• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENYERAPAN OUTPUT STP ST. PETRUS KEUSKUPAN ATAMBUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENYERAPAN OUTPUT STP ST. PETRUS KEUSKUPAN ATAMBUA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT PENYERAPAN OUTPUT STP ST. PETRUS KEUSKUPAN ATAMBUA Anselmus Yata Mones

Dosen STP Santo Petrus Keuskupan Atambua Email: anselmojata@gmail.com

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur hubungan dan melakukan analisis faktor yang mempengaruhi tingkat penyerapan output STP St. Petrus Keuskupan Atambua. Atau dengan kata lain penelitian ini untuk mengukur hubungan antara kompetensi yang dikembangkan di STP St. Petrus dan penyerapan output STP St. Petrus. Analisis ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, di mana semua data yang terkumpul melalui angket dan wawancara akan analisis dengan bantuan analisis statistik agar dapat menemukan tingkat kevalidan data dengan tingkat kesalahan 0,5. Melalui uji statistik ini peneliti dapat menggambarkan kondisi dan hubungan serta pengaruh yang signifikan antara varibel independen (Kompetensi yang dikembangkan di STP St. Petrus) dan variable dependent (Penyerapan output STP St. Petrus). Subyek dari penelitian ini adalah Output STP St. Petrus yang tersebar di wilayah keuskupan Atambua. Peneliti akan secara acak memilih beberapa orang output di wilayah keuskupan Atambua tersebut sebagai sampel penelitian. Hasil dari penelitian akan dibuat generalisasi sebagai kesimpulan dari penelitian.

Data hasil penelitian secara keseluruhan menujukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat penyerapan output adalah faktor pengetahuan, faktor sikap dan kepribadian dan faktor keterampilan. Ketiga faktor tersebut sangat dominan berpengaruh di tempat kerja masing-masing. Misalnya di paroki, faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat penyerapan adalah sikap dan kepribadian. Dengan kata lain faktor yang paling dominan dipertimbangkan oleh pengguna lulusan untuk merekrut seorang tenaga pekerja adalah faktor sikap dan kepribadian. Di mana terdapat 43,2% menganggap faktor tersebut sangat penting dan 36,8% responden menilai faktor tersebut penting karena seorang katekis di paroki adalah seorang pengajar iman dan moral, karena itu ia harus menjadi panutan bagi seluruh warga katolik yang ada di paroki tersebut. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap output di paroki adalah unsur pengetahuan yang memadai di bidangnya. Faktor pengetahuan ini juga penting karena sebagai seorang pengajar tentu harus menguasasi konten yang akan diajarkan. Data hasil penelitian menunjukan bahwa 28,8

% responden menganggap sangat penting, sedangkan 37,6% menganggap penting dimiliki oleh seorang katekis. faktor ketika yang perlu di miliki adalah keterampilan. Sekitar 26,4% menganggap faktor tersebut sangat penting dan 24% menganggap penting dimiliki oleh seorang katekis. secara berurutan dapat dikatan jika seorang ingin bekerja di paroki, hal pertama yang perlu dimiliki adalah sikap iman dan moral yang baik (tidak ada riwayat yang buruk tentang iman dan moral), kedua adalah memiliki pengetahuan yang memadai tentang ilmu agama dan yang hal ketiga adalah keterampilan berpastoral. Sedangkan faktor pertama dan utama yang berpengaruh terhadap tingkat penyerapan di sekolah adalah faktor keterampilan yang dimiliki oleh seorang output, di mana 59,2% responden menganggap faktor ini sangat penting dimilikinya dan 28% responden menilai faktor ini penting dimiliki oleh oleh seorang output, faktor ini dianggap lebih penting karena sesorang guru di sekolah dintuntut pertama kali harus memiliki keterampilan yang handal untuk memberi warna dan menyemangati segala kegiatan kerohanian yang ada di sekolah. Kompetensi kedua yang harus dimiliki oleh seorang output di sekolah adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan sikap iman dan moral yang baik dan menjadi panutan bagi seluruh siswa dan dan seluruh guru yang ada di sekolah.

Kata Kunci: Penyerapan Output, Pengetahuan, Sikap kepribadian dan keterampilan

(2)

Pendahuluan

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa “tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian”, undang-undang ini mensyaratkan bahwa untuk mendapatkan pekerjaan yang layak orang harus memiliki kemampuan tertentu dan tingkat kualifikasi pendidikan yang mumpuni. Dalam peraturan Menteri ketenagakerjaan Repubik Indonesia nomor 2 tahun 2016 tentang sistem standarisasi kompetensi kerja nasional, seorang pekerja harus relevan dengan kebutuhan pengguna, dunia usaha atau industri 1. Syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang pencari kerja adalah memiliki pendidikan voaksi/keterampilan, pelatihan kerja dan sertifikat kompetensi.2

Pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar untuk bisa mempersiapkan tenaga kerja dan memberikan pembekalan-pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan kerja. Dengan kata lain pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompetitif dalam mencapai kesuksesan di era globalisasi. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan suatu bangsa. Maka pendidikan harus menjadi prioritas bagi pembangunan, dengan tidak mengenyampingkan sektor lain. Untuk memajukan pendidikan tidak hanya dengan merubah kurikulum dan melengkapi sarana dan prasarana saja, melainkan juga memperhatikan pembangunan

sumber daya manusia yang akan mengemban pendidikan tersebut. Oleh karena itu untuk mencapai pendidikan yang lebih baik dimasa datang, yang menjadi prioritas utama untuk hal ini adalah pembenahan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan yang berkualitas serta merata ke seluruh lapisan masyarakat, dan yang paling utama adalah menumbuhkan kesadaran bagi setiap elemen masyarakat serta pemerintah maupun pihak-pihak yang bersangkutan untuk berbenah diri.

Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan seluruh komponen pendidikan yang saling terkait dan terpadu serta bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkulitas, terampil, cerdas, maju, mandiri dan modern. Pembangunan pendidikan merupakan bagian terpenting dari upaya menyeluruh pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa.

Sekolah Tinggi Pastoral Keuskupan Atambua merupakan sebuah lembaga yang paling bertanggung jawab mencetak tenaga kerja yang memiliki kompetensi utama sebagai pendidik atau guru profesional dalam bidang Pendidikan Agama Katolik, mereka dibekali dengan sikap dan kepribadian yang mantap dan berpengetahuan luas. Selain itu kompetensi pendukungnya adalah menciptakan peneliti dan penyuluh agama Katolik yang profesional di lembaga pemerintah dan swasta serta memiliki ketrampilan berwirausaha agar mampu menghidupi diri dan orang lain.

1

Naskah peraturan Meteri Ketenagakerjaan Republik 2 Ibid. Indonesia, pasal 3 dan pasal 13

(3)

Menyiapkan sumber daya manusia yang kompetitif memang bukan pekerjaan mudah yang dapat dilakukan secara instant. Sekolah Tinggi Pastoral St. Petrus dari hari ke hari senantiasa mengevaluasi diri demi mempersiapkan tenaga yang siap pakai bahkan mampu menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendir dan bagi orang lain.

STP St. Petrus, sudah menamatkan 738 orang selama kurun waktu 7 tahun sejak pendirian. Masih terdapat banyak out put STP St. Petrus Keuskupan Atambua, yang belum mendapatkan pekerjaan baik sebagai guru Agama Katolik maupun sebagai wirausahawan yang handal3. Peneliti menduga ada beberapa faktor yang bisa menjadi faktor penyebab, diantaranya kesiapan mental, kemampuan yang memadai, sikap dan keteladanan serta keterampilan berpastoral yang minim.

Kondisi kerja yang baik, kualitas output yang tinggi, upah yang layak, ketidaksesuaian antar profil lulusan dan kebutuhan lapangan kerja serta kualitas sumber daya manusia adalah persoalan yang selalu muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping masalah hubungan industrial antara pekerja dengan dunia usaha. Dapat dikatakan ketenagakerjaan di Indonesia hingga kini masih menghadapi beberapa ketidakseimbangan baik struktural ataupun sektoral. Maka salah satu

sasaran yang perlu diusahakan adalah meningkatkan daya guna tenaga kerja.

Dalam kaitannya dengan tema yang bahas terutama tentang permintaan tenaga pendidik di sekolah, dalam lima tahun terakhir fokus pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui dunia pendidikan sangat tinggi. Kebutuhan akan tenaga guru dan regulasi yang mengatur tentang kelayakan menjadi seorang guru semakin digenjot agar kualitas pendidikan Indonesia semakin hari semakin berkembang baik. Salah satu produk pemerintah yang mengatur tentang guru dan dosen adalah undang-undang nomor 14 tahun 2003. Selain itu lebih lanjut oleh menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia, mengeluarkan peraturan menteri nomor 62 tahun 2013 tentang sertifikasi guru dalam jabatan dan dalam rangka penataan dan pemerataan guru. Hal ini dimaksudkan agar permintaan terhadap guru yang berkualitas dapat tersebar di seluruh Indonesia agar terjadi pemerataan dan standarisasi pendindidikan yang akhirnya menghasilkan anak-anak bangsa yang berkualitas yang siap membangun bangsa dan Negara berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Menurut Becker (2017) kepuasan individu bisa diperoleh melalui konsumsi atau menikmati waktu luang (leisure). Sedang kendala yang dihadapi individu adalah tingkat pendapatan dan waktu. Bekerja sebagai kontroversi dari leisure menimbulkan penderitaan, sehingga orang hanya mau melakukan kalau memperoleh kompensasi

3Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, sekitar 70 orang belum mendapatkan pekerjaan, atau mendapat pekerjaan namun tidak sesuai dengan kompetensi yang

dimilikinya. (bekerja di rumah sakit, wartawan, dan tukang kayu/batu.

