaikan Jabatan Guru Terbaru,

berlaku 1 Januari 2013. Aturan baru Angka

Kredit bagi kenaikan Jabatan Guru ini akan

berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2013

dimana untuk kenaikan pangkat jabatan

Fungsional Guru serendah-rendahnya

Golongan III/b diwajibkan membuat Karya

Inovatif berupa Penelitian, Karya Tulis Ilmiah,

Alat Peraga, Modul, Buku, atau Karya

Teknologi Pendidikan yang nilai angka

kreditnya disesuaikan. Peraturan baru yang

mengatur kenaikan pangkat jabatan fungsional

guru (guru dan kepala sekolah) telah terbit ini

dan ditetapkan berdasar:

1. Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi

2. Birokrasi (PermenPANRB) No. 16

Tahun 2009 tanggal 10 November 2009

tentang Jabatan Fungsional Guru dan

Angka Kreditnya.

3. Peraturan Bersama Mendiknas dan

Kepala BKN Nomor 03/V/PB/2010

4. dan Nomor 14 Tahun 2010 tanggal 6

Mei 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Jabatan Fungsional Guru dan Angka

Kreditnya.

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 35 tahun 2010 Tentang

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Perhatikan pada golongan berapa Bpk/Ibu saat

ini :

1.

III/a ke III/b wajib melaksanakan

kegiatan pengembangan diri (pelatihan

(19)

dan kegiatan kolektif guru) yang

besarnya 3 angka kredit.

2.

III/b ke III/c wajib melaksanakan

kegiatan pengembangan diri (pelatihan

dan kegiatan kolektif guru) yang

besarnya 3 angka kredit dan

publikasiilmiah/karya inovatif (karya

tulis ilmiah, membuat alat peraga, alat

pelajaran, karya teknologi/seni) dengan

4 angka kredit.

3.

III/c ke III/d wajib melaksanakan

kegiatan pengembangan diri (pelatihan

dan kegiatan kolektif guru) yang

besarnya 3 angka kredit dan publikasi

ilmiah/karya inovatif (karya tulis ilmiah,

membuat alat peraga, alat pelajaran,

karya teknologi/seni) dengan 6 angka

kredit.

4.

III/d ke IV/a wajib melaksanakan

kegiatan pengembangan diri (pelatihan

dan kegiatan kolektif guru) yang

besarnya 4 angka kredit dan publikasi

ilmiah/karya inovatif (karya tulis ilmiah,

membuat alat peraga, alatpelajaran,

karya teknologi/seni) dengan 8 angka

kredit.Permasalahannya,mungkin di

lapangan kita akan dihadapkan pada

pertanyaan seperti ini: (1) Upaya apa

yang dilakukan guru untuk

meningkatkan profesionalismenya(2)

bagaimana mengelola pening-katan

profesionalisme guru di sekolah?

Selain itu Sertifikasi guru juga

merupakan salah satu upaya pemerintah dalam

meningkatkan kualitas guru sehingga

pembelajaran di sekolah menjadi berkualitas.

Peningkatan program lain yaitu; peningkatan

kualifikasi akademik guru, peningkatan

kompetensi guru, pembinaan karir guru,

pemberian tunjangan guru, pemberian

maslahat tambahan, penghargaan, dan

perlindungan guru.

Selain hal-hal tersebut di atas secara

garis besar juga terdapat beberapa kelompok

kekurangan yang terjadi yang menyebabkan

guru tidak lulus sertifikasi yang antara lain

adalah pada kelompok penelitian dan karya

ilmiah serta karya lainnya seperti buku ajar

yang disusun sendiri oleh guru. Dalam

pelaksanaan PKB hampir tidak pernahguru

meneliti bidang pekerjaannya sendiri. Selain

itu juga keaktifan dalam mengikuti PKB juga

berbagai kegiatan penelitian atau karya ilmiah

dan sejenisnya yang sangat kurang .

Berdasarkan pada kenyataan di atas

dirasa perlu kiranya memberikan pelatihan

pada guru dalam kaitannya dengan PKB yang

merupakan sebagai pengembangan profesi

guru.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan analisis situasi tersebut

diatas maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah dengan mengikuti pelatihan

pengembangan keprofesian

berkelanjutan (PKB) guru mampuh

membuat karya ilmiah?

2. Apakah dengan mengikuti pelatihan

guru terampil menulis karya ilmiah.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan (PKB)

Secara etimologis, profesi berasal dari

bahasa Inggris profession, bahasa latin

profesus, yang berarti mampu atau ahli dalam

suatu bentuk pekerjaan (Sanusi, 1991:18).

