Jurnal P et ernakan Indones ia., I 2 ( I ) : 3 a' a 2' 2 047 ISSN: 1907-1760
Pengaruh Pola
Kredit
Pengadaan
Bibit
Terhadap
Kinerja
Pengembangen Sapi
Potong
Pada
Peternak
Kecil
Di
Frovinsi
Jambi
Husni Jamal
Balibangda Provinsi Jambi
Abstract
The research was aimed to study the influence of credit schemes in providing breeding
stock
on
the performanceof
beef cattle developmentfor
smallholderfarmers.
Theresearch was carried out through a swney
on
i,83 respondents who involved the beef cattle development project. They were located in three Development Areas of Beef Cattle in Jarnbi Province: Singkut, Regency of Smolangnt; Pamenang, Regency of Merongin;and Kuamang Kuning, Regency of Bungo- The respondents were divided into two groups
of credit recipients, who received credit with
FI
(Full
In-kind) and CC (Cash Credit)schemes. Results showed that there were more heifers obtainedfrom CC scheme (50 %o)
to become acceptors of
Artificial
Insemination program than that of obtainedfrom
FI
scheme (7 %r). Birth Rate of the heifersfromFI
scheme (0,51+
0,18 heads/year) wassigntficontly lower than that
from
CC scheme (0,84+
0,80 heads/year). Mortality Rateof calves
from
CC scheme (l,7,yo) was lower than that fromFI
scheme (6,5,%o). Thenumber
of
respondentsfrom
CC
scheme who planted grasses(71
%o)and
offered concentratefor their animals (46 %o) was higher than thatformfromFI
( 28 % andI6
%,respectively). Respondents received CC scheme showed more positive Attitude toward Beef Caule Development thon those received
FI
scheme.It
was concluded that CCscheme in providing breeding stocles
for
smallholder farmers in Jambi Province had abetter
ffiuence
on the performanceof
beef cattle development thonFI
scheme did. Therefore, the researcher recommended to the government to reevaluate the existenceof
FI scheme.
Key words: credit scheme, beef cattle development
Pendahuluan
mengembalikan
pinjamannya
dalambentuk ternak hasil keturunannya. Pola Pengembangan
sapi
potong
di
pengembalian yang diterapkan adalahProvinsi
Jambi
sepenuhnya
masih
l-2-5
yaitu
penerima satu ekor betina tergantung pada peternakkecil.
Guna
mengembalikan
dua ekor
ketu-membantu
para
petemak
dalam
rurumnya dalam
jangka waktu
lima
memperoleh
modal
untuk
pengadaan
tahun.
Polainilah
yang paling umumbibit maka
pemerintah
telah
diterapkan
melalui
berbagai
proyekmemfasilitasi
kredit
denganberbagai
pengadaanternak sapi potong
peme-pola.
Secaragaris
besarpola
kredit
rintah sejak tahun 1970-an.yang disalur
terdiri dari
dua
yaitu
Sedangkan pola tunai antaralain
gaduhan
dan
tunai.
Pola
gaduhan
dilaksanakanmelalui
penyalgran danayang
diterapkan
adalah
Gaduhan PMUK
(Penguatan
Modal
UsahaMurni (Full
Inkind), dimana
petani
Kelompok),
sebelumnyadisebut
se-menerima
kredit
berupa
ternak
dan
bagai
BPLM
(Bantuan
PinjamanIIusniJam$l: Fengoruh Pola Kredit Pengadaan Bibit Terhadap Kinerja Pengembagan Sapi Potong
Husni Jamal: Pengaruh Pola Kredit Pengadoan Bibit Terhadap Kinerja Pengembagan JJ
Sapi Potong
Langsung
Masyarakat)
(Anonim,2006).
Penyaluran
dana
PMUK
dilakukan
melalui kelompok
secaratunai,
kemudian kelompok
memin-jamkan
dana
tersebut
kepadaanggotanya
untuk
pengadaan
bibit
temak.
Anggota
mengembalikankredit
kepada kelompok dalam jangkawaktu
dan besar jasa pinjaman sesuaikesepakatan kelompok.
Guna melihat sejauh mana kedua
pola
kredit
yang telah diterapkan olehpemerintah
dalam
penyediaan
bibit
sapi
potong
untuk
petani
kecil
di
Provinsi Jambi
ini
berpengaruhterhadap
kinerja
pengembangantemak,
khususnya
untuk
tujuanpembibitan, maka dilakukan penelitian
ini.
