DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Gultom, Elfrida, 2007.Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan Untuk
Meningkatkan Ekonomi Nasional, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
H.S. Salim, 2008.Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding
(MoU), Sinar Grafika, Jakarta.
__________ 2010.Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta.
Khairandy, Ridwan, 2001.Pengantar Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1, Gama Media, Yogyakarta.
Kramdibrata Soedjono, 2002. Perencanaan Pelabuhan, Penerbit ITB, Bandung.
Muhammad, Abdulkadir. 2002.Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, Citra Aditya Bakti, Bandung.
____________________ 2013. Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Purba, Hasim, 2011. Modul Kuliah Hukum Pengangkutan Di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan.
Rahman, Hasanuddin, 2003. Contract Drafting, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Subagyo P. Joko, 2013. Hukum Laut Indonesia, Rhineka Cipta. Jakarta.
Subekti, 2008.Hukum Perjanjian, PT. Intermassa, Jakarta.
Suharsono dan Ana Retnoningsih, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Widya Karya, Semarang.
Sunggono, Bambang. 2007. Metode Penelitian Hukum. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Uli, Sinta, 2006. Pengangkutan: Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport,
Angkutan Laut, Angkutan Darat, dan Angkutan Udara, USUpress, Medan.
B. Undang–Undang
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 Tentang Angkutan di Perairan.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Bongkar Muat Dalam Areal Pelabuhan.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
C. Internet
diakses pada tanggal 18 Juni 2016.
diakses pada tanggal 22 Juni 2016.
diakses pada tanggal 22 Juni 2016.
http://resthoe.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-kerja.html
diakses pada tanggal 20 September 2016.
diakses pada tanggal 14 Juli 2016.
, diakses pada tanggal 22 Juni 2016.
Nct-jkt.blogspot.co.id/2011/03/pihak-pihak-yang-terkait-dalam.html?m=1, diakses pada tanggal 3 September 2016.
pasadecargo.blogspot.co.id/2015/01/apa-itu-bongkar-muat.html?m=1,diakses pada tanggal 13 September 2016.
BAB III
PENYELENGARAAN KEGIATAN BONGKAR MUAT DALAM AREAL PELABUHAN BERDASARKAN PERATURAN MENTERI
PERHUBUNGAN NOMOR 60 TAHUN 2014
A. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Bongkar Muat Barang
1. Persyaratan Izin Usaha Bongkar Muat Barang
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dan daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.28
Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (freight forwading)adalah
kegiatan/usaha yang ditujukan untuk semua kegiatan yang diperlukan bagi
terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang dan/atau hewan melalui
angkatan darat, laut, dan/atau udara.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999, yakni pada pasal 1
huruf 17 disebutkan bahwa :
29
Sedangkan yang dimaksudkan dengan kepelabuhan adalah meliputi segala
sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan
lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran,
keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang,
28
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Bongkar Muat Dalam Areal Pelabuhan.
29
keselamatan berlayar, tempat perpindahan intra dan/ atau antar moda serta
mendorong perekonomian nasional dan daerah.
Adapun beberapa jenis pelabuhan meliputi;
a. Pelabuhan Umum adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan
pelayanan masyarakat umum.
b. Pelabuhan khusus merupakan pelabuhan yang dibangun dan dijalankan guna
menunjang kegiatan yang bersifat khusus dan pada umumnya untuk
kepentingan individu atau kelompok tertentu.
c. Pelabuhan laut merupakan tempat yang digunakan untuk melakukan
pelayanan angkutan laut
d. Pelabuhan penyebrangan merupakan pelabuhan yang digunakan khusus untuk
kegiatan penyebrangan dari satu pelabuhan dengan pelabuhan yang lainnya
yang mempunyai keterkaitan
e. Pelabuhan sungai dan danau merupakan pelabuhan yang melayani kebutuhan
angkutan di sebuah danau ataupun sungai
f. Pelabuhan Daratan adalah suatu tempat tertentu di daratan dengan batas-batas
yang jelas, dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat, lapangan penumpukan
dan gudang serta prasarana dan sarana angkutan barang dengan cara
pengemasan khusus dan berfungsi sebagai pelabuhan umum.30
Kata angkut berarti mengangkat dan membawa, memuat atau
mengirimkan. Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan
manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. 31
a. Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut
Produsen yang melakukan
pengangkutan barang, akan melakukan kegiatan bongkar muat barang di areal
pelabuhan agar barang yang telah dibawa dapat dikirim sampai ke konsumen.
Rangkaian peristiwa pemindahan itu meliputi kegiatan :
b. Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan
c. Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan32
Usaha bongkar muat barang adalah kegiatan usaha yang bergerak dalam
bidang bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan yang meliputi
kegiatan stevedoring, cargodoring, dan receiving/delivery.
Stevedoring: Pekerjaan membongkar barang dari kapal ke dermaga
/ tongkang / truk atau memuat barang dari dermaga /tongkang /truk ke dalam
kapal sampai dengan tersusun dalam palka kapal dengan menggunakan derek
kapal atau derek darat.
Cargodoring: Pekerjaan melepaskan sling /jala - jala barang dari Cargo
hook kapal di dermaga dan memindahkan barang (ex tackle) tersebut dari dermaga
ke gudang / lapangan penumpukan, selanjutnya menyusun di gudang / lapangan
atau sebaliknya.
Receiving
/Delivery: Pekerjaan penerimaan barang di gudang / lapangan penumpuka
n dan menyerahkan ke atas truk penerima barang untuk cargo yang dibongkar, sebaliknya untuk cargo yang akan dimuat ke kapal diserahkan ke atas kapal. (Tanggung jawab PBM kalau cargo yang dibongkarsampai diatas chasis truck
31
Ridwan Khairandy, et.al., (Pengantar Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1, Gama Media, Yogyakarta, 2001, hlm. 195.
32
penerima barang, kalau cargo yang dimuat sampai tersusun rapi didalam palka kapal).33
a. Syarat administrasi, meliputi :
Untuk dapat melakukan kegiatan bongkar muatan dalam areal pelabuhan
ada beberapa persyaratan yang harus di penuhi. Dalam pasal 6 Peraturan Menteri
Perhubungan nomor 60 tahun 2014 di sebutkan bahwa untuk dapat melakukan
bongkar muat barang di areal pelabuhan, dibutuhkan 2 syarat, yaitu :
1) Surat permohonan bermeterai cukup dari Pimpinan Perusahaan yang
Fotokopi Akta Pendirian/Perubahan perusahaan.
2) Fotokopi Pengesahan Akta Pendirian/Perubahan perusahaan dari pihak
yang berwenang. (untuk Jenis PT disahkan oleh Kementerian Hukum dan
HAM)
3) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
4) Memiliki Penanggung Jawab dibuktikan dengan Fotokopi KTP Direktur
Perusahaan.
5) Memiliki modal usaha sesuai ketentuan (sebagaimana ketentuan Pasal 6
ayat (3) KM 14 Tahun 2002) :
a) Modal Dasar Perusahaan yg beroperasi di Pelabuhan Utama : Rp.
1.000.000.000,-
b) Modal Dasar Perusahaan yg beroperasi di Pelabuhan Regional : Rp.
500.000.000,-
c) Modal Dasar Perusahaan yg beroperasi di Pelabuhan Lokal : sesuai
penetapan Gubernur.
6) Menempati tempat usaha baik berupa milik sendiri maupun sewa, yang
dibuktikan dengan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau Surat
Keterangan Domisili Perusahaan dari instansi yang berwenang (kepala
desa/kelurahan).
7) Memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) orang tenaga ahli kualifikasi ahli
nautika atau ahli ketatalaksanaan pelayaran niaga, yang dibuktikan
dengan sertifikat/ijazah tenaga ahli tersebut.
8) Rekomendasi/pendapat tertulis dari Otoritas Pelabuhan/Unit
Penyelenggara Pelabuhan/ Adpel/ Kakanpel setempat terhadap
keseimbangan penyediaan dan permintaan kegiatan usaha bongkar muat.
9) Izin PMA dari BKPM (khusus bagi usaha patungan/ joint venture)
b. Syarat teknis, berupa peralatan bongkar muat barang yang meliputi :
1) Forklift
2) Pallet
3) Ship side-net
4) Rope sling
5) Rope net, dan
6) Wire net.34
2. Tata Cara Pemberian Izin Usaha Bongkar Muat Barang
Ketika suatu kapal telah sampai disuatu pelabuhan dan sandar di dermaga,
tidak serta merta pula saat itu dapat dilakukan kegiatan bongkar muat. Ada
beberapa tata cara dan syarat yang harus dipenuhi agar dapat melakukan kegiatan
bongkar muatan barang yang telah dibawa diareal pelabuhan.