Sedangkan menurut Cogan dalam Peter Jarwis,

1983: 21, disebutkan bahwa profesi adalah

suatu keterampilan yang dalam prakteknya

didasarkan atas suatu struktur teoritis tertentu

dari beberapa bagian pelajaran atau ilmu

pengetahuan. Selanjutnya, profesi disebut juga

sebagai suatu pekerjaan yang didasarkan atas

studi intelektual dan latihan yang khusus,

tujuannya untuk menyediakan pelayanan

keterampilan atau advis terhadap yang orang

lain dengan bayaran atau upah tertentu

(Vollmer & Mills dalam Peter Jarvis, 1983:

21). Sedangkan secara etimologi profesi

diartikan suatu pekerjaan yang

(20)

memper-syaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya

dengan titik tekan pada pekerjaan mental,

bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental

yang dimaksudkan adalah ada persyaratan

pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk

perbuatan praktis Pemerintah secara resmi

telah mencanangkan bahwa profesi guru

disejajarkan dengan profesi lainnya sebagai

tenaga profesional. Pencanangan ini ditandai

dengan undang-undang Guru dan dosen yang

dikeluarkan pada tahun 2005. Harapkan

pemerintah dapat meningkatkan kualitas

pendidikan, karena guru sebagai pelaksana

pada pembelajaran berperan penting dalam

kpeningkatan proses pembelajaran di dalam

kelas yang akan berujung pada peningkatan

mutu pendidikan. Pengakuan kedudukan guru

sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan

sebuah sertifikat profesi guru yang diperoleh

melalui uji sertifikasi. Sertifikat pendidik

diberikan kepada guru yang telah memenuhi

persyaratan sebagai guru profesional.

Pengertian dari Pengembangan Keprofesi-an

Berkelanjutan (PKB) bagi guru merupakan

perubahan secara sadar akan pengetahuan dan

peningkatan kompetensi guru sepanjang

kehidupan kerjanya dan dilaksanakan secara

terus menerus untuk mewujudkan guru

profesional, bermartabatdansejahtera. Ada dua

macam tujuan dilaksanakannya pengembangan

keprofesi-an berkelanjutan (PKB) bagi guru

yaitu :

1. Tujuan Secara UmumPengembang-an

Keprofesian Berkelanjutan

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

bertujuan untuk meningkatkan layanan

pendidikan di sekolah dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan. Melalui PKB

guru diharapkan selalu meningkat

kompetensinya, baik dalam penguasaan materi

pembelajaran maupun metode yang tepat pada

saat melakukan pembelajaran sehingga peserta

didik memahami, menyenangi, berperan aktif

dalam pembelajaran. Jika pelayanan terhadap

peserta didik dapat dioptimalkan diharapkan

proses belajar mengajar berjalan dengan baik

dan dapat meningkatkan mutu serta hasil

belajar yang pada akhirnya mutu pendidikan

akan semakin baik. pengembangan keprofesian

berkelanjutan (PKB) adalah untuk

meningkat-kan kualitas layanan pendidimeningkat-kan di

sekolah/madrasah dalam rangka meningkatkan

mutu pendidikan.

2. Tujuan secara khususPengembangan

Keprofesian Berkelanjutan

Tujuan pengembangan keprofesian

berkelanjutan adalah sebagai berikut;

a.

Meningkatkan kompetensi guru untuk

mencapai standar kompetensi yang

ditetapkan

dalam peraturan

perundangan yang berlaku.

b. Memutakhirkan kompetensi guru

untuk memenuhi kebutuhan guru

dalam perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni untuk

memfasilitasi proses pembelajaran

peserta didik.

c.

Meningkatkan komitmen guru dalam

melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya sebagai tenaga profesional.

d.

Menumbuhkan rasa cinta dan bangga

sebagai penyandang profesi guru.

e.

Meningkatkan citra, harkat, dan

martabat profesi guru di masyarakat.

f.

Menunjang pengembangan karir guru

Secara khusus dilaksanakannya

Pengem-bangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru

adalah untuk memfasilitasi guru dalam

mencapai standar kompetensi yang ditetapkan.

memotivasi guru untuk tetap memiliki

komitmen melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya sebagai tenaga profesional.

Mengangkat citra, harkat, dan martabat profesi

guru, rasa hormat dan kebanggaan sebagai

guru yang profesional.

