• Tidak ada hasil yang ditemukan

mengetahui seberapa besar pengetahuan guru penjas SD se-kecamatan Mustika Jaya terhadap peraturan permainan bola voli.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "mengetahui seberapa besar pengetahuan guru penjas SD se-kecamatan Mustika Jaya terhadap peraturan permainan bola voli."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Permainan bola voli di Indonesia berkembang sangat pesat diseluruh lapisan masyarakat, sehingga bermunculan klub-klub dikota besar di seluruh Indonesia. Dengan dasar itulah maka pada tanggal 22 Januari 1955 PBVSI(Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia) didirikan di Jakarta bersamaan dengan kejuaraan nasional yang pertama. PBVSI sejak itu aktif mengembangkan kegiatan-kegiatan baik kedalam maupun keluar negeri sampai sekarang. Perkembangan permainan bola voli sangat menonjol saat menjelang Asian Games ke IV dan Ganefo I di jakarta baik untuk pria dan wanita Indonesia.

Permainan bola voli yang terus meningkat dan berkembang dari waktu ke waktu pun telah mengalami banyak perubahan, terutama terjadi pada bentuk peraturan permainannya. Pada tahun 2000, servis pada permainan bola voli dapat dilakukan dari sebelah kanan, kiri, maupun tengah, di luar garis belakang lapangan. Perubahan yang berupa perluasan area servis ini tentu saja telah memberikan efek yang cukup berbeda bagi para pemain bola voli karena mereka akan lebih mudah menyesuaikan posisi sesuai dengan kenyamanan mereka ketika akan melakukan servis.

Dan perubahan ini, tentunya juga sangat berpengaruh besar sekali bagi para pemain bola voli yang kidal.Untuk memperkecil prosentase pelanggaran dalam hal membawa dan double-hit (pukulan dobel), maka pada tahun 2000 juga telah dilakukan perombakan peraturan mengenai hal tersebut.

Perubahan peraturan yang lain juga masih terjadi kembali pada bulan Februari tahun 2008. Saat itu, pihak NCAA telah melakukan perubahan terhadap peraturan penilaian pada tingkat perguruan tinggi. NCAA telah merubahan peraturan nilai yang awalnya 30 poin menjadi 25 poin. Sedangkan untuk pertandingan pada set ke-5 tidak mengalami perubahan, pertandingan akan tetap dilangsungkan hingga 15 poin.

Selanjutnya, dalam perkembangan-nya, bolavoli juga merambah ke dalam wilayah sekolah, baik itu sekolah yang mulai membangun sarana walaupun dengan memodifikasi sarana yang sudah ada, misal memodifikasi lapangan basket menjadi lapangan voli dan dijadikan sebagai latihan para siswa. Akan tetapi perkembangan voli di sekolah tidak disertai oleh pemahaman para guru dalam hal peraturan permainan voli, karena suadah berkembang pada jaman sekarang ini. Oleh karena itu, beberapa

(2)

ditunjuk mahasiswa untuk melatih tim voli di sekolah, karena di sekolah-sekolah tersebut tidak ada Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi di bidang voli. Kebanyakan para guru masih mengajarkan voli dengan metode praktek, hal ini dapat dilihat ketika turnamen-turnamen antar SD di gelar, banyak peraturan-peraturan yang dilanggar. Keadaan ini dapat dimengerti karena voli sendiri tergolong berkembang pada jaman sekarang ini.

Ketidaktahuan para guru SD di Kecamatan Mustika Jaya ini sangat terlihat ketika para guru menghadiri

technical meeting dalam suatu turnamen

voli antar sekolah para guru ini sering bertanya tentang peraturan permainan voli. Salah satu indikasinya adalah banyaknya pertanyaan para guru tentang aturan-aturan yang paling mendasar dalam hal voli. Termasuk para guru yang hanya dapat menjawab sebatas yang diketahuinya saja ketika ada murid atau masyarakat yang bertanya. Hal ini juga dapat menjadi sebuah kombinasi agar siswa tidak jenuh, dan juga sebagai solusi bagi sekolah-sekolah yang tidak mempunyai lapangan basket. Beberapa sekolah juga telah memodifikasi lapangan basket yang dimiliki menjadi lapangan voli.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah ingin

mengetahui seberapa besar penge-tahuan guru penjas SD se-Kecamatan Mustika Jaya terhadap peraturan permainan bola voli.

