• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Tugas Akhir Mei 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Tugas Akhir Mei 2016"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 “MODIFIKASI PENGATURAN CONTROL PANEL (LVC, WAKTU, READY, EXPOSE, RESET)

PADA PESAWAT DENTAL X-RAY PANORAMIX MERK ASAHI”

(Hendra Soeseno1, Tri Bowo Indrato, ST, MT2, Dr. Endro Yulianto, ST, MT 3)

Jurusan Teknik Elektromedik

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA

ABSTRAK

Pesawat dental x-ray panoramix adalah suatu peralatan di bidang radiologi yang digunakan untuk menangkap seluruh bagian mulut dalam suatu gambar, termasuk gigi atas dan rahang bawah, struktur sekitarnya dan jaringan.

Umumnya teknik yang digunakan untuk mendiagnosa dengan cara sumber sinar-x dan film berputar mengelilingi pasien, gerakan film kaset berputar pada sumbunya bergerak mengelilingi pasien, sumber sinar-x dan tempat kaset bergerak secara bersamaan dan berelawanan satu sama lain.

Mendapati alat dental x–ray panoramix merk asahi dengan kondisi mati total yang tidak bisa digunakan secara fungsional, serta alat tersebut sudah lama tidak digunakan dan dimanfaatkan, perlu dimodifikasinya alat tersebut dengan membuat control panel (LVC, Ready, Reset, Chepalo, Second, Expose) pada alat dental x-ray panoramix dengan tujuan agar bisa mempermudah dalam penggunaan alat dental x-ray panoramix.

Rancangan penelitian tersebut menggunakan metode pre-experimental dengan jenis penelitian one post test design.

Kata Kunci: Thermohygrometer, Suhu, Kelembaban, SHT11

PENDAHULUAN Latar Belakang.

Pesawat dental x-ray panoramix adalah suatu peralatan di bidang radiologi yang digunakan untuk radiografi diagnostic dengan

system scanning pada rahang bawah, juga

disebut panoramix x-ray, dental x-ray yang menangkap seluruh bagian mulut dalam suatu gambar, termasuk gigi atas dan rahang bawah, struktur sekitarnya dan jaringan.

Pada umumnya kita lebih mengenal termom Gunanya untuk memeriksa apakah adanya bagian gigi dari rahang atas dan rahang bawah strukturnya melengkung seperti sepatu kuda. Umumnya teknik yang digunakan untuk mendiagnosa dengan cara

sumber sinar-x dan film berputar

mengelilingi pasien, gerakan film kaset

berputar pada sumbunya bergerak

mengelilingi pasien, sumber sinar-x dan tempat kaset bergerak secara bersamaan dan berelawanan satu sama lain. Celah sempit pada tabung mengeluarkan sinar-x

yang menembus dagu pasien mengenai film yang berputar sampai selesai.

Setelah melaksanakan kegiatan

perkuliahan di kampus teknik elektromedik surabaya, penulis mendapati alat dental x–

ray panoramix merk asahi dengan kondisi

mati total yang tidak bisa digunakan secara fungsional, serta alat tersebut sudah lama tidak digunakan dan dimanfaatkan penulis berinisiatif membuat pengaturan pada

control panel (LVC, Ready, Reset, Second, Expose) dengan kondisi yang sudah lama

tidak bisa lagi digunakan maka penulis memodifikasi dengan membuat control

panel (LVC, Ready, Reset, Second, Expose)

pada alat dental x-ray panoramix dengan

tujuan agar bisa membantu dan

mempermudah dalam penggunaan alat

dental x-ray panoramix serta sebagai

bahan pembelajaran mahasiswa.

Berdasarkan permasalahan di atas dan juga Sebagai calon ahli tenaga elektromedis penulis ingin memodifikasi

(2)

alat dental x-ray panoramix yang berada dikampus teknik elektromedik Surabaya dengan judul,

“Modifikasi pengaturan pada control panel (LVC, Ready, Reset, Waktu, Expose) pada Pesawat Dental X-Ray Panoramix merk asahi”.

