• Tidak ada hasil yang ditemukan

Afifah Wulandari Drs. A. Mulyo Haryanto, M.Si. ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Afifah Wulandari Drs. A. Mulyo Haryanto, M.Si. ABSTRACT"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

UNDERPRICING

PADA PENAWARAN UMUM PERDANA (IPO) (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Publik Yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010)

Afifah Wulandari Drs. A. Mulyo Haryanto, M.Si.

ABSTRACT

The underpricing phenomenon often occurs in the companies that made an Initial Public Offering (IPO). Data from the Indonesia Stock Exchange, during the period 2006 through 2010, shows that there were 77 companies from 88 companies were undervalue in initial public offering. Therefore, the problem in this research is: "What are the factors that can affect the underpricing phenomenon in most of the stock prices of companies that do an IPO?". There are five variables which as Debt to Equity Ratio, Return On Assets, company size, company age, and number of shares offered that selected in this study. Basically, the purpose of this study is to determine what factors are affecting underpricing at the company that made IPO in Indonesia Stock Exchange.

This research was conducted with a purposive sampling method against 70 companies that made an initial public offering (IPO) on the Indonesian Stock Exchange in the period 2006-2010. Analysis of data obtained with quantitative analysis. This study using multiple linear regression analysis.

The results of this study indicate that the DER and Offer has a positive effect on Underpricing, while ROA, Age, and Size has a negative effect on underpricing.

Keywords: Underpricing, Debt to Equity Ratio, Return On Assets, company size, company age, number of shares offered

(2)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam beberapa waktu terakhir, pasar modal di Indonesia mengalami peningkatan sehingga semakin banyak saham-saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kegiatan perusahaan untuk menjual sahamnya kepada publik melalui pasar modal melalui pasar perdana untuk pertama kalinya disebut sebagai penawaran umum perdana atau yang dikenal sebagai Initial Public

Offering atau penawaran umum perdana (IPO).

Menurut Suyatmin dan Sujadi (2006), permasalahan yang dihadapi perusahaan ketika melakukan penawaran saham perdana di pasar modal adalah penentuan besarnya harga penawaran perdana. Berikut ini adalah daftar

underpricing dan overpricing IPO tahun 2006 hingga 2010. Tabel 1.1

Perkembangan IPO Tahun 2006-2010

Tahun Jumlah Emiten/ Tahun Under pricing Rata-Rata Nilai Underpricing Over pricing Rata-rata Nilai Overpricing Tetap 2006 12 12 37.28% 0 0% 0 2007 22 20 49.09% 2 -10.88% 0 2008 19 15 33.63% 3 -8.55% 1 2009 13 9 19.59% 4 -9.41% 0 2010 22 21 28.31% 1 -6.58% 0 Jumlah 88 77 10 1

Sumber: Bursa Efek Indonesia (Diolah)

Dari 88 perusahaan yang melakukan IPO selama tahun 2006 hingga 2010, 77 perusahaan mengalami underpricing. Oleh karena itu, kiranya perlu diteliti faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian-penelitian telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

(3)

tingkat underpricing, dan terdapat perbedaan hipotesis terhadap beberapa variable, diantaranya DER (Debt to Equity Ratio). Suyatmin&Sujadi (2006) menyatakan DER berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing Namun hasil penelitian Sulistio (2005), Mansur (2002) dan Handayani (2008) menyatakan variabel DER tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

ROA merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan untuk mendapat laba. Penelitian yang dilakukan Mansur (2002), Aini (2009), Yasa (2008), Handayani (2008), dan Suyatmin&Sujadi (2006) menyatakan variabel ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan Setianingrum (2005) menyatakan variabel ROA berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing.

Perusahaan dengan umur operasi yang lama kemungkinan akan menyediakan publikasi informasi perusahaan lebih luas dan lebih banyak bila dibandingkan dengan perusahaan yang baru saja berdiri. Penelitian yang dilakukan Suyatmin&Sujadi (2006), Aini (2009), Yasa (2008), Mansur (2002) dan handayani (2008) menyatakan variabel AGE berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing sedangkan Setianingrum (2005) menyatakan variabel AGE berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing.

