• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

106 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236

PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA (Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

Oleh : Eddy Lion

Dosen FKIP Universitas Palangka Raya

ABSTRAK

Fakta yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara fakta miris sering kita lihat dimana kekerasan yang terjadi banyak juga dilakukan oleh pelajar. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dan dihimpun dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tanggal 27 September 2012, kasus tawuran pada 2010 ada sebanyak 102 kasus. Tahun 2011 sebanyak 96 kasus. Sementara, sejak Januari hingga Agustus 2012 kasus tawuran pelajar sudah terjadi sebanyak 103 kali.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey ekplanasi, yaitu penjelasan penelitian yang menggunakan kuisioner atau daftar pertanyaan yang ditunjukan kepada responden. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota PalangkaRaya. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.660 orang siswa SMA Negeri di Kota Palangka Raya. Sedangkan sampel minimum sebanyak 322 orang siswa SMA Negeri. Angket yang disebar 850, sedangkan angket yang kembali sejumlah 700 angket. Berdasarkan data yang diperoleh melalui penyebaran angket menunjukan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai variabel X berpengaruh positif. Masing-masing indikator variabel X yaitu X1 kecerdasan warganegara (civic intelligence) berpengaruh 0,5969 kategori sedang. X2 tanggungjawab warganegara (civic responsibility) berpengaruh 0,8354 dengan kategori sangat kuat. Sedangkan indikator X3 parisipasi warganegara (civic participation) berpengaruh 0,6867 dengan kategori kuat. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) yang meliputi kecerdasan warganegara (civic intelligence) atau X1, tanggungjawab warganegara (civic responsibility) atau X2, partisipasi warganegara (civic participation) atau X3 berpengaruh positif terhadap sikap demokratis (Y) siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-Kota Palangka Raya. Hal ini dapat dilihat dari p-value untuk ketiga variabel X1, X2 dan X3 secara berturut-turut 0,001; 0,000; 0,001 yang lebih kecil dari = 5%

(2)

107 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236

Pendahuluan

Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah sebagai warga negara dan sekaligus generasi penerus di masa yang akan datang perlu juga memahami dan melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan tingkat usianya. Rentang Usia Sekolah Menengah atas (SMA) adalah berkisar antara 15-18 tahun adalah masa dimana masa tersebut adalah masa menganalisis menuju internalisasi nilai yang ada dalam kehidupannya termasuk nilai-nilai demokratis dalam rangka membentuk sikap demokratis. Nilai tidak diwariskan tetapi nilai harus dibelajarkan melalui proses pendidikan yang berkelanjutan. Sesuai dengan pendapat Hermann (1972) dalam Winataputra (2007 : 167) mengemukakan bahwa “…value is neither taught nor cought, it is learned”, yang artinya bahwa substansi nilai tidaklah semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh, nilai dicerna dalam arti ditangkap, diinternalisasi, dan dibakukan sebagai bagian yang melekat dalam kualitas pribadi seseorang melalui proses belajar.

Apabila kita melihat bagaimana fakta yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara fakta miris sering kita lihat dimana kekerasan yang terjadi banyak juga dilakukan oleh pelajar. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dan dihimpun dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tanggal 27 September 2012, kasus tawuran pada 2010 ada sebanyak 102 kasus. Tahun 2011 sebanyak 96 kasus.Sementara, sejak Januari hingga Agustus 2012 kasus tawuran pelajar sudah terjadi sebanyak 103 kali.

Dari data kekerasan dan tawuran pelajar yang terjadi 3 tahun terakhir menggambarkan bahwa pembentukan sikap demokratis di kalangan pelajar menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar lagi dan perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar dari kita semua untuk dapat mengurangi kasus tersebut supaya tidak terjadi lagi di kemudian hari.Adanya paradoksal antara cita-cita demokrasi yang diharapkan dengan reealitas demokrasi yang dilihat, didengar, dan dialami oleh pelajar khususnya pelajar SMA menjadi awal dalam membentuk kepercayaan (trust) yang pada akhirnya akan membentuk sikap demokratis mereka. Dengan demikian cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang bisa menjalankan hak dan kewajibannya sehingga tercipta kehidupan demokrasi yang lebih baik lagi.