Batasan Masalah

Dalam pembuatan modul ini, penulis

membatasi masalah yang akan dibahas,

meliputi :

1. Pengaturan Line Voltage Control (LVC) 2. Display LVC menggunakan voltmeter

analog

3. Sistem emergency stop

4. Mempersiapkan alat dalam kondisi siap expose

Rumusan Masalah

“Dapatkah dirancang suatu alat pesawat dental x-ray panoramix dengan pengaturan

control panel (LVC, Ready, Reset, Waktu, Expose) ?”

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Merancang alat radiologi berupa

pesawat dental x-ray panoramix dengan pengaturan control panel (LVC, Ready, Reset,

Waktu, Expose).

Mengetahui tata cara kerja alat Dental

X-ray panoramic mulai dari awal sampai akhir.

Untuk mempelajari proses bagaimana melakukan pemillihan LVC.

Tujuan Khusus

Dengan acuan permasalahan di atas,

maka secara operasional tujuan khusus

pembuatan alat ini antara lain : 1. Membuat rangkaian LVC 2. Membuat rangkaian emergency

3. Membuat rangkaian indicator ready dan ekspose

4. Melakukan uji kelayakan alat

Manfaat

Manfaat Teoritis

1. Membantu mahasiswa dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan di

bidang peralatan radiologi terutama pada alat panoramic dental x-ray .

2. Dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa yang akan meneliti lebih lanjut pesawat simulator x-ray konvensional.

Manfaat Praktis

1. Membantu proses kegiatan pembelajaran di mata kuliah radiologi.

2. Memberikan kemudahan dalam pengaturan LVC, control ready ekspose.

3. Membantu mempermudah mempelajari

cara kerja pesawat dental x-ray panoramix. 4. Mengamankan alat jika terjadi kesalahan

pada saat pengoperasian.

METODOLOGI Diagram Blok Sistem

Gambar 1 Diagram Blok dental panoramic x ray (Master Plan)

Ketika steaker dihubungkan pada

jala-jala maka tombol emergency akan

mendapat supply tegangan sesuai dengan tegangan jala jala PLN. Ketika tombol power di ditekan pada posisi ON maka autotrafo akan mendapat supply tegangan sesuai dengan hasil kompensasi LVC.

Kemudian ketika setting kV, maka trafo HTT akan mendapat input sesuai dengan pemilihan kV yang di driver oleh driver kV, selanjutnya apabila ditekan ready maka

(3)

Diagram Alir Proses/Program

Gambar 3.2 Diagram Alir

Diagram Mekanis Sistem 3.3 Diagram Mekanis

Gambar 3.3 diagram mekanis tampak atas

Gambar 3.4 Diagram mekanis tampak smping

HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS Hasil Pengukuran Test Point

Hasil Pengukuran Test Point Pada LVC

Tabel 4.1 Data Tegangan LVC

STEP PLN DATA 1 DATA 2 DATA 3 DATA 4 DATA 5 RATA RATA DISPLAY LVC 1 221 208 208 208 209 208 208.25 2 221 211 212 211 211 211 211.25 3 221 213 213 214 213 213 213.25 4 221 216 216 217 216 217 216.5 5 221 218 218 218 219 219 218.5 6 222 222 222 222 222 222 222 7 222 225 225 225 225 225 225 8 222 228 229 228 228 228 228.25 9 222 230 230 231 231 230 230.5 10 221 233 233 233 233 233 233

(4)

PEMBAHASAN 1. Rangkaian LVC J10 LV METER 1 2 L2 SWITCH COM SELECTOR KV 6 RCE 5OHM 80W SOURCE RESISTOR J2

TERMINAL 4 (MENUJU AUTOTRAFO)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 100 105 110 L1 14 RCE SW5 SW DPST COM LVC J3 SAKLAR ROTARY LVC 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 COM LVC J4 SELECTOR KV 1 2 3 4 5 6 7 8 L2 J1 STEAKER 1 2 COM LVC Gambar 7 Schematic LVC

Spesifikasi yang diperlukan rangkaian ini adalah:

1. Menggunakan autotrafo dengan

spesifikasi input 200-240 Volt

2. Membutuhkan saklar rotary dengan spesifikasi tegangan 220/240V 10A, dengan 10 step pemilihan tegangan. 3. Menggunakan sebuah Wire Wound

Resistor dengan nilai 5 ohm 40watt 4. Membutuhkan voltmeter analog atau

Line Voltage meter untuk

menampilkan hasil kompensasi

tegangan.