Indikator
kenerja pengembangansapi potong yang diamati
mengacupada Trilogi
Peternakan
yangdicetuskan
oleh
Saragih(1998)
yangterdiri dari Bibit,
Pakan
danManajemen (Breeding,
Feeding
andManagement).
Melalui
penelitianini
diharapkan
dapat
dirumuskansejumlah
masukan
bagi
pemerintahguna penetapan kebijakan yang dapat
lebih
mendorong
pengembanganpeternakan
ke
depan.
khususnyadalam
penyediaankredit
pengadaanbibit
sapi potong untuk peternak kecil.Materi
DanMetode
Disain
penelitian
yang
di-gunakan
adalah survey
terhadapsampel
yang paling
mewakili
populasi.
Pola kredit
yang
dikaji
terdiri
dari
duayaitu gaduhan,
yangselanjutnya disebut
GM
(GaduhanMurni)
serta
pola tunai
melaluipenyaluran
dana
PMUK
yang selanjutnya disebutKT
(Kredit
Tunai).Pada
pola
GM
peternak
menerimakredit
dalam bentuk
bibit
ternak
danJurnal P eternaksn Indonesia., I 2 ( I ) : 34-42, 2 007
mengembalikan kredit tersebut dengan
ternak
hasil
keturunannya. Sedangkanpada
pola
KT
petemak
menerimakredit
dalam
bentuk
uang
untukdibelikan
bibit
temak
kemudianmengembalikannya
dalam
bentukuang atau ternak yang
dinilai
denganuang, sesuai kesepakatan kelompok.
Lokasi
penelitian
ditentukansecara
purposive
pada
KawasanPengembangan
Sapi
Potong
di
Provinsi Jambi
yang
mendapatkanpenyaluran
kredit
dengan kedua polayang
dikaji.
Responden
pola
GM
adalah
petani
penerimakredit
ternaksapi
bibit
dari
pemerintah
denganmenggunakan
pola
gaduhan.
Res-ponden
pola
KT
adalah
anggotakelompok
tani
penerimaPMUK
yangbetul-betul
mencerminkan penyalurankredit
dengan
pola
tunai,
dimanaanggota
kelompok
betul
betulmempunyai
kesempatan
untuk
me-milih
ternak yang akan dibeli,
baikoleh kelompok
maupunoleh
anggotasecara
perorangan.
Atas
dasarketentuan
tersebut maka
ditetapkantiga lokasi
penelitian
yaitu
KawasanSingkut,
Kabupaten
Sarolangun,Kawasan
Pamenang,
KabupatenMerangin;
dan
Kawasan
KuamangKuning,
Kabupaten
Bungo.
Jumlahresponden
dalam
penelitian
ini
sebanyak 183
KK
(Kepala
Keluarga)yang
terdiri dari
90
KK
respondenpenerima
GM
dan
93
KK
respondenpenerimaKT.
Data primer
dikumpulkan
padaakhir
Mei
2006
melalui
wawancaradengan
responden
dan
pengamatanlapangan. Penentuan responden
dila-kukan melalui
metode
snowball(Nasution,
20Aq.
Wawancara
dila-lcukan
di
kediaman responden denganmelibatkan anggota keluarga
lain
yangdianggap berperan
dalam
proses36
Husni Jamal: Pengaruh Pola Kredit Pengadaan Bibit Terhadap Kineria Pengembagan Sapi Potongpengambil keputusan dan pengelolaan
usahatani
di
dalam keluarga tersebut.t{al ini
mengacu
Pada
saranSoekartawi et
al
(1986) bahwa dalampeneiitian
usahatani,
wawanca-radengan
lebih
dari
satu
anggotakeluarga akan memberikao hasil yang
lebih
memuaskan.Data Primer
Yangdikumpulkan
mencakuP
dua
asPekutama
yaitu:
(1)
identitas
sertaberbagai informasi
yang
berkaitandengan
aktivitas
pengembangan sapipotong
responden;
dan
(2)
sikaPresponden terhadap
Pengembangansapi potong
yang
ia
lakukan.
Datapada
aspek
pertama
dikumPulkanmelalui
sejumlah
pertanYaan
Yangdisusun
dalam
format
pertanYaanterbuka
maupun
pilihan.