3. Jenis-jenis Pengembangan

Kepro-fesian Berkelanjutan (PKB) bagi Guru:

a. Pengembangan Diri yaitu usaha

peningkatan kemampuan kompetensi

guru itu sendiri dengan cara mengikuti

Diklat fungsional, workshop-workshop

(21)

pendidikan, seminar tentang

kependidikan, dan mengikuti

Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP) sesuai dengan mata pelajaran

yang diampunya, serta melakukan

kegiatan kolektif guru lainnya.

b. Publikasi Ilmiah yaitu dengan

menyusun Karya ilmiah dan

mempulikasikannya karya-karya

ilmiah atas hasil penelitian maupun

gagasan ilmu dibidangnya. Publikasi

ilmiah dapat dilakukan dengan

presentasi pada forum ilmiah.

c. Karya Inovatif yaitu dengan

melakukan kegiatan-kegiatan dalam

upaya meningkatkan kompetensi

keprofesiannya seperti: menemukan

teknologi tepat guna dan membuat

atau memodifikasi alat pelajaran dan

alat peraga yang sesuai dengan mata

pelajaran yang diampunya.

Sebelum melaksanakan Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi Guru,

hal-hal yang dilakukan adalah dengan

melakukan Evaluasi Diri (Evadir) dan dari

hasil evadir maka kita dapat menentukan

langkah dan jenis kegiatan selanjutnya

sehingga Jenis pengembangan yang akan

dipilih tepat sesuai yang diharapkan sehingga

pencapaian kompetensi guru dapat tercapai.

4. Manfaat Pengembangan Keprofesi-an

Berkelanjutan (PKB)

Manfaat

pengembangan

keprofesian

berkelanjutan yang terstruktur, sistematik dan

memenuhi kebutuhan peningkatan keprofesian

guru adalah sebagai berikut:

a.

Bagi Peserta Didik. Dengan adanya

pelaksanaan PKB, maka peserta didik

memperoleh jaminan pe-layanan dan

pengalaman belajar yang efektif.

b. Bagi Guru. Kepada guru dengan

melaksanakan PKB (pengem-bangan

keprofesian berkelanjutan) akan dapat

memenuhi standar dan

mengembang-kan kompetensinya sehingga mampu

melaksanakan tugas-tugas utamanya

secara efektif

sesuai dengan

kebutuhan belajar peserta didik untuk

menghadapi kehidupan di masa

datang.

c.

Bagi Sekolah/Madrasah akan mampu

memberikan pelayanan pendidikan

yang lebih baik dan berkualitas bagi

peserta didik.

d.

Orang tua/masyarakat memperoleh

jaminan bahwa anak mereka

mendapatkan layanan pendidikan yang

berkualitas dan pengalaman belajar

yang efektif.

e.

Bagi Pemerinta, dengan adanya PKB

akan memberikan jaminan kepada

masyarakat tentang layanan

pendidikan yang berkualitas dan

profesional.

5. Sasaran Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan (PKB)

Sasaran

kegiatan

pengembangan

keprofesian berkelanjutan adalah semua guru

pada satuan pendidikan yang berada di

lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, Kementerian Agama, dan/atau

Kementerian lain, serta satuan pendidikan

yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Demikian ulasan tentang pengembangan

keprofesian berkelanjutan (PKB) mengenai

tujuan, sasaran dan manfaatnya, yang ditulis

berdasarkan buku 1 pedoman pengelolaan

pengembangan keprofesian berkelanjutan:

Pembinaan Pengembangan Profesi Guru yang

diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Profesi

Pendidik, Badan pengembangan Sumber Daya

Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan

Penjaminan Mutu Pendidian Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2012.

Pekerjaan

profeisonal

dapat

dikelompokkan ke dalam dua katagori: yaitu

Hard Profession dan Soft Profession. Suatu

pekerjaan dapat dapat dikatagorikan sebagai

Hard Profession apabila pekerjaan tersebut

dapat didetailkan dalam perilaku dan

(22)

langkah-langkah yang jelas dan yang relatif pasti.

Pendidikan yang diperlukan bagi profesi ini

adalah menghasilkan keluaran pendidikan

yang dapat distandarisasikan. Artinya,

kualifikasi lulusan jelas dan seragam di

manapun pendidikan itu berlangsung. Dengan

kulifikasi ini seseorang sudah mampu dan akan

terus mampu melaksanakan tugas profesinya

secara mandiri tanpa pendidikan lagi.

Pekerjaan dokter dan pilot sebagai contohnya.

Sebaliknya katagori Soft Profession adalah

diperlukannya kadar seni dalam melasanakaan

pekerjaan tersebut. Ciri pekerjaan tersebut

tidak dapat dijabarkan secara detail dan pasti.

