• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERATURAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI ORAL DENGAN PERUBAHAN SIKLUS MENSTRUASI DI POLINDES TAMPUNG REJO KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETERATURAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI ORAL DENGAN PERUBAHAN SIKLUS MENSTRUASI DI POLINDES TAMPUNG REJO KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO 2014"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KETERATURAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI ORAL DENGAN PERUBAHAN SIKLUS MENSTRUASI DI POLINDES TAMPUNG REJO

KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO 2014

KEKI DEBBY KUFITASARI 11002158

Subject : Keteraturan, Kontrasepsi oral, Siklus menstruasi, Seluruh akseptor kontrasepsi pil

Description

Kontrasepsi pil mempunyai efek samping, salah satunya adalah terjadinya perubahan dalam siklus mestruasi. Penggunaan kontrasepsi oral kombinasi menyebabkan jumlah darah yang keluar makin sedikit bahkan kadang sampai amenorea, sedangkan penggunaan minipil dapat menyebabkan perdarahan bercak (spotting). Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara keteraturan penggunaan kontrasepsi oral dengan perubahan siklus menstruasi. Jenis penelitian analitik observasional dengan rancang bangun cross sectional. Hipotesis alternatif adalah ada hubungan antara keteraturan penggunaan kontrasepsi oral dengan perubahan siklus menstruasi. Variabel independennya keteraturan penggunaan kontrasepsi oral. Variabel dependennya perubahan siklus menstruasi. Populasinya seluruh akseptor kontrasepsi pil sebanyak 46 orang dan didapatkan sampel sebanyak 41 orang yang diambil menggunakan simple random sampling. Teknik pengumpulan data adalah wawancara dan angket, sedangkan instrumen penelitian adalah kuesioner. Pengambilan data tanggal 13-24 Mei 2014. Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data yaitu editing, coding, scoring, dan tabulating, lalu dianalisis menggunakan Chi Square Test.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar mengkonsumsi kontrasepsi oral secara teratur sebanyak 25 responden (61,0%) dan sebagian besar mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 23 responden (56,1%). Hasil Chi Square Test didapatkan p value = 0,001 < α = 0,05, maka H1 diterima, berarti ada

hubungan antara keteraturan penggunaan kontrasepsi oral dengan perubahan siklus menstruasi.

Responden tidak mengalami perubahan siklus menstruasi sebab pemakaian yang teratur atau tubuh mampu beradaptasi dengan hormon sintetis dalam kontrasepsi.

Simpulan hasil penelitian ini ada hubungan antara keteraturan penggunaan kontrasepsi oral dengan perubahan siklus menstruasi.

ABSTRACT

Contraceptive pills have side effects, one of them is the change in the menstrual cycle. The use of combined oral contraceptives caused less bleeding during menstrual periods and sometimes even up to amenorrhoea, while the use of mini pill can cause spotting. The purpose of the research is to know the relationship between regularity of oral contraceptive uses with the change. The

(2)

research type is observational analytic with cross sectional design. Alternative hypothesis was that there is a relationship between oral contraceptive uses with the regularity of the menstrual cycle. The independent variable was regularity of oral contraceptive uses. The dependent variable was change in the menstrual cycle. The population is all acceptors contraceptive pill as many as 46 people and obtained 41 people as sample by using simple random sampling. Techniques of data collection were interview and questionnaire, while the research instrument was questionnaire. Data were collected on May 13 to 24, 2014. After collected the data, then processed by editing, coding, scoring, and tabulating, and analyzed using Chi square test.

The results showed majority of respondents were regularly consume oral contraceptive as many as 25 respondents (61,0%) and majority of respondents experienced change in their menstrual cycle as many as 23 respondents (56,1%). The results of Chi square test obtained p value = 0,001 < α = 0,05, so H1 was accepted, it means that there was a relationship between regularity of oral contraceptive uses with the change of the menstrual cycle.

Respondents have not experience menstrual cycle change because of regular usage or the body is able to adapt to the synthetic hormones in the contraceptives.

