• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKOM_DDRT-SRT WUKIRHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REKOM_DDRT-SRT WUKIRHARJO"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

I.5. ANALISIS HASIL KAJIAN

DESA WUKIRHARJO, KEC. PRAMBANAN, KAB. SLEMAN

INDIKATOR

KEBERHASILAN KEKUATAN (STRENGTHS)

KELEMAHAN

(WEAKNESSES) REKOMENDASI

INSTANSI PENANGGUNG

JAWAB

KETERANGAN

1. Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam di tingkat rumah tangga dan wilayah

 Luas wilayah : 460 Ha potensi pertanian yang masih luas untuk tanaman pangan khususnya ketela dan jagung

 terdapat 93% kk miskin yang memiliki persediaan pangan (SRT)

 Kepemilikan hewan

ternak rendah (DDRT) = 68%

 Memiliki kelompok tani,

gapoktan dan pengusaha olahan pangan

 Ketersediaan air yang terbatas khususnya pada musim kemarau mengurangi produksi pangan

 Tingginya angka

kemiskinan > 50%

 Masih banyak lahan tidur dan atau lahan pekaranganyang belum dimanfaatkan

 Penumbuhan /

Pengembangan Kelompok Lumbung Pangan

 Pembangunan Fisik Lumbung Pangan

 Peningkatan budidaya

tanaman pangan lahan kering

 Optimalisasi usaha off farm dan non farm untuk mendukung ketersediaan pangan

Faktor kualitas Sumber Daya Manusia

menyebabkan belum optimalnya pengelolaan potensi desa.

2. Meningkatnya daya beli dan akses pangan rumah tangga dan di wilayah

 Lebih dari 50% telah memiliki berbagai aset penting penunjang ekonomi

 Aspek distribusi desa terus berkembang

 Pendapatan

ekononomi keluarga masih rendah (keluarga miskin)

 79% tidak mampu membeli 1 stel pakaian dalam 1 tahun (DDRT)

 Penguatan Permodalan usaha Produktif

 Pelatihan motivasi usaha dan inovasi produk

Pelatihan usaha perdagangan untuk meningkatkan

kontribusi terhadap akses pangan rumah tangga

 BKPP

 Dinas

Perindustrian Dan Koperasi

Akses pangan rumah tangga semakin meningkat namun rendahnya kemampuan daya beli akibat inflasi dan rendahnya pendapatan keluarga

3. Meningkatnya pola konsumsi pangan beragam bergizi berimbang dan aman

 Adanya kader gizi, PPL,

 Memiliki potensi pangan

lokal

 63% tidak pernah mengkonsumsi pangan yang lengkap (SRT)

 78 % jarang

mengkonsumsi protein hewani (DDRT)

 Pelatihan B2SA pada para Kader Gizi dan PKK.

 Program Sosialisasi B2SA melalui pertemuan pertemuan tingkat desa hingga tingkat kelompok

 BKPP

 Dinas

Kesehatan

(2)

 Pengertian dan kesadaran masyarakat mengenai B2SA masih rendah

masyarakat serta memasang spanduk gerakan B2SA

 Mencanangkan Gerakan B2SA.

 Secara kontinyu

melaksanakan lomba olah pangan B2SA untuk memotivasi masyarakat. 4. Berkembangnya

usaha produktif berbasis

sumberdaya lokal (pangan segar atau olahan) yang mampu

menjangkau pasar yang lebih luas

 63 % memiliki aset kendaraan bermotor untuk meningkatkan akses distribusi

 Jiwa wira usaha tinggi

<78% (SRT)

 Memiliki potensi olahan berbasis pangan lokal

 Potensial tanaman biofarmaka dan garut

 SDM yang masih rendah dalam mengoptimalkan produk lokal

 Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan dan lahan tidur

 Pengembangan budidaya sayuran

 Pengembangan produk olahan biofarmaka

 Pelatihan manajemen usaha

dan kewirausahaan

 Pelatihan teknis usaha olahan dan budidaya

- Efisiensi proses produksi - Inovasi produk

- Sertifikasi - Pemasaran

 Penguatan modal usaha

 BKPP

 Dinas

Perindustrian Dan Koperasi

Motivasi usaha dan ketrampilan (khususnya keluarga tidak mampu) masih rendah dan sebagian besar memilih menjadi buruh daripada berwirausaha

5. Berkembangnya lembaga layanan permodalan lokal (LKM atau koperasi) yang melayani kebutuhan permodalan bagi masyarakat setempat

 30% kk miskin memiliki kebiasaan menabung

 Masih terdapat masyarakat yang meminjam uang di renten

 Tidak mengenal perbankan 73% (SRT)

 Kebiasaan meminjam

uang = saudara 58%, 31 % di tetangga

 Kurangnya sosialisasi

pemasaran permodalan

 KK Miskin tidak

 Penguatan Modal Usaha LKM/LKD

 Penumbuhan LKM /LKD

 Gerakan menabung di

Lembaga Keuangan milik masyarakat

 Dinas Perindustrian Dan Koperasi

 BKPP

Keberanian mengakses modal ke bank dan lembaga keuangan masih rendah yang disebabkan oleh :