(4)

dalam bentuk pendapatan, sehingga solusi dari permasalahan individu ini adalah jumlah jam kerja yang ingin ditawarkan pada tingkat upah dan harga yang diinginkan. Semakin besar elastisitas tersebut semakin besar peranan input tenaga kerja untuk menghasilkan output, berarti semakin kecil jumlah tenaga kerja yang diminta. Marginal Rate of

Technical Substitution atau dikenal dengan istilah

MRS. Hal ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara faktor tenaga kerja dan kapital yang merupakan lereng dari kurva isoquant.4

Menurut Dau (2020) umumnya terdapat

kesulitan dalam memastikan lulusan yang dapat terlibat dalam kehidupan kemasyarakatan dengan pengetahuan yang memadai, didukung seperangkat kecakapan, keterampilan seperti sikap dan tindakan cerdas, religiositas dan berbudi luhur, kemampuan untuk memimpin, daya juang yang tinggi, sikap tanggap, pergaulan positif, semangat atau antusiasme, dan sikap mandiri sehingga sejalan dengan permintaan dunia kerja.5 Hal yang sama secara khusus diungkapkan oleh Frans Janu Hamu (2013) dalam sebuah artikel, ia menuturkan dua persoalan dasar yang membuat pengangguran dapat terjadi pada profesi guru agama katolik. Persoalan tersebut antara lain guru agama katolik kurang berkompeten dan kurang profesional dalam bidang pastoral dan pendidik agama Katolik di sekolah6. Selain itu sikap dan teladan menjadi hal utama lainnya yang

harus diperhatikan dalam proses pembentukkan dirinya saat berada di dunia pendidikan.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Di mana peneliti akan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, metabulasi data berdasarkan variabel dari responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab perumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah dilakukan.

Pembahasan Data Penelitian

1) Data persebaran tamatan STP St. Petrus berdasarkan tempat asal

Berdasarkan tempat asalnya, tamatan STP St. Petrus datang dari berbagai daerah yang ada wilayah keuskupan Atambua dan wilayah disekitarnya. Data sebagaiamana terlihat pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa selama kurun waktu 5 tahun terakhir mahasiswa STP St. Petrus, sebagian besar mahasiswa, secara tetap dan dominan berasal dari tiga wilayah kabupaten yang ada di wilayah keuskupan Atambua, yakni kabupaten Belu, Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Malaka. Sedangkan sebagian kecilnya berasal dari wilayah di sekitar wilayah Keuskupan Atambua. Jumlah tamatan yang terbesar datang dari malaka

4 Gary Becker, Economic Theory, (New York:

transaktion,2007) p. 68

5Dau, Y. L. D. (2020). Pengaruh Kepemimpinan,

Kompetensi Dosen, Perilaku Belajar, Motivasi Belajar Terhadap Kualitas Soft Skill Mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral Keuskupang Agung Kupang. Jurnal Selidik, 1(1), 1-18

6

Frans Janu Hamu, (ms), Kompetensi Guru Agama

(5)

yakni berjumlah 105 orang atau sama dengan 37% dari keseluruhan jumlah tamatan STP St. Petrus. Sedangkan jumlah terbanyak kedua dan ketiga secara berturut-turut, datang dari wilayah kabupaten Belu dan Kabupeten TTU, masing-masing berjumlah 78 (27,5%) dan 74 (26%), sisanya yakni 27 (9,5%) datang dari wilayah lain (kabupaten TTS, Alor, dan daratan Flores)

Daerah Frekuensi Persentase

Asal Belu 78 27,5% Malaka 105 37% TTU 74 26% Daerah 27 9,5% lain Jumlah 284

Tabel. 1. Persebaran tamatan STP St. Petrus berdasarkan tempat asal

Data sebagaimana terlihat dalam table diatas menunjukan bahwa dalam jangka waktu 5 tahun terakhir semangat/animo anak-anak dari kabupaten malaka untuk sekolah di STP St. petrus masih sangat besar. Hal ini dikarenakan kabupaten tersebut baru saja terbentuk (memisahkan diri dari kabupaten Belu) dan diperkirakan masih banyak membutuhkan tenaga untuk membangun daerah tersebut di segala lini termasuk menjadi seorang guru pendidikan agama katolik. Sedangkan untuk daerah lain, anak-anak tamatan sekolah menegah atas memiliki pilihan yang lebih variatif ketika hendak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Bias saja STP St. petrus menjadi pilihan terakhir setelah gagal tes di beberapa sekolah pilihannya.

2) Data persebaran tamatan STP St. Petrus berdasarkan tempat kerja

Data sebagaimana tertera pada table di bawah menunjukan bahwa lebih banyak tamatan/lulusan STP st. Petrus bekerja di kabupaten Malaka. Sebanyak 27,8% dari keseluruhan jumlah tamatan bekerja di kabupaten Malaka. Jumlah ini merupakan yang terbanyak searah dengan asal mahasiswa. Sebagian besar lulusan kembali ke daerahnya sendiri, kecuali beberapa kasus seperti mahasiswa telah dikontrak saat praktek lapanngan di beberapa sekolah di wilayah di luar daerah asalnya.