Conclusion of this research is that there is relationship between regularity of oral contraceptive uses with the change of the menstrual cycle.

Keywords: regularity, oral contraceptive, menstrual cycle Contributor : 1. Ika Yuni Susanti, S.SiT

2. Fitria Edni Wari, S.Keb, Bd

Date : 7 Juni 2014

Type Material : Laporan penelitian Edentifier :

Right : Open Document

Summary :

LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron atau yang hanya terdiri dari hormon progesteron saja. Kebijaksanaan penggunaan pil diarahkan terhadap pemakaian pil dosis rendah, tetapi meskipun demikian pil dosis tinggi masih disediakan terutama untuk membina peserta KB lama yang menggunakan dosis tinggi (Suratun, dkk., 2008: 53). Pil KB termasuk banyak peminatnya di Indonesia. Alat kontrasepsi ini paling mudah digunakan dibanding alat kontrasepsi yang lain seperti susuk, spiral dan kondom. Tetapi selain memberikan banyak keuntungan, pil KB juga mempunyai efek samping, salah satunya adalah terjadinya perubahan dalam siklus mestruasi (Lusiana, 2004: 1).

Data United Nations (UN) tahun 2012 yang dilansir Earth Policy Institute menunjukkan 63% pasangan usia reproduksi menggunakan alat kontrasepsi.

(3)

Hampir 90% diantaranya yaitu sebanyak 662 juta menggunakan metode kontrasepsi modern, termasuk sterilisasi wanita 223 juta, IUD 169 juta, kontrasepsi oral yaitu sebesar 104 juta pengguna, kondom 90 juta, suntik 41 juta, sterilisasi pria 28 juta dan metode kontrasepsi modern lainnya 7 juta pengguna. Kontrasepsi oral adalah pilihan utama di negara-negara Afrika, Eropa dan Oceania (Australia, Selandia Baru, dan negara-negara Kepulauan Pasifik Selatan). Kontrasepsi oral juga banyak digunakan di Amerika Latin dan Karibia serta Amerika Selatan (Reading, 2012: 1-4).

Data Profil Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011 menunjukkan pengguna IUD 11,28%, MOW 3,49%, MOP 0,71%, kondom 8,82%, suntik 46,47%, dan pengguna kontrasepsi oral menurun menjadi 25,81% (Depkes RI, 2012). Data Profil Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012 menunjukkan pengguna IUD 11,53%, MOW 3,49%, MOP 0,70%, implan 9,17%, kondom 3,13%, suntik 46,84%, dan pengguna kontrasepsi oral menurun menjadi 25,13% (Depkes RI, 2013).

Data Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur tahun 2011 menunjukkan pengguna kontrasepsi oral 21,81%, IUD 14,36%, MOW 5,03%, MOP 0,47%, implan 8,57%, kondom 1,54%, suntik 48,23% (Dinkes Jatim, 2012). Data Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur tahun 2012 menunjukkan pengguna kontrasepsi oral 20,95%, IUD 14,45%, MOW 4,97%, MOP 0,47%, implan 9,27%, kondom 1,69%, suntik 48,20% (Dinkes Jatim, 2013).

Data Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto tahun 2011 diketahui pengguna kontrasepsi oral 15,70% (Dinkes Kabupaten Mojokerto, 2012), sedangkan tahun 2012 pengguna kontrasepsi oral 16,65% (Dinkes Kabupaten Mojokerto, 2013). Data akseptor alat kontrasepsi hormonal tahun 2009 di Kabupaten Mojokerto sebesar 15.345 akseptor dengan 40% diantaranya adalah akseptor kontrasepsi oral, dengan 56% diantaranya mengalami kegagalan akibat kebiasaan mengkonsumsi kontrasepsi oral yang tidak teratur (Dinkes Kabupaten Mojokerto, 2010).