Adapun tata cara yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk dapat
melakukan kegiatan bongkar muatan barang yang telah di angkut dari suatu lokasi
ke lokasi lainnya di areal pelabuhan adalah sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh izin usaha bongkar muat barang, badan usaha
mengajukan permohonan kepada Gubernur disertai dengan rekomendasi
Penyelenggara Pelabuhan setelah mendapatkan masukan dari asosiasi
bongkar muat barang dan dokumen persyaratan angkutan laut.Dokumen
angkutan laut merupakan surat-surat yang diperlakukan sebagai prasyarat
untuk menjamin kelancaran dan keamanan pengangkutan barang dan atau
penumpang dilaut.
b. Gubernur melakukan penelitian persyaratan permohonan izin usaha bongkar
muat barang dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja
setelah diterima berkas permohonan lengkap.
c. Apabila hasil penelitian persyaratan belum terpenuhi, Gubernur
mengembalikan permohonan secara tertulis kepada pemohon untuk
melengkapi persyaratan berdasarkan format yang telah ditentukan.
d. Permohonan dapat dikembalikan kembali kepada Gubernur setelah
e. Apabila hasil penelitian persyaratan telah terpenuhi, Gubernur akan
menerbitkan izin usaha bongkar muat dengan format yang telah ditentukan.35
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 Pasal 47 :
1. Untuk memperoleh ijin usaha pengurusan transportasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 46 ayat (2), wajib dipenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Memiliki modal dan peralatan yang cukup sesuai dengan perkembangan
teknologi;
b. Memiliki tenaga ahli yang sesuai;
c. Memiliki Akte Pendirian Perusahaan;
d. Memiliki Surat keterangan domisili perusahaan; dan
e. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara untuk meperoleh izin usaha dan
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) duatur dengan Keputusan
Menteri. Dalam rangka mengupayakan adanya angkutan yang dapat lebih
menunjang ekspor non-migas melalui sebuah mekanisme yang
memungkinkan tersedianya angkutan terpadu antarmoda dari pintu ke pintu
serta sebagai kesatuan rangkaian jasa transportasi yang utuh. Jasa
pengurusan transportasi (freight forwading) oleh Pasla 1 Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 10 Tahun 1988 dimaksudkan sebagai usaha yang
dutujukan untuk mewakili kepentingan pemilik barang untuk semua
kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan
35
barang melalui transport darat, laut atau udara yang dapat mencakup
kegiatan penerimaan, penyimpanan, sortasi, pengepakan, penandaan,
pengukuran, penimbangan, pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan
dokumen angkutan, perhitungan biaya pengankutan, klaim asuransi atas
pengiriman barang, serta penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya
berkenaan dengan pengiriman barang-barang tersebut sampai dengan
diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya. Jadi dalam hal ini
batasan tentang usaha jasa pengurusan transportasi yang digariskan oleh
pemerintah hampir sama dengan apa yang digariskan oleh keputusan
menteri perhubungan, seperti apa yang telah disebutkan diatas.36
Namun sering kali untuk mengurus kelengkapan berkas-berkas yang
diperlukan agar lengkap memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Disamping
itu adanya oknum yang menyalahgunakan wewenang juga semakin memperburuk
keadaan. Pihak pemohon sering mengeluhkan akan lambatnya prosedur yang
harus dipenuhi ntuk dapat melakukan bongkar muat barangnya didalam areal
pelabuhan. Bagi pemohon, keterlambatan bongkar muat barang memberikan
dampak yang sangat banak dan besar bagi kegiatan produksinya.
Keterlambatan waktu akan semakin memperbesar biaya yang harus
dikeluarkan oleh pihak pemohon. Disamping itu, keterlambatan juga dapat
berdampak buruk berupa keterlambatan pengiriman barang kepada pihak
konsumen. Hal inilah yang harus dibenahi oleh para aparatur negara yang
36
memiliki kewenangan dalam hal pelaksanaan areal pelabuhan untuk digunakan
sebagai tempat bongkar muat.
Namun tidak semua keterlambatan merupakan kelalaian dari para pihak
yang terkait, Keterlambatan juga dapat diakibatkan dari keadaan alam (Natural
factor) hal ini tidak bisa kita tebak, sebagai contoh saat cuaca terang dan cerah
dan tiba-tiba mendung, apa lagi anda muat barang seperti semen, maka tidak mau
harus ditunda terlebih dahulu memuat barang itu, dan proses ini akan memakan
waktu, karena jika dikapal harus tutup palka terlebih dahulu yang tentunya
memakan waktu yang sangat lama.
Keterlambatan proses bongkar muatjuga dapat disebabkan akibat
terjadinya penumpukan muatan dipelabuhan (Congestion), karena disaat
bersamaan beberapa shipper tiba dan akhirnya barang mereka tertumpuk pada
pelabuhan dermaga tempat anda sandar, dan akhirnya anda harus menunggu
terlebih dahulu sampai dermaga itu kosong makaanda akan sandar untuk bongkar
muat.
B. Pihak-Pihak Yang Terkait
Didalam pengangkutan, pihak-pihak yang terkait juga diperlukan dalam
pengangkutan barang melalui laut. Pihak-pihak yang terkait adalah para subjek
hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum
pengangkutan.
Yang menjadi pihak-pihak dalam pengangkutan barang ada beberapa
a. Wiwoho Soedjono menjelaskan bahwa didalam pengangkutan di laut
terutama mengenai pengangkutan barang, maka perlu diperhatikan adanya
tiga unsur, yaitu pihak pengirim barang, pihak penerima barang, dan
barangnya itu sendiri.
b. HMN Purwosutjipto menjelaskan bahwa pihak-pihak dalam pengangkutan
yaitu :
1) Pengangkut adalah orang yang mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang dan/ atau orang lain dari suatu
tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat.
2) Pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar uang
angkutan dimaksudkan juga ia memberi muatan.37
c. Abdulkadir Muhammad, menjelaskan bahwa pihak-pihak dalam
pengangkutan barang melalui laut adalah :
1) Pihak Pengangkut yang berkewajiban utama menyelenggarakan
pengangkutan dan berhak atas biaya pengangkutan.
2) Pihak Pengirim yang berkewajiban utama membayar biaya pengangkutan
dan berhak atas pelayanan pengangkutan barangnya.
3) Pihak Penumpang yang berkewajiban utama membayar biaya
pengangkutan dan berhak atas pelayanan pengangkutan.
Disamping ketiga pihak tersebut, masih terdapat pihak-pihak yang tidak
saling berhubungan hukum/tidak diatur oleh undang-undang namun
memiliki peranan yang sangat penting dalamdunia pelayaran, yaitu:
1. Ekspeditur (perusahaan ekspedisi muatan kapal laut, forwader, dan lain-lain),
adalah perusahaan yang menyelenggarakan usaha mengurus
dokumen-dokumen dan formalitas yang diperlukan untuk mengirim/mengeluarkan
barang ke/dari kapal atau ke/dari gudang/lapangan penumpukan container di
pelabuhan. Ekspeditur wakil dari pengirim barang/penerima barang muatan
kapal laut. Untuk muatan ekspor, tugas dan kewajiban ekspeditur dianggap
selesai bila barang-barang sudah dimuat ke atas kapal dan Bill of Lading
(B/L) sudah diambil untuk mengurus pemuatan kepada Bank Devisa. Untuk
muatan impor, dimulai dengan pembuatan dokumen-dokumen impor
(invoerpass, dan lain-lain) sampai pembayaran dan biaya-biaya yang
berkenaan dengan pengeluaran barang dari gudang pabean untuk selanjutnya
diserahkan kepada prinsipal di daerah bebas (di luar daerah pengawasan bea
dan cukai).
2. Perusahaan pergudangan (warehousing) yaitu usaha penyimpanan barang di
dalam gudang pelabuhan, menunggu pemuatan ke atas kapal atau
pengeluaran dari gudang.
3. Perusahaan Bongkar Muat (Stevedoring) yaitu usaha pemuatan atau
pembongkaran barang-barang muatan kapal. Sering kali perusahaan
stevedoring bekerja sama dengan perusahaan angkutan pelabuhan melalui
tongkang. Hal ini sering dilakukan apabila waktu menunggu giliran
penambatan terlalu lama atau fasilitas tambat kapal terlalu sedikit.38
38
Secara umum, pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan bongkar muat
barang dalam areal pelabuhan dapat digolongkan ke dalam 8 bagian, yaitu :
a. Pengangkut (Carrier)
Dalam perjanjian pengangkutan barang, pihak pengangkut yakni pihak
yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak atas
penerimaan pembayaran tarif angkutan sesuai yang telah diperjanjikan. Dalam
perjanjian pengangkutan penumpang, pihak pengangkut yakni pihak yang
berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berhak atas
penerimaan pembayaran tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah ditetapkan.
b. Pengirim ( Consigner, Shipper)
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Indonesia tidak mengatur definisi
pengirim secara umum. Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian
pengangkutan, pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar
pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh pelayanan
pengangkutan barang dari pengangkut. Dalam bahasa Inggris, pengirim disebut
consigner, khusus pada pengangkutan perairan pengangkut disebut shipper.