Wilayah kerja Frekuensi Persentase

Belu 64 22,5% Malaka 79 27,8% TTU 59 20,7% Daerah lain 48 16,9% Belum bekerja 34 12% 284

Tabel. 2. Persebaran tamatan STP St. Petrus berdasarkan tempat kerja

3) Data hasil penelitian berkaitan dengan faktor yang paling berpengaruh terhadap tamatan STP St. Petrus terhadap tingkat penyerapannya

Pada umumnya lulusan atau output prodi Pendidikan Keagamaan Katolik STP St. Petrus bekerja sebagai pengajar pendidikan agama katolik di sekolah. Selain itu mereka juga dapat bekerja di paroki/gereja atau sebagai penyuluh agama katolik di masyarakat. Rata-rata keseluruhan tamatan/alumnus sudah mendapatkan pekerjaan dengan masa tunggu sekitar 1-3 bulan. Data hasil penyebaran angket dan wawancara kepada

(6)

responden terlihat pada tabel di bawah ini. Hal pertama yang dibahas adalah faktor apa yang berpengaruh bapak atau ibu menerima tamatan dari Prodi pendidikan Keagamaan Katolik di sekolah bapak atau ibu? Alternative jawaban tersedia empat faktor yakni faktor perpsepsi pribadi, faktor pengetahuan yang dimiliki lulusan, faktor sikap dan faktor keterampilan. Berikut disajikan data hasil penelitian di sekolah dengan persentasi.

a. Sekolah

Tanggap Persepsi Pengetahu Sikap/kepriba Keterampil

an pribadi an dian an Respond Jl % Jlh % Jlh % Jlh % en h Sangat 23 18, 70 56 48 38,4 74 59,2 penting 4 Penting 20 16 46 36,8 37 29,6 35 28 Biasa 43 34, 9 7,2 26 20,8 7 5,6 saja 4 Tidak 39 31, - - 14 11,2 9 7,2 penting 2 12 125 125 125 5

Tabel 3. data hasil penelitian dan jawaban dari responden di sekolah

Dari jawaban responden sebagaimana terlihat dalam tebel di atas peneliti akan membahas satu persatu faktor yang berpengaruh terhadap seorang lulusan diterima ditempat kerjanya

terhadap seorang lulusan dapat dengan mudah mendapat pekerjaan, dari jawaban responden terlihat bahwa 23 responden menganggap bahwa faktor persepsi pribadi kepala sekolah,sangat penting untuk dipertimbangkan untuk dipertimbangkan namun sebbagian besar yang menggangap faktor ini tidak punya pengaruh apa-apa. Diman 43 responden atau 34,4% menilai biasa saja taka da pengaruh bahkan 31,2% mengganggap faktor ini sama sekali tidak penting. Secara umum dapat disimpulkan bahwa faktor persepsi pribadi dapat menjadi pertimbangan untuk menerima seseorang bekerja di tempatnya tetapi bukan menjadi hal utama.

2) Faktor pengetahuan

Faktor Pengetahuan

100 56 60 70 50 46 36.8 40 Pengetahuan Jlh 9 7.2 0 20 Pengetahuan % 0 0 0

1) Faktor persepsi pribadi

persepsi pribadi

40 34.4 31.2 60 Persepsi 20 18.4 16 40 20 pribadi Jlh 0 0 Persepsi pribadi %

Jawaban responden terhadap faktor ini menunjukan

bahwa faktor persepsi pribadi tidak berpengaruh

Faktor pengetahuan menjadi salah satu unsur penting dan menjadi pertimbangan pengguna lulusan untuk memutuskan apakah seseorang dapat diterima atau tidak. Terlihat dalam diagram diatas menunjukan bahwa seluruh responden menyetujui bahwa faktor ini sangat penting. Tidak ada satu orang responden pun yang mengatakan bahwa bahwa faktor ini tidak penting (0%). Rata-rata sekitar 56% mengatakan faktor pengetahuan yang dimiliki oleh seorang lulusan sangat penting dan 6

(7)

37% menjawab penting. Karena itu faktor pengetahuan mutlak dimiliki oleh seorang lulusan dan menjadi pertimbangan penting bagi pengguna lulusan dalam menyaring tenaga kerja / guru untuk layak sebagai pengajar di sekolahnya. Namun demikian masih ada sebagian kecil yakni sekitar 7% yang menganggap bahwa faktor pengetahuan bukan merupakan faktor utama penentu seseorang dapat di terima sebagai pegajar di sekolah. Faktor sikap dan keterampilan juga menjadi hal yang penting dalam pertimbangannya.

3) Faktor Sikap atau kepribadian

Faktor

Sikap/kepribadian

11%

21% 38%

30%

Sangat penting Penting Biasa saja Tidak penting

Sikap atau kepribadian seorang lulusan menjadi salah satu variable yang diteliti. Apakah riwayat sikap dan kepribadian yang baik turut membantu seseorang dapat diterima dengan cepat di sekolah menjadi seorang pengajar. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 38% responden menganggap bahwa riwayat sikap dan kepribadian yang baik menjadi pertimbangan khusus, bagi seorang guru dapat diterima disekolahnya. Sedangkan 30% menganggap penting artinya seorang calon guru, setidak-tidaknya memiliki

sikap dan kepribadian yang menjadi panutan bagi anak didikannya dan teman sejawat. Sedangkan 21% masih merasa belum penting atau setidaknya bukan menjadi petimbangan utama /kriteria utama dalam proses menerima seorang calon guru. Bahkan ada sebagian kecil yang menggap tidak penting sikap dan kepribadiannya, yang terutama adalah dia memiliki pengetahuan dan keterampilan.