Hasil studi pendahuluan tanggal 17-22 Maret 2014 di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto terhadap 8 akseptor KB pil diketahui 6 orang (75%) menggunakan pil oral kombinasi dimana 4 orang (67%) mengaku menggunakan secara teratur sesuai dengan aturan pemakaian dan dari 4 orang tersebut, 2 orang (50%) diantaranya mengaku kadang mengalami perdarahan bercak (spotting) serta darah yang keluar saat haid sedikit sehingga jarak antar haid panjang, sedangkan 2 orang (50%) lainnya mengalami siklus normal. 2 orang (33%) pengguna pil oral kombinasi menggunakan tidak teratur karena sering lupa dan kadang mengalami spotting. Sedangkan 2 orang (25%) menggunakan mini pil dan mengaku tidak teratur dalam mengkonsumsinya dan seluruhnya mengalami perdarahan bercak (spotting), namun terkadang perdarahan berkepanjangan.

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Proses terjadinya haid berlangsung dengan empat tahapan yaitu masa proliferasi, masa ovulasi, masa sekresi dan masa haid. Siklus haid normal dapat dipahami dengan mudah dengan membaginya menjadi tiga fase yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase luteal. Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback) antara hormon steroid dan hormon

(4)

gonadotropin (Proverawati dan Misaroh, 2009: 35). Siklus reproduksi wanita memerlukan kira-kira 28 hari untuk menyiapkan dan melepaskan ovum pada pertengahan siklus, mempersiapkan lingkungan uterus dan bila tidak terjadi konsepsi, pengeluaran darah dan jaringan dari uterus yang dikenal sebagai haid (mentruasi). Hormon yang mengatur siklus haid adalah estrogen dan progesteron (Hartanto, 2004: 103).

Pemberian kontrasepsi hormonal, seperti kontrasepsi oral kombinasi dapat menyebabkan perubahan terhadap sekresi steroid seks dari ovarium. Jumlah darah haid yang keluar selama penggunaan pil kontrasepsi akan berkurang hingga 50-70% terutama pada hari pertama dan kedua. Hal ini sangat jelas terlihat pada pil yang mengandung gestoden. Setelah penggunaan jangka lama, jumlah darah yang keluar juga makin sedikit dan bahkan kadang-kadang sampai dapat terjadi amenorea. Dengan berkurangnya jumlah darah yang keluar, biasanya lamanya perdarahan juga akan berubah pula. Perubahan terhadap lamanya perdarahan umumnya disebabkan oleh komponen gestagen dalam sediaan kontrasepsi hormonal tersebut. Sedangkan pada pemakaian mini pil, hampir 30-60% wanita yang menggunakan mini pil mengalami gangguan haid. Gangguan haid ini dapat berupa perdarahan sela ataupun perdarahan bercak (spotting) (Baziad, 2008: 23-24, 34). Efek samping lain dari penggunaan alat kontrasepsi ini menyebabkan seorang wanita mudah tersinggung, mudah tegang dan stres, bertambahnya berat badan, nyeri kepala, darah menstruasi yang banyak seperti pendarahan. Sedangkan yang berkolaborasi dengan progesteron menyebabkan payudara tegang, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram, liang senggama menjadi kering. Kelebihan dari kontrasepsi oral adalah dapat meningkatkan gairah seksual, sekaligus sebagai obat untuk mengobati penyakit endometriosis (Farrer, 2004: 96).

Menghadapi efek samping dari penggunaan metode kontrasepsi yang terpenting adalah konseling sebelum dan selama pemakaian kontrasepsi (Hartanto, 2004: 105). Tenaga kesehatan seperti bidan, selain memberikan rekomendasi pada praktik pilihan penggunaan kontrasepsi, kriteria kelayakan medis, kriteria sosial, perilaku maupun non medis, khususnya pilihan klien harus dipertimbangkan. Klien harus diberi cukup informasi agar dapat memilih metode kontrasepsi secara sadar. Informasi tersebut setidaknya harus meliputi pemahaman terhadap efektifitas relatif metode, penggunaan metode secara benar, cara kerja, efek samping yang umum terjadi, risiko kesehatan serta manfaat metode, tanda dan gejala yang mengharuskan klien kembali ke klinik/pelayanan kesehatan, informasi tentang kembalinya kesuburan sesudah penghentian suatu metode, dan informasi mengenai perlindungan terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS) (WHO, 2009: 4-5). Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan antara keteraturan penggunaan kontrasepsi oral dengan perubahan siklus menstruasi di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini penelitian analitik observasional. Rancang bangun yang digunakan adalah “cross sectional”. Variabel independen adalah keteraturan penggunaan kontrasepsi oral. Variabel dependen adalah perubahan siklus menstruasi. Populasinya adalah seluruh akseptor kontrasepsi pil pada bulan Mei 2014 di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto sebanyak