Pengiriman barang merupakan salah satu komponen utama dalam dunia perdagangan. Karena pada masa sekarang, perdagangan tidak harus terjadi dalam satu wilayah. Dalam hal ini Indonesia terdiri dari lebih 18.000 pulau yang ada dari Sabang sampai Merauke. Banyak hasil alam atau hasil produksi yang diwilayah tertentu dibutuhkan oleh wilayah lainnya. Sehingga pengiriman barang dari satu pulau kepulau lainnya sangat dibutuhkan.39
c. Penumpang (Passanger)
Penumpang adalah pihak yang berhak mendapatkan pelayanan jasa
angkutan penumpang dan berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan
39
sesuai yang ditetapkan.59 Menurut perjanjian pengangkutan, penumpang
mempunyai dua status, yaitu sebagai subjek karena dia adalah pihak dalam
perjanjian dan sebagai objek karena dia adalah muatan yang diangkut. Kenyataan
menunjukkan bahwa anak-anak dapat membuat perjanjian pengangkutan menurut
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
Berdasarkan kebiasaan, anak-anak mengadakan perjanjian pengangkutan
itu sudah mendapat restu dari pihak orang tua tau walinya. Berdasarkan kebiasaan
itu juga pihak pegangkut sudah memaklumi hal tersebut. Jadi yang bertanggung
jawab adalah orang tua atau wali yang mewakili anak-anak itu. Hal ini bukan
menyimpangi undang-undang, bahkan sesuai dengan undang-undang dan
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
d. Penerima (Consignee)
Pihak penerima barang yakni sama dengan pihak pengirim dalam hal
pihak pengirim dan penerima adalah merupakan subjek yang berbeda. Namun
adakalanya pihak pengirim barang juga adalah sebagai pihak yang menerima
barang yang diangkut di tempat tujuan. Dalam perjanjian pengangkutan, penerima
mungkin pengirim sendiri, mungkin juga pihak ketiga yang berkepentingan.
Dalam hal penerima adalah pengirim, maka penerima adalah pihak dalam
perjanjian pengangkutan. Dalam penerima adalah pihak ketiga yang
berkepentingan, penerima bukan pihak dalam perjanjian pengangkutan, melainkan
juga sebagai subjek hukum pengangkutan40
1) Perusahaan atau perorangan yang memperoleh hak dari pengirim barang; . Adapun kriteria penerima menrut
perjanjian, yaitu :
2) Dibuktikan dengan penguasaan dokumen pengangkutan;
3) Membayar atau tanpa membayar biaya pengangkutan.
e. Ekspeditur
Ekspeditur dijumpai dalam perjanjian pengangkutan barang, dalam bahasa
Inggris disebut cargo forwarder. Ekspeditur digolongkan sebagai subjek hukum
pengangkutan karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengirim
atau pengangkut atau penerima barang. Ekspeditur berfungsi sebagai pengantara
dalam perjanjian pengangkutan yang bertindak atas nama pengirim. Pengusaha
transport seperti ekspeditur bekerja dalam lapangan pengangkutan barang-barang
namun dalam hal ini ia sendirilah yang bertindak sebagai pihak pengangkut. Hal
ini nampak sekali dalam perincian tentang besarnya biaya angkutan yang
ditetapkan. Seorang ekspeditur memperhitungkan atas biaya muatan (vrachtloon)
dari pihak pengangkut jumlah biaya dan provisi sebagai upah untuk pihaknya
sendiri, yang tidak dilakukan oleh pengusaha transport. Berdasarkan uraian di
atas, dapat diketahui kriteria ekspeditur menurut ketentuan undang-undang, yaitu:
1) Perusahaan pengantara pencari pengangkut barang;
2) Bertindak untuk dan atas nama pengirim; dan
3) Menerima provisi dari pengirim.
f. Agen Perjalanan ( Travel Agent)
Agen perjalanan (travel agent) dikenal dalam perjanjian pengangkutan
penumpang. Agen perjalanan digolongkan sebagai subjek hukum pengangkutan
karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengangkut, yaitu
perusahaan pengangkutan penumpang. Agen perjalanan berfungsi sebagai agen
(wakil) dalam perjanjian keagenan (agency agreement) yang bertindak untuk dan
atas nama pengangkut. Agen perjalanan adalah perusahaan yang kegiatan
usahanya mencarikan penumpang bagi perusahaan pengangkutan kereta api,
kendaraan umum, kapal, atau pesawat udara.Berdasarkan uraian di atas, dapat
ditentukan kriteria agen perjalanan menurut undang-undang, yaitu :
1) Pihak dalam perjanjian keagenan perjalanan;
2) Bertindak untuk dan atas nama pengangkut;
3) Menerima provisi (imbalan jasa) dari pengangkut; dan
4) Menjamin penumpang tiba di tempat tujuan dengan selamat.
g. Pengusaha Muat Bongkar (Stevedoring)
Untuk mendukung kelancaran kegiatan angkutan barang dari dan ke suatu
pelabuhan, maka kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal mempunyai
kedudukan yang penting. Di samping itu keselamatan dan keamanan barang yang
dibongkar muat dari dan ke pelabuhan sangat erat kaitannya dengan kegiatan
bongkar muat tersebut. Menurut Pasal 1 butir 16 Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 1999 pengusaha muat bongkar adalah ”kegiatan usaha yang bergerak
dalam bidang bongkar muat barang dan/atau hewan dari dan ke kapal”.
Perusahaan ini memiliki tenaga ahli yang pandai menempatkan barang di dalam
diperlukan, dan tidak mudah bergerak/bergeser. Demikian juga ketika
membongkar barang dari kapal diperlukan keahlian sehingga barang yang dapat
dibongkar dengan mudah, efisien, dan tidak menimbulkan kerusakan.
Menurut Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 untuk
memperoleh izin usaha bongkar muat, wajib memenuhi persyaratan :
2) Memiliki modal dan peralatan yang cukup sesuai dengan perkembangan
teknologi;
3) Memiliki tenaga ahli yang sesuai;
4) Memiliki akte pendirian perusahaan;
5) Memiliki surat keterangan domisili perusahaan; dan
6) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)41
h. Pengusaha Pergudangan (Warehousing)
Menurut Pasal 1 alinea kedua Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1969,
pengusaha pergudangan adalah ”perusahaan yang bergerak di bidang jenis jasa
penyimpanan barang di dalam gudang pelabuhan selama barang yang
bersangkutan menunggu pemuatan ke dalam kapal atau penunggu pemuatan ke
dalam kapal atau menunggu pengeluarannya dari gudang pelabuhan yang berada
di bawah pengawasan Dinas Bea dan Cukai”.
Pihak-pihak yang terkait di dalam perjanjian pengangkutan laut adalah
pihak pengirim barang dan pengangkut yang diawali dengan serangkaian
perbuatan tentang penawaran dan permintaan yang dilakukan oleh pengangkut
dan pengirim secara timbal balik dengan cara antara lain :
41
a. Penawaran dari pihak pengangkut
Cara terjadinya perjanjian pengangkutan dapat secara langsung antara
pihak-pihak, atau secara tidak langsung dengan menggunakan jasa perantara
(ekspeditur). Apabila perjanjian pengangkutan dilakukan secara langsung, maka
pihak pengangkut langsung menghubungi pengirim, dimana pengangkut juga
mengumumkan/mengiklankan kedatangan dan keberangkatan kapalnya, sehingga
pengirim barang menyerahkan barangnya kepada pengangkut untuk diangkut.
b. Penawaran dari pihak pengirim
Apabila penawaran dilakukan oleh ekspeditur, maka ekspeditur
menghubungi pengangkutatas nama pengirim barang. Kemudian pengirim barang
menyerahkan barang pada ekspeditur untuk diangkut. Setelah terjadinya
kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai segala kondisi, maka
pengangkutan dimulai dengan diawali membuat perjanjian pengangkutan itu
sendiri.