4) Faktor Keterampilan

Faktor

Tidak

Keterampilan

penting Biasa saja7% 6% Penting Sangat 28% penting 59%

Sangat penting Penting Biasa saja Tidak penting

Data sebagaimana terlihat pada diagram di atas menunjukkan bahwa faktor keterampilan paling berpengaruh bagi seorang lulusan dapat diterima di sekolah dengan cepat. Di mana, dari 125 responden, 74 responden atau 59% menjawab faktor Keterampilan sangat penting dan 28 % menjawab penting dalam mempertimbangkan seorang untuk diterima disekolah sebagai guru, dan hanya 12,8 % yang menjawab biasa saja dan tidak penting. Hal ini menunjukan bahwa seorang calon guru selain memiliki pengetahuan dan sikap, ia

terutama harus memiliki keterampilan. Ketrampilan yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan lain yang dapat mendukung ilmu dan pengetahuan dan sikap yang dimilikinya. Seorang lulusan harus terampil dalam segala kegiatan dan 7

(8)

mempu membawa suasana baru bagi proses pembelajaran/kegiatan di sekolah.

5) Kesimpulan

Dari keseluruhan data di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap penyerapan output di sekolah adalah faktor keterampilan di mana 59,4% menjawab bahwa faktor ini sangat penting dimiliki oleh seorang output karena faktor inilah yang membedakan antara output yang satu dengan yang lainnya. Hal kedua yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah pengetahuan yang memadai tentang bidang ilmu yang dimilikinya (56%), hal ini dapat ditunjukan lewat transkip nilai yang diperoleh selama masa kuliah. hal berikut yang juga dipertibangkan adalah faktor sikap atau kepribadian yakni 38,6% dan faktor penentu lainnya adalah persepsi pribadi dari pengguna lulusan yakni 18,4 %. Selengkapnya dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat penyerapan output di sekolah

100 56 38.4 59.2

50 18.4 0

b. Paroki

Paroki adalah tempat kerja lainnya yang menjadi sasaran output. Di paroki output diterima kerja sebagai pegawai paroki (sekretaris paroki, bendahara paroki), guru sekolah minggu dan pemimpin ibadat tanpa imam. Karena itu seorang

pastor paroki dan umat paroki memiliki kriteria tertentu dalam mempertimbangkan untuk bekerja di paroki. Beberapa faktor yang menjadi varibel adalah faktor persepsi pribadi dari pengguna lulusan, faktor penguasaan pengetahuan di bidang ilmunya, faktor sikap/kepribadian yang baik dan faktor keterampilan berpastoral. Berikut akan disajikan data secara keseluruhan yang diperoleh selama peneliti melakukan penelitian.

Tanggapan Persepsi Penge Sikap/ Ketera

Responden pribadi tahuan kepribadian mpilan

Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Sangat 21 16,8% 36 28, 54 43,2 33 26,4 penting 8 Penting 15 12% 47 37, 46 36,8 30 24 6 Biasa saja 75 60% 30 24 16 12,8 39 31,2 Tidak 14 11,2% 12 9,6 9 7,2 23 18,4 penting 125 125 125 125

Tabel 4 data hasil penelitian dan jawaban dari responden di paroki

Dari jawaban responden sebagaimana terlihat dalam tebel di atas peneliti akan membahas satu persatu faktor yang berpengaruh terhadap seorang lulusan diterima ditempat kerjanya

1) Faktor persepsi pribadi

Persepsi pribadi menjadi salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan oleh pengguna lulusan. Seseorang dapat diterima ditempat tertentu juga berdasarkan kemistri/kecocokan atau kemauan dari pengguna lulusan. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa faktor ini tidak menjadi dominan. Artinya faktor ini hanyalah unsur kecil yang juga turut mempengaruhi seseorang dapat diterima di tempat kerja. Berikut akan disajikan diagram hasil penelitian terhadap faktor persepsi pribadi.

(9)

Biasa saja,

60%

Faktor Persepsi pribadi

80

60 penting, Sangat Tidak

Penting, penting ,

40 16.80%

12% 11.20%

20 0

Sangat penting Penting Biasa saja Tidak penting

Dari diagram di atas terlihat jelas bahwa faktor persepsi pribadi tidak terlalu berpengaruh dalam menentukan seseorang untuk bekerja diparoki. 60% responden menjawab biasa saja, artinya responden tidak setuju jika faktor pribadi menjadi penentu seleksi bagi pengawai paroki.