Pendidikan adalah salah satu media untuk menanamkan nilai dan merubah nilai yang ada di dalam masyarakat (change of value).Sebagai wahana demokratisasi melalui program pendidikan formal, nonformal dan informal, pendidikan demokrasi memerlukan perangkat pengalaman belajar (learning experiences), seperti kurikulum/program belajar dan pembelajaran yang secara programatik dapat memandu terjadinya proses pengembangan cita-cita, nilai, konsep dan prinsip demokrasi. Untuk itu diperlukan upaya sistematis dan sistemik untuk merancang kurikulum dan pembelajaran yang secara konseptual menjadi wahana pendidikan demokrasi dalam konteks pembangunan masyarakat yang demokratis. Oleh karena itu diperlukan proses rekonseptualisasi pendidikan kewarganegaraan dalam konteks pendidikan demokrasi Indonesia.

(3)

108 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai satu mata pelajaran di sekolah saat ini harus lebih menekankan kepada pembentukan karakter, dimana substansi pembelajarannya mulai mengarah pada bagaimana menjadikan warga negara yang mampu berpartisipasi secara efektif, cerdas, demokratis dan bertanggung jawab.Pendidikan Kewarganegaraan diarahkan untuk mencapai dua sasaran pokok yang seimbang. Pertama meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik tentang etika, moral, dan asas-asas dalam hidup berbangsa dan bernegara. Kedua, membentuk sikap, perilaku, dan kepribadian sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Kedua sasaran ini hendaknya dapat dicapai secara serentak agar peserta didik tidak hanya sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan belaka, tetapi juga agar peserta didik memiliki kemampuan berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang telah dikuasainya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan Kewarganegaraan selayaknya dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai, yang memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab dalam berbagai dimensi kehidupan sehingga dapat membentuk sikap demokratis. Dengan pendidikan kewarganegaraan diharapkan dapat membentuk budaya kewarganegaraan yang lebih demokratis. Salah satu unsur dari budaya kewarganegaraan adalah “civic virtue” atau kebajikan atau akhlak kewarganegaraan yang mencakup keterlibatan aktif warganegara, hubungan kesejajaran/egaliter, saling percaya dan toleran, kehidupan yang kooperatif, solidaritas, dan semangat kemasyarakatan. Semua unsur akhlak kewarganegaraan itu diyakini akan berpengaruh dalam membentuk warga negara yang baik (to be good citizenship), sehingga akan memupuk kehidupan “civic community” atau “civil society” atau masyarakat madani untuk Indonesia sesuai dengan cita-cita demokrasi yang dilandasi oleh nilai-nilai pancasila sila keempat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Pendidikan demokrasi dalam konteks pendidikan formal maupun dalam konsteks pendidikan masyarakat, salah satunya diupayakan melalui mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah. Contoh mengenai sikap demokratis dapat dilihat dalam kegiatan pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari siswa itu sendiri. Apakah mereka belajar penuh toleran, menghargai pluralisme, mau bekerjasama, saling membantu, dan saling menghargai, tanggung jawab, dan aktif dalam berorganisasi.

Sikap demokratis di lingkungan sekolah bisa terlihat dari kegiatan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Mereka yang tergabung dalam OSIS terbiasa bermusyawarah, berembug, merencanakan kegiatan, turut serta membantu memajukan sekolah. Contoh lainnya mengenai sikap demokratis di lingkungan sekolah juga dapat dilihat dalam kegiatan ektrakulikuler pramuka, mereka belajar penuh toleran, memiliki semangat gotong royong, bekerjasama, saling membantu, dan saling menghargai.

(4)

109 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236

Kajian Pustaka

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Winataputra (2009:2.1) menjelaskan bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memiliki salah satu misinya sebagai pendidikan nilai. Dalam proses pendidikan nasional PKn pada dasarnya merupakan wahana paedagogis pembangunan watak atau karakter.

