• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tafseer Verses of Diversity

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tafseer Verses of Diversity"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Faqih Asy’ari Islamic Institute Sumbersari Kediri, Indonesia

“Moderasi Islam Aswaja untuk Perdamaian Dunia”

(Volume 1, 2019)

ISBN (Volume Lengkap) 978-623-91749-3-4; ISBN (Volume 1): 978-623-91749-4-1

Tafseer Verses of Diversity

Abdur Rohman

Institut Agama Islam Pangeran Diponegoro Nganjuk, Indonesia email: abdur101186@gmail.com

Abstract

Indonesia has a variety of ethnic, religious, racial, and cultural. If the diversity is blurred, it will harm the national interest. There must be a sentence of the agreement to unite the diversity. The sentence of the agreement is ' Bhineka Tunggal Ika ' which has different meanings but one purpose. The motto is also written under the emblem of Indonesia, the Garuda bird. This motto must be held firmly by the whole layer to avoid chaos for greater common interest to realize the progress of the nation. This slogan is indirectly also contained in the Qur'an which is the guide of Muslims. This method of study uses the thematic interpretation approach (Maudu'i). The results of this study concluded three things. First, the Qur'an gives a message that the difference between tribes and religion is God's nature. Secondly, the demands of that difference so that people demonstrate their qualities before God about who is the most tacit and to compete in goodness. Thirdly, it is not permissible to insult others both person and group and the prohibition of insulting others' beliefs.

(2)

Pendahuluan

Indonesia adalah negara kaya budaya, agama, suku, ras dan lain sebagainya. Kekayaan itu jika tidak dirawat dengan baik bisa menyebabkan perpecahan antar sesama dan berujung perpecahan. Isu agama bisa menyebabkan perpecahan dan korban jiwa. Dulu Indonesia pernah diguncangkan ledakan bom di Bali, Kedutaan Besar Australia, hotel JW Marriott, hotel Ritz Carlton, gereja-gereja dan sebagainya. Korban jiwa yang disebabkan oleh ledakan itu berjumlah 324 jiwa, 825 luka-luka1 dan masih banyak lagi kerugian materil yang tak terhingga. Ironinya para pelaku bom tersebut adalah orang Islam.

Isu antar suku, ras dan budaya juga bisa menyebabkan perpecahan bangsa. Akhir-akhir ini ramai di jagad maya tentang demo dan bentrok di berbagai daerah. Isu tentang pembuangan bendera merah putih ke selokan menjadikan warga Papua turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasinya. Padahal kebenaran video yang beredar itu masih diragukan, bahkan terkesan setting-an untuk menaikkan tensi politik agar memanas dan berujung perpecahan. Di Wamena Papua juga situasinya juga memanas. Laporan kementrian kesehatan menyebutkan bahwa jumlah korban jiwa akibat kerusuhan itu sebanyak 31 orang dan beberapa orang mengalami luka-luka (liputan6.com 1/10/2019). Berdasarkan laporan Kapolda Papua Irjen Rudolf A Rodja menyatakan bahwa aksi anarkis di Wamena dipicu oleh kabar bohong (hoax) tentang seorang guru yang mengeluarkan kata-kata rasis (kompas.com 23 September 2019). Jadi, perbedaan antar suku, ras, agama dan sebagainya jika disulut sedikit saja akan menimbulkan perpecahan. Oleh sebab itu, perbedaan tersebut harus dirawat dan disatukan atas nama Indonesia.

Salah satu cara untuk merawat kebinekaan2 tersebut adalah dengan kembali kepada ‘norma masing-masing’. Bagi umat Kristiani kembali kepada ajaran Injil yang mengedepankan cinta kasih. Bagi umat Islam kembali kepada ajaran al-Qur’an dengan merenungkan ayat-ayat kebinekaan. Artikel ini membahas tentang penafsiran ayat-ayat kebinekaan dari sudut pandang tafsir tematik.

