• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORI AGUNG SKRIP KARYA SENI OLEH : I GUSTI NGURAH JAYA KESUMA NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KORI AGUNG SKRIP KARYA SENI OLEH : I GUSTI NGURAH JAYA KESUMA NIM :"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

KORI AGUNG

SKRIP KARYA SENI

OLEH :

I GUSTI NGURAH JAYA KESUMA NIM : 2006-02-018

PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWATITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA

DENPASAR

2011

(2)

SKRIP KARYA SENI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Seni (S1)

MENYETUJUI

PEMBIMBING I

Tri Haryanto, S.Kar., M.Si. NIP : 19620709 199203 1 004

ii

PEMBIMBING II

I Ketut Partha, SSKar., M.Si. NIP : 19590805 198603 1 004

(3)

Skrip Karya Seni ini telah diuji dan dinyatakan sah oleh Panitia Ujian Akhir Sarjana (S1) Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar.

Pada : ………

Hari/Tanggal : ………

Ketua : I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn. NIP : 19681231 199603 1 007

( ……….. )

Sekretaris : I Dewa Ketut Wicaksana, SSP., M.Hum ( ……….. )

Dosen Penguji :

1. A.A.A. Kusuma Arini, SST., M.Si. NIP. 19470509 197503 2 001 2. I Gusti Ngurah Sudibya, SST., M.Sn.

NIP. 19680813 199303 1 004 3. I Made Kartawan, S.Sn., M.Si. NIP. 1972010 200312 1 001

Disahkan pada tanggal : ………..

Mengetahui:

Fakultas Seni Pertunjukan

( ……….. )

( ……….. )

( ……….. )

Institut Seni Indonesia Denpasar Dekan

I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn. NIP. 19681231 199603 1 007

iii

Jurusan Seni Karawitan Ketua,

I Wayan Suharta, S.Skar., M.Si. NIP. 19630730 199002 1 001

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur, kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan berkat rahmatNyalah maka piñata dapat

menyelesaikan Skrip Komposisi Musik dengan Judul “KORI AGUNG” ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Garapan ini disajikan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana Seni pada Institut Seni Indonesia Denpasar.

Penata menyadari sepenuhnya bahwa skrip ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari pada dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya memberikan koreksi maupun masukan- masukan. Untuk itu melalui kesempatan ini penata menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. I Wayan Rai, S., MA., selaku Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan sehingga skrip ini dapat terwujud.

2. Bapak I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn., selaku Dekan Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah memberikan koreksi, masukan, dan petunjuk sehingga Skrip Karya Seni ini terwujud. 3. Bapak I Wayan Suharta, S.Skar., M.Si., selaku Ketua Jurusan Seni

Karawitan Institut Seni Indonesia Denpasar yang banyak memberi masukan dari segi tulisan maupun garapan.

4. Bapak Tri Haryanto, S.Kar., M.Si., selaku Pembimbing I di tengah-tengah kesibukannya telah banyak memberikan koreksi masukan hingga skrip Komposisi Music “KORI AGUNG” ini terwujud dan Bapak I Ketut

(5)

Partha, S.Skar., M.Si., selaku Pembimbing II juga banyak memberikan masukan dari segi tulisan maupun garapan.

5. Kepada Bapak/Ibu Dosen Karawitan ISI Denpasar juga banyak

memberikan masukan- masukan terwujudnya skrip ini maupun masukan dari segi Garapan.

6. Kepada teman-teman pendukung Garapan Kori Agung baik Sanggar Saba Sari, Putra Mandiri, Eka Jaya Xanthi, siswa SMK 3 Sukawati, adik-adik Jurusan Karawitan Semester 2 dan Jurusan Pedalangan ISI Denpasar, yang dengan penuh semangat mendukung garapan ini hingga terwujud.

7. Bapak I Wayan Berata yang secara lisan banyak memberi teori-teori dan masukan dalam Garapan ini maupun masukan tentang Gamelan Semarandana yang merupakan salah satu Gamelan yang dipergunakan dalam Garapan ini hingga Garapan ini dapat terwujud.

8. Kepada Anak Agung Raka Payadnya dan Bapak Ketut Jaya Negara yang memberikan pinjaman Gambelan dan tempat latihan.

9. Tidak lupa juga ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua yang begitu banyak mendukung secara lahir dan batin, juga memberi support sampai akhirnya skrip dan garapan ini terwujud, begitu juga kepada keluarga besar Puri Taman Saba atas semangat dan dukungannya, dan tidak lupa ucapan terima kasih kepada pacar saya yang selalu setia mendampingi saat latihan maupun, penulisan Skrip hingga Skrip dan Garapan ini terwujud.

Akhirnya semoga Skrip karya Seni ini dapat bermanfaat bagi piñata khususnya dan bagi masyarakat pecinta seni musik pada umumnya.

(6)

DAFTAR ISI JUDUL ... PENGESAHAN PEMBIMBING... PENGESAHAN PENGUJI ... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI ... i ii iii iv vi BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Latar Belakang ... Ide Garapan ... Tujuan Garapan ... Manfaat Garapan ... Ruang Lingkup ... 5 6 7 7 8 BAB II KAJIAN SUMBER ... 9

2.1 2.2 2.3 Sumber Pustaka ... Sumber Informan ... Sumber Discografi... 9 11 12 BAB III PROSES KREATIVITAS... 16

3.1 3.2 3.3 Tahap Penjajagan ... Tahap Percabaan ... Tahap Pembentukan ... 16 17 19 BAB IV BENTUK GARAPAN ... 21

4.1 4.2 Instrumen... Sistem Notasi... vi 21 22

(7)

4.3 4.4 4.5 Struktur Garapan ... Analisis Estetis ... Analisis Penyajian ... 24 39 40 BAB IV PENUTUP ... 43 4.1 4.2 Kesimpulan... Saran ... 43 44 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN vii

(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seni Karawitan merupakan bagian terpenting dari kehidupan masyarakat Bali yang sudah diwariskan sejak zaman lampau. Kesenian karawitan ini sampai sekarang masih terpelihara dengan baik karena hampir di setiap banjar di Bali memiliki barungan gambelan yang di gunakan untuk kepentingan upacara Hindu di Bali. Agama Hindu yang dipeluk mayoritas masyarakat Bali ikut mend ukung kehidupan kesenian karawitan di Bali, karena setiap upacara agama selalu

melibatkan seni karawitan. Hal ini dapat dibuktikan hampir setiap upacara agama maupun adat selalu disertai pementasan seni karawitan seperti; dalam upacara Dewa Yadnya diiringi dengan gambelan Gong Gede, upacara Pitra Yanya diiringi dengan gambelan Angklung (kelentangan), upacara Rsi Yadnya diiringi dengan gambelan Gender Wayang, upacara Manusia Yadnya diiringi dengan gambelan Smar Pagulingan, dan upacara Bhuta Yadnya diiringi dengan gambelan

Beleganjur. Menunjuk perbedaan fungsi gambelan-gambelan di atas, memberi petunjuk pada kita bahwa gambelan- gambelan itu telah memiliki stratifikasi (tingkatan) tertentu dan penyalahgunaan masing- masing barungan itu akan menimbulkan masalah etik, serta kurang menjamin keseimbangan dalam hidup manusia 1.

Globalisasi dalam segala bidang yang disertai dengan semakin akrabnya kontak budaya dan pertukaran seniman baik antar daerah maupun antar bangsa

1

(9)

sangat berpengaruh terhadap perkembangan kesenian yang ada di Bali khususnya seni karawitan. Perkembangan yang terjadi bukan saja dari segi teknik pemainan, pengolahan lagu- lagunya tetapi juga mengarah pada bentuk dari karawitan yaitu dari tradisi ke modern.

Bali memiliki tak kurang dari 36 jenis ensambel gambelan, seperti Gong Gede, Smar Pagulingan, Angklung, Gambang, Gong Kebyar, dan sebagainya. Memang kini Gong Kebyarlah yang paling popular dan dimiliki oleh hampir setiap banjar di Bali bahkan sampai ke luar negeri. 2 Menurut McPhee yang dikutip oleh I Wayan Dibia dalam ”Gong Kebyar adalah ensambel karawitan Bali yang muncul pada 1915 di Bali Utara “ yang me nyatakan bahwa Gong Kebyar adalah ensambel karawitan bali yang muncul pada 1915 di Bali utara yang berlaras pelog dikembangkan dari gambelan Gong Gede yang merupakan produk musik Bali modern. 3 Dalam akhir-akhir ini Gambelan Semaradana sangat fleksibel disamping sangat berperan dalam ritual adat dan perayaan-perayaan agama Hindu, juga berfungsi sebagai iringan tari hampir di setiap seni pertunjukan baik dalam lingkup upacara maupun dalam kawasan seni sekuler.

