21 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode analisis framing dengan paradigma konstruksionis. Pertanyaan utama dari paradigma kostruksionis ini adalah bagaimana peristiwa atau suatu realitas dikonstruksi, dan dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Implikasi dari paradigma konstruksionis adalah penggunaan pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan untuk menganalisis bagaimana media mengkonstruksi realitas dalam teks media. (Eriyanto, 2002)
Taylor dan Bedgan (dalam Suyanto, 2005) mengartikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata yang diucapkan secara verbal maupun tertulis, serta tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. Moleong (2002) menjelaskan deksriptif sebagai data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar, maka tentu laporan penelitian ini adalah berupa kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.
3.2 Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis framing Entman. Penelitian kualitatif dipilih peneliti karena penelitian ini cocok untuk menjelaskan tentang pembingkaian yang dibentuk oleh media massa online khususnya portal berita Kompas.com dan Detik.com tentang Konflik Dualisme DPR. Salah satu perbedaan penelitian Kuantitatif dan Kualitatif yaitu, dalam Penelitian Kuantitatif berakar dari epistemologi objectivism dan menganut perspektif teoritis positivism maka, kebenaran yang akan ditemukan sesungguhnya sejak dahulu sudah ada namun tersembunyi. Sedangkan penelitian kualitatif berusaha menggali dan memahami pemaknaan akan kebenaran yang berbeda-beda oleh orang yang berbeda. (Ardial, 2014)
Oleh karena itu, peneliti memilih mode penelitian kualitatif dikarenakan kebenaran dari pembingkaian yang dibentuk oleh Kompas.com dan Detik.com dalam pemberitaan konflik
22
dualisme DPR ini belum ditemukan, dan interpretasi setiap orang tentang pembingkaian ini berbeda-beda.
Metode analisis yang digunakan oleh peneliti adalah Framing model Entman. Alasan peneliti memilih menggunakannya dikarenakan metode ini secara eksplisit melihat sejauh mana fungsi media massa, karena Entman mencoba merangkai isu aktual oleh media ke dalam “define problems”, diagnose causes”, “moral judgement” dan “treatment recomendation”. Dalam hal ini, analisis framing Entman tidak hanya berhenti pada persoalan bagaimana media mengemas isu, melainkan juga bagaimana memberi arahan solusi persoalan, termasuk menempatkan isu itu dalam konteks etisnya. Peneliti melihat ini sebagai kelebihan dan kekhasan model framing Entman untuk menganalisa pemberitaan di media massa. Lebih lanjut, metode framing model Entman ini dirasa tepat oleh peneliti untuk menganalisis pemberitaan di media online karena framing Entman menekankan pada seleksi isu dan penonjolan pada aspek tertentu secara makro. Penekanan itu sesuai dengan karakteristik berita online yang dibuat untuk pembaca berita yang membaca dengan cara scanning, dimana diperlukan seleksi isu dan penonjolan aspek tertentu (saliance) untuk menyesuaikan dengan pembaca berita dengan scanning tersebut.
3.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif eksplanatoris. Pengertian metode deskriptif menurut Soegiyono (2005) sebagai berikut;
“Metode deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisa data dengan cara penggambaran hasil penelitian tetapi tidak untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”
Peneliti memilih jenis penelitian ini karena ingin menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dalam hal ini adalah meggambarkan pembingkaian berita Konflik Dualisme DPR yang dilakukan oleh 2 (dua) portal berita online. Dalam penelitian ini, dibutuhkan ketelitian agar dapat merepresentasi pembingkaian yang dilakukan portal berita online Kompas.com dan Detik.com.