Metode Penelitian

Kata ‘tafsir’ di dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Arab tafsir yang memiliki arti kashf al-muran ‘an al-lafz} al-mushkil 3 (menyingkap maksud suatu

1 Jimmy Oentoro, Indonesia Satu, Indonesia Beda, Indonesia Bisa (Jakarta: Gramedia, 2010), 4.

2 Bhineka Tunggal Ika diambil dari kata bhina (pecah), ika (itu), tunggal (satu), gabungan makna

dari semboyan ini adalah ‘terpcah itu satu’. Rusmin Tumanggor, dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Kencana, 2010), 126.

(3)

lafal yang masih sulit dipahami). Makna ini kemudian menjadi bahasa Indonesia serapan ‘tafsir’ yang dimaknai ‘penjeasan ayat-ayat suci al-Qur’an agar maksudnya lebih mudah dipahami’.4

Sedangkan tafsir tematik (mawdu’i) adalah metode tafsir yang berakar dari sebuah tema. Tema tersebut bisa diambil dari dalam al-Qur’an dan di uar a-Qur’an. Maksud diambil dari dalam al-Qur’an adalah suatu tema diambil dari teks sarih dalam al-Qur’an seperti konsep tabarruj, al-‘abd, Maryam dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dari luar al-Qur’an adalah tema tersebut diambil dari kata atau kalimat yang tidak terdapat nas sarih dalam al-Qur’an, seperti ‘demokrasi dalam al-Qur’an, wanita dalam al-Qur’an dan sebagainya’. Pengambilan tema dari dalam maupun luar al-Qur’an memiliki mekanisme yang sama, yaitu sebagai berikut:

1. Menetapkan tema

2. Menghimpun ayat yang sesuai dengan tema 3. Menyusun ayat dengan tartib nuzul

4. Memahami dengan munasabah 5. Menyusun kerangka tafsir

6. Melengkapi pembahasan dengan hadis

7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan.5

Tafsir Ayat-ayat Kebinekaan

Kebinekaan sesungguhnya adalah fitrah dari Tuhan, berdasarkan keterangan dari surat Hud [11] ayat 118, Allah berfirman:

َنيِفِلَتۡخُّم َنو

ُّلاَزَي اَلَو ٗۖٗةَدِحََٰو ٗةَ مُّأ َساَ نلٱ َلَعَجَل َكُّ بَر َءٓاَش ۡوَلَو

Artinya: Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.6

Surah Hud ayat 118 ini memberikan pesan kepada umat Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya bahwa sesungguhnya Allah jika menghendaki niscaya akan menjadikan satu umat, satu satu akidah, satu agama yaitu Islam.7 Namun tidaklah demikian. Tuhan sengaja menciptakan manusia ‘berwarna-warni’ dari

4 Tim Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat

Bahasa, 2008), 1409.

5‘Abd al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mawdu’i: Dirasah Manhajiyah Mawdu’iyah

(Kairo: al-Hadarah, 1977), 45-50.

6 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Pustaka Assalam,

2010), 315.

7 Muh}ammad bin Ah}mad al-Sharbini>, Tafsi>r al-Sira>j al-Muni>r (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, tt),

(4)

berbagai hal, baik agama, suku maupun pendapat. Perbedaan itu tidak perlu dirisaukan sebab sudah menjadi ketetapan Tuhan. Lanjutan ayat ini juga menegaskan bahwa manusia gemar bersilang pendapat. Hal ini patut menjadikan renaungan umat Islam yang sudah membaca al-Qur’an berkali-kali agar menurunkan tensi emosinya terhadap perselisihan. Dalam pandangan penulis, negara kita sudah memiliki undang-undang. Siapapun yang dianggap melanggar hukum, ada mekanisme penyelesaiannya, tidak diperkenankan main hakim sendiri atas nama apapun, baik agama, suku maupun kepentingan yang lain.

Pesan kedua al-Qur’an mengenai keberagaman keyakinan disebutkan dalam Yunus [10] ayat 99:

َر َءٓاَش ۡوَلَو

َنيِنِمۡؤُّم

ْ

اوُّنوُّكَي َٰيَ تَح َساَ نلٱ ُّهِرۡكُّت َتن

َ

أَف

َ

أ ۚاًعيِمَج ۡمُّه

ُّ

لُّك ِضرۡ

َ

أ

لٱ يِف نَم َنَملَأٓ َكُّ ب

ۡ

Artinya: Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?

