Volume 11 No 1 Mei 2014
ISSN : 0216 - 7484
Pembina
Prof. Dr. H. Djaali
Rektor Universitas Negeri Jakarta
Penanggung Jawab
Dr. Etin Solihatin, M.Pd
Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat
Pemimpin Redaksi
Dra. Desfrina
Sekretaris Redaksi
Drs. Sri Kuswantono, M.Si
Dewan Redaksi
Drs. Eko Tri Rahardjo, M.Pd, Dr. Corry Yohana, MM
Dr. Agus Dudung, M.Pd, Sujarwo, M.Pd, Dr. Eko Siswono, M.Si
Sekretariat
Sugimin, S.Pd, Marni Lestari, S.Pd, Marhasan, S.Pd, Rita Aryani, S.Pd,
Wiwik Endang S, S.Pd, Adi Wijanarko, S.Kom, Nurlaila, Ayi Sutisna
Terbit
(Mei dan Oktober)
Alamat Redaksi
Gedung LPM UNJ
Komplek Kampus A UNJ Rawamangun Jakarta Timur
Telp. 489 7658, Fax. 471 2063
Pengantar Redaksi
Puji syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, menyambut penerbitan Jurnal
Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat “Sarwahita” Volume 11 No.1 Mei 2014.
Kehadiran Jurnal ini merupakan publikasi dari hasil kegiatan pengabdian pada
masyarakat yang dilaksanakan oleh dosen di lingkungan Universitas Negeri Jakarta.
Pengabdian pada masyarakat ini sebagai perwujudan kepedulian civitas akademik Universitas
Negeri Jakarta terhadap pembangunan atau pemberdayaan masyarakat di wilayah
Jabodetabek.
Bentuk dari kegiatannya berupa penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam
wujud alih ilmu pengetahuan tekhnologi dan seni.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh penulis artikel yang telah
menyumbangkan artikelnya sehingga Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat
“Sarwahita” volume 11 No.1 Mei 2014 ini dapat diterbitkan.
Semoga apa yang telah dikerjakan dan dituangkan dalam jurnal ini dapat menjadi
sumbangsih untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.
PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAGI GURU-GURU SE-JAKARTA TIMUR
Supria Wiganda
Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Kegiatan pelatihan Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk; Melatih guru-guru terampil
dalam membuat karya tulis ilmiah dan melatih guru membuat proposal Penelitian Tindakan Kelas
serta, serta melatih guru dapat melaksanakan kegiatan penelitian sebagai upaya dalam pengembangan
profesinya.
Khlayak sasaran merupakan Kepala sekolah dan para guru-guru SMK baik negeri maupun
swasta se jakarta Timur
Pelatihan ini dilaksanakan dalam beberapa materi pertemuan yang ada kaitannya dengan
peneltian tindakan kelas yaitu pedoman penulisan karya tulis ilmiah, prosedur penelitian PTK,
Model-model pembelajaran serta teknik presentase .yang dilakasanakan pada tanggal 10 oktober 2014
bertempat di SMK negeri 50 Cipinang Jakarta Timur.
Pada Pertemuan tersebut diberikan secara umum tentang meteri penulisan ilmiah, teknik dan
prosedur Penelitian Tindakan Kelas serta teknik Presentasi, dan diakhiri dengan pembuatan proposal
Penelitian Tindakan Kelas sampai pada siklus-siklusnya.
Kegiatan ini dilaksanakan secara berkesinambungan dengan berbagai intitusi, yang antara lain
unsur dinas pendidikan kota administratif jakarta timur, pendidikan menengah kejuruan se wilayah
jakarta timur.
Evaluasi kegiatan dilakukan pada saat awal pelatihan, proses pelaksanaan pelatihan, dan
diakhir kegiatan tes akhir, serta hasil pekerjanan dalam bentuk proposal PTK.
Dari hasil selama pelatihan berlangsung memperlihatkan keantusiasan peserta sehingga
berjalan secara hidup, dan dihasilkan produk proposal PTK dengan bervariasi judul, ini
memperlihatkan keberhasilan pelatihan dengan baik.
Kata kunci: Peningkatan, PTK, dan Guru SMK
1)
PENDAHULUAN
Pemberlakuan PERMENPAN dan
Reformasi Birokrasi no. 16 Tahun 2009
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kriditnya, maka setiap guru yang ingin
menaikan pangkatnya diberlakukan untuk
membuat
Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) yang salah satunya
membuat Penelitian Tindakan Kelas. Selain itu
Pemerintah secara resmi telah mencanangkan
bahwa profesi guru disejajarkan dengan profesi
lainnya sebagai tenaga profesional.
