• Tidak ada hasil yang ditemukan

CIVIL SOCIETY ORGANIZATION WORKSHOP:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CIVIL SOCIETY ORGANIZATION WORKSHOP:"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

CIVIL SOCIETY ORGANIZATION WORKSHOP:

Harga Rokok, Dilema Pembangunan, dan Kualitas Hidup

Badan Kebijakan Fiskal

(2)

Kesehatan Merupakan Salah Satu Prioritas

Pembangunan Nasional 2015-2019

RKP 2015*) MELANJUTKAN REFORMASI BAGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI YANG BERKEADILAN RKP 2016 MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MELETAKKAN FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS RKP 2017 MEMACU PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN EKONOMI

U/ MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA SERTA MENGURANGI KEMISKINAN & KESENJANGAN ANTARWILAYAH RKP 2018 Ditentukan dalam proses penyusunan RKP 2018 RKP 2019 Ditentukan dalam proses penyusunan RKP 2019

(3)

1. A. ETIL ALKOHOL/ETANOL TIDAK MENGINDAHKAN BAHAN YANG DIGUNAKAN DAN PROSES PEMBUATANNYA.

B. MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL DALAM KADAR BERAPAPUN, DAN YANG DIGUNAKAN DAN PROSES PEMBUATANNYA TERMASUK KONSENTRAT YANG MENGANDUNG ETIL ALKOHOL.

C. HASIL TEMBAKAU :

- SIGARET, CERUTU, ROKOK DAUN, TIS DAN PENGOLAHAN TEMBAKAU LAINNYA. - TIDAK MENGINDAHKAN DIGUNAKAN/TIDAK

BAHAN PENGGANTI/BAHAN PENCAMPUR

2. PENAMBAHAN ATAU PENGURANGAN - MEMENUHI SIFAT/KARAKTERISTIK

- DISAMPAIKAN PEMERINTAH KEPADA DPR (KOMISI XI) UNTUK PERSETUJUAN DAN DIMASUKKAN DALAM RAPBN - DENGAN PERATURAN PEMERINTAH

BKC BERUPA HASIL TEMBAKAU (DN / IMPOR) BKC LAINNYA (DN / IMPOR) TARIF CUKAI

HARGA JUAL PABRIK

ATAU

HARGA JUAL ECERAN

ATAU

NILAI PABEAN + BEA MASUK 275% ATAU 57% ATAU 1.150% / 80%

DAPAT DIUBAH MENJADI SPESIFIK (JUMLAH Rp./STATUS BKC) ATAU SEBALIKNYA ATAU PENGGABUNGAN

KEDUANYA DIATUR OLEH MENTERI.

PENETAPAN BESARNYA TARIF CUKAI UNTUK SETIAP JENIS BKC DIATUR OLEH

MENTERI

PENETAPAN HARGA DASAR DIATUR LEBIH LANJUT OLEH MENTERI Cukai dikenakan atas Barang Kena Cukai yang memiliki karakteristik :

konsumsinya perlu dikendalikan;

peredarannya perlu diawasi;

pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat / lingkungan hidup; atau

pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan HARGA DASAR

(4)

4

• Menaikkan harga tembakau melalui tarif perpajakan yang tinggi merupakan cara

yang paling efektif untuk mendorong konsumen tembakau berhenti merokok dan

mencegah anak-anak untuk memulai merokok

• Sistem pentarifan cukai diatur sedemikian (sederhana) untuk mencegah substitusi

konsumsi ke produk tembakau yang berharga lebih rendah

• Pajak ditingkatkan secara reguler untuk menyesuaikan dengan inflasi dan

kemampuan daya beli konsumen disamping juga untuk meningkatkan pendapatan

pemerintah

• Dan agar lebih efektif dalam mencapai tujuan, kebijakan perpajakan perlu dibarengi

dengan kebijakan nonperpajakan seperti kawasan tanpa rokok, pelarangan iklan,

edukasi yang lebih intensif, dll

(5)

