• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA LEUKEMIA AKUT (LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DAN LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT) YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA LEUKEMIA AKUT (LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DAN LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT) YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

v

ABSTRAK

KARAKTERISTIK PENDERITA LEUKEMIA AKUT (LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DAN LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT) YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2014-2015

Minimnya data atau informasi mengenai studi deskriptif epidemiologi di Indonesia, membuat penelitian mengenai karakteristik penderita leukemia akut, LLA dan LMA, menjadi penting. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran profil pasien di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar secara lokal, dan mendapatkan data mengenai sosiodemografi, profil klinis, dan profil laboratorik pasien leukemia akut.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan

retrospective descriptive study, yang dilaksanakan di RSUP Sanglah Denpasar

pada bulan Februari 2016 sampai dengan September 2016. Teknik pengumpulan sampel adalah dengan total sampling. Dengan menggunakan rekam medik, data mengenai faktor sosiodemografi, profil klinis, dan profil laboratorik diambil kemudian diolah dengan SPSS 22. Data disajikan secara deskriptif, bersama dengan tabel distribusi frekuensi.

Jumlah penderita leukemia akut di RSUP Sanglah pada tahun 2014-2015 adalah sebanyak 41, 11 penderita LLA, dan 30 penderita LMA, dengan usia rata-rata LLA: 17±6,65 tahun dan LMA: 48±14,88 tahun. Baik LLA dan LMA memiliki keluhan utama terbanyak, yakni lemas (LLA: 66,7% dan LMA: 41,7%). Klasifikasi terbanyak pada penderita LLA adalah LLA-L2, sedangkan untuk LMA adalah LMA-M4. Lama rawatan rata-rata penderita LLA dan LMA berturut-turut adalah 13 dan 15 hari. Sedangkan untuk tipe pengobatan, kemoterapi merupakan tipe pengobatan terbanyak pada LLA (40%) sedangkan pada LMA adalah transfusi darah (50%). Baik penderita LLA maupun LMA, pulang dengan berobat jalan merupakan proporsi terbesar keadaan sewaktu pulang (LLA: 100% dan LMA: 50%). Terdapat 8 penderita LMA yang meninggal selama perawatan, dan syok sepsis (37,5%) merupakan penyebab kematian tertinggi.

(2)

vi

ABSTRACT

CHARACTERISTICS OF ACUTE LEUKEMIA (ACUTE LEUKEMIA LIMPHOBLASTIC AND ACUTE LEUKEMIA MIELOBLASTIC)

PATIENTS IN RSUP SANGLAH DENPASAR 2014-2015

Descriptive epidemiological study in Indonesia is still limited, that is why it becomes important to be discussed. This study aimed for knowing the profile of acute leukemia patient, especially sociodemographic factors, clinical findings, and laboratory findings.

This observational study was designed as retrospective descriptive study, and was held in February 2016 until September 2016 at Sanglah hospital. Sample collection technique was by total sampling. By using medical record, data about sociodemographic factors, clinical findings, and laboratory findings were obtained, then analyze by SPSS 22. The data was then presented by descriptive, and distribution-frequency tables.

The total sample of acute leukemia patient in Sanglah hospital 2014-2015 was 41 patients, 11 was diagnosed as ALL, and 30 was diagnosed as AML. The average age pf ALL patient: 17±6,65 yo and AML patient: 48±14,88 yo. Either ALL or AML had fatigue as a biggest chief complain (ALL: 66,7% and AML: 41,7%). The most common classification in ALL patients was ALL-L2, while in AML patients was AML-M4. The average days of treatment were respectively 13 days for AML and 15 days for AML. As for the type of treatment, chemotherapy is most prevalent type of ALL treatment (40%), while the AML is a blood transfusion (50%). Most of ALL and AML patient had the similar outcomes of therapy, which was being outpatient patients (ALL: 100% and AML:50%). There were 8 AML patients who died during the treatment, and septic shock (37.5%) is the most common cause of death.

(3)

vii

RINGKASAN

KARAKTERISTIK PENDERITA LEUKEMIA AKUT (LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DAN LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT) YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2014-2015

Minimnya data atau informasi mengenai studi deskriptif epidemiologi di Indonesia, membuat penelitian mengenai karakteristik penderita leukemia akut, LLA dan LMA, menjadi penting. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran profil pasien di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar secara lokal, dan mendapatkan data mengenai sosiodemografi, profil klinis, dan profil laboratorik pasien leukemia akut.