Gambelan Semaradana adalah gambelan yang diciptakan oleh bapak I Wayan Berata pada tahun 1980, menurut beliau Semarandana mempunyai arti kekayaan yang banyak atau banyak patutan yang terdapat dalam Gambelan Semaradana tiada lain adalah penggabungan dari Gong Kebyar dengan Smar Pagulingan. Gambelan ini Lahir tercipta untuk perkembangan gambelan dan 2

3

Kartawan : Tesis 2003. Kajian Budaya. Universitas Udayana

Dib ia:, Gong Kebyar adalah ensambel karawitan Bali yang muncul pada 1915 di Bali

(10)

3

menambah kreativitas berkarya, inilah yang dikatakan Bapak I Wayan Berata ketika wawancara di rumahnya 4. Gambelan Smar Pagulingan adalah Gambelan yang mempunyai fungsi sebagai pengiring tari pependetan, khususnya pada upacara yang berlangsung di Istana para Raja. Di samping itu Gambelan Smar Pagulingan juga sangat menarik dan manis di dengar, meliputi seluruh anggota badan, oleh karena mengambil dari bunyi-bunyian Sang Hyang Semara dan Ratih, maka dari itu menimbulkan rasa gembira yang mendengarnya. Di dalam

Prakempa Gambelan Smar Pagulingan di ciptakan oleh Sang Hyang Indra 5. Berdasarkan hal tersebut, sebagai Mahasiswa ISI Denpasar yang pernah berkecimpung dengan semua jenis gambelan di atas penata tertarik untuk

memadukan Semaradana, Smar Pagulingan, dan Gong Kebyar dengan alat musik gitar dan jimbe untuk dijadikan suatu bentuk komposisi musik konser.

Konsep garapan ini sejalan dengan Pendapat Waridi dalam tulisannya dengan judul Gending Jawa dalam Pertunjukkan Musik Campursari, bahwa dalam pertunjukan musik campursari mengakomodir berbagai kemampuan seniman. Hal ini sebagai suatu konsekuensi logis atas bera gamnya repertoar dari berbagai jenis musik yang disajikan. Mereka terdiri atas seniman yang memiliki kemampuan bermain musik dangdut, pop, keroncong, karawitan jawa, dan sebagainya. Para penyanyipun juga terdiri atas beberapa vokalis yang masing- masing memiliki spesifikasi kemampuan bernyanyi berbeda-beda. Latar belakang kemampuan para penyanyi itu dapat dibedakan sebagai berikut: latar belakang bervokal dangdut, pop, keroncong, berbagai musik tradisi, dan vokal sindhenan

4

5

Berata, I Wayan, wawancara tanggal 7 Februari 2011 d i Jalan pucuk no. 11 Denpasar. Bandem, I M ade, 1986 Prakempa sebuah lontar gamelan Bali, Denpasar, ASTI.

(11)

gendhing jawa. Dengan kapasitasnya, masing- masing berperan sesuai dengan repertoar yang disajikan.”6

Sejalan dengan Waridi, penata tertarik untuk mengkolaborasikan,

memadukan atau menggabungkan ketiga jenis gambelan dengan gitar dan jimbe. Berbagai patutan yang terdapat dalam gambelan Semaradana dan Smar

Pagulingan dapat dimainkan dalam bagian-bagian yang sama dengan pola tetabuhan yang berbeda-beda. Di samping itu mahasiswa ISI belum banyak menggarap dari tiga jenis gambelan Bali yang dipadukan dengan alat musik diatonis dan alat perkusi dari Afrika (Jimbe).

I Wayan Dib ia dalam tulisnya yang berjudul “Body Tjak Karya Kolaborasi Seni Budaya Global” yang dimuat pada majalah Mudra No. 8 tahun 2000

mengatakan bahwa :

…” Kolaborasi (Collaboration) seni pada hakekatnya adalah sebuah kegiatan olah seni yang melibatkan atau didukung oleh dua atau lebih tokah kesenian atau group kesenian yang mau kerja sama untuk mencipta sebuah karya seni”.

Pada bagian lain dari tulisan tersebut juga diuraikan tentang kolaborasi terjadi dalam berbagai bidang termasuk juga bidang kesenian baik bersekala lokal, nasional, maupun inter nasiona l. 7

6

Waridi, dalam Mudra Jurnal Seni Budaya Volu me 10 No. 1 Januari 2002. “Gendhing Jawa Dalam Pertunjukan M usik Campursari, hal.13.

7

Dibbia dalam tulisnya yang berjudul “Body Tjak Karya Ko laborasi Seni Budaya Global”. Pada bagian lain dari tulisan tersebut juga diuraikan tentang kolaborasi terjadi dalam berbagai b idang termasuk juga bidang kesenian.

(12)

5

1.2 Ide Garapan

Penata ingin mengkolaborasikan beberapa jenis gambelan yang bisa bermain patutan seperti gambelan Semaradana dan Smar Pagulingan, dengan Gong Kebyar yang hanya memiliki satu patutan, ditambah melodi gitar dan jimbe. Istrumen musik tersebut merupakan media ungkap sebagai pendukung ide yang dituangkan kedalam bentuk komposisi musik dengan judul “Kori Agung”.

Kata Kori Agung menurut wawancara dengan beberapa penglingsir Puri seperti:

Puri Abian Base Gianyar, (Anak Agung Raka Payadnya) yang menyatakan Kori Agung adalah suatu pintu dengan keharmonisan dalam kemegahan dan keagungan dan juga disucikan karena indentik dengan Pura dan P uri. (Wawancara langsung, tanggal 5 Februari 2011 di Puri Abian Base, Gianyar) 8

Disatu pihak dikatakan:

Penglingsir Puri Taman Saba, (Anak Agung Aji Wirasrama) yang menyatakan Kori Agung adalah suatu pintu besar yang penuh dengan kehormatan, dalam bentuknya tersimpan keserasian dan keindahan. (Wawancara langsung, tanggal 15 Januari 2011 di Puri Taman Saba) 9 Kemudian pendapat berikutnya :

Tokoh Puri Angkling, (Gung Aji Bagus) yang mengatakan Kori Agung adalah sebuah simbol kebesaran dan kehormatan. (Wawancara), tanggal 5 Pebruari 2011). 10

Dari semua pendapat tersebut yang penata anggap lebih sejalan adalah pendapat Penglingsir Puri Abian Base dan Puri Taman Saba. Dari apa yang telah diungkap oleh Penglingsir Puri Abian Base dan Puri Taman Saba ada kesamaan dalam Buku Arsitektur Tradisional Daerah Bali dijelaskan bahwa Kori Agung adalah pintu masuk tempat-tempat yang diagungkan dan dijelaskan dari segi

8 9

Anak Agung Raka Payadnya, wawancara tanggal 5 Februari 2011, d i Pu ri Abian Base Anak Agung Aji Wira Srama wawancara tanggal 15 Januari 2011, di Puri Taman Saba

(13)

bentuk bangunannya, yang terdapat lobang masuk beratap adanya tangga naik turun. Begitu juga dalam variasinya dibangun untuk keindahan dan mempesona sesuai dengan fungsi dan lingkungan untuk kori yang tergolong utama 11 . Dari segi fungsi Kori Agung seperti dalam buku yang berjudul Pemugaran Candi

Kidal dan Gapura Bajangratu mempunyai kesamaaan dengan Gapura Bajangratu

yang terletak di Jawa Timur, juga disebutkan sebagai pintu atau pintu gerbang Keraton Majapahit, dari segi bentuk juga menggunakan tangga naik turun 12.

Berdasarkan pengertian - pengertian di atas yang penata jadikan pegangan untuk judul garapan yaitu “Kori Agung” dengan bentuk komposisi tiga jenis gambelan yang di kolaborasikan dengan alat gitar dan jimbe. Dengan penggabungan Semaradana, Smar Pagulingan, Gong Kebyar, dengan alunan melodi suling, gitar, dan ditambah permainan jimbe diharapkan dapat

menggambarkan dalam sebuah keagungan Kori Agung yang mempesona, setiap bentuk perpaduan dan motif ukiran yang bervariasi terdapat dalam bangunan Kori Agung tertata rapi dari perpaduan-perpaduan yang terkesan agung, mempesona, harmonis, dan indah.

1.3 Tujuan Garapan

Garapan komposisi karawitan ini merupakan bentuk garapan musik konser yang disajikan dengan tujuan sebagai berikut.

1 1 Gelebet Buku Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Denpasar ; Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1981/1982. “Jenis - jenis Bangunan” hal 45.

12

I G N Ano m Dalam Bu ku Pemugaran Candi Kidal dan Gapura Bajangratu ; Jalan Cilacap No 4 Jakarta Pusat,Departemen Pendid ikan dan Kebudayaan. Tahun 1992”Letak dan Lingkungan Gapura Bajan gratu”.Hal 60.

(14)

7  Ingin menggarap sebuah komposisi musik yang diharapkan dapat

menggambarkan perpaduan keharmonisan yang penuh dengan ke indahan disetiap bentuk atau penataan dalam bentuk komposisi “Kori Agung”. 





Ingin mangkolaborasikan atau memadukan bagian dari tiga barung gambelan Bali dengan alat musik gitar dan jimbe yang menjadi satu kesatuan yang utuh dan enak didengar.

Ingin berpatisipasi terhadap perkembangan gambelan Bali khususnya dalam mengkolaborasikan berbagai barungan gambelan dan alat musik di luar gambelan dengan cara menciptakan garapan baru dalam bentuk komposisi musik konser.

Ingin menambahkan pengalaman dan wawasan tentang fungsi dari ketiga jenis gambelan.