Perusahaan yang berskala besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat daripada perusahaan dengan skala kecil. Bila informasi ditangan investor banyak maka tingkat ketidakpastian investor akan masa depan perusahaan dapat diketahui. Penelitian yang dilakukan Suyatmin&Sujadi (2006) menyatakan variabel SIZE berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing. Mansur (2002), Sulistio (2005), dan wardhani (2002) juga menyatakan variabel SIZE berpengaruh secara negatif signifikan terhadap tingkat underpricing tetapi hasil penelitian menunjukkan variable SIZE tidak berpengaruh terhadap tingkat

(4)

Perusahaan dengan skala usaha yang besar dan tingkat pertumbuhan yang tinggi diharapkan akan memberikan tingkat keuntungan yang tinggi maka akan menawarkan saham dengan nilai besar. Penelitian yang dilakukan Aini (2009), Takarini&Kustini (2007), dan Suyatmin&Sujadi (2006) menyatakan variabel OFFER berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing sedangkan Diananingsih (2002) menyatakan variabel OFFER berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.

Dari berbagai penelitian diatas dapat dijelaskan ketidakkonsistenan hasil penelitian sehingga masih perlu dilakukan penelitian kembali terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing.

1.2 Rumusan Masalah

Telah terjadi fenomena underpricing pada perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO di BEI periode 2006-2010 dan terjadi pula ketidak konsistenan hasil para peneliti-peneliti terdahulu. Maka dalam penelitian ini diajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap tingkat

underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO?

2. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO?

3. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO?

5. Apakah prosentase saham yang ditawarkan kepada masyarakat berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO?

6. Apakah Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Earning per

Share (EPS), umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan pengaruh prosentase

saham berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO secara simultan?

(5)

2. TELAAH PUSTAKA 2.1 Underpricing

Underpricing saham adalah suatu keadaan dimana harga saham yang

diperdagangkan di pasar perdana lebih rendah dibandingkan ketika di pasar sekunder (Sumarso, 2003 dalam Syahputra, 2008).

2.2 Teori-Teori dalam Underpricing

Teori-teori yang menjelaskan tentang harga saham IPO yang mengalami

underpricing dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Signalling Theory

Menurut Rahmawati (2007), penggunaan sinyal positif secara efektif dapat mengurangi tingkat ketidakpastian yang dihadapi investor, sehingga investor dapat membedakan kualitas perusahaan yang baik dan buruk. Allen dan Faulhaber (1989) mengasumsikan bahwa perusahaan memiliki informasi mengenai kualitas dan prospek perusahaannya yang tidak diketahui oleh investor luar.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing

Harga saham yang pertama kali diperdagangkan di pasar sekunder bagi perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) biasanya mengalami

underpricing. Dari penelitian terdahulu setidaknya ada beberapa faktor-faktor

keuangan dan non keuangan yang mempengaruhi terjadinya underpricing saham dan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

2.3.1 Financial Leverage

Pada penelitian terdahulu Aini (2009), Ariawati (2005), Setianingrum (2005), Yasa (2008), Suyatmin dan Sujadi (2006), dan Mansur (2002) mengatakan bahwa DER berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing.

(6)

DER berpengaruh positif terhadap underpricing karena secara teoritis DER menunjukkan risiko suatu perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian (Suyatmin dan Sujadi, 2006). Rumus Financial

Leverage atau DER adalah sebagai berikut :

2.3.2 Return On Assets

Menurut penelitian terdahulu, antara lain Mansur (2002), Aini (2009), Yasa (2008), dan Suyatmin&Sujadi (2006) mengatakan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.

2.3.3 Umur Perusahaan

Menurut para peneliti terdahulu, yaitu Suyatmin&Sujadi (2006), Aini (2009), Kusuma (2001), Yasa (2008), Mansur (2002) dan Handayani (2008) menyatakan variabel AGE berpengaruh negatif terhadap tingkat

underpricing. Semakin lama umur perusahaan maka informasi mengenai

perusahaan tersebut semakin besar dan memperkecil ketidakpastian pasar yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing saham.

2.3.4 Ukuran Perusahaan

Menurut para peneliti terdahulu, Suyatmin&Sujadi (2006), Aini (2009), dan Yasa (2008) menyatakan bahwa SIZE berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.

2.3.5 Prosentase Penawaran Saham Kepada Masyarakat

Menurut penelitian terdahulu yaitu Suyatmin dan Sujadi (2006) variabel OFFER berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing.

Dengan demikan semakin besar prosentase saham yang ditawarkan kapada masyarakat maka tingkat ketidakpastiannya akan semakin kecil, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing saham.

(7)

2.4 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran

3.5 Hipotesis

Hipotesis pada dasarnya adalah suatu anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, pemecahan persoalan maupun dasar penelitian lebih lanjut, anggapan sebagai satu hipotesis juga merupakan data tetapi karena kemungkinan bisa salah, apabila akan digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan harus diuji dahulu dengan memakai data hasil observasi. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Debt to Equity Rasio (DER) berpengaruh positif terhadap besarnya tingkat

underpricing.

Debt To Equity Ratio

Prosentase Penawaran Saham Umur Perusahaan Return On Assets Ukuran Perusahaan Underpricing H5 H4 H3 H1 H2

(8)

H2 :Return On Asset (ROA) berpengaruh negatif terhadap besarnya tingkat

underpricing.

H3 :Umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap besarnya tingkat

underpricing.

H4 :Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap besarnya tingkat

underpricing.

H5 :Prosentase saham yang ditawarkan kepada Masyarakat berpengaruh negatif terhadap besarnya tingkat underpricing.

(9)

2. METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

Tabel 3.1

Ringkasan Definisi Operasional dan Indikator Variabel

Variabel Definisi Rumus Skala

Underpricing (Y)

Selisih harga saham di pasar sekunder pada hari pertama dengan harga penawaran di pasar perdana. P1-P0 Rasio Debt to Equity Ratio (X1)

Prosentase total hutang

perusahaan terhadap modal sendiri. ℎ ℎ 100% Rasio Return On Assets (X2)

prosentase laba bersih perusahaan setelah pajak

dengan total asset

perusahaan. 100% Rasio Umur Perusahaan (X3)

pengurangan antara tahun saat IPO dengan tahun berdirinya perusahaan. ℎ − ℎ ℎ Tahun Ukuran Perusahaan (X4)

besarnya skala atau

ukuran dari perusahaan. Total Assets

Rupiah

Prosentase Penawaran Saham (X5)

perbandingan antara

jumlah saham yang dijual kepada public saat IPO

dengan total saham

beredar.

ℎ ℎ

100%

Rasio

3.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau masalah penelitian yang digunakan

(10)

(Ferdinand, 2006). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang melakukan Initial Public Offering dan mengalami underpricing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2006 sampai tahun 2010.

3.3 Teknik Analisis

Untuk menganalisis pengaruh perubahan variable independen terhadap dependen baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, maka digunakan regresi berganda (Multiple Regression). Regresi berganda adalah teknik untuk menjelaskan keterkaitan antara variable terikat dengan beberapa variable bebas. Fleksibilitas dan adaptifitas dari metode ini mempermudah peneliti untuk melihat suatu keterkaitan dari beberapa variable sekaligus (Hair et al, 1998 dalam Ariawati, 2005). Sebelum dilakukan pengujian dan regresi berganda, variable-variabel penelitian diuji apakah memenuhi asumsi klasik persamaan

regresi berganda, yaitu memenuhi asumsi normalitas, tidak adanya

heterokesdatisitas, autokorelasi, dan multikolinearisitas (Suyatmin dan Sujadi, 2006).

3.3.1 Uji Asumsi Klasik 3.3.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.

3.3.1.2 Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi antar variabel–variabel independent yang akan digunakan dalam persamaan regresi atau dengan menghitung nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factors ). Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen

(11)

(Ghozali, 2006). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel variabel independen.

3.3.1.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 ( sebelumnya ). Pengujian autokorelasi ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW-test).

3.3.1.4 Uji Heterokesdatisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID), yaitu dengan deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot antara SRESID dan ZPRED.

3.3.2 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Pada uji t, nilai probabilitas dapat dilihat pada hasil pengolahan dari program SPSS pada tabel coefficients kolom sig atau significance.

Persamaan regresi yang akan terjadi adalah sebagai berikut:

 = + 1 1 + 2 2 + 3 3 + 4 4 + 5 5 + 6 6 +

3.3.3 Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dari suatu persamaan regresi (Ghozali, 2006). Hipotesis nol yang dikemukakan dalam pengujian ini adalah bahwa semua variable independen yang dipergunakan dalam model persamaan regresi serentak tidak berpengaruh terhadap variable dependen jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.

(12)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Asumsi Klasik

4.1.1 Uji Normalitas

Hasil pengujian regresi dengan analisis grafik menunjukkan sebagai berikut :

Tabel 4.2

Histogram dan Normal Probability Plot

Pada Tabel 4.2, hasil uji normalitas menunjukkan titik-titik menyebar dekat pada garis diagonal dengan arah mengikuti garis diagonalnya sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan gambar histogram tampak normal karena tidak menceng ke kiri maupun ke kanan sehingga dapat disimpulkan pula bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

(13)

4.1.1.1 Uji Multikolinearitas

Hasil Uji multiklinearitas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Tolerance VIF .974 1.027 .922 1.084 .915 1.093 .917 1.090 .936 1.069

Sumber: Data yang diolah

Hasil dari uji multikolinearitas pada Tabel 4.4 tersebut menunjukkan nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Hal ini berarti bahwa model variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini tidak menunjukkan adanya gejala multikolinieritas dalam model regresi atau dapat dikatakan variabel-variabel independen tidak saling berkorelasi.

4.1.1.2 Uji Autokorelasi

Hasil uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Uji Durbin-Watson

Durbin-Watson 2.200

Hasil dari uji autokorelasi pada tabel 4.5 tersebut menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 2,200, sementara dari Tabel distribusi

(14)

Durbin Watson, pada tingkat signifikansi 0,05 didapat nilai du (N=70) sebesar 1,768 dan nilai 4-du (N=70) sebesar 2,232. Hal ini berarti bahwa nilai Durbin-Watson berada diantara nilai du dan 4-du. Maka diambil kesimpulan bahwa model regresi bebas dari masalah autokorelasi.

4.1.1.3 Uji Heterokedatisitas

Hasil pengujian pada Lampiran Hasil uji heterokedastisitas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Uji Heterokedastisitas

Hasil dari uji heterokedastisitas pada Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat pola tertentu yang teratur dan titik-titik menyebar secara acak. baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. kemudian dari uji glejser menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel absolut unstandardized residual. Hal ini terlihat dari tingkat signifikaninya diatas 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengalami masalah heterokedastisitas.

(15)

4.2.1 Analisis Linear Berganda

Melalui hasil uji asumsi klasik setelah ditransformasikan dinyatakan bahwa model regresi terdistribusi normal dan bebas dari multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Di bawah ini merupakan hasil pengolahan data pada Tabel 4.13 dengan analisis linear berganda dan diperoleh persamaan sebagai berikut:

UP = 0,931 + 0,068 DER - 1,238 ROA - 0,103 SIZE - 0,008 OFFER + 0,015 LNAGE

Berdasarkan persamaan regresi dapat diketahui bahwa:

1. Konstanta sebesar 0,931 menunjukkan bahwa jika variabel-variabel independen tidak mengalami perubahan atau konstan maka variabel dependen akan naik sebesar 0,931 persen.

2. Koefisien regresi pada variabel Debt to Equity Ratio sebesar 0,068 menunjukkan jika Debt to Equity Ratio mengalami kenaikan sebesar 1 persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan naik sebesar 0,068 persen.

3. Koefisien regresi pada variabel Return On Assets sebesar -1,238 menunjukkan jika Return On Assets mengalami kenaikan sebesar 1 persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan turun sebesar 1,238 persen.

4. Koefisien regresi pada variabel Ukuran perusahaan sebesar -0,103 menunjukkan jika Ukuran perusahaan mengalami kenaikan sebesar 1 persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan turun sebesar 0,103 persen.

5. Koefisien regresi pada variabel Prosentase penawaran saham ke publik sebesar 0,008 menunjukkan jika Prosentase penawaran saham ke publik mengalami kenaikan sebesar 1 persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan turun sebesar 0,008 persen.

(16)

6. Koefisien regresi pada variabel Umur perusahaan sebesar 0,015 menunjukkan jika Umur perusahaan mengalami kenaikan sebesar 1 persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan naik sebesar 0,015 satuan.

4.2.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dibuat dan melihat pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Assets, Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan Umur perusahaan terhadap tingkat underpricing. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji pengaruh masing-masing variabel terhadap tingkat

underpricing. (uji t) dan uji pengaruh faktor-faktor tingkat underpricing

secara bersama-sama terhadap tingkat underpricing (uji f).

4.2.3.1 Uji t

Hasil uji statistic mengenai pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Dapat dilihat pada Tabel 4.13 dibawah ini: Tabel 4.12 Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .931 .233 4.002 .000 DER .068 .027 .275 2.530 .014 ROA -1.238 .483 -.286 -2.563 .013 Size -.103 .036 -.318 -2.837 .006 Offer -.008 .148 -.006 -.057 .955 LNAGE .015 .033 .049 .445 .658

Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat dijelaskan hasil dari regresi tersebut bahwa:

(17)

1. Hasil pengujian parameter pengaruh DER tingkat signifikansi sebesar 0,014 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%. Dengan demikian hipotesis yang diajukan penelitian ini dimana DER berpengaruh positif terhadap besarnya tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan initial public offering, dapat diterima. Karena variabel DER menunjukkan berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat

underpricing.

2. Hasil pengujian parameter pengaruh ROA diperoleh tingkat signifikansi menunjukan nilai 0,013 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan initial public offering sehingga hipotesis yang menyatakan ROA berpengaruh negative signifikan terhadap

underpricing dapat diterima.

3. Hasil pengujian parameter pengaruh logaritma normal umur perusahaan menunjukkan tingkat signifikansi 0,658 yang lebih besar dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap tingkat underpricing sehingga hipotesis yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh negative signifikan terhadap underpricing ditolak.

4. Hasil pengujian parameter pengaruh ukuran perusahaan menunjukkan tingkat signifikansi 0,006 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing sehingga hipotesis yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh negative signifikan terhadap underpricing dapat diterima.

5. Hasil pengujian parameter pengaruh prosentase penawaran saham ke publik diperoleh tingkat signifikansi menunjukan nilai 0,955 yang lebih besar dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa prosentase penawaran saham ke publik berpengaruh positif

(18)

tidak signifikan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan initial public offering sehingga hipotesis yang menyatakan prosentase penawaran saham ke public berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing ditolak.

4.2.3.2 Uji F

Untuk melihat ada tidaknya pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan maka digunakan uji F. hasil uji F pada Tabel 4.14 dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio, Return

On Assets, Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan

Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.

Tabel 4.13 Uji F ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1.096 5 .219 4.585 .001a Residual 3.059 64 .048 Total 4.154 69

a. Predictors: (Constant), LNAGE, ROA, DER, Offer, Size b. Dependent Variable: UP

Berdasarkan uji ANOVA atau F test pada Tabel 4.14 diatas didapat F hitung sebesar 4,585 dengan nilai signifikansi sebesar 0,01. Nilai signifikansi yang dihasilkan mempunyai nilai yang lebih kecil dari signifikansi penelitian yaitu sebesar 0,05. Maka model regresi layak digunakan untuk menjelaskan tingkat underpricing. Hal ini juga menunjukkan bahwa semua variabel independen Debt to Equity Ratio,

Return On Assets, Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke

publik dan Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat

underpricing.

(19)

Model regresi ini mempunyai angka adjusted R square sebesar 0,206 yang menunjukkan bahwa hanya 20,6 persen variasi tingkat

underpricing yang dapat dijelaskan oleh kelima variabel. Sedangkan

sisanya sebesar 79,4 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain. Untuk lebih jelasnya hasil koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.15 sebagai berikut:

Tabel 4.14 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .514a .264 .206 .218613

Predictors: (Constant), LNAGE, ROA, DER, Offer, Size Dependent Variable: UP

4.3 Pembahasan

Setelah melakukan uji asumsi klasik, analisis linear berganda, dan pengujian hipotesis maka dibutuhkan suatu pembahasan mengenai hasil analisis tersebut. Dibawah ini merupakan hasil pemaparan analisis yang dilakukan terhadap uji t atau secara parsial.

4.3.1 Variabel Debt to Equity Ratio (DER)

Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah positif. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara variabel

Debt to Equity Ratio terhadap tingkat underpricing.

Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang mengatakan bahwa DER berpengaruh signifikan positif terhadap besarnya tingkat underpricing. Hal ini berarti bahwa jika variabel DER meningkat maka variabel

underpricing juga meningkat. Hasil ini konsisten dengan penelitian Aini

(2009), Ariawati (2005), Setianingrum (2005), Yasa (2008), dan Mansur (2002) bahwa DER berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat

(20)

Penjelasan mengapa DER berpengaruh signifikan positif terhadap

underpricing dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang mempunyai nilai

DER yang tinggi akan lebih cenderung menggunakan dana hasil IPO untuk membayar hutangnya daripada untuk kegiatan investasi guna ekspansi baru. Hal ini dapat mengurangi minat investor untuk membeli saham tersebut. DER yang tinggi juga dapat menunjukkan risiko finansial atau risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya. Para investor dalam melakukan keputusan investasi akan mempertimbangkan nilai DER perusahaan, Oleh sebab itu tingkat ketidakpastiannya akan semakin tinggi dan menyebabkan nilai underpricing akan semakin tinggi pula.

4.3.2 Variabel Return On Assets (ROA)

Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah negatif. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang negatif signifikan antara variabel Return On Assets terhadap tingkat underpricing.

Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang mengatakan Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat underpricing Hal ini berarti bahwa jika variabel ROA meningkat maka

variabel underpricing akan menurun. Hasil ini konsisten dengan penelitian Mansur (2002), Aini (2009), Yasa (2008), dan Suyatmin&Sujadi (2006) bahwa ROA berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat underpricing.

Penjelasan mengapa ROA berpengaruh signifikan negatif terhadap

underpricing dapat dijelaskan bahwa ROA (Return On Assets) merupakan

salah satu ukuran profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi ROA perusahaan akan semakin rendah tingkat underpricing karena investor akan menilai kinerja perusahaan lebih baik dan bersedia membeli saham perdananya dengan harga yang lebih tinggi. Calon investor akan

(21)

menentukan keputusan investasinya sehingga nilai ketidakpastiaannya semakin rendah yang juga akan menurunkan nilai underpricing perusahaan tersebut.

4.3.3 Variabel logaritma natural umur perusahaan (LNAGE)

Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak adanya pengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Penelitian ini tidak mendukung hipotesis yang mengatakan umur perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat underpricing. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara variabel logaritma natural umur perusahaan terhadap tingkat underpricing.

Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyatmin&Sujadi (2006), Aini (2009), Yasa (2008), Mansur (2002) dan Handayani (2008) menyatakan variabel AGE berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing tetapi mendukung penelitian Setianingrum (2005) yang menyatakan variabel AGE tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.

Penjelasan mengapa tidak adanya pengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat underpricing bahwa informasi mengenai umur perusahaan untuk keputusan investor tidak memiliki pengaruh yang berarti. Meskipun umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup dan banyaknya informasi yang bisa diserap oleh public, tidak berarti semakin lama perusahaan berdiri, perusahaan tersebut dikatakan baik untuk berinvestasi.

4.3.4 Variabel ukuran perusahaan (SIZE)

Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah negatif. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang negatif signifikan antara variabel ukuran perusahaan terhadap tingkat underpricing.

(22)

Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang mengatakan Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat

underpricing. Hal ini berarti bahwa jika variabel SIZE meningkat maka

variabel underpricing akan menurun. Hasil ini konsisten dengan penelitian Suyatmin&Sujadi (2006), Aini (2009), dan Yasa (2008) yang menyatakan bahwa SIZE berpengaruh negative signifikan terhadap tingkat underpricing. Penjelasan mengapa ada pengaruh yang signifikan negatif terhadap tingkat underpricing bahwa ukuran perusahaan diperoleh berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini disebabkan karena pertimbangan bahwa perusahaan yang besar umumnya lebih dikenal, maka informasi mengenai perusahaan besar lebih banyak daripada perusahaan relative kecil. Informasi yang memadai akan bisa mengurangi tingkat ketidakpastian investor akan prospek perusahaan kedepan sehingga akan menurunkan nilai underpricing pula.

4.3.5 Variabel prosentase penawaran saham perusahaan (OFFER)

Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak adanya pengaruh negative yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara variabel prosentase penawaran saham terhadap tingkat underpricing.

Hasil ini tidak mendukung hipotesis yang mengatakan Prosentase

saham yang ditawarkan kepada Masyarakat berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat underpricing dan tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Diananingsih (2002) yang menyatakan variabel OFFER berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat

underpricing tetapi mendukung penelitian Syahputra (2008) yang

menyatakan variabel OFFER tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat

underpricing.

Penjelasan mengenai mengapa tidak terdapat hubungan yang negatif

signifikan antara variabel prosentase penawaran saham terhadap tingkat

(23)

pembelian saham yang ditawarkan ke public, bukan berorientasi pada jumlah lembar yang ditawarkan tetapi pada besar nilai penawaran tersebut, karena harga saham akan menentukan besar kecilnya keuntungan. Semakin rendah harga yang ditawarkan, semakin tinggi keinginan investor untuk membeli saham tersebut, yang berpengaruh nilai underpricing yang semakin tinggi. Informasi besarnya penawaran saham tidak memberikan kontribusi yang berarti bagi investor untuk berinvestasi karena besarnya prosentase penawaran saham masih berada pada tingkat yang wajar atau tidak berada di tingkat penjualan diatas rata-rata, artinya besarnya prosentase saham pada saat IPO belum mencerminkan tingkat keberhasilan suatu perusahaan.

Dari hasil pengujian menggunakan uji f ternyata menunjukkan hasil yang signifikan yang berarti bahwa variabel Debt to Equity Ratio, Return On

Assets, Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan

Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Lalu untuk koefisien determinan adjusted R square sebesar 20,6 persen menunjukkan bahwa hanya 20,6 persen variasi tingkat underpricing yang dapat dijelaskan oleh kelima variabel. Sedangkan sisanya 79,4 persen dijelaskan oleh variabel-variabel yang lain.

(24)

5. PENUTUP 5.1 Simpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Diketahui bahwa sebagian besar perusahaan yang melakukan IPO masih banyak yang mengalami underpricing yaitu sebanyak 77 perusahaan (87,5 persen), yang mengalami draw sebanyak 1 perusahaan (1,13 persen), dan mengalami overpricing sebanyak 10 perusahaan (11,3 persen). Sesuai dengan penelitian para peneliti bahwa tingkat underpricing masih tinggi dan hampir semua perusahaan mengalaminya.

2. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang melakukan Initial Public Offering dan mengalami underpricing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2006 sampai tahun 2010 dan diperoleh sampel sebanyak 70 perusahaan yang dipilih menggunakan metode purposive

sampling. Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis

regresi berganda (Multiple Regression). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah underpricing, sedangkan variabel independentnya antara lain Debt

To Equity Ratio, Return On Assets, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan

prosentase penawaran saham.

3. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah positif. Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa Debt to Equity Rasio (DER) berpengaruh signifikan positif terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H1 diterima. Jika variabel Debt to Equity Ratio (DER) naik maka tingkat underpricing akan naik juga.

4. Variabel Return On Assets (ROA) melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah negatif. Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan negatif

(25)

terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H2 diterima. Jika variabel

Return On Assets (ROA) naik maka tingkat underpricing akan turun.

5. Variabel logaritma natural umur perusahaan (LNAGE) melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak adanya pengaruh negative yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini tenyata tidak sesuai dengan hipotesis yang mengatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H3 ditolak.

6. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah negatif. Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H4 diterima. Jika variabel ukuran perusahaan (SIZE) naik maka tingkat underpricing akan turun.

7. Variabel prosentase penawaran saham perusahaan (OFFER) melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak adanya pengaruh negative yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini tenyata tidak sesuai dengan hipotesis yang mengatakan bahwa prosentase saham yang ditawarkan kepada pasyarakat berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat

underpricing sehingga H5 ditolak.

8. Berdasarkan uji ANOVA atau uji F, didapatkan F hitung adalah sebesar 4,585 dengan nilai signifikansi sebesar 0,01. Maka model regresi layak digunakan untuk menjelaskan tingkat underpricing. Hal ini juga menunjukkan bahwa semua variabel independen Debt to Equity Ratio, Return On Assets, Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing.

9. Model regresi ini mempunyai angka adjusted R square sebesar 0,206 yang menunjukkan bahwa hanya 20,6 persen variasi tingkat underpricing yang dapat dijelaskan oleh kelima variabel. Sedangkan sisanya sebesar 79,4 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain.

(26)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diambil yang menunjukkan bahwa ternyata variabel yang mempengaruhi tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO pada periode 2006 hingga 2010 antara lain Debt to Equity Ratio,

Return On Assets dan Ukuran perusahaan sedangkan Prosentase penawaran saham

ke publik dan Umur perusahaan tidak mempengaruhi tingkat underpricing, maka didalam penelitian ini diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan yang melakukan IPO di masa mendatang, disarankan untuk mempertimbangkan DER, ROA, dan ukuran perusahaan yang dimiliki sebagai salah satu pengaruh faktor underpricing karena dalam penelitian ini DER, ROA, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap underpricing. Hal ini dilakukan agar tingkat underpricing yang terjadi tidak terlalu tinggi. Perusahaan menganalisa ROA yang dimilikinya, apabila ROA yang dimilikinya cukup besar maka perusahaan tidak perlu menghawatirkan terjadinya tingkat underpricing yang besar. Lebih lanjut disarankan agar perusahaan sebelum IPO, apabila memiliki DER tinggi maka perusahaan perlu mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum IPO agar tingkat ketidakpastian tidak tinggi dan tingkat underpricing yang terjadi dapat diminimalisir.

2. Bagi investor yang akan berinvestasi pada perusahaan yang melakukan IPO hendaknya mempertimbangkan informasi yang terdapat dalam prospectus untuk mendapatkan initial return yang tinggi. Investor juga harus memperhatikan informasi diluar perusahaan yang tidak dimunculkan dalam penelitian ini seperti keadaan politik, hokum, dan ekonomi agar keputusan investasi pada suatu perusahaan berada pada situasi dan kondisi yang tepat.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Syarifah. 2009. “Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan Terhadap

Underpricing Pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di

bursa Efek Indonesia. Thesis, Manajemen Keuangan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Al Mansur, Mudrik. 2002. ”Analisis Variabel-Variabel yang mempengaruhi Besarnya Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta.” ASSETS, Vol 4, No. 3, hal 141-155.

Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia.

Ariawati, Siti. 2005. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana (IPO) (Studi Pada

Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta tahun 1999-2003). Tesis, Universitas Diponegoro

Bodie, Zvi dan kawan-kawan. 2005. Investments. Jakarta: Salemba Empat.

Diananingsih, Harum Indinah. 2004. “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana (IPO) (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar di PT. BEJ tahun 1997-2001). ASET. Vol 6, No. 1, Hal 43-63.

Dimovski, William. 2009. “The Underpricing of LPT IPOs in Australia during 2002 to 2008.” School of Accounting, Economics and Finance, Deakin University.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

(28)

Hadri, Kusuma. 2001. “Prospektus Perusahaan dan Keputusan Investasi: studi Empris Perusahaan yang Terdapat di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Siasat

Bisnis, Vol 1, No. 6, hal 61-75.

Hakiman. 2005. “Model Penentuan Harga IPO di Bursa Efek Jakarta Dengan Menggunakan Metode Real Option.” Disertasi, Universitas Padjajaran Bandung.

Handayani, Sri Retno. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan

Keuangan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta tahun 2000-2006). Tesis, Universitas Diponegoro.

Hendiwinisudo, Prasojo. 2009. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Indonesia.” Skripsi, Manajemen Keuangan, Universitas Diponegoro.

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan

Analisis Sekuritas. Yogyakarta: BPFE UGM.

Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE UGM.

Rachmawati, Diyah. 2007. “Analisis Faktor-Faktor Fundamental Pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta.” Skripsi, Manajemen, Universitas Negeri Semarang.

Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal Dan Manajemen Portofolio. Surabaya: Erlangga

Sari, Rosa Nastiti. 2009. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Underpricing Pada Perusahaan Yang Melaksanakan Initial Public Offering.” Skripsi, Manajemen Keuangan, Universitas Diponegoro.

(29)

Sitompul, Asril. 2000. Pasar Modal: Penawaran Umum Dan Permasalahannya. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Sugiono, Arief. 2009. Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Jakarta: PT. Grasindo.

Sulistio, Helen. 2005. “Pengaruh Informasi Akuntansi Dan Non Akuntansi Terhadap Initial Return: Studi Pada Perusahaan Yang Melaksanakan

Initial Public Offering di Bursa Efek Jakarta.” SNA, Vol 8, Hal 87-99.

Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: STIM YKPN.

Suyatmin dan Sujadi. 2006. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta.” BENEFIT, Vol 10, no. 1, hal. 11-32.

Syahputra, Surya Hadi. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Underpricing Saham Pada Perusahaan Yang IPO di BEJ Tahun

2003-2006. Skripsi, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Takarini, Nurjanti dan Kustini. 2007. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana (IPO) Pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta.”

Arthavidya, Vol 8, No. 1, hal 128-136.

Wardhani, Dwi Erlina. 2005. “Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi

Underpricing Dalam Penawaran Saham Perdana (Tahun 1999-2001).” ASET, Vol 7, No. 2, Hal 137-154.

Yasa, Gerianta Wirawan. 2008 “Penyebab Underpricing Dalam Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta.” AUDI, Vol 3, No. 2, hal 143-157.

Gambar

Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran
Tabel 4.4  Uji Multikolinearitas  Collinearity Statistics  Tolerance  VIF  .974  1.027  .922  1.084  .915  1.093  .917  1.090  .936  1.069
Tabel 4.6  Uji Heterokedastisitas
Tabel 4.13  Uji F  ANOVA b Model  Sum of  Squares  df  Mean  Square  F  Sig.  1  Regression  1.096  5  .219  4.585  .001 a Residual  3.059  64  .048  Total  4.154  69
+2

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi teknis dilakukan tehadap peserta yang memenuhi persyaratan administrasi. Unsur-unsur yang dievaluasi sesuai dengan yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan..

• Untuk sistem pembayaran user yang tidak mempunyai kartu kredit maka pada check out dari session shopping cart, user tersebut dapat memilih metode pemba- yaran transfer rekening

Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pematah angin dapat memperkecil kecepatan angin sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat dari pada tanpa pematah

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara keaktifan ibu dalam kegiatan posyandu dengan status gizi bayi hal ini disebabkan adanya faktor – faktor

Identitas yang ditampilkan di dalam akun Path tersebut yang pada akhirnya membuat citra diri dalam seseorang yang bisa diketahui oleh diri sendiri dan orang lain.. Banyak sekali

Menurut Anda apakah ada kesesuaian antara warna ekstrudat dengan pemilihan rasa merupakan faktor yang sangat

Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana pengembangan standar dan

Berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti ( tanpa terjadi slip ), dimana sumbu kedua poros terletak pada satu garis