Leukemia akut dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu; leukemia mieloblastik akut (LMA) dan leukemia limfoblastik akut (LLA). LLA merupakan penyakit dengan transformasi neoplastic dan gangguan differensiasi sel-sel progenitor dari seri limfoid, sedangkan LMA dari seri myeloid. Etiologi LMA maupun LLA belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa hal yang dilaporkan sebagai faktor predisposisi LMA atau LLA, yaitu; komplikasi jangka panjang dari pengobatan dengan kemoterapi, paparan senyawa kimia dan radiasi, genetik, dan merokok. Prognosis penyakit leukemia sangat tergantung dari tipe dan karakteristik pasien saat terdiagnosis, termasuk ras dan etnisnya. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kesembuhan adalah umur pasien saat terdiagnosis. Risiko dari kematian akibat kemoterapi meningkat pada pasien usia tua.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan

retrospective descriptive study, yang dilaksanakan di RSUP Sanglah Denpasar

pada bulan Februari 2016 sampai dengan September 2016. Teknik pengumpulan sampel adalah dengan total sampling. Dengan menggunakan rekam medik, data mengenai faktor sosiodemografi, profil klinis, dan profil laboratorik diambil kemudian diolah dengan SPSS 22. Data disajikan secara deskriptif, bersama dengan tabel distribusi frekuensi.

Jumlah penderita leukemia akut di RSUP Sanglah pada tahun 2014-2015 adalah sebanyak 41, 11 penderita LLA, dan 30 penderita LMA, dengan usia rata-rata LLA: 17±6,65 tahun dan LMA: 48±14,88 tahun. Baik LLA dan LMA memiliki keluhan utama terbanyak, yakni lemas (LLA: 66,7% dan LMA: 41,7%). Klasifikasi terbanyak pada penderita LLA adalah LLA-L2, sedangkan untuk LMA adalah LMA-M4. Lama rawatan rata-rata penderita LLA dan LMA berturut-turut adalah 13 dan 15 hari. Sedangkan untuk tipe pengobatan, kemoterapi merupakan tipe pengobatan terbanyak pada LLA (40%) sedangkan pada LMA adalah transfusi darah (50%). Baik penderita LLA maupun LMA, pulang dengan berobat jalan merupakan proporsi terbesar keadaan sewaktu pulang (LLA: 100% dan LMA: 50%). Terdapat 8 penderita LMA yang meninggal selama perawatan, dan syok sepsis (37,5%) merupakan penyebab kematian tertinggi.

(4)

viii

SUMMARY

CHARACTERISTICS OF ACUTE LEUKEMIA (ACUTE LEUKEMIA LIMPHOBLASTIC AND ACUTE LEUKEMIA MIELOBLASTIC)

PATIENTS IN RSUP SANGLAH DENPASAR 2014-2015

Descriptive epidemiological study in Indonesia is still limited, that is why it becomes important to be discussed. This study aimed for knowing the profile of acute leukemia patient, especially sociodemographic factors, clinical findings, and laboratory findings.

Acute leukemia can be divided as two main groups, which are; acute leukemia lymphoblastic (ALL) and acute leukemia mieloblastic (AML). ALL is a disease that has neoplastic transformation and progenitor cells differentiation disturbance of lymphoid cells series, while AML has differentiation disturbance of myeloid cell series. The etiology of AML and ALL is not known certainly until now. But there are several factors that known as the predisposition factors of AML and ALL; long-term complication from chemotherapy treatment, exposure to chemicals and radiation, genetic, and smoking. The prognosis of leukemia is highly depended by type and characteristics of the patients at newly diagnosed. The factor that is most influence on improvement is the age of the patient at newly diagnosed. The risk of death caused by chemotherapy is increased in elderly patients.

This observational study was designed as retrospective descriptive study, and was held in February 2016 until September 2016 at Sanglah hospital. Sample collection technique was by total sampling. By using medical record, data about sociodemographic factors, clinical findings, and laboratory findings were obtained, then analyze by SPSS 22. The data was then presented by descriptive, and distribution-frequency tables.

The total sample of acute leukemia patient in Sanglah hospital 2014-2015 was 41 patients, 11 was diagnosed as ALL, and 30 was diagnosed as AML. The average age pf ALL patient: 17±6,65 yo and AML patient: 48±14,88 yo. Either ALL or AML had fatigue as a biggest chief complain (ALL: 66,7% and AML: 41,7%). The most common classification in ALL patients was ALL-L2, while in AML patients was AML-M4. The average days of treatment were respectively 13 days for AML and 15 days for AML. As for the type of treatment, chemotherapy is most prevalent type of ALL treatment (40%), while the AML is a blood transfusion (50%). Most of ALL and AML patient had the similar outcomes of therapy, which was being outpatient patients (ALL: 100% and AML:50%). There were 8 AML patients who died during the treatment, and septic shock (37.5%) is the most common cause of death.

