• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN TEKS DISKUSI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 SINGARAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN TEKS DISKUSI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 SINGARAJA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA

PEMBELAJARAN TEKS DISKUSI SISWA KELAS VIII

DI SMP NEGERI 4 SINGARAJA

Siti Lutfiyah, Gede Gunatama, I Made Astika

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail :

evi.lutfiyah.id@gmail.com

,

detama.fbs21@yahoo.com

,

tulanggadang@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran teks diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Singaraja, (2) hambatan-hambatan implementasi pendekatan saintifik pada teks diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Singaraja. Subjek penelitian ini adalah guru yang mengajar kelas VIII SMP Negeri 4 Singaraja. Objek penelitian ini adalah implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran teks diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Singaraja, hambatan-hambatan implementasi pendekatan saintifik pada teks diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Singaraja. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran teks diskusi melalui beberapa tahap yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan data, mencoba dan mengomunikasikan, dari kelima tahapan pendekatan saintifik tersebut tahapan mengumpulkan informasi dan mengolah informasi/mengasosiasikan tidak maksimal diterapkan oleh guru. (2) hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik tahap mengumpulkan informasi yakni kurangnya fasilitas yang memadai bagi siswa membuat siswa hanya mengandalkan fasilitas yang ada. Siswa hanya dapat mengandalkan pengetahuan mereka melalui buku paket siswa yang sudah disediakan. Hambatan tahap mengolah informasi juga dialami guru saat guru telah menjelaskan kepada siswa tentang tugas yang akan mereka kerjakan, masih banyak siswa yang bertanya dan hal tersebut membuat guru berulang kali menjelaskan. Kurangnya informasi dan sosialisasi tentang pendekatan saintifik, rendahnya keterampilan guru mengelola pembelajaran teks diskusi dengan penerapan pendekatan saintifik. Karakteristik dan kemampuan siswa yang berbeda sehingga, menyulitkan guru dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik.

Kata kunci : pendekatan saintifik, kurikulum 2013, pembelajaran teks diskusi

Abstract

This research aims to describe (1) implementation of the scientific approach to the study of the text of the discussion grade VIII SMP Negeri 4 Singaraja, (2) barriers implementation of scientific approach on the text of the discussion grade VIII SMP Negeri 4 Singaraja. The subject of this research is the teacher who teaches the class VIII SMP

▸ Baca selengkapnya: lkpd bahasa indonesia kelas 9 teks diskusi

(2)

2 Negeri 4 Singaraja. The object of this research is a scientific approach to the study of the implementation of the text of the discussion grade VIII SMP Negeri Singaraja, 4 barriers implementation of scientific approach on the text of the discussion grade VIII SMP Negeri 4 Singaraja. Data collection methods used in this research is a method of observation, and interviews. The data were analyzed using descriptive qualitative techniques.

The results of this research indicate (1) the implementation of a scientific approach to the study of the text of the discussion through several stages, namely to observe, ask yourself, collect data, try and communicating, from the fifth stage of the stages of a scientific approach to information gathering and processing information/associate not optimally applied by teachers. (2) obstacles faced by teachers in implementing the scientific approach to information gathering stage of the lack of adequate facilities for the students to make students only rely on existing facilities. Students can only rely on their knowledge through the books that you have prepared students Pack. The resistance stage of processing the information also experienced teacher when the teacher has explained to the students about the task they are working on, there are still many students asked and this makes the teacher repeatedly explained. Lack of information and the dissemination of scientific approach, low skill teachers manage learning text discussion with the application of the scientific approach. The characteristics and capabilities of the different students so that, difficult teachers in implementing the scientific approach.

Keywords: Curriculum, scientific approach to 2013 text learning discussion PENDAHULUAN

Adanya kurikulum sangat penting dalam lingkungan pendidikan, maka sudah tidak asing lagi jika pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan kurikulum. Hidayat (2013: 1) mengemukakan, kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi dan implikasi dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial, budaya, ekonomi, dan perkembangan iptek. Selain pendapat dari hidayat tersebut, perubahan kurikulum yang dilakukan tentu memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas dari pelaksanaan kurikulum sebelumnya. Mulai tahun ajaran 2013/2014 Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia memberlakukan kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian atau tujuan pendidikan.

Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap, keterampilan dan

pengetahuan. Perubahan yang terjadi pada kurikulum 2013 yaitu dengan menekankan aspek kognitif, afektik dan psikomotor melalui penilaian berbasis teks dan portofolio yang saling melengkapi. Kurikulum 2013 mengarahkan pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student center) bukan lagi berpusat kepada guru. Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran siswa diberitahu menjadi mencari tahu bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh guru (Masnur, 2008). Implementasi kurikulum 2013 tersebut memiliki 4 komponen penting di dalamnya yaitu pendekatan saintifik, pendidikan karakter, berbasis teks dan multi method. Salah satu karakteristik dari kurikulum 2013 adalah pendekatan saintifik.

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan

▸ Baca selengkapnya: tujuan pembelajaran teks diskusi kelas 9

(3)

3 hipotesis, mengumpulkan data

dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik simpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi.

Pendekatan saintifik diatur dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan keadaan dan bentuk pembelajaran yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. Pendekatan saintifk ini guru berusaha membelajarkan siswa untuk mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji jawaban sementara atas suatu masalah/pertanyaan, dengan melakukan penyelidikan (menemukan fakta-fakta), dan pada akhirnya dapat menarik simpulan dan menyajikannya secara lisan maupun tulisan.

Menurut Hidayat (2014), melalui pendekatan saintifik/ilmiah, selain dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya. Kegiatan ini diyakini dapat mendorong siswa untuk melakukan

penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan hanya diajak untuk beropini dalam melihat suatu fenomena. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah, termasuk di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), semua mata pelajaran menggunakan pendekatan ilmiah atau saintifik termasuk pelajaran bahasa Indonesia.

Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan pendekatan saintifik bertujuan meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan intelek berpikir tingkat tinggi siswa. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar diperlukan kompetensi yang dimiliki oleh guru dan siswa. Siswa dituntut untuk mampu memecahkan masalah dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi, sedangkan guru dituntut memiliki kemampuan untuk

menerapkan dan

mengaktualisasikan Kurikulum 2013 (Bintari, dkk, 2013: 4).

Mata pelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan berbasis teks. Pendekatan ini bertujuan agar siswa mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Teks harus dipandang sebagai satuan bahasa yang bermakna secara kontekstual. Menurut Kemendikbud 2013 prinsip pembelajaran bahasa berbasis teks sebagai berikut. (1) bahasa dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa

(4)

4 bersifat fungsional, yaitu

penggunaan bahasa yang tidak dapat dilepaskan dari konteks karena dalam bentuk bahasa yang digunakan itu tercermin ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia.

Teks dalam Kurikulum 2013 dapat dibedakan antara teks sastra dan teks nonsastra dan berupa teks lisan maupun tulisan. Pada jenjang SMP/MTs terdapat 14 teks yang meliputi 3 teks sastra dan 11 teks nonsastra, yaitu (1) teks hasil observasi, (2) teks tanggapan deskriptif, (3) teks eksposisi, (4) teks eksplanasi, (5) teks cerita pendek, (6) teks cerita moral, (7) teks ulasan, (8) teks diskusi, (9) teks cerita prosedur, (10) teks cerita biografi, (11) teks eksemplum, (12) teks tanggapan kritis, (13) teks tantangan, (14) teks rekaman percobaan (Permendikbud No. 68 Tahun 2013).

Salah satu teks nonsastra yang diajarkan di kelas VIII yakni teks diskusi. Pembelajaran teks diskusi dengan menggunakan pendekatan saintifik ini sangat sesuai diterapkan karena dalam berdiskusi siswa lebih aktif untuk mengemukakan pendapatnya sendiri tentang permasalahan yang sedang didiskusikan. Siswa juga dituntut untuk mencari tahu mengenai alasan-alasan, pendapat yang dikemukakan baik menerima pandangan dari suatu hal yang terjadi ataupun menentangnya. Masing-masing pendapat tersebut harus diungkapkan dengan bukti-bukti yang kuat, jadi siswa diminta untuk mencari tahu tentang kenyataan yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan langkah-langkah pendekatan saintifik yakni, melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen dan

mengomunikasikan. Melalui kegiatan langkah-langkah pendekatan saintifik tersebut siswa dapat melatih dirinya untuk menemukan sendiri pemasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran.