Prevalensi dan Studi Dampak Kenaikan Cukai

Terhadap Perekonomian

Dampak Kenaikan Tarif Cukai 10% terhadap Konsumsi dan Penerimaan Cukai

Studi % Penurunan

Konsumsi

% Peningkatan Penerimaan Cukai

De Beyer dan Yurekli, 2000 2,0 8,0 Djutaharta et al, 2005 0,9 9,0 Adioetomo et al, 2005 3,0 6,7 Sunley, Yurekli, Chaloupka, 2000 2,4 7,4 53.4 62.2 63.1 65.6 65.8 66 1.7 1.3 4.5 5.2 4.1 6.7 27 31.5 34.4 34.2 34.3 36.3 1995 2001 2004 2007 2010 2013 Laki2 Perempuan Lk+Prmpn

Prevalensi Konsumsi Tembakau

5

Dampak Kenaikan Cukai Terhadap Perekonomian

Sumber: RIskesdas

• Kenaikan tarif cukai rata-rata sebesar 10% akan menurunkan konsumsi rokok sebesar 0,9-2,4% dan meningkatkan penerimaan cukai sebesar 6,7-9%

Skenario Cukai Rokok (%) Harga Rokok (%) ↓ Permi ntaan Rokok (%) ↑ Penerimaan Pemerintah Dari Cukai rokok (%) Dampak Neto Naker (orang) Dampak Neto Pendapatan (Rp. Milyar) Dampak Neto Output (Rp.Milyar) Pesimis 30 7.77 -2.67 24 84.340 134 147 Optimis 50 12.95 -4.47 43.3 140.567 140 246 Naik ke 57% 84% 21.47 -7.41 68.99 Ideal 100 25.9 -8.94 82.13 281.135 281 492

• Prevalensi konsumsi rokok mengalami peningkatan sejak tahun 1995 s.d. 2013

• Peningkatan prevalensi tertinggi terjadi pada Perempuan

Hasil Studi LD FE UI (Tobacco Economic of

Indonesia: Poor’s Household Spending Pattern, Tax Regressivity, and Economic Wide Impact of Tax Simplification, 2013):

• Kenaikan cukai 100% akan berdampak neto positif terhadap perekonomian.

• Peningkatan cukai sebesar 100% akan meningkatkan:

 output perekonomian sebesar Rp. 335 M,  pendapatan masyarakat sebesar Rp. 492M  lapangan pekerjaan sebanyak 281.135

pekerjaan baru.

• Ada 6 sektor yang terdampak neto negatif: Manufaktur Rokok; Pertanian Tembakau; Pertanian Cengkeh; Manufaktur Pupuk dan pestisida; manufaktur kertas ; dan perdagangan. • Namun, Terdapat 60 sektor yang terdampak neto

(6)

6

Perbedaan Cukai HT dan Pajak Rokok

Cukai Hasil

Tembakau

PAJAK ROKOK

• UU Nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai

• Merupakan pajak pusat (masuk APBN)

• Tarif Cukai Maksimum 57% dari harga jual

eceran

• Tarif bervariasi berdasarkan jenis hasil

tembakau, golongan produksi, dan harga jual

eceran

• Bagi hasil: 2% dari penerimaan cukai

dibagihasilkan kepada daerah penghasil cukai

rokok dan pertanian tembakau (30% pemprov,

40% kab/kota penghasil, 30% kab/kota lainnya)

• Earmarking: mendanai peningkatan kualitas

bahan baku, pembinaan industri, pembinaan

lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di

bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang

kena cukai ilegal

• UU no. 28 tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah

• Merupakan pajak daerah (Provinsi)

• Tarif seragam: 10% dari tarif cukai rokok

• Bagi hasil: Pajak provinsi, dipungut di

pusat, dibagikan menurut % jumlah

penduduk (30% pemprov dan 70%

pemkab/kota)

• Earmarking: minimal 50% untuk pelayanan

kesehatan dan penegakan hukum

• Mulai 1 Januari 2014

(7)

Kebijakan PPN Hasil Tembakau

-

PPN terutang dipungut dan disetor oleh Pabrikan  penyerahan rokok oleh distributor dst.