(5)

x

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v ABSTRACT ... vi RINGKASAN ... vii SUMMARY ... viii KATA PENGANTAR ... ix DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi ... 6

2.2 Epidemiologi ... 6

2.3 Klasifikasi ... 7

(6)

xi 2.5 Patogenesis ... 10 2.6 Manifestasi Klinis ... 11 2.7 Manifestasi Laboratorium ... 12 2.8 Diagnosis ... 12 2.9 Terapi ... 15 2.10 Prognosis ... 17

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN ... 19

3.1 Kerangka Berpikir ... 19

3.2 Kerangka Konsep ... 20

BAB IV METODE PENELITIAN ... 21

4.1 Rancangan Penelitian ... 21

4.2 Subjek dan Sampel Penelitian ... 21

4.3 Identifikasi Variabel ... 23

4.4 Definisi Operasional Variabel ... 23

4.5 Bahan dan Instrumen Penelitian... 25

4.6 Protokol Penelitian ... 26

4.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 26

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1 Hasil ... 28

5.2 Pembahasan ... 38

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1 Simpulan ... 53

6.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 57

Lampiran 1. Jadwal Penelitian ... 57

(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan laporan Situasi Penyakit Kanker oleh Pusat Data dan Informasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015), menyatakan bahwa selama tahun 2010-2013, leukemia merupakan penyakit dengan jumlah kasus baru dan jumlah kematian terbanyak pada anak di RS Kanker Dharmais dan cenderung meningkat tiap tahunnya. Sedangkan pada penduduk laki-laki, leukemia menduduki peringkat ke 10 kasus baru dan kematian akibat kanker di dunia pada tahun 2012.

Berdasarkan laporan dari Surveillance, Epidemiology, and End Results

Program (SEER) (2015), estimasi kasus baru LMA tahun 2015 di Amerika

Serikat adalah sebesar 20.830 kasus, dengan insiden pada tahun 2012 adalah sebesar 4,23 per 100.000 penduduk dan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. LMA merupakan leukemia akut dengan tingkat kejadian yang sering pada kelompok umur dewasa dan insiden pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan di Amerika Serikat. Hal serupa juga ditemukan di Eropa (Dores dkk., 2012).

Berkebalikan dengan LMA, insiden LLA adalah sebesar 1-1,5 per 100.000 penduduk dengan insiden tertinggi ada pada kelompok umur 2-5 tahun, diikuti oleh kelompok umur >50 tahun (Appelbaum, 2014). The American Cancer Society (2014), memperkirakan terdapat 6020 kasus baru LLA pada orang dewasa dan anak-anak pada tahun 2014 di Amerika.

(8)

2

Berbeda dengan negara barat yang melakukan pencatatan data insidensi dan prevalensi yang baik, tidak ditemukan data yang cukup untuk menggambarkan keadaan LMA dan LLA di Indonesia. Sebuah penelitian oleh Mudita (2007) menyatakan bahwa, LLA memiliki angka kejadian tertinggi dari seluruh kejadian kanker pada anak-anak. Sebesar 23,7% dari seluruh pasien hemato-onkologi yang dirawat di Subdivisi Hemato-Onkologi Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RS Sanglah Denpasar selama periode Januari 2000 sampai dengan Desember 2005, merupakan pasien LLA, sedangkan persentase kasus LMA hanya sebesar 2,8% (Mudita, 2007).

Melihat angka kejadian leukemia akut, baik LLA maupun LMA yang tinggi, maka penting untuk mengetahui karakteristik pasien, yaitu manifestasi klinis dan profil laboratorik sehingga diagnosis dan rencana terapi dapat dilakukan dengan baik. Penderita leukemia akut memiliki manifestasi klinis yang beragam, dengan keluhan utama yang bermacam-macam. Secara umum, tanda dan gejala dari pasien leukemia akut adalah adanya rasa lelah, pendarahan, dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. Pendarahan dalam bentuk purpura atau petekia di ekstremitas bawah sering dijumpai pada pasien LMA maupun LLA. Gangguan kesadaran, sesak nafas, nyeri dada, dan priapismus merupakan gejala leukostasis yang sering terjadi pada pasien dengan angka leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) (Kurnianda, 2009; Fianza, 2009). Hepatomegali, splenomegali, dan limfadenopati juga bisa ditemui pada pasien LLA (Fianza, 2009). Berdasarkan sebuah penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan (Simamora, 2009), penderita leukemia yang dirawat inap mengeluh pucat (92,6%), lemas (92,6%), demam (79,6%), pendarahan (44,4%), nyeri

(9)

3

tulang/sendi (18,5%), dan pembesaran kelenjar limfa (20,4%). Appendisitis akut merupakan salah satu manifestasi klinis awal yang tidak khas, dijumpai pada LMA, dan berpengaruh terhadap peningkatan mortalitas (Rauenzahn, 2013). Penting untuk mengetahui manifestasi klinis leukemia akut, mengingat beragamnya gejala dan tanda awal, agar misdiagnosis dapat dihindari.