Sebab, langkah-langkah dan tindakan yang

harus diambil, sangat ditentukan oleh kondisi

dan stuasi tertentu. Implikasi katagori Soft

Profession tidak menuntut pendidikan yang

dapat menghasilkan lulusan dengan standar

tertentu melainkan menuntut lulusan dibekali

dengan kemampuan minimal. Kemampuan ini

dari waktu ke waktu harus ditingkatkan agar

dapat melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai

dengan perkembangan masyarakat. Oleh

karena itu, lembaga in – service training bagi

Soft Profession amat penting. Profesi Guru

termasuk dalam katagori Soft Profession .

Sehingga dirasakan perlu atau secara rasonal

dapat kiranya program sertifikasi guru ini

dibenarkan. Karena dengan program sertifikasi

ini akan membawa kepada mutu pendidikan

yang lebih baik.

Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya

pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru

sehingga pembelajaran di sekolah menjadi

berkualitas. Peningkatan program lain yaitu;

peningkatan kualifikasi akademik guru

menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru,

pembinaan karir guru, pemberian tunjangan

guru, pemberian maslahat tambahan,

peng-hargaan, dan perlindungan guru.Tugas seorang

guru dilihat dari profesi adalah : a) Mendidik :

Meneruskan dan mengem-bangkan nilai-nilai

hidup. b) Mengajar : Meneruskan dan

mengembangkan iptek. c) Melatih :

Mengem-bangkan keterampilan dan penerapannya.

Sementara tugas seorang guru sebagai tugas

kemanusiaan adalah: a) Menjadi orang tua

kedua, b) Transformasi diri, dan c)

Autoidentifikasi. Guru juga mengemban tugas

kemasya-rakatan yang antara lain: Mendidik

dan mengajar masyarakat untuk menjadi WNI

yang bermoral Pancasila, dan Mencerdaskan

bangsa Indonesia

Guru profesional dan bermartabat

menjadi impian kita semua karena akan

melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis,

inovatif, demokratis, dan berakhlak. Guru

profesional dan bermartabat memberikan

teladan bagi terbentuknya kualitas sumber

daya manusia yang kuat. Sertifikasi guru

mendulang harapan agar terwujudnya impian

tersebut. Perwujudan impian ini tidak seperti

membalik talapak tangan. Karena itu, perlu

kerja keras dan sinergi dari semua pihak yakni,

pemerintah pusat, pemerintah daerah,

masyarakat, dan guru.

Didalam undang-undang guru dan dosen

dinyatakan ada empat kompetensi profesi guru

yaitu: 1. Kompetensi Pedagogik, Kemampuan

mengelola pembelajaran peserta didik. 2.

Kompetensi Kepribadian, Kemampuan

kepribadian yang mantap,berakhlak mulia, arif

dan berwibawa serta menjadi teladan peserta

didik. 3. Kompetensi Profesional,

Kemam-puan penguasaan materi pelajaran secara luas

dan mendalam. dan 4. Kompetensi Sosial,

Kemampuan untuk berkomunikasi dan

berinteraksi secara efektif dan efisien dengan

peserta didik, sesama guru, orangtua/wali dan

masyarakat sekitar. Keempat komponen

kompetensi guru ini dijabarkan ke dalam 10

kompetensi.

Selain hal tersebut di atas kita juga

mengenal 10 kompetensi guru yaitu: 1)

Menguasai bahan pelajaran, 2) Mengelola

PBM, 3) Mengelola Kelas, 4) Menggunakan

media/sumber belajar, 5) Mengguasai landasan

pendidikan, 6) Mengelola interaksi belajar

mengajar, 7) Menilai prestasi siswa, 8)

Mengenal layanan BK, 9) Mengenal

Penyelenggaraan. Administrasi Sekolah, dan

10) Memahami prinsip-prinsip Penelitian

Pendidikan.

Sertifikasi guru melalui uji kompetensi

memperhitungkan pengalaman profesionalitas

(23)

guru, melalui penilaian portofolio guru.

Sepuluh komponen portofolio guru akan

dinilai oleh perguruan tinggi penyelenggara

sertifikasi guru.

III.

METODE KEGIATAN

A. Tujuan Kegiatan

Adapun Tujuan kegiatan ini adalah

sebagai berikut :

1. Meningkatkan kompetensi guru untuk

mencapai standar kompetensi yang

ditetapkan dalam peraturan

perundang-an yperundang-ang berlaku.

2. Memutakhirkan kompetensi guru

untuk memenuhi kebutuhan guru

dalam perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni untuk

memfasilitasi proses pembelajaran

peserta didik.