Konteks ayat ini membicarakan tentang nabi Yunus yang diperintahkan Allah untuk berdakwah kepada umatnya. Namun karena hasil yang diperoleh nihil, akhirnya nabi Yunus frustasi dan memutuskan untuk meninggalkan tugas dakwah tersebut dengan naik perahu yang penuh muatan. Kemudian perahu tersebut terombang-ambing ombak karena kelebihan muatan. Lalu para penumpang-pun memutuskan untuk mengurangi muatan orang yang ada di atasnya dengan cara diundi. Sedangkan undian tersebut jatuh kepada nabi Yunus hingga ditenggelamkan ke laut lalu dimakan ikan paus.

Cerita yang panjang dan melingkupi ayat ini memberikan gambaran bahwa target dakwah di dalam al-Qur’an bukanlah hendak membuat orang untuk beriman. Iman atau tidak itu bukanlah hak manusia, tetapi hak Tuhan. Bahkan penutup ayat ini menegaskan bahwa ‘Apakah engkau hendak memaksa manusia supaya mereka semua beriman?’ Kalimat pertanyaan ini memberikan pesan kepada umat manusia bahwa hal tersebut tidak mungkin dan memang sudah menjadi ketetapan Tuhan bahwa manusia diciptakan dengan beragam agama dan keyakinan. Sedangkan yang membuka hati dan menutupnya adalah Tuhan. Meskipun Tuhan berkuasa untuk memaksa manusia agar menjadikan satu umat, tetapi hal itu tidak dilakukan dan yang dilakukakan-Nya adalah menjadikan banyak umat.8

8 Fakhr al-Di>n Muh}ammad bin ‘Umar al-Ra>zi>, Mafa>tih} al-Ghayb (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah,

(5)

Tujuan Perbedaan

Semua umat beragama meyakini bahwa agamanya adalah yang paling benar, termasuk umat Islam. Namun dari perbedaan agama tersebut sebenarnya Tuhan memiliki tujuan lain agar mereka berlomba-lomba di dalam kebaikan. Perlombaan ini tidak akan terjadi manakala manusia itu satu warna. Islam semua, taat semua, tidak ada kemaksiatan dan sebagainya. Jika demikian, apa bedanya antara manusia dengan malaikat? Namun bukan berarti merestui kemaksiatan, tidak, tetapi untuk membuktikan dihadapan manusia dan dihadapan Tuhan tentang siapakah yang terbaik diantara mereka?

1. Untuk berlomba-lomba dalam kebaikan

ُّكۡحٱَف ِِۖهۡي

َلَع اًنِمۡيَهُّمَو ِبََٰتِكۡلٱ َنِم ِهۡيَدَي َنۡيَب اَمِ ل اٗقِ د َصُّم ِ قَحۡلٱِب َبََٰتِكۡلٱ َكۡيَلِإ ٓاَنۡلَزنَأَو

م

ۡرِش ۡمُّكنِم اَن

لَعَج ّٖ

ۡ

لُّكِل ِِّۚ قَحۡلٱ َنِم َكَءٓاَج اَ مَع ۡمُّهَءٓاَوۡهَأ ۡعِبَ تَت اَلَو ُّٗۖ َ للٱ َلَزنَأ ٓاَمِب مُّهَنۡيَب

َع

ٗة

ُّقِبَتۡسٱَف ٗۖۡمُّكَٰىَتاَء

ٓاَم يِف ۡمُّكَوُّلۡبَيِ ل نِكََٰلَو ٗةَدِحََٰو ٗةَ مُّأ ۡمُّكَلَعَجَل ُّ َ للٱ َءٓاَش ۡوَلَو ۚاٗجاَهۡنِمَو

ْ

او

َنوُّفِلَتۡخَت ِهيِف ۡمُّتن

ُّك اَمِب مُّكُّئِ بَنُّيَف اٗعيِمَج ۡمُّكُّعِجۡرَم ِ َ للٱ يَلِإ ِِّۚتََٰرۡيَخۡلٱ

Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu

Konteks ayat ini membicarakan tentang umat-umat terdahulu, yaitu Yahudi dan Nasrani yang datang sebelum Islam. Kemudian jika ada perkara hukum yang terjadi, maka Allah menyuruh untuk memutuskan hukum berdasarkan kitab yang turun kepada mereka. Sedangkan jika Nabi diminta untuk menghukumi mereka, maka dihukumi dengan al-Qur’an.9

9 ‘Abd al-Kari>m Khat}i>b, al-Tafsi>r al-Qur’a>ni> li al-Qur’a>n (Kairo: Da>r al-Kutub al-‘Arabi>, tt.), vol. 3,

(6)

Setelah itu Allah menegaskan bahwa pada setiap umat ada seseorang yang diperintahkan untuk menjadi rasul dan membawa syari’at. Itulah ketetapan Tuhan yang terdahulu dan meskipun saat al-Qur’an ini turun – hingga sekarang – Tuhan dengan mudah menjadikan manusia semuanya satu iman. Namun Tuhan tidak berkehendak demikian. Jadi, Tuhan memang ‘sengaja’ menciptakan banyak umat di muka bumi.

Perbedaan umat itu kemudian dijadikan sebagai batu ujian untuk berlomba-lomba di dalam kebaikan. Jadi, penentuan baik dan tidaknya bukan dari segi umatnya, tetapi seberapa banyak dan seberapa besar amal kebaikan dari umat tersebut. Jika ada perselisihan, maka semua keputusan hukum akan dikembalikan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Adil.

2. Untuk menunjukkan sikap yang paling takwa

Tujuan kedua adanya perbedaan tersebut adaah untuk membuktikan kualitas diri dihadapan Tuhan. Allah berfirman di dalam surah al-Hujurat [49] ayat 13:

َ نِإ ۚ

ْ

آوُّفَراَعَتِل َلِئ

ٓاَبَقَو اٗبوُّعُّش ۡمُّكََٰنۡلَعَجَو َٰيَثنُّأَو ّٖرَكَذ نِ م مُّكََٰنۡقَلَخ اَ نِإ ُّساَ نلٱ اَهُّ ي

أ ََٰٓي

َ

ۡمُّكَمَرۡك

َ

أ

ٞريِبَخ ٌميِلَع َ

َ للٱ َ نِإ ۚۡمُّكَٰىَقۡتَأ ِ َ للٱ َدنِع

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Pesan pertama ayat ini adalah Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda. Laki-laki dan perempuan diciptakan agar memiliki keturunan. Setelah itu keturunan mereka menjadi banyak dan terpencar di mana-mana. Lalu mereka membentuk sebuah komunitas besar dan ‘pemerintahan’ otonom yang kemudian disebut dengan ‘bangsa’. Di dalam komunitas besar tersebut ada sebuah komuntas-komunitas kecil berdasarkan suku masing-masing. Dalam konteks Indonesia ada suku Jawa, Sunda, Madura, Dayak, dan sebagainya.

Perbedaan suku-bangsa tersebut pada ujungnya agar mereka saling mengenal dan memahami masing-masing dan saling kasih-mengasihi, bukan

(7)

untuk membenci atau menebarkan permusuhan10. Dalam konteks sosial, kata li ta’arafu digunakan untuk makna saling ‘membutuhkan’ demi kemaslahatan. Dikatakan demikian karena tujuan seseorang mengenal orang lain adalah agar mereka memiliki relasi untuk tujuan kebutuhan masing-masing.11

Dalam konteks teologi, perbedaan suku dan bangsa tersebut pada ujungnya adalah perlombaan diri seorang hamba kepada Tuhannya, yaitu siapakah yang paling takwa. Jadi, tidak ada dikotomi bahwa orang Arab lebih takwa daripada orang Jawa. Orang Malaysia lebih takwa daripada orang Brunei dan sebagainya. Itu semua hanyalah perbedaan bangsa, yang menjadi tolak-ukur di ‘mata’ Tuhan adalah ketakwaan.