C. Kontrak dan Pelaksanaan Bongkar Muat Barang
Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu contract. Dalam bahasa
Belanda disebut dengan overeenkomst(perjanjian). Pengertian perjanjian atau
kontrak diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata. Pasal tersebut berbunyi:
“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.42
42
Definisi yang tercantum dalam Black’s Law Dictionary bahwa kontrak dilihat
sebagai persetujuan dari para pihak untuk melaksanakan kewajiban, baik
melakukan atau tidak melakukan secara sebagian.43
1. The agreement fact between the parties (adanya kesepakatan tentang fakta
antara kedua belah pihak) Ada 3 unsur kontrak, yaitu :
2. The agreement as written (persetujuan dibuat secara tertulis)
3. The set of rights and duties created by (1) and (2) adanya orang yang berhak
dan berkewajiban untuk membuat: (1) kesepakatan dan (2) persetujuan
tertulis.44
1) Kontrak Bongkar Muat Barang
Bongkar muat adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam proses
forwarding(pengiriman) barang. Yang dimaksud dengan kegiatan muat adalah
proses memindahkan barang dari gudang, menaikkan lalu menumpuknya diatas
kapal, sedangkan kegiatan bongkar adlah proses menurunkan barang dari kapal
lalu menyusunnya didalam gudang di pelabuhan atau stock file atau container
yard.45
a. Bill of Lading
Dalam kontrak bongkar muat barang, beberapa hal yang harus di penuhi
sebagai persyaratan kelengkapan berkas pemuatan barang antara lain :
43
Salim H.S, Loc.cit. hlm. 26.
44
Ibid
45
Bill of lading yang disebut juga sebagai konosemen, bagi pengangkut
merupakan kontrak pengankutan sekaligus sebagai bukti tanda terima barang. Bill
of lading juga tanda hak yang memungkinkan barang bisa ditransfer dari
shipperke consignee atau dipindahkan ke pihak ketiga. Bill of lading dibuat oleh
perusahaan pelayaran pengangkut atau agennya berdasarkan shipping instruction
yang diberikan oleh pengirim (shipper). Berdasarkan shipping instruction yang
diterima dari pengirim, perusahaan pelayaran atau agennya membuat draft bill of
lading untuk diserahkan kembali ke pengirim untuk diperiksa isinya. Apabila
perlu, pengirim akan melakukan perubahan atau penambahan. Setelah dikoreksi,
perusahaan pelayaran membuat bill of lading yang asli dalam beberapa lembar
sesuai permintaan pengirim. Apabila nama kapal dituliskan dalam konosemen,
berarti pengirim yang menentukan kapalnya. Sedangkan jika nama kapal tidak
dicantumkan dalam konosemen maka forwarder yang akan menentukan kapalnya.
Fungsi bill of ladingsebagai dokumen pengangkutan adalah sebagai
berikut :
1) Surat perjanjian pengangkutan (a contract of affreightment) antara
pengirim komoditas dengan pengangkut dan penerima komoditas.
2) Tanda bukti hak milik (a document of tittle)atas komoditas yang
berada dalam perwalian pengangkut sebanyak yang tercatat dalam
B/L, kecuali ada bukti sebaliknya (prima facie evidence)
3) Tanda bukti penerimaan komoditas (receipt for the goods)yang
diterima oleh pengangkut dari pengirim komoditas sebanyak yang
4) Tanda persetujuan pengangkut untuk mengangkut komoditas ke
pelabuhan tujuan dan diserahkan di sana kepada penerima komoditas
yang sah.
5) Tanda bukti pembayaran uang tambang bila uang tambang dibayar di
pelabuhan pemuatan atau perjanjian pembayaran uang tambang bila
uang tambang dibayar di pelabuhan tujuan.46
b. Cargo List (loading list)
Loading list adalah daftar semua barang yang dimuat dalam kapal.
Loadin```g list dibuat oleh perusahaan pelayaran atau agennya dan diserahkan
kepada semua pihak yang terkait dengan pemuatan, yaitu : kapal, stevedore,
gudang dan pihak-pihak lain.
c. Tally Muat
Untuk semua barang yang dimuat diatas kapal dicatat dalam tally sheet.
Tally sheet juga dibuat untuk mencatat semua barang yang dimuat. Tally sheet
selain ditandatangani oleh petugas yang mencatat juga harus dicountersigned oleh
petugas kapal mungkin ada ketidaksesuaian (dispute) dari muatan yang ada.
d. Mate’s Receipt
Mate’s receipt adalah suatu tanda terima dari barang-barang yang
dikapalkan yang ditanda-tangani oleh Mualim I (bukan oleh nahkoda) atau biasa
disebut dengan Resi Mualim. Resi Mualim ini biasa dikeluarkan setelah barang
dimuat ke dalam kapal dan menjadi bukti bagi pengirim barang bahwa barangnya
46 Sinta Uli,
telah dimuat ke dalam kapal.47
e. Stowage plan
Mate’s receipt dibuat oleh agen pelayaran dan
ditandatangani oleh mualim kapal. Jumlah koli dan kondisi barang disesuaikan
dengan data yang tercantum pada mate’s receipt. Apabila jumlah colli tidak sesuai
dengan jumlah yang tercantum dalam mate’s receipt maka petugas kapal akan
mencatat selisih tersebut. Demikian pula, jika barang yang dimuat terdapat
kerusakan, petugas kapal juga akan mencatat kondisinya. Selisih atau kondisi ini
kemungkinan tercatat pada konosemen.
Stowage plan adalah gambar tata letak dan susunan semua barang yang
telah dimuat di atas kapal, Untuk kapal petikemas, stowage plan disebut bay plan.
Stowage plan dibuat oleh petugas kapal atau petugas tally. Sedangkan bay plan
dibuat oleh ship planner.48
1) Pemberitahuan kepada bea cukai
Setelah sebuah kapal sandar di areal pelabuhan, tidak serta merta kapal
tersebut dapat melakukan kegiatan bongkar muat barangnya, ada beberapa
hal/dokumen yang harus dilengkapi, antara lain :
Sebelum kedatangan kapal, agen pelayaran memberitahu kepada bea cukai
(khusus untuk pembongkaran barang import) tentang rencana kedatangan kapal.
Selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam setelah kapal tiba, dengan menyerahkan
dokumen-dokumen sebagai berikut :
a) Cargo manifest dari semua barang yang akan dibongkar/diimport
47
Sinta Uli, Ibid. Hlm. 34
48
b) Cargo manifest dari semua barang yangmempunyai tujuan di luar
Indonesia.
c) Daftar penumpang dan ABK.
d) Daftar perbekalan.
e) Daftar senjata api dan obat-obat terlarang.
2) Landing order
Apabila terjadi perubahan bongkar muat dari suatu party barang, agen
pelayaran akan mengeluarkan landing order. Landing order adalah pemberitahuan
dari agen pelayaran kepada kapal tentang adanya perubahan pelabuhan bongkar
satu partai barang dengan menyebutkan pelabuhan bongkar sebelumnya dan
pelabuhan bongkar seharusnya.
3) Tally bongkar
Pada waktu barang dibongkar dilakukan pencatatan jumlah colli dan
kondisinya sebagaimana terlihat dan hasilnya dicatat dalam tally sheet bongkar.
Tally sheet harus di-countersign oleh nakhoda atau mualim yang berwenang.
4) Outturn Report
Outturn report adalah daftar dari semua barang dengan mencatat dari
jumlah colli dan kondisinya barang itu pada waktu dibongkar. Barang yang
kurang jumlahnya atau rusak diberi tanda (remark) pada outturn report.
5)Short and Overlanded List
Khusus barang yang mengalami kekurangan atau kelebihan dibuat daftar
sendiri yang disebut short and overlanded list
Khusus untuk barang yang mengalami kerusakan dibuatkan daftar
tersendiri berupa damage cargo list. Untuk barang-barang yang mengalami
kerusakan dalam damaged cargo list diberi penjelasan rinci mengenai dimana
kerusakan terjadi, sebelum dibongkar atau selama pembongkaran. Dijelaskan pula
sejauh mana kerusakan yang dialami.
7)Cargo Tracer
Dengan memperhatikan short and overlanded list, agen pelayaran
mengeluarkan tracer. Tracer merupakan pemberitahuan kepada semua pihak
pelabuhan muat dan bongkar tentang adanya kekurangan atau kelebihan barang
yang terjadi di pelabuhan pengirim. Tracer juga menanyakan apakah barang yang
kurang tersebut ada di pelabuhan penerima tracer atau sebaliknya.
Pelabuhan penerima tracer akan menyelidiki isi tracer dan segera
menyampaikan hasil penyelidikannya ke pengirim. Apabila tracer pertama tidak
dijawab, setelah 15 hari akan disusul tracer berikutnya, dan demikian seterusnya
sampai mendapat jawaban. Penerima tracer memiliki kewajiban untuk segera
meneliti dan menjawab tracer yang diterima mengingat akan timbulnya klaim dari
pemilik barang.