3. Meningkatkan komitmen guru dalam

melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya sebagai tenaga profesional.

4. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga

sebagai penyandang profesi guru.

5. Meningkatkan citra, harkat, dan

martabat profesi guru di masyarakat.

6. Menunjang pengembangan karir guru

B. Manfaat Kegiatan

Banyak manfaat yang dapat diperoleh

dari kegiatan ini yaitu antara lain:

1. Bagi Peserta Didik. Dengan adanya

pelaksanaan PKB, maka peserta didik

memperoleh jaminan pelayanan dan

pengalaman belajar yang efektif.

2. Bagi Guru. Kepada guru dengan

melaksanakan PKB (pengembangan

keprofesian berkelanjutan) akan dapat

memenuhi standar dan

mengembang-kan kompetensinya sehingga mampu

melaksanakan tugas-tugas utamanya

secara efektif

sesuai dengan

kebutuhan belajar peserta didik untuk

menghadapi kehidupan di masa

datang.

3. Bagi Sekolah/Madrasah akan mampu

mem-berikan pelayanan pendidikan

yang lebih baik dan berkualitas bagi

peserta didik.

4. Orang tua/masyarakat memperoleh

jaminan bahwa anak mereka

mendapatkan layanan pendidikan yang

berkualitas dan pengalaman belajar

yang efektif.

5. Bagi Pemerinta, dengan adanya PKB

akan memberikan jaminan kepada

masyarakat tentang layanan

pendidikan yang berkualitas dan

profesional.

C. Khalayak Sasaran

Guru-guru yang akan membuat

pengembangan keprofesian berkelanjutan

(PKB) dalam rangka mengusulkan naik

pangkat

D. Metode Penerapan Ipteks

Pada pelatihan ini direncanakan

pelaksanaannya sebanyak 4 latihan pertemuan

yang masing-masing selama 2 jam. Pada

pertemuan pertama diberikan secara umum

tentang

pengembangan keprofesian

berkelanjutan (PKB) dalam rangka

mengusulkan naik pangkat

Pada pertemuan 2 sampai ke 4 latihan

penerapan pembuatan proposal karya ilmiah

dan pertemuan terakhir program kegiatan di

adakan evaluasi.

E. Keterkaitan

Kegiatan yang akan dilaksanakan ini

mempunyai keterkaitan dengan berbagai

institusi, yang antara lain adalah institusi/dinas

pendidikan pada umumnya dan pendidikan

menengah, baikbidang sekolah menengah

kejuruan maupun umum di wilayah Jakarta

Timur.

Gambar

Tabel nama peserta pelatihan souvenir di Babakan Madang Sentul :

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Lima menit sebelum kuliah dimulai Dosen sudah berada dalam

درﻮﻣ رد ﯽﯾﺎﻀﻗ هﺎﮕﺘﺳد شزﻮﻣآ ﯽﻧاور نارﺎﻤﯿﺑ قﻮﻘﺣ و نﺎﻧآ ﻦﺘﺧﺎﺳ ﯽﻧاﺪﻧز زا ﺰﯿﻫﺮﭘ ﻦﮑﻤﻣ ﺪﺣ ﺎﺗ 6 ( ﯽﻧﺪﺑ ﺖﯿﺑﺮﺗ و تﺎﺤﯾﺮﻔﺗ 91. ﻞﯿﮑﺸﺗ ﻪﻧﻻدﺎﻋ ﻪﻌﺳﻮﺗ ﯽﮕﻨﻫﺎﻤﻫ يارﻮﺷ تﺎﺤﯾﺮﻔﺗ نﺎﺘﺳا

Dengan penggunaan metode bermain peran diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan untuk menurunkan perilaku agresif anak usia 5-6 tahun di TK Ar-Ridho Kecamatan Tampan

Gambar 3 menunjukkan perkem- bangan panjang rumput (diukur dari dasar tanaman sampai bagian daun terpanjang) yang paling cepat adalahrumput yang dipupuk dengan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian Komunikasi dan Informatika yang terkait dengan Badan Litbang SDM adalah program penelitian dan pengembangan sumber

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha PKL menjadi usaha ekonomi mikro yang tangguh dan mandiri;.. Untuk mewujudkan kota yang bersih, indah, tertib dan aman

tetapi untuk memastikan bahwa 1x rpm tsb adalah disebabkan mechanical unbalance (mis: blade patah) diperlukan juga arah phase (sudut vibrasi yang tinggi tsb (high spot)