Pengakuan kedudukan guru sebagai
tenaga profesional dibuktikan dengan sebuah
sertifikat profesi guru yang diperoleh melalui
uji sertifikasi. Sertifikat pendidik diberikan
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan
sebagai guru profesional.
Sertifikasi guru juga merupakan salah
satu upaya pemerintah dalam meningkatkan
kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah
menjadi berkualitas. Peningkatan program lain
yaitu; peningkatan kualifikasi akademik guru,
peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir
guru, pemberian tunjangan guru, pemberian
maslahat tambahan, penghargaan, dan
perlindungan guru.
Dalam pelaksanaan PKB hampir tidak
pernahguru meneliti bidang pekerjaannya
sendiri. Selain itu juga keaktifan dalam
mengikuti PKB juga berbagai kegiatan
penelitian atau karya ilmiah dan sejenisnya
yang sangat kurang.
Berdasarkan pada kenyataan di atas
dirasa perlu kiranya memberikan pelatihan
pada guru dalam kaitannya dengan Penelitian
Tindakan Kelas yang merupakan sebagai
pengembangan profesi guru.
Atas dasar tersebut diatas maka dapat
dirumuskan Apakah dengan mengikuti
pelatihan guru dapat membuat proposal
penelitian tindakan kelas?, dan apakah dengan
mengikuti pelatihan guru dapat melaksanakan
penelitian tindakan kelas?
SedangkanTujuan kegiatan ini adalah
sebagai berikut:Melatih Guru membuat
proposal Penelitian Tindakan Kelas,
merencanakanPenelitian Tindakan Kelas
sebagai usaha pengembangan profesi,dan
dapat melaksanakan PenelitianTindakan Kelas
sebagai salah satu bahan untuk kenaikan
pangkatnya.
A. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas
Perkembangan penelitian akhir-akhir
ini sangat pesat melalui berbagai kajian
permasalahan. Metode-metode, teori-teori
ataupun hasil penelitian telah terakumulasi
sehingga membentuk tradisi penelitian yang
berbeda dengan yang selama ini dilakukan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi
sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada
tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang
selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain
seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart,
John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya.
Jenis penelitian ini dapat dilakukan di
dalam bidang pengembangan organisasi,
manajemen, kesehatan atau kedokteran,
pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang
pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada
skala makro ataupun mikro. Dalam skala
mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada
waktu berlangsungnya suatu kegiatan
belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu
pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya
berikut ini akan dikemukakan mengenai
hakikat PTK.
Pendapat yang dikemukakan oleh
Kemmis dan McTaggart (1988), yang
mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk
refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh
peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran dan keadilan
praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat
dilakukan praktik -praktik tersebut.
Menurut Carr dan Kemmis seperti
yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro,
dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah
PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang
dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa
atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi
sosial (termasuk pendidi-kan) untuk
memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a)
praktik-praktik sosial atau pendidikan yang
dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai
praktik-praktik ini, dan (c) situasi- situasi (dan
lembaga-lembaga) tempat praktik-praktik
tersebut dilaksanakan (Hardjodipuro, 1997).
Dari pengalaman empat tahun ini ada
variasi kepemimpinan kelompok PTK. Variasi
pertama adalah guru inti/instruktur yang
memimpin kelompok PTK, kegiatannya
dititikberatkan pada pemberian contoh
melakukan PTK yang baik. Variasi kedua
adalah kepala sekolah yang memimpin
kelompok PTK, kegiatannyadititikberatkan
pada masalah manajemen. Pengalaman
menunjukkan bahwa variasi kedua cenderung
lebih efektif dari yang pertama.
PTK sangat bermanfaat bagi guru
untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan
tahapan-tahapan PTK, guru dapat menemukan
solusi dari masalah yang timbul di kelasnya
sendiri, bukan kelas orang lain, dengan
menerapkan berbagai ragam teori dan teknik
pembelajaran yang relevan secara kreatif.
Selain itu sebagai penelitian terapan, di
samping guru melaksanakan tugas utamanya
mengajar di kelas, tidak perlu harus
meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan
suatu penelitian yang mengangkat
masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di
lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru
mempunyai peran ganda :
praktisi dan
peneliti
Sebagai paradigma sebuah penelitian
tersendiri, PTK memiliki karakteristik yang
relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan
jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian
naturalistik, eksperimen, survei, analisis isi,
dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis
penelitian yang lain PTK dapat dikategorikan
sebagai jenis penelitian kualitatif dan
eksperimen. PTK dikategorikan sebagai
penelitian kualitatif karena pada saat data
dianalisis digunakan pendekatan kualitatif,
tanpa adanya perhitungan statistik.
Dikatakan sebagai penelitian
eksperirnen, karena penelitian ini diawali
dengan perencanaan, adanya perlakuan
terhadap subjek penelitian, dan adanya
evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah
adanya perlakuan.
Ditinjau dari karakteristiknya, PTK
setidaknya memiliki karakteristik antara lain:
(1) didasarkan pada masalah yang dihadapi
guru dalam pembelajaran; (2) adanya
kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) peneliti
sekaligus sebagai praktisi yang melakukan
refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau
meningkatkan kualitas praktek instruksional;
(5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah
dengan beberapa siklus.
B. Hakekat Pengembangan Profesi
Pekerjaan profeisonal dapat
dikelompokkan ke dalam dua katagori: yaitu
Hard Profession dan Soft Profession. Suatu
pekerjaan dapat dapat dikatagorikan sebagai
Hard Profession apabila pekerjaan tersebut
dapat didetailkan dalam perilaku dan
langkah-langkah yang jelas dan yang relatif pasti.
Pendidikan yang diperlukan bagi profesi ini
adalah menghasilkan keluaran pendidikan
yang dapat distandarisasikan. Artinya,
kualifikasi lulusan jelas dan seragam di
manapun pendidikan itu berlangsung.
Dengan kulifikasi ini seseorang sudah
mampu dan akan terus mampu melaksanakan
tugas profesinya secara mandiri tanpa
pendidikan lagi. Pekerjaan dokter dan pilot
sebagai contohnya. Sebaliknya katagori Soft
Profession adalah diperlukannya kadar seni
dalam melasanakaan pekerjaan tersebut. Ciri
pekerjaan tersebut tidak dapat dijabarkan
secara detail dan pasti. Sebab, langkah-langkah
dan tindakan yang harus diambil, sangat
ditentukan oleh kondisi dan stuasi tertentu.
Implikasi katagori
Soft Profession tidak
menuntut pendidikan yang dapat menghasilkan
lulusan dengan standar tertentu melainkan
menuntut lulusan dibekali dengan kemampuan
minimal. Kemampuan ini dari waktu ke waktu
harus ditingkatkan agar dapat melaksanakan
tugas pekerjaannya sesuai dengan
perkembangan masyarakat.
Oleh karena itu, lembaga in – service
training bagi Soft Profession amat penting.
Profesi Guru termasuk dalam katagori Soft
Profession . Sehingga dirasakan perlu atau
secara rasonal dapat kiranya program
sertifikasi guru ini dibenarkan. Karena dengan
program sertifikasi ini akan membawa kepada
mutu pendidikan yang lebih baik.
Sertifikasi guru merupakan salah satu
upaya pemerintah dalam meningkatkan
kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah
menjadi berkualitas. Peningkatan program lain
yaitu; peningkatan kualifikasi akademik guru
menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru,
pembinaan karir guru, pemberian tunjangan
guru, pemberian maslahat tambahan,
penghargaan, dan perlindungan guru. Tugas
seorang guru dilihat dari profesi adalah : a)
Mendidik: Meneruskan dan mengembangkan
nilai-nilai hidup. b) Mengajar: Meneruskan
dan mengembangkan iptek. c) Melatih:
Mengembangkan keterampilan dan
penerapan-nya. Sementara tugas seorang guru sebagai
tugas kemanusiaan adalah: a)Menjadi orang
tua kedua, b) Transformasi diri, dan c)
Autoidentifikasi. Guru juga mengemban tugas
kemasyarakatan yang antara lain: Mendidik
dan mengajar masyarakat untuk menjadi WNI
yang bermoral Pancasila, dan Mencerdaskan
bangsa Indonesia
Guru profesional dan bermartabat
menjadi impian kita semua karena akan
melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis,
inovatif, demokratis, dan berakhlak. Guru
profesional dan bermartabat memberikan
teladan bagi terbentuknya kualitas sumber
daya manusia yang kuat. Sertifikasi guru
mendulang harapan agar terwujudnya impian
tersebut. Perwujudan impian ini tidak seperti
membalik talapak tangan. Karena itu, perlu
kerja keras dan sinergi dari semua pihak yakni,
pemerintah pusat, pemerintah daerah,
masyarakat, dan guru.
Didalam undang-undang guru dan
dosen dinyatakan ada empat kompetensi
profesi guru yaitu: 1. Kompetensi Pedagogik,
Kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik. 2. Kompetensi Kepribadian,
Kemampuan kepribadian yang
mantap,berakhlak mulia, arif dan berwibawa
serta menjadi teladan peserta didik. 3.
Kompetensi Profesional, Kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam. dan 4. Kompetensi Sosial,
Kemampuan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesama guru, orangtua/wali dan
masyarakat sekitar. Keempat komponen
kompetensi guru ini dijabarkan ke dalam 10
kompetensi.
Selain hal tersebut di atas kita juga
mengenal 10 kompetensi guru yaitu: 1)
Menguasai bahan pelajaran, 2) Mengelola
PBM, 3) Mengelola Kelas, 4)Menggunakan
media/sumber belajar, 5) Mengguasai
landasan pendidikan, 6) Mengelola interaksi
belajar mengajar, 7) Menilai prestasi siswa, 8)
Mengenal layanan BK, 9) Mengenal
Penyelenggaraan. Administrasi Sekolah, dan
10) Memahami prinsip-prinsip Penelitian
Pendidikan.
Sertifikasi guru melalui uji kompetensi
memperhitungkan pengalaman profesionalitas
guru, melalui penilaian portofolio guru.
Sepuluh komponen portofolio guru akan
dinilai oleh perguruan tinggi penyelenggara
sertifikasi guru.
C. Hakekat Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah suatu karya
tulis yang dibuat beracuan pada proses ilmiah.
Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah
laporan tertulis dan dipublikasi yang
memaparkan hasil penelitian atau pengkajian
yang telah dilakukan oleh seseorang atau
sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika
keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh
masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis
karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian,
makalah seminar atau simposium,artikel
jurnal, yang pada dasarnya kesemuanya itu
merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.
Data, simpulan, dan informasi lain yang
terkandung dalam karya ilmiah tersebut
dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain
dalam melaksanakan penelitian atau
pengkajian selanjutnya.
Sistematika suatu karya ilmiah sangat
perlu disesuaikan dengan sistematika yang
diminta oleh media publikasi (jurnal atau
majalah ilmiah), sebab bila tidak sesuai akan
sulit untuk dimuat. Sedangkan suatu karya
ilmiah tidak ada artinya sebelum dipublikasi.
Walaupun ada keragaman permintaan penerbit
tentang sistematika karya ilmiah yang akan
dipublikasi, namun pada umumnya meminta
penulis untuk menjawab empat pertanyaan
berikut: (1) Apa yang menjadi masalah?; (2)
Kerangka acuan teoretik apa yang dipakai
untuk memecahkan masalah?; (3) Bagaimana
cara yang telah dilakukan untuk memecahkan
masalah itu?; (4) Apa yang ditemukan?; serta
(5) Makna apa yang dapat diambil dari temuan
itu?
Paparan tentang apa yang menjadi
masalah dengan latar belakangnya biasanya
dikemas dalam bagian Pendahuluan. Paparan
tentang kerangka acuan teoretik yang
digunakan dalam memecahkan masalah
umumya dikemukakan dalan bagian dengan
judul Kerangka Teoritis atau Teori atau
Landasan Teori, atau Telaah Kepustakaan,
atau label-label lain yang semacamnya.
Paparan mengenai apa yang dilakukan dikemas
dalam bagian yang seringkali diberi judul
Metode atau Metodologi atau Prosedur atau
Bahan dan Metode.
Jawaban terhadap
pertanyaan apa yang ditemukan umumnya
dikemukakan dalam bagian Temuan atau
Hasil Penelitian. Sementara itu paparan
tentang makna dari temuan penelitian
umumnya dikemukakan dalam bagian Diskusi
atau Pembahasan. Tentu saja sistematika
karya ilmiah ini tidak baku, atau harga mati.
Sistematika karya ilmiah sangat bergantung
pada tradisi masarakat keilmuan dalam bidang
terkait, jenis karya ilmiah (makalah, laporan
penelitian, skripsi). Dalam suatu karya ilmiah
yang mempunyai tingkat keformalan yang
tinggi, seperti misalnya skripsi, sistematika
penulisan lebih baku, dan beberapa paparan
lainnya sering diminta dari mahasiswa, seperti
seperti Kesimpulan dan Rekomendasi
(Saran-Saran) pada bagian akhir, atau Kata Pengantar
pada bagian awal.
Banyak jurnal dan majalah meminta
abstrak, yakni rangkuman informasi yang ada
dalam dokumen laporan, makalah, atau skripsi,
lengkapnya. Abstrak yang ditulis secara baik
memungkinkan pembaca mengenali isi
dokumen lengkap secara secara cepat dan
akurat, untuk menentukan apakah isi dokumen
sesuai dengan bidang minatnya, sehingga
dokumen tersebut perlu dibaca lebih lanjut.
Abstrak sebaiknya tidak lebih dari 250 kata
(dalam satu atau dua paragraf), menyatakan
secara singkat tujuan dan lingkup
penelitian/pengkajian, metode yang digunakan,
rangkuman hasil, serta kesimpulan yang
ditarik.
II.
METODOLOGI
Pemecahan masalah tentang
Peningkatan Layanan Pendidikan Dalam
Proses Pembelajaran di Sekolah dengan
mengadakan pelaksanakan pelatihan Penelitian
Tindakan Kelas bagi guru- guru SMK dalam
dua tahap, yaitu tahap pertama tentang
pemberian materi teori secara keseluruhan dan
tahapan berikutnya adalah latihan membuat
proposal penelitian PTK sampai berhasil
menjadi produk.
Adapun peserta dalam pelatihan ini
adalah Kepala Sekolah dan Guru-guru yang
akan mengusulkan naik pangkat atau sedang
menyelesaikan program pendidikan di
pendidikan tinggi sebagai contoh mahasiswa
yang dalam hal ini adalah guru yang sedang
membuat skripsi, Tesis maupun Disertasinya.
Pelaksanaannya sebanyak 6 kali
latihan/pertemuan yang masing-masing selama
1,5 jam. Pada pertemuan pertama diberikan
secara umum tentang penelitian tindakan kelas.
Pada pertemuan 2 sampai ke 5 latihan
penerapan pembuatan proposal sampai pada
penerapan siklus siklus penelitian dan
pertemuan ke 6 evaluasi.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh
dari kegiatan ini yaitu antara lain :
1) Memudahkanguruyang masih berstatus
mahasiswa dalammenyelesaikan tugas
akhir di program pendidikan tinggi.
2) Mempercepat proses
pembuatan
Penelitian Tindakan
Kelassebagaipengembangan profesi
berkelanjutan bagi guru.
3) Guru mempunyai keterampilan dalam
membuat
Penelitian Tindakan
Kelasberdasarkan pada pengembangan
profesi guru.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi kegiatan dilakukan tidak saja
di akhir dari program pelatihan juga selama
proses dilakukan juga evaluasi pada peserta
pelatihan. Jadi di awal program diberikan tes
awal, di sepanjang pelatihan ada kuis tiap
bahasan, dan diakhir program juga ada tes
akhir. Serta juga hasil pekerjaan selama proses
pelatihan dalam bentuk proposal penelitian.
Dari hasil observasi selama pelatihan
berlangasung memperlihatkan keseriusan dan
keantusiasan peserta sehingga interaktif
berjalan secara hidup dan produk proposal
yang dihasilkanpun sangat baik dan
berpariatif.
Berikut ini dipaparkan hasil kegisatan
program pengabdian masyarakat untuk
guru-guru SMK se jakarta Timur:Pada kegiatan ini
diadakan evaluasi terhadap peserta dan
evaluasi terhadap program kegiatan. Evaluasi
terhadap peserta dilakukan oleh anggota tim
terhadap proses dan hasil yang dicapai secara
obyektif. Sedangkan Evaluasi terhadap
program kegiatan dilakukan oleh pelaksana
untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan
kegiatan yang dilaksanakan.