tidak lagi dipungut PPN

-

Sebagian distributor dan ritel merupakan non-PKP, tidak ada PK maupun PM, setor PPN =

Rp 0

-

Saat ini hanya tarif PPN HT yang belum sesuai dengan besaran tarif PPN menurut UU yang

berlaku, sehingga dalam rangka menghilangkan perlakuan inequal treatment dengan

produk lainnya serta optimalisasi penerimaan PPN atas HT, perlu penyesuaian PPN HT dari

8,7% yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2016 menjadi 9,1% mulai 1 Januari 2017

-

Skenario Optimalisasi kenaikan tarif efektif PPN dari 8,7% menjadi 9,1% berpotensi

meningkatkan penerimaan PPN sebesar Rp 1,37 triliun.

7

Pabrikan

Distributor

Ritel

Konsumen

Harga Jual1 = 9.000+1.000

= 10.000 Harga Jual = 10.500

1 Termasuk PPN yang dipungut oleh pabrikan sebesar Rp1.000 (=9,1% x HJE) 2 asumsi: harga jual ril (inc. PPN) = HJE;

Harga Jual2 = 11.000

HJE = Rp 11.000

Setor PPN = 0 Setor PPN = 0

(8)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(prognosa) 2017

Kenaikan Tarif Cukai* 16,0% 6,0% 16,3% 8,5% 0% 8,7% 11,3% 10,5%** Pajak Rokok (PR) - - - - 10% 10% 10% 10%

Total Kenaikan (Cukai + PR) 16,0% 6,0% 16,3% 8,5% 10% 9,6% 12,5% 11,55%

Rata-rata Tarif Cukai 41,8% 45,3% 55,9% 50,6% 51,4% 48,2% 44,4% 49,1%

Jumlah Layer Tarif 19 19 15 15 13 12 12 12

Kebijakan Cukai Hasil Tembakau 2010-2017

 Total kenaikan beban perpajakan di 2014 sebesar 10% karena pemberlakuan pajak rokok (10% dari tarif cukai), sementara di 2015 meningkat mejadi 9,6 % .

 Pada tahun 2016, PPN HT dinaikkan dari tahun sebelumnya sebesar 8,4% menjadi 8,7% dan di tahun 2017 rencananya PPN HT akan kembali disesuaikan menjadi 9,1%

 Dengan kenaikan tarif cukai 2017 sebesar 10,5%, affordability rokok naik menjadi 9,3% (tahun 2016 sebesar

9%)

(9)

Dampak Kenaikan Tarif Cukai Hasil Tembakau Tahun 2017

9

DAMPAK

% KENAIKAN TARIF CUKAI 10,54%

(Weighted Ave.)

Proyeksi Penerimaan Cukai HT 2017 (Triliun Rp) 152,9 Proyeksi Produksi HT 2017 (Miliar Btg) 342

Pertumbuhan Produksi (%) -1,5 Kontribusi terhadap Inflasi (%) 0,3

Kontribusi terhadap PDB (%)

Transmisi melalui Konsumsi RT -0,05

Kontribusi terhadap Tenaga Kerja (%)

Pengurangan terhadap total tenaga kerja -2,5

Kontribusi terhadap Tenaga Kerja (ribu orang) -9,55

(10)

Produksi & Jumlah Pabrikan

Produksi berada di sekitar 345-348 miliar batang di 3 tahun terakhir.

Pertumbuhan produksi mengalami trend turun sejak 2008. Di 5 tahun terakhir rata-rata tumbuh 3,6% per tahun.

Jumlah pabrikan HT didominasi SKT gol. IIIB sebesar 44%

Penerimaan cukai HT didominasi oleh SKM gol.I sebesar 73,8% 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 4198 4669 3281 2495 1994 1664 1320 1206 995 713