(5)

46 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian akseptor kontrasepsi pil di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto pada tanggal 13-24 Mei 2014 sebanyak 41 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah “simple random sampling”.

Lokasi penelitian : Penelitian ini dilakukan di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto dan waktu penelitian : dilaksanakan pada tanggal 13-24 Mei 2014. Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu kuesioner untuk mengukur penggunaan kontrasepsi oral dan kuesioner untuk mengukur perubahan siklus menstruasi. Analisa data yang dilakukan secara univariat dan bivariat.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 25 responden (61,0%). Responden berpendidikan menengah (SMA/MA) sebanyak 25 responden (61,0%). Hampir seluruh responden tidak bekerja sebanyak 31 responden (75,6%). Hampir setengah dari responden mendapat informasi dari tenaga kesehatan sebanyak 16 responden (39,0%). Sebagian besar responden menggunakan pil oral kombinasi sebanyak 30 responden (73,2%). Sebagian besar responden mengkonsumsi kontrasepsi oral secara teratur sebanyak 25 responden (61,0%). Sebagian besar responden mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 23 responden (56,1%). Dalam tabulasi silang dapat diketahui bahwa dari 25 responden yang teratur menggunakan kontrasepsi oral, hampir setengahnya tidak mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 16 responden (39,0%), sedangkan dari 16 responden yang tidak teratur menggunakan kontrasepsi oral, hampir setengahnya mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 14 responden (34,1%).

Sebagian besar responden mengkonsumsi kontrasepsi oral secara teratur sebanyak 25 responden (61,0%). Berdasarkan tabulasi data juga diketahui responden yang teratur menggunakan kontrasepsi oral terutama adalah jenis kontrasepsi oral kombinasi monofasik yaitu Mycroginon, Planotab, dan Andalan.

Kontrasepsi oral adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron (pil kombinasi) atau hanya terdiri dari hormon progesteron saja (Suratun, dkk, 2008: 53). Kontrasepsi oral kombinasi menggunakan estrogen dan progesteron sintetik untuk mencegah kehamilan. Hormon-hormon ini, yang diminum setiap hari bekerja untuk menghambat ovulasi, mengubah lapisan endometrium, dan menghalangi perjalanan sperma ke dalam uterus dengan mengentalkan mucus serviks (Wulansari dan Hartanto, 2007: 22). Pil sebaiknya dikonsumsi secara teratur setiap hari, lebih baik pada saat yang sama setiap hari. Pil yang pertama dimulai pada hari yang pertama sampai hari ke-7 siklus haid. Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid (Prawirohardjo, 2006: MK 31).

Keteraturan penggunaan pil oral terutama yang jenis oral kombinasi monofasik disebabkan jenis pil ini menurut beberapa responden lebih mudah pemakaiannya dan mudah diingat daripada jenis lain. Selain itu informasi yang cukup baik telah diberikan oleh tenaga kesehatan, khususnya bidan desa setempat, sehingga pemahaman responden juga cukup baik mengenai jenis kontrasepsi ini.

Sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 25 responden (61,0%). Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang teratur menggunakan

(6)

kontrasepsi oral hampir setengahnya berumur 20-35 tahun sebanyak 19 responden (46,3%). Sedangkan responden yang tidak teratur menggunakan kontrasepsi oral, sebagian kecil berumur <20 tahun sebanyak 8 responden (19,5%). Menurut Hurlock dalam Wawan dan Dewi (2010: 17), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai bagian dari pengalaman dan kematangan jiwa. Singgih (1998) dalam Hendra AW. (2011: 1) mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang, maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.