Hakekat Pengatahuan

Menurut Jujun S. Suriasumantri (1993: 104), secara garis besar pengetahuan dapat di golongkan dalam 3 kategori utama antara lain: (1)pengetahuan tentang apa yang baik dan buruk (etika/moral), (2)pengetahuan apa yang indah dan yang tidak ada estetika, dan (3) pengetahuan tentang apa yang benar dan apa yang salah (logika).Menurut Noto Atmojo (1993 : 141 ) Tahu adalah tingkat pertama sebelum masuk tingkat berikutnya.

a. Tahu

Diartikan sebagai kemampuan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Pemahaman atau Memahami

Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi yang sebenarnya.

(3)

Diartikan sutu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.

e. Sistesis

Diartikan suatu kemampuan untuk menyusun formulas-formulasi baru dari formasi-formasi yang lama.

f. Evaluasi

Diartikan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan pengetahuan adalah merupakan tingkatan pertama dari Domain Kognitif. Tingkatan pengetahuan diawali dengan proses tahu terlebih dahulu. Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat sesuatu hal atau materi yang telah dipelajari sebelumnya. Setelah adanya proses tahu diharapkan orang tersebut mampu memahami tentang sesuatu hal yang telah ia pelajari atau ketahui. Dalam hal ini pemahaman di artikan sebagai kemampuan menjelaskan yang telah diketahui atau dipelajari secara benar.

HakekatGuru Pendidikan Jasmani Menurut Husdarta (2011:3) pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas

fisik dan kesehatan untuk menghaslkan perubahan holistik, dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional. Pendidikan jasmani memerlukan anak sbagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Selanjutnya, menurut Sukintaka dalam Ony Setiawan (2003:7), mengemukakan bahwa guru pendidikan jasmani adalah tenaga profesional yang menangani proses kegiatan belajar mengajar antara peserta didik dan lingkungannya yang diatur secara sistematis dengan tujuan untuk membentuk manusia yang seht jasmani dan rohani.

Dijelaskan oleh Sukarno dan Sukintaka yang di kutip dari Sutoro (2006:15-16), tentang pelaksanaan mengajar pendidikan jasmani yang dianggap baik antara lain sebagai berikut: (1) menguasai bahan pelajaran, (2) mengelola proses belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media, (5) mengelola interaksi belajar mengajar, (6) menilai prestasi siswa untuk kepentingan kependidikan pengajaran, (7) mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, (8) mengenal dan menyelenggarakan adminitrasi sekolah,

(4)

dan (9) memahami prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

Dengan demikian hakekat seorang guru pendidikan jasmani dalam pembelajaran keterampilan dasar olahraga adalah memberikan ilmu dengan bimbingan memberikan kemudahan serta memberikan motivasi kepada siswa.

Peraturan Permainan Bolavoli

Viera dan Ferguson (1996: 1) berpendapat bahwa permaian bola voli ini sangat cepat menarik perhatian karena hanya membutuhkan sedikit keterampilan dasar, mudah dikuasai dalam jangka waktu latihan yang singkat, dan dapat dilakukan oleh pemain dengan berbagai tingkat kebugaran. Permainan aslinya dahulu menggunakan bola yang terbuat dari karet bagian dalam bola basket. Peraturan awalnya membebaskan berapapun jumlah pemain dalam satu tim. Pada tahun 1896 nama permainan ini diubah oleh Alfred T. Halstead, yang setelah menyaksikan permainan ini, menganggap bahwa bola voli lebih sesuai menjadi nama permainan ini yang dimainkan dengan melambungkan bola sebelum bola tersebut menyentuh tanah (voolying).