Larangan Menghina antar Sesama 1. Larangan menghina beda keyakinan

Kebebasan menyampaikan pendapat di muka publik bukan berarti tanpa batas. Ada garis-garis tertentu yang harus dipatuhi agar kebebasan itu tidak melanggar hak-hak orang lain. Salah satu larangan Allah dalam hal ini adalah larangan tentang menghina sesembahan orang lain. Di dalam surah al-An’am [6] ayat 108 Allah berfirman:

ُّكِل اَ نَ يَز َكِلََٰذَك ّٖٖۗم

لِع ِرۡيَغِب اََۢوۡدَع َ

ۡ

َ للٱ ْاوُّ بُّسَيَف ِ َ للٱ ِنوُّد نِم َنوُّعۡدَي َنيِذَ لٱ ْاوُّ بُّسَت اَلَو

َع ةَ م

ُّ

أ ِ

ل

ۡمُّهَلَم

َنوُّلَمۡعَي

ْ

اوُّناَك اَمِب مُّهُّئِ بَنُّيَف ۡمُّهُّعِجۡرَ م مِهِ بَر َٰي

َلِإ َ مُّث

Artinya: Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.

Di dalam ayat ini terkandung hukum kausalitas yang disebabkan oleh penghinaan kepada tuhan yang dipercayai oleh masing-masing agama. Secara khusus, pesan ini ditujukan oleh Allah kepada nabi Muhammad saw dan umatnya, bahwa mereka dilarang menghina sesembahan apapun selian Allah. Ibn Katsir menambahkan bahwa dampak buruk (mafsadat) yang ditimbulkan dari

10 Muh}ammad Mah}mu>d H{ija>zi>, al-Tafsi>r a-Wa>d}ih} (Da>r al-Ji>l al-Jadi>dah, tt), vol. 1, 654.

11 Ah}mad Mus}t}afa> al-Mara>ghi>, Tafsi>r al-Mara>ghi> (Mesir: Maktabah Mus}t}afa> a-Ba>bi> al-H{abi>, tt), vol.

(8)

penghinaan tersebut lebih besar daripada manfaatnya.12Mengapa perbuatan

‘menghina sesembahan agama lain dilarang?’ persoaanannya adalah terdapat kaidah ‘Jika ketaatan mendatangkan kemaksiatan yang lebih dominan, maka wajib ditinggalkan.13Dalam konteks Indonesia, muslim tidak diperkenankan menghina sesembahan non-muslim, begitu juga sebaliknya.

Imbas dari penghinaan terhadap sesembahan tersebut adalah ‘karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan’. Ini merupakan bentuk hukum kausalitas, yaitu pada saat seorang muslim menghina sesembahan umat yang lain, maka akibatnya adalah mereka akan menghina balik Allah. Penghinaan balik bisa jadi lebih parah daripada penghinaan yang awal. Oleh sebab itu, saling menghina dalam urusan akidah dilarang oleh Allah. Lebih jauh dari itu, Imam ahli fikih era ‘Abasiyah, al-Mawardi menambahkan bahwa larangan menghina tersebut bukan sebatas kepada sesembahan, tetapi juga umatnya.14

2. Larangan menghina antar kelompok dan individu

Di dalam ayat lain Allah juga menjelaskan bahwa menghina orang lain, kelompok tertentu juga dilarang. Allah berfirman di dalam surah al-Hujurat [49] ayat 11:

