• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KESEHATAN GIGI BALITA DI POSYANDU HARAPAN BANGSA PINGIT DESA KECAMATAN PRINGSURAT TEMANGGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KESEHATAN GIGI BALITA DI POSYANDU HARAPAN BANGSA PINGIT DESA KECAMATAN PRINGSURAT TEMANGGUNG"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

i

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KESEHATAN GIGI BALITA DI POSYANDU HARAPAN BANGSA

PINGIT DESA KECAMATAN PRINGSURAT TEMANGGUNG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta

Disusun oleh:

AHMAD MASDUKI NPM: 3208068

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)
(3)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iii

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KESEHATAN GIGI BALITA DI POSYANDU HARAPAN BANGSA

PINGIT DESA KECAMATAN PRINGSURAT TEMANGGUNG Ahmad Masduki1, Falasifah Ani Yuniarti2, Anastasia Sari Kusumawati3

INTISARI

Latar Belakang: Pemberian susu formula dapat meningkatkan risiko oklusi gigi

pada anak. Dampak kerusakan gigi pada balita akan mempengaruhi tumbuh kembang anak nantinya. Balita yang mengalami kerusakan gigi akan menyebabkan nafsu makan menurun, hal ini yang akan mempengaruhi perkembangan fisik anak terganggu. Dari studi pendahuluan terhadap 10 balita di Posyandu Harapan Bangsa Pingit Desa kecamatan Pringsurat Temanggung terdapat 6 balita diantaranya yang mengalami kerusakan berupa karies gigi.

Tujuan Penelitian: Diketahuinya hubungan antara pola pemberian susu formula

dengan kesehatan gigi balita.

Metode Penelitian: Penelitian ini adalah kuantitatif, non eksperimental dengan

rancangan cross sectional dengan metode diskriptif. Lokasi penelitian Posyandu Harapan Bangsa Pingit Desa Kecamatan Pringsurat Temanggung. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan responden sebanyak 34 responden. Teknik analisa data menggunakan uji Spearman Brown dan uji x2 dengan kontingensi 2x2.

Hasil: Hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap 34 balita yang

mengkonsumsi susu formula, 16 diantaranya mengalami kerusakan berupa karies gigi. Hasil uji statistic Chi Square diperoleh nilai p sebesar 0,002 lebih kecil dari (alpha)=0,05, sehingga Ha diterima, atau ada hubungan yang signifikan antara pola pemberian susu formula dengan kesehatan gigi balita.

Kesimpulan: Ada hubungan antara pola pemberian susu formula dengan

kesehatan gigi balita di Posyandu Harapan Bangsa Pingit Desa Kecamatan Pringsurat Temanggung.

Kata Kunci: Pola pemberian susu formula, Balita, Kesehatan gigi.

1

Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Achmad Yani Yogyakarta 2

Dosen Pengajar Universitas Muhamadiyah Yogyakarta 3

(4)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iv

THE RELATION BETWEEN FORMULA MILK ADMINISTRATION PATTERN WITH UNDER FIVE CHILDREN’S TEETH HEALTH IN

HARAPAN BANGSA INTEGRATED CARE CENTER PINGIT DESA PRINGSURAT DISTRICT TEMANGGUNG

Ahmad Masduki1, Falasifah Ani Yuniarti2, Anastasia Sari Kusumawati3

ABSTRACT

BACKGROUND: Formula milk may raise the risk of teeth occlusion on children.

The effect of teeth occlusion on under five children will affect the children’s growth, under five children who have teeth occlusion will have low appetite which will bring disorder to children’s physical development. From initial study on 10 under five children in Harapan Bangsa integrated care center pingit desa pringsurat district temanggung there are 6 under five children who have teeth carries.

Objective: To figure out the relation between formula milk administration and

under five children’s teeth health.

Method: This is a quantitative research non experimental with cross sectional and

descriptive method. The location of research is in Harapan Bangsa integrated care center pingit desa pringsurat district temanggung. Sampling technique uses purposive sampling technique with 34 respondent. Data analysis technique uses spearman brown test and X2 test with contingency 2x2.

Result: 16 under five children have teeth carries. The result of Chi square

statistical test shows p-value 0,02 lower than (alpha) = 0,05, so that Ha is accepted, or there is a significant relation between formula milk administration pattern and under five chlldren’s teeth health.

Conclusion: There is relation between formula milk administration pattern and

under five children’s teeth health.

Keyword: Formula milk administration pattern, Under five children, teeth health.

1

Student Of Nursing Education Programme Jenderal Achmad Yani Yogyakarta School Of Health Scienes

2

Lecturer Of Yogyakarta Muhammadiyah University 3

(5)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

v

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Ahmad Masduki

NPM : 3208068

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Pola Pemberian Susu Formula Dengan Kesehatan Gigi Balita Di Posyandu Harapan Bangsa Pingit Desa Kecamatan Pringsurat Temanggung”, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Juli 2012

(6)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT robb semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya. Penulis memuji-NYA, memohon pertolongan dan ampunan-memuji-NYA, serta meminta perlindungan kepada-NYA dari keburukan nafsu dan amal perbuatan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW, penghulu para nabi dan rosul. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semua proses penyusunan proposal ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tinginya kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan ini penulis berikan kepada:

1. Dr. I Edi Purwoko, Sp. B selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2. Dwi Susanti, S.Kep.,Ns selaku Ketua Program studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

3. Atik badi’ah, S.Kp., S.Pd.,M.Kes selaku penguji yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan pengarahan masukan dan saran kepada penulis.

4. Ida Nursanti, S.Kep.,Ns.,MPH Selaku penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan masukan dan saran kepada penulis.

5. Falasifah Ani Yuniarti, S.Kep.,Ns.,MAN selaku pembimbing I yang telah membimbing, mengarahkan, memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Anastasia Sari Kusumawati., S.Kep.,Ns selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. drg. Widya Pratidina dan Rahmah. M.Kep.,Sp.Kep.An selaku pakar yang telah membantu menguji instrument penelitian.

(7)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ix

8. Kepala Kelurahan Pingit Pringsurat Temanggung yang telah memberi izin lahan untuk melakukan penelitian.

9. Kepala Puskesmas Pingit Pringsurat Temanggung yang telah memberikan bantuan dan bimbingan untuk melakukan penelitian ini.

10. Seluruh Staf pengajar Prodi S1 Keperawatan STIKESA A YANI Yogyakarta yang telah membagikan ilmu sehingga penulis mendapat bekal dalam penyusunan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga terselesainya skripsi ini.

Semoga semua kebaikan dan segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari ALLAH SWT.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi kemajuan pada masa-masa mendatang.

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat seperti yang diharapkan.

