• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO

NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG

SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MOJOKERTO

Menimbang : bahwa dengan telah diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 72, Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, serta guna peningkatan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, maka perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Sumber Pendapatan dan Kekayaan Desa ;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur Juncto Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730) ;

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)

(2)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493 yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587) ;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO, dan

BUPATI MOJOKERTO

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Mojokerto.

(3)

3. Bupati adalah Bupati Mojokerto.

4. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat Daerah Kabupaten.

5. Camat adalah wakil Pemerintah Daerah di wilayah Kecamatan yang bersangkutan dan bertanggung jawab kepada Bupati.

6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Kabupaten Mojokerto.

7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Nasional.

8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

9. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

10. Dana perimbangan adalah pengertian sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

11. Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten untuk Desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten.

12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.

13. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa.

(4)

14. Kekayaan Desa adalah segala kekayaan dan sumber penghasilan bagi desa yang bersangkutan.

15. Pungutan desa adalah pungutan desa sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Desa untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

16. Tanah Kas Desa adalah Tanah milik desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa sebagai sumber penghasilan serta tanah milik desa lainnya yang tercatat dalam daftar kekayaan desa.

17. Tanah bengkok/pecaton/ganjaran adalah jenis tanah kas desa sebagai penghasilan langsung kepala Desa dan Perangkat Desa. 18. Tanah Bondo Desa adalah jenis tanah kas desa selain tanah

bengkok/pecaton/ganjaran diantaranya tanah Kemakmuran Titisara, Pangonan, Kuburan dan tanah yang dikuasai dan dikelola oleh Desa.

19. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDES adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

20. Sumbangan adalah pemberian Pihak Ketiga kepada Desa secara ikhlas, tidak mengikat, baik berbentuk uang atau yang disamakan dengan uang maupun barang bergerak atau tidak bergerak.

21. Hibah adalah penerimaan desa yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.

22. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan, penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi, supervisi, monitoring, pengawasan umum dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa.

(5)

BAB II

SUMBER PENDAPATAN

Pasal 2

(1) Sumber pendapatan Desa terdiri atas :

a. Pendapatan asli Desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah;

b. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten;

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten;

d. Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten;

e. Hibah dan sumbangan dari Pihak Ketiga yang tidak mengikat. (2) Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan

Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disalurkan melalui Kas Desa.

(3) Sumber Pendapatan Desa yang telah dimiliki dan dikelola oleh Desa tidak dibenarkan diambil alih oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

Bagian Kesatu Kekayaan Desa

Pasal 3

Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) huruf a, terdiri atas :

a. tanah kas desa ; b. pasar desa c. pasar hewan; d. bangunan Desa ;

e. obyek rekreasi yang dikelola oleh Desa ; f. pemandian umum yang dikelola oleh Desa ; g. hutan desa ;

(6)

h. tempat-tempat pemancingan yang dikelola oleh desa ; i. jalan desa ;

j. lain-lain kekayaan milik desa.

Bagian Kedua Pungutan Desa

Pasal 4

(1) Sumber pendapatan daerah yang berada di desa baik pajak maupun retribusi yang sudah dipungut oleh Propinsi atau Kabupaten tidak dibenarkan adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Desa.

(2) Pungutan retribusi dan pajak lainnya yang telah dipungut oleh Desa tidak dibenarkan dipungut atau diambil oleh Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten.

Pasal 5

Dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes), Desa dilarang :

a. menetapkan Peraturan Desa tentang pungutan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi; dan

b. menetapkan Peraturan Desa tentang pungutan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar desa, dan kegiatan ekspor/impor.

Pasal 6

Jenis pungutan Desa yang dapat menjadi sumber pendapatan asli Desa, antara lain meliputi :

a. pungutan pasar desa ; b. pungutan jalan desa ;

c. pungutan tempat pemakaman umum yang diurus desa ; d. pungutan tempat pemancingan milik desa ;

e. pungutan atas setiap jasa pemberian surat keterangan ; f. pungutan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.

(7)

Pasal 7

(1) Pemerintah Desa mempunyai kewenangan dalam pelaksanaan Pungutan yang diurus Desa.

(2) Organisasi kemasyarakatan yang ada di Desa tidak dibenarkan melakukan Pungutan Desa.

(3) Pelaksanaan Pungutan Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 6, dilakukan oleh Kepala Desa dibantu Perangkat Desa.

Pasal 8

(1) Ketentuan besaran dan tata cara pengelolaan pungutan ditetapkan dengan Peraturan Desa .

(2) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku setelah mendapat pengesahan dari Bupati.

Pasal 9

(1) Perencanaan penggunaan dan pengurusan Pungutan Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 6, ditetapkan dalam APB Desa.

(2) Semua pendapatan yang berasal dari pungutan Desa dimasukkan dalam Kas Desa dan dicatat secara tertib dan teratur dalam Buku Kas.

Bagian Ketiga

Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah

Pasal 10

(1) Dana bagi hasil untuk Desa bersumber dari pajak dan retribusi daerah.

(2) Jenis Pajak Daerah yang menjadi sumber bagi hasil terdiri atas : a. pajak pengelolaan kebersihan;

(8)

c. pajak pengelolaan tambang Galian C; d. pajak rumah potong hewan;

e. pajak restoran; f. pajak hotel;

g. pajak penerangan jalan umum; h. pajak tempat kos;

(3) Jenis Retribusi Daerah yang menjadi sumber bagi hasil terdiri atas :

a. retribusi pasar; b. retribusi terminal; c. retribusi parkir; d. retribusi perijinan;

e. retribusi biaya ganti cetak KTP/KK; f. retribusi pemakaian kekayaan daerah; g. retribusi pengelolaan kebersihan.

(4) Bagian Desa dari perolehan bagian pajak dan retribusi daerah pengalokasiannya ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 11

(1) Bagian Desa dari dana Bagi Hasil pajak daerah ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh per seratus) dari penerimaan Daerah. (2) Bagian Desa dari dana Bagi Hasil retribusi daerah ditetapkan

sebesar 10 % (sepuluh per seratus) dari penerimaan Daerah. (3) Bagian Desa dari dana Bagi Hasil pajak dan retribusi daerah

tertentu yang merupakan hasil kerjasama antara Pemerintah Kabupaten dengan Desa ditetapkan sebesar 40 % (empat puluh per seratus) untuk Desa dan 60 % (enam puluh per seratus) untuk Pemerintah Kabupaten.

(4) Penetapan dana bagi hasil untuk desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3), adalah setelah dikurangi biaya operasional pemungutan sebesar 9 % (sembilan per seratus).

(9)

Bagian Keempat Bagian Dana Perimbangan

Pasal 12

(1) Bagian Desa dari Dana Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang diterima Pemerintah Kabupaten terdiri atas :

a. Dana Bagi Hasil;

b. Dana Alokasi Umum; dan c. Dana Alokasi Khusus.

(2) Bagian Desa dari Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh per seratus) dari seluruh Dana Perimbangan yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten.

(3) Bagian Desa dari Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pembagiannya untuk setiap Desa ditetapkan secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa.

Pasal 13

(1) Besaran pembagian alokasi dana desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (3), ditetapkan dengan Peraturan Bupati berdasarkan potensi setiap Desa.

(2) Kriteria untuk menentukan besaran potensi masing-masing desa sebagai dasar penetapan alokasi dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kelima

Hibah dan Sumbangan dari Pihak Ketiga

Pasal 14

(1) Pemberian hibah dan sumbangan dari Pihak Ketiga sebagaimana dimaksud pada Pasal 2, ayat (1), huruf e tidak boleh mengurangi kewajiban-kewajiban pihak penyumbang kepada Desa.

(10)

(2) Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak dicatat sebagai barang inventaris kekayaan milik Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APB Desa.

BAB III

PENGEMBANGAN, PENGELOLAAN, DAN PENGURUSAN

Pasal 15

Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 3, diurus oleh Pemerintah Desa dan hasilnya harus dimanfaatkan sepenuhnya untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pembangunan Desa.

Pasal 16

(1) Pemerintah Daerah dapat membantu pengembangan dan pendayagunaan kekayaan Desa untuk meningkatkan pendapatan asli desa.

(2) Pengembangan sumber Pendapatan Asli Desa dapat dilaksanakan dengan mengadakan perubahan fungsi Tanah Kas Desa, dengan syarat :

a. Selama pengelolaan Tanah Kas Desa, Desa tidak boleh merubah status hak Tanah Kas Desa ;

b. Pengelolaan Tanah Kas Desa dengan cara alih fungsi dimusyawarahkan antara Pemerintah Desa dengan BPD dan ditetapkan dalam Peraturan Desa ;

c. Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada huruf b, berlaku setelah mendapatkan pengesahan dari Bupati.

(11)

Pasal 17

(1) Pengelolaan Sumber Pendapatan dan Kekayaan Desa harus berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan kebutuhan Pemerintah Desa.

(2) Pengurusan pengelolaan seperti tersebut pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB IV

PELEPASAN DAN TUKAR MENUKAR KEKAYAAN DESA

Pasal 18

(1) Pelepasan Kekayaan Desa berupa tanah atau bangunan kepada pihak lain, baik Pemerintah atau swasta dapat diproses apabila digunakan untuk kepentingan pembangunan sesuai dengan Rencana Tata Ruang yang telah ditentukan dan menguntungkan Desa yang bersangkutan dengan persetujuan BPD.

(2) Kekayaan Desa berupa tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah jenis Tanah Kas Desa yang berasal dari tanah bengkok/ pecaton/ ganjaran dan tanah bondo desa.

(3) Kekayaan Desa berupa bangunan adalah bangunan fisik milik Desa diantaranya Kantor/Balai Desa, Gedung Pertemuan, Waserda, Pasar Desa dan bangunan fisik lainnya yang terdaftar dalam inventaris kekayaan Desa.

Pasal 19

(1) Proses pelepasan kekayaan Desa berupa tanah dan atau berupa bangunan sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Desa.

(2) Peraturan Desa tentang Pelepasan dan tukar menukar kekayaan Desa memuat tentang :

(12)

a. Luas tanah dan volume bangunan yang akan dilepas, kelasnya dan penggunaannya ;

b. Luas tanah pengganti, pemiliknya, letaknya, kelasnya, nomor persil dan bukti kepemilikannya ;

c. Ketentuan-ketentuan lain yang disepakati antara Pemerintah Desa dengan pihak yang berkepentingan.

Pasal 20

(1) Pelepasan dan Tukar Menukar Kekayaan Desa dapat diproses jika desa yang bersangkutan memperoleh :

a. Ganti tanah dan atau bangunan yang luas atau nilainya minimal sama dengan tanah dan atau bangunan yang dilepaskan ; atau b. Ganti rugi berupa uang yang nilainya minimal sama dengan

tanah dan atau bangunan yang dilepaskan ; dan

c. Adanya partisipasi dari pihak yang berkepentingan kepada Pemerintah Desa yang bersangkutan sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam surat perjanjian.

(2) Pelepasan dan tukar menukar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat persetujuan Bupati dan ditetapkan dalam Peraturan Desa.

(3) Penilaian terhadap tanah dan atau bangunan yang dilepas serta penggantinya dilakukan oleh Tim Penilai yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati.

Pasal 21

(1) Tanah pengganti sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat (1), diupayakan tidak berpencar-pencar dan berlokasi di Desa yang bersangkutan.

(2) Apabila calon tanah pengganti di Desa yang bersangkutan telah diupayakan secara maksimal tidak diperoleh, maka tanah pengganti dapat diupayakan di Desa lain yang berbatasan atau Desa terdekat atas persetujuan BPD.

(13)

Pasal 22

(1) Hasil ganti rugi berupa uang harus disimpan dalam bentuk Deposito atas nama Pemerintah Desa sebagai Dana Abadi.

(2) Bunga deposito dari dana abadi digunakan untuk membiayai urusan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan Desa.

(3) Penggunaan sebagian atau seluruh Bunga Deposito Dana Abadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa setiap tahun.

(4) Dengan persetujuan BPD, Dana Abadi beserta bunganya dapat digunakan untuk pengadaan Tanah Kas Desa pengganti.

Pasal 23

(1) Bupati berhak membatalkan Peraturan Desa tentang Pelepasan dan Tukar Menukar Kekayaan Desa yang ternyata tidak memenuhi persyaratan sebagaimana diatur Pasal 20, 21 dan 22.

(2) Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dalam Keputusan Bupati dan disampaikan kepada Kepala Desa yang bersangkutan serta pihak yang berkepentingan.

Pasal 24

Prosedur pelepasan kekayaan desa dengan proses ganti rugi berupa uang maupun dengan proses Tukar Menukar/Ruislag/Tukar Guling ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

(14)

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 25

(1) Camat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penggunaan dan pengurusan sumber pendapatan Desa.

(2) Peraturan Desa tentang Sumber Pendapatan Desa wajib disampaikan kepada Bupati melalui Camat selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan sebagai bahan pembinaan dan pengawasan.

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 26

Pendapatan Desa yang berupa Tanah Kas Desa yang merupakan sumber penghasilan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa ditetapkan menjadi Sumber Pendapatan Desa yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Hal–hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 28

Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 7 Tahun 2003 tentang Sumber Pendapatan dan Kekayaan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto Tahun 2003 Nomor 7 Seri C, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 6 seri C), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(15)

Pasal 29

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto.

Ditetapkan di Mojokerto

pada tanggal 14 Agustus 2006 BUPATI MOJOKERTO,

ttd.

A C H M A D Y Diundangkan di Mojokerto

pada tanggal Nopember 2006

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO,

ttd.

R. SOEPRAPTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E

Salinan sesuai aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM

BAMBANG SUGENG, SH., MM. Pembina Tingkat I

(16)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 16 TAHUN 2006

TENTANG

SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA

I. U M U M

Bahwa guna menampung aspirasi yang berkembang pada masyarakat Desa dan dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang lebih efektif, demokratis dan bertanggung jawab serta untuk mewujudkan aparatur penyelenggara Pemerintahan Desa yang mempunyai kemampuan, integritas moral dan bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Berkenaan dengan itu, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa salah satu landasan pemikiran pengaturan mengenai Desa adalah otonomi, dimana mempunyai makna bahwa kewenangan Pemerintahan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat didasarkan pada hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat. Salah satu kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat adalah kewenangan untuk menentukan pemimpin masyarakat dan pimpinan Pemerintahan Desa.

Sehubungan dengan itu, untuk melaksanakan ketentuan Pasal 200 sampai dengan Pasal 216 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Pasal 72 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka untuk memberikan penegasan bagi Desa dalam menentukan sumber pendapatan, pengembangan, pengelolaan, dan pengurusan, pelepasan dan tukar menukar kekayaan desa, pembinaan dan pengawasan maka Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 7 Tahun 2003 tentang Sumber Pendapatan dan Kekayaan Desa, perlu ditinjau kembali yang dituangkan dalam suatu Peraturan Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

(17)

Pasal 2

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “usaha desa” adalah jenis usaha yang meliputi pelayanan ekonomi desa seperti :

a. Usaha jasa yang meliputi jasa keuangan, jasa angkutan darat dan air, listrik desa, dan usaha lain yang sejenis.

b. Penyaluran sembilan bahan pokok ekonomi desa

c. Perdagangan hasil pertanian meliputi tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan agrobisnis.

d. Industri dan kerajinan rakyat.

Huruf b

Dari bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) diberikan langsung kepada Desa. Dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa yang dialokasikan secara proporsional.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah” adalah terdiri dari dana bagi hasil pajak dan sumberdaya alam ditambah dana alokasi umum setelah dikurang belanja pegawai.

Dana dari Kabupaten/Kota diberikan langsung kepada Desa untuk dikelola oleh Pemerintah Desa, dengan ketentuan 30% (tigapuluh per seratus) digunakan untuk biaya operasional pemerintah desa dan BPD dan 70% (tujuh puluh per seratus) digunakan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Huruf d

Bantuan dari Pemerintah diutamakan untuk tunjangan penghasilan Kepala Desa dan Perangkat Desa. Bantuan dari Propinsi dan kabupaten/kota digunakan untuk percepatan atau akselerasi pembangunan Desa.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “sumbangan dari pihak ketiga” dapat berbentuk hadiah, donasi, wakaf, dan atau lain-lain sumbangan serta pemberian sumbangan dimaksud tidak mengurangi kewajiban pihak penyumbang.

(18)

Yang dimaksud dengan “wakaf” dalam ketentuan ini adalah perbuatan hukum wakaf untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas.

(19)

Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: 1) perkembangan perkamusan Arab - Indonesia dan Indonesia - Arab di Indonesia, 2) sistematika perkamusan

Pada penelitian ini, variabel yang digunakan adalah kejadian diabetic foot, usia, jenis kelamin, kepatuhan datang berobat dan lamanya dirawat pada rawat

profesional Membuat Ide Produksi Acara Televisi profesional Menentukan Tahapan Pra Produksi Acara Radio profesional Menentukan Tahapan Pra Produksi

Jika data klien sudah ter-input, selanjutnya lihat hasil skoring yang akan muncul secara otomatis.3. Baca petunjuk

Hasil penelitian menunjukkkan (1) t hitung = 2,14 dan t tabel = 1,68 atau > sehingga terima H 1 yang disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan

Kata Kunci : Usaha kecil dan menengah, Industri furniture, penggunaan informasi akuntansi, masa memimpin, omzet perusahaan, tingkat pendidikan, pelatihan akuntansi, dan

pimpinan di perusahaan anda adalah orang yang sudah cukup berumur dan sudah sering mejadi ketua di perusahaan tersebut dengan kinerja yang sangat baik, akan tetapi menurut rekan

Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat SPOP, adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data subjek dan objek Pajak Bumi dan