• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Hukum Terhadap Kontrak Kerja Untuk Kegiatan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Hukum Terhadap Kontrak Kerja Untuk Kegiatan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Gultom, Elfrida, 2007.Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan Untuk

Meningkatkan Ekonomi Nasional, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

H.S. Salim, 2008.Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding

(MoU), Sinar Grafika, Jakarta.

__________ 2010.Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta.

Khairandy, Ridwan, 2001.Pengantar Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1, Gama Media, Yogyakarta.

Kramdibrata Soedjono, 2002. Perencanaan Pelabuhan, Penerbit ITB, Bandung.

Muhammad, Abdulkadir. 2002.Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, Citra Aditya Bakti, Bandung.

____________________ 2013. Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Purba, Hasim, 2011. Modul Kuliah Hukum Pengangkutan Di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan.

Rahman, Hasanuddin, 2003. Contract Drafting, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Subagyo P. Joko, 2013. Hukum Laut Indonesia, Rhineka Cipta. Jakarta.

Subekti, 2008.Hukum Perjanjian, PT. Intermassa, Jakarta.

Suharsono dan Ana Retnoningsih, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Widya Karya, Semarang.

Sunggono, Bambang. 2007. Metode Penelitian Hukum. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Uli, Sinta, 2006. Pengangkutan: Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport,

Angkutan Laut, Angkutan Darat, dan Angkutan Udara, USUpress, Medan.

(2)

B. Undang–Undang

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 Tentang Angkutan di Perairan.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Bongkar Muat Dalam Areal Pelabuhan.

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

C. Internet

diakses pada tanggal 18 Juni 2016.

diakses pada tanggal 22 Juni 2016.

diakses pada tanggal 22 Juni 2016.

http://resthoe.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-kerja.html

diakses pada tanggal 20 September 2016.

diakses pada tanggal 14 Juli 2016.

, diakses pada tanggal 22 Juni 2016.

(3)

Nct-jkt.blogspot.co.id/2011/03/pihak-pihak-yang-terkait-dalam.html?m=1, diakses pada tanggal 3 September 2016.

pasadecargo.blogspot.co.id/2015/01/apa-itu-bongkar-muat.html?m=1,diakses pada tanggal 13 September 2016.

(4)

BAB III

PENYELENGARAAN KEGIATAN BONGKAR MUAT DALAM AREAL PELABUHAN BERDASARKAN PERATURAN MENTERI

PERHUBUNGAN NOMOR 60 TAHUN 2014

A. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Bongkar Muat Barang

1. Persyaratan Izin Usaha Bongkar Muat Barang

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dan daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.28

Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (freight forwading)adalah

kegiatan/usaha yang ditujukan untuk semua kegiatan yang diperlukan bagi

terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang dan/atau hewan melalui

angkatan darat, laut, dan/atau udara.

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999, yakni pada pasal 1

huruf 17 disebutkan bahwa :

29

Sedangkan yang dimaksudkan dengan kepelabuhan adalah meliputi segala

sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan

lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran,

keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang,

28

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Bongkar Muat Dalam Areal Pelabuhan.

29

(5)

keselamatan berlayar, tempat perpindahan intra dan/ atau antar moda serta

mendorong perekonomian nasional dan daerah.

Adapun beberapa jenis pelabuhan meliputi;

a. Pelabuhan Umum adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan

pelayanan masyarakat umum.

b. Pelabuhan khusus merupakan pelabuhan yang dibangun dan dijalankan guna

menunjang kegiatan yang bersifat khusus dan pada umumnya untuk

kepentingan individu atau kelompok tertentu.

c. Pelabuhan laut merupakan tempat yang digunakan untuk melakukan

pelayanan angkutan laut

d. Pelabuhan penyebrangan merupakan pelabuhan yang digunakan khusus untuk

kegiatan penyebrangan dari satu pelabuhan dengan pelabuhan yang lainnya

yang mempunyai keterkaitan

e. Pelabuhan sungai dan danau merupakan pelabuhan yang melayani kebutuhan

angkutan di sebuah danau ataupun sungai

f. Pelabuhan Daratan adalah suatu tempat tertentu di daratan dengan batas-batas

yang jelas, dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat, lapangan penumpukan

dan gudang serta prasarana dan sarana angkutan barang dengan cara

pengemasan khusus dan berfungsi sebagai pelabuhan umum.30

Kata angkut berarti mengangkat dan membawa, memuat atau

mengirimkan. Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan

(6)

manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. 31

a. Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut

Produsen yang melakukan

pengangkutan barang, akan melakukan kegiatan bongkar muat barang di areal

pelabuhan agar barang yang telah dibawa dapat dikirim sampai ke konsumen.

Rangkaian peristiwa pemindahan itu meliputi kegiatan :

b. Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan

c. Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan32

Usaha bongkar muat barang adalah kegiatan usaha yang bergerak dalam

bidang bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan yang meliputi

kegiatan stevedoring, cargodoring, dan receiving/delivery.

Stevedoring: Pekerjaan membongkar barang dari kapal ke dermaga

/ tongkang / truk atau memuat barang dari dermaga /tongkang /truk ke dalam

kapal sampai dengan tersusun dalam palka kapal dengan menggunakan derek

kapal atau derek darat.

Cargodoring: Pekerjaan melepaskan sling /jala - jala barang dari Cargo

hook kapal di dermaga dan memindahkan barang (ex tackle) tersebut dari dermaga

ke gudang / lapangan penumpukan, selanjutnya menyusun di gudang / lapangan

atau sebaliknya.

Receiving

/Delivery: Pekerjaan penerimaan barang di gudang / lapangan penumpuka

n dan menyerahkan ke atas truk penerima barang untuk cargo yang dibongkar, sebaliknya untuk cargo yang akan dimuat ke kapal diserahkan ke atas kapal. (Tanggung jawab PBM kalau cargo yang dibongkarsampai diatas chasis truck

31

Ridwan Khairandy, et.al., (Pengantar Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1, Gama Media, Yogyakarta, 2001, hlm. 195.

32

(7)

penerima barang, kalau cargo yang dimuat sampai tersusun rapi didalam palka kapal).33

a. Syarat administrasi, meliputi :

Untuk dapat melakukan kegiatan bongkar muatan dalam areal pelabuhan

ada beberapa persyaratan yang harus di penuhi. Dalam pasal 6 Peraturan Menteri

Perhubungan nomor 60 tahun 2014 di sebutkan bahwa untuk dapat melakukan

bongkar muat barang di areal pelabuhan, dibutuhkan 2 syarat, yaitu :

1) Surat permohonan bermeterai cukup dari Pimpinan Perusahaan yang

Fotokopi Akta Pendirian/Perubahan perusahaan.

2) Fotokopi Pengesahan Akta Pendirian/Perubahan perusahaan dari pihak

yang berwenang. (untuk Jenis PT disahkan oleh Kementerian Hukum dan

HAM)

3) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

4) Memiliki Penanggung Jawab dibuktikan dengan Fotokopi KTP Direktur

Perusahaan.

5) Memiliki modal usaha sesuai ketentuan (sebagaimana ketentuan Pasal 6

ayat (3) KM 14 Tahun 2002) :

a) Modal Dasar Perusahaan yg beroperasi di Pelabuhan Utama : Rp.

1.000.000.000,-

b) Modal Dasar Perusahaan yg beroperasi di Pelabuhan Regional : Rp.

500.000.000,-

(8)

c) Modal Dasar Perusahaan yg beroperasi di Pelabuhan Lokal : sesuai

penetapan Gubernur.

6) Menempati tempat usaha baik berupa milik sendiri maupun sewa, yang

dibuktikan dengan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau Surat

Keterangan Domisili Perusahaan dari instansi yang berwenang (kepala

desa/kelurahan).

7) Memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) orang tenaga ahli kualifikasi ahli

nautika atau ahli ketatalaksanaan pelayaran niaga, yang dibuktikan

dengan sertifikat/ijazah tenaga ahli tersebut.

8) Rekomendasi/pendapat tertulis dari Otoritas Pelabuhan/Unit

Penyelenggara Pelabuhan/ Adpel/ Kakanpel setempat terhadap

keseimbangan penyediaan dan permintaan kegiatan usaha bongkar muat.

9) Izin PMA dari BKPM (khusus bagi usaha patungan/ joint venture)

b. Syarat teknis, berupa peralatan bongkar muat barang yang meliputi :

1) Forklift

2) Pallet

3) Ship side-net

4) Rope sling

5) Rope net, dan

6) Wire net.34

(9)

2. Tata Cara Pemberian Izin Usaha Bongkar Muat Barang

Ketika suatu kapal telah sampai disuatu pelabuhan dan sandar di dermaga,

tidak serta merta pula saat itu dapat dilakukan kegiatan bongkar muat. Ada

beberapa tata cara dan syarat yang harus dipenuhi agar dapat melakukan kegiatan

bongkar muatan barang yang telah dibawa diareal pelabuhan.