Responden yang berumur 20-35 tahun telah cukup mempunyai kematangan dalam berpikir dan bekerja, sehingga dapat mempertimbangkan pentingnya keteraturan selama penggunaan kontrasepsi oral. Berbeda dengan responden yang berumur <20 tahun, yang masih kurang pertimbangan, emosional dan cenderung lebih mudah ceroboh, sehingga kurang mempedulikan pentingnya keteraturan dalam penggunaan kontrasepsi oral.

Sebagian besar responden berpendidikan menengah (SMA/MA) sebanyak 25 responden (61,0%). Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang teratur menggunakan kontrasepsi oral hampir setengahnya berpendidikan menengah (SMA/MA) sebanyak 19 responden (46,3%). Sedangkan responden yang tidak teratur menggunakan kontrasepsi oral, sebagian kecil berpendidikan dasar (SD/MI atau SMP/MTs) sebanyak 10 responden (24,4%). Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Wawan dan Dewi, 2010: 11-12).

Keteraturan penggunaan kontrasepsi oral membutuhkan pemahaman dan komitmen yang tinggi dari penggunanya. Hal ini dapat dilakukan jika pengguna mempunyai latar belakang pendidikan yang baik, yaitu minimal pendidikan menengah. Karena tingkat pendidikan ini telah mengajarkan responden untuk mempunyai kemampuan menganalisis dan mengolah informasi yang didapat menjadi lebih bermanfaat dan menambah pengetahuannya. Berbeda dengan responden yang masih berpendidikan dasar, yang masih kurang memiliki kemampuan dalam menganalisis masalah, sehingga cenderung menyepelekan pentingnya keteraturan menggunakan kontrasepsi oral.

Hampir seluruh responden tidak bekerja sebanyak 31 responden (75,6%). Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang teratur menggunakan kontrasepsi oral hampir setengahnya tidak bekerja sebanyak 15 responden (36,6%) dan seluruh responden bekerja juga teratur menggunakan kontrasepsi oral. Sedangkan responden yang tidak teratur menggunakan kontrasepsi oral seluruhnya tidak bekerja sebanyak 16 responden (39,0%). Bekerja umumnya

(7)

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Thomas dalam Wawan dan Dewi, 2010: 17).

Status tidak bekerja menyebabkan responden mempunyai keterbatasan dalam masalah keuangan. Karena status tidak bekerja bukan berarti menunjukkan bahwa responden telah berkecukupan. Hal ini terlihat pada situasi rumah responden yang sederhana. Hal ini membuat responden cukup mengalami kesulitan untuk mendapatkan informasi sehingga menyebabkan responden yang tidak bekerja lebih banyak yang tidak teratur menggunakan kontrasepsi oral. Sedangkan responden tidak bekerja yang teratur menggunakan kontrasepsi oral disebabkan kecukupan informasi yang diperolehnya melalui tenaga kesehatan.

Hampir setengah dari responden mendapat informasi dari tenaga kesehatan sebanyak 16 responden (39,0%). Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang teratur menggunakan kontrasepsi oral hampir setengahnya mendapat informasi dari tenaga kesehatan sebanyak 16 responden (39,0%). Sedangkan responden yang tidak teratur menggunakan kontrasepsi oral sebagian kecil mendapat informasi dari saudara/teman sebanyak 9 responden (22,0%). Dalam perubahan perilaku seseorang juga membutuhkan informasi. Di masa kini informasi dibutuhkan oleh semua golongan masyarakat. Selain dari tenaga kesehatan, informasi lainnya adalah dari lingkungan dan media massa (Badaryati, 2012: 32).

