• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI PEMBANGUNAN DIKDASMEN PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMALISASI PEMBANGUNAN DIKDASMEN PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI PEMBANGUNAN DIKDASMEN

PROVINSI SUMATERA UTARA

Suripto1

Abstract

Salah satu fokus utama pembangunan Provinsi Sumatera Utara yakni peningkatan kualitas sumber daya manusia. Strateginya antera lain dengan peningkatan dan pemerataan akses pendidikan yang berkualitas . Selanjuntya untuk mengakselerasinya strategi tersebut, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Dinas Pendidikan se-provinsi sumatera utara menyelenggarakan rapat koordinasi dan menghasilkan sebelas rekomendasi percepatan pembangunan pendidikan. Kajian ini memberikan gambaran tentang Bagaimana kondisi pendidikan di Pemprov. Sumut ? Siapakah Kabupaten / Kota yang menyelenggarakan pendidikan relative terbaik dan relative terburuk ? dan, Sekolah mana yang telah baik dalam penyelenggaraannya ? Metode analisis yang digunakan adalah The Analytical

Hierarchy Process. Hasil analisis menunjukan bahwa Kota Medan (Kt M) merupakan kota dengan nilai tertinggi

dan Kabupaten Mandailing Natal (Kb. MN) dan Kabupaten Labuan Batu (Kb LB) dengan nilai terendah. Selanjuntya sebanyak 17 kabupaten memiliki nilai dibawah rata-rata. Selanjuntya untuk mengoptimalisasikan pembangunan dikdasmen kabupaten/kota dibuat secara clauster. Pembangunan Sekolah Dasar dibagi menjadi 5 clausters. Pembangunan SMP dapat dibagi menjadi 7 clausters. Pembangunan SMA dapat dibagi menjadi 11 clausters. Pembangunan SMK dapat dibagi menjadi 5 clausters.

Abstrak

One of the main focus of development in North Sumatra Province namely improving the quality of human resources. The strategy of other anther with increased and equitable access to quality education. Selanjuntya to mengakselerasinya strategy, the Regional Development Planning Agency and the Department of Education as the northern Sumatran province held a coordination meeting and resulted in eleven recommendations accelerating the development of education. This study provides a description of how the condition of education in the provincial government. North Sumatra? Who District of relative education and relative worst best? and, where schools are already well in its implementation? The analytical method used was The Analytical Hierarchy Process. The results show that the Medan Municipality (Kt M) is a city with the highest value and Mandailing Natal District (Kb. MN) and Labuan Batu District (Kb LB) with the lowest value. Furthermore, as many as 17 districts have values below average. Furthermore, to optimize Dikdasmen development district created clauster. Development of Primary Schools were divided into 5 clausters. SMP development can be divided into 7 clausters. Development of SMA can be divided into 11 clausters. Vocational development can be divided into 5 clausters.

Keywords

Pendidikan, Sumatera Utara, Dindasmen, Evaluasi Pendahuluan

Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Sumatera Utara Nomor 8 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2009 - 2013 difokuskan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia sumatera utara baik pada tingkat aparatur pemerintahan maupun anggota masyarakat.2 Strategi untuk mencapai hal tersebut, Pemerintah Daerah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) memiliki 4 (empat) kebijakan dalam pemenuhan kebutuhan pokok (Stategy Basic Need) meliputi :3

1 Peneliti Pusat Kajian Kinerja Kelembagaan-Lembaga Administrasi Negara, Jl. Veteran 10 Jakarta Pusat 10110, Telp/Faks +821-3848217, email Suripto3x@rocketmail.com atau rivto76@yahoo.co.id

2 http://www.sumutprov.go.id/ongkam.php?me=prioritas

(2)

• kebijakan penanggulangan kemiskinan

• kebijakan peningkatan derajat kesehatan dan pelayanan sosial

• kebijakan peningkatan dan pemerataan akses pendidikan yang berkualitas

• kebijakan pemberdayaan sumberdaya manusia demi kelangsungan masa depan masyarakat yang cerah

Dalam bidang peningkatan dan pemerataan akses pendidikan yang berkualitas merinci dalam 7 kebijakan action dan 12 sasaran. Kebijakan4

• Perluasan dan pemerataan akses Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang berkesetaraan Gender serta mengakomidir semua kebutuhan anak di Kabupaten/Kota.

tersebut meliputi :

• Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan Dasar Universal Bermutu dan berkesetaraan Gender di Kabupaten/Kota.

• Perluasan dan Pemerataan Akses Pendididikan Menengah Bermutu, Berkesetaraan Gender dan relevan dengan pemerataan Masyarakat di Kabupaten/Kota.

• Perluasan dan Pemerataan Akses Pendididikan Khusus dan Pendidiakn Layanan Khusus, Berkesetaraan Gender dan relevan dengan pemerataan Masyarakat di Kabupaten/Kota.

• Perluasan dan Pemerataan Akses Pendididikan Tinggi yang bermutu, berdaya saing Internasional, Berkesetaraan Gender dan relevan dengan kebutuhan Bangsa dan Negara. • Perluasan dan Pemerataan Akses Pendididikan Nonformal Berbasis Pendidikan Kecakapan

Hidup yang bermutu dan berdaya saing.

