• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PADA MATERI TEKNIK REPORTASE MATAKULIAH JURNALISTIK FASHION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PADA MATERI TEKNIK REPORTASE MATAKULIAH JURNALISTIK FASHION"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PADA MATERI TEKNIK REPORTASE MATAKULIAH JURNALISTIK FASHION

A. Latar Belakang Masalah

Mata kuliah Jurnalistik Fashion sebagai salah satu elemen pendukung tawaran matakuliah di Program Studi Teknik Busana mempunyai kedudukan yang cukup strategis. Melalui jurnalistik fashion mahasiswa dapat memahami teknik dasar membuat berita. Mulai dari persiapan topic yang relevan, pencarian data fakta yang dikumpulkan dari berbagai sumber, sampai proses editing telaah kalimat yang sesuai dengan jenis berita.

Teknik reportase merupakan salah satu teknik pencarian fakta berita di lapangan. Teknik reportase menuntut kemampuan seorang jurnalis dapat menggali sumber fakta berita yang diperoleh dari sumber informasi. Berbagai bentuk sumber informasi, seperti: aktivitas manusia, hewan, kejadian actual, ataupun berbagai sumber lainnya. Untuk dapat memberikan penjelasan yang lebih baik tentu kontribusi media pembelajaran yang relevan dengan penyampaian materi teknik reportase sangat diperlukan. Penggunakan media sebagai sarana penyampaian materi mempunyai manfaat yang banyak di dalam membantu ketercapaian proses belajar mengajar. Mengenai manfaat media pembelajaran, Azhar Arsyad (2007 h.27) memberikan penjelasan sebagai berikut:

1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.

4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karya wisata.

Idealnya seorang pengajar dalam mempergunakan media pembelajaran bervariasi sesuai dengan jenis dan fungsinya masing-masing. Audio Visual adalah jenis media yang mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap

(2)

lebih baik dan lebih menarik Wina Sanjaya (2010) . Video sebagai salah satu jenis media audio visual mempunyai keunggulan. American Hospital Association pada 1978 dalam Belawati (2003) mengungkapkan kelebihan media video antara lain:

1. Bermanfaat untuk menggambarkan gerakan, keterkaitan dan memberikan pengaruhterhadap topik yang dibahas.

2. Dapat diputar ulang.

3. Dapat dimasukkan teknik lain seperti animasi.

4. Dapat dikombinasikan antara gambar diam dan gambar bergerak. 5. Proyektor standar dapat ditemukan dimana-mana

Pada pembelajaran jurnalistik fashion pengampu sudah mengupayakan keberadaan media sebagai salah satu sarana untuk mempermudah penyampaian materi. Media yang tersedia dan digunakan berupa media modul. Melalui media modul mahasiswa dapat memahami secara teoretis dasar-dasar jurnalistik. Namun demikian, pada pembelajaran jurnalistik pada materi teknik reportase tidak saja membutuhkan media yang memahami teoritis namun juga membutuhkan pemahaman secara visual bagaimana mengilustrasikan situasi reportase yang sesungguhnya. Modul sebagai awal pemahaman teoari dasar tentu saja sangat membantu mahasiswa, tetapi pada pemahaman visualisasi teknik reportase belum dapat memberikan gambaran yang jelas. Realitas pembelajaran teoretis membuat mahasiswa kesulitan untuk menterjemahkan maksut dari materi teknik reportase yang disampaikan oleh pengampu. Maka melalui penelitian R and D akan diupayakan penyedian media video yang mampu membuat mahasiswa memahami materi teknik reportase secara lebih jelas perwujudannya.

B. Tujuan Penelitian dan Pengembangan

1. Mengembangkan media video pembelajaran matakuliah jurnalistik fashion pada materi teknik reportase.

2. Mengetahui kelayakan media video pembelajaran matakuliah jurnalistik fashion pada materi teknik reportase.

C. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang kembangkan dalam penelitian ini adalah sebuah video pembelajaran jurnalistik fashion yang di dalamnya berisikan aktivitas ataupun adegan jurnalis membuat reportase yang

(3)

memperhatikan teknik reportase, seperti: persiapan, peraturan, mendebat nara sumber, ungkapan kalimat dan penyesuaian diri.

D. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan

Keberadaan alat-alat olahraga yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani lebih kepada standar alat yang digunakan dalam kejuaraan dengan spesifikasi alat yang standar atlet sehingga menjadikan siswa kesulitan dalam menguasai materi pembelajaran. Untuk itu perlu adanya modifikasi alat sebagai salah satu solusi untuk menjadikan kegiatan pembelajaran lebih terarah pada tujuan. Menurut Lutan (1988), tujuan modifikasi dalam pembelajaran adalah siswa memperoleh kepuasan dalam mengi kuti pelajaran; meningkatkan kemung kinan keberhasilan dalam berparti sipasi; siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

Dalam pembelajaran tolak peluru, modifikasi peluru akan lebih memudahkan siswa dalam menguasi keterampilan dasar tolak peluru karena telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Disamping itu siswa juga akan lebih partisipatif dan tidak merasa bosan dengan adanya pengembangan ini. Dari pihak guru dengan adanya pengembangan ini lebih memudahkan guru dalam mengajarkan materi keterampilan dasar tolak peluru di kelas VII.

E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan

Media modul jurnalistik hanya dapat mejelaskan konsep dasar teoretis teknik reportase sedangkan melalui media video dapat menyajikan secara visual proses aktivitas teknik reportase sesuai dengan realitas sesungguhnya. Namun demikian mengingat kendala waktu pelaksanaan penelitian ini belum sampai pada uji efektivitas penggunakan media video.

F. Definisi Istilah

1. Pengembangan Media Video 2. Teknik Reportase

3. Jurnalistik Fashion

BAB II

(4)

Media pembelajaran adalah suatu cara, alat, atau proses, yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang berlangsung dalam proses pendidikan. Menurut pernyataan Ramiszowki yang dikutip oleh Neozonk (2007:11) mengungkapkan : “media at the carriers on messages, from some transmitting sorce which may be a human being orinanimate object, to the receiver of the message (which in our case is the learner)”. Penggunaan media dalam pembelajaran atau disebut juga pembelajaran bermedia dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaru-pengaruh psikologis terhadap siswa. Menurut Bretz yang dikutip oleh Sadiman (2006 : 2) mengidentifikasi ciri utama dari media pembelajaran menjadi tiga unsur pokok :

a) Suara (sound), dibedakan pula menjadi media siar (telecommunication) dan media rekam (recording).

b) Visual, dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis, dan symbol yang merupakan satu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap oleh indra penglihatan.

c) Gerak, menurut Gerlach dan El yang dikutip oleh Arsyad (2004:12). ciri media pembelajaran yang layak digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : a) Fiksatif (fixative property), media pembelajaran mempunyai kemampuan untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa/objek.

b) Manipulatif (manipulative property), kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.

c) Distributif (distributive property), memungkinkan berbagai objek ditrasnportasikan melalui suatu tampilan yang terintegritas dan secara bersamaan objek dapat menggambarkan kondisi yang sama pada siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan ciri-ciri media pembelajaran yang baik adalah media pembelajaran yang berupa alat bantu belajar yang dapat berupa suara, gambar, rekaman, film/video, garis, symbol yang mungkin ditransformasikan dalam bentuk objek yang berupa rangkuman kejadian yang

(5)

Adapun Anderson (1976) dalam Azhar Arsyad mengelompokkan media menjadi 10 golongan sbb :

No Golongan Media Contoh dalam Pembelajaran

I Audio Kaset audio, siaran radio, CD, telepon

II Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar III Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis

IV

Proyeksi visual

diam Overhead transparansi (OHT), Film bingkai (slide)

V

Proyeksi Audio

visual diam Film bingkai (slide) bersuara VI Visual gerak Film bisu

VII Audio Visual

Audio Visual gerak, film gerak bersuara, video/VCD, televisi

VIII Obyek fisik Benda nyata, model, specimen

IX

Manusia dan

lingkungan Guru, Pustakawan, Laboran

X Komputer

CAI (Pembelajaran berbantuan komputer), CBI (Pembelajaran berbasis komputer).

1. Lakukanlah persiapan sebelum melakukan wawancara.

Persiapan tersebut menyangkut outline wawancara, penguasaan materi wawancara, pengenalan mengenai sifat/karakter/kebiasaan orang yang hendak kita wawancarai, dan sebagainya.

2. Taatilah peraturan dan norma-norma yang berlaku.

Sopan santun, jenis pakaian yang dikenakan, pengenalan terhadap norma/etika setempat, adalah hal-hal yang juga perlu diperhatikan agar kita dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat pelaksanaan wawancara.

3. Jangan mendebat nara sumber.

Tugas seorang pewawancara adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya dari nara sumber, bukan berdiskusi. Jika Anda tidak setuju dengan pendapatnya, biarkan saja. Jangan didebat. Kalaupun harus didebat, sampaikan dengan nada bertanya, alias jangan terkesan membantah.

(6)

Contoh yang baik: “Tetapi apakah hal seperti itu tidak berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak?”

Contoh yang lebih baik lagi: “Tetapi menurut Tuan X, hal seperti itu kan berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri. Bagaimana pendapat Bapak?”