Sedangkanuntuk
data aspek keduadibuat
dalamformat
sumrnatedrating
atau
SkalaLikert
sebagaimanayang
disarankanoleh
Suryabrata
(1998);
Azvtar(1995);
dan
Ancok (1997)
denganmenggunakan
tiga
pilihan
jawabanyaitu
Setuju, Ragu-
ragu
danTidak
Setuju.
Data yang telah
dikumpulkandiolah
dengan menggunakan programSPSS
12.0
for
Windows.
Untuk
mendapatkan
kesimpulan
mengenaikeadaan responden
maka
data diolahdengan sejumlah alat
uji
yang tersediapada
program tersebut
meliputi
Descriptive Statistics,
Independent-Samples
T
Test
dan
Reliability
Analysis.
Pemilihan
alat
uji
yangsesuai dengan
tujuan
penelitian
dandata yang
tersedia mengacu
padapetunjuk
mengenai
pengguruuulprogftrm SPSS
yang
disusun
olehKuswadi
dan Mutiara
(200$;
danNugroho (2005); serta
buku
teksstatistik Carlson dan Thorne (1997).
llasil
Dan FembahasanJurn al P e t ernakan Indones i a., I 2 ( I ) : 3 4 -4 2, 2 007
Bibit
a.
Peningkatan
Mutu
GenetisBibit
Ternak yang
dipelihararesponden
tidak
hanya
terbatas padaternak
yang
diperoleh
dari
kredit
pemerintah
tetapi
juga
milik
sendiridan
gaduhan
dari
petani
lain.Sebagian
besar
(71
%)
induk
sapiresponden
dikawinkan
secara
alamidengan pejantan
yang
ada
di
sekitarkediaman mereka
tanpa
memper-hatikankualitasnya. Hal
ini
dilakukankarena
terbatasnyajumlah
pejantanyang
tersedia. Dari 234 ekor
induk
yang
dipelihara responden,
hanyatersedia
14 ekor
pejantan. Sementaraitu
pelaksanaan
IB
(InseminasiBuatan) belum berjalan
sebagaimanadiharapkan.
PadaTabel
1
disajikangambaran mengenai
penerapan IB
pada induk sapi yang
diperolehresponden dari kredit pemerintah.
Dari 94
ekor
induk
yangdiperoleh
dari GM
hanya7
ekor
(7'/o)
yang
menjadi
akseptor
IB.
Sedangkan
dari
100ekor induk
yangdiperoleh dari
KT
didapat 50 ekor (50%)
menjadi akseptor
IB.
Dengandemikian dari
96
ekor
anakhasil
IB
sebagian besar
(88
%)
ditemui
padapenerima
KT.
Hal
ini
antara
lain
disebabkan responden yang menerima
KT
mempunyai
kesempatan
untukmembeli
induk
sapihasil
persilanganseperti
jenis
Simental, Brahman
danOnggole, yang
memiliki
ukuran tubuhrelatif
besar. Dengandemikian induk
yang
diperoleh akan mendapat resikodistokia (kesulitan beranak) lebih
kecil
pada perkawinan dengan cara
IB.
Hal
ini
sejalan dengan
temuan
Anonim
(20AD bahwa alasan 85 % petani yang
tidak
menerapkanIB
adalah
untukmengurangi resiko
distokia.
Sungguh-pun
jumlah
induk
jenis
PersilanganIlusni Jamal: Pengaruh Pola Kredit Pengadaan Bibit Terhodap Kinerja Pengembagan JJ Sapi Patong ra Ia
lit
d
n. pi tri arr-n
u] tk taa
si a.n
B hhanya
26
ekor
(13
%)
dari
populasiinduk yang
diamati, tetapi
mampumemberikan
kontribusi
sebesar50
%dari jumlah
anak
hasil
IB
yangdihasilkan oleh seluruh responden.
Selain
itu
keengganan peternakpenerima
GM
untuk
menerapkanIB
sangat
erat
kaitannya dengan
polakredit
yangditerapkan.
Dengan polaGM,
dimana petemak
membayarkredit
dengan keturunan ternak tanpamempertimbangkan
mutu
dannilainya,
maka
peningkatan
mutugenetis hasil keturunan ternak melalui
IB
tidak
memberikan keuntunganapa-apa
bagi
peternak.Lain
halnya
padapenerima
KT,
dengan
menghasilkanketurunan
yang
bermutu
secaralangsung
akan
memberikan nilai
tambah kepada mereka berupa harga
ternak yang lebih
tinggi.
b.Kinerja
Reproduksi
Salah
satu
indikator
yangmenentukan keberhasilan
pengem-bangan
pembibit
sapi potong
adalahAngka
Kelahiran,
yaitu jumlah
anakyang
diperoleh selama
periodetertentu.
Angka
ini
dipengaruhi olehdua
faktor yaitu
MasaTunggu
6arakwaktu
antaraternak
diterima
sampaidengan saat beranak pertama)
dan Jarak Beranak(calving interval),
yaitu
jarak
waktu
antara
dua
beranaknormal.
PadaTabel
2
disajikan
datakinerja
reproduksi
induk sapi
kredit
sejak diterima responden
sampai
saatpengumpulan
data.
Dari
data
padaTabel 1 diperlihatkan bahwa penerima
GM
membutuhkan
Masa
Tunggu(untuk
mendapatkananak
pertama)yang
sangat
nyata
lebih
lamadibandingkan dengan
penerima KT
dengan
nilai-p
(z-tailed)
:
0,00
lebihkecil
dari
0,01 level of significant(a).
Tabel
1.
PenerapanIB
oleh
Responden padaInduk
yang Diperolehdari Kredit
Pemerintah
Jumlah GM
(Gaduhan Murni) KT (Kredit Tunai)
Jumlah
Bali Persilangan Bali Persilangan g 7 t. g 0 n
]
aI
a ( I I I ( ) I I I t t Induk Akseptor IBAnak Kawin Alam Anak IB 94 7 159 l1 0 0 0 0 74 24 95 35 26 26 1 45 194 57 255 91 Keterangan: Bali
:
induk sapi jenis Bali; Persilangan: induk sapi hasil persilanganTabel 2. Kinerja Reproduksi Induk Sapi yang Diperoleh dari
Kredit
PemerintahPola Kredit lndikator GM (Gaduhan
Murni)
KT (Kredit
Tunai)
Nilai-PMasa Tunggu (bulan)
Jarak Beranak (bulan)
Angka Kelahiran (ekor/tahun)
25,4 + 8,6 (n:90) 12,1 + 2,7
(n:35)
0,51 + 0,18(n:90)
13,0 + 6,6 (n:99) 12,2+
1,6(n:30)
0,84 + 0,80 (n:99) 0,00 0,87 0,0038
Husni Jamal: Fengaruh Pola Kredit Pengadaan Bibit Terhadap Kinerja Pengembagan Sapi PotongResponden yang menerima induk dari
kredit dengan pola GM membutuhkan
rataan waktr.l hampir dua tahun untuk
mendapatkan
keturunan
pertama,sedang responden yang menerima
KT
hanya
rnembutuhkanwaktu
sekitarsatu tahun saja. Hasil analisis terhadap
Jarak Beranak pada kedua kelompok
ini
tidak
ditemui adanya berbedaanyang
nyata. Dengan demikian makaAngka
Kelahiran
induk sapi
padakelompok penerima GM secara sangat
nyata
lebih
rendah
dibandingkan dengan penerimaKT
dengan nilai-p(Z-tailed):
0,00.
Jarak Beranak yangdiperoleh
pada
penelitian
inirnempelihatkan capaian
yang
cukupbaik
dibandingkandengan
temuanLubis dan
Sitepu(1998)
pada sapiBali di
Lampung Utara dengan JarakBeranak ar*ara
351
440
hari,maupun
yang
dilaporkan
Tanari (2001) pada sapi jenis yang sama yaitu dengan Jarak Beranak 12,19+
0,06 bulan.Panjangnya Masa Tunggu ternak yang peroleh responden dari pola GM
disebabkan
karena
ternak
gaduhanyang diterima umumnya masih muda
dan
sering disertai
dengan kondisitubuh
yang
kurang
baik.
Ternakgaduhan
yang
dipelihara
olehresponden
adalah
hasil
keturunan(redistribusi)
ternak
pemerintahpenyebaran
tahun
1983
1989.Dengan
sistem
pembayaran kreditdalam bentuk ternak
hasil
keturunanakan
cenderung mendorong petanitidak
terlalu
memperhatikan mututemak yang
mereka hasilkan. Olehkarena
itu
telah terjadi
penurunanmutu
ternakhasil
redistribusi secarabertahap pada temak kredit pola GM. Sernentara
itu
responden
penerimaKT
lebih merniliki keleluasaan dalammemperoleh temak yang siap kawin
Jurna I P eternakan Indone si a., I 2 ( I ) : 3 4 - 4 2, 2 0 0 7
karena peternak mempunyai
kesem-patan
membeli
sendiri
ataupunbersama
kelompok
untuk
men-dapatkan bibit temak yang lebih baik.Bahkan
ditemui
sejumlah respondenyang membeli
induk yang
sudahbunting bahkan membeli induk beserta dengan anak yang baru dilahirkan.
Tingkat kematian anak pra sapih
(pedet) sebanyak 11 ekor (6,5 oh dari
angka kelahiran) pada penerima GM,
sedangkan
pada
penerima
KTsebanyak
3
ekor (1,7Yo).
Angka ini menunjukkan bahwa tingkat kematian pedet pada penerimaKT
sedikit lebihbaik
dibandingkan dengan
padapenerima
GM.
Sungguhpun demikian secara umum capaian tersebut lebihbaik
dibandingkandengan
tingkatkematian
pedet
sapi
Bali
yang dilaporkan Tanari (2001) yaitu sebesar7,26
-7,33
yo.Pakan
Pola pemeliharaan ternak yang
diterapkan responden
di
lokasipenelitian hampir merata
yaitu
semiintensif dimana ternak dikandang pada
malam
hari
dan
dipadangkan(di-ikatkan
di
padang penggembalaan)pada waktu siang
hari.
Pakandiberikan di kandang, selain itu ternak
juga
mendapatkan tambahan hijauan pada saat dipadangkan. Hijauan yangdiberikan
umumnyaadalah
hijauanalam,
dengan
mutu yang
relatif
rendah, yang dicampur dengan rumput
unggul (bagi
respondenyang
me-nanam rumput unggul). Rumput alamdiambil
respondendi
lokasi
yang berjarak antaraI
km
sampai dengan20 km,
dengan rataan3,6
km
darikediaman responden. Sebagian
res-ponden juga menanam rumput unggul
di
sekitar rumah maupundi
ladangtetapi dalam
jumlah yang
sangatterbatas.
Sedangkan
pemberianHusni Jamal: Pengaruh Pola Kredit Pengadaan Bibit Terhadap Kineria Pengembagan J8
Sapi Potong
konsentrat
hanya
dilakukan
olehsebagian
kecil
responden
denganjumlah
sangat terbatas
mengingat tidak tersedianya sumber konsentrat di lokasi setempat. Pada tabel 3 disajikanjumlah
respondenyang
menanamrumput
unggul
dan
memberikan konsentrat kepada ternaknya.Dari
angka
yang
diperolehterlihat bahwa lebih banyak responden
penerima
KT
menanam
rumputunggul serta memberikan konsentrat
kepada
ternak
mereka dibandingkan dengan responden penerimaGM.
Halini
dapat disebabkanoleh dua
hal.Pertama, penerima
KT
lebih memilikimotivasi
untuk
menyediakan pakanyang berkualitas karena mereka lebih
merasakan keuntungan
dari
usahaternak
yang
dikelolanya.
Kedua, penerima KT dibina melalui kelompoktani
sehingga
akan
menciptakankontrol
sosial yanglebih baik
dalampengelolaan
ternak
mereka.
Se-mentara
itu
pada penerimaGM
yangditemui
sebagian
besar
tidaktergabung dalam kelompok tani.
Manajemen
Manajemen pengembangan sapi
potong mencakup aspek yang sangat
luas
antara
lain
pengaturanperkawinan,
pencegahan
penyakit sampai pada pengelolaan pemasaran.Pada petemak
kecil
manajemenini
tergambar dari perilaku petani dalam pengelolaan usahatani
yang
merekakembangkan. Tentunya tidak mudah
untuk
mengamatiperilaku
sehari-hari petani dalam pengelolaan temak
mereka.
Oleh karenaitu
digunakanmetode
yang lebih
sederhana yaitumelalui
penilaian
Sikap
terhadapPengembangan
Sapi
Potong.
Sikap(attitude)
merupakansuatu
konseppsikologi sosial yang sering digunakan
Jurnal P eternakan Indone s i a., I 2 ( I ) : 3 4 - 4 2, 2 007
para
ahli
untuk
melihat kecenderungseseorang
untuk
perilaku
tertentu.Oleh
Triandis (1971)
ditegaskanbahwa
konsepsi
sikap
merupakan perwujudan adanya konsistensi antarapemikiran (thinking),
perasaan(feeling) dan perbuatan (acting).
Hal
ini
dipertegasoleh
Ancok
(1997\tentang
adanya hubungan
antarc pengetahuan, sikap, niat dan perilaku.Metode
ini
telah
digunakan untukmelihat perilaku petani
dalampenerapan
suatu
inovasi
olehWijayanto
(2005)
dan Zahid (1997).Dalam
konteks
penelitian
ini
digunakan asumsi
bahwa
semakinpositif sikap
seseorang
terhadap pengembangan sapi potong maka akansemakin
baik
manajemen
peme-liharaan ternak yang diterapkan.
Dari hasil
Uji
Chi
Square terhadap sebaran nilai sikap respondenpenerima
GM
danKT
sebagaimanadisajikan pada Tabel 4 diperoleh
nilai-p (2-tailed)
0,00.
Hal
inimenunjukkan bahwa responden
pene-rima
KT
mempunyai pengetahuan,persepsi
dan
kecenderunganber-perilaku
yang
lebih positif
terhadappengembangan
sapi potong
diban-dingkan penerima
GM. Lebih
posi-tiftya
sikap
penerimaKT
ini
eratkaitannya dengan manfaat
yangmereka
terima dari
pengem-bangansapi potong
(Ancok,
1997).
Dengansistem
kredit yang
diterapkan makapenerima
KT
merasa men-dapatkanlebih
banyak
nilai
tambahdibandingkan
pada
penerima
GMsehingga
motivasi untuk
mengem-bangkan
ternak menjadi
lebihmeningkat. Soerachman et
al
(2004)melaporkan
bahwa
kredit
temakdengan
pola
tunai
melalui
danaBPLM,
saatini
disebutPMUK,
diLampung
lebih
berkembang40
Husni Jamal: Pengaruh Pola Kredit Pengadaan Bibit Terhadap Kine(a Pengembagan Sapi Potongdingkan
dengan
pola
gaduhan. Sementaraitu
Sariubang dan Pasambe(2004) menemukan bahwa petemak di
Sulawesi Selatan
lebih
menyukaikredit
pola BPLM
daripada
polatradisional
dengansistem
gaduhan.Sungguhpun demikian
dari
hasil uji
reliabilitas terhadap
instrumenpenelitian
didapat
nilai
Cronbach"sAlpha sebesar 0,543. Angka
ini
lebihkecil dari
0,60 yang
memberikanindikasi
bahwa konstruk pernyataanyang
disusun
pada
instrumenpenelitian memiliki tingkat reliabilitas
rendah (Nugroho, 2005).
Kesimpulan
Pola kredit pengadaan bibit ternak sapi
potong untuk
peternak
kecil
diProvinsi Jambi mempunyai pengaruh
yang
sangatnyata
terhadap kinerja pengembanganternak yang
dikaji.Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
pola
KT
memberikan dampak yanglebih positif
terhadap pengembanganpembibitan sapi potong pada peternak
kecil
dibandingkan dengan pola GM.Hal ini
dibuktikan dengan penerapanprogram
peningkatanmutu
genetisbibit,
kinerja
reproduksi
ternak,tingkat
penerapanteknologi
pakanyang
lebih tinggi
serta
sikapresponden
terhadap
pengembangansapi potong
yang lebih
positif
padaresponden penerima
kredit
denganpola KT
dibandingkan
denganpenerima kredit pola GM.
Tabel
3.
Jumlah Responden yang Menanam Rumput Unggul dan Memberikan Konsentrat untuk TemaknyaPerlakuan GM (Gaduhan Jumlah
Murni) KT (Kredit Tunai) Penanaman Unggul - Menanam - Tidak menanam 28 {31%) 62 (6e%) 6s (7r%) 77 (2e%) e3
(st%\
8e (4e%) Rumput Pemberian Konsentrat - Diberi - Tidak diberi 16 (18%) 74 (82%\ 42 (46%) s0 (s4%) s8 (32%) 124 (68%)Tabel
4.
Sebaran Jumlah AitemPotong
Sikap Responden terhadap Pengembangan Sapi
Nilai
Sikap Pola Kredit -1 GM (Gaduhan Murni) KT (Kredit Tunai) 211 r30 60 t5 s39 692 Total 341 t.231Husni Jamal: Pengaruh Pola Kredit Pengadaan Bibil Terhadap Kinerja Pengembagan
ll
Sapi PotongDAFTAR PUSTAKA
Ancok,
D.