Ukuran lapangan bola voli yang umum adalah berukuran 9 meter x 18

meter. Ukuran tinggi net putra 2.43 meter dan untuk net putri 2.24 meter. Garis batas penyerangan untuk pemain belakang, jarak 3 meter dari garis tengah (sejajar dengan net). Untuk ukuran garis tepi lapangan adalah 5 cm.

Cara permainan Permainan ini dimainkan oleh 2 tim yang masing-masing terdiri dari 6 orang pemain dan berlomba-lomba mencapai angka 25 terlebih dahulu. Dalam sebuah tim, terdapat 4 peran penting, yaitu Tosser (setter), spiker (smash), libero, dan

defender (pemain bertahan). Tosser atau

pengumpan adalah orang yang bertugas untuk mengumpankan bola kepada rekan-rekannya dan mengatur jalannya permainan. Spiker bertugas untuk memukul bola agar jatuh di daerah pertahanan lawan. Libero adalah pemain bertahan yang bisa bebas keluar dan masuk tetapi tidak boleh mensmash bola ke seberang net. Defender adalah pemain yang bertahan untuk menerima serangan dari lawan.

Selanjutnya, menurut Durrwachter (1984: 93) ada lima pelanggaran peraturan pada permainan pemula antara lain sebagai berikut:

a) Bola menyentuh lantai

Garis-garis batas termasuk lapangan permainan. Segala benda yang berada di luar lapangan (tiang jaring, langit-langit, jaring di luar garis batas)

(5)

apabila tersentuh oleh bola, dinilai sebagai bola menyentuh lantai.

b) Bola diraup, dipegang, atau dilempar Pada pemula hanya kesalahan yang sehubungan dengan bentuk dasar gerak saja yang dinilai, karena apabila didiamkan kemudian akan sulit diubah lagi. Meraup dilakukan dengan telapak tangan menghadap ke atas dan kedua jari kelingking saling berdekatan. Memegang dan melempar juga sebagai kesalahan, hanya apabila perbuatan itu jelas sekali.

c) Kesalahan service

Bola menyentuh jaring (tali), atau pola dipegang sewaktu dipukul.

d) Pemain melewati garis tengah

Garis tengah boleh diinjak, tetapi kaki tidak boleh sampai seluruhnya melewati garis batas itu.

e) Bola menyentuh tubuh di bawah pinggul

Sentuhan terhadap bola dengan bagian tubuh di atas pinggul (tangan, kepalan tangan, lengan, kepala dsb) diperbolehkan, asal tidak merupakan kesalahan menurut wasit.

Sebagai seorang guru penjas, perlu kiranya paham tentang peraturan voli yang sesungguhnya, atau yang benar sesuai dengan peraturan PBVSI. Sehingga ketika ditanyakan siswanya, guru dapat menjawab dengan benar.

METODE

Metode yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif yaitu untuk mendapatkan data dan informasi yang kongkrit mengenai upaya pengetahuan guru pendidikan jasmani SD di Kecamatan Mustika Jaya.Adapun populasi yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani SD se-Kecamatan Mustika Jaya yang berjumlah 26 orang dari 23 Sekolah Dasar. Selanjutnya, penulis menggunakan sampel guru pendidikan jasmani yang mengajar di SD Se-Kecamatan Mustika Jaya sebanyak 26 orang dari 23 Sekolah Dasar dengan teknik total sampling.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dengan lima kemungkinan alternatif jawaban, yaitu : Sangat setuju (SS), setuju (S), Ragu - Ragu (RR), Tidak setuju (TS), Sangat tidak setuju (STS). Berikut skor setiap butir pernyataannya

Tabel 1.