Tenaga kesehatan menunjukkan peranannya sebagai educator bagi kesehatan masyarakat, khususnya dalam hal pemakaian kontrasepsi. Hal ini menyebabkan responden yang mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan seluruhnya teratur menggunakan kontrasepsi oral. Berbeda dengan responden yang mendapatkan informasi dari saudara/teman yang belum tentu informasi yang disampaikan benar dan tepat, sehingga lebih cederung tidak teratur dalam menggunakan kontrasepsi oral.

Sebagian besar responden mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 23 responden (56,1%). Siklus haid adalah jarak antara hari pertama haid dengan hari haid berikutnya. Siklus haid normal ialah 15-45 hari. Panjang siklus haid yang dianggap rata-rata ialah 28 hari (Suryoprajogo, 2008: 16). Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama + 7 hari. Lama perdarahan sekitar 3-5 hari dan tidak terasa nyeri. Jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncaknya hari kedua atau ketiga dengan jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah (Manuaba, dkk., 2008: 282).

Perubahan siklus menstruasi yang dialami oleh sebagian besar responden secara fisiologis menggambarkan organ reproduksi yang cenderung mengalami masalah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, seperti perubahan hormonal akibat penggunaan kontrasepsi hormonal atau stres, diet yang buruk serta aktifitas fisik yang berat.

Sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 25 responden (61,0%). Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang mengalami perubahan siklus menstruasi hampir setengahnya berumur 20-35 tahun sebanyak 14 responden (34,1%). Ketidakteraturan siklus haid sering terjadi pada remaja muda yang baru mengalami haid karena masih terjadi penyesuaian dalam tubuh. Selama 2 bulan berturut-turut mungkin mengalami siklus haid 28 hari namun

(8)

kemudian tidak datang bulan di bulan berikutnya. Setelah 1 atau 2 tahun siklus menstruasi akan lebih teratur (Kusmiran, 2011: 110).

Meski usia responden sudah tidak muda lagi, sehingga siklus menstruasi yang dialaminya seharusnya cenderung lebih teratur karena tubuh telah melakukan penyesuaian hormonal, namun kenyataan hampir setengahnya mengalami perubahan siklus menstruasi. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor yang mengganggu siklus menstruasi, misalnya penggunaan kontrasepsi atau konsumsi obat tertentu.

Sebagian besar responden berpendidikan menengah (SMA/MA) sebanyak 25 responden (61,0%). Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang mengalami perubahan siklus menstruasi hampir setengahnya berpendidikan menengah (SMA/MA) sebanyak 13 responden (31,7%). Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru (Pamungkas, 2011: 1).

Tingkat pendidikan menengah menunjukkan kemampuan dalam menganalisis dan mengolah informasi lebih baik. Namun dalam masalah ini yang terjadi responden kurang mampu menjaga diri dengan baik, misalnya kurang mampu mengatur pola makan, olahraga tidak teratur dan kurang mampu menghindari faktor resiko siklus menstruasi sehingga terjadi perubahan. Selain itu dapat juga disebabkan oleh pemakaian kontrasepsi.

Hampir seluruh responden tidak bekerja sebanyak 31 responden (75,6%). Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang mengalami perubahan siklus menstruasi hampir setengahnya tidak bekerja sebanyak 19 responden (46,3%). Paparan lingkungan dan kondisi kerja. Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang panjang dibandingkan dengan beban kerja ringan dan sedang (Kusmiran, 2011: 110).

Pekerjaan rumah tangga dan aktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh sebagian besar responden dapat menjadi salah satu penyebab perubahan siklus menstruasi. Sebab aktifitas yang terlalu berat atau berlebihan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya perubahan siklus menstruasi.

