• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAPATAN DAN POLA DISTRIBUSI POHON KELAPA HIJAU (Cocos nucifera) PADA WILAYAH TIDAK BERPENGHUNI DI DESA BARIANG. Nor Aiyda 1, Lagiono 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAPATAN DAN POLA DISTRIBUSI POHON KELAPA HIJAU (Cocos nucifera) PADA WILAYAH TIDAK BERPENGHUNI DI DESA BARIANG. Nor Aiyda 1, Lagiono 1."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 1 No.3 (2015) : 1-9

1

KERAPATAN DAN POLA DISTRIBUSI POHON KELAPA HIJAU (Cocos nucifera) PADA WILAYAH TIDAK BERPENGHUNI DI DESA BARIANG

Nor Aiyda1, Lagiono1

1. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP-PGRI Banjarmasin, Jl. Sultan Adam Kompleks H. Iyus Blok A No.18 RT.23

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kerapatan dan Pola Distribusi Pohon Kelapa Hijau (Cocos Nucifera) pada Wilayah Tidak Berpenghuni di Desa Bariang Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan observasi dan pengamatan langsung ke lapangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode kuadrat dengan plot pengamatan 10m x 10m sebanyak 30 titik secara acak terpilih. Data dianalisis dengan menghitung berdasarkan kerapatan (X). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pohon Kelapa Hijau pada wilayah yang Tidak berpenghuni di Desa Bariang Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan memiliki kerapatan yaitu 11,93 individu/100m2.

Kata Kunci : Kerapatan, Pola distribusi, Pohon Kelapa Hijau, Desa Bariang

Published: September 2015

PENDAHULUAN

Permukaan bumi pada hakikatnya adalah merupakan sistem jaringan faktor yang berubah menurut ruang dan waktu.Tumbuhan yang tumbuh secara alami di suatu area tertentu hidup mengelompok membentuk masyarakat tumbuhan atau vegetasi. Kerapatan adalah besarnya populasi dalam hubungannnya dalam satuan ruang. Umumnya dinyatakan sebagai jumlah individu, atau biomassa populasi, persatuan areal atau volume (Hatta dkk, 1985:2). Karakteristik dasar suatu populasi adalah ukuran besar populasi atau kerapatan. Suatu populasi memiliki kekhasan dasar yang menarik bagi seorang ekologi adalah ukuran dan rapatnya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah rapatannya (Michael, 1994:300).Tumbuhan tersebar di alam disebabkan karena adanya perbedaan dalam kondisi lingkungan, sumber daya dan gangguan yang kesemuanya merupakan sejumlah kecil faktor yang mempengaruhi penyebaran tumbuhan (Ewusie, 1990:38).

Kelapa merupakan tanaman penting bagi negara-negara Asia –Pasifik. Kelapa Hijau selain memberikan devisa bagi negara juga merupakan mata pencaharian jutaan petani. Kelapa Hijau adalah tanaman serbaguna. Seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan manusia. Hasil buah kelapa hijau di Kecamatan

(2)

2

Kandangan adalah 966,57 ton/tahun hasil yang cukup besar sehingga menjadikan kecamatan kandangan memiliki monumen batang Kelapa dengan Ketupat besar di tengahnya.

Kelapa telah dikenal oleh masyarakat sejak zaman prasejarah dan diketahui tumbuh di daerah tropis. Pohon Kelapa Hijau pada wilayah tidak berpenghuni di Desa Bariang memiliki ciri-ciri yaitu tinggi batang bisa mencapai 15-35 m, batang Kelapa Hijau terbentuk bersama dengan pembentukan daun, daun berwarna Hijau, mempunyai 30-35 daun pada mahkotanya, bunga jantan dan bunga betina berada dalam satu malai, bunga betina yang dibuahi akan berkembang menjadi buah. Pohon Kelapa Hijau dapat tumbuh pada ketinggian 600-700 mdpl. Cocos nucifera dapat tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 200mdpl sehingga dapat berbuah cepat sedangkan yang tumbuh lebih dari 1000 mdpl pertumbuhannya lambat dan dapat berbuah pada usia 12 tahun. Curah hujan berkisar antara 1000-2250 mm/tahun. Dengan suhu rata-rata tahunan ± 25o C. Kelembaban sangat berpengaruh pada pertumbuhan pohon Kelapa Hijau yakni 60 – 80%, terlalu tinggi kelembaban dapat berakibat pada hasil buah. pH optimum antara 5.5 – 6.5 (Setyamidjaja, 2010:29-31).