23 3.4 Unit Amatan dan Unit Analisis
Unit amatan dalam penelitian ini adalah media online Detik.com dan Kompas.com, sedangkan unit analisis nya adalah kumpulan berita mengenai peristiwa mengenai DPR tandingan yang disajikan oleh kedua media online tersebut selama 29 - 31 Oktober 2014, pertimbangannya karena dalam rentang waktu tersebut ekskalasi konflik dualisme DPR mencapai puncaknya hingga memunculkan DPR tandingan, dan media massa nasional ramai menyoroti peristiwa ini serta menjadikannya sebagai headline (berita utama). Peneliti menetapkan unit analisis dalam penelitian ini masing-masing 5 berita tentang DPR tandingan dari Detik.com dan Kompas.com yang menjadi headline selama kurun waktu 29 – 31 Oktober 2014, yakni sebagai berikut:
Unit Analisis di Detik.com:
1. Rabu, 29 Oktober 2014
Muncul Pimpinan Tandingan, Politisi di DPR Dinilai Belum Bisa Move On (17:48 WIB)
2. Kamis, 30 Oktober 2014
Gonjang-ganjing Politik, ketika DPR Terbelah Dua (07:13 WIB)
DPR Terbelah, Kemana Jiwa Kenegarawanan para Politisi Senayan (12:15 WIB) DPR Terbelah karena KMP dan KIH Berebut Kuasa, Kapan Kerjanya (15:29 WIB)
3 . Jumat, 31 Oktober 2014
24 Unit Analisis di Kompas.com:
1. Rabu, 29 Oktober 2014
Koalisi Indonesia Hebat Ingin Gelar Pemilihan Pimpinan Alat Kelengkapan DPR Tandingan (13:59 WIB)
Koalisi Indonesia Hebat Angkat Pimpinan DPR Tandingan (16:18 WIB)
2. Kamis, 30 Oktober 2014
“Sejak Awal, Koalisi Merah Putih Memang Cuma Basa-basi…” (01:11 WIB)
Ini Alasan Fraksi Pendukung Jokowi-JK Gelar Sidang Paripurna Tandingan (21:19 WIB)
3. Jumat, 31 Oktober 2014
Ketua DPR Versi KIH Menolak Disebut Ilegal (13:48 WIB)
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunduh berita-berita pada Detik.com dan Kompas.com mengenai peristiwa DPR tandingan. Kumpulan berita tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisis framing model Robert Entman.
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang telah ditetapkan oleh peneliti sebagaimana telah dipaparkan diatas. Sedangkan untuk data sekunder, penulis akan menggunakan data tambahan dari literatur-literatur ilmiah dan sumber-sumber internet yang relevan dengan penelitian ini.
25 3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.
Peneliti menggunakan teknik analisis framing sebagai teknik dalam menganalisis data penelitian. Analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana media mengemas suatu peristiwa untuk dituangkan dalam bentuk berita. Sisi mana yang ditonjolkan atau dihilangkan dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Karenanya berita menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, dan wajar. (Sobur, 2004)
Dengan menggunakan analisis framing, penelitian ini akan memaparkan bagaimana institusi media membingkai atau mengkonstruksi berita-berita mengenai peristiwa DPR tandingan. Pembingkaian atau pengkonstruksian berita ini dilakukan melalui penyeleksian isu dan penonjolan-penonjolan aspek-aspek tertentu oleh portal berita online Detik.com dan Kompas.com.
3.7 Langkah-langkah penelitian analisis framing
Dalam penelitian ini, dimana peneliti menggunakan perangkat framing model Robert Entman, peneliti berupaya menganalisis berita-berita mengenai peristiwa DPR tandingan media online Detik.com dan Kompas.com, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Peneliti menetapkan sampel dari kumpulan berita mengenai peristiwa DPR tandingan pada kurun waktu 29 - 31 Oktober 2014 di media online Detik.com dan Kompas.com, kemudian membuat kerangka framingnya berdasarkan model Robert Entman.
2. Melakukan analisis terhadap berita-berita tersebut dan kemudian membuat interpretasi-interpretasi nya berdasarkan model Robert Entman. Analisis berita-berita itu akan dibagi pada empat struktur besar analisis framing Entman, yakni sebagai berikut:
26
a. Define Problems atau Problem Identification (identifikasi masalah) adalah elemen yang pertama kali dilihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame atau bingkai yang paling utama. Hal ini menekankan bagaimana peristiwa dilihat dan dipahami oleh pekerja media. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama akan dapat dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda pula. (Eriyanto.2002)
b. Diagnose Causes atau Causal Interpretation (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor atas suatu peristiwa. Penyebab disini bisa apa (what), tetapi juga bisa siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah pun secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.
c. Make Moral Judgement atau Moral Evaluation (membuat keputusan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada Identifikasi masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan dan penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar atau dikenal oleh khalayak.
d. Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian) adalah elemen yang dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh pekerja media. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat bergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah. (Eriyanto, 2002)