Hukum dan Globalisasi
Hikmahanto Juwana
Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI
SH (UI), LL.M (Keio University, Jepang), PhD (University of Nottingham, Inggris)
Apa itu Globalisasi?
Multi makna dari globalisasi
Ciri-ciri globalisasi
– Borderless
– Kepentingan cross border – Dampak yang meluas
Kapan ada Globalisasi?
Perdagangan antar bangsa
Penyebaran peradaban dan hukum Eropa
Beberapa gelombang globalisasi
Globalisasi dewasa ini menyangkut segala
Globalisasi dan Hukum: Penggunaan Hukum oleh Negara Maju terhadap Negara Berkembang
Salah satu aspek globalisasi dan hukum
adalah bagaimana hukum dimanfaatkan
oeh negara maju terhadap negara
Fungsi Hukum
Hukum memiliki banyak fungsi
– Hukum sebagai alat kontrol (pengendali) sosial
– Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat
Bagaimana memanfaatkan hukum sebagai
alat politik?
Bagaimana Negara Maju memanfaatkan
Dalam lima tahun terakhir ini telah banyak
keluhan tentang rongrongan atas kedaulatan Republik Indonesia dalam proses legislasi
Rongrongan terjadi sebagai akibat keikutsertaan
Indonesia antara lain dalam berbagai perjanjian internasional maupun ketergantungan Indonesia kepada negara asing, lembaga keuangan
Apakah rongrongan terhadap kedaulatan Indonesia
dalam proses legislasi dapat dimaknai sebagai intervensi asing dalam urusan domestik?
Tidak-kah ini bertentangan dengan hukum internasional? Bila bukan intervensi, apakah ini merupakan cara baru
bagi Negara Maju untuk mengendalikan Negara Berkembang, seperti Indonesia?
Apakah tujuan pengendalian ini dalam rangka tujuan
mulia ataukah sekedar untuk mengamankan kepentingan Negara Maju?
Hukum sebagai Alat Pengganti
Kekuasaan Kolonial
Pasca proses dekolonisasi dua hal yang
menarik, (1) jumlah negara semakin
banyak (2) obyek yang diperebutkan
adalah Pasar, bukan lagi wilayah
Dikotomi masyarakat internasional:
Negara Maju dan Negara Berkembang
Negara Maju memiliki produsen yang
dominan sementara Negara Berkembang
memiliki konsumen
Negara Berkembang dalam hal tertentu
dianggap sebagai suatu ancaman oleh Negara Maju
Ancaman terpenting adalah kenyataan bahwa
Negara Berkembang setelah merdeka memiliki kedaulatan untuk membuat peraturan
perundang-undangan
Dalam perspektif Negara Maju, kedaulatan
dibidang legislasi ini sangat rawan, dan telah
terbukti, digunakan untuk membuat aturan yang kerap merugikan kepentingan Negara Maju.
Oleh karena itu, untuk dapat mencegah agar
peraturan perundang-undangan Negara
Berkembang tidak berdampak negatif terhadap Negara Maju maka Negara Maju merasa perlu untuk melakukan tindakan campur tangan atau intervensi
Namun, karena realita perkembangan situasi
hubungan internasional maka Negara Maju menghadapi permasalahan mendasar, yaitu mereka tidak dapat lagi melakukan intervensi seperti pada masa kolonialisme dan
Tantangan ini telah dijawab oleh Negara
Maju dengan memanfaatkan ‘hukum’ dan
berbagai ‘ketergantungan’ Negara
Berkembang sebagai pengganti dari
kekuasaan kolonial dan imperial di masa
lampau.
Hukum sebagai Instrumen Politik
hukum berfungsi sebagai instrumen politik
Sebagai instrumen politik, hukum
digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu
Termasuk hukum internasional digunakan
untuk melindungi kepentingan Negara
Maju
Dua cara yang paling sering dilakukan oleh
Negara Maju terhadap Negara Berkembang
Pertama adalah cara yang memanfaatkan
perjanjian internasional
Kedua adalah cara yang memanfaatkan
ketergantung dibidang tertentu untuk mendesak perubahan peraturan perundang-undangan
Intervensi melalui dua cara ini tidak bisa
dianggap sebagai suatu intervensi yang melanggar hukum internasional
Keikutsertaan suatu negara dalam perjanjian
internasional berarti negara tersebut dengan sengaja membebankan dirinya untuk
melaksanakan kewajiban-kewajiban yang termaktub dalam perjanjian internasional
Salah satu kewajiban tersebut adalah
men-transformasikan ketentuan yang ada dalam perjanjian internasional ke dalam hukum nasionalnya
Perubahan peraturan perundang-undangan yang
dilakukan karena adanya faktor ketergantungan juga tidak dianggap sebagai suatu pelanggaran hukum internasional
Perubahan atas peraturan perundang-undangan
pada dasarnya dilakukan secara sukarela oleh negara yang memiliki ketergantungan agar
dapat memperoleh apa yang diinginkan oleh Lembaga Keuangan Internasional, seperti
International Monetary Fund (IMF) atau Negara Asing
Hal yang sama juga berlaku bagi
perusahaan multinasional yang
mengancam akan keluar dari Indonesia
bila pemerintah tidak melakukan reformasi
peraturan perundang-undangan tertentu
Desakan semacam ini tidak dapat
dianggap sebagai suatu pelanggaran
hukum internasional
Pelanggaran terhadap hukum
internasional semakin tidak akan
dirasakan jika intervensi yang dilakukan
memang dikehendaki oleh komponen
dalam negeri Negara Berkembang itu
sendiri, baik sadar maupun tidak
Memahami Cara Kerja Hukum Internasional
sebagai Instrumen Politik
Ada sebuah isu tertentu, seperti tertutupnya
akses pasar dari Negara Berkembang, minimnya perlindungan yang didapat atas HKI pelaku
usaha Negara Maju, bahkan keamanan investasi
Selanjutnya Perjanjian internasional
dimanfaatkan
Perjanjian internasional dirancang oleh Negara
Maju yang memiliki kepentingan
Perjanjian internasional dibuat sedemikian rupa
sehingga kepentingan Negara Maju terbungkus dengan berbagai kalimat hukum yang canggih
Selanjutnya perjanjian internasional ini
didiskusikan dengan Negara Berkembang dalam suatu konperensi internasional
Diskusi yang dilakukan sebenarnya tidak akan
merubah secara signifikan draft yang dibuat
Disini keahlian bernegosiasi akan dilakukan oleh
wakil dari Negara Maju agar wakil dari Negara Berkembang mau menerima draft perjanjian internasional tanpa harus membuat perubahan yang signifikan
Berikutnya adalah proses sosialisasi dan
upaya-upaya yang menyebabkan Negara Berkembang turut dalam Perjanjian Internasional dimaksud
Ketika Negara Berkembang telah turut dalam
perjanjian internasional tersebut maka Negara Berkembang akan selalu diingatkan untuk
mengubah atau mengamandemen ketentuan hukum nasionalnya
Dalam konteks tersebut sebenarnya yang
terjadi adalah Negara Maju telah
melakukan intervensi terhadap hukum
nasional Negara Berkembang melalui
Secara kritis memang dapat dipertanyakan
tujuan dari amandemen terhadap suatu
peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh pemerintah
Apakah amandemen terhadap peraturan
perundang-undangan ditujukan untuk merespon kebutuhan masyarakat Indonesia ataukah
karena merupakan kewajiban yang diamanatkan dalam perjanjian internasional?
Selanjutnya akan diulas bagaimana
‘ketergantungan’ dapat dijadikan alat
untuk mengintervensi kedaulatan dalam
proses legislasi suatu negara
Negara Maju telah lama melihat adanya
ketergantungan ekonomi dari Negara
Berkembang
semakin Negara Berkembang bergantung
secara ekonomi pada Negara Maju atau
lembaga keuangan internasional yang
Negara Maju kendalikan maka semakin
rentan Negara Berkembang tersebut
Ketergantungan ekonomi sebagai alat pemaksa
dapat berbentuk insentif maupun sanksi
Insentif antara lain berupa hibah dan kuota
tekstil yang diberikan kepada Negara
Berkembang agar negara tersebut memiliki ketergantungan
Ketergantungan inilah yang kemudian
dimanfaatkan untuk melakukan intervesi atas kedaulatan dibidang legislasi
Sementara sanksi yang dikenakan kepada
Negara Berkembang yang tidak mengikuti
kehendak Negara Maju dapat berupa
penundaan kucuran pinjaman, pencabutan
kuota tekstil bahkan dimasukkan dalam
Mengamati apa yang telah diuraikan diatas,
pertanyaan mendasar bagi Indonesia adalah bagaimana kita harus menyikapi rongrongan
terhadap kedaulatan dalam proses legislasi yang sedang terjadi?
Satu hal yang pasti, apa yang telah diuraikan
sama sekali tidak dimaksudkan untuk
mendorong agar Indonesia bersikap anti
terhadap Negara Maju, anti terhadap IMF, anti terhadap utang luar negeri dan berbagai anti lainnya.
Sikap berbagai ‘anti’ tidak akan
mengeluarkan Indonesia dari masalah,
justru akan menimbulkan masalah baru
yang tidak diharapkan.
Apa yang diuraikan juga tidak
menganjurkan agar Indonesia menarik diri
dalam gelombang globalisasi. Globalisasi
adalah suatu realita yang harus dihadapi,
bukan untuk ditakuti.
Apa yang diuraikan adalah dalam rangka
menyadarkan pada kita semua bahwa
hukum dapat digunakan sebagai alat
politik, antara lain sebagai alat intervensi
bagi Negara Maju terhadap Indonesia
Untuk menghadapi intervensi yang
menggunakan hukum tidak bisa lain selain
menghadapinya pula dengan
memanfaatkan hukum