2) Faktor pengetahuan

Seorang lulusan/pencari kerja sekurang-kurangnya harus memiliki pengetahuan yang memadai di bidangnya. Hal ini dapat di tunjukan lewat indeks prestasi yang diperoleh selama berada di bangku kuliah. karena itu faktor pengetahuan menjadi salah satu hal yang penting dan berpengaruh terhadap cepat lambatnya seseorang mendapatkan pekerjaan. Berikut disajikan data hasil penelitian tentang faktor pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang output yang bekerja paroki

Faktor

Tidak

Pengetahuan

penting Sangat 9% penting Biasa saja 29% 24% Penting 38%

Sangat penting Penting Biasa saja Tidak penting

Data sebagaimana ditunjukan pada diagram diatas menujukan bahwa faktor pengetahuan sangat penting dimiliki oleh seorang lulusan. Di mana 38% mengatakan penting dan 29 % mengatakan sangat penting.

3) Faktor sikap/kepribadian

Seorang lulusan/output prodi pendidikan dan keagamaan Katolik harus memiliki kepribadian yang baik dan matang, sikap sopan, taat, patuh, disiplin dan memiliki iman dan moral yang dapat diandalkan. Sebab ia adalah pengajar agama, ia selayaknya menjadi panutan bagi semua orang yang dibimbingnya. Di paroki sangat mengharapkan hal tersebut karena sebagai seorang pegawai dituntut untuk berperilaku sopan, jujur, disiplin dan terutama memiliki iman dan moral yang dapat diandalkan. Karena itu seorang jika hendak bekerja/ di paroki salah satu hal yang menjadi syarat utama adalah memiliki kepribadian yang baik. Hal ini ditunjukan lewat hasil survei di mana sebagian besar mengatakan bahwa faktor sikap dan kepribadian memiliki pengaruh yang bersar dalam menentukan seseorang dapat bekerja di paroki. 43% dan 37% menjawab penting dan dan bahan sangat penting diperlukan agar dapat menjadi panutan bagi seluruh orang yang ada dalam paroki tersebut. Berikut adalah data hasil penelitiannya.

(10)

Faktor Sikap/kepribadian

Faktor Keterampilan

Tidak penting Biasa saja 7% Sangat 13% 18% 27% penting 43% 31% 24% Penting 37%

Sangat penting Penting Biasa saja Tidak penting

Sangat penting Penting Biasa saja Tidak penting

4) Faktor keterampilan

Selain kepribadian dan pengetahuan, faktor lain yang turut berpengaruh adalah keterampilan berpastoral. Sebagai seorang katekis, tentu sudah menjadi kewajiban memliki keterampilan berpastoral. Ia harus mempu menyusun bahan katekese yang bervariasi agar dapat menarik perhatian baik anak, orang mudah dan orang dewasa. Karena itu faktor keterampilan berpastoral sangat penting dimiliki oleh seorang calon katekis. Dari hari hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar mengharapkan agar seorang katekis harus memiliki keterampilan berpastoral. Dimana 27% mengatakan keterampilan sangat penting dimiliki oleh seorang calon katekis. Sedangkan yang lainnya yakni 31% menganggap tidak terlalu penting untuk dimiliki. Berikut ditunjukan diagram hasil penelitian.

5) Kesimpulan

Dari keseluruhan data di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap penyerapan output di paroki adalah faktor

kepribadian di mana 43,2% menjawab bahwa faktor ini sangat penting dimiliki oleh seorang output karena faktor inilah yang menjadi bekal bekrarya di paroki. Hal kedua yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah pengetahuan yang memadai tentang bidang ilmu yang dimilikinya (28,8%), hal ini dapat ditunjukan lewat transkip nilai yang diperoleh selama masa kuliah. hal berikut yang juga dipertimbangkan adalah faktor sikap atau keterampilan berpasotal yakni 26,4% dan faktor penentu lainnya adalah persepsi pribadi dari pengguna lulusan yakni 16,8 %. Selengkapnya dapat dilihat pada diagram berikut ini.

(11)

Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat

penyerapan output di paroki

50 16.8 28.8 43.2 26.4 0

Tanggapa Nama Besar Kualitas Fasilitas Kualitas Promosi

n STP St. Akreditasi Perpustaka- lulusan

responden Petrus an dan

Laboratoriu m Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Sangat 29 23, 21 16, 18 14,4 76 60, 45 36 penting 2 8 8 Penting 24 19, 19 15, 19 15,2 40 32 31 24, 2 2 8 Biasa saja 35 28 41 32, 49 39,2 9 7,2 28 22, 8 4 Tidak 37 29, 44 35, 39 31,2 - 21 16, penting 6 2 8 125 125 125 125 12 5

Tabel 5 data hasil penelitian dan jawaban dari responden di masyarakat

c. Produk lulusan

Peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang faktor yang ikut menentukan tingkat penyerapan output prodi Pendidikan Keagamaan Katolik. Ada beberapa pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk melihat apakah faktor lain juga dapat bepengaruh terhadap tingkat penyerapan output STP St. Petrus. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang diberikan untuk mengetahui keadaan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah: (1) Apakah nama besar STP St. Petrus dapat berpengaruh terhadap tingkat penyerapan output?