Pada observasi awal yang peneliti lakukan di kelas VIII SMP Negeri 4 Singaraja, ditemukan bahwa siswa masih kesulitan dalam memahami dan menyusun teks diskusi. Padahal guru menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran teks diskusi. Kenyataan di lapangan telah diamati melalui observasi awal yang peneliti lakukan pada tanggal 03 November 2015, terlihat guru melakukan langkah-langkah pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan/menalar, dan juga mengomunikasikan. Melihat hasil observasi awal, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran teks diskusi.

Permasalahan tersebut memicu peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Implementasi Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Teks Diskusi Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 4 Singaraja. Penelitian sejenis yang menyangkut pendekatan saintifik sudah pernah dilakukan. Penelitian tersebut berjudul “Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Fisika: Upaya Pengembangan Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa (Studi Kasus Di SMA Negeri 1 Singaraja).” oleh I Putu Widiarta, dkk. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan

pengembangan kreatif dan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran Fisika.

Penelitian sejenis juga pernah dilakukan, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Gede Riwan Putri Bintari, dkk. pada tahun 2014. Penelitian

(5)

5 tersebut berjudul “Pembelajaran

Bahasa Indonesia Berdasarkan Pendekatan Saintifik (Problem Based Learning) sesuai Kurikulum 2013 di Kelas VII SMP Negeri 2 Amlapura”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan guru tidak sepenuhnya melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah dirancang, langkah-langkah pendekatan saintifik tidak terlaksana secara keseluruhan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Gede Riwan Putri Bintari, dkk. memfokuskan kepada langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan berdasarkan pendekatan saintifik di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Gede Riwan Putri Bintari, dkk. mengamati guru di SMP Negeri 2 Amlapura sedangkan peneliti mengamati guru yang mengajar di SMP Negeri 4 Singaraja. Objek penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Gede Riwan Putri Bintari, dkk. juga berbeda dengan objek yang penulis teliti. Ni Luh Gede Riwan Putri Bintari, dkk. objek penelitiannya adalah Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Pendekatan Saintifik (Problem Based Learning), sedangkan objek penelitian dalam penelitian ini yakni “Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Teks Diskusi.”

Berdasarkan hal tersebut, sudah jelas terlihat perbedaan antara penelitian sejenis dan penelitian yang akan peneliti lakukan. Oleh karena itu, penelitian dengan judul “Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Teks Diskusi Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 4 Singaraja” menarik dan belum pernah dilakukan. Atas pertimbangan tersebut, penelitian ini penting untuk dilakukan. Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah tersebut, maka

dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimanakah implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran teks diskusi siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Singaraja?

2. Apa sajakah hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dalam mengimplementasikan

pendekatan saintifik pada pembelajaran teks diskusi siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Singaraja?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini memaparkan pembelajaran teks diskusi yang diterapkan guru pada siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Singaraja. Hal itu bertujuan mendeskripsikan implementasi dalam pembelajaran teks diskusi yang diterapkan guru, dan juga peneliti menggambarkan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan pembelajaran teks diskusi yang ada berdasarkan kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, penelitian ini tergolong ke dalam penelitian deskriptif kualitatif.

Dikatakan deskriptif karena peneliti hanya memaparkan hasil berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan tanpa memberikan perlakuan apapun. Hal ini seperti yang diungkapkan Suryabrata (2010: 75), “penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat pemaparan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu ”. Jadi, dalam penelitian ini hanya memaparkan kejadian yang ada di lapangan sebagai hasil penelitian. Subjek dari penelitian ini adalah guru bidang studi bahasa Indonesia yang mengajar di SMP Negeri 4 Singaraja yaitu Dewa Nyoman Tantra, S.Pd. Penentuan subjek ini didasarkan

(6)

6 atas ciri atau karakteristik yang

melekat pada subjek penelitian. Objek penelitian merupakan hal yang ingin dipahami secara lebih mendalam apa yang terjadi di dalamnya (Sugiyono, 2007: 298). Sejalan dengan hal tersebut objek penelitian dalam penelitian ini yakni implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran teks diskusi kelas VIII di SMP N 4 Singaraja, dan hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran teks diskusi kelas VIII di SMP N 4 Singaraja.

Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk memperoleh data mengenai implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran teks diskusi. Dalam penelitian ini, metode observasi yang digunakan adalah nonpartisipan. Dengan metode ini peneliti berada di dalam kelas untuk mengadakan pengamatan, dan pencatatan secara langsung mengenai implementasi pembelajaran menulis teks diskusi yang diterapkan guru pada siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Singaraja. Akan tetapi, peneliti tidak terlibat langsung dalam aktivitas yang dilakukan oleh subjek penelitian. Observasi dilakukan dengan bantuan instrumen observasi berupa pedoman observasi yang berisi sebuah daftar jenis kegaiatan yang mungkin timbul dan diamati. Pedoman observasi dapat juga berupa catatan lapangan untuk mencatat temuan-temuan yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur, dimana dalam pelaksanaannya lebih luas bila digunakan dengan wawancara terstruktur. Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi atau data yang akurat

mengenai pelaksanaan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan pendekatan saintifik dan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik pada pembelajaran teks diskusi siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Singaraja. Serta dapat mendukung perolehan data dari metode pengumpulan data observasi sehingga lebih lengkap dan objektif. Instrumen penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diinginkan. Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data (Sukardi, 2007: 168). Kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang terkumpul. Instrumen penelitian yang digunakan penelitian ini adalah kamera untuk mengambil gambar proses pembelajaran teks diskusi, pedoman wawancara, dan pedoman observasi.

Setelah data terkumpul, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis data. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat simpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2007: 335). Dalam penelitian ini, data yang dianalisis adalah data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara, yang berupa catatan lapangan dan rekaman. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara mendeskripsikan data yang

(7)

7 diperoleh di lapangan melalui

penjelasan. Teknik deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan pelaksanaan pembelajaran teks diskusi dengan menggunakan pendekatan saintifik.

Identifikasi data penelitian dilakukan sebelum peneliti mengklasifikasi bagian-bagian dari penelitian dan selanjutnya menganalisisnya. Identifikasi penelitian mengacu pada permasalahan yang akan dikaji. Dalam hal ini peneliti mengidentifikasi data apakah sesuai tidaknya dengan permasalahan yang akan dikaji yaitu mengidentifikasi kegiatan pembelajaran dalam implementasi pendekatan saintifik. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan,

pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan (Miles dan Huberman (1992:16)). Langkah-langkah yang dilakukan adalah menajamkan analisis sehubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh guru mulai dari perencanaan kegiatan pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti serta kegiatan penutup, menggolongkan atau mengategorikan ke dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang direduksi antara lain berkaitan dengan pengimplementasian pendekatan saintifik pada pembelajaran teks diskusi siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Singaraja.

Setelah diklasifikasi, data disajikan secara sistematis sesuai dengan urutan rumusan masalah yang diangkat. Pada tahap ini, data yang didapat berhubungan dengan teori-teori yang relevan karena akan menjawab permasalahan yang ingin

dipecahkan. Urutan masalah yang pertama adalah implementasi pendekatan saintifik. Jadi tahap ini akan disajikan lebih awal setelah itu, disajikan permasalahan yang kedua mengenai hambatan yang dihadapi pada saat mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam pembelajaran khususnya pembelajaran teks diskusi.

Tahap terakhir merupakan tahap penarikan simpulan dari semua data yang telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penyimpulan yang dilakukan harus dapat menjawab masalah yang diangkat dalam penelitian. Pada tahap ini, diperoleh deskripsi mengenai penerapan pendekatan saintifk dalam pembelajaran teks diskusi dan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran teks diskusi siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Singaraja.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sesuai dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, ada beberapa temuan yang diperoleh dalam penelitian ini. Temuan-temuan itu antara lain adalah sebagai berikut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan tersebut, disusunlah pembahasan tentang (a) implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran teks diskusi, (b) hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik pada pembelajaran teks diskusi siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Singaraja.

Implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran teks diskusi siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Singaraja, dapat dinyatakan bahwa penerapannya kurang maksimal dalam pembelajaran. Dari kelima tahapan pendekatan saintifik hanya tiga diantaranya yang telah diterapkan

(8)

8 dengan baik di kelas. Hal tersebut

membuktikan bahwa guru masih kurang dalam menerapkan langkah-langkah pendekatan saintifk pada saat pembelajaran berlangsung. Langkah-langkah pendekatan saintifik yang diterapkan dengan baik dalam pembelajaran teks diskusi yaitu, kegiatan mengamati, kegiatan menanya, dan yang

terakhir kegiatan

mengomunikasikan, sedangkan kegiatan mengumpulkan informasi dan mengasosiasikan/mengolah informasi masih sangat kurang penerapannya dalam pembelajaran teks diskusi. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik harus diterapkan dengan baik dalam setiap pembelajaran karena pembelajaran pendekatan saintifik lebih mementingkan proses dari pada hasil. Pembelajaran pendekatan saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai akhir pembelajaran, namun proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses (Kemendikbud, 2013).

Pada proses pembelajaran tahap mengamati sudah sangat baik dilakukan guru. Kegiatan mengamati dilakukan guru dengan cara mengamati objek-objek yang terkait dalam pembelajaran teks diskusi. Guru memulai kegiatan mengamati dengan memberikan penjelasan yang dimaksud dengan teks diskusi, dan memberikan penjelasan mengenai struktur teks diskusi serta unsur kebahasaan teks diskusi. Guru kemudian melanjutkan kegiatan mengamati dengan meminta siswa mengamati objek berupa contoh teks diskusi yang sudah tersedia dalam buku teks siswa. Ini sesuai dengan pernyataan (Priyatni, 2014) pembelajaran bahasa Indonesia, tahap mengamati dilakukan dengan mengamati teks

(berbentuk lisan atau tulis). Pada pembelajaran pertemuan kedua juga telah dilakukan dengan baik guru meminta siswa mengamati objek berupa teks diskusi yang dibawa guru. Guru tidak hanya memilih objek yang akan diamati dari buku paket siswa namun, guru memilih objek dari sumber lain berupa salah satu contoh teks diskusi yang bersumber dari internet.

Pada kegiatan mengamati guru tidak menghadapi hambatan yang berarti guru memberikan kesempatan pada seluruh siswa untuk melakukan kegiatan mendengar, melihat, membaca dan melatih siswa untuk memperhatikan sesuatu yang penting dari suatu objek. Hal ini sesuai dengan Permendikbud 81a Tahun 2013 dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan menyimak, mendengar dan membaca. Pembelajaran tahap mengamati dalam pendekatan saintifik ini guru mengalami masalah ketika harus bisa membuat siswa tetap fokus dalam pembelajaran dengan membuat suasana belajar yang menyenangkan.

Pembelajaran tahap menanya, walaupun kegiatan menanya telah dilakukan, dan terlihat siswa aktif dan kritis dalam menerima materi pelajaran. Namun, hanya beberapa siswa saja aktif dalam bertanya dan menannggapi pertanyaan. Padahal guru sudah memberikan permasalahan yang memancing siswa untuk bertanya. Siswa yang aktif tentunya akan bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahuinya. Pada kegiatan menanya guru mengalami kesulitan karena guru kurang mampu membuat pertanyaan-pertanyaan menarik untuk siswa. Guru juga memaparkan sangat sulit membuat siswa aktif bertanya. Kegiatan tanya

(9)

9 jawab dapat membuka wawasan

dari siswa seperti halnya yang dikemukakan oleh (Sudirman, 1987: 119) menyatakan bahwa tanya jawab ini dapat dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut (dalam rangka belajar) kepada berbagai sumber belajar.