1997. Teknik PenyusunanSkala
Pengukur.
PusatPenelitian
KependudukanUniversitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.Anonim. 2002. Bahan Seminar: Hasil
Penelitian
Kajian
PenerapanTeknologi Inseminasi Buatan
dalam Provinsi Jambi. Dinas
Peternakan Provinsi Jambi.
Anonim.
2006.
Pedoman UmumPemberdayaan
MasyarakatPertanian
melalui
PenguatanModal
Usaha
Kelompok.Sekretaris Jenderal
Dep.Pertanian.
Az''war,
S. 1995.
Sikap
Manusia,Teori
dan
Prngukurannya.Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Carlson,
W.L.
danB.
Thorne. 1997.Applied
Statistical Methods. Prentice Hall. USA.Kuswandi
dan
E.
Mutiara.
2004.Statistik
Berbasis Komputeruntuk
Orang-orang
Non-statistik. Elex
MediaKomputindo. Jakarta.
Lubis,
A.M.
dan
P.
Sitepu.
1998.Performan Reproduksi Sapi
Bali
dan Potensinya sebagaiBreeding Stock di Kecamatan
Lampung
Utara.
ProsidingSe minrtr Nas ional P e ternaknn
dan Veteriner
I
*
2 Desember1998. Hal. 215
-22l.Pusat
Penelitian Peternakan. Bogor.
Nasution,
S.
2004. Metode Research(Penelitian
Ilmiah).
CetakanKetujuh.
Bumi
Aksara.Jakarta.
Jurnal Pe lernakan Indone si a., I 2 ( I ) : 3 4- 4 2, 2 007
Nugroho,
B.A.
2005.
Strategi
JituMemilih
Metode
StatistikPenelitian
dengan
SPSS.Penerbit Andi. Yogyakarta. Saragih,
B.
1998. Agribisnis BerbasisPetemakan. Pusat Studi
Pem-bangunan.
LembagaPene-litian
Institut
PertanianBogor.
Sariubang,
M
dan D. Pasambe.2004.Pergeseran
Pola
GaduhanTernak
Sapi
di
SulawesiSelatan.
Prosiding
SeminarSistem
dan
Kelembagaan Usahatani Tanaman-
Ternak 2004.Hal.309
-
316.Balit-bang Departemen Pertanian.
Soerachman,
A.
Prabowo
danKuswanto.
2004.
PolaGaduhan
Ternak
Sapi
diLampung. Prosiding Seminar
Sistem
dan
Kelembagaan Usahatani Tanaman-
Ternak 2004.Hal.
302-
308.Balb
bang Departemen Pertanian.
Soekartawi et al. 1986. Ilmu Usahatani
dan
Penelitian
untuk Pengembangan Petani Kecil.III
Press. Jakarta.Suryabrata,
S.
1998. PengembanganAlat
Ukur
Psikologis.Direk-torat
Jenderal
PendidikanTinggi.
DepartemenPendi-dikan
dan
Kebudavaan.Jakarta.
Tanari, M.
2001.
UsahaPengembangan
Sapi
Balisebgai
Ternak
Lokal
dalamMenunjang Pemenuhan
Ke-butuhan Protein
Asal
Hewandi
Indonesia.Makalah
Fal-safah Sain.
Dari
Web
Site42
Husni Jamal: Pengaruh Pola Kredit Pengadaan Bibit Terhadap Kinerja Pengembagan SaPi PotongWijayanto,
B.
2005.
Tingkat
AdopsiPengelolaan Tanaman
danSumberdaya
Terpadu
PadiSawah
higasi
di
KabupatenLampung
Tengah.
SekolahPasca Sarjana
UniversitasGadjah
Mada.
Tesis
(TidakDipublikasi).
Zahtd,
A.
1997.
HubunganKarakteristik Peternak
SapiPerah
dengan
Sikap
danPerilaku
Aktual
dalamPengelolaan
Limbah
Pe-ternakan.
Program
PascaSarjana
Institut
PertanianBogor. Tesis
(Tidak
Dipublikasi).
Alamat Korespondensi
:
Husni JamalBalitbangda Provinsi Jambi
Jl. R.M.