(2) Apakah kulaitas akreditas lembaga dan prodi dapat berpengaruh terhadap tingkat penyerapan output? (3) Apakah Fasilitas perpustakaan dan Laboratorium dapat berpengaruh terhadap tingkat penyerapan output? (4) Apakah keseringan promosi dan kualitas lulusan dapat berpengaruh terhadap tingkat penyerapan output? Berikut adalah data hasil penelitian berkaitan dengan hal tersebut di atas.

Dari data sebagaimana terlihat diatas, dapat di jelaskan sebagai berikut:

(1) Nama Besar STP St. Petrus

Responden yang adalah pengguna lulusan beranggapan bahwa nama besar STP St Petrus tidak berpengaruh terhadap penyerapan output, data hasil penelitian menunjukan bahwa 28% menganggap hal tersebut tidak punya dampak dan bahkan 29,6% mengatakan tidak penting sama sekali. Hanya sebagian kecil saja yang mengatakan bahwa nama besar STP St. Petrus berpengaruh terhadap tingkat penyerapan. Atau dapat dikatakan bahwa tingkat penyerapan output berdasarkan pengaruh nama besar STP St. Petrus sangat lemah dan tidak terlalu signifikan.

(2) Kualitas Akreditasi

Kualitas akreditas menjadi syarat bagi seseorang yang hendak melamar sebagai calon pegawai negeri sipil. Namun tidak demikian bagi pengguna kerja di swasta dan melamar menjadi guru komite/honorer. Kualitas akreditasi pada lembaga tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat penyerapan output. dari hasil penelitian terlihat bahwa hanya 16% yang mengatakan memiliki pengaruh sedangkan

(12)

sebagian besarnya menilai bahwa faktor akreditasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat penyerapan output.

(3) Fasilitas Perpustakaan dan laboratorium Fasilitas perpustakaan dan laborarium yang baik dan lengkap memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas lulusan. Sarana dan prasarana yang baik dan memadai dapat membantu mahasiswa mengembangkan diri terutama demi masa depan yang lebih cerah. Namun pengguna lulusan menganggap bahwa fasilitas yang ada di kampus tidak punya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat penyerapan output. hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa 70,4 % responden menilai bahwa fasilitas perpustakaan dan laborarium yang ada di lembaga tidak

berpengaruh terhadap tingkat penyerapan output. (4) Kualitas lulusan

Mahasiswa yang menamatkan sekolah di STP St. Petrus harus berkualitas. Hal ini sejalan dengan harapan pengguna lulusan, di mana 92% responden menerima lulusan/output di sekolah, atau di paroki berdasarkan kualitas lulusan, baik memiliki pengetahuan yang memadai, perilaku iman dan moral yang diandalkan dan keterampilan berpastoral yang baik. Karena itu faktor kualitas lulusan memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat penyerapan output STP St. Petrus

(5) Promosi

Promosi menjadi bagian penting, agar STP St. Petrus mudah di kenal dan cintai. Hal-hal yang dipromosikan adalah sarana dan prasarana yang

memadai, iklim kuliah yang sangat kondusif, beasiswa, sistem asrama dan para pengajar yang berkualitas. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa tingkat promosi tidak terlalu berdampak terhadap penyerapan output. 36% responden menjawab faktor tersebut memiliki pengaruh terhadap tingkat penyerapan. Sedangkan sebagian besar melihat bahwa promosi tidak memiliki pengaruh dan tidak dipertimbangkan dalam merekrut tenaga lulusan untuk bekerja di sekolah atau paroki.

(6) Kesimpulan

Data sebagaimana dijelaskan diatas menunjukan bahwa faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat penyerapan output adalah nama besar STP St. Petrus sebesar 23,2%, kualitas akreditasi 16,8%, fasilitas perpustakaan dan laboratorium 14,4% dan tingkat promosi 36%. Berikut diagram pengaruh faktor lain terhadap tingkat penyerapan output.

Pengaruh faktor lain terhadap tingkat penyerapan output 40 35 30 25 36 20 15 23.2 16.8 14.4 10 5 0 12

(13)

Kesimpulan

Data hasil penelitian secara keseluruhan menujukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat penyerapan output adalah faktor pengetahuan, faktor sikap dan kepribadian dan faktor keterampilan. Ketiga faktor tersebut sangat dominan berpengaruh di tempat kerja masing-masing. Misalnya di paroki, faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat penyerapan adalah sikap dan kepribadian. Dengan kata lain faktor yang paling dominan dipertimbangkan oleh pengguna lulusan untuk merekrut seorang tenaga pekerja adalah faktor sikap dan kepribadian. Di mana terdapat 43,2% menganggap faktor tersebut sangat penting dan 36,8% responden menilai faktor tersebut penting karena seorang katekis di paroki adalah seorang pengajar iman dan moral, karena itu ia harus menjadi panutan bagi seluruh warga katolik yang ada di paroki tersebut. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap output di paroki adalah unsur pengetahuan yang memadai di bidangnya. Faktor pengetahuan ini juga penting karena sebagai seorang pengajar tentu harus menguasasi konten yang akan diajarkan. Data hasil penelitian menunjukan bahwa 28,8 % responden menganggap sangat penting, sedangkan 37,6% menganggap penting dimiliki oeleh seorang katekis. faktor ketika yang perlu di miliki adalah keterampilan. Sekitar 26,4% menganggap faktor tersebut sangat penting dan 24% menganggap penting dimiliki oleh seorang katekis. secara berurutan dapat dikatan jika seorang ingin bekerja di paroki, hal pertama yang