Wassallamu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, Juli 2012

(8)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii INTISARI... ... iii ABSTRACT... ... iv HALAMAN PERNYATAAN ... ... v HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah... ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Pemberian Susu Formula ... 7

B. Kesehatan Gigi Balita ... 12

C. Landasan Teori... ... 18

D. Kerangka Teori... 19

E. Kerangka Konsep... ... 19

F. Hipotesis ... 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 21

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

D. Variabel Penelitian ... 22

E. Definisi Operasional ... 23

F. Alat Dan Metode Pengumpulan Data ... 24

G. Validitas dan Reliabilitas ... 26

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 28

I. Etika Penelitian ... 30

(9)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 33 B. Pembahasan ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 48 B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Komposisi Nutrient Jenis Susu Sebagai Pengganti Asi... 9

Tabel 2.1 Perkiraan Pertumbuhan Normal Gigi Balita... 14

Tabel 3.1 Definisi Operasional... 23

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pola Pemberian Susu Formula... 25

Tabel 3.3 Penilaian Uji Pakar... 26

Tabel 3.4 Kategori Skor Validasi... 27

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Spearman Brown... 28

Tabel 3.6 Tabel Kontingensi 2x2... 29

Tabel 3.7 Pedoman Koefisien Kontingensi... 30

Tabel 4.1 Karakteristik Posyandu Harapan Bangsa……… 33

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasar Jenis Kelamin…....………….. 33

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Umur...………... 34

Tabel 4.4 Karakteristik Ibu Responden Berdasar Umur..……….... 34

Tabel 4.5 Karakteristi Ibu Responden Berdasar Pendidikan.………. 35

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasar Jenis Pekerjaan……… 35

Tabel 4.7 Distribusi Penggunaan Alat Pemberian Susu Formula…………... 36

Tabel 4.8 Distribusi Penggunaan Botol Susu Berdasar Status karies………. 36

Tabel 4.9 Distribusi penggunaan Botol Susu Menurut Kebersihan Berdasar Status Karies……… 37

Tabel 4.10 Distribusi Penambahan Gula Dalam Pemberian Susu Formula…. 37 Tabel 4.11 Distribusi Menurut Frekuensi Pemberian Susu Formula………… 38

Tabel 4.12 Distribusi Menurut Waktu Pemberian Susu Formula………. 38

Tabel 4.13 Distribusi Menurut Kesehatan Gigi Balita……….. 39

Tabel 4.14 Tabel silang Pola Pemberian Susu Formula Dengan Kesehatan Gigi Balita……… 39

Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi Chi Square……… 40

Tabel 4.16 Hasil Uji Kontingensi 2x2……….. 40

Tabel 4.17 Distribusi Penggunaan Alat Berdasar Kesehatan Gigi……… 43

Tabel 4.18 Distribusi Penambahan Gula Berdasar Kesehatan Gigi………….. 43

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Pemberian Berdasar Kesehatan Gigi………. 44

Tabel 4.20 Distribusi Waktu Pemberian Berdasar Kesehatan Gigi………….. 45 Tabel 4.21 Distribusi Pola Pemberian Susu Formula Dengan Kesehatan Gigi 45

(11)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Skripsi Mahasiswa. Lampiran 2. Surat Ijin Studi pendahuluan.

Lampiran 3. Surat Ijin Uji Pakar. Lampiran 4. Surat Ijin Uji validitas.

Lampiran 5. Surat Rekomendasi Uji Validitas dari Kepala Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas Spearman brown Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian.

Lampiran 6. Surat Rekomendasi Penelitian dari Kepala Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.

Lampiran 7. Lembar Permohonan Menjadi Responden. Lampiran 8. Lembar Identitas balita.

Lampiran 9. Lembar Persetujuan Menjadi Responden.

Lampiran 10. Lembar kuesioner pola pemberian susu formula. Lampiran 11. Check list observasi kesehatan gigi balita.

Lampiran 12. Surat Rekomendasi dari Puskesmas Pingit Pringsurat Temanggung. Lampiran 13. Hasil Uji Statistik Chi Kuadrat dengan Kontingensi 2x2.

Lampiran 14. Data responden dan Tabulasi Penelitian. Lampiran 15. Lembar Bimbingan Konsultasi Skripsi.

(12)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Balita (bawah lima tahun) merupakan masa yang membutuhkan perhatian ekstra baik bagi orangtua maupun bagi tenaga kesehatan. Perhatian harus diberikan pada pertumbuhan dan perkembangan, oleh karena itu bagi tenaga kesehatan dan orangtua terutama ibu diharapkan fokus terhadap kondisi balitanya. Berdasarkan berbagai penelitian, masa depan orang akan sangat ditentukan kondisi pada saat balita (Marimbi, 2010).

Di Indonesia diperkirakan jumlah balita mencapai 30% dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia, sehingga diperkirakan jumlah balita yang mengalami kerusakan gigi mencapai 75 juta anak lebih. Jumlah itu sangat mungkin bertambah terus, karena pada Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) nasional pada tahun 1990 hanya 70% tetapi pada tahun 2000-an sudah mencapai 90% (Maulani, 2005).

Kerusakan gigi seperti karies (gigi berlubang) anak Indonesia, terutama anak balita sangat memprihatinkan. Hampir 9 dari 10 anak menderita karies dengan 7 dari 20 gigi yang rusak. Banyak anak yang menderita kerusakan gigi yang parah dan perlu ditanggulangi. Perawatan gigi rusak pada anak termasuk sulit, memerlukan waktu dan dana yang tidak sedikit. Oleh sebab itu, pencegahan terhadap karies atau kerusakan gigi yang lain jauh lebih baik daripada merawat kerusakan gigi (Anggara, 2006).

Pemberian susu formula dapat meningkatkan risiko oklusi gigi pada anak, oleh karena itu salah satu keuntungan menyusui adalah membuat gigi anak tumbuh rapih dan teratur. Aktivitas menghisap yang kurang baik (menghisap dot) memberikan dampak yang substansial pada kerusakan gigi/oklusi gigi pada anak. Terjadinya “posterior cross-bite” pada gigi anak lebih banyak ditemukan pada anak-anak yang menggunakan botol susu serta anak-anak yang suka mengempeng. Persentase terkena cross-bite pada anak yang menyusu ASI langsung 13% lebih kecil dibandingkan mereka yang menyusu dari botol (Vigiano

(13)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2

Sukamto (2006), dalam penelitiannya, 93 % dari anak balita mempunyai kebiasaan menghisap botol sambil tidur. Maka perlu perhatian bagi ibu-ibu adalah pada saat memasukkan dot ke dalam mulut dan membiarkan bayi sampai tertidur, akan menyebabkan gigi anak menonjol keluar. Pemberian susu formula yang biasa dilakukan orangtua pada umumnya adalah menambahkan gula kedalam susu dengan anggapan supaya anak lebih tertarik dan menyukainya, akan tetapi kandungan gula dan karbohidrat dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan timbulnya karies gigi. Pemberian susu formula dengan menggunakan botol dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi kesehatan gigi pada balita.