Produksi Hasil Tembakau

Jenis HT Gol. Jumlah Pabrik % Pabrik Penerimaan Cukai (Miliar Rp) % Penerimaan Cukai SKM I 14 2,0% 91.155 73,8% IIA 84 11,8% 4.252 3,4% IIB 148 20,8% 5.761 4,7% Jumlah 246 34,5% 101.168 81,9% SKT IA 1 0,1% 3.921 3,2% IB 15 2,1% 8.459 6,8% IIA 6 0,8% 452 0,4% IIB 15 2,1% 693 0,6% IIIA 88 12,3% 700 0,6% IIIB 316 44,3% 297 0,2% Jumlah 441 61,9% 14.522 11,8% SPM I 1 0,1% 6.936 5,6% IIA 7 1,0% 305 0,2% IIB 18 2,5% 576 0,5% Jumlah 26 3,6% 7.818 6,3% Total 713 2015 2 2 2 .7 3 2 1 7 .0 6 2 3 6 .8 0 2 6 5 .5 5 2 8 0 .9 1 2 9 2 .3 2 3 1 7 .8 1 3 2 5 .7 6 3 4 5 .8 9 3 4 4 .5 2 3 4 8 .1 2 -2.55% 9.10% 12.14% 4.06% 8.72% 2.50% 6.18% -0.40% 1.05% -4.00% -2.00% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00% 14.00% 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 P ro d u ksi (M iliar , Btg) Jumlah Pabrik HT

1

0

Jumlah pabrikan HT dalam trend turun. (antara 2006 dan 2015 turun 83%)

(11)

Market Share per Jenis & Golongan Hasil Tembakau (2010-2015)

• Data tahun 2015, sekitar 89 % market share rokok nasional

diproduksi oleh Pabrikan rokok di golongan I

• Di kelompok SKM & SPM, peningkatan market share terjadi di

Gol I.

• Di kelompok SKT, semua Golongan mengalami penurunan

market share.

61.94% 63.75% 65.29% 68.58% 72.62% 73.35% 31.82% 30.37% 28.63% 25.43% 21.67% 20.88% 6.24% 5.87% 6.08% 5.99% 5.71% 5.77% 2010 2011 2012 2013 2014 2015 SKM SKT SPM 2010 2011 2012 2013 2014 2015 III IIB IIA IB IA SKT 2010 2011 2012 2013 2014 2015 IIB IIA I SPM 2010 2011 2012 2013 2014 2015 IIB IIA I

Market Share per Jenis

Market Share per Golongan Produksi

SKM

1

1

(12)

Ekspor-Impor Hasil Tembakau

12

Nilai ekspor hasil tembakau pertumbuhan stabil (naik 46% dari tahun 2012 ke 2015)

Impor hasil tembakau turun sebesar 40% dari tahun 2012 ke tahun 2015. Penurunan impor dikontribusikan oleh bahan baku berupa tembakau/tembakau belum dipabrikasi (HS 24.01) sebesar 37,4% dan tembakau dipabrikasi lainnya (HS 24.03) sebesar 74% dari tahun 2012 ke tahun 2015

• Produksi tanaman tembakau di Indonesia mencapai

puncaknya di tahun 2012 sebesar 260.818 ton, naik sebesar 21% dibanding tahun sebelumnya

• Dari jumlah produksi tembakau nasional, rata-rata sebesar

22% diekspor dalam kurun 5 tahun terakhir

• Rata-rata impor tembakau selama 5 tahun terakhir sebesar

51% (tahun 2013 pernah mencapai hampir 74%)

(13)

Affordability & Beban Cukai Riil

• Affordability dihitung berdasarkan relative income

price dengan indikator Harga Jual Eceran (HJE) rata-rata tertimbang dan GDP per capita per tahun

• Affordability harga rokok di Indonesia menunjukkan

sedikit penurunan hal ini mengindikasikan harga rokok tahun 2015 relatif semakin terjangkau dibandingkan tahun 2010

Kenaikan beban cukai selama ini selalu disesuaikan dari tahun ke tahun di atas inflasi

Affordability Harga Rokok per Bungkus

Cukai Nominal & Cukai Riil

• Di tahun 2016, selain SKM I, harga transaksi pasar

(HTP) lebih dari 100% di atas harga jual eceran (HJE)

• Namun demikian, rasio HTP per HJE mengalami

penurunan dibanding tahun lalu

220 240 283 308 318 355 205 231 264 282 301 337 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Cukai Nominal Cukai Riil