Langkah-langkah pengaturan/pengujian

yaitu:

1. Memeriksa kondisi saklar rotary

dengan menggunakan multimeter

pada posisi selector buzzer. Mulai

pengukuran dengan cara

menghubungkan probe multimeter hitam menuju common saklar rotary dan probe merah pada kaki saklar

rotary yang pertama, jika buzzer berbunyi maka saklar kondisi baik. Kemudian putar saklar rotary dan ukur kaki saklar rotary kedua dengan common, ulangi proses tersebut hingga kaki ke-10 saklar rotary.

2. Untuk memeriksa kondisi Line

Voltage Meter yaitu dengan cara memberi tegangan pada kaki input LVm, kemudian bandingkan hasil pembacaan LV meter dengan alat ukur tegangan seperti multimeter atau clamp meter (Tang ampere).

2. Kontrol Ready F1 FUSE BOARD 23 TERMINAL 200 J6A TERMINAL 1 A 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 D1 LL R EL AY BA R U N O 10 J6 TERMINAL 1 B 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SO U R C E R ES IST O R 5O H M 8W AUTOTRAFO (100V) 0 SW3 READY 1 2 R3 2K COM KV (R-CO NO 12) R-CO NO 8 R1 R L2 SW IT C H C O M SE LC T O R KV R5 5W 2K D2 INDIKATOR READY R-CE NO 10, R-CO NO 10 C O M LV C 8 TERMINAL 1 B NO 12 K3

RCO (BEKERJA KETIKA TOMBOL POWER DI ON.KAN 9 7 8 15 6 14 11 5 12 2 4 3 1 10 TERMINAL 1B NO 9, 32 BOARD 2 10 1 TERMINAL 1 B NO 4 (AUTOTRAFO 100V) 9 0

51 (MENUJU TERMINAL 24 [AUTOTRAFO 58V]) 44

12 R-C

0 11 R-C

52 (MENUJU TERMINAL 5 NO 23 [AUTOTRAFO 100V])

K2 RS 12 4 8 11 3 7 10 2 6 9 1 5 13 14

(5)

50

SAKLAR READY , 6 R-T (BLOK EXPOSE)

9 R-S 23 K4 R-C 12 4 8 11 3 7 10 2 6 9 1 5 13 14 37 J8 MENUJU T. FILAMEN 1 0 43

39 NO RELAY DARI TERMINAL 2 NO 12 (100V DARI R-CO)

J17

RANGKAIAN KONTROL MOTOR 1 65 J16 L1 220v 1 T1 TRANSFORMER 1 5 4 8 0 66 65 66 LS1 RELAY DPDT 3 4 5 6 8 7 1 2 D5 DIODE D6 DIODE 23 BOARD

Gambar 8 Schematic Kontrol Ready

Spesifikasi yang diperlukan

rangkaian ini adalah:

1. Menggunakan trafo filament

berjenis step down dengan

spesifikasi input 100 Volt

2. Menggunakan Wire Wound Resistor untuk pengaturan nilai mA.

3. Menggunakan relay DPST dengan coil 100v, 12v serta transformator CT step down 110v menuju 12v

4. Menggunakan saklar push ON

dilengkapi dengan pilot lamp.