Selain manifestasi klinis yang beragam, tantangan berikutnya dalam mendiagnosis adalah gambaran laboratorik yang beragam. Sebuah penelitian di Brazil (Lustosa de Sousa dkk., 2015), ditemukan bahwa dari 85% anak dan dewasa dengan LLA, menderita anemia, dimana didominasi oleh anemia normokromik dan normositik. Kadar hemoglobin yang rendah berhubungan dengan prognosis pasien, pasien dengan kadar hemoglobin dalam darah <12g/dl memiliki risiko kematian 1,081 kali dibandingkan dengan kadar hemoglobin ≥12g/dl (95%CI;0,300-3,893) (Simanjorang dkk., 2013). Pada penelitian yang sama, ditemukan bahwa 10,5% pasien memiliki jumlah trombosit sebesar <20,0 X 109 sel/liter, dan tidak ditemukan pendarahan yang masif. Beberapa penelitian menyatakan bahwa penderita leukemia yang memiliki trombosit <30.000/mm3 memiliki prognosis yang buruk. Hal ini didukung oleh sebuah penelitian di Jakarta (Simanjorang dkk., 2013), pasien leukemia akut dengan jumlah trombosit <30.000/mm3 memiliki risiko kematian 2,902 kali dibandingkan dengan pasien dengan jumlah trombosit ≥30.000/mm3

(95% CI; 1,162-7,252). Sedangkan untuk jumlah leukosit saat terdiagnosis, ditemukan 21% pasien dengan jumlah leukosit sebesar >50,0 X 109 sel/liter. Leukositosis berat saat terdiagnosis, dapat mempresentasikan tumor bulky, pembesaran mediastinum, hepatosplenomegali, dan limfadenopati.

(10)

4

Berdasarkan papaparan diatas, dirasa penting untuk mengetahui karakteristik penderita leukemia akut, yaitu LLA dan LMA, baik karakteristik sosiodemografi, profil klinis, dan profil laboratorik pasien, dengan maksud dapat mengetahui kecenderungan profil pasien di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar secara lokal, karena profil pasien di negara barat belum tentu dapat mewaliki keadaan lokal. Selain untuk mengetahui kecenderungan, mendapatkan data mengenai karakteristik sosiodemografi, profil klinis, dan profil laboratorik pasien, penting untuk mencegah misdiagnosis, perencanaan terapi, jumlah kematian, dan prognosis.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana karakteristik penderita leukemia akut (LLA dan LMA) yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2014-2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita leukemia akut (LLA dan LMA) yang dirawat di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2014-2015.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

1.4.1.1 Bagi RSUP Sanglah

Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman dalam mengkaji dan mengembangkan perencanaan pelayanan maupun edukasi kepada pasien sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan.

(11)

5

Penelitian ini dapat berkontribusi dalam memberikan data mengenai tren penyakit leukemia akut di RSUP Sanglah yang berguna untuk mengkaji dan mengembangkan perencanaan pelayanan kesehatan dan kesehatan masyarakat di Bali pada umumnya.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan studi lebih lanjut terkait dengan faktor risiko dan pemilihan strategi intervensi.

Referensi

Dokumen terkait

aluminium memiliki sifat anti karat, tidak mudah terbakar dan tahan terhadap segala jenis cuaca. Plat jenis ini sendiri mudah dibentuk, sehingg banyak digunakan dalam bidang

Fraksi etanol-air buah ketumbar merupakan fraksi yang mempunyai efek lebih baik dibandingkan dengan fraksi n-heksan dan etil asetat pada gambaran histopatologi

Oleh karena itu, rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini diantaranya adalah bagaimana analisis kebutuhan dan perancangan dari aplikasi navigasi Jawa Timur Park

Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk mengoptimalkan potensi dari lembaga pemerintah dan swasta yang terlibat dalam pengembangan bahan-bahan biologik veteriner maka perlu dilakukan

Besarnya gaya normal antar-irisan pada sisi kanan irisan (ER) dapat ditentukan dari kesetimbangan gaya pada arah horisontal untuk setiap irisan,

Golongan obat berikut ini dapat digunakan untuk terapi farmakologi parkinson... Berikut ini adalah tanda dan

in| Disita dari seorang warga Jakarta, ketika diserahkan ke Nyaru Menteng Monmon masih berusia 4,5 ­ 5 tahun dengan berat badan 19 kg. Setelah mengenyam pendidikan di Sekolah Hutan,

Vivotoksin ialah substansi kimia yang diproduksi oleh patogen dalam tumbuhan inang dan/atau oleh inang itu sendiri yang ada kaitanya dengan terjadinya penyakit, tetapi