Contoh yang tidak baik: “Tetapi hal itu kan dapat berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak.”

4. Hindarilah menanyakan sesuatu yang bersifat umum

Biasakanlah menanyakan hal-hal yang khusus. Hal ini akan sangat membantu untuk memfokuskan jawaban nara sumber.

5. Ungkapkanlah pertanyaan dengan kalimat yang sesingkat mungkin dan to the point.

Selain untuk menghemat waktu, hal ini juga bertujuan agar nara sumber tidak kebingungan mencerna ucapan si pewawancara.

6. Hindari pengajuan dua pertanyaan dalam satu kali bertanya.

Hal ini dapat merugikan kita sendiri, karena nara sumber biasanya cenderung untuk menjawab hanya pertanyaan terakhir yang didengarnya.

7. Pewawancara hendaknya pintar menyesuaikan diri terhadap berbagai karakter nara sumber. Untuk nara sumber yang pendiam, pewawancara hendaknya dapat melontarkan ungkapan-ungkapan pemancing yang membuat si nara sumber “buka mulut”. Sedangkan untuk nara sumber yang doyan ngomong, pewawancara hendaknya bisa mengarahkan pembicaraan agar nara sumber hanya bicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan materi wawancara.

8. Pewawancara juga hendaknya bisa menjalin hubungan personal dengan nara sumber

Dengan cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebelum dan sesudah wawancara. Kedua belah pihak dapat ngobrol mengenai hal-hal yang bersifat pribadi, atau hal- hal lain yang berguna untuk mengakrabkan diri. Ini akan sangat membantu proses wawancara itu sendiri, dan juga untuk hubungan baik dengan nara sumber di waktu-waktu yang akan datang.

9. Memihak Narasumber

E. Penilitian Yang Relevan

(7)

Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendera

Azhar Arsyad (2007). Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Sanjaya, Wina (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Ahmad Rohani. H.M dan Abu Ahmadi. 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Alessi, S.M. & Trollip, S.R. 2001. Multimedia for learning: methods and development. 3nd ed. USA: Pearson Education.

Arif S Sadiman. 2003. Media Pendidikan. Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Azhar Arsyad. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Cheppy Riyana. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI UPI. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Dimyati, Mudjiono.2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Djemari Mardapi. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Jakarta: Mitra Cendekia Press.

Endang Mulyatiningsih. 2011. Riset Terapan Bidang Pendidikan & Teknik. Yogyakarta: UNY Press.

Hestri Sundarini. 2011. Modul Pengolahan Makanan Kontinental. SMK N 2 Godean.

Ibrahim R dan Nana Syaodih. 1993. Perencanaan Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mariana. 2011. Pembuatan Video Pembelajaran dalam Pengolahahan Kue Putu Mayang dari Tepung Beras Hitam untuk Mata Pelajaran Muatan Lokal

di Kelas XII SMK Negeri 2 Godean. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Teknik Boga, FT UNY Yogyakarta.

Marsum Wa. 1994. Restoran dan segala Permasalahannya. Yogyakarta: Andi offset.

Moh. Ayip S. 2003. Efektivitas Penggunaan Media Video Animasi dalam Proses Pembelajaran Fisika. Skripsi Upi Bandung. Tidak Diterbitkan.

(8)

Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2007. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Referensi

Dokumen terkait

Data kesemua dari masing partisipanmasing inventory, dilakukan kategorisasi dari skor yang diperoleh melalui standar mean kritikal, untuk mendapatkan dominansi dari

Assim, formar uma aliança com base em idéias de amizade tornou a Espanha vulnerável e fez com que seu povo pagasse com sangue os interesses e desígnios da superpotência, um erro

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa antara mahasiswa akuntansi yang belum memahami penyusunan laporan keuangan dan mahasiswa yang sudah memahami penyusunan laporan

Pendidikan matematika realistis (RME) (dalam Syahfitri A., dkk, 2017) merupakan sebuah pendekatan yang berasal dari masalah kontekstual, dalam hal ini mahasiswa

Foto lateral kiri dipilih karena dengan posisi ini jantung jadi terletak lebih dekat pada film, sehingga bayangan jantung tak sebesar jika dilakukan foto lateral kanan (bayangan

•Laki-laki warganegara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga asing kehilangan kewarganegaraan RI jika menurut hukum negara asal istrinya, kewarganegaraan suami

Berbagi amnion yang sama (atau amnion dan plasenta yang sama) dapat menyebabkan komplikasi dalam kehamilan. Bayi kembar dampit atau kembar Siam adalah bayi kembar identik

Penyelesaian masalah distribusi barang dua tahap dengan algoritma genetika digunakan representasi kromosom berupa permutasi dengan jumlah gen didapat dari mengalikan jumlah