10.7% 9.6% 8.9% 9.4% 8.7% 9.5% 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1

3

(14)

Benchmarking Beban Perpajakan Terhadap Hasil Tembakau

14

% Perpajakan (Cukai, PPN HT, Pajak Rokok)

Hasil Tembakau Terhadap HJE di Beberapa Negara

76.0 74.3 73.1 66.2 64.4 60.4 57.5 56.7 55.4 51.6 41.6 Bangladesh (2014) Thailand (2014) Jepang (2014) Indonesia (2016) Malaysia (2014) Vietnam (2014) China

Tahun 2015 menaikan cukai rokok dari 5 menjadi 11% pada distributor, dengan tambahan cukai spesifik 0,1RMB (0,015 USD) per bungkus

Australia

Selama 4 tahun ke depan akan menaikkan pajak rokok sebesar 12,5% setiap tahun. Berlaku mulai 1 September 2017

Phillipina

Simplifikasi struktur dari 4 layer 2012 menjadi tarif tunggal 2017, setelah tahun 2018, cukai naik setiap tahun 4% (penyesuaian otomatis/indeksasi)

Kebijakan Terkini di Beberapa Negara

Benchmarking Dasar Pengenaan Besaran Tarif

• Menaikkan beban perpajakan sebesar paling sedikit 70% atau 2/3 dari harga rokok sebagaimana rekomendasi dari WHO • Mengurangi keterjangkauan harga rokok

• Mengurangi konsumsi dan tingkat prevalensi

Negara 2010 2012 2014 2016 Australia 28.8% 6.5% 16.5% 32.2% New Zealand 17.4% 27.8% 23.4% Malaysia 5.6% 15.8% 13.6% 60.0% Brunei 0.0% 316.7% 0.0% Indonesia 16% 16,3% 10% 12,5% 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Premium 28.3 25 27 28 29 30 High 12 25 27 28 29 30 Medium 7.56 12 17 21 25 30 Low (Highest market share) 2.72 12 17 21 25 30

% Kenaikan Cukai Beberapa Tahun Terakhir di Beberapa Negara

Simplifikasi Struktur di Philippina (Peso per bungkus isi 20 batang)

• UU Cukai, maksimum cukai HT sebesar 57% dari HJE • Saat ini cukai HT rata rata sebesar 44,4%, namun beban

perpajakan HT keseluruhan sebesar 57,5%

• Kenaikan tarif cukai tertinggi terjadi di tahun 2012 sebesar 16,3% dan terjadi kenaikan penerimaan cukai tertinggi (23,6%)

(15)

Harga Merk Rokok Yang Populer

(USD/bungkus)

Source: SEATCA Report, 2015

Beban Pajak Rokok

(% dari Harga Jual Eceran)

(16)

Komponen Harga dalam Produk Hasil Tembakau

Cukai

(Rp./batang)

Jenis Pajak

Pada Produk Hasil Tembakau

• UU No.39 Tahun 2007 tentang Cukai (max. 57%) • PMK 147/PMK.10/2016

Pajak Rokok

(Rp./batang – 10% dari tarif cukai)

• UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah

PPN

(8.7% dari harga banderol)

• PMK 174/PMK.03/2015 57,0% 5,7% 8,7% *) 28,6%

Potensi Optimalisasi Tarif Pajak Dalam Rokok

Cukai

Pajak rokok

PPN HT

±20%

biaya produksi + biaya distribusi

+ upah tenaga kerja + marjin ritel

± 10%

keuntungan pabrikan

lebih dari

70%

penjualan rokok

masuk ke kas

Negara

(17)

HASIL SURVEY ROKOK ILEGAL

- TINGKAT PELANGGARAN -

1.77% 3.41% 4.54% 5.49% 3.51% 1.52% 1.25% 1.17% 1.42% 1.58% 0.47% 0.57% 1.03% 1.25% 1.95% 1.00% 0.46% 1.69% 2.04% 1.16% 1.43% 2.35% 3.30% 3.99% 3.92%