Desa Bariang merupakan desa yang berada di kecamatan kandangan. Desa ini cukup luas dan banyak terdapat pohon Kelapa Hijau (Cocos nucifera) sehingga tempat ini cocok dan memungkinkan untuk melakukan penelitian tentang Kerapatan Dan Pola Distribusi Pohon Kelapa Hijau (Cocos nucifera) pada wilayah tidak berpenghuni di Desa Bariang Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada wilayah tidak berpenghuni Desa Bariang Kecamatan Kandangan selama 3 (tiga) bulan, mulai bulan Februari sampai dengan bulan April 2014 meliputi masa persiapan, pelaksanaan penelitian, pengelolaan dan analisa data serta penyusunan skripsi.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pohon kelapa Hijau yang terdapat pada wilayah tidak berpenghuni di Desa Bariang Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Sedangkan yang menjadi sampel penelitian adalah pohon kelapa Hijau (Cocos nucifera) yang terdapat dalam plot pengamatan ukuran 10 m x 10 m secara acak terpilih sebanyak 30 plot.

Alat-alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperti tabel kerja, alat tulis, tali rapia, kertas label, rol meter, soil tester, termometer, lux meter, anemometer,higrometer, altimeter, pisau dan kamera.

(3)

3 Pengumpulan Data

Data didapatkan dari Observasi dan wawancara. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data yaitu Parameter Lingkungan dan Penghitungan jumlah pohon. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yaitu Pemanfaatan Kelapa Hijau.

Kerapatan

Data hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil perhitungan statistik untuk memperoleh suatu data tentang kerapatan pohon Kalapa pada wilayah tidak berpenghuni di Desa Bariang Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai selatan.

Kerapatan menggunakan rumus Fachrul (2006:145), dengan rumus:

= ℎ

( )

Pola Distribusi menggunakan rumus:

Rapatan menggunakan rumus Michael (1994), dengan rumus :

( ) = ℎ

Untuk menentukan pola distribusi dengan menghitung varian atau nilai distribusi dengan rumus Molles (2005:221) dan Sudjana (2005:93).

Ragam (Varian)

S =∑( − )

− 1

Keterangan : S2 = Ragam (Varian) Xi = jumlah individu

= Kerapatan

n = Jumlah plot yang diamati

Berdasar Indeks of Disperasion (ID)

< 1 Penyebaran secara seragam (Regular)

> 1 Penyebaran secara bergerombol (Clumped)

(4)

4

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Kerapatan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Pohon Kelapa Hijau (Cococs nucifera) pada area yang telah ditentukan maka didapatkan jumlah dewasa, muda dan anakan seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Kerapatan Pohon Kelapa Hijau (Cocos nucifera Varietas Viridis)

No Jenis Kerapatan Plot Hasil Kerapatan

1 Kerapatan Anakan 120 0,3 400

2 Kerapatan muda 91 0,3 303

3 Kerapatan Dewasa 131 0,3 437

Jumlah 342

0,3 1140

Dilihat dari Tabel 1. diatas kerapatan tertinggi yaitu kerapatan dewasa adalah 4,70. Dan Kerapatan terendah yaitu kerapatan muda adalah 3,03

Pola Distribusi

Berdasarkan hasil perhitungan varian atau S2 dan S2/X untuk menentukan pola distribusi pohon Kelapa Hijau (Cocos nucifera) pada wilayah tidak berpenghuni di Desa Bariang Kecamatan Kandangan didapat pola distribusi seperti pada Tabel 2.