8)Cargo Manifest
Cargo manifest adalah keterangan rinci mengenai barang-barang yang
diangkut oleh kapal. Jadi ini merupakan daftar barang dari semua bill of lading
dari barang yang diangkut kapal dan dijabarkan secara rinci. Lajur-lajur dalam
manifest adalah sebagai berikut :
b) Nomor B/L
c) Nama pengirim
d) Nama/alamat penerima (consignee)
e) Jumlah colli dalam angka
f) Keterangan mengenai barang
g) Jumlah berat barang
h) Patokan berat ato ukuran yang dikenakan tambang (freight)
i) Tarif satuan barang
j) Lajur kosong untuk catatan seperlunya
k) Jumlah freight yang dibayar menurut tiap B/L
l) Jumlah OPP/OPT
m) Lajur biaya tata usaha
n) Lajur jumlah keseluruhan biaya yang dikenakan pada setiap B/L
o) Lajur keterangan
p) Special refrigenerated cargo.Cargo List
Special cargo list adalah daftar dari semua barang khusus yang
dimuat oleh kapal, misalnya barang berbahaya, barang berharga, barang
berat dan barang yang membutuhkan pengawasan khusus termasuk
9) Dangerous Cargo list
Dangerous cargo list adalah daftar muatan yang berbahaya,baik
yang ditetapkan oleh IMO ataupun yang ditetapkan oleh yang berwenag di
pelabuhan.
Setiap palka mempunyai muatan sendiri. Hatch list merinci muatan
yang ada pada tiap palka. Hatch list dibuat oleh pihak kapal.
r) Parcel List
Karena sering ada barang kiriman yang bukan barang dagangan
dikirim melalui kapal laut sebagai barang titipan, misalnya personal effect,
maka barang tersebut didaftar dalam suatu daftar yang disebut sebagai
parcel list.49
B. Pelaksanaan Bongkar Muat Barang
Kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal dibagi pada beberapa
rangkaian kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan Operasi Pembongkaran Muatan (discharging), yang terdiri dari 4
tahapan yaitu :
a. Persiapan muatan dari dalam palka dan mengkaitkan ganco muatan.
Tahap pertama ini meliputi kegiatan membongkar muatan dari posisi
muatan dalam ruang muat kapal (palka), memindahkan setiap muatan dengan
menggunakan cara-cara konvensional ataupun dengan menggunakan alat-alat
mekanis seperti Forklift, Conveyor, dllke ruang mulut palka (hatch
square)kemudian menyusunnya di atas pallet, jala-jala atau mengikatnya
dengan sling ataupun menggunakan alat bantu bongkar muat lainnya yang
disesuaikan dengan jenis muatan. Kemudian mengkaitkan muatan pada
ganco craneatau derek.
b. Mengangkat muatan serta menurunkan di dermaga atau kendaraan yang
tersedia (truk, lorry, kereta api).
Kegiatan pada tahap kedua ini disebut juga dengan hook transferatau
pemindahan muatan dengan menggunakan ganco derek, muatan diangkat
dari ruang mulut palka dengan menggunakan ships crane ataupun shore
crane keluar dari palka ke dermaga ataupun ke atas barge yang ada disisi
kapal ataupun langsung diletakkan di atas truk, gerbong-gerbong kereta api.
Pada tahap ini keselamatan barang sangat diperhatikan.
c. Melepaskan sling dari ganco muatan.
Melepaskan muatan dari ganco regu kerja dermaga dengan hati-hati
menjaga muatan agar aman mendarat di dermaga, ke truk atau gerbong
kereta api ataupun tongkang-tongkang disisi kapal, kemudian melepaskan
muatan dari ganco dan siap untuk dikembalikan ke dalam palka kapal.
d. Pengembalian ganco muatan ke atas kapal, kemudian mengeluarkan muatan
dari sling atau jala-jala.
Pada tahap keempat ini kegiatan yang dilakukan adalah
pengembalian ganco muatan (hook- return)ke dalam palka dan siap untuk
digunakan pada pengangkatan muatan berikutnya.
Rangkaian kegiatan dari tahap pertama sampai ke tahap empat
disebut dengan hook cycle(siklus ganco), dimana waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan 1 (satu) siklus ganco disebut dengan hook cycle time.
Alat-alat yang digunakan untuk aktivitas bongkar muat barang
1. Grabs adalah alat muat/bongkar yang sering digunakan untuk
memuat/membongkar barang jenis curah kering.
2. Bucket adalah sebuah bak dengan kapasitas tertentu yang digunakan
untuk memuat barang curah atau bag.
3. Crane adalah suatu alat dengan kapasitas tertentu yang digunakan untuk
menaikkan/menurunkan barang dari/ke kapal
4. Sling adalah jerat untuk muatan yang dibuat dari tali termasuk tali kawat
atau baja, gunanya untuk mengangkat atau menurunkan muatan dari/ke
kapal.
5. Forklift adalah kendaraan roda 4 (empat) yang berfungsi sebagai alat
pemindah (transport) baran dari satu titik ke titik lain dengan jarak yang
dekat.
6. Loader adalah mesin yang digunakan untuk meraup dan transportasi
bahan dalam area kerja
7. Exchavator adalah alat berat yang sering dipergunakan pada pekerjaan
konstruksi, kehutanan dan industri pertambangan karena alat ini dapat
melakukan berbagai macam pekerjaan.50
50 pasadecargo,
BAB IV
KAJIAN HUKUM TERHADAP KONTRAK KERJA UNTUK KEGIATAN BONGKAR MUAT ANTARA PT. PELINDO I CABANG BELAWAN DENGAN PT. FKS MULTI AGRO Tbk di PELABUHAN INDONESIA I
CABANG BELAWAN
D. Perjanjian Kontrak Kerja Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk
Perjanjian kerjasama antara PT. Pelindo I Cabang Belawan dengan PT.
FKS Multi Agro, Tbk merupakan kerjasama yang meliputi perencanaan dan
pelayanan kapal, pelaksanaan pekerjaan dan penyediaan perlatan mekanik dan
non mekanik untuk pekerjaan bongkar (stevedoring), stevedoring adalah proses
pelaksanaan kegiatan pembongkaran muatan dari dan ke sisi lambung kapal
hingga ke atas truck/trailler/chassis dengan menggunakan crane kapal atau crane
darat,hingga penyediaan dermaga untuk penyandaran di Pelabuhan Belawan.
Dalam perjanjian kerjasama ini, PT. FKS Multi Agro, Tbk dapat
menggunakan peralatan seperti Grape,(grape adalah bagian dari crane yang
berfungsi untuk mengambil/membawa batubara. Ukuran Grape menentukan
kecepatan muat (loading rate) batubara),Hopper, (hopper adalah wadah tempat
peletakan batubara yang memiliki lubang dibawahnya) dan peralatan mekanis
sesuai kebutuhan kegiatan bongkar muat, sepanjang perlatan tersebut belum
dimiliki PT. Pelindo I Cabang Belawan.
PT. Pelindo I Cabang Belawan wajib bekerja 24 (dua puluh empat) jam
per hari dengan produktivitas 3000 ton/gang/hari dengan kondisi kecepatan
pergerakan crane per siklus (hock cycle) maksimal 5 (lima) menit per siklus Crane
isinya dapat dikosongkan tanpa penanganan) dapat bekerja secara maksimal.
Namun apabila adanya masalah diluar kemampuan PT. Pelindo I Cabang Belawan
seperti gangguan cuaca, bencana alam, dan sebab lain, maka PT. Pelindo I Cabang
Belawan tidak wajib bekerja 24 (dua puluh empat) jam per hari.
Dalam pelaksanaan kegiatan bongkar muat, akan ditemukan resiko yang
mungkin terjadi di kemudian hari, jadi segala resiko yang timbul dengan
pekerjaan yang dilaksanakan oleh PT. Pelindo I Cabang Belawan seperti
kerusakan bagian kapal, kerusakan/kehilangan barang milik PT. FKS Multi Agro,
Tbk menjadi beban PT. Pelindo I Cabang Belawan yang dibuktikan dengan Berita
Acara serta data pendukung yang disepakati oleh kedua belah pihak. Dalam
perjanjian kerjasama operasional penanganan bongkar muat itu sendiri diatur
tentang resiko yang terdapat dalam Pasal 11, yaitu :
(1) Segala resiko yag timbul dengan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pihak
Pertama seperti kerusakan bagian kapal, kerusakan/kehilangan barang milik
Pihak Kedua menjadi beban Pihak Pertama yang dibuktikan dengan Berita
Acara serta data pendukung yang disepakati oleh kedua belah pihak.
(2) Dalam hal terjadi kondisi pelaksanaan bongkar muat barang-barang khusus
selain menggunakan alat-alat tersebut, maka peralatan dan atau peeralatan
tambahan yang digunakan adalah menjadi beban pemilik barang sesuai
Actual Cost.
(3) Karena sesuatu hal apabila terjadi pembatalan pembongkaran/pemuatan
semua biaya yang timbul sepenuhnya menjadi beban pihak yang memberikan
order pekerjaan dan atau pihak yang membatalkan.
Dalam Pasal 15 perjanjian kerjasama operasional penanganan jasa bongkar
(stevedoring) curah kering membahas tentang jangka waktu perjanjian kerjasama
ini berlaku 1 (satu) tahun dan apabila kedua belah pihak masih berkeinginan untuk
melanjutkan perjanjian kerjasama ini, maka selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
sebelum masa jangka waktu perjanjian kerjasama berakhir, kedua belah pihak
sepakat untuk melakukan proses perpanjangan.
Dalam pasal 16 Perjanjian kerjasama ini batal dengan sendirinya apabila
para pihak atau salah satu pihak dinyatakan pailit berdasarkan keputusan
pengadilan, adanya peraturan Pemerintah yang bertentangan, dan hal-hal lain yang
diluar kemampuan para pihak yang mengakibatkan perjanjian kerjasama ini tidak
mungkin lagi dilaksanakan. Dalam pasal ini juga dibahs tentang para pihak
sepakat dalam pelaksanaan pembatalan Perjanjian kerjasama ini untuk
mengesampingkan ketentuan sebagaimana termuat dalam Pasal 1266 dan 1267
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. (ayat (2)).
E. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Bongkar Muat
Kontrak perjanjian kerjasama dibahas dalam pasal 5, PT. Pelindo
Indonesia I cabang Belawan sebagai Badan Usaha Pelabuhan yang berperan
sebagai yang mengoperasikan terminal dan fasilitas pelabuhan dalam
melaksanakan kegiatannya memliki hak yaitu antara lain :
1. Menangani pekerjaan stevedoring cargo milik atau yang dikuasai PT. FKS
selambat-lambatnya 24 jam sebelum kapal pengangkut barang mili atau yang dikuasai
PT. FKS Multi Agro, Tbk tiba di Pelabuhan Belawan.
2. Sebagai Operator yang mengoperasikan terminal dan fasilitas pelabuhan
lainnya sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
3. Menetapkan proses perencanaan pelayanan atas kapal dan bongkar muat
yang dimiliki atau dikuasai oleh PT. FKS Multi Agro, Tbk.
4. Mendapatkan informasi tentang rencana kegiatan atas kunjungan kapal dan
muatan milik atau kuasai PT. FKS Multi Agro, Tbk selambat-lambatnya 24
jam sebelum kapal pengangkut barang milik atau yang dikuasai PT. FKS
Multi Agro, Tbk tiba di Pelabuhan Belawan.
5. Menagih dan menerima pembayaran dari PT. FKS Multi Agro, Tbk atas jasa
pekerjaan yang dilaksanakan oleh PT. Pelindo I Cabang Belawan sesuai
besaran tarif yang disepakati serta tata cara pembayaran sebagaimana
dimaksud dalam kerjasama ini. Pembahasan tersebut merupakan hak Pihak
Pertama.
Dalam pelaksaaan kegiatan bongkar muat PT. Pelindo I Cabang Belawan
juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu antara lain:
1. Melaksanakan pembongkaran curah kering dari dalam palka kapal dengan
menggunakan Grape ke dalam Hopper.
2. Menyiapkan alat bantu bongkar muat sesuai dengan kebutuhan.
3. Menyediakan tenaga stevedoring, supervisor, foreman, tallyman dan serta
tenaga kerja bongkar muat sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan
4. Bersama-sama PT. FKS Multi Agro, Tbk melakukan perencanaan dan
pengawasan pelaksanaan pembongkaran curah kering.
5. Melakukan perhitungan jumlah bongkaran setiap periode kerja (harian)
sampai selesai dan dikoordinasikan dengan PT. FKS Multi Agro, Tbk.
6. Meyerahkan dokumen berupa Daily Report, Time Sheet dan statement of
Fact kepada PT. FKS Multi Agro, Tbk.
7. Menyediakan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), tenaga dan supervisi
yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran pelayanan bongkar muat
yang dimiliki atau dikuasai oleh PT. Pelindo I Cabang Belawan dan biaya
yang timbul menjadi beban dan tanggung jawab PT. Pelindo I Cabang
Belawan.
8. Melaksanakan proses bongkar muat dari lapangan penumpukan dan ke
kapal atau sebaliknya dengan menerapkan sistem kerja 24 (dua puluh
empat) jam.
9. Memberikan informasi terhadap proses pelayanan operasional atas kapal
dan muatan yang dimiliki atau dikuasai oleh PT. FKS Multi Agro, Tbk.
10.Menyediakan tenaga keamanan khusus pada saat kegiatan bongkar muat.
11.Menjaga kebersihan dan penerangan yang cukup pada saat dilaksanakan
kegiatan bongkar muat. Pembahasan tersebut merupakan kewajiban Pihak
Pertama.
PT. FKS Multi Agro Tbk sebagai perusahaan yang bergerak di bidang
curah kering dalam pelaksanaan kegiatannya memiliki hak yaitu mendapatkan
dari pihak PT. Pelindo I Cabang Belawan (merupakan hak Pihak Kedua)
Pelayanan atas kapal dalam pelaksanaan bongkar muat dapat berupa Tenaga Kerja
Bongkar Muat (TKBM) dan peralatan bongkar muat barang yang meliputi :
1) Forklift(merupakan perangkat yang digunakan untuk mengangkat peti
kemas)
2) Pallet(merupakan tempat untuk meletakkan barang-barang dengan tujuan
memudahkan penyimpanan)
3) Ship side-net(merupakan jala-jala yang terdapat dibagian lambung kapal)
4) Rope sling(tali baja)
5) Rope net,(tali yang digunakan untuk mencapai posisi yang sulit
dijangkau)dan
6) Wire net (jala-jala baja).
PT. FKS Multi Agro, Tbk juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhi
dalam kegiatan bongkar muat yang dilakukan di areal Pelabuhan Belawan, adapun
kewajiban dari PT. FKS Multi Agro, Tbk yaitu antara lain :
1) Mengikuti serta mematuhi seluruh peraturan dan kebijakan tentang
pelaksanaan proses pelayanan kegiatan kepelabuhanan yang ditetapkan
oleh PT. Pelindo I Cabang Belawan
2) Wajib meyediakan dump truck minimum 25 (dua puluh lima) kendaraan
untuk setiap 1 (satu) gang kerja dengan kapasitas minumum 20 (dua
puluh) ton dalam kondisi yang layak pakai.
3) Menyampaikan Surat Perintah Kerja (SPK) kepada PT. Pelindo I Cabang
milik atau yang dikuasai PT. FKS Multi Agro, Tbk tiba di Pelabuhan
Belawan.
4) Membayar biaya pembongkaran curah kering dengan tarif sebagaimana
diatur dalam perjanjian kerjasama ini.
5) Membayar biaya jasa pemeliharaan fasilitas pelabuhan sebesar
Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah)/ton sudah termasuk PPn ( Pajak
Pertambahan Nilai)
6) Meyediakan peralatan bongkar muat antara grabe kapasitas minimal 8
(delapan) ton, hopper kapasitas 10 (sepuluh) ton dan mekanis sesuai
kebutuhan.
F. Pelaksanaan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro, Tbk
Pelaksanaan perjanjian kerjasama bongkar muat ini dilakukan diareal
pelabuhan antara PT. Pelindo Indonesia I Cabang Belawan sebagai pihak
pengelola dan PT. FKS Multi Agro, Tbk sebagai pihak yang menggunakan areal
pelabuhan. Seperti yang terdapat dalam pasal 4 ruang lingkup kegiatan “ruang
lingkup perjanjian kerjasama ini meliputi perencanaan dan pelayanan kapal,
pelaksanaan pekerjaan dan penyediaan peralatan mekanik dan non mekanik untuk
pekerjaan bongkar (stevedoring), hingga penyediaan dermaga untuk penyandaran
di Pelabuhan Belawan.”
Pelaksanaan bongkar muat terhadap kondisi barang yang memerlukan
serta untuk menjamin keamanan barang tersebut, maka pemilik barang akan
dibebani biaya tambahan (surcharge) sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.
Adapun tata cara pembayaran atas kegiatan jasa bongkar muat yang
dilakukan PT. FKS Multi Agro, Tbk, ditentukan oleh PT. Pelindo I Cabang
Belawan sebagai berikut seperti yang tertera dalam pasal 12 perjanjian kerjasama
operasional penanganan jasa bongkar (stevedoring) curah kering :
1. Tahap Pertama (Panjar) :
Pembayaran panjar dilakukan PT. FKS Multi Agro, Tbk sebelum kapal
diploating PPSA (Pusat Pelayanan Satu Atap) Belawan dengan perhitungan
sebagai berikut :
{((Jumlah party sesuai SPK X Tarif) X 25%) + PPn. 10%}
2. Tahap Kedua (Pelunasan)
Pambayaran pelunasan dilakukan PT. FKS Multi Agro, Tbk setelah
menerima Nota Tagihan dan data pendukung lengkap dari PT. Pelindo I Cabang
Belawan, selambat-lambatnya 8 (delapan)hari kerja dengan perhitungan sebagai
berikut :
{((Jumlah realisaasi bongkaran X Tarif) – panjar) + PPn.10%}
Apabila dikemudian hari terjadi keterlambatan atas proses
pembayaran/pelunasan Nota Tagihan dari batas waktu yang telah disepakati
para pihak, akan dikenakan sanksi denda sebagai berikut :
a. Keterlambatan antara 1 (satu) sampai dengan 30 (tiga puluh) hari
dikenakan denda sebesar 5% (lima persen) dari sisa tagihan yang belum
b. Keterlambtan diatas 30 (tiga puluh) hari dikenakan denda sebesar 7%
(tujuh persen) dari sisa tagihan yang belum dibayarkan, dan bila belum
dilunasi pembayarannya maka pihak kedua akan dikenakan tambahan
sebesar 2% (dua persen) setiap keterlambatan bulan berikutnya dari nilai
sisa tagihan.
Dalam perjanjian kerjasama ini, kedua belah pihak sepakat untuk menjaga
kebersihan dan memelihara kelestarian, serta mencegah kemungkinan terjadinya
pencemaran terhadap lingkungan di Pelabuhan Belawan.
Apabila dalam pelaksanaan kegiatan bongkar muat ini terjadi perbedaan
kesepahaman dari kedua belah pihak yang menyebabkan perselisihan, maka
pilihan hukum yang dapat dipilih dalam menyelesaikan permasalahan/perselisihan
tersebut adalah :
1. Perjanjian ini tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di
wilayah Republik Indonesia
2. Apabila terjadi perselisihan yang timbul dari keberadaan Perjanjian
kerjasama ini, maka kedua belah pihak sepakat untuk menempuh jalan
musyawarah untuk mufakat.
3. Apabila kata mufakat tidak berhasil dicapai, maka kedua belah pihak
sepakat untuk menempuh jalur hukum dengan mendaftarkannya ke
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Perjanjian kerjasama antara PT. Pelindo I Cabang Belawan dengan PT. FKS
Multi Agro, Tbk merupakan kerjasama yang meliputi perencanaan dan
pelayaan kapal, pelaksanaan pekerjaan dan penyediaan peralatan mekanik dan
non-mekanik untuk pekerjaan bongkar (stevedoring), hingga penyediaan
dermaga untuk penyandaran di Pelabuhan Belawan. Bentuk perjanjian antara
perusahaan seperti ini merupakan perjanjian kerja kemitraan. Perjanjian
seperti ini tunduk pada KUH Perdata. Perjanjian kerjasama operasional
penanganan jasa bongkar (stevedoring) curah kering ini batal dengan
sendirinya apabila para pihak atau salah satu pihak dinyatakan pailit
berdasarkan keputusan pengadilan.
2. Hak dan kewajiban PT. Pelindo I Cabang Belawan dan PT. FKS Multi Agro,
Tbk mengalami keseimbangan, bahwa perjanjian yang lain, seperti
melakukan pekerjaan dengan pihak lain tidak selalu harus didasarkan
perjanjian kerja dalam hubungan kerja, tetapi dapat dilakukan dengan
berbagai macam perjanjian-perjanjian melakukan pekerjaan lainnya.
Masing-masing bentuk perjanjian-perjanjian melakukan pekerjaan tersebut berbeda
syarat dan ketentuan hukumnya. Hak-hak dan kewajiban para pihak secara
timbal-balik serta jika terjadi peselisihannya cara penyelesaiannya memenuhi
3. Pelaksanaan perjanjian kerjasama bongkar muat ini dilakukan diareal
pelabuhan antara PT. Pelindo I Cabang Belawan sebagai pihak pengelola dan
PT. FKS Multi Agro, Tbk sebagai pihak yang menggunakan areal pelabuhan.
Dalam pelaksanaan perjanjian bongkar muat masih adanya birokrasi yang
menimbulkan ketidaktepatan waktu sehingga ketika akan mengikat perjanjian
pihak pemakai jasa dan bisa berubah karena adanya hubungan yang baik
antara pihak yang berkepentingan.
B. SARAN
1. Sebaiknya dalam pelaksanaan kegiatan bongkar muat dalam areal Pelabuhan
dapat dilakukan dalam waktu yang relatif lebih singkat, hal ini guna
memangkas waktu dan biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak pengangkut.
2. Untuk memajukan transportasi melalui jalur laut di Indonesia, pemerintah
harus menaruh perhatian lebih besar terhadap pembangunan infrastruktur
seperti jalan dan pelabuhan. Selain itu yang tak kalah penting adalah terus
berupaya meningkatkan pelayanan dan pemeliharaan
infrastruktur-infrastruktur tersebut.
3. Pelaksanaan dalam kegiatan bongkar muat haruslah dipimpin oleh
pihak-pihak terkait. Seperti pihak-pihak berwajib ataupun perwakilan dari perusahaan
yang bersangkutan dan dengan status berbadan hukum yang terkait
Undang-Undang dan peraturan ketenagakerjaan termasuk mengenai status
BAB II
PENGATURAN KONTRAK KERJA PERUSAHAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003
A. Pengertian Dan Subjek Serta Objek Dalam Kontrak Kerja 1. Pengertian Kontrak Kerja
a. Pengertian Kontrak
Istilah kontrak atau perjanjian merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris yaitu contract law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut
overeenscomsrecht. Menurut Salim H.S, perjanjian atau kontrak merupakan
keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum
antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbukan
akibat hukum.14
Menurut R.Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa di mana
seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji
untuk melaksanakan suatu hal. Hubungan kedua orang yang bersangkutan Kontrak atau persetujuan (contract or agreement) yang
diatur dalam buku III bab kedua Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(BW) Indonesia, memiliki pengertian yang sama dengan perjanjian.
Perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana seorang
atau lebih meningkatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kontrak adalah berkenaan
dengan sewa menyewa sesuatu dengan dasar perjanjian yang disepaki kedua
belah pihak dalam waktu tertentu, perjanjian dalam perdagangan.
14
mengakibatkan timbulnya suatu ikatan yang berupa hak dan kewajiban kedua
belah pihak atas suatu prestasi.15
Van Dunne menyatakan bahwa Hukum Kontrak adalah keseluruhan
dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua pihak
atau lebih berdasarkan kesepakatan untuk menimbulkan akibat hukum.16
b. Pengertian Kerja
Kerja merupakan sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai
profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Kerja dapat juga
di artikan sebagai pengeluaran energi untuk kegiatan yang dibutuhkan oleh
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerja adalah perbuatan
melakukan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil, hal
pencarian nafkah.
Menurut Dr. Franz Von Magnis di dalam Anogara, pekerjaan adalah
“kegiatan yang direncanakan”. Sedangkan Hegel di dalam Anogara
menambahkan bahwa “inti pekerjaan adalah kesadaran manusia”.17
Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pekerjaan
memungkinkan orang untuk dapat menyatakan diri secara objektif kedunia
ini, sehingga ia dan orang lain dapat memandang dan memahami kebenaran
dirinya.
15
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermassa, 2008, hlm. 1.
diakses pada
tanggal 22 Juni 2016.
c. Pengertian Kontrak Kerja
Menurut Subekti perjanjian kerja adalah perjanjian antara seorang buruh dengan majikan, perjanjian mana ditandai oleh ciri-ciri adanya suatu upah atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (bahasa Belanda “dierstverhanding”) yaitu suatu hubungan berdasarkan mana pihak yang satu (majikan) berhak memberikan perintah-perintah yang harus ditaati oleh pihak yang lain (buruh).18
Dalam pasal 1313 Kitab Undang Undang Perdata hukum perjanjian
diartikan sebagai “Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih,
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”
Ensiklopedia Indonesia sendiri mengartikan Hukum Kontrak sebagai
rangkaian kaidah-kaidah hukum yang mengatur berbagai persetujuan dan
ikatan antara warga-warga hukum.
19
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 angka 14 perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak. Perjanjian kerja pada dasarnya harus memuat pula ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan hubungan kerja itu, yaitu hak dan kewajiban buruh serta hak dan kewajiban majikan.20
Dari beberapa pendapat diatas, dapat di tarik kesimpulan bahwa
pengertian kontrak kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan
pengusaha secara lisan dan/atau tulisan, baik untuk waktu tertentu maupun
untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan
kewajiban. Setiap perusahaan wajib memberikan kontrak kerja di hari
pertama anda bekerja. Dalam kontrak kerja biasanya terpapar dengan jelas
pekerja memiliki hak mendapat kebijakan perusahaan yang sesuai dengan
diakses pada tanggal 22 Juni 2016.
19
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
20
Undang- Undang Ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia. Di dalamnya
juga memuat mengenai prosedur kerja dan disiplin.
Dari bunyi pasal 1601a Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat
dikatakan bahwa yang dinamakan kontrak kerja harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebaga3wi berikut :
1) Adanya pekerja dan juga pemberi kerja sebagai pemilik wewenang
Antara pekerja dan pemberi kerja memiliki kedudukan yang tidak
sama. Ada pihak yang kedudukannya diatas (pemberi kerja) dan ada pihak
yang kedudukannya dibawah (pekerja). Karena pemberi kerja mempunyai
kewenangan untuk memerintah pekerja, maka kontrak kerja diperlukan untuk
menjabarkan syarat , hak dan kewajiban pekerja dan si pemberi kerja.
2) Pelaksanaan Kerja
Pekerja melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang ditetapkan di
perjanjian kerja.
3) Waktu Tertentu.
Pelaksanaan kerja dilakukan dalam kurun waktu tertentu yang telah
ditetapkan oleh pemberi kerja.
4) Adanya Upah yang diterima
Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha
kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan
menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan, dan
termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya (Pasal 1
huruf (a) Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan
Upah).
d. Subjek Kontrak Kerja
Setiap subjek kontrak harus memenuhi suatu kondisi tertentu agar
dapat mengikat para pihak yang membuatnya. Kitab Undang–Undang
Hukum Perdata mengatur bahwa yang termasuk dalam subjek kontrak kerja
merupakan orang yang cakap atau dianggap telah mampu untuk melakukan
perbuatan hukum tersebut; Badan Hukum, suatu badan atau orang yang
diakui oleh hukum dan mempunyai hak dan kewajiban.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1330
menyatakan bahwa orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian
adalah “orang-orang yang belum dewasa, mereka yang ditaruh di bawah
pengampuan, perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditetapkan
oleh undang-undang dan semua orang-orang yang telah dilarang oleh
undang- undang untuk membuat perjanjian-perjanjian tertentu
Dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
pasal 50 di sebutkan bahwa yang menjadi subjek dalam kontrak kerja adalah
pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja.
e. Objek Kontrak Kerja
Sasaran pokok suatu perjanjian adalah suatu prestasi. Agar sutau
kontrak itu sah, objek kontrak harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu,
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan tidak bertentangan dengan
ketertiban umum dan tata susila.Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 13 tahun 2013 pasal 50 dikatakan bahwa objek dalam
kontrak kerja adalah harus adanya pekerjaan yang diperjanjikan,pekerjaan
tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin
majikan dapat menyuruh orang lain. Hal ini dijelaskan dalam KUHPerdata
Pasal 1603a yang berbunyi :
“Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya; hanya dengan seizin
majikannya dapat menyuruh orang ketiga menggantikannya’.
Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena
bersangkutan ketrampilan/keahliannya, maka menurut hukum jika pekerja
meninggal dunia maka perjanjian kerja tersebut putus demi hukum.
B. Hak dan Kewajiban dalam Pembuatan Kontrak Kerja
Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh
individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan .
Hak pada umumnya didapat dengan cara diperjuangkan melalui
pertanggungjawaban atas kewajiban.
Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan /
kewajiban untuk dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga negara guna
mendapatkan hak yang pantas untuk didapat. Kewajiban pada umumnya
mengarah pada suatu keharusan / kewajiban bagi individu dalam melaksanakan
peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan hak yang
Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain ,
sehingga dalam praktik harus dijalankan dengan seimbang . Jika hak dan
kewajiban tidak berjalan secara imbang dalam praktik kehidupan , maka akan
terjadi suatu ketimpangan dalam pelaksanaan kehidupan individu baik dalam
kehidupan bermasyarakat , berbangsa , maupun bernegara .
Ketimpangan akan hak dan kewajiban yang terjadi akan menimbulkan
gejolak dalam kehidupan baik dari kalangan individu maupun kelompok .
Gejolak tersebut merupakan bentuk ketidakpuasan atas tidak berjalannya hak dan
kewajiban secara seimbang . Oleh sebab itu, untuk menghindari adanya gejolak
mengenai ketimpangan akan hak dan kewajiban tersebut diperlukan kesadaran
secara mendasar pada individu akan kewajiban yang harus dipenuhi guna
mendapatkan hak yang pantas dan sesuai atas pelaksanaan kewajiban tersebut.
Dalam melakukan pengangkutan barang melalui laut, antara pengirim
dengan pengangkut terlebih dahulu harus mengadakan kesepakatan untuk
mengadakan perjanjian. Perjanjian ini dimaksudkan sebagai suatu tanda pengikat
terhadap para pihak dalam pengangutan barang yang akan diangkut. Tentu
didalam perjanjian pengangkutan tersebut dimuat hak dan kewajiban serta sanksi
apabila tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati dalam perjanjian tersebut
supaya hendaknya janganlah ada salah paham antara para pihak. 21
Hak dan kewajiban antara pemberi kerja dan pekerja dimuat dalam pasal
52 dan 54 Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003.
Adapaun hak yang diperoleh perkerja dalam pembuatan kontrak kerja antara lain:
21
1. Hak atas Pekerjaan
Hak atas pekerjaan merupakan hak asasi manusia. Karena, Pertama kerja
melekat pada tubuh manusia. Kerja adalah aktivitas tubuh dan karena itu tidak
bisa dilepaskan atau dipikirkan lepas dari tubuh manusia. Karena tubuh adalah
milik kodrati atau asasi setiap orang, dan karena itu tidak bisa dicabut, dirampas,
atau diambil darinya, maka kerja pun tidak bisa dicabut, dirampas, atau diambil
dari seseorang.
Kedua, kerja merupakan perwujudan diri manusia. Melalui kerja, manusia
merealisasikan dirinya sebagai manusia dan sekaligus membangun hidup dan
lingkungannya yang lebih manusiawi. Melalui kerja manusia menentukan
hidupnya sendiri sebagai manusia yang mandiri. Ketiga, hak atas kerja juga
merupakan salah satu hak asasi manusia karena kerja berkaitan dengan hak atas
hidup, bahkan hak atas hidup yang layak. Hanya dengan melalui kerjanya
manusia dapat hidup dan juga dapat hidup secara layak sebagai manusia.
2. Hak atas Upah yang Adil
Hak atas upah yang adil merupakan hak legal yang diterima dan dituntut
seseorang sejak ia mengikat diri untuk bekerja pada suatu perusahaan. Karena itu,
perusahaan yang bersangkutan mempunyai kewajiban untuk memberikan upah
yang adil. Dengan hak atas upah yang adil sesungguhnya ditegaskan dalam tiga
hal, yaitu :
Pertama, bahwa setiap pekerja mendapatkan upah. Artinya, setiap pekerja
Kedua, setiap orang tidak hanya berhak memperoleh upah. Ia juga berhak
untuk memperoleh upah yang adil, yaitu upah yang sebanding dengan tenaga yang
telah disumbangkannya.
Ketiga, hak atas upah yang adil adalah bahwa pada prinsipnya tidak boleh
ada perlakuan yang berbeda atau diskriminatif dalam soal pemberian upah kepada
semua karyawan.
3. Hak untuk Berserikat dan Berkumpul
Persoalan upah yang adil berkaitan dengan kepentingan dua pihak yang
saling bertentangan: pemilik modal dan pekerja. Sehubungan dengan ini, tidak
dapat pula disangkal bahwa upah yang adil tidak selamanya diberlakukan dalam
suatu perusahaan. Karena itu, dalam banyak kasus upah yang adil memang harus
juga diperjuangkan oleh pekerja itu sendiri.
4. Hak atas Perlindungan Keamanan dan Kesehatan
Selain hak-hak diatas, dalam bisnis modern sekarang ini semakin dianggap
penting bahwa para pekerja dijamin keamanan, keselamatan, dan kesehatannya.
Lingkungan kerja dalam industri modern khususnya yang penuh dengan berbagai
risiko tinggi mengharuskan adanya jaminan perlindungan atas keamanan,
keselamatan dan kesehatan bagi para pekerja.
Beberapa hal yang perlu dijamin dalam kaitan dengan hak atas keamanan,
keselamatan, dan kesehatan ini.
Pertama, setiap pekerja berhak mendapat perlindungan atas keamanan,
keselamatan dan kesehatan melalui program jaminan atau asuransi keamanan dan
Kedua, setiap pekerja berhak mengetahui kemungkina resiko yang akan
dihadapinya dalam menjalankan pekerjaannya