ِ م ٞءٓا َسِن اَلَو ۡمُّهۡنِ م اٗرۡيَخ

ْ

اوُّنوُّكَي ن

َ

أ َٰٓي َسَع مۡوَق نِ م ٞمۡوَق ۡرَخ ۡسَي ا

َل ْاوُّنَماَء َنيِذَ لٱ اَهُّ يَأ ََٰٓي

ءٓا َسِ ن ن

ِ م اٗرۡيَخ َ نُّكَي ن

َ

أ َٰٓي َسَع

ُّقو ُّسُّف

لٱ ُّم ۡسٱِلٱ َسۡئِب ِِۖبَٰ َق

ۡ

ل

ۡ

َ

أ

لٱِب

ۡ

ْ

اوُّزَباَنَت اَلَو ۡمُّك َسُّفن

َ

أ

ْ

آوُّزِم

ۡ

لَت اَلَو َٗۖ نُّهۡن

َنوُّمِلَٰ

َ ظلٱ ُّمُّه َكِئ ََٰٓلْوُّأَف ۡبُّتَي ۡمَ ل نَمَو ِِّۚنََٰميِإۡلٱ َدۡعَب

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang

12 Abu> al-Fida>’ Isma’i>l bin ‘Umar bin Kathi>r, Tafsi>r al-Qur’a>n al-Az}i>m (Kairo: Da>r T{aybah, 1999),

vol. 3, 314.

13 Muh}ammad Thana>’ Alla>h ‘Uthma>ni> Maz}hari>, Tafsi>r Maz}hari> (Beirut: Da>r Ih}ya>’

al-Turath al-‘Arabi>, 2004), vol. 1, 1242; Na>s}ir a-Di>n Abu> Sa’i>d ‘Abd Alla>h bin ‘Umar al-Bayd}a>wi>, Tafsi>r al-Bayd}a>wi> (Beirut: Da>r a-Fikr, tt), vol. 2, 441.

14 Abu> H{asan ‘Ali bin Muh}ammad bin H{abi>b al-Ma>wardi>, Nukat wa ‘Uyu>n (Beirut: Da>r

(9)

mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Larangan pertama ayat ini adalah tidak diperkenankan seseorang menghina kelompok tertentu. Makna ayat janganlah suatu kaum merendahkan kaum yang lain, ini turun berkenaan dengan kasus Tsabit bin Qays yang mengejek kaum Anshar dengan sebutan yang buruk, kemudian turunlah ayat ini. Kemudian Allah menguatkan bahwa bisa jadi kaum yang dihina itu lebih baik dari yang menghina. Larangan ayat ini dalam tinjauan fikih lebih condong kepada hukum haram. Dikatakan demikian karena al-as}l fi an-nahy h}ara>m (hukum asal dari larangan – yang ada dalam al-Qur’an – adalah haram). Indikator dari hukum tersebut adalah pada kasus yang ada di daamnya serta konteks ayat secara utuh yang tidak memberikan ruang untuk dimakna makruh.

Larangan kedua ayat ini mengacu kepada penghinaan kelompok kepada individu. Kasus di dalam ayat ini membicarakan tentang penghinaan dua istri nabi yang menghina Umm Salamah, kemudian turunlah ayat ‘jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.’ Pemahaman ayat ini juga memberikan pelajaran bahwa seseorang tidak boleh merasa lebih baik daripada yang lain yang mengakibatkan ‘berani’ merendahkan orang lain. Padahal kriteria baik dan buruk yang sesungguhnya di hadapan Allah dan untuk sesama hendaknya dikedepankan h}usn al-z}an (berbaik sangka).

Larangan ketiga di dalam ayat ini adalah tidak boleh mencela sesama. Al-Qur’an di dalam ayat ini memilih diksi wala> talmizu> anfusakum yang mana secara literal memiliki arti janganlah menghina diri kalian sendiri. Maksud ayat ini adalah ‘janganlah menghina sesama muslim’. Muslim satu dengan muslim yang lain dikatakan sebagai ‘diri sendiri’ karena mereka bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota sakit, maka sakit pula seluruh tubuh.

Larangan keempat di dalam ayat ini adalah tidak boleh memanggil seseorang dengan gelar buruk. Seperti ‘hai kafir, hai fasik, hai gendut, hai kurus’ dan semua gelar yang tidak disukai oeh seseorang. Semua sebutan buruk itu dilarang. Termasuk menyebut agama tertentu dan ras tertentu yang memojokkan mereka. Oleh sebab itu Allah melarang sebutan buruk ini karena efek dari semua itu bisa berbahaya.