Sebagian besar responden menggunakan pil oral kombinasi sebanyak 30 responden (73,2%). Hasil tabulasi silang menunjukkan responden yang mengalami perubahan siklus menstruasi hampir setengahnya menggunakan pil oral kombinasi sebanyak 14 responden (34,1%). Kontrasepsi oral kombinasi menggunakan estrogen dan progesteron sintetik untuk mencegah kehamilan. Hormon-hormon ini, yang diminum setiap hari bekerja untuk menghambat ovulasi, mengubah lapisan endometrium, dan menghalangi perjalanan sperma ke dalam uterus dengan mengentalkan mucus serviks (Wulansari dan Hartanto, 2007: 22). Pada sediaan monofasik, makin kecil dosis estrogen dan progesteron, makin sedikit pula darah yang keluar dan makin besar dosis estrogen dan progesteron, makin banyak pula darah yang keluar (Baziad, 2008: 21, 24). Pembuatan sediaan bifasik tidak fisiologik, namun dalam hal terjadinya efek samping tidak dijumpai perbedaan antara bifasik dengan monofasik. Dosis estrogen yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya perdarahan bercak (spotting). Pada penggunaan pil bertingkat, lamanya perdarahan berkisar antara 3-5 hari (Baziad, 2008: 21, 24). Pada pemakaian pil trifasik, kadang tidak ditemukan perdarahan lucut. Pada

(9)

umumnya amenorea terjadi pada penggunaan pil dengan dosis gestagen yang tinggi atau pada penggunaan depo gestagen (Baziad, 2008: 25).

Pemakaian kontrasepsi oral kombinasi dapat mempunyai efek samping terhadap perubahan siklus menstruasi, baik pemakaian kontrasepsi monofasik, bifasik maupun trifasik. Sehingga merupakan hal yang wajar jika resonden mengalami perubahan siklus menstruasi karena ketidaksesuaian dengan sistem hormon tubuh.

Dapat diketahui bahwa dari 25 responden yang teratur menggunakan kontrasepsi oral, hampir setengahnya tidak mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 16 responden (39,0%), sedangkan dari 16 responden yang tidak teratur menggunakan kontrasepsi oral, hampir setengahnya mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 14 responden (34,1%).

Berdasarkan uji statistik dengan bantuan SPSS versi 19.0 menggunakan Chi Square Test didapatkan p value = 0,001 < α = 0,05, maka H1diterima, berarti

ada hubungan antara keteraturan penggunaan kontrasepsi oral dengan perubahan siklus menstruasi di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto.

Pemberian kontrasepsi hormonal, seperti kontrasepsi oral kombinasi dapat menyebabkan perubahan terhadap sekresi steroid seks dari ovarium. Jumlah darah haid yang keluar selama penggunaan pil kontrasepsi akan berkurang hingga 50-70% terutama pada hari pertama dan kedua. Hal ini sangat jelas terlihat pada pil yang mengandung gestoden. Setelah penggunaan jangka lama, jumlah darah yang keluar juga makin sedikit dan bahkan kadang-kadang sampai dapat terjadi amenorea. Dengan berkurangnya jumlah darah yang keluar, biasanya lamanya perdarahan juga akan berubah pula. Perubahan terhadap lamanya

perdarahan umumnya disebabkan oleh komponen gestagen dalam sediaan kontrasepsi hormonal tersebut. Sedangkan pada pemakaian mini pil, hampir 30-60% wanita yang menggunakan mini pil mengalami gangguan haid. Gangguan haid ini dapat berupa perdarahan sela ataupun perdarahan bercak (spotting) (Baziad, 2008: 23-24, 34).

Penggunaan kontrasepsi oral yang teratur, sesuai dengan saran pemakaian ternyata cukup mampu membuat sebagian besar responden tidak mengalami perubahan siklus menstruasi. Hal ini disebabkan karena berbagai alat kontrasepsi dibuat dengan mempertimbangkan efek samping minimal. Selain itu tubuhnya mampu beradaptasi dengan hormon sintetis yang terkandung dalam kontrasepsi tersebut. Adanya beberapa responden yang mengalami efek samping penggunaan kontrasepsi oral terhadap siklus menstruasinya dapat disebabkan karena pemakaiannnya tidak teratur, ketidaksesuaian antara hormon tubuh dengan hormon sintetis yang terkandung dalam kontrasepsi, misalnya pada sediaan kontrasepsi oral kombinasi monofasik, makin kecil dosis estrogen dan progesteron, makin sedikit pula darah yang keluar (oligomenorea bahkan amenorea) dan makin besar dosis estrogen dan progesteron, makin banyak pula darah yang keluar (polimenorea). Sedangkan pada sediaan bifasik dan trifasik dimana kadar estrogen makin meningkat dapat menyebabkan terjadinya perdarahan bercak (spotting). Sedangkan bagi ibu yang masih menyusui cenderung menggunakan minipil yang hanya mengandung progesteron.

Namun pemakaian minipil juga terkadang dapat mengganggu siklus menstruasi, seperti perdarahan bercak (spotting). Efek samping yang dirasakan

(10)

oleh setiap orang berbeda, sangat tergantung dari sistem hormonal tubuh dan kebiasaan hidup dari masing-masing individu.

SIMPULAN

1. Keteraturan penggunaan kontrasepsi oral di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto, sebagian besar mengkonsumsi kontrasepsi oral secara teratur sebanyak 25 responden (61,0%).

2. Perubahan siklus menstruasi di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto, sebagian besar mengalami perubahan siklus menstruasi sebanyak 23 responden (56,1%).

3. Ada hubungan antara keteraturan penggunaan kontrasepsi oral dengan perubahan siklus menstruasi di Polindes Tampungrejo Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto pada p = 0,001 < α = 0,05 jadi H1diterima

REKOMENDASI 1. Bagi responden

Supaya lebih meningkatkan pengetahuan tentang perubahan siklus menstruasi, khususnya akibat ketidakteraturan penggunaan kontrasepsi oral, sehingga dapat mengambil tindakan pencegahan dan penanganan lebih lanjut.

2. Bagi petugas kesehatan

Petugas kesehatan, khususnya bidan disarankan untuk meningkatkan konseling bagi akseptor kontrasepsi oral dengan memberikan informasi lengkap mengenai cara pemakaian yang benar sesuai aturan, efek samping dan penanganannya, menjelaskan jenis metode kontrasepsi lain jika ibu berkeinginan untuk pindah ke metode kontrasepsi lain.

3. Bagi institusi pendidikan

Supaya menambah referensi perpustakaan dan bahan acuan untuk menambah wawasan mahasiswa, sehingga kelak dapat melakukan konseling KB bagi akseptor kontrasepsi oral.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Supaya melanjutkan dan mengembangkan penelitian berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan siklus menstruasi, misalnya hubungan antara status gizi dengan perubahan siklus menstruasi.

Alamat Korespondensi :

Alamat Rumah :PERUM KEMANTREN INDAH Jl.Ngopak RT/ 07 RW/ 01 Desa Kemantren Rejo Kec. Rejoso Kab. Pasuruan Email : kekidebbykufitasarip@yahoo.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Mari berfokus pada kesantunan berbahasa di lingkungan sekolah atau dunia pendidikan, penelitian (Kurniadi, 2017) menyatakan masih banyak dan maraknya penggunaan

Untuk memperoleh lahan yang benar- benar sesuai diperlukan suatu kriteria lahan yang dapat dinilai secara objektif dan menunjukkan karakteristik lahan yang digunakan sebagai

Dalam analisa set film Nang Nak ini penulis menggunakan beberapa langkah-langkah yaitu menganalisa film; menetapkan ajaran Buddha Theravāda, hubungan Nak dan Mak,

Toba Pulp Lestari Porsea yang telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan telah mendapat sertifikat dan bendera emas, telah berhasil

dan kegiatan ekonomi masyarakat transmigran, analisis potensi ekonomi sumberdaya alam lokal, analisis potensi ekonomi sumberdaya manusia lokal, analisiskondisi

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Free Cash Flow , dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang

Kadar bioetanol, glukosa, dan asam asetat dari TKKS menggunakan proses sakarifikasi fermentasi simultan dengan perlakuan awal NaOH dilanjutkan dengan iradiasi berkas

Dengan demikian total harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full cosing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,