• Penguatan Tata Kelola, Sistem Pengendalian Manajemen dan Sistem Pengawasan Intern. Sedangkan Sasarannya5

• Peningkatan pendidikan bagi anak usia dini yang merata dan berkesetaraan Gender agar seluruh potensi anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat usianya sehingga mereka memilih kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.

adalah sebagai berikut :

• Peningkatan perluasan dan pemerataan pelayanan Pendidikan Dasar Universal yang berkualitas dan berkesetaraan Gender sebagai bentuk pemenuhan hak warga negara untuk mengikuti Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

• Peningkatan Perluasan dan Pemerataan Pendidikan Menengah baik umum maupun kejuruan untuk mengantisipasi meningkatnya lulusan sekolah menengah pertama sebagai dampak keberhasilan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Penyediaan tenaga kerja lulusan pendidikan menengah yang berkualitas.

• Pemberian Perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung menjangkau layanan pendidikan sesuai potensi dan kebutuhannya.

• Peningkatan kualitas dan relevansi semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan, untuk memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, kecakapan spiritual, kecakapan emosi, dan kecakapan vokasional untuk bekerja dan usaha mandiri sesuai kebutuhan peserta didik dan pembangunan.

• Pengembangan Pendidikan multikultural yang terintegrasi ke dalam kompetensi materi pelajaran dan proses pembelajaran yang relevan untuk memantapkan wawasan kebangsaan

4 http://disdik.sumutprov.go.id/kebijakan.php 5 http://disdik.sumutprov.go.id/kebijakan.php

(3)

dan memperkuat pemahaman nilai-nilai pluralis, toleransi dan inklusif guna meningkatkan daya rekat sosial masyarakat Indonesia yang majemuk dan memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.

• Penciptaan institusi pendidikan yang sehat yang didukung oleh penerapan sistem kontrol dan jaminan kualitas pendidikan dan penilaian kinerja di tingkat satuan pendidikan melalui pelaksanaan evaluasi, akreditasi, sertifikasi dan pengawasan.

• Penyusunan berbagai upaya peningkatan kemampuan adaptif dan kompetitif satuan pendidikan dalam menghadapi era informasi dan ekonomi berbasis Pengetahuan.

• Pengembangan tenaga pendidik yang bermutu dan berkopetensi, serta menyebar merata sesuai dengan kebutuhan dan didukung dengan peningkatan kesejahteraannya.

• Pelaksanaan desentralisasi dan demokratisasi pembangunan sumberdaya manusia. • Pelaksanaan desentralisasi dan demokratisasi pembangunan sumberdaya manusia.

• Peningkatan pembiayaan pembangunan sumberdaya manusia untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengakses pelayanan sosial dasar.

Dalam mengakselerasi kebijakan dalam bidang pendidikan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Pendidikan se-provinsi sumatera utara pada tanggal 24 November 2010 menyelenggarakan rapat koordinasi dan menyepakati sebelas rekomendasi percepatan

pembangunan pendidikan6

Langkah percepatan peningkatan kualitas pendidikan Menurut Kepala Dinas Pendidikan Sumut dilakukan mengejar ketertinggalan dan memperbaiki berbagai sisi dalam pengelolaan pendidikan yang selama ini dianggap lemah dan mengembangkan sarana diperlukan. Bagaimana kondisi pendidikan di Pemprov. Sumut ? Siapakah Kabupaten / Kota yang menyelenggarakan pendidikan relative terbaik dan relative terburuk ? dan, Sekolah mana yang telah baik dalam penyelenggaraannya ? Tujuan Paper ini menyajikan secara besaran peta kondisi pendidikan pada setiap kabupaten dan kota di Pemprov. Sumut. Ruang lingkupnya pada pendidikan dasar dan menengah (dikdasmen) yang meliputi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

. Rekomendasi tersebut antara lain pembinaan dan koordinasi kegiatan percepatan peningkatan mutu pembelajaran. Langkah koordinasi dilakukan dengan penyiapan data data tentang sarana dan prasarana, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, siswa dan data guru yang telah lulus sertifikasi dan yang belum menerima tunjangan profesi dalam rangka penyusunan program Disdik Sumut tahun 2011.

Kondisi Dikdasmen Pemprov. Sumut

Perkembangan Dikdasmen tahun 2005 sampai dengan 2008 seperti pada Grafik 1 sampai Grafik 4. (lihat Lampiran 1 sampai Lampiran 4)

Perkembangan sekolah seperti pada Grafik 1 (lihat Lampiran 1). Perkembangan SD, Tahun 2006 meningkat 1,00 persen, Tahun 2007 menurun 4,50 persen dan 2008 meningkat 9,76 persen. Perkembangan SMP, Tahun 2006 meningkat 1,41 persen, Tahun 2007 meningkat 6,63 persen dan 2008 meningkat 1,05 persen. Perkembangan SMU, Tahun 2006 meningkat 36.62 persen, Tahun 2007 menurun 44.34 persen dan 2008 menurun 19.53 persen. Perkembangan SMK, Tahun 2006 menurun 2,81 persen, Tahun 2007 meningkat 5,32 persen dan 2008 meningkat 14,63 persen. Perkembangan sekolah secara keseluruhan selama Tahun 2005 – 2008, sekolah SD

(4)

meningkat 6,65 persen, SMP meningkat 8,92 persen, SMU menurun 9,34 persen dan SMK meningkat 16,90 persen.

Perkembangan guru seperti pada grafik 2 (lihat Lampiran 2). Perkembangan SD Tahun 2006 meningkat 3,88 persen, Tahun 2007 meningkat 12.68 persen dan 2008 menurun 14,36 persen. Perkembangan SMP Tahun 2006 meningkat 0,49 persen, Tahun 2007 meningkat 9,04 persen dan 2008 menurun 5,55 persen. Perkembangan SMU Tahun 2006 meningkat 34,12 persen, Tahun 2007 menurun 34,33 persen dan 2008 menurun 29,80 persen. Perkembangan SMK Tahun 2006 menurun 0,85 persen, Tahun 2007 meningkat 2,65 persen dan Tahun 2008 meningkat 9,24 persen. Perkembangan guru secara keseluruhan selama Tahun 2005 – 2008, sekolah SD meningkat 4,02 persen, SMP meningkat 4,46 persen, SMU menurun 14,86 persen dan SMK meningkat 10,89 persen.

Perkembangan siswa seperti pada grafik 3 (lihat Lampiran 3). Perkembangan SD Tahun 2006 meningkat 3,98 persen, Tahun 2007 menurun 0,43 persen dan 2008 meningkat 6,84 persen. Perkembangan SMP Tahun 2006 menurun 3,66 persen, Tahun 2007 meningkat 6,92 persen dan 2008 menurun 13,73 persen. Perkembangan SMU Tahun 2006 meningkat 29,89 persen, Tahun 2007 menurun 33,16 persen dan 2008 menurun 2,68 persen. Perkembangan SMK Tahun 2006 menurun 4,62 persen, Tahun 2007 meningkat 15,76 persen dan Tahun 2008 meningkat 18,96 persen. Perkembangan siswa secara keseluruhan selama Tahun 2005 – 2008, sekolah SD meningkat 7,36 persen, SMP meningkat 16,77 persen, SMU menurun 4,13 persen dan SMK meningkat 28,58 persen.

Perkembangan kelas seperti pada grafik 4 (lihat Lampiran 4). Perkembangan SD Tahun 2006 meningkat 6,47 persen, Tahun 2007 menurun 23,99 persen dan 2008 meningkat 12,50 persen. Perkembangan SMP Tahun 2006 meningkat 4,01 persen, Tahun 2007 menurun 16,73 persen dan 2008 meningkat 8,94 persen. Perkembangan SMU Tahun 2006 meningkat 75,05 persen, Tahun 2007 meningkat 15,17 persen dan 2008 meningkatkan 13,34 persen. persen. Perkembangan kelas secara keseluruhan selama Tahun 2005 – 2008, sekolah SD menurun 1,47 persen, SMP menurun 2,03 persen, dan SMU meningkat 81,66 persen.

Bila dibandingkan dengan perkembangan siswa dan perkembangan sekolah, maka perkembangan siswa lebih tinggi dibadingkan dengan perkembangan sekolah. SD lebih tinggi 0,72 persen, SMP lebih tinggi 7,85 persen, SMU lebih tinggi 13,47 persen dan SMK 11,68 persen. Demikian juga perbandingan perkembangan siswa dengan perkembangan guru, SD lebih tinggi 3,34 persen, SMP lebih tinggi 12,30 persen, SMU lebih tinggi 18,99 persen dan SMK lebih tinggi 17,70 persen.

Selanjuntya, Distribusi penyebaran dikdasmen di Pemprov Sumut berdasarkan jenjang pendidikan pada kabupaten /kota seperti pada Tabel 1 (lihat Lampiran 5). Kabupaten di Pemprov. Sumut. Meliputi Kabupaten Nias (Kb N), Mandailing Natal (Kb MN), Tapanuli Selatan (Kb TSn), Tapanuli Tengah (Kb TT), Tapanuli Utara (Kb TU), Toba Samosir (Kb TSr), Labuhan Batu (Kb LB), Asahan (Kb A), Simalungun (Kb Sn), Dairi (Kb D), Karo (Kb K), Deli Serdang (Kb DS), Langkat (Kb L), Nias Selatan (Kb NS), Humbang Hasundutan (Kb HH), Pakpak Bharat (Kb PB), Samosir (Kb Sr), Serdang Bedagai (Kb SB), Batu Bara(Kb BB), Padang Lawas Utara (Kb PLU), Padang Lawas(Kb PL), Labuhan Batu Selatan (Kb LBS), dan Labuhan Batu Utara (Kb LBU). Sedangkan Kota meliputi Kota Sibolga (Kt S), Tanjung Balai (Kt TB), Pematang Siantar (Kt PS), Tebing Tinggi (Kt TT), Medan (Kt M), Binjai (Kt B), dan Padangsidimpuan (Kt Ps).

(5)

Metode Analisis

Dalam memetakan aspek yang belum optimal dalam pembangunan dikdasmen menggunakan metode analisis The Analytical Hierarchy Process (AHP). Dimana, AHP merupakan teknik terstruktur yang dapat menggunakan data-data kuantitatif dan kunatitaf. Alat ini dikembangkan oleh Thomas L. Saaty untuk memilih keputusan yang kompleks. AHP dapat memberikan suatu kerangka komprehensif dan rasional untuk penataan masalah keputusan, untuk mewakili dan mengukur unsur-unsurnya, untuk menghubungkan elemen-elemen dengan tujuan secara keseluruhan, dan untuk mengevaluasi solusi alternatif. Dengan demikian, AHP dapat membantu para pengambil keputusan untuk menemukan satu pilihan alternative yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka. Prosedur untuk menggunakan AHP secara ringkas sebagai berikut :

• Menyusun model masalah sebagai hirarki keputusan yang berisi tujuan, alternatif solusi, dan kriteria untuk mengevaluasi alternatif.

• Menetapkan prioritas antara unsur-unsur hierarki dengan membuat serangkaian keputusan berdasarkan perbandingan berpasangan elemen.

• Menyimpulkan penilaian ini untuk menghasilkan satu set prioritas keseluruhan hirarki. • Memeriksa konsistensi penilaian. (nilai inkonsistensi ≥ 0,1)

• Hasil keputusan akhir berdasarkan hasil dari proses ini.

AHP yang digunakan dalam paper ini yakni Aplikasi Expert Choice 2nd Edition. Langkah AHP Expert Choice yakni menentukan tujuan, memilih objek, memilih kriteria dan sub kriteria serta

memilih alternative (lihat Lampiran 6).

Prioritas antara unsur-unsur di dalam hierarki dilakukan dengan membuat serangkaian keputusan berdasarkan perbandingan berpasangan elemen. Penilaian perbandingan tesebut dengan menggunakan skala dengan nilai 1 sampai dengan 9. Skala tersebut seperti pada Tabel 2 (lihat Lampiran 7).

Hasil Analisis

Dalam menganalisa Dikdasmen Provinsi Sumut menggunakan rasio data-data pada Tabel 1 (lihat Lampiran 5).

Synthesis secara keseluruhan tingkat jenjang pendidikan (dikdasmen) seperti pada Grafik 5 (lihat Lampiran 8). Hasil synthesis menunjukan nilai terendah 6 (Kb LBS dan KB KBU) dan tertinggi 65 (Kt M), sedangkan nilai synthesis rata-rata sebesar 33. Kabupaten/kota yang menyelenggarakan dikdasmen dengan nilai di atas rata-rata mulai dari yang tertinggi sampai terendah meliputi Kt M, Kt Ps, Kt S, Kb PB, Kb TT, Kb PL, Kb K, Kt TB, Kt PS, Kb D, Kb TSr, KB Sr, dan Kt B. Sedangkan yang dibawah rata-rata meliputi Kb HH, Kb DS, Kb A, Kb TSn, Kb NS, Kb BB, Kb PLU, Kb SB, Kb TU, Kb L, Kb N, Kb TT, Kb Sn, Kb MN, Kb LB, Kb LBS, dan Kb PLU. Selanjuntya, Fokus Optimalisasi Pembangunan dikdasmen pada setiap jenjang pendidikan dibahas lebih lanjut yang meliputi SD, SMP, SMU dan SMK.

Fokus Optimalisasi Pendidikan SD

Hasil nilai synthesis AHP pendidikan SD seperti pada Grafik 6 (lihat Lampiran 9) menunjukan bahwa sub kriteria guru nilai terendah 41 (Kb LBS dan Kb LBU) dan nilai tertinggi 685 (Kb PB)

(6)

dengan nilai rata-rata 210. Sub kriteria kelas nilai terendah 42 (Kb LBS dan Kb LBU) dan nilai tertinggi 940 (Kb PL) dengan nilai rata-rata 245. Sub kriteria sekolah nilai terendah 40 (Kb LBS dan Kb LBU) dan nilai tertinggi 510 (Kt M) dengan nilai rata-rata 227. Sub kriteria kelas nilai terendah 40 (Kb LBS dan Kb LBU) dan nilai tertinggi 610 (Kb Ps) dengan nilai rata-rata 208. Selanjuntya, optimalisasi pembangunan pendidikan SD difokuskan pada nilai sub kriteria di bawah rata. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diklasifikasi menjadi lima clausters sebagai berikut :

1. Fokus optimalisasi guru, siswa, sekolah dan kelas

Kabupaten dan Kota yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria guru, siswa, sekolah dan kelas meliputi Kb SB, Kb PLU, Kb NS, Kb N, Kb D, Kt B, Kb MN, Kb HH, Kb Sn, Kb TT, Kb TU, Kb TSr, Kb Sr, Kb LBS, dan Kb LBU.

2. Fokus optimalisasi Guru, Siswa dan Kelas

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria guru, siswa dan kelas meliputi Kt PS, Kb L, dan Kb LB.

3. Fokus optimalisasi Guru dan Siswa

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria guru dan siswa adalah Kb K.

4. Fokus optimalisasi Sekolah dan Kelas

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria sekolah dan kelas meliputi Kb A dan Kb TSn.

5. Fokus optimalisasi Siswa

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria siswa meliputi Kb BB dan Kb PB.

Fokus Optimalisasi Pendidikan SMP

Hasil nilai synthesis AHP pendidikan SMP seperti pada Grafik 7 (lihat Lampiran 10) menunjukan bahwa sub kriteria guru nilai terendah 45 (Kb LBS dan Kb LBU) dan nilai tertinggi 575 (Kt M) dengan nilai rata-rata 248. Sub kriteria siswa nilai terendah 42 (Kb LBS dan Kb LBU) dan nilai tertinggi 533 (Kt S) dengan nilai rata-rata 233. Sub kriteria sekolah nilai terendah 45 (Kb LBS dan Kb LBU) dan nilai tertinggi 884 (Kt TT) dengan nilai rata-rata 315. Sub kriteria kelas nilai terendah 43 (Kb LBS dan Kb LBU) dan nilai tertinggi 688 (Kt M) dengan nilai rata-rata 222. Selanjuntya, optimalisasi pembangunan pendidikan SMP difokuskan pada nilai sub kriteria di bawah rata-rata. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diklasifikasi menjadi tujuh

clauters sebagai berikut :

1. Fokus optimalisasi guru, siswa, sekolah dan kelas

Kabupaten dan Kota yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria guru, siswa, sekolah dan kelas meliputi Kb TU, Kb HH, Kb NS, Kb SB, Kb Sn, Kb TT, Kb BB, Kb N, Kb MN, Kb PLU, Kb TSn, Kb LB, Kb PL, Kb LBS, dan Kb LBU

2. Fokus optimalisasi Sekolah, Siswa dan Kelas

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria guru, siswa dan kelas adalah Kb A

(7)

3. Fokus optimalisasi Siswa, Sekolah dan Kelas

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria guru dan siswa adalah Kb SD

4. Fokus optimalisasi sekolah dan kelas

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria sekolah dan kelas adalah Kb PB

5. Fokus optimalisasi Siswa dan sekolah

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria siswa meliputi Kb L dan Kb TSr

6. Fokus optimalisasi Siswa

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria siswa meliputi Kt PS, Kt B Kb Sr , Kb D dan Kb K

7. Fokus optimalisasi Sekolah

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria siswa meliputi KKt TB dan Kt M

Fokus Optimalisasi Pendidikan SMU

Hasil nilai synthesis AHP pendidikan SMU seperti pada Grafik 8 (lihat Lampiran 11) menunjukan bahwa sub kriteria guru nilai terendah 38 (Kb LBS dan Kb LBU) dan nilai tertinggi 488 (Kb PL) dengan nilai rata-rata 206. Sub kriteria siswa nilai terendah 41 (Kb LBS dan Kb LBU) dan nilai tertinggi 778 (Kt S) dengan nilai rata-rata 230. Sub kriteria sekolah nilai terendah 41 (Kb LBS dan Kb LBU) dan nilai tertinggi 531 (Kt S) dengan nilai rata-rata 195. Sub kriteria kelas nilai terendah 50 (Kb LBS dan Kb LBU) dan nilai tertinggi 621 (Kb. PL) dengan nilai rata-rata 197. Selanjuntya, optimalisasi pembangunan pendidikan SMU difokuskan pada nilai sub kriteria di bawah rata-rata. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diklasifikasi menjadi sebelas clausters sebagai berikut :

1. Fokus optimalisasi guru, siswa, sekolah dan kelas

Kabupaten dan Kota yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria guru, siswa, sekolah dan kelas meliputi Kt TT, Kb SB, Kb TT, Kb BB, Kt Ps, Kb SD, Kb L, Kb A, Kb TSr, Kb MN, Kb LB, Kb LBS dan Kb LBU

2. Fokus optimalisasi Guru, Sekolah dan Kelas

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria guru, siswa dan kelas adalah Kb TU, Kb PLU

3. Fokus optimalisasi Guru, Siswa dan Kelas

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria guru dan siswa adalah Kt TB

4. Fokus optimalisasi guru dan kelas

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria sekolah dan kelas adalah Kb HH dan Kb Sn

5. Fokus optimalisasi Siswa dan kelas

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria siswa meliputi Kt PS dan Kt B

(8)

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria siswa meliputi Kb TSn 7. Fokus optimalisasi Sekolah dan kelas

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria siswa meliputi Kb PB 8. Fokus optimalisasi Siswa dan kelas

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria siswa meliputi Kb K 9. Fokus optimalisasi Guru

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria siswa meliputi Kb N 10. Fokus optimalisasi Siswa

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria siswa meliputi Kb M 11. Fokus optimalisasi Sekolah

Kabupaten yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria siswa meliputi Kb PL, Kb Sr dan Kb NS

Fokus Optimalisasi Pendidikan SMK

Hasil nilai synthesis AHP pendidikan SMK seperti pada Grafik 9 (lihat Lampiran 12) menunjukan bahwa sub kriteria guru nilai terendah 43 (Kb LBS dan Kb LBU) dan nilai tertinggi 524 (Kb. PB) dengan nilai rata-rata 199. Sub kriteria siswa nilai terendah 43 (Kb LBS dan Kb LBU) dan nilai tertinggi 827 (Kb PLU) dengan nilai rata-rata 253. Sub kriteria sekolah nilai terendah 43 (Kb LBS dan Kb LBU) dan nilai tertinggi 678 (Kt Ps) dengan nilai rata-rata 243. Selanjuntya, optimalisasi pembangunan pendidikan SMP difokuskan pada nilai sub kriteria di bawah rata-rata. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diklasifikasi menjadi lima sebagai berikut :

1. Fokus optimalisasi guru, siswa dan sekolah

Kabupaten dan Kota yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria guru, siswa, sekolah dan kelas meliputi Kb MN, Kb TSr, Kb TSn , Kb N, Kb TT, Kt M, Kt PS, Kb LB, Kb TU, Kb Sn, Kb A, Kb SD, Kb SB, Kb L, Kb LBS, dan Kb LBU,

2. Fokus optimalisasi guru dan, siswa

Kabupaten dan Kota yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria guru, siswa, sekolah dan kelas meliputi Kb BB

3. Fokus optimalisasi siswa dan sekolah

Kabupaten dan Kota yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria guru, siswa, sekolah dan kelas meliputi Kb NS

4. Fokus optimalisasi siswa, sekolah

Kabupaten dan Kota yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria guru, siswa, sekolah dan kelas meliputi Kt TB dan Kt B

5. Fokus optimalisasi siswa, sekolah

Kabupaten dan Kota yang perlu meningkatkan optimalisasi pada sub kriteria guru, siswa, sekolah dan kelas meliputi Kb HH dan Kb PB

(9)

Penutup

Hasil synthesis AHP menunjukan bahwa pembangunan dikdasmen di Provsinsi Sumut sebanyak 17 kabupaten memiliki nilai dibawah rata-rata. Penyelenggaraan pembangunan dikdasmen dengan nilai tertinggi adalah Kt M dan terendah Kb. MN dan Kb LB, sedangkan Kb LBS dan Kb LBU terendah karena tidak memiliki data. Setiap kabupaten/kota memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dalam mengoptimalkan pembangunan dikdasmen. Oleh karena itu, diperlukan peta fokus pembangunan dikdasmen Provinsi Sumut. Hasil analisis diatas menyimpulkan sebagai berikut :

• Pembangunan SD dapat dibedakan menjadi 5 clausters. • Pembangunan SMP dapat dibedakan menjadi 7 clausters. • Pembangunan SMA dapat dibedakan menjadi 11 clausters. • Pembangunan SD dapat dibedakan menjadi 5 clausters.

Kajian ini tentunya masih banyak memiliki kelemahan dan masih diperlukan pendalaman kajian untuk lebih dapat aplikatif. Namun demikian diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam pembangunan dikdasmen provinsi sumut yang lebih optimal. Terima kasih.

Lampiran 1

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2009

Grafik1

Perkembangan Sekolah Lampiran 2

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2009

Grafik 2 2008 2007 2006 2005 SD 10,277 9,274 9,691 9,594 SMP 1,996 1,975 1,844 1,818 SMU 717 857 1,237 784 SMK 704 601 569 585 -2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 2008 2007 2006 2005 SD 82,772 94,659 82,647 79,444 SMP 38,569 40,711 37,030 36,847 SMU 17,804 23,109 31,042 20,450 SMK 15,902 14,433 14,051 14,171 -10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000 100,000

(10)

Perkembangan Guru

Lampiran 3

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2009

Grafik 3

Perkembangan Siswa Lampiran 4

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2009

Grafik 4

Perkembangan Kelas Lampiran 5

Tabel 1

Distribusi Dikdasmen Provinsi Sumatera Utara

Kabupaten/ Kota SD SMP SMU SMK

S G M K S G M K S G M K S G M Kb N 419 2.973 77.747 2.744 68 1.186 21.978 619 28 575 10.591 178 26 267 7035 Kb MN 392 2.674 65.352 2.534 70 1.254 17.753 664 19 391 6.083 271 15 408 6034 Kb TSn 690 2.391 122.569 3.706 83 797 16.643 430 27 500 9.572 97 8 143 3365 Kb TT 298 2.128 44.888 1.913 45 750 17.940 412 18 326 7.303 142 13 159 3898 Kb TU 386 2.427 46.302 2.408 63 1.251 25.322 466 24 663 13.605 269 20 398 7279 Kb TSr 219 1.600 23.658 1.403 38 808 17.437 281 16 357 6.499 195 20 478 8832 2008 2007 2006 2005 SD 1,939,595 1,806,847 1,814,579 1,796,775 SMP 670,079 578,068 538,039 557,710 SMU 306,534 314,759 419,143 293,881 SMK 249,649 202,310 170,418 178,294 -500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 2008 2007 2006 2005 SD 69,866 61,130 75,794 70,893 SMP 15,698 14,295 16,686 16,017 SMU 9,769 8,466 7,182 1,792 -10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000

(11)

Kb LB 738 6.638 136.650 6.167 120 488 10.453 961 46 984 16.752 709 37 755 14189 Kb A 654 3.473 140.685 4.395 109 2.226 43.765 1.040 55 1.280 20.682 457 34 831 8494 Kb Sn 852 6.293 118.615 5.483 143 2.986 42.404 1.220 45 1.156 18.593 1545 34 621 11731 Kb D 259 2.250 45.153 1.731 50 999 22.501 504 20 495 12.952 199 10 256 6375 Kb K 285 2.843 45.079 4.444 56 1.447 20.375 562 20 751 10.487 251 9 315 4747 Kb SD 769 8.709 191.716 6242 189 4.634 61.930 1.469 84 2.077 26.364 704 97 2032 27998 Kb L 610 6.010 125.962 4564 135 2.381 39.849 1.384 60 888 18.176 391 49 801 13390 Kb NS 690 2.347 60.902 1.722 52 521 15.491 269 23 170 4.334 40 20 130 4284 Kb HH 222 1.239 31.773 1.486 38 633 16.881 352 12 342 7.075 413 12 118 5568 Kb PB 50 1.267 7.904 344 13 101 4.500 110 4 68 2.549 39 10 26 1580 Kb Sr 201 919 20.811 1.219 30 505 14.333 352 11 262 5.763 70 6 198 3611 Kb SB 471 3.490 77.382 2.937 76 1.367 24.774 663 24 510 9.179 231 28 398 6784 Kb BB 239 3.126 52.581 1.702 50 790 12.211 259 19 518 6.721 174 9 264 3937 Kb PLU 195 1.059 31.665 1.125 31 246 5.429 141 10 125 3.139 82 3 45 2115 Kb PL 176 1.045 60.765 1.026 33 385 5.592 205 7 239 1.943 20 5 70 2567 Kb LBS X X X X x x x X X X X X X X x Kb LBU X X X X x x x X X X X X X X x Kt S 55 643 15.936 372 13 383 8.734 137 8 253 9.851 154 8 309 4193 Kt TB 74 874 21.315 548 23 384 11.172 194 9 240 5.146 148 7 115 2878 Kt PS 160 1.546 31.684 1.144 42 1.264 22.771 455 29 1.063 17.978 416 38 1039 14386 Kt TT 92 1.090 23.343 635 21 567 13.662 273 16 452 8.835 185 13 496 6750 Kt M 803 10.981 260.597 6.301 338 8.442 121.267 960 39 1.851 25312 2162 138 3629 49854 Kt B 189 1.535 27.875 1.148 40 1.062 19.923 386 24 815 12.699 253 20 526 8850 Kt Ps 89 1.292 27.686 423 27 712 14.989 302 20 553 8.351 244 15 1039 8925 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2009

Keterangan : S : Sekolah, G : Guru, M :Murid/Siswa, K : Kelas

Lampiran 6

Sumber : diadopsi dari http://en.wikipedia.org/wiki/Analytic_hierarchy_process

Gambar 1

(12)

Lampiran 7

Tabel 2

Skala fundemental untuk kontribusi berpasangan

Nilai Definisi Penjelasan

1 Sama Dua Unsur sama memberikan kontribusi kepada tujuan

3 Sedang Pengalaman dan penilaian sedikit demi satu elemen atas yang lain 5 Kuat Pengalaman dan penilaian sangat mendukung dua elemen di atas yang lain 7 Sangat Kuat Satu elemen lebih disukai sangat kuat atas yang lain, dominasi ditunjukkan dalam

praktek

9 Tertinggi Bukti yang menguntungkan salah satu unsur di atas yang lain adalah urutan yang tertinggi afirmasi

Intensitas 2,4,6, dan 8 dapat digunakan untuk mengekspresikan nilai-nilai menengah. Intensitas 1.1, 1.2, 1.3, ect. Dapat digunakan untuk elemen yang sangat dekat pada pentingnya

Sumber : diadopsi dari http://en.wikipedia.org/wiki/Analytic_hierarchy_process

Lampiran 8

Sumber : Hasil Analisis Aplikasi Expert Choice 2nd Edition

Grafik 5

Hirarki AHP Evaluasi Dikdasmen Provinsi Sumatera Utara Lampiran 9

Sumber : Hasil Analisis Aplikasi Expert Choice 2nd Edition

Grafik 6 Pairwise pendidikan SD 24 22 29 24 25 33 22 30 23 34 40 31 25 29 32 53 33 26 29 29 47 6 6 60 40 40 50 65 33 63 Kb N Kb MN Kb TSn Kb TT Kb TU Kb TSr Kb LB Kb A Kb Sn Kb D Kb K Kb SD Kb L Kb NS Kb HH Kb PB Kb Sr Kb SB Kb BB Kb PLU Kb PL Kb LBS Kb LBU Kt S Kt TB Kt PS Kt TT Kt M Kt B Kt Ps Synthesis 0 200 400 600 800 1000

Kb NKb MNKb TSn Kb TTKb TUKb TSrKb LB Kb A Kb Sn Kb D Kb K Kb SD Kb L Kb NSKb HHKb PB Kb Sr Kb SBKb BBKb PLUKb PLKb LBSKb LBU Kt S Kt TB Kt PS Kt TT Kt M Kt B Kt Ps

(13)

Lampiran 10

Sumber : Hasil Analisis Aplikasi Expert Choice 2nd Edition

Grafik 7

Pairwise pendidikan SMP Lampiran 11

Sumber : Hasil Analisis Aplikasi Expert Choice 2nd Edition

Grafik 8

Pairwise pendidikan SMU Lampiran 12

Sumber : Hasil Analisis Aplikasi Expert Choice 2nd Edition

Grafik 9 Pairwise pendidikan SMK 0 200 400 600 800 1000

Kb NKb MNKb TSn Kb TTKb TUKb TSrKb LB Kb A Kb Sn Kb D Kb K Kb SD Kb L Kb NSKb HHKb PB Kb Sr Kb SBKb BBKb PLUKb PLKb LBSKb LBU Kt S Kt TB Kt PS Kt TT Kt M Kt B Kt Ps

Guru Siswa Sekolah Kelas

0 200 400 600 800 1000 Kb N Kb MN Kb TSn Kb TT Kb TU Kb TSr Kb LB Kb A Kb Sn Kb D Kb K Kb SD Kb L Kb NS Kb HH Kb PB Kb Sr Kb SB Kb BB Kb PLU Kb PL Kb LBS Kb LBU Kt S Kt TB Kt PS Kt TT Kt M Kt B Kt Ps

Guru Siswa Sekolah Kelas

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Kb N Kb MN Kb TSn Kb TT Kb TU Kb TSr Kb LB Kb A Kb Sn Kb D Kb K Kb SD Kb L Kb NS Kb HH Kb PB Kb Sr Kb SB Kb BB Kb PLU Kb PL Kb LBS Kb LBU Kt S Kt TB Kt PS Kt TT Kt M Kt B Kt Ps

(14)

Daftar Pustaka

Ernest H. Forman, Mary Ann Selly (2001) Decision By Objectives How To Convince Others That You Are Right, World Scientific Publishing, Singapore

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara no. 8 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2009 - 2013

Analytic Hierarchy Process diunduh dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Analytic_hierarchy_process Kebijakan & Sasaran Pendidikan Sumut, diunduh dari

http://disdik.sumutprov.go.id/kebijakan.php

Disdik Se-Sumut Sepakati 11 Percepatan Pendidikan diunduh dari http://www.sumutprov.go.id/lengkap.php?id=2811

Strategi Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara (Sesuai Perda No.8 Tahun 2009) http://www.sumutprov.go.id/ongkam.php?me=strategi

Tabel-Tabel Sosial Provinsi Sumatera Utara 2008 diunduh dari http://sumut.bps.go.id/?qw=stasek&ns=04#

Prioritas Pembangunan Daerah Propinsi Sumatera Utara diunduh dari http://www.sumutprov.go.id/ongkam.php?me=prioritas

Gambar

Grafik 2 20082007 2006 2005SD10,277 9,274 9,691  9,594 SMP1,996 1,975 1,844 1,818 SMU717 857 1,237 784 SMK704 601 569 585 2,000 -4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 200820072006 2005SD82,772 94,659 82,647  79,444 SMP38,569 40,711 37,030 36,847 SMU17,804 23,109

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian “Analisis Isi Perilaku Prososial dan antisosial dalam Film Arisan2!” , didapatkan 110 potongan gambar atau 50% tayangan yang menggambarkan

Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa adversity quotient berhubungan dengan intensi mahasiswa untuk melakukan social loafing karena mahasiswa yang memiliki

Kasus yang pertama jika kegagalan terjadi pada pengiriman data sangat kecil, karena jika memakai tunnel mode IPsec ini sama saja seperti jaringan LAN.. Komputer hanya

Perkembangan teknologi embedded system memungkinkan dibuatnya suatu papan pengontrol/controller untuk sistem otomasi dan keamanan rumah yang bersifat umum, yang

E-Health adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi termasuk pula elektronika, telekomunikasi, komputer dan informatika untuk memproses berbagai jenis

Analisa kestabilan lereng metode slice (metode janbu) pada Jalan Manado By Pass Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa program slide dapat memberikan

Sosiolinguistik adalah ilmu yang membahas fenomena bahasa atau penggunaan bahasa yang berkaitan dengan kelompok atau manusia yang berada di dalam sebuah masyarakat.. Sanada

Sehingga harus dilakukan penyesuaian atas penghasilan komersil (Munawir dalam Fitria, 2017:29). 7) Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf a UU PPh, bantuan atau sumbangan