1.4 Manfaat Garapan

Sebagai mahasiswa yang berkecimpung dibidang seni karawitan garapan ini diharapkan dapat bermanfaat di samping untuk penata juga untuk seniman- seniman lainnya, adapun manfaat garapan sebagai berikut:

-

-

Mendapat pengalaman baru sebagai jembatan untuk menciptakan garapan musik konser yang berkaitan dengan jenis-jenis gambelan Bali maupun musik seperti gitar dan jimbe dengan jalan mengadakan kolaborasi atau perpaduan. Membuka cakrawala dibidang pengetahuan terhadap perkembangan fungsi gambelan sehingga dapat menjembati para seniman dalam menciptakan suatu garapan.

(15)

- Garapan ini dapat dijadikan sebagai hasil eksperimen murni dan dalam menciptakan garapan selanjutnya yang dapat memberikan inspirasi, motivasi, dan partisipasi terhadap perkembangan fungsi gambelan.

1.5 Ruang Lingkup

Untuk menghindari tafsir yang ganda, perlu disampaikan batasan-batasan dari Komposisi musik dengan judul “Kori Agung”, garapan ini merupakan musik eksperimen. Dalam sajiannya, menggunakan alat sebagai medium ungkap adalah sebagian barungan Gong Kebyar, sebagian barungan Semarandana, sebagian barungan Smar Pagulingan, sembilan suling besar, satu suling kecil, instrumen gitar, dan jimbe. Dalam proses garapan, penuanganya telah melalui proses

eksplorasi, improvisasi, dan forming dengan batasan garapan mengacu kepada ide - ide yang ada yaitu mengenai perpaduan yang harmonis di setiap bentuk Kori Agung. Hal tersebut di ekspresikan ke dalam bentuk sebuah garapan komposisi musik eksperimen.

(16)

9

BAB II

KAJIAN SUMBER

2.1 SUMBER PUSTAKA

Dalam garapan musik kolaborasi ini penata mendapat beberapa sumber sebagai acuan dan perbandingan dalam penulisan maupun saat proses garapan komposisi musik konser dengan judul “Kori Agung“ ini agar di harapakan menjandi lebih sempurna adalah sebagai berikut :

- I Wayan Dibia dalam tulisannya “Body Tjak Karya Kolaborasi Seni Budaya Global” dalam Mudra No. 8 tahun 2000, mengatakan kolaborasi (collaboration) seni budaya hakekatnya adalah sebuah pola seni yang

melibatkan atau didukung dua atau lebih tokoh atau grup kesenian yang mau bekerjasama untuk menciptakan suatu karya, dikatakan pula bahwa seni kolaborasi ini menyangkut berbagai bidang seperti literatur kesenian, ilmu pengetahuan, kesenian multi media baik bersekala lokal maupun internasional. Dalam buku ini penata cukup banyak mendapat pengetahuan tentang

kolaborasi yang dapat mendukung tulisan ataupun terwujudnya garapan ini. - Waridi dalam tulisannya dengan judul Gending Jawa dalam Pertunjukkan

Musik Campursari, bahwa dalam pertunjukkan musik campursari mengakomodir berbagai kemampuan seniman. Hal ini sebagai suatu

konsekuensi logis atas beragamnya repertoar dari berbagai jenis musik yang disajikan. Mereka terdiri atas seniman yang memiliki kemampuan bermain musik dangdut, pop, keroncong, karawitan Jawa, dan sebagainya. Para

(17)

spesifikasi kemampuan bernyanyi berbeda-beda. Latar belakang kemampuan para penyanyi itu dapat dibedakan sebagai berikut: latar belakang bervokal dangdut, pop, keroncong, berbagai musik tradisi, dan vokal sindhenan

gendhing jawa. Dengan kapasitasnya, masing- masing berperan sesuai dengan repertoar yang disajikan. Dengan pengertian dari Waridi tersebut piñata dapat pengetahuan tentang konsekuensi terhadap repertoar terhadap music yang di sajikan, hal ini dapat membantu terwujudnya garapan Kori Agung.

-

-

I Made Bandem di dalam buku Prakempa Gamelan Smar Pagulingan di

ciptakan oleh Sang Hyang Indra. Gamelan Smar Pagulingan adalah gambelan yang mempunyai fungsi sebagai pengiring tari pependetan, khususnya pada upacara yang berlangsung di Istana para Raja. Di samping itu gambelan Smar Pagulingan juga sangat menarik dan manis di dengar, meliputi seluruh anggota badan, oleh karena mengambil dari bunyi-bunyian Sang Hyang Semara dan Ratih, maka dari itu menimbulkan rasa gembira yang mendengarnya.Pengertian dan Fungsi Smar Pagulingan yang di jelaskan dalam Prakempa tersebut sangat mendukung garapan ini karena di samping dapat tambahan pengetahuan dan juga garapan ini salah satunya menggunakan gambelan Smar Pagulingan.

I Wayan Rai.S dalam Mudra Seni Budaya istilah Ngepat dan Nelu, dalam teknik ngotek karawitan Bali. Didalam tulisan ini banyak di jelaskan tehnik ngotek yang sangat berpengaruh pada suatu tabuh agar ke dengaran manis dan enak denger dan juga lemuh. Dari pengertian ini penata banyak mendapat pengetahuan disamping kotekan dan juga tentang estetis yang sebagai

(18)

11 Dari segi judul penata dapat sering pengertian “Kori Agung“ dari buku – buku yang pada akhirnya penaata anggap sesuai untuk d ijadikan judul dari

garapan ini.

Dalam Buku Arsitektur Tradisional Daerah Bali dijelaskan bahwa Kori Agung adalah pintu masuk tempat-tempat yang diagungkan dan dijelaskan dari segi bentuk bangunannya, yang terdapat lobang masuk beratap adanya tangga naik turun, Begitu juga dalam variasinya dibangun untuk keind ahan dan mempesona sesuai dengan fungsi dan lingkungan untuk kori yang tergolong utama. Disamping wawancara dengan beberapa tokoh Puri, yang membuat kata “Kori Agung” semakin kuat untk di jadikan judul dari garapan ini. Dan begitu juga beberpa sering pengertian Kori Agung juga penata dapatkan dalam buku yang berjudul

Pemugaran Candi Kidal dan Gapura Bajangratu mempunyai kesamaaan dengan

Gapura Bajangratu yang terletak di Jawa Timur, juga disebutkan sebagai pintu atau pintu gerbang Keraton Majapahit, dari segi bentuk juga menggunaka n tangga naik turun.

2.2 SUMBER INFORMAN

Gambelan Semaradana adalah gambelan yang diciptakan oleh bapak I Wayan Berata pada tahun 1980an, menurut beliau Semarandana mempunyai arti kekayaan yang banyak atau banyak patutan yang terdapat dalam Gambelan Semaradana tiada lain adalah penggabungan dari Gong kebyar dengan Smar Pagulingan. Gambelan ini tercipta untuk perkembangan gambelan dan menambah kreativitas berkarya, inilah yang dikatakan Bapak I Wayan Berata ketika

wawancara di rumahnya hari Senin, 07 Pebruari 2011 .Dengan wawancara tersebut yang membuat penata tertarik menggarap perpaduan dari tiga barungan

(19)

gambelan dan tidak kalah pentingnya dapat mengetahui fungsi dan patutan –

patutan yang dapat di ketahui dalam gambelan Semaradana.

Kata Kori Agung menurut wawancara dengan beberapa penglingsir Puri seperti :

-

-

-

Puri Abian Base Gianyar, (Anak Agung Raka Payadnya) yang menyatakan Kori Agung adalah suatu pintu dengan keharmonisan dalam kemegahan dan keagungan dan juga disucikan karena indentik dengan Pura dan Puri.

(Wawancara langsung, tanggal 5 Pebruari 2011 di Puri Abian Base, Gianyar) Penglingsir Puri Taman Saba, (Anak Agung Aji Wirasra ma) yang menyatakan Kori Agung adalah suatu pintu besar yang penuh dengan kehormatan, dalam bentuknya tersimpan keserasian dan keindahan. (Wawancara langsung, tanggal 15 Januari 2011 di Puri Taman Saba).

Tokoh Puri Angkling, (Gung Aji Bagus) yang mengatakan Kori Agung adalah sebuah simbol kebesaran dan kehormatan. (Wawancara, tanggal 5 Pebruari 2011). Dari masing – masing pendapat tersebut penata dapat sering

pengertian” Kori Agung “yang pada akhirnya penata anggap sesuai untuk dijadikan judul dari garapan ini.

2.3 SUMBER DISCOGRAFI

Beberapa sumber discografi yang dipakai sebagai refrensi dalam Garapan ini adalah rekaman kaset dengan judul “Bali Agung Concert” karya Agung Raka Saba dengan Eberhard Schoeener tahun 1976. Dimana dalam Garapan ini Penata banyak mendapat ide – ide dan ada bagian dari garapan ini yang penata jadikan perbandingan sehingga terwujudnya garapan Kori agung ini.

(20)

13 Michael Tenzer yang berjudul “Buk Katah”. Dalam rekaman ini penata mendapat teknik pukulan, ritme, dan tempo yang sangat membantu dalam terwujudnya garapan ini. Beberapa kaset Festival atau Parade Gong Kebyar, dan kumpulan kaset Festival Gong Kebyar tiada lain dari Thun 1998 -2010 penata banyak mendapat perbandingan - perbandingan dari beberapa karya seniman setiap duta yang sangat mendukung penata dalam terwujudnya garapan ini.

Adapun kumpulan kaset Festival dan Parade Gong Kebyar yang dipakai sebagaiu acuan diantaranya ;

1. Merdu Kumala (Kreasi baru) tahun 1994 Karya Ketut Cater Duta Kab Gianyar.

2. Kukul Bulus (Kreasi baru) tahun 2000 Karya Made Sue Duta Kab Gianyar. 3. Lekesan (Kreasi baru) tahun 2001 Karya Nyoman Winda Duta Kodya

Denpasar

4. Buda manis (Tabuh Lelambatan) tahun 2002 Karya Wayan Darya Duta Kab Gianyar

5. Satya Hrdaya (Tabuh Lelambatan) tahun 2003 Karya Ketut Cater Duta Kab Gianyar

6. Palu Gangsa (Kreasi baru) tahun 2004 Karya Made Subandi Duta Kab Gianyar.

7. Griya Anyar (Tabuh Lelambatan Pepanggulan) tahun 2004 Karya Wayan Daria Duta Kab Gianyar

8. Dlod Brawah dan Wana Giri (Kreasi baru dan Pepanggulan) tahun 2004 Karya Wayan Widia Duta Kab Badung.

(21)

9. Bajra Sundaran (Kreasi baru)tahun 2004 Karya Wayan Wiwa Duta Kab Bangli

10. Gelar Sanga (Kreasi baru)tahun 2005 Karya Nyoman Winda Duta Kab Gianyar

11. Kara Mas (Tabuh Lelambatan,tabuh pat) tahun 2005 Karya Ketut Cater Kab Gianyar.

12. Belabar (Kreasi baru) tahun 2005 Karya Komang Sukarya Duta Kab Klungkung

13. Balung Melimbed (Tabuh Lelambatan, tabuh pat) tahun 2005 Karya Made Subandi Duta Kab Klungkung

14. Wanara Konyer (Kreasi baru) tahun 2005 Karya Wayan Widia Duta Kab Badung.

15. Maskumambang (Kreasi baru) tahun 2007 Karya Nyoman Winda Duta Kab Gianyar

16. Taru Kencana (Tabuh Lelambatan) tahun 2007 Karya Wayan Daria Duta Kab Gianyar.

17. Rawe (Kreasi baru) tahun 2007 Karya Made Subandi Duta Kab Klungkung. 18. Tihing Gading (Tabuh Lelambatan) tahun 2007 Karya Ketut Suandita Kab

Klungkung.

19. Bara Dwaja (Kreasi baru) tahun 2007 Karya Agus Teja Santosa Duta Kab Karangasem.

20. Ersanya (Tabuh Lelambatan) tahun 2009 Karya Wayan Daria Duta Kab Gianyar.

21. Bintang Kartika (Kreasi baru) tahun 2009 Karya Made Subandi Duta Kab Gianyar.

22. Julung Wangi (Tabuh Lelambatan) tahun 2009 Karya Wayan Daria Duta Kab

(22)

15

Mengadakan pengamatan melalui mendengar atau menonton musik- musik kolaborasi di gedung Ksirarnawa, Arda Candra dan beberapa tempat-tempat pementasan kesenian.

Dengan mendengar, menonton dan mengamati pergelaran baik secara langsung maupun melalui kaset atau video penggarap banyak mendapat inspirasi seperti motif kotekan , teknik pukul, melodi, tempo, ritme, tata cara menuangkan aksen kedalam garapan komposisi musik. Disamping itu rekeman video dan kaset tersebut di atas dapat dijadikan sebagai acuan dan perbandingan dalam proses sebuah garapan komposisi musik.

(23)

BAB III

PROSES KREATIVITAS

Karya seni merupakan ungkapan ekspresi jiwa penciptanya, yang dipengaruhi oleh gejolak emosional si pencipta sendiri. Penggarapan karya seni juga merupakan kegiatan kreativitas dalam menuangkan ide- ide atau gagasan sehingga menjadi suatu karya seni. Proses kreativitas dalam menuangkan suatu ide atau gagasan berbeda-beda antara penggarap yang satu dengan penggarap yang lainya. Hal ini dipengaruhi oleh kemahiran atau kemampuan dari penggarap itu sendiri dalam menuangkan ide- idenya. Sebagai seniman akademik di dalam menuangkan ide- ide atau gagasan dituntut adnya suatu keje lasan dalam sebuah karya seni, agar karya seni yang dihasilkan dapat diperta nggung jawabkan secara akademik.

Proses penggarapan komposisi musik dengan judul “Kori Agung” ini diwujudkan melalui tahapan-tahapan yang sangat panjang. Adapun tahapan- tahapan tersebut sebagai berikut:

3.1 Tahap Penjajagan

Proses penggarapan komposisi ini diawali dari berbincang-bincang dengan teman-teman di kampus ISI Denpasar dan kemudian dilanjutkan dengan saran Bapak I Wayan Berata untuk mengangkat fungsi gambelan Semaradana. Dari hal- hal tersebut penggarap mulai memperoleh inspirasi atau ide- ide untuk membuat sebuah garapan komposisi musik exsperimen yang berkaitan dengan perpaduan

(24)

17 yang harmonis dan indah di dalam bentuk ” Kori Agung. ” Salah satu dari barungan yang penata anggap sesuai dengan ide penggarap adalah Gambelan Semaradana.

Pada kelas komposisi karawitan, dosen komposisi yaitu Bapak I Nyoman Windha dan Bapak Ketut Garwa yang mengharapkan agar mulai membuat ancang-ancang terhadap karya seni yang akan dipergunakan dalam tugas akhir. Maka sejak saat itu penata mulai mencari-cari instrumen yang kira-kira cocok untuk digarap agar dapat mendukung ide- ide yang ada dalam pikiran penata.

Instrumen karawitan Bali yang penata anggap paling cocok dalam garapan ini adalah: Semaradana, Smar Pagulingan dan Gong Kebyar. Penata tertarik untuk memadukan ketiga jenis barungan yang memiliki kesan lincah dan semangat baik dari melodi, teknik pukulan, dan gending- gendingnya, dipadukan dengan

instrumen gitar dan jimbe. sifat lentur, serbaguna atau multi fungsi dari

Semaradana menjadi lebih cocok dalam mengekspresikan ide- ide yang muncul dalam diri penata. Meskipun arus Globalisasi sangat pesat serta munculnya elemen-elemen modern yang semakin canggih, keberadaan Semaradana semakin digemari oleh masyarakat baik di Bali maupun di luar Bali. Hal inilah yang mendorong penggarap untuk mencoba menggabungkan Semaradana, Smar Pagulingan dan Gong Kebyar serta dipadu dengan alat-alat seperti Suling, Gitar, dan Jimbe yang diharapkan dapat mendukung kesan dan suasana yang diinginkan dalam garapan.

3.2 Tahap Percobaan

Tahap percobaan adalah lanjutan dari tahap penjajagan. Bila pada tahap penjajagan merupakan perbincangan dan saran-saran terhadap ide garapan serta

(25)

mengimajinasikan terhadap ide, tema, judul, dan bentuk garapan, maka tahap ini merupakan realisasi dari hasil saran untuk digarap menjadi sebuah komposisi musik sebagai suatu yang dapat ditonton atau di dengar. Tahap ini diawali dengan mencari atau mencocokkan nada- nada instrumen yang dipergunakan. Hal ini perlu dilakukan mengingat masing- masing instrumen memiliki warna nada yang berbeda yaitu Gong Kebyar gamelan laras pelog 5 nada, sedangkan Semaradana dan Smar Pagulingan merupakan gamelan laras pelog 7 nada. Walaupun dalam gamelan Semaradana sudah dapat mewakili gamelan Gong Kebyar dan Smar Pagulingan namun penata tertarik memadukannya, karena ingin menggarap permainan patutan yang berbeda-beda dari ketiga barungan dan tempo yang berbeda-beda dalam satu kesatuan.

Pada tanggal 10 Pebruari 2011, penata mulai mengadakan percobaan diantaranya mencocokkan nada- nada yang ada pada ketiga jenis gamelan diatas. Percobaan ini dibantu oleh rekan-rekan penabuh di Gianyar. Langkah awal dari percobaan ini baru ditemukan bagian nada-nada yang cocok antara gamelan Semaradana, Smar Pagulingan dan Gong Kebyar. Pada tahap ini penggarap sebagai umat Hindu telah mengadakan upacara Nuasen bersama-sama pendukung di Pura Merajan Agung Saba pada bulan Februari 2011. Pada upacara Nuasen ini sekaligus diadakan pertemuan yang isinya membahas tentang jadwal latihan. Jadwal yang telah disepakati ternyata berjalan 30%, hal tersebut disebabkan karena adanya beberapa kendala antara lain:

 

Kedatangan para pendukung yang tidak kompak.

Kesibukan-kesibukan dari setiap pendukung karena banyak yang terlibat menjadi penabuh parada Gong Kebyar dewasa duta Kabupaten Gianyar.

(26)

19 



Adanya waktu latihan yang bersamaan dengan teman-teman yang akan ujian baik dari jurusan kerawitan maupun tari dan lain sebagainya.