2010

2012

2014

2016*

2016**

Salah Personalisasi

Salah Peruntukan

Bekas

Palsu

Polos

Sumber data : Survey Cukai Rokok Ilegal 2010, 2012, 2014, 2016, diolah

12,13%

16.112 pack

14,19%

11,74%

21.078 pack

8,38%

22.163 pack

6,14%

20.886 pack

GAP/ Extra Effort 2,06%

↑2,24%

↑3,36%

↑0,39%

* Proyeksi tingkat pelanggaran cukai rokok ilegal 2016

**Berdasarkan data survey cukai rokok ilegal 2016

(18)

HASIL SURVEY ROKOK ILEGAL

- PERINGKAT BERDASAR JENIS PELANGGARAN -

RANK

2010

2012

2014

2016*

2016**

1

SALAH

PERSONALISAS

I

SALAH

PERSONALISASI

SALAH

PERSONALISASI

SALAH

PERSONALISASI

POLOS

2

SALAH

PERUNTUKAN

POLOS

POLOS

POLOS

SALAH

PERSONALISASI

3

POLOS

SALAH

PERUNTUKAN

PALSU

PALSU

PC BEKAS

4

PALSU

PC BEKAS

SALAH

PERUNTUKAN

SALAH

PERUNTUKAN

SALAH

PERUNTUKAN

5

PC BEKAS

PALSU

PC BEKAS

PC BEKAS

PALSU

Sumber data : Survey Cukai Rokok Ilegal 2010, 2012, 2014, 2016, diolah * Proyeksi jenis pelanggaran cukai rokok ilegal 2016 **Berdasarkan data survey cukai rokok ilegal 2016

• Salah Personalisasi: Pita Cukai dengan kode personaliasi pabrikan tertentu dilekatkan ke produk pabrikan rokok yang lain • Salah Peruntukan: Pita Cukai untuk jenis HT tertentu dilekatkan ke jenis HT yang berbeda

• Polos: Tanpa Pita Cukai

• Bekas: Memakai Pita Cukai Bekas Pakai • Palsu : Memakai Pita Cukai Palsu

(19)

Perkembangan proses bisnis yang dinamis (amandemen terakhir pada tahun 2007)

Tarif cukai hasil tembakau saat ini (maks. 57%) perlu disesuaikan untuk lebih optimal

fungsinya sebagai pengendalian konsumsi

Standar global tarif cukai rokok berdasarkan rekomendasi WHO adalah 2/3 (67%)

dari HJE

Ekstensifikasi obyek barang kena cukai berdasarkan international best practices

Proses ekstensifikasi barang kena cukai dengan Peraturan Pemerintah dirasa cukup

berat

Antisipasi revisi UU PPN dan PPnBM yang akan menghapus/memindahkan PPnBM

menjadi cukai

Evaluasi Pembebasan Cukai di Kawasan Pelabuhan Bebas/ Tempat Penimbunan

Berikat

Evaluasi Dana Bagi Hasil cukai hasil tembakau (DBH CHT)

Evaluasi ketentuan sanksi administrasi dan pidana cukai

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah dilakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga, maka sesuai dengan jadwal LPSE akan dilakukan pembuktian kualifikasi atas dokumen Penawaran

meeting yang memiliki suasana kondusif tanpa meninggalkan kebutuhan fungsi meeting itu sendiri. Perancangan Meeting Point ini mengambil lokasi di jalan Bandara

komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk dihasilkan. arus data yang akan keluar

[r]

Penelitian Prasetyo dan Djumahir (2013) menggunakan variabel fundamental berupa profitabilitas, ukuran perusahaan, peluang pertumbuhan, struktur aktiva, non debt tax shield

Pada hari ini Selasa tanggal dua bulan September tahun dua ribu empat belas , selaku Pokja Tahap XI PLP Kabupaten Purwakarta berdasarkan Surat Perintah Ketua

Minat beli terlihat masih cukup kuat baik dari investor local maupun asing, namun sentiment negative bursa regional dapat menghambat pergerakan indeks sehingga

Saya sedang melakukan penelitian mengenai pola sidik jari dan sudut atd pada anak autisme di bina autis mandiri palembang sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana