• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBER DAYA DI INDUSTRI KONSTRUKSI DALAM MELAKUKAN OPTIMALISASI SISTEM PEMBESIAN STRUKTUR DENGAN BERBASISKAN WEB BASED TRAINING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KOMPETENSI SUMBER DAYA DI INDUSTRI KONSTRUKSI DALAM MELAKUKAN OPTIMALISASI SISTEM PEMBESIAN STRUKTUR DENGAN BERBASISKAN WEB BASED TRAINING"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBESIAN STRUKTUR DENGAN BERBASISKAN WEB BASED

TRAINING

I Putu Artama Wiguna, Supani H. D, Daniel Siahaan

ABSTRAK

Shop drawing pembesian merupakan komponen penting dari proses konstruksi beton bertulang. Kesalahan dalam pembuatan shop drawing dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Kegiatan shop drawing biasanya dilakukan oleh sumberdaya manusia kontraktor dengan tingkatan site engineer atau mandor yang sebagian besar mempunyai kualifikasi pendidikan D3 atau STM. Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan seseorang untuk melakukan pembelajaran melalui Web.

Penelitian ini mencoba menerapkan perkembangan teknologi tersebut dalam proses pembelajaran bagi pekerja konstruksi mengenai shop drawing pembesian dan juga membuat program bantu bar bending otomatis yang dapat mempermudah pembuatan bar bending schedule. Sistem informasi Web Based Training tersebut berisi pengetahuan mengenai prosedur, cara serta ketentuan mengenai shop drawing pembesian struktur gedung yang dilengkapi fasilitas multimedia supaya proses belajar lebih mudah. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan informasi mengenai prosedur, cara dan ketentuan shop drawing pembesian yang didapatkan peraturan dan juga pendapat dari para ahli.

Hasil evaluasi WBT shop drawing pembesian memperlihatkan bahwa system WBT sangat efektif sebagai media pembelajaran shop drawing pembesian karena disertai dengan simulasi. Selain itu dengan adanya aplikasi bar bending otomatis mempermudah para pekerja konstruksi dalam membuat bar bending schedule.

Kata kunci : shop drawing pembesian, web based training, sistem informasi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Beton bertulang merupakan sistem struktur yang umum dipakai pada bangunan sipil. Beton bertulang menggabungkan dua komponen material yaitu beton dan besi tulangan. Pekerjaan beton bertulang berkaitan dengan pekerjaan pembesian yang merupakan faktor terpenting dalam beton bertulang selain mutu beton itu sendiri. Waste level material besi pada suatu proyek konstruksi mencapai 11–15% (Basid,2006). Limbah material besi ini bisa berasal dari sisa potongan besi, besi yang tidak digunakan akibat kesalahan pabrikasi dan juga besi yang tidak digunakan akibat perubahan desain.

Pabrikasi pembesian meliputi pemotongan, pembengkokan, dan perakitan. Pelaksanaan

pekerjaan tersebut bergantung pada shop drawing . Kegiatan shop drawing biasanya dilakukan oleh site engineer atau mandor yang sebagian besar mempunyai kualifikasi pendidikan D3 atau STM.

Pada saat ini, terdapat sebuah metoda pembelajaran yang tidak memerlukan tatap muka. Sistem pembelajaran ini memanfaatkan internet sebagai sarana interaksi dalam sistem perkuliahan, baik pengaksesan materi, diskusi, pengerjaan ujian, dan kegiatan lainnya, yang selanjutnya disebut dengan sistem pendidikan jarak jauh.

Di luar negeri, khususnya di negara maju, pendidikan jarak jauh telah merupakan alternatif pendidikan yang cukup digemari oleh semua orang. Saat ini hampir seluruh program distance learning di Amerika, Australia dan Eropa dapat juga diakses

(2)

melalui internet. Bahkan studi yang dilakukan oleh Amerika, menyatakan bahwa computer based learning sangat efektif, memungkinkan 30% pendidikan lebih baik, 40% waktu lebih singkat, dan 30% biaya lebih murah.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana membuat suatu aplikasi Web Based Training yang berisi pengetahuan mengenai prosedur, cara, dan ketentuan mengenai shop drawing pembesian untuk struktur gedung yang dilengkapi dengan fasilitas multimedia (animasi, audio, dan video), interaktif (e-mail dan chatroom), dan koneksi database supaya seseorang yang berkarya di bidang jasa konstruksi dapat belajar sendiri dengan. Serta bagaimana cara pengoptimalan pembesian suatu struktur beton bertulang dengan menggunakan ketentuan shop drawing pembesian yang mengacu pada SNI 03-2847-2002 dan SK SNI T15-1991.

1.3 Tujuan

Membuat suatu aplikasi Web Based Training yang berisi pengetahuan mengenai prosedur, cara, dan ketentuan mengenai shop drawing pembesian untuk struktur gedung yang dilengkapi dengan fasilitas multimedia (animasi, audio, dan video), interaktif (e-mail dan chatroom), dan koneksi database supaya seseorang yang berkarya di bidang jasa konstruksi dapat belajar sendiri dengan mudah dan cepat memahami. Serta bagaimana cara pengoptimalan pembesian suatu struktur beton bertulang dengan menggunakan ketentuan shop drawing pembesian yang mengacu pada SNI 03-2847-2002 dan SK SNI T15-1991.

1.4 Batasan Masalah

1. Shop drawing yang dibahas adalah shop drawing pembesian pada struktur bangunan gedung beton bertulang (kolom, balok, pelat, dinding, tangga dan pondasi). 2. Pengetahuan yang akan dimaksud

adalah semua ketentuan yang berkaitan dengan shop drawing pembesian baik itu mengenai detail penulangan (selimut beton, jarak antar tulangan, pemberhentian dan pembengkokan tulangan, panjang penyaluran, dan sambungan

lewatan), serta prinsip penulangan struktur.

3. Peraturan yang digunakan adalah: SK SNI T-15-1991-03, ACI 315-99, BS 8666-2005

4. Rancangan aplikasi yang diperoleh berupa Web Based Training.

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shop Drawing Pembesian

2.1.1 Definisi Shop Drawing Pembesian Menurut Dipohusodo (1993) Gambar kerja atau lebih dikenal dengan shop drawing untuk pemasangan tulangan, berupa gambar denah dilengkapi dengan gambar penampang dan potongan lengkap pada beberapa tempat penting. Gambar kerja pemasangan tulangan dilengkapi pula dengan daftar-daftar atau table yang memberikan informasi mengenai jumlah dan macam bentuk penulangan, batang tulangan yang serupa tetapi bervariasi dalam ukuran, bentuk, tempat dan detail pemasangannya. Gambar tersebut digunakan sebagai pedoman dan petunjuk pelaksanaan bagi tukang besi yang mengolah di bengkel dan memasangnya di lapangan.

2.1.2 Daftar Bengkokan Batang Tulangan Daftar bengkokan batang tulangan umumnya memuat informasi baik batang tulangan maupun yang dibengkok, dan menyajikan semua dimensi detail batang tulangan termasuk bengkokannya, demikian juga informasi mengenai mutu tulangan baja dan jumlah yang digunakan. Daftar batang tulangan jenis yang demikian dapat digunakan pula untuk tambahan keterangan pada daftar detail bengkokan, dan gambar pemasangan

2.2 Metode Optimasi Pemotongan Pembesian Beton Bertulang

Dilihat dari definisi optimisasi yang adalah sains untuk mendapatkan solusi terbaik dari suatu persoalan yang terdefinisi secara matematik. Diharapkan setelah melalui proses optimasi didapatkan hasil yang sesuai

(3)

dengan tujuan dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Maka dalam permasalahan optimasi pemotongan pembesian beton bertulang ini diharapkan setelah melewati proses optimasi maka dapat meminimumkan sisa pemotongan yang ada setiap lonjornya.

Setiap persoalan optimasi pasti memiliki bentuk dasar persoalan optimisasi. Bentuk dasar itu nantinya akan diaplikasikan dalam praktek di lapangan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Bentuk dasar persoalan yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :

• Fungsi tujuan: Merupakan pernyataan tujuan secara matematik yang akan dioptimisasi. Fungsi tujuan dari optimasi pembesian beton bertulang ini adalah meminimumkan nilai Z: Z = P - Qj Dengan : n Qj = ∑ Xi , X Є L i = q Dimana :

§ P :Panjang setiap lonjor besi § Q :Jumlah anggota himpunan

potongan yang ada dalam setiap lonjor.

§ J :Variabel yang menunjukkan banyaknya jenis pemotongan lonjor.

§ L :Himpunan sebuah kebutuhan total potongan pembesian beton bertulang. § X :Anggota dari himpunan L

dalam sebuah kebutuhan total potongan pembesian bertulang § i :Urutan penjumlahan tiap

anggota himpunan sesuai dengan prosedur (p) yang telah ditetapkan.

§ p :Prosedur urutan pemilihan setiap anggota dalam himpunan Q.

§ n :Jumlah anggota himpunan L untuk sebuah total kebutuhan Variabel : Merupakan besaran yang dapat berubah pada sistem operasinya.Variabel yang digunakan dalam persoalan optimasi ini :

o i : urutan penjumlahan tiap anggota himpunan.

Pembatas: Variabel yang memiliki daerah kerja. Hubungan berbagai hal yang dibatasi dengan hal-hal yang bersifat tetap dalam sebuah pemasalahan optimasi.

o P : panjang setiap lonjor besi yang ada untuk membatasi nilai Q dengan pertidak samaan sebagai berikut :

Q ≤ P

Yaitu jumlah himpunan potongan yang ada tiap lonjornya tidak boleh melebihi panjang besi setiap lonjor yang ada.

2.2.1 Search Algorithm

Algoritma pencarian dijelaskan secara luas adalah sebuah algoritma yang menerima masukan berupa sebuah masalah dan menghasilkan sebuah solusi untuk masalah tersebut, yang biasanya didapat dari evaluasi beberapa kemungkinan solusi. Himpunan semua kemungkinan solusi dari sebuah masalah disebut ruang pencarian. 2.2.1.1 Informed Search Method

Informed Search Method yang disebut juga teknik heuristik digunakan untuk mengeliminasi beberapa kemungkinan solusi tanpa harus mengeksplorasinya secara penuh Heuristik adalah seni dan ilmu menemukan (art and science of discovery). Seperti telah dijelaskan sebelumnya dalam search algorithm, heuristik yang dipakai dalam optimasi pembesian beton bertulang ini adalah untuk menemukan pasangan terbaik bagi setiap kebutuhan yang ada satu demi satu secara berurutan Dengan metode heuristik ini mungkin tidak selalu memberikan hasil yang diinginkan, tetapi secara ekstrim ia bernilai pada pemecahan masalah. Heuristik yang bagus dapat secara dramatis mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dengan cara mengeliminir

kebutuhan untuk

mempertimbangkan kemungkinan solusi yang tidak perlu. Heuristik adalah teknik yang dirancang untuk

(4)

memecahkan masalah dengan mengabaikan apakah solusi yang dihasilkan dapat dibuktikan (secara matematis) benar, tapi biasanya menghasilkan solusi yang bagus.Informed Search Method terdiri atas beberapa metode seperti : hill climbing, tabu search dan A* search

2.2.1.2 Uninformed Search Method Uniformed search Method menggunakan informasi dari definisi masalah. Uniformed Searchh Method secara generik bisa diterapkan terhadap semua jenis masalah yang bisa dipresentasikan dalam sebuah state space. Ada beberapa jenis Uniformed Search Method yaitu Breath-First Search, Uniform Cost Search, Depth-First search, Brute Force. Pada Depth-First Search, proses pencarian akan dilakukan pada semua anaknya sebelum dilakukan pencarian ke node-node yang selevel. Pencarian dimulai dari node akar ke level yang lebih tinggi. Proses ini diulangi terus hingga ditemukannya solusi. Pada metode Breadth-First Search, semua node pada level n akan dikunjungi terlebih dahulu sebelum mengunjungi node-node pada level n+1. Pencarian dimulai dari node akar terus ke level ke-1 dari kiri ke kanan, kemudian berpindah ke level berikutnya demikian pula dari kiri ke kanan hingga ditemukannya solusi. Brute-force Search atau sering disebut juga exhaustive search merupakan salah satu teknik pemecahan masalah yang umum dipergunakan. Teknik ini secara sistematis mencari seluruh kandidat solusi serta menguji apakah kandidat solusi tersebut memenuhi sebagai solusi dari permasalahan yang akan diselesaikan.

Dan pada penelitian digunakan metode Brute Force Search dalam pengoptimasian penulangan.

2.3 Web Based Training

Menurut Kilby (2006), Web Based Training (WBT) merupakan pendekatan yang inovatif

untuk pembelajaran jarak jauh, yaitu Computer based training (CBT) yng menggunakan teknologi Web (TCP/IP, HTTP, browser) dan dikirimkan antar jaringan. Dalam WBT bisa didapatkan berbagai macam fasilitas antara lain: teks, grafik, animasi, video klip dan suara, koneksi database, forum diskusi, dan E-mail dan Chat.

3. METODOLOGI

Gambar 1. Bagan Alir Meodologi Penelitian

4. ANALISA APLIKASI BBS 4.1 Pendahuluan

Pada gambar dibawah dapat dilihat lingkungan aplikasi program bantu berada dalam pekerjaan daftar pemotongan dan pembengkokan baja tulangan.

Gambar 2 Lingkungan tempat aplikasi program bantu digunakan

(5)

Gambar 3.

Sistematika Pembuatan Bar Bending Schedule

Aplikasi program bantu dalam penelitian ini akan membantu dalam menentukan / mengelompokkan potongan-potongan dalam setiap lonjornya untuk memenuhi sebuah jumlah kebutuhan tertentu agar sisa potongan besi yang ada seminimal mungkin. Pada akhirnya output dari aplikasi program bantu akan menjadi bagian dari daftar pemotongan dan pembengkokan tulangan yaitu potongan-potongan mana saja yang ada dalam satu lonjor dan berapa jumlah jenis lonjor yang dibutuhkan untuk memenuhi semua kebutuhan yang terkait. Pengelompokan yang terjadi tentu saja sangat bergantung pada data masukan yang diinputkan. Setiap keputusan diserahkan kepada pengguna aplikasi berdasarkan pengetahuan atau fakta-fakta yang ada di lapangan yang mempengaruhi input kebutuhan baja tulangan dalam kurun waktu tertentu.

4.2 Lingkungan pekerjaan daftar pemotongan dan pembengkokan baja tulangan

Pekerjaan pembesian dalam proyek konstruksi yang menggunakan beton bertulang berawal dari kebutuhan akan baja tulangan yang dibutuhkan dalam struktur beton bertulang yang tertuang dalam gambar kerja dan spesifikasi pada dokumen Rencana Kerja dan Syarat. Setelah pembuatan gambar kerja dan spesifikasi maka shop drawing dapat dibuat, dari shop drawing inilah didapat daftar pemotongan dan pembengkokan baja tulangan.

Rancangan aplikasi yang dibuat dalam pengerjaan penelitian ini bekerja pada area pembuatan daftar pemotongan dan

pembengkokan baja tulangan. Dengan rancangan aplikasi ini maka akan didapat perencanaan pemotongan baja tulangan agar diperoleh perhitungan yang optimal dengan sisa potongan besi yang minimum. Secara praktis sebenarnya untuk dapat menggunakan rancangan aplikasi ini maka hanya diperlukan data kebutuhan pembesian beton bertulang yang terdiri dari panjang total dan jumlah kebutuhan dari seluruh jenis potongan yang digunakan dalam pembesian beton bertulang. Namun untuk lebih detailnya secara koordinatif dalam sebuah proyek konstruksi yang menggunakan beton bertulang maka untuk dapat menggunakan rancangan aplikasi ini minimal harus memiliki gambar kerja dan syarat di mana di dalamnya terkandung seluruh gambar konstruksi yang ada pada proyek. Hal ini dilanjutkan dengan pembuatan shop drawing pembesian. Dari data shop drawing yang ada maka akan didapat daftar panjang total kebutuhan besi dan jumlah yang diperlukan dalam sebuah proyek. Penggunaan daftar pemotongan dan bengkokan besi yang belum dioptimasi juga dapat digunakan karena di sana terdapat panjang total kebutuhan besi dan jumlah yang diperlukan. Hanya untuk proses selanjutnya akan dibuat daftar pemotongan dan pembengkokan yang baru setelah melalui proses optimasi.

4.3 Analisa Sistem WBT Shop Drawing Pembesian Untuk Struktur Gedung Sebuah sistem informasi memiliki beberapa komponen, yaitu: perangkat keras, perangkat lunak, orang, prosedur, basis data, serta jaringan komputer dan komunikasi data. WBT sebagai media pembelajaran jarak jauh yang berfungsi untuk memberikan pembelajaran tanpa terbatas waktu dan ruang memiliki beberapa fasilitas, yaitu:

1. Pusat kegiatan user 2. Interaksi dalam grup 3. Sistem administrasi user 4. Pendalaman materi dan ujian 5. Perpustakaan digital

6. Materi online diluar materi kuliah Pekerjaan pembesian dalam suatu proyek konstruksi meliputi beberapa kegiatan. Urutan dari kegiatan tersebut dapat digambarkan seperti di bawah ini.

(6)

Gambar 4.

Sedangkan dalam pekerjaan pendetailan tulangan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:

1. Ketebalan selimut beton 2. Penempatan tulangan

3. Pembengkokan pada tulangan 4. Panjang penyaluran

5. Sambungan lewatan

Semua pelaksanaan pekerjaan pembesian tersebut harus sesuai dengan peraturan yang digunakan sebagai pedoman (SK SNI, SNI, PBI atau ACI).

Dalam proses pabrikasi tulangan dibutuhkan bar bending schedule (BBS) atau sering dikenal dengan daftar pembengkokan tulangan. Selain digunakan untuk pabrikasi daftar ini juga digunakan sebagai pedoman pengadaan material besi. Sistematika pembuatan BBS dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 5.

Sistematika Pembuatan Bar Bending Schedule

4.4 Rancangan Kebutuhan WBT Shop Drawing Pembesian

Berdasarkan dari analisa sebelumnya maka dapat diperoleh hasil bahwa sistem informasi shop drawing pembesian dan bar bending otomatis dapat memenuhi hampir sebagian besar kebutuhan pekerja proyek

konstruksi akan informasi mengenai pembesian untuk struktur gedung dan mempermudah mereka dalam pembuatan daftar bengkokan tulangan. Untuk mengimplementasikan teknologi sistem informasi tersebut, maka beberapa hal yang harus diasumsikan adalah sebagai berikut:

1. Para pekerja konstruksi ini memiliki tingkat pendidikan minimum D3 atau SMU.

2. Konsultan atau kontraktor pengguna sistem informasi ini sudah memiliki beberapa hal berikut ini:

- Sudah terhubung ke jaringan komputer.

- Memiliki PC

- Sumber daya manusia yang dapat menggunakan aplikasi komputer. - Memiliki modal keuangan yang cukup untuk mengimplementasikan sistem.

Analisa sistem diatas digunakan sebagai pedoman dalam mengidentifikasi kebutuhan shop drawing pembesian.

4.5 Sumber Data

Informasi yang digunakan berupa data yang berkaitan dalam shop drawing pembesian untuk struktur gedung. Dalam studi ini data yang digunakan berasal dari:

§ SK SNI T 15-1991 § PBI 1971

§ ACI 318-2002

§ Standart pendetailan struktur yang diambil dari literatur mengenai beton bertulang.

Sedangkan data untuk pola penulangan diambil dari ACI 315-20 dan juga BS 8666-2005 yang kemudian dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan data pola penulangan tipikal pada struktur gedung.

4.6 Arsitektur Aplikasi WBT

Arsitektur WBT seperti yang terdapat pada gambar dibawah terdiri dari 4 bagian utama yaitu :

§ User interface

§ Otorisasi dan autentifiakasi § Modul Utama Aplikasi § DBMS

(7)

Gambar 6.

Arsitektur Sistem Informasi WBT Shop Drawing Pembesian

4.7 Arsitektur Jaringan WBT Shop Drawing Pembesian

WBT yang akan dikembangkan ini menggunakan teknologi web, sehingga jaringan komputer yang digunakan harus mendukung teknologi ini yaitu jaringan komputer yang berbasiskan TCP/IP. Berikut ini adalah gambar arsitektur jaringan komputer ideal untuk WBT ini :

Gambar 7.

Arsitektur Jaringan WBT Shop Drawing Pembesian

Server adalah dimana aplikasi dari WBT ini dijalankan yaitu user interface, autentifikasi serta otorisasi, modul utama dan Database Management System (DBMS) dari WBT ini dijalankan untuk mengatur proses yang berkaitan dengan data beserta lalu lintasnya.

4.8 Sistem Pendukung WBT

Sistem pendukung pengembangan terdiri dari bahasa pemrograman yang digunakan, Web server dan database platform.

4.8.1 Bahasa Pemrograman

Sistem informasi WBT Shop Drawing Pembesian ini dibangun dengan bahasa pemrograman PHP 5.0.5 yang merupakan bahasa pemrograman untuk aplikasi web.

Gambar 8. Alur Permintaaan Script PHP 4.8.2 Web Server

Web server adalah suatu aplikasi khusus yang digunakan untuk melayani permintaan akses terhadap modul aplikasi WBT dari user dalam bentuk format web. Dalam pengembangan ini dipakai Web Server Apache 2.0.54.

4.8.3 Database Engine

Untuk Database Engine dipilih database MySQL 4.1.14.

5. PERANCANGAN SISTEM 5.1 Hierarki Rancangan Sistem

Hierarki ini dibuat sebagai rancangan awal dari WBT shop drawing pembesian. Dan digunakan sebagai dasar untuk pengembangan selanjutnya. Hierarki rancangan system ini dapat dilihat pada halaman lampiran.

5.2 Perancangan Halaman WBT 5.2.1 Halaman WBT

Berisi topik pembelajaran dan disusun atas beberapa halaman dan saling berhubungan (link). Rancangan untuk struktur halaman ini dapat dilihat sebagai berikut:

(8)

Gambar 9. Rancangan Halaman Tutorial 5.2.2 Halaman Admin

Terdiri dari beberapa halaman untuk administrasi, dan halaman-halaman tersebut terhubung dengan database tabel login.

Gambar 10. Contoh Rancangan Admin 5.2.3 Halaman Kebutuhan Tulangan

Pada halaman ini terdapat form untuk mengisi data kebutuhan tulangan. Tiap elemen struktur mempunyai form input yang berbeda.

a. Input Data Tulangan Balok

Gambar 11. Rancangan Masukan Data Balok

b. Pola Penulangan Balok Beserta Jumlah Tulangan

Gambar 12. Rancangan Masukan dan Pola Penulangan Data Balok

c. Tampilan Bar Bending Balok

Gambar 13. Rancangan Bar Bending Balok 6. OPTIMASI PENULANGAN

6.1 Metode Brute-force Search

Atau sering disebut juga exhaustive search merupakan salah satu teknik pemecahan masalah yang umum dipergunakan. Teknik ini secara sistematis mencari seluruh kandidat solusi serta menguji apakah kandidat solusi tersebut memenuhi sebagai solusi dari permasalahan yang akan diselesaikan.

Brute-force search memiliki kelemahan, yakni banyaknya jumlah kandidat solusi yang diuji. Semakin kompleks permasalahan, maka semakin banyak pula kandidat solusinya, dan semakin lama pula waktu pemrosesannya. Karena hal itulah, brute-force search biasanya dipergunakan pada permasalahan yang memiliki

(9)

batasan-batasan tertentu, atau pada problem khusus yang bersifat heuristic, sehingga jumlah kandidat solusinya bisa dikurangi.

Algoritma ini bisa digambarkan sebagai berikut:

C ß input(P) While C ≠ A do

If valid(P,C) then output (P,C) C ß Next(P,C)

Dengan:

Input(P) : memberikan nilai awal kandidat solusi

Valid(P,C) : mengecek apakah kandidat C merupakan solusi permasalahan P

Next(P,C) : inputkan kandidat selanjutnya sebagai kandidat solusi permasalahan P Output (P,C) : gunakan kandidat solusi C sebagai solusi permasalahan P

6.2 Brute-force search pada optimasi pemotongan pembesian

Pada proses pemotongan pembesian, kita harus mencari kombinasi-kombinasi optimum dari data-data tulangan agar didapatkan sisa yang paling minimum dengan menggunakan metode pencarian. Pada kesempatan ini kita akan menggunakan brute force search.

Langkah pertama dimulai dengan mengurutkan panjang tulangan-tulangan yang dibutuhkan pada suatu zona atau lantai. Setelah itu, panjang tulangan yang didapatkan akan dibentuk model persamaan liniernya. Kemudian, dengan pencarian brute-force, persamaan linier tadi diselesaikan.

Setelah didapatkan salah satu pemecahan yang optimal maka langkah selanjutnya adalah dengan mengurangi jumlah data sesuai dengan jumlah kelompok yang didapatkan dari pemecahan persamaan tersebut. Langkah ini diulang sampai data tulangannya habis.

Sedangkan rule yang dipergunakan pada pencarian brute-force adalah sebagai berikut:

1. Cari penyelesaian persamaan linier, jika didapatkan hasil maksimal ketika proses pencarian, proses berhenti, simpan hasil, perbarui data, dan lakukan proses sekali lagi sampai data habis.

2. Jika tidak didapatkan hasil paling maksimal, maka pemecahan yang diambil adalah pemecahan yang

menghasilkan panjang paling mendekati maksimal.

3. Jika dalam satu proses ditemukan ada indikasi bahwa perputaran selanjutnya tidak akan menghasilkan jawaban yang memenuhi syarat, maka perputaran dilanjutkan pada variabel berikutnya.

Sebagai contoh adalah kasus berikut: Misalkan terdapat sejumlah data tulangan sebagai berikut:

Tabel 1.

1. Dari data diatas kita bentuk persamaan liniernya:

9500A + 7000B + 5600C + 3400D + 2500E + 1500F ≤ 12000

12000 merupakan panjang satu lonjor baja

2. Ambil data masing-masing kelompok tulangan. a. A = 9500, nA = 150, maks = 1 b. B = 7000, nB = 150, maks = 1 c. C = 5600, nC = 100, maks = 2 d. D = 3400, nD = 400, maks = 3 e. E = 2500, nE = 250, maks = 4 f. F = 1500, nF = 500, maks = 8 Yang dimaksud maks, adalah jumlah tulangan yang mungkin dalam satu baja. Misal Kelompok A, jumlah tulangan yang mungkin dalam satu baja, adalah 1, sebab maksimal panjang baja adalah 12000. Sama juga dengan kelompok B, maksimal juga 1, dst.

3. Dari data jumlah maksimum masing-masing kelompok tersebut, maka kita bisa melakukan permutasi. Dimulai dari kelompok A.

1A + 0B + 0C + 0D + 0E + 1F = 11000, memenuhi, belum maksimum, lanjut,

1A + 0B + 0C + 0D + 0E + 2F = 12500, tidak memenuhi, lanjut, ganti Panjang Tulangan Jumlah Tulangan

1500 500 2500 250 3400 400 5600 100 7000 150 9500 150

(10)

1A + 0B + 0C + 0D + 1E + 0F = 12000, memenuhi, maksimum, berhenti, Update data. Dari hasil 1A + 1E, bisa diperoleh baja sejumlah 150 baja. (nA = 150, nE = 250). Setelah itu data diupdate, sehingga

nA = 150 -150 = 0,

nE= 250-150 = 100. Perputaran dilanjutkan lagi.

Persamaan linier sekarang: 7000B + 5600C + 3400D + 2500E + 1500F ≤ 12000

4. Langkah berikutnya tidak diawali mulai A lagi karena data A sudah = nol.

1B + 0C + 0D +0E + 1F => 8500, memenuhi, belum maks, lanjut 1B + 0C + 0D +0E + 2F => 10000, memenuhi, belum maks, lanjut 1B + 0C + 0D +0E + 3F => 11500, memenuhi, belum maks, lanjut 1B + 0C + 0D +0E + 4F => 13000, tidak memenuhi, ganti, lanjut 1B + 0C + 0D +1E + 0F => 9500, memenuhi, belum maks, lanjut 1B + 0C + 0D +1E + 1F => 11000, memenuhi, belum maks, lanjut 1B + 0C + 0D +1E + 2F => 12500, tidak memenuhi, ganti, lanjut 1B + 0C + 0D +2E + 0F => 12000, memenuhi, maks, stop

Update data. Dari hasil 1B + 2E, bisa diperoleh baja sejumlah 50 baja (nB = 150, nE = 100). Data diupdate, sehingga

nB = (150-50) = 100,

nE = (100 – (2*50)) = 0. Perputaran dilanjutkan lagi.

Persamaan linier sekarang: 7000B + 5600C + 3400D + 1500F ≤ 12000 (100, 100, 400, 500)

5. 1B + 0C + 0D + 1F => 8500, memenuhi, belum maks, lanjut 1B + 0C + 0D + 2F => 10000, memenuhi, belum maks, lanjut 1B + 0C + 0D + 3F => 11500, memenuhi, belum maks, lanjut 1B + 0C + 0D + 4F => 13000, tidak memenuhi, ganti, lanjut

1B + 0C + 1D + 0F => 10400, memenuhi, belum maks, lanjut 1B + 0C + 1D + 1F => 11900, memenuhi, belum maks, lanjut 1B + 0C + 1D + 2F => 13400, tidak memenuhi, ganti, lanjut

1B + 0C + 2D + 0F => 13800, tidak memenuhi, ganti, lanjut

1B + 1C + 0D + 0F => 12600, tidak memenuhi, ganti, stop

Karena tidak ada variabel lagi, maka pemecahan yang diambil adalah 1B + 1D + 1F. Karena paling mendekati maksimal.

Update data. Dari hasil 1B + 1D + 1F, bisa diperoleh baja sejumlah 100 baja (nB = 100, nD=400, nF = 500). Data diupdate, sehingga

nB = (100-100) = 0, nD =(400-100) = 300,

nF = (500 – 100) = 400. Perputaran dilanjutkan lagi.

Persamaan linier sekarang: 5600C + 3400D + 1500F ≤ 12000

6. 0C + 0D + 1F => 1500, memenuhi, belum maks, lanjut

0C + 0D + 2F => 3000, memenuhi, belum maks, lanjut

0C + 0D + 3F => 4500, memenuhi, belum maks, lanjut

0C + 0D + 4F => 6000, memenuhi, belum maks, lanjut

0C + 0D + 5F => 7500, memenuhi, belum maks, lanjut

0C + 0D + 6F => 9000, tidak memenuhi, ganti, lanjut

0C + 0D + 7F => 10500, memenuhi, belum maks, lanjut

0C + 0D + 8F => 12000, memenuhi, maks, berhenti

Update data. Dari hasil 8F, bisa diperoleh baja sejumlah 50 baja (nF = 400. Data diupdate, sehingga nF = (400-50*8) = 0. Perputaran dilanjutkan lagi.

Persamaan linier sekarang: 5600C+ 3400D ≤ 12000 7. 0C + 1D => 3400, memenuhi, belum maks, lanjut 0C + 2D => 6800, memenuhi, belum maks, lanjut 0C + 3D => 10200, memenuhi, maks, ganti, lanjut 1C + 1D => 9000, memenuhi, belum maks, lanjut 1C + 2D => 12400, tidak memenuhi, ganti, lanjut 2C + 0D => 11200, memenuhi, belum maks, ganti, lanjut

2C+ 1D => 14600, tidak memenuhi, berhenti

(11)

6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Aplikasi Web Based Training Pembesian memberikan kemudahan kepada user dalam mempelajari Shop Drawing pembesian. Hal ini dikarenakan dalam WBT terdapat simulasi dan soal-soal latihan sehingga user dapat lebih cepat memahami.

2. Aplikasi bar bending terbukti lebih cepat dan mempermudah dalam pembuatan daftar pembengkokan tulangan serta lebih informatif. 3. Dengan menggunakan bar bending

otomatis kebutuhan tulangan dapat diketahui dengan cepat dan akurat. 6.2 Saran

1. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan merubah tampilan dan isi dari tutorial yang ada sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh user.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melengkapi program ini dengan memberikan aplikasi untuk optimasi pemotongan pembesian. 7. DAFTAR PUSTAKA

1. American Concrete Institut, 2002, Building Code Requirements for

Reinforce Concrete and

Commentary (ACI 318-2002).

2. American Concrete Institut, 2002, Structural Detailing (ACI 315-2002). 3. British Standart 8666-2005

4. Departemen PU, 1971, Peraturan Beton Bertulang Indonesia, Jakarta. 5. Departemen PU, Tata Cara

Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002 6. Dipohusoso I, 1994, Struktur Beton

Bertulang, Gramedia, Jakarta. 7. Kilby Tim, 2006, Going Online for

Training,

http://www.wbtic.com/presentatio n/goingonline.

8. Kusuma G., W.C. Vis, 1994, Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang, Erlangga, Jakarta.

9. Kusuma G., W.C. Vis, 1994, Pedoman Pengerjaan Beton, Erlangga, Jakarta.

10. Nawi E. G., 1998, Beton Bertulang, PT. Refika Aditama, Bandung.

Gambar

Gambar 1. Bagan Alir Meodologi Penelitian
Gambar 10. Contoh Rancangan Admin  5.2.3 Halaman Kebutuhan Tulangan

Referensi

Dokumen terkait

Penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, lembaga instansi pemerintah dan dunia usaha, yang menerima pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik...

Perubahan DP sakarida dalam hidrolisat disajikan pada Tabel 2, dengan DP tertinggi (52,00) pada hidrolisis asam-microwave selama 12,5 menit dengan penambahan karbon

Biasiswa untuk mengikuti pengajian di peringkat a) Ijazah Sarjana dan Ijazah Kedoktoran. b) Tempat pengajian di dalam/ luar negara ELAUN YANG DITAWARKAN2. Elaun Keperluan

1) Pendahuluan, tahap ini guru melakukan apersepsi serta menjelaskan tentang model pembelajaran yang digunakan siswa. 2) Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke

Secara umum kompresi menggunakan fraktal dilakukan dengan membagi citra asli menjadi beberapa blok yang tidak saling beririsan (non overlapping) yang dinamakan dengan

(1) Setelah waktu untuk pemberian suara berakhir, Ketua Penyelenggara Pemungutan Suara mempersilakan masuk pemilih yang hendak hadir pada pembukaan surat-suara dan penghitungan suara

Jika kegiatan “3 M” yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) ini dapat dilakukan secara teratur oleh keluarga di rumah dan lingkungannya masing-masing,

Mencermati atas Gambar-I (Profil Sungai), dapat ditelusuri bahwa struktur sungai pada hakekatnya merupakan komponen (elemen) atau bagian dari morfologi sungai, yang