- Kurangnya sosialisasi dari lembaga permodalan - KK miskin tidak

memiliki jaminan - KK Miskin sebagian

(3)

memiliki jaminan untuk mengakses

permodalan

 KK Miskin tidak memiliki usaha (sebagian besar pekerjaan utama buruh tani)

utama buruh)

6. Desa (Lokasi) penerima manfaat sudah tidak lagi masuk kategori rawan pangan, tidak lagi dijumpai orang yang kelaparan /rawan pangan

 91 % masyarakat

memiliki persediaan pangan (DDRT)

 Desa memiliki SDA yang potensial.

 Semangat Kebersamaan dan gotong royong warga masih tinggi

 Tingginya angka

kemiskinan > 50%

 Laju Pertumbuhan penduduk semakin meningkat

 Seiring perkembangan waktu lahan pertanian semakin berkurang.

 Livelihood dan mindset

masyarakat masih rendah

 Pemantauan / Evaluasi secara

intensif mengenai kondisi rawan pangan di desa ini

 Pengembangan Program program berbasis kemandirian

 Penguatan Kelembagaan desa (lembaga sosial dan ekonomi) berbasis kemandirian

 Penguatan aspek

ketersediaan, distribusi dan konsumsi, serta sarana dan prasarana

 BKPP  BPS  PEMDA

 PEMDES

 BKKBN

Tingkat kemiskinan, Laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, ketersediaan lahan yang semakin berkurang, kualitas SDM yang rendah menjadi faktor

kerawananpangan

7. Mantapnya organisasi / kelembagaan yang ada (TPD,

Gapoktan, LKM/Koperasi, Asosiasi Komoditas /olahan pangan)

 Telah memiliki

kelembagaan Gapoktan, LKM, TPD (baru)

 Belum ada kerjasama antar lembaga atau organisasi di tingkat desa untuk

mewujudkan tujuan pembangunan desa

 Masih lemahnya

dinamika kelembagaan yang ada (krisis SDM yang memiliki kemauan dan kemampuan mengelola)

 Koordinasi antar lembaga desa secara rutin

 Pembinaan dinamika

kelompok yang berkelanjutan

 Pembentukan asosiasi komoditas

 Pemerintah Desa

 Dinas

Pertanian,

 Dinas Perindustrian Dan Koperasi

 BKPP

Kurangnya kerjasama antar lembaga, terbatasnya SDM yang memiliki kemauan dan kemampuan dalam mengelola lembaga yang ada.

8. Pembentukan jaringan usaha / kemitraan dan

 30% kk miskin memiliki

kebiasaan menabung

 Tersedia berbagai jenis

 Kerjasama antar

pengusaha masih rendah

 Program temu usaha antar

desa

 Pameran produk lokal

 BAPEDA  BKPP

 Dinas

(4)

pemupukan sumber permodalan masyarakat

usaha produktif  Pemupukan sumber permodalan belum dioptimalisasi

 Masyarakat kurang percaya terhadap lembaga permodalan yang belum berbadan hukum

 Penguatan LKM

 Pembentukan kelompok

asosiasi

 Gerakan menabung

 Fasilitasi Badan Hukum Bagi

Lembaga Permodalan

Perindustrian

Dan Koperasi kerjasama antar pengusaha.

9. Jajanan anak sekolah aman dari cemaran

mikrobiologi, kimia dan fisik

 Adanya pengusaha

olahan lokal yang masih mampu dibina dan dikembangkan untuk membuat produk lokal yang aman

 Kemampuan

pengusaha

memproduksi produk jajanan sekolah yang aman dan inovatif masih rendah

 Kesulitan ekonomi

menyebabkan beberapa pengusaha produk pangan menggunakan bahan bahan yang tidak aman untuk meningkatkan pendapatan

 Siswa tidak terbiasa membawa bekal makanan kesekolah

 Sosialisasi kepada anak didik

serta pengusaha kantin sekolah melalui guru mengenai jajanan anak sekolah yang aman

 Sosialisasi kepada masyarakat tentang produk pangan yang aman

 Pembinaan kepada

pengusaha agar menyediakan produk jajanan anak sekolah yang amab

 Test sampel produk jajanan sekolah dan mensosialisasikan hasilnya kepada masing masing pengusaha

 Penerapan sanksi tegas bagi pengusaha yang tidak menyediakan produk pangan yang aman

 BKPP  Dinas

Perindustrian Dan Koperasi

 Dinas Kesehatan

 Badan POM

Terdapat beberapa pengusaha olahan yang berpotensi untuk memproduksi jajanan sekolah namun kemampuan inovasi produk masih rendah dan dampak dari lemahnya ekonomi menyebabkan beberapa pengusaha menggunakan bahan bahan yang tidak aman untuk meningkatkan pendapatannya.