Kriteria Penilaian Butir Soal

No Alternatif jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5 (Lima)

2 Setuju (S) 4 (Empat)

3 Ragi - Ragu (RR) 3 (Tiga)

4 Tidak setuju (TS) 2 (Dua)

(6)

Adapun kisi-kisi angketnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Kisi-kisi angket

Variabel Sub variabel No. butirpernyataan Pengetahuan Tahu 1,2,3,4,5 Memahami 6,7,8,9,10 Aplikasi 11,12,13,14,15 Analisis 16,17,18,19,20 Sintesis 21,22,23,24,25 Evaluasi 26,27,28,29,30

Uji coba instrumen angket dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dinyatakan valid apabila rhitung>rtabel artinya butir pernyataan mempunyai nilai dari hubungan total butir yang telah benar. Cara untuk menguji kesahihan butir alternatif menggunakan rumus Pearson

Correlation. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba angket meng-gunakan system SPSS dari 30 butir soal dinyatakan valid sebanyak 20 butir pertanyaan dan 10 soal yang dinyatakan tidak valid yaitu pertanyaan nomer 2, 3, 8, 10, 12, 18, 21, 22, 26, dan 29.Uji reliabilitas dengan alpha cronbach’s dinyatakan reliabel karena ralpha > rtabel.

Selanjutnya, setelah data diperoleh maka dilakukan analisis untuk ditarik kesimpulan. Adapun analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik deskriptif kuantitatif dengan presentasi dengan menggunakan program SPSS.

HASIL

Sebelum melakukan analisis data, dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu. Analisis normalitas dan homogenitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 15 for windows. Uji normalitas menggunakan uji liliefors(shapiro-wilk) menunjukkan nilai sig> 0,05 yang berarti penelitian berdistribusi normal. Selanjutnya, uji homogenitas dengan test of homogeneity

of variance menunjukkan bahwa nilai sig > α (0,05) yang berarti data mempunyai

varian yang sama.

Adapun hasil perhitungan nilai prosentase subvariabel dapat di lihat dari tabel 3 berikut ini.

Tabel 3.

Prosentase Dimensi/Sub Variabel

Penge ta-huan

Prosentase dari Variabel

Total SS S RR TS STS Tahu 20.2% 44.3% 23% 11.2% 1.3% 100% Mema -hami 13.4% 41.4% 22.3% 8.6% 14.3% 100% Aplika si 34.4% 50.3% 10.3% 2.5% 2.5% 100% Anali-sis 19.2% 41.2% 19.2% 12.5% 7.9% 100% Sinte-sis 17.9% 40% 22.9% 8.9% 10.3% 100% Evalu-asi 16.3% 48.6% 28.3% 3.4% 3.4% 100%

(7)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui guru penjas SD menyatakan sangat setuju sebesar 20,2%, setuju sebesar 44,3%, ragu-ragu sebesar 23%, tidak setuju sebesar 11,2%, dan sangat tidak setuju sebesar 1,3%jika guru penjas harus tahu mengenai peraturan permainan bolavoli.

Selanjutnya, guru penjas SD menyatakan sangat setuju sebesar 13,4%, setuju sebesar 41,4%, ragu-ragu sebesar 22,3%, tidak setuju sebesar 8,6%, dan sangat tidak setuju sebesar 14,3% jika guru penjas harus memahami mengenai peraturan permainan bolavoli.

Guru penjas SD menyatakan sangat setuju sebesar 34,4%, setuju sebesar 50,3%, ragu-ragu sebesar 10,3%, tidak setuju sebesar 2,5%, dan sangat tidak setuju sebesar 2,5% jika guru penjas harus mengaplikasi peraturan permainan bolavoli.

Guru penjas SD menyatakan sangat setuju sebesar 19,2%, setuju sebesar 41,2%, ragu-ragu sebesar 19,2%, tidak setuju sebesar 12,5%, dan sangat tidak setuju sebesar 7,9% jika guru penjas harus mampu menganalisis peraturan permainan bolavoli.

Guru penjas SD menyatakan sangat setuju sebesar 17,9%, setuju sebesar 40%, ragu-ragu sebesar 22,9%, tidak setuju sebesar 8,9%, dan sangat tidak setuju sebesar 10,3% jika guru

penjas harus mensintesis peraturan permainan bolavoli.

Guru penjas SD menyatakan sangat setuju sebesar 16,3%, setuju sebesar 48,6%, ragu-ragu sebesar 28,3%, tidak setuju sebesar 3,4%, dan sangat tidak setuju sebesar 3,4% jika guru penjas harus mampu mengevaluasi peraturan permainan bolavoli.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas, pengetahuan terhadap peraturan permainan bola voli yang dimiliki guru penjas SD sangat berpengaruh dalam menjelaskan atau menerangkan pembelajaran bolavoli kepada siswa SD.Kurangnya pengetahuan siswa terhadap peraturan permainan bolavoli akan mengakibatkan siswa kurang mampu dalam bermain bolavoli.

Oleh sebab itu, peranan guru pendidikan jasmani sangat penting dalam

memberikan pengetahuan

tentangperaturan permainan bola voli akan tetapi dalam pelaksanaannya secara langsung guru harus memiliki

pengetahuan yang lebih

maksimal.Artinya, pengetahuan guru penjas terhadap peraturan permainan bola voli memiliki pengaruh yang besar terhadap siswa SD.

(8)

SIMPULAN

Berdasarkan dari hasil perhi-tungan dan analisa data, maka disimpulkan tingkat pengetahuan guru penjas SD se-Kecamatan Mustika Jaya terhadap peraturanpermainan bola voli termasuk dalam kategori baik karena rata-rata menjawab setuju dari setiap sub variabel dalam angket.

Guru penjas SD di Kecamatan Mustika Jaya sebaiknya mempelajari peraturan permainan bola voli agar pengetahuannya terhadap peraturan permainan bola voli semakin baik sehingga ketika mengajar siswa tidak terjadi kesalahan. Selanjutnya, Dinas Pemuda dan Olahraga Kecamatan Mustika Jaya sebaiknya memberikan sosialisasi olahraga bolavoli terutama mengenai peraturan permainan bolavoli yang terbaru kepada guru penjas khususnya di SD.

DAFTAR PUSTAKA .

Barbara L. Viera dan Bonnie Jill Ferguson 1996. Bola Voli Tingkat

Pemula. Jakarta: PTRajagrafindo

Persada.

Dieter Beutelstahl. (2005). Belajar Bermain Bola Voli. Bandung: CV

Pionir Jaya.

Gethard Durrwachter. (1984). Belajar dan

Berlatih Sambil Bermain. Jakarta:

PT Gamedia

Hartono. 2009. SPSS 16.0Analisis Statistika dan Penelitian.

Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Noto Atmojo. (1993). Promosi Kesehatan & Ilmu Prilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (1992). Metode Satistika.

Bandung : Tarsito. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharismi Arikunto. (2010). Prosedur

Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

1)

Rahmat Pamuji adalah Dosen

Penjaskesrek, FKIP, Universitas Islam “45” Bekasi.

2)

Hastoro Murti Pranowo adalah mahasiswa Penjaskesrek, FKIP, Universitas Islam “45” Bekasi.

(9)
(10)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pembelajaran meningkatkan kognitif anak usia dini melalui pemanfaatan

Faktor kemiskinan yang paling erat kaitannya dengan keadaaan ekonomi membuat tindakan kejahatan melalui penggunaan obat-obatan bisa timbul, hal itu juga sudah dinyatakan dalam

Pertentangan antara keduanya menjadi permasalahan yang menyebabakan munculnya sejarah kontroversial karena ketika sejarah yang dipahami oleh masyarakat adalah sejarah yang

Masalah: seringkali pada saat melakukan service atas tidak melewati net atau arah bola tidak terkontrol, dikarenakan pada saat perkenaan bola jari-jari tangan tertutup rapat.. Solusi:

Jika dikaitkan dengan panjang ikatan Li-O dari eter mahkota, ternyata pada kompleks Li + .[Bz15C5] mempunyai panjang ikatan Li-O paling besar (Gambar 5), yang dapat

Skim santan dapat digunakan sebagai substrat nata de coco dengan pencampuran air kelapa dan penambahan sukrosa, konsentrasi pencampuran air kelapa 50 % merupakan

as data source since consist so many figurative language in Katy Perry’s song lyrics.. related to the title of this

Adanya dominasi patotipe yang terjadi membuktikan bahwa perkembangan dan perubahan patotipe dapat terjadi disetiap wilayah pertanaman yang memungkinkan patogen dapat berkembang