(10)

Belajar dari Sang Negarawan

Belajar dari sang negarawan menjadi hal penting untuk merajut keberagaman. Di era ‘Abasiyah terdapat salah seorang ulama fikih, ahli tafsir sekaligus negarawan bernama al-Mawardi. Dikatakan sebagai negarawan karena ia menjabat sebagai hakim agung pada saat itu dan berhasil menyatukan kekhalifahan ‘Abasiyah yang hampir runtuh. Selain itu, belajar dari petuahnya juga bisa dijadikan renungan anak bangsa agar bersikap toleran dalam perbedaan. Dalam kitabnya al-Mawardi menuliskan:

15

Artinya: Ketika kamu duduk dengan orang-orang bodoh, maka diamlah dan ketika kamu duduk dengan orang-orang alim (cerdas) maka diamlah. Karena sesungguhnya diam kamu saat orang bodoh tersebut berbicara akan menambah toleran. Sedangkan diam kamu saat orang cerdas sedang berbicara akan menambah ilmu.

Pesan yang hampir sama juga disampaikan oleh Gus Dur bahwa ‘semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin besar rasa toleransinya’. Beberapa pesan Gus Dur yang lain penulis tuangkan sebagai tambahan bahwa kebinekaan merupakan kodrat Tuhan dan tugas kita adalah menjaganya dari perpecahan.

Tidak penting apapun agamamu atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan kebaikan untuk semua orang, orang tidak pernah bertanya apa agamamu.16 Indonesia ini bukan negara agama, tapi negara beragama. Ada enam agama yang diakui, tolong hargai lima agama yang lain. Kemajemukan harus bisa diterima, tanpa ada perbedaan. Tuhan tidak perlu dibela, Dia sudah Maha Segalanya. Belalah mereka yang tertindas dan diperlakukan tidak adil. Memuliakan manusia berabti memuliakan Penciptanya. Merendahkan manusia berarti merendahkan Penciptanya (Gus Dur).

Salah satu pesan dari seorang ulama terkemuka di Jawa Timur menyatakan bahwa:

15 Abu> H{asan ‘Ali bin Muh}ammad bin H{abi>b Ma>wardi>, Ada>b a-Dunya> wa Di>n (Beirut: Da>r

al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2013), 239.

(11)

Merah-putih dan UUD 45 adalah anugerah

Jadikanlah perbedaan sebagai kekuatan untuk persatuan, jangan dijadikan alat pecah-belah

Jika merah-putih disobek diganti bendera HTI, semua non-Muslim akan berontak, Papua, Maluku akan pisah

Jika merah putih diganti bendera salib, yang tidak terima umat Islam. Jika Merah-Putih diganti bendera NU yang tidak terima pak Amin Rais.17 Jika Merah-Putih diganti bendera Muhammadiyah, yang tidak terima saya. Penutup

Poin penting yang dapat diambil kesimpulan dalam artikel adalah: Pertama, keberagaman agama dan suku bangsa adalah fitrah Tuhan. Kedua, dari perbedaan agama dan suku bangsa tersebut supaya mereka bekerjasama dalam kemaslahatan umat dan di sisi Allah ukurannya kemuliannya adalah takwa. Ketiga, perbedaan agama dan suku bangsa tersebut supaya mereka berlomba-lomba dalamn kebaikan. Keempat, dilarang menghina atau merendahkan orang lain baik individu maupun kelompok. Dilarang menghina menghina kepercayaan orang lain baik dari segi yang disembah ataupun yang menyembah.

Daftar Pustaka

Bayd}a>wi> (al), Na>s}ir al-Di>n Abu> Sa’i>d ‘Abd Alla>h. Tafsi>r al-Bayd}a>wi>. Beirut: Da>r al-Fikr. tt.

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: Pustaka Assalam. 2010.

Farma>wi (al), ‘Abd al-H{ayy. Al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u>’i>: Dira>sah Manhaji>yah Mawd}u>’i>yah. Kairo: al-H{adarah. 1977.

H{ija>zi>, Muh}ammad Mah}mu>d. Al-Tafsi>r a-Wa>d}ih}. Da>r al-Ji>l al-Jadi>dah. t.t.