Banyaknya kegiatan yang melibatkan teman-teman Sanggar di Gianyar dalam rangka Ulang Tahun Kota Gianyar maka pelatihan tidak berjalan efektif. Dengan kendala di atas garapan tidak dapat selesai pada waktu yang direncanakan oleh penata yang semestinya sudah mencapai 50% pada awal bulan April tahun 2011 baru tercapai 30%. Sehingga pada akhir bulan April baru dicapai 50% dengan kondisi garapan masih kasar dan belum utuh. Hal ini disebabkan karena pendukung yang bertanggung jawab terhadap instrumen belum hadir secara lengkap sehingga ada beberapa bagian instrumen yang tidak dimainkan.

3.3 Tahap Pe mbentukan

Tahap ini merupakan tahap akhir dari garapan komposisi “Kori Agung” yaitu tahap pembentukan menjadi sebuah komposisi musik yang siap untuk disajikan dan diuji oleh Tim Penguji di Kampus ISI Denpasar. Bagian-bagian musik yang telah dicari, dirangkai menjadi satu bentuk komposisi yang pada dasarnya masih kasar. Perbaikan-perbaikan pun terus dilakukan agar komposisi ini menjadi lebih rapi dan bersih sehingga enak untuk didengar. Di samping itu perlu juga diberikan aksen-aksen, corak, dan watak yang ditonjolkan sebagai suatu intensitas agar diperoleh sebuah komposisi musik yang berkualitas. Pemahaman dan penjiwaan serta kekompakan pendukung terhadap garapan ini sangat diperlukan karena hal tersebut sangat mendukung penyampaian ide-ide terhadap penonton. Di samping itu penggarap mulai mengadakan pembakuan

(27)

terhadap setting yang akan digunakan saat penyajian. Adapun setting panggung seperti dalam Gambar berikut.

Gambar 3.1 Gambar Setting Panggung

(28)

21

BAB IV

BENTUK GARAPAN

Komposisi musik “Kori Agung” merupakan musik yang disajikan secara utuh dalam bentuk komposisi instrumenal. Garapan ini merupakan kolaborasi atau perpaduan permainan patutan di dalam gambelan Semaradana, Smar Pagulingan, Gong Kebyar dikolaborasikan dengan melodi gitar dan permainan jimbe. Untuk dapat menguraikan bentuk dari komposisi musik ini secara lengkap, pada beberapa aspek penting yang perlu ditengahkan diantaranya instrumenasi, sistem notasi, dan stuktur komposisi adalah sebagai berikut :

4.1 Instrumenasi

Instrumenasi yang digunakan sebagai media ungkap dalam mengekspresikan ide- ide ke dalam garapan komposisi musik dengan judul “Kori Agung” ini memiliki bentuk dan bahan yang berbeda-beda. Adapun instrumen- instrumen tersebut adalah sebagai berikut :

4.1.1 Gambelan Se maradana: - 4 buah Gangsa Pamade - 2 buah Gangsa Kantil - 2 buah Calung

- 2 buah Jegogan

- Kajar - Reong

- Kecer

(29)

4.1.2 Smar Pagulingan: - 4 buah gangsa pemade - 2 buah kantilan - 2 buah calung - 2 buah jegogan - Kajar - Kecer 4.1.3 Gong Kebyar: - 4 buah pemade - 4 buah kantilan - 2 buah calung - 2 buah jegogan - Reong - Gong - Kendang - Kajar

4.1.4 Instrumen diluar gambelan - 3 buah gitar (alat musik barat)

- 5 buah jimbe (alat musik perkusi dari Afrika)

4.2 Sistem Notasi

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa sistem notasi dari ketiga gambelan tersebut menggunakan sistem notasi yang sama, dengan penyebutan

(30)

23

penotasian disesuaikan dengan nada yang terdapat pada Gambelan Semaradana, dengan memakai sistem penulisan Pengagening Aksara Bali yang di sebut ulu (3), tedong (4), taleng (5), suku (7), suku ilut (6), carik (1), dan pepet (2). Pada

umumnya penulisan notasi diangkat dari pukulan trompong yang diambil pokok- pokok melodinya, namun ada beberapa pukulan variasi yang perlu di tulis karena untuk memunculkan ciri khas lagunya. Patokan-patokan yang dipakai dasar penulisan notasi karawitan adalah pukulan penyacah, jublag, dan atau jegogan.

Agar diperoleh suatu kecocokan antara nada- nada dari masing- masing gambelan, maka nada-nada yang dipakai disejajarkan dengan nada yang ada pada laras masing- masing gamelan, misal: nada ding (3) di Semaradana dan Smar Pagulingan sama dengan nada dong (4) di Gong Kebyar dan pada gitar main di E=do. Sehingga penulisan melodi dari barungan gambelan lainnya menyesuaikan dengan kesamaan laras yang telah disebut di atas. Pada melodi gitar, karena mengarah pada melodi- melodi Gamelan yang dipergunakan, notasi tetap dengan simbol-simbol notasi gambelan, yang kebetulan merupakan pengembangan dari melodi dasar, meskipun sesekali melakukan improvisasi namun tidak lepas dengan nada- nada yang ada pada gamelan. Berikut adalah tabel simbol-simbol yang dipergunakan dalam sistem notasi karya Kori Agung.

(31)

No Symbol Cara baca 1 3 Ding 2 4 Dong 3 5 Deng 4 6 Deung 5 7 Dung 6 1 Dang 7 2 Daing Tabel 3.1

Symbol-simbol notasi Bali

Keterangan:

Seperti telah disampaikan di atas, bahwa nada ding pada gambelan Semarandana dan Smar Pagulingan sama dengan nada dong di gambelan Kebyar dan pada instrumen gitar sama dengan nada E atau do.

4.3 Struktur Garapan

Garapan komposisi musik “Kori Agung” berdurasi kurang lebih 12 menit dengan struktur garapan terdiri dari 4 bagian. Ba gian I berdurasi 3 menit, bagian II berdurasi 4 menit, bagian III berdurasi 3 menit dan bagian IV berdurasi 3 menit. Dari keempat bagian ini sudah tentu memiliki kesan dan suasana yang berbeda- beda serta dipengaruhi oleh ide yang ada dengan mengolah unsur- unsur seperti: tempo, ritme, melodi, dan dinamik yang ada pada Gambelan Semaradana yang

(32)

25

dikolaborasikan dengan Smar Pagulingan, kemudian Gong Kebyar, Jimbe, dan Gitar.

Adapun struktur komposisinya sebagai berikut: Bagian I

Bagian ini merupakan bagian awal dari komposisi musik dengan judul “Kori Agung” yang menggambarkan bentuk awal dari bangunan Kori Agung dengan bentuk yang menjulang tinggi sehingga menjadi bangunan yang penuh dengan keindahan dari setiap bentuknya. Dibalik semua itu, harmonis suatu Kori Agung tidak terlepas dari variasi- variasi ukiran yang membuatnya penuh dengan keindahan dan megah. Gambaran tersebut, penata menuangkan dalam teknik pukulan kekebyaran silih berganti di setiap barungan gambelan. Di samping menggambarkan kemegahan sebuah bangunan Kori Agung penggarap juga memberikan penawaran baru bagaimana perpaduan patutan yang dimainkan secara bersamaan dalam ketukan yang berbeda satu barung dan barungan lainnya dengan satu kesatuan ritme.

Notasi bagian I Kebyar bersama

.3. (3)

.7.3 .4.1 .3.5 .4.(3)

Riong gong kebyar

.3.7 .1.7 .7.1 .5.3 .1.5 .4.7 .3.7 .5.1 .3.1 .1.5 .7.1 .3.1

(33)

Permainan bersama dari tiga barung G kby(3) sm.d(4) sm.p(4) .4.5 .1.4 .1.4 .7.1 .5.5 .5.5 .7.5 .3.5 .3.5 7457 .5.4 .5.4

patutan yang dipergunakan patutan Sunaren

sm.p( 1) patutan slisir .1.3 .3.3 .4.4 .4.5 Sm.d (1) patutan tembung .1.7 .35 7 .1.1 .35 7 .1.1 .7.7 .1.7 .7.(4) Sm.d patutan Slisir ...3 .3.7 .7.7 .7.(1) Main be rsama Sm.d patutanTembung ...5 .4.3 .7.1 .3.1 .4.7 .7.4 .4.5 .1.3 .3.1 .3 4 (5) .4.(1) .7.(5) Pengenter ageng Sm.p patutan Patemon (3) .5.4 .5.1 .7.5 .4.5 .3.1 .5.3 .7.4 .4.1 .3 1. .5.1 .5.7 .... 3 1.(4) .5.(3) (Tembung) .4.(5) (Patemon) ....