Adapun tata cara yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk dapat

melakukan kegiatan bongkar muatan barang yang telah di angkut dari suatu lokasi

ke lokasi lainnya di areal pelabuhan adalah sebagai berikut :

a. Untuk memperoleh izin usaha bongkar muat barang, badan usaha

mengajukan permohonan kepada Gubernur disertai dengan rekomendasi

Penyelenggara Pelabuhan setelah mendapatkan masukan dari asosiasi

bongkar muat barang dan dokumen persyaratan angkutan laut.Dokumen

angkutan laut merupakan surat-surat yang diperlakukan sebagai prasyarat

untuk menjamin kelancaran dan keamanan pengangkutan barang dan atau

penumpang dilaut.

b. Gubernur melakukan penelitian persyaratan permohonan izin usaha bongkar

muat barang dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja

setelah diterima berkas permohonan lengkap.

c. Apabila hasil penelitian persyaratan belum terpenuhi, Gubernur

mengembalikan permohonan secara tertulis kepada pemohon untuk

melengkapi persyaratan berdasarkan format yang telah ditentukan.

d. Permohonan dapat dikembalikan kembali kepada Gubernur setelah

(10)

e. Apabila hasil penelitian persyaratan telah terpenuhi, Gubernur akan

menerbitkan izin usaha bongkar muat dengan format yang telah ditentukan.35

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 Pasal 47 :

1. Untuk memperoleh ijin usaha pengurusan transportasi sebagaimana

dimaksud dalam pasal 46 ayat (2), wajib dipenuhi persyaratan sebagai

berikut:

a. Memiliki modal dan peralatan yang cukup sesuai dengan perkembangan

teknologi;

b. Memiliki tenaga ahli yang sesuai;

c. Memiliki Akte Pendirian Perusahaan;

d. Memiliki Surat keterangan domisili perusahaan; dan

e. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara untuk meperoleh izin usaha dan

persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) duatur dengan Keputusan

Menteri. Dalam rangka mengupayakan adanya angkutan yang dapat lebih

menunjang ekspor non-migas melalui sebuah mekanisme yang

memungkinkan tersedianya angkutan terpadu antarmoda dari pintu ke pintu

serta sebagai kesatuan rangkaian jasa transportasi yang utuh. Jasa

pengurusan transportasi (freight forwading) oleh Pasla 1 Keputusan Menteri

Perhubungan Nomor 10 Tahun 1988 dimaksudkan sebagai usaha yang

dutujukan untuk mewakili kepentingan pemilik barang untuk semua

kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan

35

(11)

barang melalui transport darat, laut atau udara yang dapat mencakup

kegiatan penerimaan, penyimpanan, sortasi, pengepakan, penandaan,

pengukuran, penimbangan, pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan

dokumen angkutan, perhitungan biaya pengankutan, klaim asuransi atas

pengiriman barang, serta penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya

berkenaan dengan pengiriman barang-barang tersebut sampai dengan

diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya. Jadi dalam hal ini

batasan tentang usaha jasa pengurusan transportasi yang digariskan oleh

pemerintah hampir sama dengan apa yang digariskan oleh keputusan

menteri perhubungan, seperti apa yang telah disebutkan diatas.36

Namun sering kali untuk mengurus kelengkapan berkas-berkas yang

diperlukan agar lengkap memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Disamping

itu adanya oknum yang menyalahgunakan wewenang juga semakin memperburuk

keadaan. Pihak pemohon sering mengeluhkan akan lambatnya prosedur yang

harus dipenuhi ntuk dapat melakukan bongkar muat barangnya didalam areal

pelabuhan. Bagi pemohon, keterlambatan bongkar muat barang memberikan

dampak yang sangat banak dan besar bagi kegiatan produksinya.

Keterlambatan waktu akan semakin memperbesar biaya yang harus

dikeluarkan oleh pihak pemohon. Disamping itu, keterlambatan juga dapat

berdampak buruk berupa keterlambatan pengiriman barang kepada pihak

konsumen. Hal inilah yang harus dibenahi oleh para aparatur negara yang

36

(12)

memiliki kewenangan dalam hal pelaksanaan areal pelabuhan untuk digunakan

sebagai tempat bongkar muat.

Namun tidak semua keterlambatan merupakan kelalaian dari para pihak

yang terkait, Keterlambatan juga dapat diakibatkan dari keadaan alam (Natural

factor) hal ini tidak bisa kita tebak, sebagai contoh saat cuaca terang dan cerah

dan tiba-tiba mendung, apa lagi anda muat barang seperti semen, maka tidak mau

harus ditunda terlebih dahulu memuat barang itu, dan proses ini akan memakan

waktu, karena jika dikapal harus tutup palka terlebih dahulu yang tentunya

memakan waktu yang sangat lama.

Keterlambatan proses bongkar muatjuga dapat disebabkan akibat

terjadinya penumpukan muatan dipelabuhan (Congestion), karena disaat

bersamaan beberapa shipper tiba dan akhirnya barang mereka tertumpuk pada

pelabuhan dermaga tempat anda sandar, dan akhirnya anda harus menunggu

terlebih dahulu sampai dermaga itu kosong makaanda akan sandar untuk bongkar

muat.

B. Pihak-Pihak Yang Terkait

Didalam pengangkutan, pihak-pihak yang terkait juga diperlukan dalam

pengangkutan barang melalui laut. Pihak-pihak yang terkait adalah para subjek

hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum

pengangkutan.

Yang menjadi pihak-pihak dalam pengangkutan barang ada beberapa

(13)

a. Wiwoho Soedjono menjelaskan bahwa didalam pengangkutan di laut

terutama mengenai pengangkutan barang, maka perlu diperhatikan adanya

tiga unsur, yaitu pihak pengirim barang, pihak penerima barang, dan

barangnya itu sendiri.

b. HMN Purwosutjipto menjelaskan bahwa pihak-pihak dalam pengangkutan

yaitu :

1) Pengangkut adalah orang yang mengikatkan diri untuk

menyelenggarakan pengangkutan barang dan/ atau orang lain dari suatu

tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat.

2) Pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar uang

angkutan dimaksudkan juga ia memberi muatan.37

c. Abdulkadir Muhammad, menjelaskan bahwa pihak-pihak dalam

pengangkutan barang melalui laut adalah :

1) Pihak Pengangkut yang berkewajiban utama menyelenggarakan

pengangkutan dan berhak atas biaya pengangkutan.

2) Pihak Pengirim yang berkewajiban utama membayar biaya pengangkutan

dan berhak atas pelayanan pengangkutan barangnya.

3) Pihak Penumpang yang berkewajiban utama membayar biaya

pengangkutan dan berhak atas pelayanan pengangkutan.

Disamping ketiga pihak tersebut, masih terdapat pihak-pihak yang tidak

saling berhubungan hukum/tidak diatur oleh undang-undang namun

memiliki peranan yang sangat penting dalamdunia pelayaran, yaitu:

(14)

1. Ekspeditur (perusahaan ekspedisi muatan kapal laut, forwader, dan lain-lain),

adalah perusahaan yang menyelenggarakan usaha mengurus

dokumen-dokumen dan formalitas yang diperlukan untuk mengirim/mengeluarkan

barang ke/dari kapal atau ke/dari gudang/lapangan penumpukan container di

pelabuhan. Ekspeditur wakil dari pengirim barang/penerima barang muatan

kapal laut. Untuk muatan ekspor, tugas dan kewajiban ekspeditur dianggap

selesai bila barang-barang sudah dimuat ke atas kapal dan Bill of Lading

(B/L) sudah diambil untuk mengurus pemuatan kepada Bank Devisa. Untuk

muatan impor, dimulai dengan pembuatan dokumen-dokumen impor

(invoerpass, dan lain-lain) sampai pembayaran dan biaya-biaya yang

berkenaan dengan pengeluaran barang dari gudang pabean untuk selanjutnya

diserahkan kepada prinsipal di daerah bebas (di luar daerah pengawasan bea

dan cukai).

2. Perusahaan pergudangan (warehousing) yaitu usaha penyimpanan barang di

dalam gudang pelabuhan, menunggu pemuatan ke atas kapal atau

pengeluaran dari gudang.

3. Perusahaan Bongkar Muat (Stevedoring) yaitu usaha pemuatan atau

pembongkaran barang-barang muatan kapal. Sering kali perusahaan

stevedoring bekerja sama dengan perusahaan angkutan pelabuhan melalui

tongkang. Hal ini sering dilakukan apabila waktu menunggu giliran

penambatan terlalu lama atau fasilitas tambat kapal terlalu sedikit.38

38

(15)

Secara umum, pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan bongkar muat

barang dalam areal pelabuhan dapat digolongkan ke dalam 8 bagian, yaitu :

a. Pengangkut (Carrier)

Dalam perjanjian pengangkutan barang, pihak pengangkut yakni pihak

yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak atas

penerimaan pembayaran tarif angkutan sesuai yang telah diperjanjikan. Dalam

perjanjian pengangkutan penumpang, pihak pengangkut yakni pihak yang

berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berhak atas

penerimaan pembayaran tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah ditetapkan.

b. Pengirim ( Consigner, Shipper)

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Indonesia tidak mengatur definisi

pengirim secara umum. Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian

pengangkutan, pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar

pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh pelayanan

pengangkutan barang dari pengangkut. Dalam bahasa Inggris, pengirim disebut

consigner, khusus pada pengangkutan perairan pengangkut disebut shipper.

Pengiriman barang merupakan salah satu komponen utama dalam dunia perdagangan. Karena pada masa sekarang, perdagangan tidak harus terjadi dalam satu wilayah. Dalam hal ini Indonesia terdiri dari lebih 18.000 pulau yang ada dari Sabang sampai Merauke. Banyak hasil alam atau hasil produksi yang diwilayah tertentu dibutuhkan oleh wilayah lainnya. Sehingga pengiriman barang dari satu pulau kepulau lainnya sangat dibutuhkan.39

c. Penumpang (Passanger)

Penumpang adalah pihak yang berhak mendapatkan pelayanan jasa

angkutan penumpang dan berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan

39

(16)

sesuai yang ditetapkan.59 Menurut perjanjian pengangkutan, penumpang

mempunyai dua status, yaitu sebagai subjek karena dia adalah pihak dalam

perjanjian dan sebagai objek karena dia adalah muatan yang diangkut. Kenyataan

menunjukkan bahwa anak-anak dapat membuat perjanjian pengangkutan menurut

kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.

Berdasarkan kebiasaan, anak-anak mengadakan perjanjian pengangkutan

itu sudah mendapat restu dari pihak orang tua tau walinya. Berdasarkan kebiasaan

itu juga pihak pegangkut sudah memaklumi hal tersebut. Jadi yang bertanggung

jawab adalah orang tua atau wali yang mewakili anak-anak itu. Hal ini bukan

menyimpangi undang-undang, bahkan sesuai dengan undang-undang dan

kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.

d. Penerima (Consignee)

Pihak penerima barang yakni sama dengan pihak pengirim dalam hal

pihak pengirim dan penerima adalah merupakan subjek yang berbeda. Namun

adakalanya pihak pengirim barang juga adalah sebagai pihak yang menerima

barang yang diangkut di tempat tujuan. Dalam perjanjian pengangkutan, penerima

mungkin pengirim sendiri, mungkin juga pihak ketiga yang berkepentingan.

Dalam hal penerima adalah pengirim, maka penerima adalah pihak dalam

perjanjian pengangkutan. Dalam penerima adalah pihak ketiga yang

berkepentingan, penerima bukan pihak dalam perjanjian pengangkutan, melainkan

(17)

juga sebagai subjek hukum pengangkutan40

1) Perusahaan atau perorangan yang memperoleh hak dari pengirim barang; . Adapun kriteria penerima menrut

perjanjian, yaitu :

2) Dibuktikan dengan penguasaan dokumen pengangkutan;

3) Membayar atau tanpa membayar biaya pengangkutan.

e. Ekspeditur

Ekspeditur dijumpai dalam perjanjian pengangkutan barang, dalam bahasa

Inggris disebut cargo forwarder. Ekspeditur digolongkan sebagai subjek hukum

pengangkutan karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengirim

atau pengangkut atau penerima barang. Ekspeditur berfungsi sebagai pengantara

dalam perjanjian pengangkutan yang bertindak atas nama pengirim. Pengusaha

transport seperti ekspeditur bekerja dalam lapangan pengangkutan barang-barang

namun dalam hal ini ia sendirilah yang bertindak sebagai pihak pengangkut. Hal

ini nampak sekali dalam perincian tentang besarnya biaya angkutan yang

ditetapkan. Seorang ekspeditur memperhitungkan atas biaya muatan (vrachtloon)

dari pihak pengangkut jumlah biaya dan provisi sebagai upah untuk pihaknya

sendiri, yang tidak dilakukan oleh pengusaha transport. Berdasarkan uraian di

atas, dapat diketahui kriteria ekspeditur menurut ketentuan undang-undang, yaitu:

1) Perusahaan pengantara pencari pengangkut barang;

2) Bertindak untuk dan atas nama pengirim; dan

3) Menerima provisi dari pengirim.

f. Agen Perjalanan ( Travel Agent)

(18)

Agen perjalanan (travel agent) dikenal dalam perjanjian pengangkutan

penumpang. Agen perjalanan digolongkan sebagai subjek hukum pengangkutan

karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengangkut, yaitu

perusahaan pengangkutan penumpang. Agen perjalanan berfungsi sebagai agen

(wakil) dalam perjanjian keagenan (agency agreement) yang bertindak untuk dan

atas nama pengangkut. Agen perjalanan adalah perusahaan yang kegiatan

usahanya mencarikan penumpang bagi perusahaan pengangkutan kereta api,

kendaraan umum, kapal, atau pesawat udara.Berdasarkan uraian di atas, dapat

ditentukan kriteria agen perjalanan menurut undang-undang, yaitu :

1) Pihak dalam perjanjian keagenan perjalanan;

2) Bertindak untuk dan atas nama pengangkut;

3) Menerima provisi (imbalan jasa) dari pengangkut; dan

4) Menjamin penumpang tiba di tempat tujuan dengan selamat.

g. Pengusaha Muat Bongkar (Stevedoring)

Untuk mendukung kelancaran kegiatan angkutan barang dari dan ke suatu

pelabuhan, maka kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal mempunyai

kedudukan yang penting. Di samping itu keselamatan dan keamanan barang yang

dibongkar muat dari dan ke pelabuhan sangat erat kaitannya dengan kegiatan

bongkar muat tersebut. Menurut Pasal 1 butir 16 Peraturan Pemerintah Nomor 82

Tahun 1999 pengusaha muat bongkar adalah ”kegiatan usaha yang bergerak

dalam bidang bongkar muat barang dan/atau hewan dari dan ke kapal”.

Perusahaan ini memiliki tenaga ahli yang pandai menempatkan barang di dalam

(19)

diperlukan, dan tidak mudah bergerak/bergeser. Demikian juga ketika

membongkar barang dari kapal diperlukan keahlian sehingga barang yang dapat

dibongkar dengan mudah, efisien, dan tidak menimbulkan kerusakan.

Menurut Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 untuk

memperoleh izin usaha bongkar muat, wajib memenuhi persyaratan :

2) Memiliki modal dan peralatan yang cukup sesuai dengan perkembangan

teknologi;

3) Memiliki tenaga ahli yang sesuai;

4) Memiliki akte pendirian perusahaan;

5) Memiliki surat keterangan domisili perusahaan; dan

6) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)41

h. Pengusaha Pergudangan (Warehousing)

Menurut Pasal 1 alinea kedua Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1969,

pengusaha pergudangan adalah ”perusahaan yang bergerak di bidang jenis jasa

penyimpanan barang di dalam gudang pelabuhan selama barang yang

bersangkutan menunggu pemuatan ke dalam kapal atau penunggu pemuatan ke

dalam kapal atau menunggu pengeluarannya dari gudang pelabuhan yang berada

di bawah pengawasan Dinas Bea dan Cukai”.

Pihak-pihak yang terkait di dalam perjanjian pengangkutan laut adalah

pihak pengirim barang dan pengangkut yang diawali dengan serangkaian

perbuatan tentang penawaran dan permintaan yang dilakukan oleh pengangkut

dan pengirim secara timbal balik dengan cara antara lain :

41

(20)

a. Penawaran dari pihak pengangkut

Cara terjadinya perjanjian pengangkutan dapat secara langsung antara

pihak-pihak, atau secara tidak langsung dengan menggunakan jasa perantara

(ekspeditur). Apabila perjanjian pengangkutan dilakukan secara langsung, maka

pihak pengangkut langsung menghubungi pengirim, dimana pengangkut juga

mengumumkan/mengiklankan kedatangan dan keberangkatan kapalnya, sehingga

pengirim barang menyerahkan barangnya kepada pengangkut untuk diangkut.

b. Penawaran dari pihak pengirim

Apabila penawaran dilakukan oleh ekspeditur, maka ekspeditur

menghubungi pengangkutatas nama pengirim barang. Kemudian pengirim barang

menyerahkan barang pada ekspeditur untuk diangkut. Setelah terjadinya

kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai segala kondisi, maka

pengangkutan dimulai dengan diawali membuat perjanjian pengangkutan itu

sendiri.

C. Kontrak dan Pelaksanaan Bongkar Muat Barang

Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu contract. Dalam bahasa

Belanda disebut dengan overeenkomst(perjanjian). Pengertian perjanjian atau

kontrak diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata. Pasal tersebut berbunyi:

“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.42

42

(21)

Definisi yang tercantum dalam Black’s Law Dictionary bahwa kontrak dilihat

sebagai persetujuan dari para pihak untuk melaksanakan kewajiban, baik

melakukan atau tidak melakukan secara sebagian.43

1. The agreement fact between the parties (adanya kesepakatan tentang fakta

antara kedua belah pihak) Ada 3 unsur kontrak, yaitu :

2. The agreement as written (persetujuan dibuat secara tertulis)

3. The set of rights and duties created by (1) and (2) adanya orang yang berhak

dan berkewajiban untuk membuat: (1) kesepakatan dan (2) persetujuan

tertulis.44

1) Kontrak Bongkar Muat Barang

Bongkar muat adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam proses

forwarding(pengiriman) barang. Yang dimaksud dengan kegiatan muat adalah

proses memindahkan barang dari gudang, menaikkan lalu menumpuknya diatas

kapal, sedangkan kegiatan bongkar adlah proses menurunkan barang dari kapal

lalu menyusunnya didalam gudang di pelabuhan atau stock file atau container

yard.45

a. Bill of Lading

Dalam kontrak bongkar muat barang, beberapa hal yang harus di penuhi

sebagai persyaratan kelengkapan berkas pemuatan barang antara lain :

43

Salim H.S, Loc.cit. hlm. 26.

44

Ibid

45

(22)

Bill of lading yang disebut juga sebagai konosemen, bagi pengangkut

merupakan kontrak pengankutan sekaligus sebagai bukti tanda terima barang. Bill

of lading juga tanda hak yang memungkinkan barang bisa ditransfer dari

shipperke consignee atau dipindahkan ke pihak ketiga. Bill of lading dibuat oleh

perusahaan pelayaran pengangkut atau agennya berdasarkan shipping instruction

yang diberikan oleh pengirim (shipper). Berdasarkan shipping instruction yang

diterima dari pengirim, perusahaan pelayaran atau agennya membuat draft bill of

lading untuk diserahkan kembali ke pengirim untuk diperiksa isinya. Apabila

perlu, pengirim akan melakukan perubahan atau penambahan. Setelah dikoreksi,

perusahaan pelayaran membuat bill of lading yang asli dalam beberapa lembar

sesuai permintaan pengirim. Apabila nama kapal dituliskan dalam konosemen,

berarti pengirim yang menentukan kapalnya. Sedangkan jika nama kapal tidak

dicantumkan dalam konosemen maka forwarder yang akan menentukan kapalnya.

Fungsi bill of ladingsebagai dokumen pengangkutan adalah sebagai

berikut :

1) Surat perjanjian pengangkutan (a contract of affreightment) antara

pengirim komoditas dengan pengangkut dan penerima komoditas.

2) Tanda bukti hak milik (a document of tittle)atas komoditas yang

berada dalam perwalian pengangkut sebanyak yang tercatat dalam

B/L, kecuali ada bukti sebaliknya (prima facie evidence)

3) Tanda bukti penerimaan komoditas (receipt for the goods)yang

diterima oleh pengangkut dari pengirim komoditas sebanyak yang

(23)

4) Tanda persetujuan pengangkut untuk mengangkut komoditas ke

pelabuhan tujuan dan diserahkan di sana kepada penerima komoditas

yang sah.

5) Tanda bukti pembayaran uang tambang bila uang tambang dibayar di

pelabuhan pemuatan atau perjanjian pembayaran uang tambang bila

uang tambang dibayar di pelabuhan tujuan.46

b. Cargo List (loading list)

Loading list adalah daftar semua barang yang dimuat dalam kapal.

Loadin```g list dibuat oleh perusahaan pelayaran atau agennya dan diserahkan

kepada semua pihak yang terkait dengan pemuatan, yaitu : kapal, stevedore,

gudang dan pihak-pihak lain.

c. Tally Muat

Untuk semua barang yang dimuat diatas kapal dicatat dalam tally sheet.

Tally sheet juga dibuat untuk mencatat semua barang yang dimuat. Tally sheet

selain ditandatangani oleh petugas yang mencatat juga harus dicountersigned oleh

petugas kapal mungkin ada ketidaksesuaian (dispute) dari muatan yang ada.

d. Mate’s Receipt

Mate’s receipt adalah suatu tanda terima dari barang-barang yang

dikapalkan yang ditanda-tangani oleh Mualim I (bukan oleh nahkoda) atau biasa

disebut dengan Resi Mualim. Resi Mualim ini biasa dikeluarkan setelah barang

dimuat ke dalam kapal dan menjadi bukti bagi pengirim barang bahwa barangnya

46 Sinta Uli,

(24)

telah dimuat ke dalam kapal.47

e. Stowage plan

Mate’s receipt dibuat oleh agen pelayaran dan

ditandatangani oleh mualim kapal. Jumlah koli dan kondisi barang disesuaikan

dengan data yang tercantum pada mate’s receipt. Apabila jumlah colli tidak sesuai

dengan jumlah yang tercantum dalam mate’s receipt maka petugas kapal akan

mencatat selisih tersebut. Demikian pula, jika barang yang dimuat terdapat

kerusakan, petugas kapal juga akan mencatat kondisinya. Selisih atau kondisi ini

kemungkinan tercatat pada konosemen.

Stowage plan adalah gambar tata letak dan susunan semua barang yang

telah dimuat di atas kapal, Untuk kapal petikemas, stowage plan disebut bay plan.

Stowage plan dibuat oleh petugas kapal atau petugas tally. Sedangkan bay plan

dibuat oleh ship planner.48

1) Pemberitahuan kepada bea cukai

Setelah sebuah kapal sandar di areal pelabuhan, tidak serta merta kapal

tersebut dapat melakukan kegiatan bongkar muat barangnya, ada beberapa

hal/dokumen yang harus dilengkapi, antara lain :

Sebelum kedatangan kapal, agen pelayaran memberitahu kepada bea cukai

(khusus untuk pembongkaran barang import) tentang rencana kedatangan kapal.

Selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam setelah kapal tiba, dengan menyerahkan

dokumen-dokumen sebagai berikut :

a) Cargo manifest dari semua barang yang akan dibongkar/diimport

47

Sinta Uli, Ibid. Hlm. 34

48

(25)

b) Cargo manifest dari semua barang yangmempunyai tujuan di luar

Indonesia.

c) Daftar penumpang dan ABK.

d) Daftar perbekalan.

e) Daftar senjata api dan obat-obat terlarang.

2) Landing order

Apabila terjadi perubahan bongkar muat dari suatu party barang, agen

pelayaran akan mengeluarkan landing order. Landing order adalah pemberitahuan

dari agen pelayaran kepada kapal tentang adanya perubahan pelabuhan bongkar

satu partai barang dengan menyebutkan pelabuhan bongkar sebelumnya dan

pelabuhan bongkar seharusnya.

3) Tally bongkar

Pada waktu barang dibongkar dilakukan pencatatan jumlah colli dan

kondisinya sebagaimana terlihat dan hasilnya dicatat dalam tally sheet bongkar.

Tally sheet harus di-countersign oleh nakhoda atau mualim yang berwenang.

4) Outturn Report

Outturn report adalah daftar dari semua barang dengan mencatat dari

jumlah colli dan kondisinya barang itu pada waktu dibongkar. Barang yang

kurang jumlahnya atau rusak diberi tanda (remark) pada outturn report.

5)Short and Overlanded List

Khusus barang yang mengalami kekurangan atau kelebihan dibuat daftar

sendiri yang disebut short and overlanded list

(26)

Khusus untuk barang yang mengalami kerusakan dibuatkan daftar

tersendiri berupa damage cargo list. Untuk barang-barang yang mengalami

kerusakan dalam damaged cargo list diberi penjelasan rinci mengenai dimana

kerusakan terjadi, sebelum dibongkar atau selama pembongkaran. Dijelaskan pula

sejauh mana kerusakan yang dialami.

7)Cargo Tracer

Dengan memperhatikan short and overlanded list, agen pelayaran

mengeluarkan tracer. Tracer merupakan pemberitahuan kepada semua pihak

pelabuhan muat dan bongkar tentang adanya kekurangan atau kelebihan barang

yang terjadi di pelabuhan pengirim. Tracer juga menanyakan apakah barang yang

kurang tersebut ada di pelabuhan penerima tracer atau sebaliknya.

Pelabuhan penerima tracer akan menyelidiki isi tracer dan segera

menyampaikan hasil penyelidikannya ke pengirim. Apabila tracer pertama tidak

dijawab, setelah 15 hari akan disusul tracer berikutnya, dan demikian seterusnya

sampai mendapat jawaban. Penerima tracer memiliki kewajiban untuk segera

meneliti dan menjawab tracer yang diterima mengingat akan timbulnya klaim dari

pemilik barang.

8)Cargo Manifest

Cargo manifest adalah keterangan rinci mengenai barang-barang yang

diangkut oleh kapal. Jadi ini merupakan daftar barang dari semua bill of lading

dari barang yang diangkut kapal dan dijabarkan secara rinci. Lajur-lajur dalam

manifest adalah sebagai berikut :

(27)

b) Nomor B/L

c) Nama pengirim

d) Nama/alamat penerima (consignee)

e) Jumlah colli dalam angka

f) Keterangan mengenai barang

g) Jumlah berat barang

h) Patokan berat ato ukuran yang dikenakan tambang (freight)

i) Tarif satuan barang

j) Lajur kosong untuk catatan seperlunya

k) Jumlah freight yang dibayar menurut tiap B/L

l) Jumlah OPP/OPT

m) Lajur biaya tata usaha

n) Lajur jumlah keseluruhan biaya yang dikenakan pada setiap B/L

o) Lajur keterangan

p) Special refrigenerated cargo.Cargo List

Special cargo list adalah daftar dari semua barang khusus yang

dimuat oleh kapal, misalnya barang berbahaya, barang berharga, barang

berat dan barang yang membutuhkan pengawasan khusus termasuk

9) Dangerous Cargo list

Dangerous cargo list adalah daftar muatan yang berbahaya,baik

yang ditetapkan oleh IMO ataupun yang ditetapkan oleh yang berwenag di

pelabuhan.

(28)

Setiap palka mempunyai muatan sendiri. Hatch list merinci muatan

yang ada pada tiap palka. Hatch list dibuat oleh pihak kapal.

r) Parcel List

Karena sering ada barang kiriman yang bukan barang dagangan

dikirim melalui kapal laut sebagai barang titipan, misalnya personal effect,

maka barang tersebut didaftar dalam suatu daftar yang disebut sebagai

parcel list.49

B. Pelaksanaan Bongkar Muat Barang

Kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal dibagi pada beberapa

rangkaian kegiatan sebagai berikut :

1. Kegiatan Operasi Pembongkaran Muatan (discharging), yang terdiri dari 4

tahapan yaitu :

a. Persiapan muatan dari dalam palka dan mengkaitkan ganco muatan.

Tahap pertama ini meliputi kegiatan membongkar muatan dari posisi

muatan dalam ruang muat kapal (palka), memindahkan setiap muatan dengan

menggunakan cara-cara konvensional ataupun dengan menggunakan alat-alat

mekanis seperti Forklift, Conveyor, dllke ruang mulut palka (hatch

square)kemudian menyusunnya di atas pallet, jala-jala atau mengikatnya

dengan sling ataupun menggunakan alat bantu bongkar muat lainnya yang

disesuaikan dengan jenis muatan. Kemudian mengkaitkan muatan pada

ganco craneatau derek.

(29)

b. Mengangkat muatan serta menurunkan di dermaga atau kendaraan yang

tersedia (truk, lorry, kereta api).

Kegiatan pada tahap kedua ini disebut juga dengan hook transferatau

pemindahan muatan dengan menggunakan ganco derek, muatan diangkat

dari ruang mulut palka dengan menggunakan ships crane ataupun shore

crane keluar dari palka ke dermaga ataupun ke atas barge yang ada disisi

kapal ataupun langsung diletakkan di atas truk, gerbong-gerbong kereta api.

Pada tahap ini keselamatan barang sangat diperhatikan.

c. Melepaskan sling dari ganco muatan.

Melepaskan muatan dari ganco regu kerja dermaga dengan hati-hati

menjaga muatan agar aman mendarat di dermaga, ke truk atau gerbong

kereta api ataupun tongkang-tongkang disisi kapal, kemudian melepaskan

muatan dari ganco dan siap untuk dikembalikan ke dalam palka kapal.

d. Pengembalian ganco muatan ke atas kapal, kemudian mengeluarkan muatan

dari sling atau jala-jala.

Pada tahap keempat ini kegiatan yang dilakukan adalah

pengembalian ganco muatan (hook- return)ke dalam palka dan siap untuk

digunakan pada pengangkatan muatan berikutnya.

Rangkaian kegiatan dari tahap pertama sampai ke tahap empat

disebut dengan hook cycle(siklus ganco), dimana waktu yang diperlukan

untuk menyelesaikan 1 (satu) siklus ganco disebut dengan hook cycle time.

Alat-alat yang digunakan untuk aktivitas bongkar muat barang

(30)

1. Grabs adalah alat muat/bongkar yang sering digunakan untuk

memuat/membongkar barang jenis curah kering.

2. Bucket adalah sebuah bak dengan kapasitas tertentu yang digunakan

untuk memuat barang curah atau bag.

3. Crane adalah suatu alat dengan kapasitas tertentu yang digunakan untuk

menaikkan/menurunkan barang dari/ke kapal

4. Sling adalah jerat untuk muatan yang dibuat dari tali termasuk tali kawat

atau baja, gunanya untuk mengangkat atau menurunkan muatan dari/ke

kapal.

5. Forklift adalah kendaraan roda 4 (empat) yang berfungsi sebagai alat

pemindah (transport) baran dari satu titik ke titik lain dengan jarak yang

dekat.

6. Loader adalah mesin yang digunakan untuk meraup dan transportasi

bahan dalam area kerja

7. Exchavator adalah alat berat yang sering dipergunakan pada pekerjaan

konstruksi, kehutanan dan industri pertambangan karena alat ini dapat

melakukan berbagai macam pekerjaan.50

50 pasadecargo,

(31)

BAB IV

KAJIAN HUKUM TERHADAP KONTRAK KERJA UNTUK KEGIATAN BONGKAR MUAT ANTARA PT. PELINDO I CABANG BELAWAN DENGAN PT. FKS MULTI AGRO Tbk di PELABUHAN INDONESIA I

CABANG BELAWAN

D. Perjanjian Kontrak Kerja Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk

Perjanjian kerjasama antara PT. Pelindo I Cabang Belawan dengan PT.

FKS Multi Agro, Tbk merupakan kerjasama yang meliputi perencanaan dan

pelayanan kapal, pelaksanaan pekerjaan dan penyediaan perlatan mekanik dan

non mekanik untuk pekerjaan bongkar (stevedoring), stevedoring adalah proses

pelaksanaan kegiatan pembongkaran muatan dari dan ke sisi lambung kapal

hingga ke atas truck/trailler/chassis dengan menggunakan crane kapal atau crane

darat,hingga penyediaan dermaga untuk penyandaran di Pelabuhan Belawan.

Dalam perjanjian kerjasama ini, PT. FKS Multi Agro, Tbk dapat

menggunakan peralatan seperti Grape,(grape adalah bagian dari crane yang

berfungsi untuk mengambil/membawa batubara. Ukuran Grape menentukan

kecepatan muat (loading rate) batubara),Hopper, (hopper adalah wadah tempat

peletakan batubara yang memiliki lubang dibawahnya) dan peralatan mekanis

sesuai kebutuhan kegiatan bongkar muat, sepanjang perlatan tersebut belum

dimiliki PT. Pelindo I Cabang Belawan.

PT. Pelindo I Cabang Belawan wajib bekerja 24 (dua puluh empat) jam

per hari dengan produktivitas 3000 ton/gang/hari dengan kondisi kecepatan

pergerakan crane per siklus (hock cycle) maksimal 5 (lima) menit per siklus Crane

(32)

isinya dapat dikosongkan tanpa penanganan) dapat bekerja secara maksimal.

Namun apabila adanya masalah diluar kemampuan PT. Pelindo I Cabang Belawan

seperti gangguan cuaca, bencana alam, dan sebab lain, maka PT. Pelindo I Cabang

Belawan tidak wajib bekerja 24 (dua puluh empat) jam per hari.

Dalam pelaksanaan kegiatan bongkar muat, akan ditemukan resiko yang

mungkin terjadi di kemudian hari, jadi segala resiko yang timbul dengan

pekerjaan yang dilaksanakan oleh PT. Pelindo I Cabang Belawan seperti

kerusakan bagian kapal, kerusakan/kehilangan barang milik PT. FKS Multi Agro,

Tbk menjadi beban PT. Pelindo I Cabang Belawan yang dibuktikan dengan Berita

Acara serta data pendukung yang disepakati oleh kedua belah pihak. Dalam

perjanjian kerjasama operasional penanganan bongkar muat itu sendiri diatur

tentang resiko yang terdapat dalam Pasal 11, yaitu :

(1) Segala resiko yag timbul dengan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pihak

Pertama seperti kerusakan bagian kapal, kerusakan/kehilangan barang milik

Pihak Kedua menjadi beban Pihak Pertama yang dibuktikan dengan Berita

Acara serta data pendukung yang disepakati oleh kedua belah pihak.

(2) Dalam hal terjadi kondisi pelaksanaan bongkar muat barang-barang khusus

selain menggunakan alat-alat tersebut, maka peralatan dan atau peeralatan

tambahan yang digunakan adalah menjadi beban pemilik barang sesuai

Actual Cost.

(3) Karena sesuatu hal apabila terjadi pembatalan pembongkaran/pemuatan

(33)

semua biaya yang timbul sepenuhnya menjadi beban pihak yang memberikan

order pekerjaan dan atau pihak yang membatalkan.

Dalam Pasal 15 perjanjian kerjasama operasional penanganan jasa bongkar

(stevedoring) curah kering membahas tentang jangka waktu perjanjian kerjasama

ini berlaku 1 (satu) tahun dan apabila kedua belah pihak masih berkeinginan untuk

melanjutkan perjanjian kerjasama ini, maka selambat-lambatnya 6 (enam) bulan

sebelum masa jangka waktu perjanjian kerjasama berakhir, kedua belah pihak

sepakat untuk melakukan proses perpanjangan.

Dalam pasal 16 Perjanjian kerjasama ini batal dengan sendirinya apabila

para pihak atau salah satu pihak dinyatakan pailit berdasarkan keputusan

pengadilan, adanya peraturan Pemerintah yang bertentangan, dan hal-hal lain yang

diluar kemampuan para pihak yang mengakibatkan perjanjian kerjasama ini tidak

mungkin lagi dilaksanakan. Dalam pasal ini juga dibahs tentang para pihak

sepakat dalam pelaksanaan pembatalan Perjanjian kerjasama ini untuk

mengesampingkan ketentuan sebagaimana termuat dalam Pasal 1266 dan 1267

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. (ayat (2)).

E. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Bongkar Muat

Kontrak perjanjian kerjasama dibahas dalam pasal 5, PT. Pelindo

Indonesia I cabang Belawan sebagai Badan Usaha Pelabuhan yang berperan

sebagai yang mengoperasikan terminal dan fasilitas pelabuhan dalam

melaksanakan kegiatannya memliki hak yaitu antara lain :

1. Menangani pekerjaan stevedoring cargo milik atau yang dikuasai PT. FKS

(34)

selambat-lambatnya 24 jam sebelum kapal pengangkut barang mili atau yang dikuasai

PT. FKS Multi Agro, Tbk tiba di Pelabuhan Belawan.

2. Sebagai Operator yang mengoperasikan terminal dan fasilitas pelabuhan

lainnya sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

3. Menetapkan proses perencanaan pelayanan atas kapal dan bongkar muat

yang dimiliki atau dikuasai oleh PT. FKS Multi Agro, Tbk.

4. Mendapatkan informasi tentang rencana kegiatan atas kunjungan kapal dan

muatan milik atau kuasai PT. FKS Multi Agro, Tbk selambat-lambatnya 24

jam sebelum kapal pengangkut barang milik atau yang dikuasai PT. FKS

Multi Agro, Tbk tiba di Pelabuhan Belawan.

5. Menagih dan menerima pembayaran dari PT. FKS Multi Agro, Tbk atas jasa

pekerjaan yang dilaksanakan oleh PT. Pelindo I Cabang Belawan sesuai

besaran tarif yang disepakati serta tata cara pembayaran sebagaimana

dimaksud dalam kerjasama ini. Pembahasan tersebut merupakan hak Pihak

Pertama.

Dalam pelaksaaan kegiatan bongkar muat PT. Pelindo I Cabang Belawan

juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu antara lain:

1. Melaksanakan pembongkaran curah kering dari dalam palka kapal dengan

menggunakan Grape ke dalam Hopper.

2. Menyiapkan alat bantu bongkar muat sesuai dengan kebutuhan.

3. Menyediakan tenaga stevedoring, supervisor, foreman, tallyman dan serta

tenaga kerja bongkar muat sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan

(35)

4. Bersama-sama PT. FKS Multi Agro, Tbk melakukan perencanaan dan

pengawasan pelaksanaan pembongkaran curah kering.

5. Melakukan perhitungan jumlah bongkaran setiap periode kerja (harian)

sampai selesai dan dikoordinasikan dengan PT. FKS Multi Agro, Tbk.

6. Meyerahkan dokumen berupa Daily Report, Time Sheet dan statement of

Fact kepada PT. FKS Multi Agro, Tbk.

7. Menyediakan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), tenaga dan supervisi

yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran pelayanan bongkar muat

yang dimiliki atau dikuasai oleh PT. Pelindo I Cabang Belawan dan biaya

yang timbul menjadi beban dan tanggung jawab PT. Pelindo I Cabang

Belawan.

8. Melaksanakan proses bongkar muat dari lapangan penumpukan dan ke

kapal atau sebaliknya dengan menerapkan sistem kerja 24 (dua puluh

empat) jam.

9. Memberikan informasi terhadap proses pelayanan operasional atas kapal

dan muatan yang dimiliki atau dikuasai oleh PT. FKS Multi Agro, Tbk.

10.Menyediakan tenaga keamanan khusus pada saat kegiatan bongkar muat.

11.Menjaga kebersihan dan penerangan yang cukup pada saat dilaksanakan

kegiatan bongkar muat. Pembahasan tersebut merupakan kewajiban Pihak

Pertama.

PT. FKS Multi Agro Tbk sebagai perusahaan yang bergerak di bidang

curah kering dalam pelaksanaan kegiatannya memiliki hak yaitu mendapatkan

(36)

dari pihak PT. Pelindo I Cabang Belawan (merupakan hak Pihak Kedua)

Pelayanan atas kapal dalam pelaksanaan bongkar muat dapat berupa Tenaga Kerja

Bongkar Muat (TKBM) dan peralatan bongkar muat barang yang meliputi :

1) Forklift(merupakan perangkat yang digunakan untuk mengangkat peti

kemas)

2) Pallet(merupakan tempat untuk meletakkan barang-barang dengan tujuan

memudahkan penyimpanan)

3) Ship side-net(merupakan jala-jala yang terdapat dibagian lambung kapal)

4) Rope sling(tali baja)

5) Rope net,(tali yang digunakan untuk mencapai posisi yang sulit

dijangkau)dan

6) Wire net (jala-jala baja).

PT. FKS Multi Agro, Tbk juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhi

dalam kegiatan bongkar muat yang dilakukan di areal Pelabuhan Belawan, adapun

kewajiban dari PT. FKS Multi Agro, Tbk yaitu antara lain :

1) Mengikuti serta mematuhi seluruh peraturan dan kebijakan tentang

pelaksanaan proses pelayanan kegiatan kepelabuhanan yang ditetapkan

oleh PT. Pelindo I Cabang Belawan

2) Wajib meyediakan dump truck minimum 25 (dua puluh lima) kendaraan

untuk setiap 1 (satu) gang kerja dengan kapasitas minumum 20 (dua

puluh) ton dalam kondisi yang layak pakai.

3) Menyampaikan Surat Perintah Kerja (SPK) kepada PT. Pelindo I Cabang

(37)

milik atau yang dikuasai PT. FKS Multi Agro, Tbk tiba di Pelabuhan

Belawan.

4) Membayar biaya pembongkaran curah kering dengan tarif sebagaimana

diatur dalam perjanjian kerjasama ini.

5) Membayar biaya jasa pemeliharaan fasilitas pelabuhan sebesar

Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah)/ton sudah termasuk PPn ( Pajak

Pertambahan Nilai)

6) Meyediakan peralatan bongkar muat antara grabe kapasitas minimal 8

(delapan) ton, hopper kapasitas 10 (sepuluh) ton dan mekanis sesuai

kebutuhan.

F. Pelaksanaan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro, Tbk

Pelaksanaan perjanjian kerjasama bongkar muat ini dilakukan diareal

pelabuhan antara PT. Pelindo Indonesia I Cabang Belawan sebagai pihak

pengelola dan PT. FKS Multi Agro, Tbk sebagai pihak yang menggunakan areal

pelabuhan. Seperti yang terdapat dalam pasal 4 ruang lingkup kegiatan “ruang

lingkup perjanjian kerjasama ini meliputi perencanaan dan pelayanan kapal,

pelaksanaan pekerjaan dan penyediaan peralatan mekanik dan non mekanik untuk

pekerjaan bongkar (stevedoring), hingga penyediaan dermaga untuk penyandaran

di Pelabuhan Belawan.”

Pelaksanaan bongkar muat terhadap kondisi barang yang memerlukan

(38)

serta untuk menjamin keamanan barang tersebut, maka pemilik barang akan

dibebani biaya tambahan (surcharge) sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

Adapun tata cara pembayaran atas kegiatan jasa bongkar muat yang

dilakukan PT. FKS Multi Agro, Tbk, ditentukan oleh PT. Pelindo I Cabang

Belawan sebagai berikut seperti yang tertera dalam pasal 12 perjanjian kerjasama

operasional penanganan jasa bongkar (stevedoring) curah kering :

1. Tahap Pertama (Panjar) :

Pembayaran panjar dilakukan PT. FKS Multi Agro, Tbk sebelum kapal

diploating PPSA (Pusat Pelayanan Satu Atap) Belawan dengan perhitungan

sebagai berikut :

{((Jumlah party sesuai SPK X Tarif) X 25%) + PPn. 10%}

2. Tahap Kedua (Pelunasan)

Pambayaran pelunasan dilakukan PT. FKS Multi Agro, Tbk setelah

menerima Nota Tagihan dan data pendukung lengkap dari PT. Pelindo I Cabang

Belawan, selambat-lambatnya 8 (delapan)hari kerja dengan perhitungan sebagai

berikut :

{((Jumlah realisaasi bongkaran X Tarif) – panjar) + PPn.10%}

Apabila dikemudian hari terjadi keterlambatan atas proses

pembayaran/pelunasan Nota Tagihan dari batas waktu yang telah disepakati

para pihak, akan dikenakan sanksi denda sebagai berikut :

a. Keterlambatan antara 1 (satu) sampai dengan 30 (tiga puluh) hari

dikenakan denda sebesar 5% (lima persen) dari sisa tagihan yang belum

(39)

b. Keterlambtan diatas 30 (tiga puluh) hari dikenakan denda sebesar 7%

(tujuh persen) dari sisa tagihan yang belum dibayarkan, dan bila belum

dilunasi pembayarannya maka pihak kedua akan dikenakan tambahan

sebesar 2% (dua persen) setiap keterlambatan bulan berikutnya dari nilai

sisa tagihan.

Dalam perjanjian kerjasama ini, kedua belah pihak sepakat untuk menjaga

kebersihan dan memelihara kelestarian, serta mencegah kemungkinan terjadinya

pencemaran terhadap lingkungan di Pelabuhan Belawan.

Apabila dalam pelaksanaan kegiatan bongkar muat ini terjadi perbedaan

kesepahaman dari kedua belah pihak yang menyebabkan perselisihan, maka

pilihan hukum yang dapat dipilih dalam menyelesaikan permasalahan/perselisihan

tersebut adalah :

1. Perjanjian ini tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di

wilayah Republik Indonesia

2. Apabila terjadi perselisihan yang timbul dari keberadaan Perjanjian

kerjasama ini, maka kedua belah pihak sepakat untuk menempuh jalan

musyawarah untuk mufakat.

3. Apabila kata mufakat tidak berhasil dicapai, maka kedua belah pihak

sepakat untuk menempuh jalur hukum dengan mendaftarkannya ke

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Perjanjian kerjasama antara PT. Pelindo I Cabang Belawan dengan PT. FKS

Multi Agro, Tbk merupakan kerjasama yang meliputi perencanaan dan

pelayaan kapal, pelaksanaan pekerjaan dan penyediaan peralatan mekanik dan

non-mekanik untuk pekerjaan bongkar (stevedoring), hingga penyediaan

dermaga untuk penyandaran di Pelabuhan Belawan. Bentuk perjanjian antara

perusahaan seperti ini merupakan perjanjian kerja kemitraan. Perjanjian

seperti ini tunduk pada KUH Perdata. Perjanjian kerjasama operasional

penanganan jasa bongkar (stevedoring) curah kering ini batal dengan

sendirinya apabila para pihak atau salah satu pihak dinyatakan pailit

berdasarkan keputusan pengadilan.

2. Hak dan kewajiban PT. Pelindo I Cabang Belawan dan PT. FKS Multi Agro,

Tbk mengalami keseimbangan, bahwa perjanjian yang lain, seperti

melakukan pekerjaan dengan pihak lain tidak selalu harus didasarkan

perjanjian kerja dalam hubungan kerja, tetapi dapat dilakukan dengan

berbagai macam perjanjian-perjanjian melakukan pekerjaan lainnya.

Masing-masing bentuk perjanjian-perjanjian melakukan pekerjaan tersebut berbeda

syarat dan ketentuan hukumnya. Hak-hak dan kewajiban para pihak secara

timbal-balik serta jika terjadi peselisihannya cara penyelesaiannya memenuhi

(41)

3. Pelaksanaan perjanjian kerjasama bongkar muat ini dilakukan diareal

pelabuhan antara PT. Pelindo I Cabang Belawan sebagai pihak pengelola dan

PT. FKS Multi Agro, Tbk sebagai pihak yang menggunakan areal pelabuhan.

Dalam pelaksanaan perjanjian bongkar muat masih adanya birokrasi yang

menimbulkan ketidaktepatan waktu sehingga ketika akan mengikat perjanjian

pihak pemakai jasa dan bisa berubah karena adanya hubungan yang baik

antara pihak yang berkepentingan.

B. SARAN

1. Sebaiknya dalam pelaksanaan kegiatan bongkar muat dalam areal Pelabuhan

dapat dilakukan dalam waktu yang relatif lebih singkat, hal ini guna

memangkas waktu dan biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak pengangkut.

2. Untuk memajukan transportasi melalui jalur laut di Indonesia, pemerintah

harus menaruh perhatian lebih besar terhadap pembangunan infrastruktur

seperti jalan dan pelabuhan. Selain itu yang tak kalah penting adalah terus

berupaya meningkatkan pelayanan dan pemeliharaan

infrastruktur-infrastruktur tersebut.

3. Pelaksanaan dalam kegiatan bongkar muat haruslah dipimpin oleh

pihak-pihak terkait. Seperti pihak-pihak berwajib ataupun perwakilan dari perusahaan

yang bersangkutan dan dengan status berbadan hukum yang terkait

Undang-Undang dan peraturan ketenagakerjaan termasuk mengenai status

(42)

BAB II

PENGATURAN KONTRAK KERJA PERUSAHAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003

A. Pengertian Dan Subjek Serta Objek Dalam Kontrak Kerja 1. Pengertian Kontrak Kerja

a. Pengertian Kontrak

Istilah kontrak atau perjanjian merupakan terjemahan dari bahasa

Inggris yaitu contract law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut

overeenscomsrecht. Menurut Salim H.S, perjanjian atau kontrak merupakan

keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum

antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbukan

akibat hukum.14

Menurut R.Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa di mana

seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji

untuk melaksanakan suatu hal. Hubungan kedua orang yang bersangkutan Kontrak atau persetujuan (contract or agreement) yang

diatur dalam buku III bab kedua Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(BW) Indonesia, memiliki pengertian yang sama dengan perjanjian.

Perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana seorang

atau lebih meningkatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kontrak adalah berkenaan

dengan sewa menyewa sesuatu dengan dasar perjanjian yang disepaki kedua

belah pihak dalam waktu tertentu, perjanjian dalam perdagangan.

14

(43)

mengakibatkan timbulnya suatu ikatan yang berupa hak dan kewajiban kedua

belah pihak atas suatu prestasi.15

Van Dunne menyatakan bahwa Hukum Kontrak adalah keseluruhan

dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua pihak

atau lebih berdasarkan kesepakatan untuk menimbulkan akibat hukum.16

b. Pengertian Kerja

Kerja merupakan sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai

profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Kerja dapat juga

di artikan sebagai pengeluaran energi untuk kegiatan yang dibutuhkan oleh

seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerja adalah perbuatan

melakukan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil, hal

pencarian nafkah.

Menurut Dr. Franz Von Magnis di dalam Anogara, pekerjaan adalah

“kegiatan yang direncanakan”. Sedangkan Hegel di dalam Anogara

menambahkan bahwa “inti pekerjaan adalah kesadaran manusia”.17

Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pekerjaan

memungkinkan orang untuk dapat menyatakan diri secara objektif kedunia

ini, sehingga ia dan orang lain dapat memandang dan memahami kebenaran

dirinya.

15

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermassa, 2008, hlm. 1.

diakses pada

tanggal 22 Juni 2016.

(44)

c. Pengertian Kontrak Kerja

Menurut Subekti perjanjian kerja adalah perjanjian antara seorang buruh dengan majikan, perjanjian mana ditandai oleh ciri-ciri adanya suatu upah atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (bahasa Belanda “dierstverhanding”) yaitu suatu hubungan berdasarkan mana pihak yang satu (majikan) berhak memberikan perintah-perintah yang harus ditaati oleh pihak yang lain (buruh).18

Dalam pasal 1313 Kitab Undang Undang Perdata hukum perjanjian

diartikan sebagai “Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih,

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”

Ensiklopedia Indonesia sendiri mengartikan Hukum Kontrak sebagai

rangkaian kaidah-kaidah hukum yang mengatur berbagai persetujuan dan

ikatan antara warga-warga hukum.

19

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 angka 14 perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak. Perjanjian kerja pada dasarnya harus memuat pula ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan hubungan kerja itu, yaitu hak dan kewajiban buruh serta hak dan kewajiban majikan.20

Dari beberapa pendapat diatas, dapat di tarik kesimpulan bahwa

pengertian kontrak kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan

pengusaha secara lisan dan/atau tulisan, baik untuk waktu tertentu maupun

untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan

kewajiban. Setiap perusahaan wajib memberikan kontrak kerja di hari

pertama anda bekerja. Dalam kontrak kerja biasanya terpapar dengan jelas

pekerja memiliki hak mendapat kebijakan perusahaan yang sesuai dengan

diakses pada tanggal 22 Juni 2016.

19

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

20

(45)

Undang- Undang Ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia. Di dalamnya

juga memuat mengenai prosedur kerja dan disiplin.

Dari bunyi pasal 1601a Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat

dikatakan bahwa yang dinamakan kontrak kerja harus memenuhi

persyaratan-persyaratan sebaga3wi berikut :

1) Adanya pekerja dan juga pemberi kerja sebagai pemilik wewenang

Antara pekerja dan pemberi kerja memiliki kedudukan yang tidak

sama. Ada pihak yang kedudukannya diatas (pemberi kerja) dan ada pihak

yang kedudukannya dibawah (pekerja). Karena pemberi kerja mempunyai

kewenangan untuk memerintah pekerja, maka kontrak kerja diperlukan untuk

menjabarkan syarat , hak dan kewajiban pekerja dan si pemberi kerja.

2) Pelaksanaan Kerja

Pekerja melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang ditetapkan di

perjanjian kerja.

3) Waktu Tertentu.

Pelaksanaan kerja dilakukan dalam kurun waktu tertentu yang telah

ditetapkan oleh pemberi kerja.

4) Adanya Upah yang diterima

Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha

kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan

dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan

menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan, dan

(46)

termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya (Pasal 1

huruf (a) Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan

Upah).

d. Subjek Kontrak Kerja

Setiap subjek kontrak harus memenuhi suatu kondisi tertentu agar

dapat mengikat para pihak yang membuatnya. Kitab Undang–Undang

Hukum Perdata mengatur bahwa yang termasuk dalam subjek kontrak kerja

merupakan orang yang cakap atau dianggap telah mampu untuk melakukan

perbuatan hukum tersebut; Badan Hukum, suatu badan atau orang yang

diakui oleh hukum dan mempunyai hak dan kewajiban.

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1330

menyatakan bahwa orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian

adalah “orang-orang yang belum dewasa, mereka yang ditaruh di bawah

pengampuan, perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditetapkan

oleh undang-undang dan semua orang-orang yang telah dilarang oleh

undang- undang untuk membuat perjanjian-perjanjian tertentu

Dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

pasal 50 di sebutkan bahwa yang menjadi subjek dalam kontrak kerja adalah

pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja.

e. Objek Kontrak Kerja

Sasaran pokok suatu perjanjian adalah suatu prestasi. Agar sutau

kontrak itu sah, objek kontrak harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu,

(47)

peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan tidak bertentangan dengan

ketertiban umum dan tata susila.Menurut Undang-Undang Republik

Indonesia nomor 13 tahun 2013 pasal 50 dikatakan bahwa objek dalam

kontrak kerja adalah harus adanya pekerjaan yang diperjanjikan,pekerjaan

tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin

majikan dapat menyuruh orang lain. Hal ini dijelaskan dalam KUHPerdata

Pasal 1603a yang berbunyi :

“Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya; hanya dengan seizin

majikannya dapat menyuruh orang ketiga menggantikannya’.

Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena

bersangkutan ketrampilan/keahliannya, maka menurut hukum jika pekerja

meninggal dunia maka perjanjian kerja tersebut putus demi hukum.

B. Hak dan Kewajiban dalam Pembuatan Kontrak Kerja

Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh

individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan .

Hak pada umumnya didapat dengan cara diperjuangkan melalui

pertanggungjawaban atas kewajiban.

Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan /

kewajiban untuk dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga negara guna

mendapatkan hak yang pantas untuk didapat. Kewajiban pada umumnya

mengarah pada suatu keharusan / kewajiban bagi individu dalam melaksanakan

peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan hak yang

(48)

Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain ,

sehingga dalam praktik harus dijalankan dengan seimbang . Jika hak dan

kewajiban tidak berjalan secara imbang dalam praktik kehidupan , maka akan

terjadi suatu ketimpangan dalam pelaksanaan kehidupan individu baik dalam

kehidupan bermasyarakat , berbangsa , maupun bernegara .

Ketimpangan akan hak dan kewajiban yang terjadi akan menimbulkan

gejolak dalam kehidupan baik dari kalangan individu maupun kelompok .

Gejolak tersebut merupakan bentuk ketidakpuasan atas tidak berjalannya hak dan

kewajiban secara seimbang . Oleh sebab itu, untuk menghindari adanya gejolak

mengenai ketimpangan akan hak dan kewajiban tersebut diperlukan kesadaran

secara mendasar pada individu akan kewajiban yang harus dipenuhi guna

mendapatkan hak yang pantas dan sesuai atas pelaksanaan kewajiban tersebut.

Dalam melakukan pengangkutan barang melalui laut, antara pengirim

dengan pengangkut terlebih dahulu harus mengadakan kesepakatan untuk

mengadakan perjanjian. Perjanjian ini dimaksudkan sebagai suatu tanda pengikat

terhadap para pihak dalam pengangutan barang yang akan diangkut. Tentu

didalam perjanjian pengangkutan tersebut dimuat hak dan kewajiban serta sanksi

apabila tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati dalam perjanjian tersebut

supaya hendaknya janganlah ada salah paham antara para pihak. 21

Hak dan kewajiban antara pemberi kerja dan pekerja dimuat dalam pasal

52 dan 54 Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003.

Adapaun hak yang diperoleh perkerja dalam pembuatan kontrak kerja antara lain:

21

(49)

1. Hak atas Pekerjaan

Hak atas pekerjaan merupakan hak asasi manusia. Karena, Pertama kerja

melekat pada tubuh manusia. Kerja adalah aktivitas tubuh dan karena itu tidak

bisa dilepaskan atau dipikirkan lepas dari tubuh manusia. Karena tubuh adalah

milik kodrati atau asasi setiap orang, dan karena itu tidak bisa dicabut, dirampas,

atau diambil darinya, maka kerja pun tidak bisa dicabut, dirampas, atau diambil

dari seseorang.

Kedua, kerja merupakan perwujudan diri manusia. Melalui kerja, manusia

merealisasikan dirinya sebagai manusia dan sekaligus membangun hidup dan

lingkungannya yang lebih manusiawi. Melalui kerja manusia menentukan

hidupnya sendiri sebagai manusia yang mandiri. Ketiga, hak atas kerja juga

merupakan salah satu hak asasi manusia karena kerja berkaitan dengan hak atas

hidup, bahkan hak atas hidup yang layak. Hanya dengan melalui kerjanya

manusia dapat hidup dan juga dapat hidup secara layak sebagai manusia.

2. Hak atas Upah yang Adil

Hak atas upah yang adil merupakan hak legal yang diterima dan dituntut

seseorang sejak ia mengikat diri untuk bekerja pada suatu perusahaan. Karena itu,

perusahaan yang bersangkutan mempunyai kewajiban untuk memberikan upah

yang adil. Dengan hak atas upah yang adil sesungguhnya ditegaskan dalam tiga

hal, yaitu :

Pertama, bahwa setiap pekerja mendapatkan upah. Artinya, setiap pekerja

(50)

Kedua, setiap orang tidak hanya berhak memperoleh upah. Ia juga berhak

untuk memperoleh upah yang adil, yaitu upah yang sebanding dengan tenaga yang

telah disumbangkannya.

Ketiga, hak atas upah yang adil adalah bahwa pada prinsipnya tidak boleh

ada perlakuan yang berbeda atau diskriminatif dalam soal pemberian upah kepada

semua karyawan.

3. Hak untuk Berserikat dan Berkumpul

Persoalan upah yang adil berkaitan dengan kepentingan dua pihak yang

saling bertentangan: pemilik modal dan pekerja. Sehubungan dengan ini, tidak

dapat pula disangkal bahwa upah yang adil tidak selamanya diberlakukan dalam

suatu perusahaan. Karena itu, dalam banyak kasus upah yang adil memang harus

juga diperjuangkan oleh pekerja itu sendiri.

4. Hak atas Perlindungan Keamanan dan Kesehatan

Selain hak-hak diatas, dalam bisnis modern sekarang ini semakin dianggap

penting bahwa para pekerja dijamin keamanan, keselamatan, dan kesehatannya.

Lingkungan kerja dalam industri modern khususnya yang penuh dengan berbagai

risiko tinggi mengharuskan adanya jaminan perlindungan atas keamanan,

keselamatan dan kesehatan bagi para pekerja.

Beberapa hal yang perlu dijamin dalam kaitan dengan hak atas keamanan,

keselamatan, dan kesehatan ini.

Pertama, setiap pekerja berhak mendapat perlindungan atas keamanan,

keselamatan dan kesehatan melalui program jaminan atau asuransi keamanan dan

(51)

Kedua, setiap pekerja berhak mengetahui kemungkina resiko yang akan

dihadapinya dalam menjalankan pekerjaannya

Referensi

Dokumen terkait

Gaji merupakan sejumlah pembayaran kepada pegawai yang diberi tugas administrasi dan manajemen yang biasanya ditetapkan secara bulanan sedangkan upah merupakan imbalan

Menurut Subekti sebagaimana dikutip Abdul Khakim, perjanjian kerja adalah perjanjian antara seorang karyawan dan seorang majikan atau pengusaha, perjanjian mana ditandai dengan

FKS Multi Agro, Tbk dalam pelaksanaannya masih banyak ditemukan hambatan dan permasalahan yang seharusnya bisa diselesaikan dengan segera sehingga tidak memunculkan masalah

Tanggungjawab Perdata Terhadap Pemilik Barang Atas Kerusakan Dalam Pelaksanaan Perjanjian Bongkar Muat Barang Di Pelabuhan Belawan

informasi dalam daftar gaji dan upah yang diterima dari fungsi. pembuat daftar gaji

Adapun rumusan masalah pada penelitian tugas akhir ini adalah Bagaimana efektivitas pelaksanaan bongkar muat petikemas di pelabuhan Sri Bayintan Kijang PT Pelindo Persero Regional 1

Pengoperasian jumlah peralatan CC container crane yang ada di pelabuhan Sri Bayintan Kijang Gambar 2 untuk keperluan bongkar muat barang atau petikemas ternyata masih belum dapat

Integrasi antara Dwelling Time dan Bongkar Muat Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Priok Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol.. Analisis Data Kualitatif, dalam Jurnal Alhadharah,