Tabel 2 Pola Distribusi Pohon Kelapa Hijau (Cocos nucifera Varietas Viridis)

No Tingkat Jumlah

individu

Jumlah total individu per plot

S2

atau nilai distribusi S2 X Pola Distribusi 1 Anakan 120 4,00 7,59 1,90 Bergerombol 2 Muda 91 3,03 4,59 1,51 Bergerombol 3 Dewasa 131 4,37 2,52 0,58 Seragam Total 342 11,40 PEMBAHASAN Kerapatan

Kerapatan adalah besarnya populasi dalam hubungannnya dalam satuan ruang. Umumnya dinyatakan sebagai jumlah individu, atau biomassa populasi, persatuan areal atau volume (Hatta dkk, 1985:2). Kerapatan

(5)

5

dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain faktor lingkungan, kerapatan juga dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, emigrasi dan imigrasi.

Kerapatan merupakan sifat pertama yang perlu mendapat perhatian. Pengaruh yang diberikan oleh populasi dalam satu komunitas atau ekosistem bukan hanya bergantung kepada jenis organisme tetapi juga kepada banyaknya individu atau kerapatan populasi itu. Dalam menentukan kerapatan populasi dalam skala ruang yang relatif sempit dapat melakukan perhitungan cacah individu atau biomas secara menyeluruh, namun pada ruang yang relative luas ada keterbatasan (McNaughton & Larry, 1990:131). Populasi memiliki sifat-sifat (karakteristik) yang dapat diukur secara statistik dan bukan sifat daripada individu-individu penyusunnya, di antara sifat-sifat tersebut adalah kepadatan, natalitas dan mortalitas, distribusi umur, potensi biotik, penyebaran dan bentuk pertumbuhan (Hatta dkk, 1985:2). Untuk tumbuhan faktor yang dapat mempengaruhi hanya faktor kelahiran dan kematian saja. Seperti yang dijelaskan oleh Indriyanto (2012:80-81) bahwa penyebaran umur merupakan salah satu karakteristik populasi yang mempengaruhi molaritas dan natalitas tumbuhan, karena perbandingan dari berbagai golongan umur individu-individu di dalam populasi akan menentukan status produktif yang sedang berlangsung pada populasi yang menyatakan kondisi yang diharapkan pada masa mendatang.

Berdasarkan hasil Tabel 1 diketahui jumlah individu total Pohon Kelapa Hijau (Cocos nucifera) adalah 342 yang terdiri atas 120 pohon anakan, 91 muda, dan 131 dewasa. Setelah dilakukan perhitungan, maka dapat diketahui kerapatannya yaitu anakan 400 individu/Ha, muda 303 individu/Hadan dewasa 437 individu/Ha. Dari hasil diatas kerapatan dewasa yang paling besar seperti yang terlihat pada Gambar 1 dan disajikan dalam bentuk grafik dibawah ini:

Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan pohon Kelapa Hijau dewasa memerlukan waktu berpuluh-puluh tahun untuk tumbuh dan berkembang. Seperti keterangan masyarakat Bariang bahwa Pohon Kelapa Hijau yang ada di Desa Bariang sudah ada sejak Kakek-Nenek Mereka. Sesuai yang dijelaskan oleh Warisno (2007:24) bahwa umur Kelapa Hijau mencapai 100 tahun lebih dengan umur produktif Kelapa Hijau sampai 50 tahun lebih. Ini membuktikan bahwa kemungkinan pohon Kelapa Hijau yang berumur sama dengan Kakek-Nenek masyarakat Bariang memang benar. Sehingga ini adalah salah satu alasan Kerapatan Dewasa Kelapa Hijau paling besar diantara yang muda dengan anakan. Selain itu, faktor lingkungan berkaitan erat dengan pertumbuhan dan perkembangan Kelapa Hijau. Kelapa Hijau dewasa dapat mempertahankan diri dari pengaruh lingkungan yang berubah, dibandingkan yang muda. Seperti yang dijelaskan oleh Polunin (1994:93) bahwa tumbuhan hanya dapat hidup di tempat yang kondisinya cukup sesuai baginya.

0 500

Anakan Muda Dewasa

Grafik Kerapatan Pohon Kelapa (Cocos nucifera)

(6)

6

Kerapatan yang terkecil adalah kelompok pohon Muda Kelapa Hijau yaitu sebesar 303 individu/Ha. Hal ini karena jumlahnya yang sedikit dan penyebarannya terbatas. Hal tersebut dipengaruhi olah kondisi habitat yang tidak sesuai dengan pertumbuhannya. Kisaran suhu lingkungan yang terlalu panas antara 26,1 - 32,9 oC sehingga muda Kelapa Hijau tidak mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan sehingga pertumbuhan dan perkembanng muda Kelapa Hijau terhambat. Suhu memiliki peran yang sangat vital, yaitu menentukan kecepatan reaksi-reaksi dan kegiatan kimiawi yang mencakup kehidupan (Polunin, 1994:351). Menurut Setyamidjaja (2010:29) Kelapa Hijau dapat tumbuh pada suhu rata-rata tahunan yang baik terhadap pertumbuhan dan produksi buahnya 27oC. Selain itu ada faktor biotik yang mempengaruhi yaitu masyarakatnya. Masyarakat Bariang sering juga menebang muda Kelapa Hijau untuk perluasan lahan pemukiman. Dan batangnya digunakan untuk keperluan sehari-hari. Sama halnya dengan anakan Kelapa Hijau yang kerapatannya lebih kecil dari pada kerapatan dewasa, yaitu 400 individu/Ha karena anakan tidak bisa menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan.

Kerapatan pohon Kelapa Hijau ini untuk mengetahui apa populasi sedang berubah (berkurang atau bertambah) pada saat tertentu di daerah penelitian. Nilai kerapatan dapat menggambarkan bahwa jenis yang nilai kerapatannya tinggi memiliki pola penyesuaian yang besar. Sehingga berdasarkan hal tersebut, Pohon Kelapa Hijau memiliki pola penyesuaian yang besar terhadap lingkungan.

Piramida Umur Pohon Kelapa (Cocos nucifera)

Dewasa

Muda

Anakan Dewasa Muda Anakan

Gambar 2, kurva bentuknya tidak seperti Piramida melainkan seperti jam pasir. Ini menunjukkan bahwa kelompok yang baru tumbuh dan berkembang adalah kelompok anakan dan muda. Sedangkan kelompok dewasa adalah kelompok yang masih dapat bereproduksi menghasilkan buah Kelapa Hijau (Indriyanto, 2012:80-82). Muda Kelapa Hijau paling sedikit antara Anakan dengan dewasa ini dikarenakan mortalitas atau angka kematian saat muda sangat tinggi sedangkan pada anakan dengan dewasa rendah. Sedang natalitas Kelapa Hijau sesuai dengan kerapatan anakan. Penyebaran umur adalah suatu sifat populasi yang penting dalam hubungannya dengan mortalitas dan natalitas. Mortalitas sering bervariasi terhadap umur dan natalitas sering terbatas pada

200 150 100 50 0 50 100 150 200 U

mu r

(7)

7

umur-umur tertentu. Suatu populasi yang dapat berubah struktur penyebaran umurnya tanpa perubahan ukuran besarnya (Riyanto dkk, 1985:11).

Odum (1998) menjelaskan bahwa pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya bergantung kepada jenis dari organisme yang terlihat, tetapi tergantung pada jumlahnya yaitu kerapatan populasi. Kerapatan ini juga menunjukkan keberadaan suatu tumbuhan. Kerapatan populasi selalu berubah menurut waktu. Beberapa perubahan hanya berfluktuasi local yang kecil sifatnya, sehingga tidak memberikan arti yang penting. Perubahan yang lainnya cukup besar sehingga mempengaruhi sistem secara keseluruhan. Salah satu Faktor yang menyebabkan perubahan kerapatan populasi adalah gangguan ekologis seperti perubahan iklim dan pengaruh dari faktor seperti polusi, kebakaran hutan (api), dan penginjakan yang menyebabkan penurunan ukuran populasi baik untuk sementara maupun untuk waktu yang relatife lama (Odum, 1998).

Pola Distribusi

Kelapa Hijau memiliki pola distribusi bergerombol dan seragam. Pola bergerombol memperlihatkan bahwa hadirnya tumbuhan memungkinkan untuk menemukan individu lain dari jenisnya yang sama di sekitarnya. Sedangkan pola teratur atau seragam terjadi apabila kondisi lingkungan cukup seragam di seluruh area dan ada kompetisi yang kuat antarindividu anggota populasi (Indriyanto, 2012:83). Kompetisi yang kuat antarinsividu anggota populasi akan mendorong terjadinyapembagian ruang yang sama (Odom, 1993). Pola distribusi tumbuhan secara bergerombol dapat dilihat dari cara reproduksi tumbuhan yang kebanyakan berkembangbiak dengan biji dimana biji atau buah cenderung jatuh dekat induk atau rimpang yang menghasilkan anakan vegetatif yang masih dekat dengan induknya (Campbell, 2000:335).

Tumbuhan dilihat dari perkembangbiakannya menggunakan biji yang sangat kecil dan ringan sangat mudah diterbangkan oleh angin dan terlontar kemana-mana (Polunin, 1994:122). Lain halnya dengan Kelapa, pohon Kelapa tumbuh dari buahnya, buah Kelapa besar dan berat antara 2-2,5 kg sehingga hanya melalui air, media penyebarannya dari satu tempat ke tempat yang lain. Pepohonan yang tumbuh bersama-sama dalam kelompok pada daerah yang luas dapat terjadi kompetisi yang kuat dalam meraih hara dan cahaya dibandingkan pepohonan tersebut tumbuh terpisah, tetapi pepohonan yang tumbuh tahan terhadap pengaruh angin yang kencang dan dapat mengendalikan kelembaban udara dan mampu mengendalikan iklim setempat (Indriyanto, 2012:84). Seperti halnya pada pohon Kelapa (Cocos nucifera) pada wilayah tidak berpenghuni di Desa Bariang ini tahan terhadap angin kencang tapi untuk menahan buah yang berat dengan dahan yang kecil tidak kuat pasti akan ada buah yang jatuh lalu menggelinding dan berhenti di tempat yang cocok, akhirnya menjadi pohon Kelapa.

Pola distribusi bergerombol juga terjadi karena reproduksi tumbuhan yang kebanyakan berkambangbiak dengan buah yang jatuh dekat induknya. Selain itu pola distribusi bergerombol juga berhubungan dengan lingkungan mikro, dimana habitat bersifat homogen pada tingkat lingkungan makro, tetapi pada lingkungan lebih kecil terdiri atas banyak mikrositus yang berbeda yang memungkinkan penempatan dan pemantapan suatu spesies dengan tingkat keberhasilan yang berbeda pula. Mikrositus yang cocok suatu spesies akan cendrung lebih padat ditempati oleh spesies yang sama (Ramli & Hardiansyah, 2000:18).

(8)

8

Pola distribusi bergerombol dapat meningkatkan kompetisi dalam meraih unsur hara, ruang dan cahaya. Ini berarti terjadi persaingan antara individu-individu tumbuhan Kelapa di mana tiap individu itu mampu bertahan hidup memerlukan sumber daya yang tersedia di lingkungan. Hal ini dapat dilihat bahwa keberadaan pohon Kelapa Hijau (Cocos nucifera) tidak jauh dari induknya. Tumbuh dekat induknya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi dan akan terjadi kompetisi dalam pengambilan sumber daya dan hanya beberapa tumbuhan yang akan terus hidup. Seperti halnya jenis dewasa lebih banyak dibandingkan anakan dengan pohon Kelapa Hijau (Cocos nucifera). Dampak ini adalah adanya persaingan antara pohon Kelapa yang berpengaruh pada tumbuh dan berkembang suatu jenis kelompok yang berbeda dalam jumlahnya.

Tumbuhan tersebar di alam (tidak mempunyai jarak yang sama) disebabkan karena adanya perbedaan dalam kondisi lingkungan, sumber daya, tetangga dan gangguan. Perbedaan perangkat kondisi lingkungan tersebut tidak hanya distribusi dan memodifikasi kemelimpahan individu, tetapi juga dapat merubah laju pertumbuhan, produksi biji, pola percabangan, pola pertumbuhan dan reproduksi yang mencerminkan adaptasi tumbuhan terhadap faktor lingkungan tertentu (Odum, 1998).