Dari pendapat di atas, pada dasarnya Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan kebangsaan atau pendidikan karakter bangsa. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu ilmu dasar yang membekali siswa untuk melanjutkan studi dan untuk bekal hidup di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi tercapainya cita-cita nasional yaitu masyarakat madani yang adil dan makmur dan bercirikan masyarakat demokratis. Melalui pendidikan kewarganegaraan diharapkan mampu membentuk kebiasaan berpikir, pembentukan watak yang tidak dapat diwariskan. Setiap generasi baru adalah orang-orang baru yang harus memperoleh pengetahuan, belajar kecakapan dan mengembangkan watak atau karakter yang mendukung demokrasi.

2. Tujuan dan Ruang Lingkup PKn Sebagai Mata Pelajaran

Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

b. Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata terrtib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.

c. Hak Asasi Manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

d. Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara.

e. Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

(5)

110 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236

f. Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sitem pemerintahan, Pers dalam masyrakat demokrasi.

g. Pancasila, meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi negara, Proses perumusan pancasila senagai dasar negara, Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

h. Globalisasi, meliputi: Globalisasi dilingkungannya, Politik luar negeri, Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

Lingkup isi Pendidikan Kewarganegaraan dalam kurikulum dikemas dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn di SMA kelas XI semester 1 adalah sebagai berikut:

Tabel.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (SMA)/ (SMK (MA)/ (MAK) Kelas XI, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Menganalisis budaya politik di Indonesia

1.1 Mendeskripsikan pengertian budaya politik 1.2 Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang

berkembang dalam masyarakat Indonesia 1.3 Mendeskripsikan pentingnya sosialisasi

pengembangan budaya politik

1.4 Menampilkan peran serta budaya politik partisipan

2. Menganalisis budaya demokrasi menuju masyarakat madani

2.1 Mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip budaya demokrasi

2.2 Mengidentifikasi ciri-ciri masyarakat madani 2.3 Menganalisis pelaksanaan demokrasi di

Indonesia sejak orde lama, orde baru, dan reformasi

(6)

111 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236

3. Hubungan Pendidikan Kewarganegaraan dengan Pembentukkan Sikap Demokratis

Winataputra (2006:1.12) mengemukakan bahwa: Untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan intelektual, Pendidikan Kewarganegaraan dalam masyarakat demokratis harus memusatkan pada keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi partisipasi warganegara yang berwawasan luas, efektif, dan bertanggung jawab dalam proses politik dan dalam masyarakat sipil. Menurut Winataputra (2006:1.19) “dalam prinsip pemerintahan demokratis terkandung hak berpartisipasi dari setiap warga negra, seperti hak untuk meningkatkan kesejahteraan umum dan hak untuk melindungi hak asasi manusia.” Hak berpartisipasi ini membebankan tanggungjawab tertentu kepada setiap warga negara. Diantara tanggung jawab ini adalah tanggung jawab untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab untuk berkehendak meningkatkan kesejahteraan sosial berdasarkan prinsip-prinsip keadilan. Agar warga negara dapat berpartisipasi secara efektif, diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan, pengalaman praktis, dan pemahaman tentang pentingnya partisipasi warga negara. Menyiapkan warga negara yang memiliki kualitas seperti ini merupakan salah satu tugas kependidikan, baik pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar sekolah. Khusus dalam pendidikan persekolahan, Pendidikan Kewarganegaraan memegang peranan yang strategis dalam mempersiapkan dan membina warga negara dengan kualitas seperti tersebut di atas.

Taniredja, dkk (2010:138) mengemukakan bahwa “sikap demokratis yaitu sikap yang menekankan pada kemandirian, kebebasan dan tanggung jawab. ““Sikap demokratis adalah sikap yang senantiasa taat pada Undang-Undang dan peraturan yang telah ditetapkan.” (Zamroni, 2001:23). Menurut Cipto (2002) dalam Taniredja (2010:127) “sikap demokratis yaitu sikap yang berani menyatakan pendapat, berani

dalam kehidupan sehari-hari

3. Menampilkan sikap keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara

3.1 Mendeskripsikan pengertian dan pentingnya keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

3.2 Menganalisis dampak penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan

3.3 Menunjukkan sikap keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

(7)

112 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236

berapartisipasi, memiliki rasa percaya (trust), memiliki keinginan untuk bekerjasama.”

Pendidikan Kewarganegaraan selayaknya dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai, yang memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab dalam berbagai dimensi kehidupan sehingga dapat membentuk sikap demokratis bagi siswa.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey ekplanasi, yaitu penjelasan penelitian yang menggunakan kuisioner atau daftar pertanyaan yang ditunjukan kepada responden. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota PalangkaRaya. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.660 orang siswa SMA Negeri di Kota Palangka Raya. Sedangkan sampel minimum sebanyak 322 orang siswa SMA Negeri. Angket yang disebar 850, sedangkan angket yang kembali sejumlah 700 angket. Selanjutnya dilakukan uji normalitas dengan menggunakan statistik uji Kolgomorov-Smirnov dengan bantuan Minitab versi 16. Menguji hipotesis digunakan teknik statistik korelasi Pearson Product Moment. Rumus Korelasi Product Moment (PPM):

(∑ (∑ ( √ ∑ (∑ ∑ (∑

. Hasil korelasi PPM tersebut diuji dengan

Uji Signifikasi dengan rumus : √

√ . Distribusi (tabel t) untuk α = 0,1 dan derajat kebebasan (dk = n-2). Analisis korelasi berganda tujuh prediktor untuk menguji hipotesis menggunakan rumus korelasi ganda dari Sugiyono, (2004 : 258) sebagai berikut : ( ∑ ∑ ∑ . Uji signifikansi koefisien korelasi

ganda 3 prediktor : ( ( Analisis statistika ini menggunakan piranti lunak Minitab versi 16.

Hasil Penelitian

1. Hasil Jawaban Kuisioner/Angket

Jawaban siswa dari kuisioner/angket pendidikan kewarganegaraan (X) tergambar dalam grafik di bawah ini :

(8)

113 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236

Grafik 1 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) (X)

Dari tabel dan grafik 5.1 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 51.27 % setuju bahwa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah menengah atas telah memuat substansi mengenai kecerdasan warganegara (civic intelligence), tanggungjawab warganegara (civic responsibility), dan partisipasi warganegara (civic participation), sebanyak 36.29 % sangat setuju, sebanyak 11.43 % kurang setuju, sebanyak 0.94 % tidak setuju dan sebanyak 0.07 % sangat tidak setuju.

Hasil pengisian kuisioner/angket untuk masing-masing variabel kompetensi profesional guru (X) dijabarkan dalam tabel dan grafik berikut ini :

1) Indikator Pendidikan Kewarganegaraan dalam kecerdasan warganegara (civic intelligence) atau X1

Hasil jawaban siswa dari pengisian kuisioner/angket pendidikan kewarganegaraan dalam kecerdasan warganegara (civic intelligence) atau X1 diperoleh gambaran seperti yang terlihat dalam grafik di bawah ini :

Grafik 2 Kecerdasan warganegara (civic intelligence) X1

Dari tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 51,86% siswa memilih setuju bahwa kecerdasan warganegara telah diajarkan dalam pembelajaran pendidikan kewargenegaraan (PKn) di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Palangka Raya, sebanyak 36.04 % sangat setuju, sebanyak 10.71% kurang setuju, sebanyak 1,32% tidak setuju dan sebanyak 0,07% sangat tidak setuju. 0 2000 4000 SS S KS TS STS Pendidikan Kewarganegraan (X) Pendidikan Kewarganegaraan (X) 0 1000 2000 SS S KS TS STS

Kecerdasan warganegara (civic intelligence) X1

kecerdasan warganegara (civic intelligence) X1

(9)

114 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236

2) Indikator Pendidikan Kewarganegaraan dalam tanggung jawab warganegara (civic resposibility) atau X2

Hasil jawaban siswa dari pengisian kuisioner/angket pendidikan kewarganegaraan dalam tanggung jawab warganegara (civic resposibility) atau X2 diperoleh gambaran seperti yang terlihat dalam grafik di bawah ini :

Grafik 3 Tanggungjawab warganegara (Civic responbility) X2

Dari tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 50.33 % siswa memilih setuju bahwa tanggung jawab warganegara telah diajarkan dalam pembelajaran pendidikan kewargenegaraan (PKn) di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Palangka Raya, sebanyak 40.90 % sangat setuju, sebanyak 8.57 % kurang setuju, sebanyak 0.14 % tidak setuju dan sebanyak 0.05 % sangat tidak setuju.

3) Indikator Pendidikan Kewarganegaraan dalam partisipasi warganegara (civic participation) atau X3

Hasil jawaban siswa dari pengisian kuisioner/angket pendidikan kewarganegaraan dalam partisipasi warganegara (civic participation) atau X3 diperoleh gambaran seperti yang terlihat dalam grafik berikut :

Grafik 4 Partisipasi warganegara (civic participation) X3

0 500 1000 1500

SS S KS TS STS

Tanggungjawab warganegara (civic responsibility) X2 Tanggungjawab warganegara (civic reposibility) X2 0 500 1000 1500 SS S KS TS STS

Partisipasi warganegara (civic participation) X3

Partisipasi

warganegara (civic participation) X3

(10)

115 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236

Dari tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 51.43 % siswa memilih setuju bahwa partisipasi warganegara telah diajarkan dalam pembelajaran pendidikan kewargenegaraan (PKn) di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Palangka Raya, sebanyak 32.00 % sangat setuju, sebanyak 15.24 % kurang setuju, sebanyak 1.24 % tidak setuju dan sebanyak 0.10 % sangat tidak setuju.

Jawaban siswa dalam pengisian kuisioner/angket untuk sikap demokratis siswa (Y) tergambar dalam grafik di bawah ini :

Grafik 5 Sikap demokratis siswa (Y)

Dari tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 45.07% siswa memilih setuju bahwa sikap demokratis telah diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, sebanyak 37.16 % sangat setuju, sebanyak 11.44 % kurang setuju, sebanyak 1.03 % tidak setuju dan sebanyak 0.16 % sangat tidak setuju.

Hasil pengisian kuisioner/angket untuk sikap demokratis siswa (Y) berdasarkan masing-masing indikator tergambar dalam tabel dan grafik di bawah ini : 1) Kemandirian

Hasil jawaban siswa dari pengisian kuisioner/angket untuk sikap demokratis siswa (Y) indikator kemandirian diperoleh gambaran seperti yang terlihat dalam grafik di bawah ini :

Grafik 5 Kemandirian

0 2000 4000

SS S KS TS STS

Sikap demokratis siswa (Y)

Sikap demokratis siswa (Y) 0 1000 2000 SS S KS TS STS

Kemandirian

kemandirian

(11)

116 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236

Dari tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 37.21 % siswa menjawab setuju bahwa kemandirian yaitu memiliki hasrat untuk bersaing, percaya diri, mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk menghadapi masalah dalam hidup di lingkungan sekolah dan masyarakat harus diterapkan, sebanyak 36.93 % siswa menjawab sangat setuju, sebanyak 11.32 % kurang setuju, sebanyak 1.54 % siswa menjawab tidak setuju dan sebanyak 0.14 % siswa menjawab sangat tidak setuju kemandirian diterapkan dalam hidup di lingkungan sekolah dan masyarakat.

2) Kebebasan

Hasil jawaban siswa dari pengisian kuisioner/angket untuk sikap demokratis siswa (Y) indikator kebebasan diperoleh gambaran seperti yang terlihat dalam grafik di bawah ini :

Grafik 7 Kebebasan

Dari tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 49.67 % siswa menjawab setuju bahwa kebebasan dalam sikap hidup berani bertindak benar dan adil, menghormati pluralitas atau keberagaman di lingkungan sekolah dan masyarakat harus diterapkan, sebanyak 41.71 % siswa menjawab sangat setuju, sebanyak 8.43 % kurang setuju, sebanyak 0.05 % siswa menjawab tidak setuju dan sebanyak 0.14 % siswa menjawab sangat tidak setuju kebebasan diterapkan dalam hidup di lingkungan sekolah dan masyarakat.

3) Hasil jawaban siswa dari pengisian kuisioner/angket untuk sikap demokratis siswa (Y) indikator tanggungjawab diperoleh gambaran seperti yang terlihat dalam grafik di bawah ini :

0 500 1000 1500 SS S KS TS STS

Kebebasan

Kebebasan

(12)

117 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236 Grafik 8 Tanggungjawab

Dari tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 50.95 % siswa menjawab setuju bahwa tanggungjawab dalam sikap hidup memiliki kesadaran, toleransi, mampu mengendalikan diri di lingkungan sekolah dan masyarakat harus diterapkan, sebanyak 32.90 % siswa menjawab sangat setuju, sebanyak 14.62 % kurang setuju, sebanyak 1.33 % siswa menjawab tidak setuju dan sebanyak 0.19 % siswa menjawab sangat tidak setuju tanggungjawab diterapkan dalam hidup di lingkungan sekolah dan masyarakat.

2. Hasil Analisis Kuisioner/Angket Pengujian Hipotesis

Menghitung koefisien regresi secara simultan (keseluruhan)

Uji secara keseluruhan ditunjukkan sebagai berikut : The regression equation is

Y = 26,7 + 0,299 X1 + 0,500 X2 + 0,330 X3

Tabel 2

Koefisien Regresi secara simultan (keseluruhan)

Predictor Coef SE Coef T P

Constant 26,672 1,566 17,03 0,000 X1 0,29854 0,09017 3,31 0,001 X2 0,5005 0,1137 4,40 0,000 X3 0,3302 0,1008 3,28 0,001 S = 3,48857 R-Sq = 13,4% R-Sq(adj) = 13,0% 0 500 1000 1500 SS S KS TS STS Tanggungjawab Tanggungjawab

(13)

118 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236 Pengujian Analysis of Variance :

Source DF SS MS F P Regression 3 1309,39 436,46 35,86 35,86 Residual Error 696 8470,41 12,17 Total 699 9779,79 Source DF Seq SS X1 1 678,93 X2 1 499,85 X3 1 130,60

Secara keseluruhan, model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan keragaman dari data. Hal ini ditunjukkan dari nilai p-value model = 0 <  = 5%, artinya data lebih mendukung peneliti untuk menerima H1. Dengan demikian, ketiga variabel X1, X2 dan X3 berpengaruh terhadap nilai Y.

Lebih lanjut, masing-masing variabel berpengaruh terhadap nilai Y. Hal ini dapat dilihat dari p-value untuk ketiga variabel X1,X2 dan X3 secara berturut-turut 0,001; 0,000; 0,001 yang lebih kecil dari  = 5%.

Dari hasil regresi di atas menunjukkan bahwa pendidikan kewarganegaraan (PKn) yang meliputi kecerdasan warganegara (civic intelligence) atau X1, tanggung jawab wargaengara (civic responsibility) atau X2, partisipasi warganegara (civic participation) atau X3 mempunyai pengaruh yang positif terhadap sikap demokratis (Y) siswa SMA Negeri se-Kota Palangka Raya.

Menghitung koefisien regresi secara sendiri-sendiri 1. Variabel X1 terhadap Y

Grafik 9 Koefesien Regresi Variabel X1 terhadap Y

Berdasarkan perhitungan regresi melalui fitted line plot variabel X1 terhadap Y ditunjukkan bahwa nilai X1 berada pada bilangan positif yaitu 0,5969. Hasil ini menyatakan bahwa variabel kecerdasan warganegara (civic intelligence) atau X1

(14)

119 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236

berpengaruh positif pada kategori sedang yaitu 0,5969 terhadap variabel Y atau variabel sikap demokratis siswa SMA Negeri se-Kota Palangka Raya

2. Variabel X2 terhadap Y

Grafik 10 Koefisien Regresi Variabel X2 terhadap Y

Berdasarkan perhitungan regresi melalui fitted line plot variabel X2 terhadap Y ditunjukkan bahwa nilai X2 berada pada bilangan positif yaitu 0,8354. Hasil ini menyatakan bahwa variabel tanggung jawab warganegara (civic resposibility) atau X2 berpengaruh positif pada kategori sangat kuat yaitu 0,8354 terhadap variabel Y atau variabel sikap demokratis siswa SMA Negeri se-Kota Palangka Raya

Variabel X3 terhadap Y

Grafik 11 Koefisien Regresi Variabel X3 terhadap Y

Berdasarkan perhitungan regresi melalui fitted line plot variabel X3 terhadap Y ditunjukkan bahwa nilai X3 berada pada bilangan positif yaitu 0,6867. Hasil ini menyatakan bahwa variabel partisipasi warganegara (civic participation) atau X3 berpengaruh positif pada kategori kuat yaitu 0,6867 terhadap variabel Y atau variabel sikap demokratis siswa SMA Negeri se-Kota Palangka Raya.

(15)

120 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil pegujian hipotesis dan analisis data yang dilakukan, Kesimpulan penelitian untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1. Kecerdasan warganegara (civic intelligence) atau X1 berpengaruh positif pada kategori sedang yaitu 0,5969 terhadap variabel Y atau variabel sikap demokratis siswa SMA Negeri se-Kota Palangka Raya.

2. Tanggung jawab warganegara (civic resposibility) atau X2 berpengaruh positif pada kategori sangat kuat yaitu 0,8354 terhadap variabel Y atau variabel sikap demokratis siswa SMA Negeri se-Kota Palangka Raya.

3. Partisipasi warganegara (civic participation) atau X3 berpengaruh positif pada kategori kuat yaitu 0,6867 terhadap variabel Y atau variabel sikap demokratis siswa SMA Negeri se-Kota Palangka Raya.

4. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) yang meliputi kecerdasan warganegara (civic intelligence) atau X1, tanggung jawab wargaengara (civic responsibility) atau X2, partisipasi warganegara (civic participation) atau X3 berpengaruh positif terhadap sikap demokratis (Y) siswa SMA Negeri se-Kota Palangka Raya. Hal ini dapat dilihat dari p-value untuk ketiga variabel X1,X2 dan X3 secara berturut-turut 0,001; 0,000; 0,001 yang lebih kecil dari  = 5%.

Saran

Dari kesimpulan penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Guru PKn

a. Guru PKn lebih meningkatkan pengembangan kecerdasan warganegara (civic intelligence) dengan proses pembelajaran yang lebih inovatif dalam mengemas materi yang lebih konstekstual sesuai dengan tingkat perkembangan siswa SMA untuk memahami materi yang mekankan pada pemahaman mendasar tentang konsep demokrasi, pemahaman mendasar dalam praktek demokrasi, pemahaman mengenai isu-isu yang berkembang di masyarakat, memahami, menerima, dan menghormati perbedaan.

b. Guru PKn dapat menggunakan model, strategi pembelajaran, dan metode yang tepat untuk pemahaman materi di atas misalnya dengan menggunakan medel Value Clarification Technique (VCT) dengan metode simulasi, respondensi, wawancara agar pengalaman belajar (learning experience) siswa lebih bermakna.

c. Guru PKn harus menjadikan sekolah sebagai laboratorium demaokrasi dan mendorong siswa untuk memiliki kemauan dalam bekerjasama, mampu memantau bagaimaa kegiatan pemerintahan, berpartisipasi aktif dalam lembaga sosial dan lembaga politik.

(16)

121 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236

d. Sebagai pendidik guru PKn harus memberikan teladan yang baik agar dicontoh oleh siswa sehingga khususnya dalam sikap demokratis (terbuka, memberi kebebasan yang bertanggungjawab) sehingga terbentuklah perilaku dan karakter siswa yang sesuai visi dan misi pendidikan kewarganegaraan.

2. Bagi Siswa

a. Siswa harus lebih bersunguh-sungguh saat mengikuti pembelajaran di sekolah, dan mengedepankan kebutuhan untuk berprestasi sehingga akan tumbuh sikap mandiri dan menghargai prestasi orang lain.

b. Siswa diharapkan mampu mempraktekan sikap mandiri seperti memiliki keinginan untuk berkompetisi, percaya diri, mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk menghadapi masalah.

c. Siswa mampu mempraktekkan sikap kebebasaannya dengan cara menyampaikan keinginan yang dibarengi dengan kesadaran, menghormati pluralitas, dan mau berpartisipasi untuk memilih pemimpin baik itu dalam organisasi sekolah maupun organisasi pemerintahan

d. Siswa mampu mempraktekkan tanggungjawabnya sebagai warga Negara dengan cara memiliki kesadaran, toleransi, dan mampu mengendalikan diri.

3. Bagi Lembaga (KhususnyaSekolah dan Dinas terkait)

a. Agar lebih meningkatkan sumber daya dan profesionalitas guru dengan cara memberikan pelatihan dalam mengembangkan instrument pembelajaran (mengemas materi, metode, dan media) untuk meningkatkan hasil belajar yang lebih bermakna.

b. Lebih mendorong peningkatan iklim sekolah dan iklim belajar bagi guru, maupun siswa yang mengedepankan kemandirian, kebebasan, dan tanggungjawab.

c. Lebih mendorong guru maupun siswa untuk lebih memiliki prestasi dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas

DAFTAR PUSTAKA

Cipto. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Yogyakarta : LP3 UMY.

Prasetyo, Irawan. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka. Riduwan. (2004). Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.

Sapriya, dkk. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan : Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung : Laboratorium PKn FPIPS-UPI.

Somantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Posdakarya.

(17)

122 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236

Sukadi, I Wayan. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Demokrasi Berbasis Kompetensi Untuk Sekolah Dalam Rangka “Nation and Character Building” dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran. Bandung : Laboratorium PKn FPIPS-UPI.

Tim Pustaka Setia. UUD RI 1945. Bandung : Pustaka Setia

Taniredja, Tukiran, dkk (Tim Nasional Dosen PKn). 2010. Pendidikan Kewarganegaraan (Paradigma Terbaru untuk Mahasiswa). Bandung : Alfabeta.

Tim Redaksi Fokusmedia. 2003. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Fokusmedia.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Guru dan Dosen disertai pasal-pasal penjelasannya. (2007). Yogyakarta : Tim Pustaka Merah Putih.

Wawan, Junaidi. 2011. Pengertian Sikap menurut Para Ahli. http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/12/pengertian-sikap-menurut-para-ahli.html

Winataputra, Udin S. 2001. Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistematik Pendidikan Demokrasi (Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks Pendidikan IPS), Bandung : UPI

Winataputra, Udin S. 2006. Materi dan Pembelajaran PKn di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Winataputra, Udin S. 2009. Pembelajaran PKn di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. ---, (2004). Undang-Undang Sistem Pendidikan. Jakarta : Guna Grafika. ---, (2006). Kurikulum KTSP, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Ekonomi

Sekolah Menengah Atas & Madrasah Aliyah. Jakarta.

---, (2006). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.

---, (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Gambar

Grafik 1 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) (X)
Grafik 4 Partisipasi warganegara (civic participation) X3 0
Grafik 7 Kebebasan
Grafik 9 Koefesien Regresi Variabel X1 terhadap Y
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa fungsi evaluasi dalam audit internal di UKI Paulus sudah dilaksanakan, namun belum ada divisi khusus yang bertindak

Menurut Dinkmeyer and Caldwell (dalam Ahman,1998), bahwasanya ada beberapa faktor yang membedakan antara bimbingan di SD dengan sekolah menengah, yaitu : pertama, bimbingan di

Berdasarkan hasil analisis data, secara umum dapat disimpulkan bahwa supervisi dan disiplin kerja kepala sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru

menyelesaikan/ masa cuti kampanye/ serta pembahasan undang- undang angket/ adalah prioritas utama saat ini// Harusnya yang diperlukan DPR kali ini/ niat untuk

Sahabat MQ/ Memang pendirian perguruan tinggi telah mengalami pergeseran makna// Perguruan tinggi tak lagi berorientasi sebagai sumber ilmu pengetahuan/

Dalam hal pelayanan tenaga listrik, salah satu bagian yang perlu.. diperhatikan adalah bagian pembangkitan yang bertugas

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan pengakuisisi PT XL Axiata Tbk yang diukur dengan rasio return on invesment, return on equity, debt to

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sekolah yang efektif diidentifikasikan dalam lima hal yaitu: (1) pengelolaan manajemen belajar dengan baik (2) metode dan