Ibn Kathi>r, Abu> al-Fida>’ Isma’i>l bin ‘Umar. Tafsi>r al-Qur’a>n al-Az}i>m. Kairo: Da>r T{aybah. 1999.

Ibn Manz}ur, Lisa>n ‘Arab, Kairo: Da>r al-Ma’a>rif. 1119.

Kha>t}i>b, ‘Abd al-Kari>m. Al-Tafsi>r Qur’a>ni> li Qur’a>n. Kairo: Da>r Kutub al-‘Arabi>. t.t.

(12)

Ma>wardi> (al), Abu> H{asan ‘Ali bin Muh}ammad. Al-Nukat wa al-‘Uyu>n. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah. 2012.

---. Ada>b al-Dunya> wa al-Di>n. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 2013. Mara>ghi> (al), Ah}mad Mus}t}afa>. Tafsi>r al-Mara>ghi>. Mesir: Maktabah Mus}t}afa> al-Ba>bi>

al-H{abi>. t.t.

Maz}hari> (al), Muh}ammad Thana>’ Alla>h al-‘Uthma>ni>. Al-Tafsi>r al-Maz}hari>. Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Turath al-‘Arabi>. 2004.

Muhtar, Imam. Tuhan, Mukmin Muttaqinkah Aku. Jakarta: Gramedia. 2018. Oentoro, Jimmy. Indonesia Satu, Indonesia Beda, Indonesia Bisa. Jakarta:

Gramedia. 2010.

Ra>zi> (al), Fakhr Di>n Muh}ammad bin ‘Umar. Mafa>tih} Ghayb. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah. 2000.

Sharbini> (al), Muh}ammad bin Ah}mad. Tafsi>r al-Sira>j al-Muni>r. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah. t.t.

Tim Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa. 2008.

Tumanggor, Rusmian dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. 2010.

Copyright © 2019 Proceeding: The 1st Faqih Asy’ari Islamic Institute International Conference Faqih Asy’ari Islamic Institute Sumbersari Kediri, Indonesia “Moderasi Islam Aswaja untuk

Perdamaian Dunia” (Volume 1, 2019) ISBN (complete) 978-623-91749-3-4; ISBN (Volume 1):

978-623-91749-4-1

Copyright of Proceeding: The 1st Faqih Asy’ari Islamic Institute International Conference is the property of Faqih Asy’ari Islamic Institute (IAIFA) Kediri and its content may not be copied or emailed to multiple sites or posted to a listserv without the copyright holder's express written permission. However, users may print, download, or email articles for individual use.

Referensi

Dokumen terkait

Pengawasan yang dilaksanakan oleh Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia Provinsi Bali telah dapat meminimalisir terjadinya kecurangan dalam pelaksanaan pelayanan publik

Pada penelitian ini total flavonoid yang merupakan karakter fisiologi berkorelasi positif dengan karakter agronomi yaitu jumlah daun, panjang daun, lebar daun,

Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan metode analisis beban kerja kesehatan (ABK Kes) adalah suatu metode perhitungan kebutuhan sumber daya manusia

Berdasarkan hasil penelitian tentang pemberitaan hukuman mati (versi Kompas) / eksekusi mati (versi Republika) terpidana Kasus Bom Bali maka dapat ditarik beberapa

Jika setelah bulan ke-24 total saldo keseluruhan rekening HSBC Premier Mortgage Nasabah kurang dari Rp500.000.000 (lima ratus juta Rupiah) atau ekuivalen dalam

Ketika kita bersatu dengan Kristus, Roti Hidup yang dipecah-pecahkan bagi dunia ini, kitapun dipersatukan dalam kematian dan kebangkitan Kristus.. Dipersatukan

)emboran berarah adalah seni membelokkan lubang sumur untuk  kemudian diarahkan ke suatu sasaran tertentu di dalam formasi yang tidak terletak  vertikal di ba"ah mulut

Spesies Hylobatidae bertubuh kecil memiliki distribusi yang lebih luas (dari Cina hingga Jawa) dari siamang dan memungkin hidup dalam tempat yang sama (simpatrik)