Dampak kerusakan gigi pada balita akan mempengaruhi tumbuh kembang anak nantinya, karena pada masa ini balita sangat membutuhkan konsumsi gizi saat masa pertumbuhannya yang aktif. Oleh karena itu balita yang mengalami kerusakan gigi akan menyebabkan nafsu makan menurun, hal ini yang akan mempengaruhi perkembangan fisik anak terganggu (Arisman, 2009).

Menurut penelitian Fankari (2004), penyebab masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Anak masih sangat tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya pengetahuan anak mengenai kesehatan gigi dibanding orang dewasa.

Peran serta orangtua sangat diperlukan di dalam membimbing memberikan pengertian, mengingatkan, mengajarkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara kebersihan giginya. Selain itu orangtua juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies gigi pada anak. Perilaku orangtua sangat penting dalam mendukung kesehatan gigi pada anaknya (Riyanti, 2005).

Kualitas gigi seseorang ditentukan benih gigi dan bagaimana gigi geligi dirawat sejak awal kali tumbuh. Perawatan gigi anak juga tergantung bagaimana ibu membantu merawatnya (Nadesa, 2006).

Instruksi pemeliharaan kesehatan gigi dirumah telah banyak disusun oleh para ahli. Program tersebut menekankan pada pencegahan terjadinya karies. Oleh karena masih banyak para orangtua yang beranggapan bahwa gigi susu hanya

(14)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

3

sementara dan akan diganti oleh gigi tetap sehingga mereka tidak memperhatikan mengenai gigi susu. Penerapan instruksi pemeliharaan kesehatan gigi sebaiknya telah dimulai sejak bayi masih di dalam kandungan, sehingga orangtua akan lebih siap di dalam melakukan instruksi tersebut (Riyanti, 2005).

Salah satu program yang dicanangkan oleh kementerian kesehatan RI untuk mencapai kesehatan gigi balita adalah dengan menerbitkan panduan tentang materi kesehatan gigi KMSGB (kartu menuju sehat gigi balita) untuk kegiatan KIA (kesehatan ibu dan anak) di posyandu dimana didalamnya termasuk pengisian KMS (kartu menuju sehat) ibu dan balita untuk kesehatan gigi. Program tersebut merupakan upaya untuk menjaga kesehatan gigi pada balita yang dititik beratkan pada upaya penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gigi pada balita (Mintati et.al, 2009).

Ibu memegang peranan penting dalam keluarga, sebagai seorang istri dan ibu dari anak-anaknya. Figur pertama yang dikenal anak begitu dia lahir adalah ibunya. Maka dari itu, perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh sang anak. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan, data yang diperoleh peneliti pada tanggal 12 Februari 2012 Desa Pingit merupakan suatu desa yang mempunyai jumlah penduduk sebanyak 5.692 jiwa dengan berbagai macam strata pendidikan dimana sebagian besar warganya berlatar belakang pendidikan SD yaitu sebanyak 1.927 orang sedangkan yang berpendidikan SMP sebanyak 1.695 orang, SMA 792 orang, Perguruan Tinggi sebanyak 50 orang, Strata II sebanyak 2 orang dan sisanya tidak sekolah (Arsip Desa, 2009). Dan Jumlah balita di Posyandu Harapan Bangsa Pingit Desa Pringsurat Temanggung sebesar 86 balita. Dari studi pendahuluan dilakukan oleh peneliti terhadap 10 balita, 6 balita diantaranya yang mengkonsumsi susu formula memiliki gigi yang telah mengalami kerusakan berupa karies gigi, dan 4 balita yang lain memiliki gigi yang sehat atau tidak ada karies gigi. Angka tersebut menurut peneliti termasuk cukup tinggi sehingga peneliti tertarik untuk meneliti “Adakah hubungan Antara Pola Pemberian Susu Formula Dengan Kesehatan Gigi Balita Di Posyandu Harapan Bangsa Pingit Desa Kecamatan Pringsurat Temanggung”.

(15)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

4

B. Rumusan Masalah

Dari judul dan uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Adakah Hubungan Antara Pola Pemberian Susu Formula Dengan Kesehatan Gigi Balita Di Posyandu Harapan Bangsa Pingit Desa Kecamatan Pringsurat Temanggung?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Antara Pola Pemberian Susu Formula Dengan Kesehatan Gigi Balita di Posyandu Harapan Bangsa Pingit Desa Kecamatan Pringsurat Temanggung.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan antara penggunaan alat dalam pemberian susu formula dengan kesehatan gigi balita.

b. Diketahuinya hubungan antara penambahan jumlah gula dalam pemberian susu formula dengan kesehatan gigi balita.

c. Diketahuinya hubungan antara frekuensi pemberian susu formula dengan kesehatan gigi balita.

d. Diketahuinya hubungan antara waktu pemberian susu formula dengan kesehatan gigi balita.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan, khususnya untuk ilmu keperawatan anak dan komunitas tentang hubungan antara pola pemberian susu formula dengan kesehatan gigi pada balita.

(16)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

5

2. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana kepustakaan dan informasi ilmiah tentang hubungan antara pola pemberian susu formula dengan kesehatan gigi pada balita.

3. Bagi Profesi keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang keperawatan khususnya keperawatan anak dan keperawatan komunitas tentang hubungan antara pola pemberian susu formula dengan kesehatan gigi pada balita.

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan atau informasi kepada masyarakat terutama ibu, tentang hubungan antara pola pemberian susu formula dengan kesehatan gigi pada balita, agar dapat mengoptimalkan kesehatan gigi balita.

5. Bagi Peneliti

Untuk mendapatkan pengalaman meneliti sebagai aplikasi dari ilmu yang telah didapat peneliti mengenai ilmu keperawatan itu sendiri khususnya dalam bidang metode penelitian.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh pengetahuan peneliti, judul penelitian “Hubungan Antara Pola Pemberian Susu Formula Dengan Kesehatan Gigi Balita di Posyandu Harapan Bangsa Pingit Desa Kecamatan Pringsurat Kabupaten temanggung” belum pernah diteliti, penelitian yang seruanglingkup sebelumnya antara lain :

1. Sukamto (2006), dengan judul ”Hubungan Antara Pemberian susu formula Dengan Karies Rampan Pada Anak Usia 1-3 Tahun di Posyandu Mantap Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal”, dengan rancangan penelitian cross

sectional dengan menggunakan analisa data Chi-square dan korelasi spearman’s dengan hasil penelitian tidak ada hubungan antara penggunaan

alat susu formula dengan karies rampan pada anak usia 1-3 tahun (p =0,363). Persamaan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu menggunakan metode

(17)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

6

deskriptif dengan rancangan cross sectional dan analisa data menggunakan

Chi-square. Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu variabel

yang diukur pola pemberian susu formula dan kesehatan gigi balita, dan sampel yang akan diteliti yaitu ibu yang mempunyai balita dan tempat penelitiannya adalah Posyandu Harapan Bangsa Pingit Desa Pringsurat Temanggung.

2. Nur (2004), dengan judul “Pengaruh Perilaku Orang Tua Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Prasekolah”. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif-analitik dengan studi cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh perilaku orang tua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak prasekolah sebesar 43,02%. Persamaan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu rancangan penelitian dengan menggunakan cross sectional. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu variable yang diukur pola pemberian susu formula dan kesehatan gigi balita, sampel yang akan diteliti adalah ibu yang mempunyai anak balita, dan tempat penelitiannya adalah Posyandu Harapan Bangsa Pingit Desa Pringsurat Temanggung.

3. Kawuryan (2008), dengan judul “Hubungan Pengetahuan tentang Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Kejadian Karies Gigi Anak SDN Kleco II kelas V dan VI Kecamatan Laweyan Surakarta” Penelitian menggunakan metode deskriptif yang bersifat survei dengan studi cross sectional teknik pengambilan sampel

random sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner

dan lembar observasi. Analisa data menggunakan Chi Square. Persamaan penelitian dengan menggunakan rancangan cross sectional. Perbedaan penelitian yaitu variabel yang diukur pola pemberian susu formula dan kesehatan gigi balita, teknik pengambilan sampel purposive sampling, dan tempat penelitiannya adalah Posyandu Harapan Bangsa Pingit Desa Pringsurat Temanggung.

(18)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Posyandu

Posyandu Harapan Bangsa merupakan salah satu wilayah kerja dari Puskesmas Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Posyandu ini mencakup pelayanan dua Rukun Warga (RW) yang meliputi 8 Rukun Tangga (RT). Karakterisik yang dipunyai Posyandu Harapan Bangsa seperti pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1

Karakteristik Posyandu Harapan Bangsa

Karakteristik N

Jumlah Bayi ( 0 -12 bulan ) 6

Jumlah Batita ( 13 – 36 bulan ) 46

Jumlah Balita ( 37 – 60 bulan ) 34

Jumlah Balita yang terdaftar 86

Jumlah Balita yang datang saat penelitian 56

Jumlah Kader yang aktif 5

Jumlah Dokter Gigi Puskesmas Jumlah Perawat Gigi Puskesmas

1 1 Sumber : Data Sekunder Posyandu Harapan Bangsa 2012

2. Karakteristik Responden Menurut Status Kesehatan Gigi

Subjek penelitian yang diteliti sebanyak 36 balita yang berumur 1 – 4 tahun, yang datang pada saat kegiatan Posyandu berlangsung pada tanggal 12 Juni 2012 dengan kebiasaan mengkonsumsi susu dengan berbagai produk susu formula setiap hari dan responden pada penelitian ini adalah ibu pengasuh dari balita yang datang ke Posyandu berjumlah 36 orang.

a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.2

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin respnden Karies (n=18) Tidak Karies (n = 18 ) Jumlah N % N % N % Laki-laki 12 66,7 10 55,6 22 61,1 perempuan 6 33,3 8 44,4 14 38,9 Total 18 100 18 100 36 100 Sumber: Data Primer 2012

(19)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

34

Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa responden terbanyak berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22 responden (61,1%), kemudian responden perempuan sebanyak 14 responden (38,9%). Dari jumlah tersebut balita yang mengalami karies gigi terbanyak berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12 responden (66,7%).

b. Karakteristik responden berdasarkan umur responden

Tabel 4.3

Distribusi responden menurut umur Umur responden Karies

(n=18) TidakKaries (n = 18 ) Jumlah N % N % N % 1 - 2 6 33,3 7 38,9 13 36,1 >2 – 4 12 66,7 11 32,4 23 63,9 Total 18 100 18 100 36 100 Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa responden terbanyak pada usia > 2 – 4 tahun sebanyak 23 responden (63,9%), kemudian umur 1 - 2 tahun sebanyak 13 responden (36,1%). Dari jumlah tersebut balita yang mengalami karies gigi terbanyak adalah balita pada umur >2 - 4 tahun sebanyak 12 responden (66,7%).

c. Karakteristik ibu responden berdasarkan umur

Tabel 4.4

Distribusi ibu responden menurut umur Umur Ibu Responden Karies (n=18) Tidak karies (n=18) Jumlah N % N % N % ≤30 tahun 9 50 13 72,2 22 61,1 >30 tahun 9 50 5 27,8 14 38,9 Total 18 100 18 100 36 100 Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa ibu responden terbanyak pada usia ≤30 tahun sebanyak 22 responden (61,1%), kemudian umur >30 tahun sebanyak 14 ibu responden (38,9%). Dari tabel 4.4 diatas, ibu responden yang berumur >30 tahun lebih banyak mempunyai balita

(20)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

35

yang mengalami karies dibanding ibu yang berumur ≤30 tahun yaitu sebanyak 9 balita (50%).

d. Karakteristik ibu responden berdasarkan pendidikan

Tabel 4.5

Distribusi ibu responden menurut pendidikan Pendidikan Responden Karies (n=18) Tidak karies (n=18) Jumlah N % N % N % SD 2 11,1 3 18,8 5 13,9 SMP 8 44,4 5 27,8 13 36,1 SMA 8 44,4 10 55,6 18 50 Total 18 100 18 100 36 100 Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa ibu responden berpendidikan SMA adalah yang paling banyak, dengan jumlah 18 ibu responden (50%) kemudian berpendidikan SMP sebanyak 13 ibu responden (36,1%) dan ibu responden berpendidikan SD dengan jumlah 5 responden (13,9%). Dari jumlah tersebut ibu responden yang memiliki balita karies gigi terbanyak adalah ibu responden yang berpendidikan SMP sebanyak 8 responden (44,4%).

e. Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan

Tabel 4.6

Distribusi responden berdasarkan pekerjaan Pekerjaan Karies (n=18) Tidak karies (n=18) Jumlah N % N % N % Tidak Bekerja 11 61,1 12 66,7 23 63,9 Bekerja 7 38,9 6 33,3 13 36,1 Total 18 100 18 100 36 100 Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa paling banyak ibu responden yang tidak bekerja sebanyak 23 orang (63.9%), kemudian yang bekerja sebanyak 13 orang (36,1%). Dari jumlah tersebut, balita ibu

(21)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

36

bekerja yang mengalami karies lebih banyak yaitu 7 balita (38,9%), balita ibu tidak bekerja yang mengalami karies 11 balita (61,1%).

3. Analisis Univariat

Hasil analisis univariabel bertujuan untuk mendiskripsikan karakteristik dari subjek penelitian sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Homogenitas dan karakteristik responden berdasarkan status jumlah kesehatan gigi pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah.

a. Pemberian susu formula

Pola pemberian susu formula yang meliputi penggunaan alat, penambahan gula, frekuensi pemberian dan waktu pemberian, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Alat pemberian susu formula

Alat yang digunakan N %

Botol/ dot 15 41,7

Cangkir/ gelas 21 58,3

Total 36 100 Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pemberian susu formula adalah dengan memakai alat cangkir/gelas, disini responden tidak berisiko terjadi karies gigi sebesar 21 responden (58,3%), sedangkan responden yang memakai botol/dot yang dalam penelitian ini berisiko terjadi karies gigi adalah sebesar 15 reponden (41,7%).

Tabel 4.8

Distribusi Penggunaan Botol Susu Berdasar Status Karies Variabel Karies (n =5) Tidak Karies ( n = 10 ) Total Botol Susu Menempel N % N % N % Ya 2 13,3 7 46,7 9 60,0 Tidak 3 20,0 3 20,0 6 40,0 Sumber: Data Primer 2012

(22)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

37

Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar balita yang mengalami karies terdapat pada balita dengan kebiasaan minum susu, dot tidak menempel dimulut sebesar 3 balita (20%), sedangkan balita yang mengalami karies gigi tetapi dot menempel dimulut sebesar 2 balita (13,3%).

Tabel 4.9

Distribusi Penggunaan Botol Susu menurut kebersihan Berdasar Status Karies Variabel Karies (n =5) Tidak Karies ( n = 10 ) Total

Botol Dibersihkan & Tahu Cara Membersihkannya

N % N % N %

Ya 4 80 5 50 9 60 Tidak 1 20 5 50 6 40 Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar balita yang mengalami karies terdapat pada balita dengan kebiasaan minum susu, botol dibersihkan sebesar 4 balita (80%), sedangkan balita yang mengalami karies gigi tetapi botol tidak dibersihkan sebesar 1 balita (20%).

Tabel 4.10

Penambahan gula dalam pemberian susu formula Penambahan gula dalam

pemberian susu formula

N %

Ya 11 30,6

Tidak 25 69,4

Total 36 100 Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pemberian susu formula adalah tidak menambahkan gula, disini responden tidak berisiko terjadi karies gigi sebesar 25 responden (69,4%), sedangkan responden yang menambahkan gula yang dalam hal ini berisiko terjadi karies gigi sebesar 11 responden (30,6%). Rata-rata responden menambahkan gula 1-2 sendok teh gula kedalam susu formula.

(23)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

38

Tabel 4.11

Frekuensi pemberian susu formula

Frekuensi pemberian N %

1 - 2 kali/24 jam 14 38,9

> 2 kali / 24 jam 22 61,1

Total 36 100 Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 4.11 di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden yaitu 22 (61,1%) dengan frekuensi pemberian >2 kali/hari yang dalam hal ini berisiko terjadi karies gigi. Sedangkan responden dengan frekuensi pemberian 1-2 kali/hari yang dalam hal ini tidak berisiko terjadi karies gigi sebesar 14 responden (38,9%). Didapatkan bahwa rata-rata frekuensi pemberian susu formula yang diberikan kepada balita adalah 3 kali/hari.

Tabel 4.12

Waktu pemberian susu formula

Waktu pemberian N %

≤ 10 bulan 14 38,9

> 10 bulan 22 61,1

Total 36 100

Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 22 responden (61,1%) dengan lama pemberian susu formula >10 bulan yang dalam hal ini berisiko terjadi karies gigi, sedangkan responden dengan lama pemberian susu formula ≤10 bulan yang dalam hal ini tidak berisiko terjadi karies sebesar 14 responden (38,9%). Didapatkan bahwa rata-rata lama pemberian susu formula pada balita adalah 36 bulan.

b. Kejadian karies gigi pada balita

Kejadian karies gigi pada balita di posyandu harapan bangsa pingit desa, kecamatan pringsurat, kabupaten temanggung dapat dilihat pada tabelberikut:

(24)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

39

Tabel 4.13 Kesehatan Gigi Balita

Keadaan Gigi Balita N %

Ada karies 18 50

Tidak ada karies 18 50

Total 36 100 Sumber: Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 4.13 di atas menunjukkan dari 34 responden diketahui bahwa sebanyak 18 balita (50%) mengalami karies gigi dan sebanyak 18 balita (50%) tidak mengalami karies gigi.

4. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu pola pemberian susu formula dengan variabel terikat yaitu kesehatan gigi balita dengan memeriksa keadaan gigi pada balita.

Sebelum dilakukan analisis data terhadap hipotesi penelitian, terlebih dahulu dilakukan tabel silang data. Tabel silang data digunakan untuk mendiskripsikan proporsi pola pemberian susu formula dengan kesehatan gigi balita di Posyandu Harapan Bangsa Pingit desa Kecamatan Pringsurat Temanggung. Tabel silang menggunakan bantuan program SPSS. 17.00 for

windows diperoleh hasil sebagai berikut :

1) Tabel Silang

Tabel 4.14

Tabel silang pola pemberian susu formula dengan kesehatan gigi balita Kesehatan Gigi

Karies gigi Tidak karies gigi Jumlah

Pola Pemberian N % N % N %

Berisiko 16 88,9 10 55,6 26 72,2

Tidak berisiko 2 11,1 8 44,4 10 27,8

Total 18 100 18 100 36 100

Sumber: Data Primer 2012

Seperti terlihat pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa responden yang diberikan susu formula yang berisiko terkena karies gigi sebesar 26 responden (72,2%). Yaitu pada responden yang menggunakan botol/dot,

(25)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

40

yang menambahkan gula dalam susu formula, frekuensi pemberian >2 kali/24 jam dan waktu pemberian >10 bulan. Sedangkan yang tidak berisiko terkena karies sebesar 8 responden (44,4%). Yaitu pada responden yang memakai gelas/cangkir, yang tidak menambahkan gula dalam pemberian susu formula, frekuensi pemberian 1-2 kali/24 jam dan waktu pemberian ≤10 bulan. Dan terdapat responden yang tidak berisiko tetapi mengalami karies gigi ada 2 responden (11,1%). Dari jumlah tersebut responden yang berisiko terkena karies sebesar 26 responden (72,2%).

2). Uji Hipotesis

Analisis Chi Square digunakan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara pola pemberian susu formula dengan kesehatan gigi balita di posyandu harapan bangsa pingit desa Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Uji Chi Square dan Koefisien Kontingensi menggunakan bantuan program SPSS. 17.00 for Windows. Seperti disajikan pada tabel dibawah:

Tabel 4.15

Hasil Uji Korelasi Chi Square

Variabel Chi Square P-Value Keputusan Pola pemberian susu formula

dengan kesehatan gigi balita

4,985 0,026 Signifikan

Sumber: Data Primer 2012

Tabel 4.16

Hasil Uji Kontingensi 2x2

Variabel Kontingensi 2x2 P-Value Keeratan Hubungan Pola pemberian susu formula

dengan kesehatan gigi balita

0,349 0,026 Rendah

Sumber: Data Primer 2012

Hasil perhitungan uji statistik Chi Square diperoleh nilai p sebesar 0,026 lebih kecil dari (alpha) = 0,05, keputusannya adalah Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara pola pemberian susu formula dengan kesehatan gigi balita di posyandu harapan bangsa pingit desa

(26)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

41

kecamatan pringsurat kabupaten temanggung. Dan nilai koefisien kontingensi menunjukkan keeratan hubungan yang rendah dengan nilai C = 0,349.

B. Pembahasan

Hasil penelitian ini didapatkan sebanyak 18 balita (50%) dengan kondisi gigi karies, bila dibandingkan dengan survei kesehatan rumah tangga tahun 2005, angka kerusakan gigi pada anak mencapai 70%, maka hasil penelitian tersebut masih dibawah rata-rata angka kerusakan gigi di Indonesia.

Penelitian ini menemukan hampir sebagian besar balita yang mengalami karies gigi berjenis kelamin laki-laki sebanyak 66,7%, hal ini disebabkan karena balita laki-laki yang dalam penelitian ini mengalami karies gigi lebih susah untuk dibersihkan giginya sehabis minum atau makan makanan manis, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Chemiawan Cit Suwelo (2009), yang menyatakan bahwa prevalensi karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Demikian juga dengan anak-anak, prevalensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Hal ini disebabkan antara lain karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki sehingga gigi anak perempuan berada lebih lama dalam mulut. Akibatnya gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor risiko terjadinya karies.

Sebagian besar balita yang mengalami karies gigi berusia >2 – 4 tahun sebanyak 66,7%, hal ini sesuai dengan pernyataan Paulus cit Suwelo (2009), yang menjelaskan bahwa faktor usia secara tidak langsung dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi pada anak, hal ini sejalan dengan bertambahnya usia seseorang maka jumlah kariespun akan semakin bertambah. Sebagian balita yang mengalami karies gigi mempunyai ibu yang berusia >30 tahun yaitu sebesar 50% responden. Hal ini disebabkan karena hampir sebagian ibu reponden yang berusia >30 tahun yang balitanya dalam penelitian ini mengalami karies gigi mengatakan tidak memiliki waktu yang cukup untuk selalu memperhatikan anaknya karena pekerjaannya.

(27)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

42

Sebagian besar balita yang tidak mengalami karies gigi mempunyai ibu berpendidikan SMA 44,4% dibanding ibu yang berpendidikan lebih rendah seperti SMP dan SD. Semakin tinggi pendidian ibu, semakin berkurang terkena resiko karies pada balita. Hal ini sesuai dengan pernyataan Perry & Potter (2005), bahwa tingkat pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan klien tentang kesehatan. Mengenai hal tersebut Riyanti (2005), menjelaskan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan terhadap kesehatan adalah tingkat pendidikan, pendidikan dapat mempengaruhi kesehatan yang bertujuan meningkatkan potensi diri yang ada untuk memandirikan masyarakat dalam menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap seseorang. Semakin tinggi pendidikan seorang ibu, maka wawasan yang dimilikinya akan semakin luas sehingga pengetahuan pun juga akan meningkat, sebaliknya rendahnya pendidikan seorang ibu, akan mempersempit wawasan sehingga akan menurunkan pengetahuan. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan cenderung memiliki wawasan yang luas serta mudah dalam menerima informasi dari luar. Pentingnya pendidikan bagi seorang ibu ini akan sangat bermanfaat bagi dirinya dan keluarga, sehingga dengan tingginya tingkat pendidikan akan semakin meningkatkan pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi pada anak.

Sebagian balita yang tidak karies lebih banyak dimiliki oleh ibu yang tidak bekerja 61,1%, dibandingkan ibu yang bekerja 38,9%, hal ini kemungkinan disebabkan balita yang tidak karies mempunyai ibu yang memiliki waktu luang untuk memperhatikan anaknya daripada ibu yang bekerja memiliki waktu yang kurang untuk memperhatikan anaknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Riyanti (2005), bahwa peran serta orangtua sangatlah diperlukan didalam membimbing dan memberikan pengertian, mengingatkan, mengajarkan serta menyediakan waktu yang luang kepada anak supaya anak dapat memelihara kebersihan giginya.

(28)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

43

1. Hubungan antara alat pemberian susu formula dengan kesehatan gigi Tabel 4.17

Penggunaan Alat Berdasar Kesehatan Gigi

Sumber: Data Primer 2012

Tabel 4.17 diatas menunjukkan hasil uji statistik Chi Square dengan koefisiensi korelasi sebesar 5,600 yang artinya ada hubungan antara penggunaan alat pemberian susu formula dengan kesehatan gigi pada balita p=0,018. Pada penelitian ini penggunaan alat pemberian susu formula masing-masing berupa botol/dot atau gelas/cangkir memberikan pengaruh yang berbeda terhadap terjadinya karies gigi pada balita. Penggunaan botol/dot dapat mempengaruhi resiko terjadinya karies. Hal ini sesuai dengan pernyataan Paulus (2009), yang menjelaskan bahwa penggunaan botol/dot dalam pemberian susu formula memiliki resiko tinggi terhadap timbulnya karies gigi pada anak.

2. Hubungan antara penambahan gula dalam pemberian susu formula dengan kesehatan gigi.

Tabel 4.18

Penambahan Gula Berdasar Kesehatan Gigi

Sumber: Data Primer 2012

Tabel 4.18 diatas menunjukkan hasil uji statistik Chi Square dengan koefisien korelasi sebesar 3,273 yang artinya ada hubungan antara penambahan jumlah gula dengan kesehatan gigi balita p=0,070. Pada penelitian ini, ada dan tidaknya penambahan jumlah gula ke dalam susu

Variabel Karies (N=18) Tidak Karies (N=18) Total X2 P Penggunaan Alat N % N % N % Botol/Dot 11 61,1 4 22,2 15 41,7 5,600 0,018 Gelas/Cangkir 7 38,9 14 77,8 21 58,3 Total 18 100 18 100 36 100 Variabel Karies (N=18) Tidak Karies (N=18) Total X2 P Penambahan Gula N % N % N % Ya 8 44,4 3 16,7 11 30,6 3,273 0,070 Tidak 10 55,6 15 83,3 25 69,4 Total 18 100 18 100 36 100

(29)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

44

formula memberikan pengaruh yang berbeda terhadap terjadinya karies gigi pada balita. Penambahan jumlah gula yang diberikan ke dalam susu formula pada penelitian ini dapat mempengaruhi resiko tejadinya karies gigi pada balita. Hal ini sesuai dengan pendapat Malik (2005) dan Walters & Chumbley (2003) yang menjelaskan bahwa minuman seperti susu yang ditambahkan gula yang banyak mengandung sukrosa dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi pada anak.

3. Hubungan antara frekuensi pemberian susu formula dengan kesehtan gigi Tabel 4.19

Frekuensi Pemberian berdasar Kesehatan Gigi

Sumber: Data Primer 2012

Tabel 4.19 diatas menunjukkan hasil uji statistik Chi Square dengan koefisiensi korelasi sebesar 7,841 artinya ada hubungan antara frekuensi pemberian susu formula dengan kesehatan gigi balita p=0,006. Pada penelitian ini, balita yang mengkonsumsi susu formula dengan frekuensi 1-2 kali/hari atau >2 kali/hari memberikan pengaruh yang berbeda terhadap terjadinya karies gigi pada balita. Rata-rata frekuensi pemberian susu formula yang diberikan pada anak adalah >2 kali/hari, yang dalam hal ini dapat mempengaruhi resiko terjadinya karies pada balita. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chemiawan et.al (2004) bahwa karies gigi pada anak terjadi karena orangtua yang terus menerus memberikan susu formula yang berlangsung >2 kali/hari selama beberapa jam.

Variabel Karies (N=18) Tidak Karies (N=18) Total X2 P Frekuensi Pemberian N % N % N % > 2 kali/hari 15 83,3 7 38,9 22 61,1 7,841 0,006 1-2 kali/hari 3 16,7 11 61,1 14 38,9 Total 18 100 18 100 36 100

(30)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

45

4. Hubungan antara waktu pemberian susu formula dengan kesehatan gigi Tabel 4.20

Waktu Pemberian Berdasar Kesehatan Gigi

Sumber: Data Primer 2012

Tabel 4.20 diatas menunjukkan hasil uji statistik Chi Square dengan koefisien korelasi sebesar 4,208 artinya ada hubungan antara lama pemberian susu formula dengan kesehatan gigi balita p=0,040. Pada penelitian ini, balita yang mengkonsumsi susu formula dengan waktu pemberian ≤10 bulan atau >10 bulan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap terjadinya karies gigi pada balita. Rata-rata pemberian susu formula selama >10 bulan, yang dalam hal ini dapat mempengaruhi resiko terjadinya karies gigi pada balita. Hal ini sesuai dengan pernyataan Paulus cit Suwelo (2009), yang menjelaskan bahwa faktor usia secara tidak langsung dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi pada anak, hal ini sejalan dengan bertambahnya usia seseorang maka jumlah kariespun akan semakin bertambah.

Tabel 4.21

Pola Pemberian Susu Formula dengan Kesehatan Gigi Kesehatan Gigi

Karies Tidak Karies Jumlah X2 P

Pola Pemberian N % N % N %

Berisiko 16 88,9 10 55,6 26 72,2 4,985 0,026 Tidak Berisiko 2 11,1 8 44,4 10 27,8

Total 18 100 18 100 36 100

Sumber: Data Primer 2012

Terlihat pada tabel 4.21 bahwa secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola pemberian susu formula dengan kesehatan gigi pada balita. Pola pemberian susu formula yang meliputi, penggunaan alat, penambahan gula, frekuensi pemberian dan lama pemberian berpengaruh terhadap kesehatan gigi, diperoleh hasil uji statistik

Variabel Karies (n = 18) Tidak Karies (n = 18) Total X2 P Lama Pemberian N % N % N % > 10 bulan 14 77,8 8 44,4 22 61,1 4,208 0,040 ≤ 10 bulan 4 22,2 10 55,6 14 38,9 Total 18 100 18 100 36 100

(31)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

46

Chi Square sebesar 4,985 dengan nilai p=0,026. Maka hasil penelitian ini

tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu Sukamto (2006) yang menyatakan tidak ada hubungan antara pola pemberian susu formula dengan kejadian karies rampan pada batita. Pada penelitian Sukamto (2005), sampel yang digunakan terlalu sedikit yaitu 23 responden yang diteliti dan anak yang berusia 1-3 tahun, sedangkan yang membedakan penelitian ini adalah sampel yang diteliti lebih banyak yaitu 36 responden dan usia anak 1-4 tahun, karena didapatkan dalam penelitian ini rata-rata anak yang mengalami karies gigi berusia >36 bulan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Paulus cit Suwelo (2009), yang menjelaskan bahwa faktor usia secara tidak langsung dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi pada anak, hal ini sejalan dengan bertambahnya usia seseorang maka jumlah kariespun akan semakin bertambah.

Ada beberapa faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi pada balita antara lain, diet dan perawatan gigi pada anak. Dalam penelitian ini terdapat 2 responden yang tidak berisiko terkena karies tetapi mengalami karies gigi, hal ini diebabkan karena para orangtua mengabaikan perawatan gigi anaknya. Pengetahuan dan perilaku ibu tentang kebersihan gigi balita serta makanan dan minuman yang bersifat kariogenik dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi pada balita. Menurut Paulus (2009), yang menjelaskan bahwa karies gigi pada balita terjadi akibat minum susu formula secara terus menerus sepanjang malam atau minum susu yang manis sebelum tidur tanpa membersihkan giginya. Anak yang sering minum dan makan makanan atau minuman yang bersifat kariogenik akan mempermudah timbulnya karies gigi. Nadesa (2006), dalam pendapatnya menyatakan bahwa kualitas gigi seseorang ditentukan benih gigi dan bagaimana gigi dirawat sejak awal kali tumbuh. Perawatan gigi pada anak sangat tergantung bagaimana cara ibu membantu merawatnya.

(32)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

47

C. Keterbatasan Penelitian

1. Kesulitan Penelitian

a. Keterbatasan kesempatan yang dimiliki peneliti pada saat kegiatan Posyandu yang dimanfaatkan peneliti untuk memeriksa gigi balita. Hal tersebut yang menyebabkan peneliti tidak dapat mendapatkan responden dalam satu waktu. Untuk mengantisipasi hal ini peneliti mendatangi langsung ke tempat tinggal responden yang pada saat penelitian belum sempat mengisi kuesioner.

b. Peneliti melakukan penelitian tanpa bantuan sehingga peneliti tidak dapat memantau satu persatu responden yang mengisi lembar kuesioner lebih detail yang mengakibatkan ketidakefektifan responden yang diteliti. Untuk mengatasi hal ini peneliti melakukan penyamaan persepsi kepada responden ketika mengisi kuesioner.

2. Kelemahan Penelitian

a. Faktor kebersihan gigi, mengkonsumsi makanan dan minuman kariogenik tidak diteliti oleh peneliti, sehingga hal tersebut merupakan salah satu kelemahan dari penelitian ini sendiri. Hal ini tidak dilakukan oleh peneliti karena waktu yang terlalu singkat bagi peneliti dan keterbatasan tenaga yang dimiliki peneliti kurang mendukung untuk melakukan penelitian sendiri.

(33)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara pola pemberian susu formula dengan kesehatan gigi balita di Posyandu Harapan Bangsa Pingit Desa Kecamatan Pringsurat Temanggung dapat ditarik kesimpulan yang meliputi: 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola pemberian susu formula

dengan kesehatan gigi balita di Posyandu Harapan Bangsa Pingit Desa Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.

2. Ada hubungan antara penggunaan alat pemberian susu formula dengan kesehatan gigi balita.

3. Ada hubungan antara penambahan jumlah gula dalam pemberian susu formula dengan kesehatan gigi balita.

4. Ada hubungan antara frekuensi pemberian susu formula dengan kesehatan gigi balita.

5. Ada hubungan antara waktu pemberian susu formula dengan kesehatan gigi balita.

B. Saran

Adanya berbagai temuan dari hasil penelitian ini, serta keterbatasan yang ditemui penulis selama jalannya penelitian, maka penulis memberikan saran berdasarkan kesimpulan yang didapatkan.

1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi petugas kesehatan Puskesmas yang berada di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat Temanggung. Peneliti menyarankan kepada pihak Puskesmas supaya mengadakan pemeriksaan dan penyuluhan tentang pola pemberian susu formula serta kesehatan gigi lewat Posyandu setiap bulan sebagai tindakan preventif, adapun materi penyuluhan yang dapat disampaikan anatara lain : kebersihan gigi setelah mengkonsumsi susu formula, pengaturan penambahan jumlah gula dalam susu formula, pengaturan frekuensi pemberian susu

(34)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

49

formula, kebersihan botol susu sebelum dipakai serta mencegah penggunaan botol susu dengan waktu yang lama.

2. Bagi Masyarakat

Khususnya para ibu seharusnya ikut berperan aktif dalam usaha menjaga kesehatan gigi pada anak dengan senantiasa membersihkan gigi secara benar dan teratur, sehingga dapat membantu mencegah terjadinya karies gigi pada anak.

3. Bagi Peneliti

Bagi penelitian lanjut hendaknya dapat menggunakan design rancangan yang berbeda dengan penelitian ini serta meneliti variabel lain yang juga dapat mempengaruhi karies gigi serta lebih dapat mengembangkan metode analisis sehingga hasilnya dapat dibandingkan.

(35)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR PUSTAKA

Anggara, PB. (2005). Tablet “Flour” Mencegah Karies Gigi. http://www.Pikiran Rakyat.com.(diakses, 23 november 2011).

Arisman. (2009). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

Arsip Desa. (2009). Peraturan Desa Tentang Rencana Jangka Menengah Desa

Tahun 2009-2013 Desa Pingit Pringsurat Temanggung.

Bangun, R.A. (2011). Pengembangan Bahan Ajar Interaktif Berbasis Web Untuk

Pembelajaran Laju Reaksi Di Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Palembang.

Proposal Seminar Usulan Penelitian Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya Indralaya. www.scribd.com. (diakses, 11 Maret 2012).

Budiarto, E. (2002). Biostatistika Untuk Kedokterandan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Chemiawan, E., Riyanti, E., Tjahyaningrum, S.T. (2004). Prevalensi Nursing

Mouth Caries pada Anak usia 15-60 Bulan Berdasarkan Frekuensi Penyikatan Gigi Di Posyandu Desa Cileunyi Wetan Kecamatan Cileunyi Kabupaten bandung. Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Anak UNPAD.

Fankari, F. (2004). Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Stimulasi dan

Demonstrasi terhadap Perubahan Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Sekolah Dasar. KTI DIV Perawat Pendidik UGM.

Hidayat, A.A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Kawuryan, U. (2008). Hubungan Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi dan

Mulut Dengan Kejadian Karies Anak SDN Kleco II Kelas V dan VI Kecamatan Laweyan Surakarta. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kodrat, L. (2010). Dahsyatnya ASI dan Laktasi untuk Kecerdasan Buah Hati. Yogyakarta: Elmatera.

Marimbi H. (2010). Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar pada

Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.

Maulani, C. (2005.) Kiat Merawat Gigi Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo. Malik, I. (2008) Kesehatan Gigi untuk Keluarga. Ortodonti, Fakultas Kedokteran

(36)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Mintati, L., Amalia, R & Jonarta, A.L (2009). Model Kartu Menuju Sehat Gigi

Balita (KMSGB) sebagai Upaya Pemberdayaan dan Kemandirian Masyarakat di Bidang Kesehatan Gigi. Majalah Kedokteran Gr 18 (1).

Nadesa, H. (2006). Pentingnya Sikat Gigi Malam Hari. http: //www.sahabatnestle.co.id.(diakses, 15 desember 2011).

Nur, A. (2004). Pengaruh Perilaku Orang Tua Terhadap Pemeliharaan

Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Prasekolah. Skripsi. FKG UGM.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Paulus, A. (2009). Pengaruh susu Botol Terhadap terjadinya Rampan karies pada

Anak-Anak Usia 4-5 Tahun Di taman Kanak-Kanak Aisyiyah Gentungang kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa. ISSN:

2087-0051

Potter & Perry. 2005. Fundamental Of Nursing Volume 1. Jakarta: EGC.

Riyanti, E. (2005). Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini. Pramita utama.

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.

Sukamto, S. (2006). Hubungan Antara Pemberian Susu Formula Dengan Karies

Rampan Pada Anak Usia 1-3 Tahun di Posyandu Mantap Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal. Skripsi Fakultas Kedokteran UGM.

Susanto, N. (2010). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Digibooks.

Vigiano, D., Fasano, D., Monaco, G & Strohmenger, L. (2004). Breast Feeding,

Bottle Feeding, and Non-Nutritive Sucking; Effects and Oclusion in Deciduous Dentition, arch dis child 89: 1121-1123.

Referensi

Dokumen terkait

Di samping itu, hasil kajian juga menunjukkan bahawa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tahap pendidikan bapa dengan tahap perkembangan psikososial responden,

Second, politeness strategies which comply with request utterances of EFL learners, respondents commonly used of politeness strategies both in oral and written are

Gambar 4.10 Operasi dan skema pemutusan beban dua unit operasi dengan unit 1 dalam kondisi gangguan ....

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang

 Penyakit atau gangguan ginjal, misalnya infeksi ginjal, penyakit ginjal polikistik  Sumbatan saluran kemih untuk waktu lama, misalnya akibat pembesaran prostat,.. batu ginjal,

Healthy carrier dari penyakit demam tifoid atau dapat disebut karir tifoid merupakan orang tanpa gejala yang menebar bakteri tifoid dari tinja atau. urin, kadang-kadang

Dependen : Praktik penerapan akuntansi lingkungan Independen : pengukuran akuntansi lingkungan, pengungkapan akuntansi lingkungan Pengukuran akuntansi lingkungan

Ketiga, Rationalization (rasionalisasi) yaitu Fraud yang terjadi karena adanya pola pikir atau rasionalisasi dari pelaku yang menganggap bahwa tindakan Fraud tersebut