perlu dimiliki adalah sikap iman dan moral yang baik (tidak ada riwayat yang buruk tentang iman dan moral), kedua adalah memiliki pengetahuan yang memadai tentang ilmu agama dan yang hal ketiga adalah keterampilan berpastoral. Sedangkan faktor pertama dan utama yang berpengaruh terhadap tingkat penyerapan di sekolah adalah faktor keterampilan yang dimiliki oleh seorang output, di mana 59,2% responden menganggap faktor ini sangat penting dimilikinya dan 28% responden menilai faktor ini penting dimiliki oleh oleh seorang output, faktor ini dianggap lebih penting karena sesorang guru di sekolah dintuntut pertama kali harus memiliki keterampilan yang handal untuk memberi warna dan menyemangati segala kegiatan kerohanian yang ada di sekolah. Kompetensi kedua yang harus dimiliki oleh seorang output di sekolah adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan sikap iman dan moral yang baik dan menjadi panutan bagi seluruh siswa dan dan seluruh guru yang ada di sekolah.

Rekomendasi

a. Bagi lembaga STP St. Petrus.

STP St. Petrus terutama prodi Pendidikan Keagamaan Katolik harus menyiapkan tenaga siap pakai sebagaimana yang diharapkan oleh pengguna lulusan. Setiap mahasiswa harus dibekali dengan ilmu pengetahuan yang mendalam, sikap dan keribadian, terutama militansi iman dan moral kristiani serta menyiapkan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya. Dengan demikian mahasiswa 13

(14)

yang dihasilkan dapat berkarya secara baik di

paroki dan di sekolah. Peningkatan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai dapat juga membantu mahasiswa mengembangkan dirinya agar kelak dapat diterima baik di paroki maupun di sekolah.

b. Bagi mahsiswa

Mahasiswa harus mempersiapkan diri secara baik dan matang, serta memanfaatkan kesempatan

selama studi untuk mengisi diri dengan ilmu,

keterampilan dan sikap moral yang baik agar ia dapat berguna bagi banyak orang. Segala macam fasilitas seperti perpustakaan dan internet,

laboratorium dan praktek pastoralnya lain dapat diikuti secara baik dan sungguh-sungguh demi masa depan yang lebih cerah.

(15)

References

Anderson. (2011). Pembelajaran, Pengajaran dan Assesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto. (2006). Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Yogyakarta:Pustaka Pelajarar.

Biro Pusat Statistik. (2006). Sakernas dan Susenas Tahun 2006. Jakarta: Badan Statistik Nasional.

Becker, Gary. (2007). Economic Theory. New York: Transaktion.

Dau, Y. L. D. (2020). Pengaruh Kepemimpinan, Kompetensi Dosen, Perilaku Belajar, Motivasi Belajar Terhadap Kualitas Soft Skill Mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral Keuskupang Agung Kupang. Jurnal Selidik, 1(1), 1-18

Koencoro, Mudrajat. (2003). Metode Riset untuk Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Erlangga. Kompas, Surat kabar harian Nasional, Mei 2010, Jakarta.

Mankiw, N. Gregory. (2000). Teori Makro Ekonomi, Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga. Miller dan Meiners. (2000). Teori Mikroekonomi Intermediate. Jakarta: Raja Grafindo.

Samuelson, P.A & Nordhaus, W.D. (1997). Makroekonomi, Edisi ke-Empatbelas. Jakarta: Erlangga.

Sudarsono. (1983). Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: LP3ES.

Sugiono. (2008). Penelitian Kualititatif dan Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno. (2015). Desain Kurikulum Pendidikan Tinggi Berbasis KKNI. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Widoyoko. (2011). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gambar

Tabel  3.  data  hasil  penelitian  dan  jawaban  dari  responden di sekolah
Tabel  4  data  hasil  penelitian  dan  jawaban  dari  responden di paroki
Tabel 5 data hasil penelitian dan jawaban dari  responden di masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

The cost of land under development consists of the cost of land for development, direct and indirect real estate development costs and capitalized borrowing

Samba adalaa sebuaa soitware yang bekerja di sistem operasi linux, unix dan windows yang menggunakan protokol network smb (server massage block). Smb adalaa

Adapun permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana Peran Kepolisian Sektor Tampan dalam mengimplementasi Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

[r]

tanggapan personal tentang buku yang dibaca juga dibuat sebagai pilihan (tidak diwajibkan). Pemberian tugas seperti membuat ringkasan cerita akan menghilangkan sifat kegiatan

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga