• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model-Model Pengembangan Kurikulum Oleh: Restu Wijayanto(TP/B/048)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Model-Model Pengembangan Kurikulum Oleh: Restu Wijayanto(TP/B/048)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Model-Model Pengembangan Kurikulum

Oleh: Restu Wijayanto(TP/B/048)

A. Model Ralph Tyler

Dalam bukunya yang berjudul Basic Principles Curriculum and Instruction (1949), Tyler mengatakan bahwa curriculum development needed to be treted logically and systematically. Ia berupaya menjelasskan tentang pentingnya pendapat secara rasional, menganalisis, menginterpretasi kurikulum dan program pengajarannya dari suatu pengajaran dari suatu lembaga pendidikan. Pengembangan kurikulum model Tyler ini mungkin yang terbaik, dengan penekanan khusus pada fase perencanaan. Walaupun Tyler mengajukan model pengembangan kurikulum secara komprehensif tetapi bagian pertama dari modelnya (seleksi tujuan) menerima sambutan yang hangat dari para educator.

Langkah-langkah pengembangan kurikulum:

1. Langkah 1: Tyler merekomendasikan, bahwa perencana kurikulum agar mengidentifikasikan tujuan umum (tentative general objectives) dengan mengumpulkan data dari tiga sumber, yaitu : kebutuhan peserta didik, masyarakat (fimgsi yang diperlukan) dan subject matter.

2. Langkah 2: Setelah mengidentifikasi beberapa buah tujuan umum, perencana merifinenya dengan cara menyaring melalui dua saringan, yaitu filosofi pendidikan dan psikologi belajar. Hasilnya akan menjadi Tujuan pembelajaran khusus dan meyebutkannya juga pendidikan sekolah dan filosofi masyarakat sebagai saringan pertama untuk tujuan iniSelanjutnya perlu disusun garis-garis besar nilai-nilai yang didapat dan mengilustrasikannya dengan memberi tekanan pada empat tujuan demokratis. Untuk melaksanakan penyaringan, para pendidik harus menjelaskan prinsip-prinsip belajar yang baik, dan psikologi belajar memberikan ide mengenai jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan waktu untuk melaksanakan kegiatan secara efesien. Tyler pun menyarankan agar pendidik memberi perhatian kepada cara belajar yang dapat :

Mengembangkan kemampuan berpikir

Menolong dalam memperoleh informasi

Mengembangkan sikap masyarakat

Mengembangkan minat

Mengembangkan sikap kemasyarakatan

3. Langkah 3: Menyeleksi pengalaman belajar yang menunjang pencapaian tujuan. Penentuan pengalaman belajar harus mempertimbangkan persepsi dan pengalaman yang telah dimililiki oleh peserta didik.

4. Langkah 4:Mengorganisasikan pengalaman kedalam unit-unit dan menggambarkan berbagai prosedur evaluasi e.

5. Langkah 5:Mengarahkan dan mengurutkan pengalaman-pengalaman belajar dan mengkaitkannya dengan evaluasi terhadap keefektifan perencanaan dan pelaksanaan.

(2)

6. Langkah 6:Evaluasi pengalaman belajar. Evaluasi merupakan komponen penting dalam pengembangan kurikulum Sehubungan dengan hal tersebut Tyler (1949) memperingatkan agar dibedakan antara konten (isi) pelajaran atau kegiatan-kegiatan belajar dengan pengalaman-pengalaman belajar, karena pengalaman belajar merupakan pengalaman yang diperoleh dan dialami anak-anak didik sebagai hasil belajar dan interaksi mereka dengan konten (isi) dan kegiatan belajar. Untuk mengembangkan pengalaman belajar yang mereka peroleh harus bermuara pada pemberian pengalaman para pelajar yang dirancang dengan baik dan dilaksanakan dengan benar. Dari beberapa konsepsi kurikulum diatas kelihatan bahwa kurikulum dapat dilihat dari segi yang sempit atau dari segi yang luas (sebagai pengalaman yang diperoleh di sekolah atau diluar sekolah).

B. Model Hilda Taba

Pada beberapa buku karya Hilda Taba yang paling terkenal dan besar pengaruhnya adalah Curriculum Development: Theory and Pratice (1962). Dalam buku ini, Hilda Taba mengungkapkan pendekatanya untuk proses pengembangan kurikulum. Dalam pekerjaanya itu, Taba mengindetifasikan model dasar Tayler agar lebih representatif terhadap pengembangan kurikulum di berbagai sekolah. Model pengembangan kurikulum ini oleh Hilda Tiba ini berbeda dengan lazimnya yang banyak diitempuh secara yang bersifatdekduktif karena caranya induktif. Oleh Karena itu sring disebut “Model Terbalik” atau “Inverted Model” .

Pengembangan kurikulum model ini diawali dengan melakukan percobaan, penyusunan teori, dan kemudian baru ditetapkan. Hal itu diharapkan dimaksudkan untuk lebih mempertemukan antara teori dan pratik, serta menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakan yang terjadi dalam kurikulum yang dilakukan tanpa kegiatan percobaan. Dalam pendekatanya, Taba menganjurkan untuk lebih mempunyai informasi tentang masukan (input) pada proses setiap langkah proses kurikulum, secara khusus, Taba mengajurkan untuk menggunakan pertimbangan ganda terhadap isi (organisasi kurikulum yang logis) dan individu pelajar (psikologis kurikulum). Untuk memperkuat pendapatanya, Taba mengkalim bahwa semua kurikulum disusun dari elemen-elemen dasar. Suatu kurikulum bisanya berisi seleksi dan organisasi isi; itu merupakan manisfetasi atau implikasi dari bentuk-bentuk (patterns) belajar dan mengajar. Kemudian, suatu program evaluasi dari hasil pun akan dialakukan. Perekayasaan kurikulum secara tradisional dilakukan oleh suatu panitia yang dipilih. Panitia ini bertugas :

a. Mempelajari daerah-daerah fundasional dan mengembangkan rumusan kesepakatan fundasional

b. Merumuskan desain kurikulum secara menyeluruh berdasarkan kesepakatan yang telah dirumuskan

c. Mengkonstruksi unit-unit kurikulum sesuai dengan kerangka desain

d. Melaksanakan kurikulum pada tingkat atas. Taba percaya bahwa esensial proses deduktif ini cenderung untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan inovasi kreatif, sebab membatasi kemungkinan mengeksperimentasikan konsep-konsep baru kurikulum.

(3)

Taba percaya bahwa esensial proses deduktif ini cenderung untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan inovasi kreatif, sebab membatasi kemungkinan mengeksperimentasikan konsep-konsep baru kurikulum.Taba menyatakan bahwa :

Bila perubahan nilai dari mendesain ulang kerangka yang menyeluruh maka

sebelumnya harus ditetapkan lebih dahulu suatu pola yang akan dipelajari dan diuji.

Panitia penyusunan kurikulum yang tradisional itu dapat menduduld

rencana-rencana kurikulum yang bermanfaat, bagian dari desain itu sendiri hanya atas dasar logika bukan empiric.

Karena mereka tidak melakukan pengujian secara empirik, kurikulum yang

dihasilkan cenderung merupakan skema / sket bagan yang sangat umum dan abstrak dan sedikit membantu untuk melaksanakan praktek instruksional Ketiga masalah tersebut menunjukkan efesiensi perekayasaan kurikulum yang tradisional dan kesenjangan antara teori dan praktek. Suatu contoh adanya disfungsi dalam teori praktek terdapat pada core kurikulum yang dirancang untuk mengajukan:

1. Integrasi isi / materi,

2. Hubungan dengan kebutuhan siswa-Jalannya praktek core tersebut umumnya hanya merupakan reorganisasi administratif, block of time mata ajaran-mata ajaran yang terpisah-pisah, dan dimana masalah-masalah kehidupan terisolasi dari materi (content) yang valid. Bentuk core yang dilaksanakan berdasarkan rekayasa deduktif menghasilkan pemisahan teori dan praktek.

Langkah-langkah pengembangan kurikulum menurut Hilda Taba: Langkah 1: Diagnosis kebutuhan

Langkah 2: Merumuskan tujuan pembelajaran Langkah 3: Seleksi materi

Langkah 4: Organisasi materi

Langkah 5: Seleksi pengalaman belajar Langkah 6: Organisasi pengalaman belajar

Langkah 7: Menentukan cara dan alat untuk mengetahui hasil kegiatan

C. MODEL WHEELER

Dalam bukunya yang cukup berpengaruh, Curriculum Process, Wheeler (1967) mempunyai argumen tersendiri pengembangan kurikulum (curriculum developers) dapat menggunakan suatu proses melingkar (a cycle process), yang namanya setiap elemen saling berhubungan dan bergantungan.

Pendakatan yang digunakan Wheeler dalam pengembangan kurikulum pada dasarnya memiliki bentuk rasional. Setiap langkah kurikulum pada dasarnya memiliki bentuk rasional. Setiap langkah (phase)nya merupakan pengembangan secara logis terhadap model sebelumnya, di mana secara umum langkah tidak dapat dilakukan sebelum langkah-langkah sebelumnya telah diselesaikan. Sebagai mantan akademisi Univerrsity of Western Australia, Wheeler mengembangkan ide-idenya sebagimana yang telah dilakukan pleh Tayler dan Taba. Wheeler menawarkan lima langkah itu jika dikembangkan dengan logis temporer, akan menghasilkan suatu kurikulum yang

(4)

efektif. Dari lima langkahnya ini, sangat tampak bahwa Wheeler mengembangkan lebih lanjut apa yang telah dilakukan Tyler dan Taba meski hanya dipresentasikan agak berbeda.

Kelebihan dari model Wheeler adalah :

a. Memasukan berbagi kematangan yang berhubungan dengan objectives b. Struktur logis kurikulum yang dikembangkannya

c. Menerapkan situasiasional analisys sebagai titik permulaan

D. Model Nicholls

Dalam bukunya, developing curriculum: A Participial Guide (1978), Audrey dan Howard Nicholls mengembangkan suatu pendekatan yang cukup tegas mencakip elemen-elemen kurikulum dengan jelas dan ringkas. Buku tersebut sangat popular di kalangan pendidik, khususnya di Inggirs, di mana pengembangan kurikulum pada tingkat sekolah sudah lama ada. Nicholas menitik beratkan pada pendekatan pengembangan kurikulum yang rasional, khususnya kebutuhan untuk kurikulum yag munculnya dari adanya perubahan situasi. Mereka berpendapat bahwa :” …change should be planed andintroduced on a rational and valid this according to logical process, and this has not been the case in the vast majority ofchanges that have already taken place”. Terdapat lima langkah atau tahap (stage) yang diperlukan dalam proses pengembangan secara kontinu (continue curriculum process). Langkah-langkah terbut menurut Nicholls adalah;

1. Situsional analysis (analisis situasional) 2. Selection of objectives (seleksi tujuan)

(5)

4. Selction and organization of methods (seleksi dan organisasi metode) 5. Evaluation (evaluasi)

E. Model Skilbeck

F. Model Saylor

Goal and Objectives

Perancangan

Kurikulum

Implementasi

Kurikulum

Evaluasi

Kurikulum

Referensi

Dokumen terkait

Senam otak telah diakui sebagai salah satu teknik belajar yang paling baik oleh National Learning Foundation USA karena senam otak ini memberikan keuntungan yaitu

Apabila ventilasi kamar tidur memenuhi syarat kesehatan maka kuman TB dapat terbawa keluar ru- angan melalui ventilasi udara dan apabilah ventilasi buruk atau tidak memenuhi

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi- square diperoleh nilai p value = 1,000 lebih besar dari α = 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bah - wa tidak ada

Pengembangan Model P embelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.. Surabaya: Departemen

atau dalam luasan area yang cukup luas sehingga wilayah Dusun Pancuran masih.. memiliki satu kriteria yang sama menyangkut tentang aspek keamanan

Gambar 15 : Pola pemanfaatan ruang terbuka publik oleh pengemudi mobil pada malam hari Sumber: Analisis penulis, 2014. Analisa aktivitas pengemudi mobil pada siang, sore dan

Oleh karena itu penolakan terhadap eksistensi organisasi LGBT bagi elite partai Islam bukan merupakan sikap diskriminasi terhadap kaum LGBT sebab jika dibiarkan terjadi

Di wilayah Puskesmas Kecamatan Singkawang Utara Kota Singkawang, hasil penelitian menunjuk- kan bahwa proporsi status gizi kurang pada balita sebesar 52,1% dan ada hubungan