3. Kontrol Expose 5OHM 80W SOURCE RESISTOR 14 RCE COM LVC J3 SAKLAR ROTARY LVC 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 L1 L2 COM LVC L2 SWITCH SW5 SW DPST J4 SELECTOR KV 1 2 3 4 5 6 7 8 6 RCE J1 STEAKER 1 2 COM SELECTOR KV COM LVC J10 LV METER 1 2 J2

TERMINAL 4 (MENUJU AUTOTRAFO)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 100 105 110 J6A TERMINAL 1 A 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 11 ,2 RCO 2 11 K1 RR BOARD 3 No 60 10 COM SELCTOR KV COM KV (R-CO NO 12) 4

TERMINAL 3 T MENUJU PRIMER HTT 12 1 J6 TERMINAL 1 B 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 3 J6A TERMINAL 1 A 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 11 ,2 RCO 2 11 K1 RR BOARD 3 No 60 10 COM SELCTOR KV COM KV (R-CO NO 12) 4

TERMINAL 3 T MENUJU PRIMER HTT 12 1 J6 TERMINAL 1 B 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 3 C PRIMER HTT NOL AUTOTRAFO D3SR PRIMER HTT R-CE NO 15 (NOL AUTOTRAFO)

J13 TERMINAL 3 T TO C CO M S S0 S1 S3 CM m m0 m1 E R4 10 OHM 0W T (R-R NO 3) J13A TERMINAL 3 (BODY ) T TOC CON S S0 S1 S3 CM m m0 m1E

(6)

12 R-CE2, 36 KE 55 9 R-CE2 38 0 40 K3 R-RE 12 4 8 11 3 7 10 2 6 9 1 5 13 14 6 R-C 41 13 R-C, 10 R-C, SAKLAR READY (23) 8 R-C 0 6 RR, 8 R-CE2 , 26 24 K5 R-T 8 4 6 1 5 3 2 7 3 R-CE2, 25 DARI 36, RRE 12 R-C D1 DIODE 60 MENUJU COIL R-R K2 RS 12 4 8 11 3 7 10 2 6 9 1 5 13 14 0

53, MENUJU INDIKATOR X RAY

D2

DIODE

43 menuju 12 rely baru

0 23 13 R-S 37 8 R-T J15

N.O Rce (diberi tegangan dari sklar expose)

1 R-RE, 39

K4

R-C (sudah aktif ketika ready ) 12 4 8 11 3 7 10 2 6 9 1 5 13 14

Spesifikasi yang diperlukan

rangkaian ini adalah:

1. Menggunakan autotrafo dengan spesifikasi input 200-240 Volt

2. Membutuhkan saklar rotary dengan spesifikasi tegangan 220/240V 10A, dengan 7 step pemilihan tegangan. 3. Menggunakan sebuah Wire

Wound Resistor dengan nilai 5 ohm 40watt

4. Membutuhkan relay coil AC100V.

5.1 Pembahasan Kinerja Sistem Keseluruhan

Kontrol LVC bekerja untuk menstabilkan tegangan input pada alat agar alat dapat bekerja dengan optimal. Kontrol LVC bekerja ketika tegangan PLN mangalami kenaikan atau penurunan sehingga tegangan input tidak stabil. Sistem kerja dari rangkaian kontrol LVC dengan cara tegangan dikompensansi oleh autotrafo menggunakan selector pemilihan tegangan yang disebut Line Voltage Selector (LVS). Tegangan PLN di sesuaikan dengan kebutuhan pesawat sesua dengan garis yang tertera pada tampilan LV meter dimana setiap pergerakan perpindahan LVS akan menaikan tegangan sebasar ±2V apabila diputar searah jarum jam pada setiap step pemilihannya. Apabila LVS diputar berlawanan dengan arah jarum jam maka tegangan akan turun ±2V pada setiap stepnya. Apabila setting LVC telah sesuai dengan kebutuhan alat maka selanjutnya adalah pemilihan kV, pemilihan kv dilakukan dengan cara memutar

(7)

selector kV, pemilihan kV ini bervariatif mulai dari 60kv hingga 90kv dimana kenaikan kV pada tiap pemilihannya adalah 5kV pada setiap step selector pemilihannya

5.2.2 Modul Rangkaian kontrol Ready

Rangkaian ready adalah rangkaian pemanasan awal filament, seperti yang kita ketahui bahwa salah satu syarat terjadinya sinar-X adalah adanya sumber electron, dan pembentukan electron pada pesawat rotgen terjadi pada filament. Disamping sebagai sumber electron pemanasan awal filament juga berfungsi untuk mengurangi penguapan katoda saat suhu emisi tercapao sebelum eksposure. Suhu katoda dijaga berkisar ±1500ºC sehiingga temperature emisi pada saat ekspose yang berkisar ±2700ºC dapat dicapai dalam waktu yang lebih cepat.

Setelah LVC dan setting kV dilakukan maka langkah selanjutnya yaitu dilakukan pemanasan filament untuk menghasilkan electron, rankaian ini berfungsi ketika tombol ready pada pesawat ditekan maka tegangan 100v dari outputan autotrafo yang sebelumnya sudah ada pada saat tombol power di ON kan akan memberikan supply tegangan pada saklar ready. Dan ketika tombol ready ditekan maka input tegangan akan memberi supply pada coil relay ready (R-C) dan lampu indiator ready, ralay R-C bekerja dan seluruh kontak relay R-C berubah yang awalnya berada pada posisi Open

menjadi Closed sehinga ptimer trafo filament yang ada pada Tube Head akan mendapat supply tegangan dari ralay tersebut. Tegangan input trafo filament berasal dari kontak NO (Normally Open) relay R-C, kontak relay R-C yang terhubung pada kontak relay R-S, dimana kontak Normally Open Relay R-S terhubung pada autotrafo 100V dan Normally

Closed terhubung pada

autotrafo 58v. Relay R-S akan aktif ketika ekspose, maka dari itu input trafo filament hanya mendapat supply tegangan sebesar 58V guna pemanasan awal filament.

5.1.2 Modul Rangkaian kontrol Ekspose

Rangkaian ekspose

adalah rangkaian

pembangkit tegangan tinggi, dimana setelah dilakukannya setting LVC, setting kV, serta pemanasan pada filament, maka selanjutnya diberikan beda potensial yang sangat tinggi agar electron dapat tertarik dan dapat menumbuk target untuk terciptanya sinr X. sumber penghasil tegangan tinggi ini berasal dari HTT, sumber tegangan HTT pada pesawat rotgen ini disupply oleh relay R-R. dan dikendalikan oleh tombol expose. Pada proses sebelumnya ketika posisi ready relay RC memberikan input tegangan pada trafo step down dimana trafo step down ini memberikan tegangan pada relay 12vdc yang berfungsi memberikan

(8)

supply tegangan pada rangkaian control scanning serta untuk mendriver kinerja relay R-R. sedangkan input tegangan tinggi primer HTT berasal dari selector pemilihan kV (COM KV) kemudian menuju relay R-CO yang sebelumny telah aktif ketika tombol power posisi ON, kemudian di umpankan menuju kontak relay RR,

normally open menuju

terminal T terminal T menuju pada primer HTT.

Ketika tombol ekposose ditekan tombol ekpose memberi tegangan pada relay driver scanning kemudian kontak relay tersebut mendapat supply 100v dari autotrafo,

normally open relay tersebut

memberikan input tegangan pada relay R-CE yang sebelumnya telah aktif ketika tombol power posisi ON kemudian tegangan mengalir menuju relay R-C yang sebelumnya telah aktif ketika ready dan menuju kontak relay baru dan

normally closed relay baru

menuju pada coil relay R-T. ketika relay R-T bekerja maka input tegangan dari tombol ready (nomor 23) akan memberi tegangan pada relay R-T dan R-C kemudian menuju coil relay RS. Relay RS bekerja maka tegangan input dari nomor 23 menuju relay RC kemudian relay RRE normally closed dan menuju nomor 60, nomor 60 menuju coil relay RR. Relay R-R bekarja maka tegangan

input primer HTT untuk digandakan pada sisi sekunder dan dialirkan pada anoda tabung untuk terciptanya sinar X.

PENUTUP Kesimpulan

Secara menyeluruh penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa:

1. Rangkaian Stabilizer LVC dapat bekerja dengan baik sehingga dapat melakukan stabilisasi tegangan sesuai dengan kebutuhan alat yang terttera pada LV meter.

2. Rangkain LVC bekerja sesuai dengan batasan tegangan yang telah diberikan sehingga mempunyai toleransi tegangan lebih kurang 0,75.

3. Tegangan listrik yang tidak stabil sangat berpengaruh pada kinerja rakaian LVC.

4. Rangkaian display LVC menggunakan LV meter (analog) dapat bekerja sehingga dapat menampilkan tegngan dari keluaran LVC.

Berdasarkan hasil perencanaan dan pembuatan modul tentang simulator generah x-ray (LVC dan interlock) dapat disimpulkan bahwa alat ini memiliki nilai error dibawah 5% yaitu 0,75%,sehingga dapat dikatakan bahwa alat ini dapat berfungsi dengan baik.

6.2 Saran

Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk penyempurnaan penelitian lebih lanjut:

a. Dapat ditambahkan rangkaian control LVC

otomatis dengan

menggunakan motor sistem mikrokontroler pada display

(9)

LVC dan rangkaian penyetabil LVC.

b. Menggunakan display tampilan LV meter dengan

tampilan Digital

menggunakan Sevent Segment yang diolah mikrokntroller.

c. Dapat digantikan dengan relay 220VAC karena untuk pada zaman modern sperti ini mencari Relay AC 100v sedikit susah.

d. Dapat ditambahkan pengaturan mA

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arthia, Aghoes. 2011. Sejarah dan Prinsip Kerja Dental X-RAY Panoramix

http://goes-ria.blogspot.com diakses pada

23 September 2015, 16:23

[2] D.Noreen chesney, muriel O.

Chesney. 1996, RadioPhotography

[3] Wasito S, Vademekum Elektronika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Proses Scanning Dan Reset Otomatis Berbasis Mikrokontroller AT89s51

[4] Prima Putranto sidik. 2013.

Modifikasi Sistem Pengaturan Arus Tabung

Dan Dan Reset Otomatis Berbasis

Mikrokontroller AT89s51

[6] Yohanes Tyas Luluh

Bertanto. 2013. Modifikasi Dental X-RAY Panoramix Pada [5] Foster,

Edward. 1985. Equipment for

Diagnostic Radiography. England.

MTP Press Limiter

[7] G. J Van Der Plaats. 1980 .

Medical X-Ray Tachniques in

Diagnostic Radiology Fourt

Edition. Martinus Nijhoff

Publishers.

Biodata Penulis :

Nama : Hendra SOeseno

NIM : P27838013095

TTL : Surabaya,24 Januari 1995

Alamat : jl. Simomulyo baru 4D no1

Gambar

Gambar 1 Diagram Blok dental panoramic x ray   (Master Plan)
Gambar 3.3 diagram mekanis tampak atas
Gambar 8 Schematic Kontrol Ready

Referensi

Dokumen terkait

Pada tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat keuntungan usahatani kakao di Kabupaten Luwu atas biaya tunai yang berasal dari pengurangan antara penerimaan yang

menunjukkan bahwa perlakuan dengan menggunakan bibit IV dengan komposisi lumpur yang berasal dari lumpur selokan tahu 50%, lumpur RPH 25 % dan lumpur sungai Badung 25 %

MIPA D di SMA Negeri 5 Kota Bogor. Hasil tersebut juga dibuktikan dengan tingkat ketuntasan belajar peserta didik dimana pada pra siklus tingkat ketuntasan

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, bersama ini kami sampaikan pengumuman nama-nama guru peserta PLPG yang dinyatakan (a) LULUS, (b) MENGIKUTI UJIAN ULANG, dan (c)

Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk menyelamatkan spesies dari kepunahan Antara lain dengan konservasi.. Seperti spesies harimau sumatra di Indonesia yang

Terima kasih kepada Bapak Tirta N. Mursitama selaku pembimbing yang telah memberi banyak kemudahan kepada penulis dan juga kesempatan untuk memeperoleh banyak pengalaman

Begitu pentingnya kegiatan tersebut maka tidak jarang ditemukan pendapat yang mengatakan bahwa pengukuran dan evaluasi pendidikan

Penelitian ini menggunakan model observasi nonsistematis dimana peneliti membaur langsung dengan masyarakat untuk kemudian melakukan pengamatan tentang fenomena