10. Menurunya prosentase jumlah keluarga miskin

 Berkembangnya usaha usaha produktif

 Akses ekonomi semakin

berkembang

 Tingginya angka kemiskinan > 50%

 Masih banyak rumah

tidak layak huni

 Pertumbuhan

penduduk dan keluarga

 Peningkatan program – program pemberdayaan berbasis pengentasan kemiskinan dan singkronisasinya

 Peningkatan berbagai akses

 Dinas Perindustrian Dan Koperasi

 BAPEDA

 Kemenpera

 Dinas PU

Usaha produktif dan berbagai akses ekonomi desa terus berkembang namun seiring

(5)

baru yang terus berkembang

 Semangat motivasi usaha dan ketrampilan masih rendah

Kurangnya akses permodalan

ekonomi yang dibutuhkan masyarakat

 Peningkatan Skill / ketrampilan berwirausaha

 Penyediaan Kredit lunak

untuk usaha

 Bantuan Perumahan Swadaya

 Peningkatan sarana dan prasarana fisik penunjang ekonomi desa

terdapat KK baru (hasil pernikahan) khususnya dari keluarga miskin yang belum memiliki

kematangan ekonomi sehingga memunculkan kk miskin baru.

11. Tingkat partisipasi masyarakat bertambah

 Semangat gotong royong masyarakat masih tinggi

 Masuknya budaya luar yang individualise

 Program Peningkatan Pemberdayaan masyarakat desa

 Gerakan cinta produk lokal

 Pemberdayaan partisipasi masyarakat desa dari perencanaan hingga pengawasan program

 BAPEDA

 BKPP

 PEMERINTAH

DESA

Seiring perkembangan jaman masuknya budaya luar dari perpindahan penduduk dapat menjadi faktor mundurnya kebersamaan gotongroyong dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan 12. Prosentase tingkat

laju pertumbuhan penduduk tidak mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya

 Kesadaran KB meningkat

 Jumlah anggota rumah

tangga yang lebih dari 4 lebih > 10%

 Adanya Pernikahan dini

 Tingkat pendidikan

rendah

 Pembinaan kepada para remaja akan dampak pernikahan dini

 Sosialisasi Program KB

 BKKBN

 DINAS SOSIAL

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya pengetahuan akan KB

13. Tersedianya air bersih dan infrastruktur fisik memadai

 Semangat gotong royong dan swadaya dibidang pembangunan cukup tinggi

 Potensi Sumber air di

klumprit I

 Merupakan daerah pegunungan yang rawan ketersediaan air

 Sebagian besar akses distribusi / jalan usaha tani masih buruk

 Pembangunan Sumur Resapan

 Pembangunan Sarana Air Bersih di Klumprit

 Pembangunan Jalan jalan ekonomi di desa

 DINAS PU

 DINAS PMD  PEMDA

Terdapat beberapa potensi SDA, smangat swadaya dan gotongroyong yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan fasilitas infrastruktur fisik namun rusaknya fasilitas

membutuhkan dana yang cukup besar

14. Terfasilitasinya kelompok –

 Anak drop out rendah  Fasilitas pendidikan

 Belum / tidak tamat SD

= 44%. (DDRT)

 Bantuan Sarana Pendidikan

SD dan SMP

 DINAS

PENDIDIKAN

(6)

kelompok belajar untuk

meningkatkan SDM

terjangkau  8% tidak mampu baca tulis

 Bantuan sarana Pendidikan PAUD dan TK

 Bantuan Sarana Pendidikan Non-Formal

 Pembentukan Kelompok Belajar Masyarakat berbasis Usaha dan bantuan sarana pendidikannya

Referensi

Dokumen terkait

dan (3) jumlah buku yang pernah dibaca, diperoleh hasil bahwa pelaksanaan penelitian tindakan kelas berupa penggunaan Reading Corner dalam pembelajaran membaca pada

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Katolik Soegijapranata Hak Bebas Royalti Nonekslusif atas karya ilmiah saya yang berjudul

Dalam penelitian ini salah satu langkah yang harus dilakukan adalah melakukan overlay data guna memonitor antara hasil digitasi kavling dengan mengacu pada peta

1. Setelah dilakukannya evaluasi dengan Citra Quickbird Kota Semarang Tahun 2010 menggunakan metode penginderaan jauh &amp; SIG didapatkan hasil semua kavling

Jika dibandingkan dengan neraca perdagangan non migas pada April tahun sebelumnya, maka defisit neraca perdagangan non migas meningkat dari USD 0,2 miliar pada

Pada tahap ini akan dilakukan logic model pada kondisi sebenarnya (existing) untuk mengetahui bagaimana kondisi proses belajar mengajar pada mata kuliah kewirausahaan

Dapat diuraikan bahwa hasil penelitian antara latihan squat jump dan latihan skipping rope sama-sama memberikan pengaruh yang nyata terhadap kemampuan smash bola voli,

[r]