Kegiatan evaluasi dilaksanakan
sebelum, selama dan sesudah kegiatan
pelatihan ini berlangsung. Evaluasi sebelum
kegiatan dilakasanakan dengan cara diskusi
dengan para anggota sebelum pelaksanakaan
pemaparan materi; sedangkan evaluasi selama
kegiatan berlangsung dilakaukan dengan
mengamati peserta paltihan. Dan setelah itu
di;akukan evaluasi dengan cara membuat
masing-masing proposal PTK yang akan
diajukan pada penelitian masing-masing.
Atas dasar pengamatan selama
pelaksanaan pelatihan berlangsung seluruh
peserta sangat perhatian dan serius dalam
membuat tugasnya serta adanya perubahan
perilaku dalam berdiskusi yang cukup baik .
Yang saat awal pertemuan belum terbuka
wawasannya tentang pengetahuan PTK,
sekarang cukup memiliki kemampuan untuk
menulis sebuah proposal penelitian PTK , hal
ini mengindikasikan bahwa pelatihan yang
diadakan sudah cukup berhasil.
Selain itu dapat terlihat dengan
berbagai variasi judul proposal yang dihasilkan
oleh para peserta, juga memperlihatkan bahwa
kemampuan para peserta dalam memecahkan
berbagai masalah di kelas melalui sebuah
penelitiannya, sehingga memperlihatkan
kemampuan atau keberhasilan yang sangat
baik bagi peserta.Adapun faktor pendorong
dalam kegiatan ini adalah adanya kesungguhan
dari seluruh peserta guru-guru SMK serta
Kepala Sekolah SMK masing yang telah
memberikan izin dan tugas kepada
guru-gurunya. Juga Kepala Sekolah SMKN 50
Jakarta yang telah memberikan kesempatan
untuk menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan
pelatihan serta membantu berbagai sarana
prasarana dan akomodasi demi kelancaran
pelaksanaan pelatihan PTKdi wilayah Jakarta
Timur yang telah diberikan kepada pelaksana
Pengabdian Masyarakat LPM Universitas
Negeri Jakarta, sehingga berjalan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan
sebelumnya.
Adapun faktor penghambat dalam
pelatihan ini dapat dikatakan tidak ada, kecuali
faktor dana yang terbatas, sehingga jumlah
peserta dibatasi, sarana prasara yang diberikan
kepada para peserta pelatihan juga kepada para
pelatihan sangat terbatas pula.
IV. KESIMPULAN
Sebagai simpulan dari hasil kegiatan
pelatihan Penelitian Tindakan Kelas kali ini
adalah Para peserta mengetahui konsep dasar
PTK secara mendalam, sehingga memiliki
kemampuan untuk membuat suatu penelitian
PTK dalam bentuk proposal, Dengan adanya
berbagai variasi judul dalam proposal
PTKyang telah dibuat para peserta,
mengindikasikan bahwa wawasan serta
kemampuan mengenai PTK bagi peserta
ternyata meningkat, dan Hasil pelatihan dapat
diaplikasikan secara jelas, dan juga dapat
membantu/ mempercepat dalam penulisan
karya ilmiah lain bagi guru-guru yang sedang
membuat tesis maupun disertasinya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] APA, 1983.
Publication Manual of
theAmerican Psychological
AssociationThird Edition. Washington
DC: American Psychological Association.
[2] Barlow, Daniel Lenox. 1985. Educational
Psychology: The Teaching
LearningProcees. Chiocago: The Moody
Bible Institute.
[3] Bloom, Benyamin S. 1976. Human
Characteristic and School Learning. New
York: Mc Graw-Hill Book Company.
[4] Hopkins, D. 1985. A Teacher”s. Guide to
Classroom Research. Philadelphia: Open
University Press.
[5] Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan
SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
[6] Suwarsih Madya. 2006. Teori dan Praktik
Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta.
[7] Thorndike R.L & E.P. Hagen, 1977.
Measurement and Evaluation in
Psychology and Education. New York:
John Wiley & Sons.
[8]
Wilkinson, David,
2000.
The
Researcher’s Toolkit The Complete Guide
toPractioner Research.
London:
Routledge Falmer
PELATIHAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
SESUAI KURIKULUM 2013 PADA GURU DAN CALON GURU
EtinSolihatin
1), AdiWijanarko
2)etinsolihatin@yahoo.com
JurusanIlmuSosialPolitik, FakultasIlmuSosial, UniversitasNegeri Jakarta
ABSTRAK
Setelah dilakukan kegiatan pelatihan model pembelajaran Problem Based Learning sesuai
kurikulum 2013 merupakan sarana yang efektif dalam memberikan pencerahan, sekaligus melatih
praktek pembelajaran. Disamping itu tugas Perguruan Tinggi untuk melaksanakan Tri Dharma yaitu
pengabdian masyarakat dapat terelisasi dengan baik.