(34)

27 G. kb (7) .1.5 7571 4345 .1.7 7 5.7 4 3.1 *) .1.5 5457 .1.(7) 5 4.(5) G.kb (1) *) .3.1 .3.7 .5.7 .7.5 .1.4 .1.3 .4.3 .1.5 .5.4 .5.7 .3.5 .3.5 .5.4 .1.(4) Jalannya sajian

Kebyar bersama, dimulai dari gambelan kebyar sampai dengan gatra (satu kesatuan kalimat lagu yang terdiri dari empat ketukan) pertama, yang disambung dengan gambelan Smar Pagulingan gatra kedua, disambung dengan gambelan Semarandana pada gatra ketiga dan ke empat. Setelah jatuh Gong pada Kebyar bersama, dilanjutkan dengan teknik permainan riong Gong Kebyar, dengan penyajian satu kali sajian (tidak ada pengulangan). Pada akhir permainan riong Gong Kebyar satu ketuk berikutnya tabuhan gong (3) bersama memainkan dengan melodi masing- masing gambelan, patutan yang dipergunakan dalam gambelan Smar Pagulingan dan Semarandana adalah sundaren. Sajian dilanjutkan Smar Pagulingan dengan patutan slisir satu baris, kemudian dilanjutkan Semarandana dua baris dengan patutan tembung, dilanjutkan denga patutan selisir yang dimainkan instrumen riong Semarandana. Setelah sajian riong selesai disambung

(35)

bermain bersama dari ketiga barung gambelan dengan patutan yang berbeda yaitu Semarandana dengan patutan tembung, Smar Pagulingan patutan Patemon, dan Kebyar patutan selisir. Semarandana pada baris ke tiga menggunakan patutan pengenter ageng, sedangkan Smar Pagulingan baris kedua menggunakan patutan tembung dan baris ketiga kembali ke patutan patemon. Gong Kebyar pada tanda *) beralih ke notasi berikutnya dengan simbol yang sama *), kemudian sajian hingga berakhir pada bagian ini dilakukan oleh Gong Kebyar.

Bagian II

Pada bagian dua, penggarap menunjukkan kemampuan teknik pukulan dari setiap pendukung yang ditunjukkan dengan teknik tetabuhan yang disebut ngotek, dalam bagian gegenderan (Tri Angga atau jajar pageh tabuh Bali). Bagian ini

ngotek digambarkan untuk memberikan ilustrasi dari beberapa pola atau motif

variasi ukiran yang menghiasi Kori Agung yang sebenarnya, ditambah vokal bersama dan vokal swing yang dimainkan oleh dua orang untuk menegaskan kembali tentang Kori Agung yang dimaksud dalam garapan ini.

Notasi bagian II

Main bersama tiga barung dengan teknik kekebyaran Sm.p (3) Sm.d (1) G.kb (1) .5.5 .3.1 .5.3 .5 1 7 .1.3 .7.7 .... .... .3.1 .... (Tembung) .... (Tembung) ...(3)

Main bersama dengan teknik ngotek Sm.p (3) .5.4 .... .3.7 .... .5.4 .5.4 .5.3 .3.4 Patemon Sm.d (1) .1.7 .3.4 .3.1 .7.(1) Pengenter ageng

(36)

29 .7.1 .3.4 .5.3 .1.7 Tembung G.kb (1) .7.3 .4.1 .7.5 .4.7 Suling (3) .717 4.3. 17.1 (pengenter ageng) 3454 71.4 3.5. 3171 43.. .431 .431 71.7 (patemon) (pangenter ageng Sm.d dan Sm.p (7) .3.1 .4.5 .4.3 .3.4 .5.4 .3.1 .3.7 .3.7 Tembung G.kb Suling .4.5 .4.7 .434 175. .3.4 .5.1 17.. ..74 .4.5 .4.3 ..43 3165 .4.3 .5.4 4313 ..37 Penyalit Sm.p(3) .5.1 .3.1 .3.1 .4.3 Tembung Riong sm.d[[ .3.4 .1.7 .3.4 .1.7 ]] x4 Gitar mld 7345 .54. 7545 5454 4454 .54. 5437 5433 Jembe Improfisasi Vokal/Cak + Gitar (4) ..37 ..53 ..54 ..13 ..53 ..13 ..54 4543

(37)

Jembe (Bermain Motif) a. .T T T T T T T T T b. . . B1 B1B1 B1B1 ~ IMPROF (1 .3 4) c. . . B2 ~ IMPROF( 3. 3 4) Sajian Berikut d. T T TD T e. T T DD D TD T T TD T T DD D T TD T TD Sm.p+sm.d (4) [[ .7.1 .1.4 .7.1 .1.4 ]] x4 G.kb (7) Suling (3) [[ [[ .1.3 7.57 .4.7 5434 .1.3 5.45 .4.7 ]] x4 .4.3 ]] x4 Sajian Berikut

Vokal sendon, swing, dan Vokal bersama

Sm p+Sm d selisir (Gitar Melodi) sesuai dengan tetabuhan. (4) (1) (3) .7.5 .3. 5 .5.5 .5.1 .5.1 .5.7 .7.7 .5.4 .7.5 .7.5 .3.3 .5.4 .5.5 .7.5 .1.7 .1.7 .1.7 .... .3.1 .4.3 .5.3 .5.6 *) #).4.3 .... Notasi vokal bersama:

I ... 5 .3.4 ...5 .4.3

II #).7.3

(38)

31

Sajian Berikut Main be rsama tiga barung gambelan

Sm.P patemon ..3(4) *) [[ .575 4.45 .454 4.34 3.13 31.7 1735 5453 ]] x2 Sm.d patemon [[ ..75 .545 4.54 .434 31.3 .317 1754 *) 543. ]] x2 G kb (7) [[ .5.4 .4.1 .5.3 .5.3 .5.4 .5.1 .7.4 *) .5.7 ]] x2 Jalannya sajian

Pada bagian II, dimainkan secara bersama yang dimulai dengan teknik kekebyaran dari tiga barungan. Kemudian setelah kekebyaran dilanjutkan dengan teknik

ngotek yang dibarengi dengan instrumen suling. Smar Pagulingan dan

Semarandana pada kekebyaran menggunakan patutan tembung. Pada teknik

ngotek terdiri dari dua baris yang masing- masing barung menggunakan patutan

yang berbeda, yaitu untuk Smar Pagulingan dalam dua baris menggunakan

patutan patemon, sedangkan untuk Semarandana baris pertama patutan pengenter

ageng dan baris kedua patutan tembung. Suling untuk baris pertama menggunakan patutan pengenter ageng dan baris kedua patutan patemon. Dilanjutkan dua baris yang disajikan bersama dan laras yang sama antara Smar

(39)

Pagulingan dan Semarandana dengan menggunakan patutan tembung. Suling menggunakan patutan pengenter ageng sampai selesai dalam sub bagian ini.

Penyalit, dimainkan dengan barungan Smar Pagulingan satu kali

rambahan, yang diteruskan dengan sajian riong Semarandana diulang empat kali yang dibarengi dengan gitar yang telah difariasi melodinya, dan permainan jimbe improfisasi. Sajian berikut Vokal/Cak + Gitar dan jimbe, dengan sajian vokal seperti notasi yang tertulis dengan aksetuasi seperti lagu kecak. Gitar melodi sama dengan yang dilagukan oleh vokal, sedangkan jimbe melakukan permainan

dengan motif dan improfisasi, seperti yang telah tertulis. Pada sajian berikutnya, adalah sajian yang dilakukan dalam tiga barung, sajian ini terdiri dari satu baris yang diulangi empat kali, dilanjutkan ke vokal sendon, swing, dan vokal bersama. Pada sajian ini dibarengi dengan barungan Smar Pagulingan, Semarandana, dan gitar dengan melodi sama. Vokal bersama terdiri dari dua sajian yaitu sajian vokal pertama di awali dengan tanda 5 dan di akhiri tanda 3, pada sajian vokal ke dua ditandai dengan #) sampai akhir lagu. Sajian berikutnya adalah main bersama antara tiga barung yang diulangi dua kali pengulangan.

Bagian III

Dalam bagian tiga, dimulai dengan kekebyaran dan bermain bersama secara keras atau dinamik yang menonjolkan melodi suling, gitar, dan permainan jimbe yang diiringi dengan beberapa vokal dan kecak, sehingga tercermin suasana megah, gembira, dan mempesona.

(40)

33

Notasi bagian III

Sm.d tembung + sm.p patemon (4) .3.1 .5.5 (Sm.d tembung) (sm.p patemon) Sajian be rsama .1.4 .5.7 (7) (1) (3) (3) (7) (7) (4) .3.7 .5.1 .1.3 ..41 5341 .5.4 .3.1 .4.5 .4.1 .4.7 .3.7 .5.1 .1.3 .317 3... .5.7 .4.3 .3.4 .3.4 .5.1 .3.1 .5.7 .1.7 .575 .... .5.4 .5.4 .3.1 .4.1 .4.3 .6.7 .5.1 .4.3 .3.4 .... .5.7 .3.7 .3.7 .4.3 .5.4 sm.p (slisir) (g.kb) (sm.d: lebeng) sm.p+sm.d+gitar G.kb sm.d+sm.p g.kb Kajar cak 5 a t t t tT b c t t t tT t t t tT

Kendang krumpung (improfisasi)

.... .... .... .5.3 sm.d (tembung)

(41)

g.kb (7) .7.5 .5.3 .7.3 .4.1 (1) (1) .7.7 .3.4 .5.1 .5.3 .7.7 .1.7 .5.1 .3.1 g.kb/baleganjur sm.p : lebeng Gitar (A) ...F...E...G...A penabuh Sm.d cak Sm d + sm.p tembung (7) .1.4 .7.5 .3.4 .1.7 Jalannya sajian