Pola distribusi Dewasa Kelapa Hijau secara seragam karena hampir di setiap plot penelitian ditemukan Dewasa Kelapa Hijau. Pola distribusi seragam terjadi karena kondisi lingkungan yang cukup seragam di seluruh area dan ada kompetisi yang kuat antar individu anggota populasi. Kompetisi yang kuat antarindividu anggota populasi akan mendorong terjadinya pembagian ruang yang sama (Odom, 1993). Dan adanya tumbuhan Dewasa Kelapa Hijau yang tumbuh sebelum muda Kelapa Hijau tumbuh menjadi dewasa, sehingga terjadi pola distribusi Kelapa Hijau yang seragam.

Secara umum faktor lingkungan di Desa Bariang Kecamatan Kandangan mendukung pertumbuhan pohon Kelapa Hijau (Cocos nucifera). Hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter lingkungan seperti : Suhu, kelembaban udara, pH tanah, kelembaban tanah, intensitas cahaya, kecepatan angin dan ketinggian tempat masih berada pada kisaran toleransi pertumbuhan tanaman pohon Kelapa Hijau.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kerapatan pohon Kelapa Hijau (Cocos nucifera) yang ditemukan di Desa Bariang Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah 1140 individu/Ha yang meliputi 400 individu/Ha Anakan, 303 individu/Ha muda dan 437 individu/Ha Dewasa.

2. Pohon Kelapa Hijau (Cocos nucifera) yang ditemukan di desa Bariang Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan memiliki pola distribusi bergerombol untuk Anakan dan Muda sedangkan yang dewasa pola distribusinya seragam.

(9)

9 DAFTAR RUJUKAN

Campbell, N.A, Reece, J.b, Mitchell, L.G. 2000. Biologi Jilid III. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Fachrul, Melati Ferianita, Dr. 2006. Metode Sampling Bioekologi: Jakarta Indriyanto, Ir. 2012. Ekologi Hutan. Bumi Aksara: Jakarta

Michael, P. 1994. Metode Ekologi Untuk penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Molles, M. C. Jr. 2005. Ecology : Concepts and Applications. International Edition. Mexico : Mc Graw Hill Companies.

Odum, E. P. 1998. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Polunin, N. 1994 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Gambar

Tabel 2 Pola Distribusi Pohon Kelapa Hijau (Cocos nucifera Varietas Viridis)
Grafik Kerapatan Pohon Kelapa (Cocos nucifera)
Gambar  2,  kurva  bentuknya  tidak  seperti  Piramida  melainkan  seperti  jam  pasir

Referensi

Dokumen terkait

Salah satunya dibangun dari industri kreatif yang dapat menjadi cikal bakal bagi tonggak kekuatan nasional.Dengan mengangkat tema Optimalisasi Potensi Lokal

Dengan e-commerce dapat memudahkan penjual untuk mengetahui laporan penjualan, laporan pengiriman, laporan potongan harga, laporan refund, laporan retur, laporan

Selama LETI, peningkatan respon hemodinamik terjadi karena jalan nafas atas (laring, trakhea, dan karina) memiliki refleks sistem saraf simpatetis yang dapat

Fungsi Bagian Tanaman adalah membantu general manager dalam kebijakan direksi di bidang penanaman dan penyediaan bibit tebu, pemasukan areal tebu rakyat intensifikasi

Hasil penelitian lain yang berkaitan dengan pendapatan daerah di Kota Yogyakarta yaitu tentang pemungutan retribusi parkir juga menghasilkan kesimpulan bahwa

Pada fase vegetatif isolat rhizobakteria R53, R6, dan R26 mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai lebih baik dibandingkan dengan isolat rhizobakteria lainnya dalam hal;

Gejala : warna hitam seperti beludru yang menutupi permukaan daun sawo; serangan lebih lanjut dapat menutupi seluruh daun dan ranting tanaman sawo; jika serangan jamur

Alih fungsi lahan yang terjadi ialah perubahan penggunaan lahan dari fungsi lahan sebagai ruang terbuka hijau publik yang semestinya difungsikan sebagai daerah