Kata Kunci :Pembelajaran, Problem Based Learning
I.
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Program Studi PPKN, Jurusan Ilmu
Sosial Politik, Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Jakarta mengemban amanah untuk
merealisasikan Tri Dharma Perguruan
Tinggi.Tri Dharma Perguruan Tinggi meliputi
Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Pada
Masyarakat.
Salah satui mplentasinya adalah
melakukan Pelatihan Model Pembelajaran
Problem Based Learning bagi guru dan calon
guru.
Problem Based Learning menurut
Renzulli, Gentry danRies (2003:53) "Problem
Based Learning is typically done in small
discussion groups, where students must engage
in inquiry and the teacher's role become on of
facilitator or resource guide". Dalam
Kurikulum 2013 pendekatan dengan Scientific,
dengan model pembelajaran Problem Based
Learning, Project Learning, Discovery
Learning, dan model lain yang relevan.
Namun sosialisasi pelaksanaan
Kurikulum 2013 belum terlaksana dengan
baik.Padahal Kurikulum 2013 harus sudah
dilaksanakan mulai bulan Juli 2014.Sudah
barang tentu banyak sekolahan yang belum
siap melaksanakannya.Untuk itu kami dari
Tim P2M Jurusan Ilmu Sosial Politik
terpanggil untuk melaksanakan pengabdian
kepada masyarakat, agar mereka
memahaminya dengan baik.Jangan sampai
secara teori harus melaksanakan Kurikulum
2013, namun kenyataannya menggunakan
kurikulum yang lama.
Pada akhir kegiatandiharapkan guru dancalon
guru memahiri model pembelajaran Problem
Based Learning, yang sangat dianjurkan dalam
Kurikulum 2013.Disamping itu dapat
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
khususnya model pembelajaran Problem Based
Learning, sehingga pembelajaran PKn lebih
menantang dan menarik. Dengan demikian
tantangan masa kini dan masa yang akan
datang dapat diatasi oleh peserta didik dengan
baik, karena mereka berlatih terus
memecahkan berbagai permasalahan yang ada
dan mencari alternatif solusi yang baik.
Mengingat pentingnya kesadaran
peningkatan skill tentang pembelajaran
Problem Based Learning berbasis IPTEKS,
maka kami berencana melakukan pelatihan
model Pembelajaran Problem Based Learning
dalam rangka mengaplikasikan kurikulum
2013 guna meningkatkan kemampuan
guru-guru dan calon guru-guru dalam bidang
pembelajaran.
B. TujuanKegiatan
Kegiatan pengabdian masyarakat ini
memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman bagi guru mengenai
model pembelajaran problem based
learning.
2. Meningkatkan kemampuan
(skill)
kualitas pembelajaran melalui
pelatihan model pembelajaran problem
based learning.
C. Manfaat Kegiatan
Adapun manfaat kegiatan yaitu :
1. Diharapkan agar guru-guru memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang
model pembelajaran problem based
learning.
2. Adanya peningkatan kualitas
pembelajaran, kemampuan
(skill)
dalam melaksanakan model
pem-belajaran problem based learning.
II. KAJIAN TEORI
A. Problem Based Learning
Problem based learning merupakan
suatu pendekatan pembelajaran dengan
menggunakan permasalahan dalam kehidupan
nyata sebagai bahan untuk dipelajari dalam
meningkatkan kemampuan berpikir peserta
didik.
MenurutArends (2008:41) “Problem
based learning adalah model pembelajaran
dengan pendekatan pembelajaran peserta didik
masalah autentik, sehingga peserta didik dapat
menyusun pengetahuannya sendiri,
menumbuhkembangkan keterampilan yang
lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta
didik, dan meningkatkan kepercayaan diri
sendiri”.
Model
inibercirikanmenggunakanmasalahkehidupann
yatasebagaisesuatu yang harus dipelajari
peserta didik untuk melatih dan meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan memecahkan
masalah serta mendapatkan pengetahuan
konsep penting.
Menurut Renzulli, Gentry danRies
(2003:53) “Problem based learning is typically
done in small discussion groups where
students must engage in inquiry and the
teacher’s role become on of facilitator or
resource guide”.