Pada bagian III dimulai dari kekebyaran yang disajikan dalam barungan Semarandana dengan patutan tembung sebanyak dua gatra, dan disambung dengan dua gatra berikutnya dengan barungan Smar Pagulingan dan patutan yang dipergunakan adalah patutan patemon. Setelah kekebayaran, main bersama antara tiga barung yang masing- masing menggunakan patutan yang berbeda yaitu Smar Pagulingan menggunakan patutan selisir yang berarti sama dengan Gong Kebyar, sedangkan Semarandana menggunakan patutan lebeng. Hal tersebut dilakukan dalam satu baris yang terdiri dari empat gatra. Dilanjutkan dua baris berikutnya dengan patutan tembung yang dilakukan dengan barungan Smar Pagulingan, Semarandana, dan isntrumen gitar. Sedangkan untuk Gong Kebyar dengan satu baris atau empat gatra, penyesuaian dengan barungan yang lain diulang dua kali. Pada sub bagian ini, pengulangan sebanyak empat kali dari barungan Smar Pagulingan, Semarandana, dan instrumen gitar, yang berarti untuk Gong Kebyar menyesuaikan pengulangannya. Setelah sajian tersebut dilanjutkan dengan sajian

(42)

35

dua baris yang dilakukan barungan Smar Pagulingan, Semarandana, dan

instrumen gitar yang dibarengi dengan Gong Kebyar dengan dua baris yang sama. Pada sajian ini hanya disajikan dalam satu kali, atau tanpa pengulangan. Sajian ini berhenti dilanjutkan dengan permainan tiga kajar dengan teknik sambung-

menyambung yang dimulai dari kajar Semarandana, kajar Gong Kebyar, dan terakhir kajar Smar Pagulingan. Seusai sajian kajar yang bersautan dilanjutkan dengan sajian improvisasi Kendang krumpung selama enam belas ketukan. Delapan ketukan yang pertama bersamaan dengan pukulan kale barungan Smar Pagulingan, sedangkan delapan ketukan berikutnya pukulan kale barungan Semarandana. Dari akhir sajian ini disambung dengan permainan riong Gong Kebyar sebanyak empat ketukan dan dilanjutkan empat ketukan riong Smar Pagulingan dengan patutan patemon. Sajian berikutnya adalah sajian dengan motif Balaganjur dengan menggunakan barungan Gong Kebyar, yang dibarengi dengan permainan melodi barungan Smar Pagulingan dengan patutan lebeng dan permainan gitar dengan lagu yang sama dengan Smar Pagulingan. Pada sajian ini, penabuh Semarandana ngecak. Pada sajian ini, pengulangan sebanyak delapan kali untuk sajian Balaganjur dengan paduan empat kali Smar pagulingan dengan

patutan lebeng dan dilanjutkan empat kali dengan patutan tembung. Pada

pengulangan sebanyak delapan kali ini, gitar memainkan melodi yang disajikan Smar Pagulingan dengan patutan lebeng sebanyak delapan kali pengulangan. Bagian IV

Bagian ke empat garapan ini diawali dengan melodi dari gambelan Semaradana dan diikuti vokal cecantungan yang berisikan tentang keharmonisan dan kemegahan dari Kori Agung. Gambelan Semaradana merupakan bagian

(43)

barungan yang dapat mencakup patutan-patutan yang ada dalam gambelan Smar Pagulingan dan Gong Kebyar. Kori Agung menggambarkan keagungan bukan semata- mata dari keagungan sebuah kori, akan tetapi keagungan tercermin dalam rangkuman keindahan secara estetis musikal yang terdapat dalam tiga barunga n gambelan yang digunakan sebagai medium karya Kori Agung, ditambah dengan estetis musikal dari instrumen gitar dan jimbe yang mewakili estetis diluar barungan gambelan. Dari berbagai elemen yang dipergunakan mampu memadukan setiap aspek yang berbeda dari hal yang melatar belakangi pada keindahan Kori Agung sehingga menjadi harmonis secara musikal (harmoni karawitan Bali). Notasi bagian IV Kekebyaran G.kb(3) .4.5 .3.7 .3.7 .4.1 .4.3 .7.4 .4.5 .5.. Sm p .3.4 .5.1 Sm.d .3.5 .5..

(Sm p patutan patemon dan Sm.d patutan lebeng)

Sajian bersama: vokal, tiga barung, suling, gitar, dan jembe

Sm.d dengan patutan sundaren yang dibarengi vokal, suling, dan gitar (5)

$ .1.7 .3.4 .1.7 .3.4 .2.7 ...3 ...3 .7.5 .4.5 .4.5 .7.1 ...1 ...1 .7.1 .7.5 .7.5 x2 Sm p (7) .3.5 .317 .3.5 .317 x8 @)

(44)

37

Canon tiga barung

(3) ..75 (g,kb).567 (Sm p) 6567(Sm.d) (3) (1)[ .5.7 .5.7 .3.1 .5.4 .3.7 .7.5 .5.4 (g,kb) .7.1 ] x5 (Sm p + g,kb)$ Kebyar (4) .7.3 .1.7 (g,kb) .1.5 (Sm p).1.3(Sm.d) Gitar Improv dengan melodi dasar :

Vokal .7.1 (.G.A .7.1 .G.A) (4) .5.4 .3.. .... . 1.7 Jalannya sajian

Setelah pengulangan delapan kali dari sub bagian sebelumnya, pada bagian IV ditandai dengan kekebyaran dengan barungan Gong Kebyar sebanyak dua baris atau delapan gatra, yang dilanjutkan dengan dua gatra barungan Smar Pagulingan dengan patutan baro dan dua gatra disajikan dengan barungan Semarandana dengan patutan lebeng. Dilanjutkan dengan sajian bersama: vokal, tiga barung gambelan, suling, gitar, dan jimbe, dengan rincian sajian Smar Pagulingan dan Semarandana menyajikan empat baris denga n patutan pengenter ageng, yang dibarengi dengan vokal, gitar, dan suling yang melagukan lagu yang disajikan Smar Pagulingan dan Semarandana. Pada sajian ini, penabuh Gong Kebyar kecuali pemain riong melakukan vokal, sedangkan untuk pemain riong memberikan aksen permainan dengan teknik kekebyokan, dan sajian pada sub

(45)

bagian ini sebanyak dua kali pengulangan. Setelah sajian dua kali pengulangan, barungan Smar pagulingan menyajikan lagu satu baris yang diulang sebanyak delapan kali pengulangan, dengan patutan yang disajikan adalah patutan tembung. Pada sub bagian ini, untuk penabuh Semarandana dan Gong Kebyar diam, termasuk suling, gitar, dan jimbe. Setelah sajian ini masuk pada teknik

canon yang dilakukan oleh tiga barung, yang dimulai dari barungan Gong Kebyar

diikuti barungan Smar Pagulingan, lalu ditutup dengan barungan Semarandana, yang merupakan transisi untuk masuk ke sub bagian lagu berikutnya. Pada sajian berikutnya merupakan sajian yang disajikan dalam barungan Gong Kebyar

sebanyak satu baris yang kemudian disambung dengan lagu yang terdiri satu baris juga, namun dalam sajiannya disajikan dengan teknik ngutang nuduk satu kali dari dua jenis barungan yaitu Smar Pagulingan dengan Gong Kebyar dengan

pengulangan, pengulangan kedua dengan teknik ngotek dengan barungan gong kebyar, pengulangan ketiga disajikan dengan barungan Smar Pagulingan dengan teknik ngotek. Pengulangan keempat dan lima dengan barungan Semarandana dengan teknik ngotek. Setelah sajian ini selesai ada pengulangan dari tanda $ dengan sajian yang sama dengan sajian sebelumnya hingga berakhir pada tanda @). Dari tanda ini, masuk pada bagian kekebyaran, yang dimulai dari barungan Gong Kebyar sebanyak dua gatra, dilanjutkan Smar Pagulingan satu gatra, dan Semarandana satu gatra. Pada akhir sajian Semarandana dilanjutkan dengan gitar improfisasi dari melodi dasar yang telah tertulis diulang sebanyak enam kali pengulangan. Setelah sajian gitar, masuk ke sajian terakhir dengan sajian vokal bersama dan ditutup dengan aksentuasi semua barungan, dan sajian selesai.

(46)

39 KETERANGAN ; Smr.D Sm.p G.kb ; Semaradana ;Smar Pagulingan ;Gong Kebyar T t T B1 B2 D (Kajar) (Je mbe ) ; Tong ; Treng ; Tang ;Bang ;Beb ;Dag 4.4 Analisa Estetis

Pada garapan yang berjudul Kori Agung, merupakan penggambungan dari tiga jenis barungan yaitu gambelan Gong Kebyar, Semarandana, dan Smar

Pagulingan yang dipadu dengan instrumen gitar dan jimbe. Kerumitan yang ditonjolkan pada garapan ini, memainkan tiga barung gambelan yang juga dalam

patutan yang berbeda dalam satu sajian, meskipun kadang kala ada patutan yang

sama antara Smar Pagulingan dan Semarandana. Perpaduan dari masing- masing barungan juga dipadukan lagi dengan instrumen gitar dan jimbe, merupakan sebuah pemikiran baru dan peresapan secara estetis dapat menyatu satu jenis barungan dan barungan lainnya.