Kegiatan selanjutnya siswa diminta untuk melakukan kegiatan mencoba atau mengumpulkan informasi dari berbagai sumber namun, hal ini tidak dilakukan oleh guru. Guru hanya meminta siswa mengambil informasi atau mencari

jawaban permasalahan

pembelajaran dari buku paket siswa. Kegiatan mencoba atau mengumpulkan informasi jika dilakukan dengan baik maka akan memperkuat pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari. Ini sesuai dengan pernyataan bahwa kegiatan mencoba ini akan memperkuat pemahaman peserta didik terhadap konsep yang dipelajari (Priyatni, 2014).

Suatu percobaan/ mencoba, tentunya harus berdasarkan materi pelajaran yang dipelajari. Dari sana terlihat bagaimana siswa berada dan bekerja sama di dalam suatu kelompok, tentunya banyak penilaian sikap yang tercermin dari diskusi kelompok yang dilakukan. Dengan adanya kegiatan percobaan tersebut, akan membuat siswa menjadi kreatif dalam mengembangkan ide yang dimilikinya. Pengembangan kreativitas siswa sangat penting karena dengan kreativitas, siswa mampu berinovasi. Sejalan dengan pendapat (Mulyoto, 2013: 103) bahwa kurikulum 2013 memasukkan kreativitas sebagai andalan. Kreativitas inilah modal dasar untuk melahirkan anak-anak yang inovatif, mampu mencari alternatif-alternatif

dari persoalan atau tantangan di masa depan yang makin rumit.

Mengumpulkan informasi berarti siswa harus mencari dan mengumpulkan informasi tentang materi yang dipelajari, siswa tidak menunggu apa yang akan disampaikan guru. Akan tetapi, pada kegiatan ini guru mengalami kesulitan karena siswa memiliki sumber belajar yang kurang memadai, semua siswa sudah memiliki media berupa buku paket siswa namun tidak memiliki media pembelajaran lain seperti internet. Guru hanya menggunakan internet untuk mencari contoh lain dari teks diskusi. Dalam perkembangan pembelajaran yang semakin maju harusnya siswa difasilitasi dengan media lain selain buku paket. Berdasarkan Kemendikbud 2013 pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran, karena internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah.

Setelah mereka melakukan percobaan, mereka juga diminta untuk mengasosiasikan berdasarkan masalah yang telah mereka pecahkan dan selesaikan di dalam masing-masing kelompok tersebut. Kegiatan ini juga kurang maksimal diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran. Siswa kurang mampu berpikir kritis padahal kegiatan ini menuntut siswa untuk berpikir kritis sesuai dengan pernyataan bahwa siswa dituntut untuk mampu memecahkan masalah dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi, sedangkan guru dituntut memiliki kemampuan untuk menerapkan dan mengaktualisasikan Kurikulum 2013 (Riwan, dkk, 2013: 4)

Siswa melakukan kegiatan mengolah informasi hanya dengan melakukan diskusi kelompok bertukar pikiran dan mencari jawaban hanya berdasarkan satu

(10)

10 sumber pembelajaran yakni buku

paket siswa. Kegiatan mengasosiasikan tidak dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang ada dari berbagai sumber, kemudian mencoba menyajikannya berupa hasil analisis kelompok. Namun, kegiatan mengasosiasikan dalam pembelajaran teks diskusi dilakukan dengan memecahkan permasalahan berbadasarkan hasil analisis temuan masing-masing anggota kelompok sesuai dengan yang ada dalam buku paket siswa.

Kegiatan menalar atau mengasosiasikan dalam pembelajaran teks diskusi guru menemui hambatan yaitu siswa masih perlu bimbingan dari guru. Siswa tidak serta merta mengerjakan sendiri sesuai informasi yang diberikan sebelumnya oleh guru namun, siswa masih perlu bertanya berulang-ulang mengenai tugas yang diberikan. Pada kegiatan ini, seharusnya proses pembelajaran berpusat pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator. Sebagaimana pendapat (Sanjaya, 2007: 21) sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.

Pada kegiatan

mengomunikasikan siswa juga diminta untuk menyajikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas dengan melakukan presentasi. Ketika salah satu kelompok menyajikan hasil diskusinya, kelompok yang lain memberikan komentar atau menanggapi hasil penyajian tersebut. Namun hanya sedikit siswa yang aktif memberikan komentar atau mengajukan pertanyaan terhadap penyajian kelompok lain yang sedang presentasi di depan kelas. Padahal hal tersebut dapat melatih keterampilan berbicara siswa dalam mengemukakan pendapatnya dan

siswa dituntut untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran. Kurikulum 2013 mengarahkan pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student center) bukan lagi berpusat kepada guru. Walaupun demikian terlihat siswa saling menghargai dan menghormati berbagai perbedaan pendapat dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan yang dikemukan oleh (Kemendikbud, 2013: 41) bahwa dalam situasi penyajian tersebut, siswa dapat berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam itu, akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan siswa menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama.

Hambatan-hambatan

implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran teks diskusi di SMP Negeri 4 Singaraja terdapat beberapa faktor penghambat didalamnya. Meskipun guru memahami tentang pendekatan saintifik, namun guru masih kesulitan dalam menerapkannya dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik ini siswa dituntut secara mandiri menemukan sendiri permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sesuai dengan langkah pembelajaran pendekatan saintifik dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut yang masih sulit diterapkan guru membuat siswa dari diberi tahu menjadi mencari tahu. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa perubahan paradigma dalam proses pembelajaran siswa diberitahu menjadi mencari tahu bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh guru (Masnur, 2008).

(11)

11 SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian ditemukan implementasi pendekatan saintifik pada pembelajaran teks diskusi yang dilakukan oleh guru bidang studi bahasa Indonesia di kelas VIII SMP Negeri 4 Singaraja pada saat pembelajaran teks diskusi hanya ada 3 tahapan yang sudah dilakukan dengan baik sedangkan 2 tahapan lagi tidak dilakukan dengan maksimal. Peneliti memperoleh simpulan dalam penelitian ini berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan pada BAB IV. Simpulan tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Kegiatan mengamati dilakukan guru dengan cara mengamati objek-objek yang terkait dalam pembelajaran teks diskusi. Guru memulai kegiatan mengamati dengan memberikan penjelasan yang dimaksud dengan teks diskusi, dan memberikan penjelasan mengenai struktur teks diskusi serta unsur kebahasaan teks diskusi. Guru kemudian melanjutkan kegiatan mengamati dengan meminta siswa mengamati objek berupa contoh teks diskusi yang sudah tersedia dalam buku teks siswa.

Pembelajaran tahap menanya, walaupun kegiatan menanya telah dilakukan, dan terlihat siswa aktif dan kritis dalam menerima materi pelajaran. Namun, hanya beberapa siswa saja aktif dalam bertanya dan menannggapi pertanyaan. Padahal guru sudah memberikan permasalahan yang memancing siswa untuk bertanya. Siswa yang aktif tentunya akan bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahuinya. Pada kegiatan menanya guru mengalami kesulitan karena guru kurang mampu membuat pertanyaan-pertanyaan menarik untuk siswa.

Kegiatan mencoba atau mengumpulkan informasi dari

berbagai sumber, hal ini tidak dilakukan oleh guru. Guru hanya meminta siswa mengambil informasi atau mencari jawaban permasalahan pembelajaran dari buku paket siswa. Kegiatan mencoba atau mengumpulkan informasi jika dilakukan dengan baik maka akan memperkuat pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari.

Siswa melakukan kegiatan hanya dengan melakukan diskusi kelompok bertukar pikiran dan mencari jawaban hanya berdasarkan satu sumber pembelajaran yakni buku paket siswa. Kegiatan mengasosiasikan/mengumpulkan informasi tidak dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang ada dari berbagai sumber, kemudian mencoba menyajikannya berupa hasil analisis kelompok. Namun, kegiatan mengasosiasikan dalam pembelajaran teks diskusi dilakukan dengan memecahkan permasalahan berbadasarkan hasil analisis temuan masing-masing anggota kelompok sesuai dengan yang ada dalam buku paket siswa.

Pada kegiatan

mengomunikasikan siswa juga diminta untuk menyajikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas dengan melakukan presentasi. Ketika salah satu kelompok menyajikan hasil diskusinya, kelompok yang lain memberikan komentar atau menanggapi hasil penyajian tersebut. Namun hanya sedikit siswa yang aktif memberikan komentar atau mengajukan pertanyaan terhadap penyajian kelompok lain yang sedang melakukan presentasi di depan kelas.

Berdasarkan simpulan tersebut, saran yang dapat disampaikan kepada guru bahasa Indonesia dan sekolah sebagai berikut.

1) Guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 4 Singaraja dalam

(12)

12 mengimplementasi

pendekatan saintifik hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya. Guru harus bisa mempersiapkan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari dalam kelas.

2) Guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 4 Singaraja hendaknya selalu memberikan latihan, bimbingan dan arahan mengenai penerapan langkah langkah pendekatan saintifik saat pelajaran berlangsung agar pengimplementasian pendekatan saintifik dapat dipahami dan dapat diapliksikan siswa dalam setiap pembelajaran.

3) Bagi guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 4 Singaraja, semoga penelitian ini menjadi bahan refleksi bagi guru untuk

memperbaiki dalam

menerapkan pendekatan saintifik agar lebih maksimal. 4) Bagi sekolah, hendaknya lebih

sering mengadakan workshop yang berkaitan dengan pelatihan cara dan kiat-kiat mengimplementasikan

pendekatan siantifik di sekolah dengan dihadiri seluruh guru yang mengajar di SMP Negeri 4 Singaraja.

DAFTAR PUSTAKA

Bintari, Gede Riwan Putri, dkk. 2014.

Pembelajaran Bahasa

Indonesia Berdasarkan

Pendekatan Saintifik (Problem

Based Learning) Sesuai

Kurikulum 2013 Di Kelas VII SMP Negeri 2 Amlapura.Vol 3. hal 1--4.

Hidayat, Arifudin. 2014. “Penerapan Pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Peningkatan Prestasi Belajar

Kelas IB Sd N 1 Bantul”.

Tersedia pada

http://digilib.uinsuka.ac.id.pdf (diunduh pada tanggal 12 Juni 2015). Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru.Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung. Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013.Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan. Masnur, Muslich. 2008. Dasar-dasar

Pemahaman Pembelajaran

Berbasis Kompetensi.Jakarta: Bumi Aksara.

Pemerintah Republik Indonesia.

2013. Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain

Pembelajaran Bahasa

Indonesia dalam Kurikulum 2013.Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan

R&D.Bandung: Alfabeta. Sukardi. 2008. Metodologi penelitian

pendidikan, Kompotensi dan

praktiknya.Jakarta: Bumi

Aksara.

Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodelogi Penelitian.Jakarta: PT. Raja Grafindo. Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Masing-masing fraksi dimonitor komponen kimianya dengan KLT menggunakan fase diam silikagel GF 254 dan fase gerak n -heksana : etilasetat (7:3).. Fraksi yang memiliki profil

ditugaskan membantu dosen dalam kegiatan praktikum, persyaratan asisten adalah lulus mata kuliah yang bersangkutan dengan minimal B atau mahasiswa yang

Pengadaan Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara telah mengadakan evaluasi kualifikasi terhadap penyedia yang lulus pada evaluasi administrasi, teknis dan harga yang memenuhi

100.000,- perhari, apa pekerjaan suami para pekerja wanita sektor informal disini berbeda mulai dari petani, pedagang, buruh, pengangguran dan sudah meninggal

digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan penalaran matematis.. siswa, (2) angket untuk mengetahui sikap siswa terhadap model

membatasi jenis-jenis tanaman yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah jenis tanaman yang hampir seluruhnya dapat ditemui di dalam dusung di Desa

Pada lokasi habitat mangrove yang luas lebih kecil, hal ini tentu tidak dapat dilakukan oleh citra Landsat, dan memungkinkan dilakukan pemetaan lebih baik

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.. Desain penelitian ini