JadimenurutRenzuli, Gentry dan Reis
dalam problem based learning peserta didik
dikelompokkan menjadi kelompok kecil untuk
melakukan suatu diskusi berhubungan dengan
penemuan yang akan dilakukan. Guru berperan
sebagai penyaji masalah, membantu
menemukan masalah dan memberi fasilitas
penemuan, yang dapat meningkatkan
pertumbuhan inkuiri.
1. Tujuan Problem Based Learning
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai
dalam pelaksanaan problem based learning
yaitu memudahkan tercapainya kompetensi
untuk memperoleh pengetahuan baru, terampil
berkomunikasi, kerjasamatim, pemecahan
masalah, tanggungjawab untuk belajar
mandiri, berbagi informasi dan menghargai
orang lain.
Keterampilan dan sikap umum yang
dihasilkan problem based learning menurut
Wood (2003:328) BMJ volume 326, 8 Februari
2003 bmj.com yaitu :
-Teamwork
-Chairing a group
-Listening
-Recording
-Cooperation
-
Respect for colleagues views
-Critical evaluation of literature
-Self directed learning and use of
resources
-
Presentation skills
2. Langkah-langkahProblem
BasedLearning
Problem based learning terdiri dari
lima tahapan utama. Kelima tahapan itu
dimulai dengan guru memperkenalkan peserta
didik dengan suatu situasi masalah dan diakhiri
dengan penyajian dan analisis hasil kerja
peserta didik.
Tahapanproblem based learning
menurutDepdiknas (2007:267):
Tahapan PBL TahapanTingkahLaku Guru Tahap 1 Orientasi pesertadidik kepada masalahGuru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logis yang dibutuhkan, memotivasi peserta didik agar terlibat pada pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap 2
Mengorganisasipe sertadidik untuk belajar
Guru membantu peserta didik mendefinisi-kan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Tahap 3
Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpul-kan informasi yang sesuai, melaksanak aneksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu peserta didik merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model serta membantu mereka berbagi tugas denga ntemannya Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu peserta didik melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan merekadan proses-proses yang mereka gunakan.
3. Keuntungan dan Keterbatasan Problem
Based Learning
Keuntungan
dan
keterbatasan problem
based learning menurut Akinoglu O dan
Tandogen R.O. (2007: 71-81) dalam“The
Effects of Problem Based Active Learning in
Science Education on Students’ Academic
Achievement, Attitude and Concept Learning”,
Eurasia Journal of Mathematics, Science &
Technology Education, 3, (1), 71-81.
Keuntungan Keterbatasan 1. Pembelajaran berpusat
kepada peseta didik, bukan berpusat pada guru 2. Mengembangkan kontroldiri, mengajarkan membuat rencana perspektif, menghadapi realitadan mengekspresikan emosi pesertadidik. 3. Model ini memungkinkan pesertadidik untuk melihat kejadian secara multidimensi dan dengan perspektif yang lebih dalam 4. Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah 5. Mendorong pesertadidik untukbelajar material baru dan konsep ketika menyelesaikan masalah. 6. Mengembangkan
keterampilan sosial dan komunikasi
pesertadidik dengan memungkinkan mereka untuk belajar dan bekerja tim 7. Mengembangkan
keterampilan berpikirtingkat tinggi/berpikir kritis dan berpikir ilmiah 8. Menggabungkan teori dan praktek 1. Sulitbagi guru untuk mengubah gaya pengajaran-nya 2. Membutuhkan banyak waktu untuk peserta didik menyelesaikan situasi problematik ketika situasi ini pertama kali disajikan di kelas 3. Kelompok atau individu boleh jadi menyelesaikan pekerjaan lebih dahulu atau terlambat 4. Pembelajaran ini membutuhkan banyak material dan penelitian 5. Sulit
implemen-tasikan metode ini di semuakelas. Tidak berhasil baik mengguna-kan model ini dengan
pesertadidik yang tidak dapat mengerti dengan benar nilai atau scope masalah dengan kontek sosial
6. Sulit dalam penilaiannya
9. Menggabungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru dan mengembangkan keterampilan mengambil keputusan dalam disiplin lingkungan yang spesifik 10. Dapat memotivasi pesertadidikdan guru 11. Pesertadidik memperoleh keterampilan manajemenwaktu, fokus pengumpulan data, persiapan laporan dan evaluasi
12. Membukacara untuk belajar sepanjang hayat.