Pola penggarapan yang disajikan dalam teknik garap dari garapan konser Kori Agung, lebih menekankan pada sinkronisasi dari barungan yang

(47)

dipergunakan dalam sajian, ditambah dengan instrumen gitar dan jimbe. Secara estetis, tidak mudah untuk mengungkapkan lagu yang disajikan dalam tiga barung yang juga dibarengi dengan instrumen gitar yang memiliki latar budaya yang berbeda, apalagi titambah dengan instrumen jimbe yang memiliki karakter sangat berbeda dengan kendang Bali. Dari hasil yang disajikan akan sulit memunculkan estetis dasar karawitan Bali yaitu hasil suara gambelan yang ngumbang ngisep, dengan realitas yang muncul sangat kecil rasa estetis klasik karawitan Bali.

Pada bagian-bagian tertentu dimasukkan unsur vokal dan suling yang diberikan ruang untuk menambah estetis berbeda, meskipun vokal tidak begitu mendominasi pada bagian garapnya. Dari instrumen suling dapat memberikan warna garapan dengan mangakomodir patutan-patutan yang ditampilkan dalam garapan Kori Agung, meskipun tidak secara signifikan dari estetis instrumen suling menggantikan dari tiga barung yang dipakai. Dari keseluruhan garapan Kori Agung, memberikan warna baru dari wujud konser yang dapat memberikan nuansa baru dari kanser-konser karawitan Bali tradisi yang telah ada, terlepas dari kekurangan yang ada, karena kurangnya waktu dalam proses dan penyerapan pendukung yang begitu sibuk dengan pekerjaannya masing- masing, sehingga kurang konsentrasi dalam mengaplikasikan daya serap mereka dari ide- ide yang telah dituangkan dalam proses garapan.

4.5 Analisa Penyajian

Garapan yang berjudul “Kori Agung” ini disajikan dalam bentuk konser. Dalam penyajiannya, penggarap berusaha agar wujud yang menyangkut bentuk dan struktur serta bobot yang menyangkut isi dari garapan ini dapat d isampaikan

(48)

41

dengan baik dalam penampilannya. Selain dituntut keutuhan garapan dalam penyajiannya, yang tak kalah penting adalah unsur ekspresi, penjiwaan, penghayatan lagu, dekorasi, dan setting instrumenasi, serta rias dan busana. 4.5.1 Setting Instrumen

Garapan komposisi musik ini dipentaskan dihadapan dewan penguji Tugas Akhir Karya Seni bertempat di Gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesi Denpasar. Sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan panitia garapan ini

disajikan pada hari Selasa, tanggal 24 Mei 2011, Pukul 23.15 Wita. Gedung Natya Mandala yang panggungnya berbentuk proscenium, maka penonton hanya dapat menyaksikan pertunjukan dari satu arah yakni dari arah Timur/depan. Dengan kondisi panggung seperti itu, maka masing- masing instrumen yang digunakan dalam garapan ini diatur sedemikian rupa berdasarkan konsep dan kebutuhan penggarap dalam garapan ini.

4.5.2 Rias dan Busana (Kostum)

Untuk mendukung garapan komposisi musik “Kori Agung” didalam penyajiannya, penataan kostum menjadi bagian yang berperan dalam hal

penampilan. Antara penggarap dengan pendukung garapan menggunakan kostum yang berbeda bertujuan agar penggarap terlihat berbeda dengan pendukung. Kostum yang dipakai bernuansa Klasik seperti dalam gambar berikut.

(49)

Gambar 4.1 Kostum Pendukung

Gambar 4.2 Kostum Penata

(50)

43

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari garapan musik yang berjudul “Kori Agung” adalah sebuah garapan komposisi musik dengan menggambarkan perpaduan yang harmonis dari bentuk Kori Agung sebenarnya. Dari susunan Kori Agung yang terdiri dari susunan berbagai ornamen pahatan yang memberikan kesan indah dan agung terhadap kori. Penata merasa cocok pengilustarian bentuk sajian konser Kori Agung dengan perpaduan patutan yang ada dalam gambelan Semaradana dan Smar Pagulingan, memberikan ornamen pahatan estetis musikal, yang dipadu dengan sentuhan ornamen lain dari estetis musikal dari instrumen musik gitar dan jimbe.

Komposisi ini terdiri dari empat bagian yang masing- masing bagian memiliki kesan dan suasana yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh pengolahan tempo, dinamika, ritme, dan melodi sesuai dengan ide- ide yang ada dalam pikiran penata. Rumusan masalah dan tujuan garapan ini merupakan perpaduan tiga barungan gambelan, dari permainan patutan yang berbeda-beda yang memiliki pola yang dimainkan hampir tidak sama satu dengan yang lainnya, sehingga dapat mendukung kesan dan suasana yang diinginkan. Patutan-patutan yang dimainkan dan dikolaborasi dengan instrumen gitar dan jimbe, merupakan pahatan-pahatan yang memberikan ornamen pada kesempurnaan estetis musikal dari Kori Agung. Dengan demikian garapan ini telah disajikan sesuai dengan ide dan konsep yang direncanakan.

(51)

5.2 Saran-saran

Selama proses dilakukan sampai dengan karya ini terwujud, banyak sekali pengalaman-pengalaman yang harus diperhatikan. Oleh karena itu penata ingin menyampaikan beberapa hal yang terkait dengan penggarapan karya seni kepada para pembaca pada umumnya, para seniman, lembaga seni, khususnya calon- calon sarjana seni yang mempersiapkan tugas akhir di Institut Seni Indonesia Denpasar. Mewujudkan suatu karya seni bukanlah hal yang mudah, maka dari itu sarana-sarana penunjang seperti kesiapan mental para pendukung dan penata, maupun peralatan, tempat, dan lain sebagainya sangat diperlukan dalam penggarapan karya seni.

Bagi para seniman pencipta, penentuan ide serta konsep yang matang sebelum melakukan proses penggarapan merupakan kunci untuk meraih keberhasilan untuk berkarya. Diharapkan kepada para seniman pencipta untuk lebih kreatif, Sesungguhnya tidak hanya dari satu jenis barungan saja yang dapat dipakai dalam medium karya seni khususnya karawitan Bali, dengan

mengkolaborasikan dari beberapa barung bisa memenuhi keinginan garapan baru. Secara estetis, jenis-jenis barungan yang ada di Bali memiliki kesamaan-

kesamaan dan sekaligus perbedaan karakteristik secara estetis musikal. Dari situlah perlu dicoba dan dicoba untuk menggabungkan dari beberapa jenis gambelan yang disajikan secara bersamaa n dalam bentuk kolaborasi barungan, meskipun tidak mudah untuk menyatukan secara estetis musikal, namun tidak menutup kemungkinan bahwa hal itu menjadi satu alternatif dalam menyusun sebuah karya seni.

(52)

45

DAFTAR PUSTAKA

Anom, I G N. Dalam Buku Pemugaran Candi Kidal dan Gapura Bajangratu, Bandem, I Made. 1986. Prakempa Sebuah Lontar Gamelan Bali; ASTI Denpasar. Dibia, I Wayan. 1993 Pengantar Karawitan Bali. Denpasar: STSI Denpasar. ---, 1999. “Body Tjak Karya Kolaborasi Seni Buda Globa,” Mudra,

STSI Denpasar

Djlantik, A.A. Made. 1990. Pengetahuan Dasar Ilmu Estetika, Estetika Instrumen, Jilid I. Denpasar: STSI Denpasar

Gelebet, Buku Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Denpasar ; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981/1982. “Jenis-jenis Bangunan” Jalan Cilacap No 4 Jakarta Pusat,/Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1992”Letak dan Lingkungan Gapura Bajangratu”. Kartawan, I Made. 2009. Reformulasi system patutan dalam Gambelan Smar

Pagulingan Saih Pitu. IM-Here : ISI Denpasar 2009.

Rai.S I Wayan. 2002. Mudra Jurnal Seni Budaya “ Istilan Nelu dan Ngepat Dalam Karawitan Bali.

Rai.S, I Wayan. Peranan Sruti dalam Pepatutan Gamelan Smar Pagulingan saih

pitu.

Waridi, 2002. “Gendhing Jawa Dalam Pertunjukan Musik Campursari”

(53)

DAFTAR DISCOGRAFI

“Bali Agung” 1976 Karya kolaborasi Anak Agung Raka Saba dengan Ebehard Scoener

“Buk Katah” 2001. Karya Michael Tenzel dengan Sanggar Cudamani

“Kancing Khwi”. 2007 Album Bona Alit

Kumpulan Duta Gong Kebyar Dewasa, 1998-2010, I Nyoman Windha, I Wayan Darya, I Ketut Cater, I Wayan Widia, I Made Subandi,

I Made Sue, I Ketut Yudana, I Komang Sukarya, I Ketut Suandita, Wiwa, dan Agus Teja

(54)

47

(55)

Lampiran 1 DAFTAR INFORMAN 1. Nama Alamat Umur Profesi 2. Nama Alamat Umur Profesi 3. Nama Alamat Umur Profesi 4.Nama Alamat Umur Profesi

:Anak Agung Raka Payadnya :Puri Abianbase Gianyar : 65 Tahun

: Tokoh Seni dan Budayawan :I Gusti Ngurah Wira Srama :Puri Taman Saba

:60 Tahun. : Tokoh Seni

:Anak Agung Bagus :Puri Angkling :48 Tahun : Tokoh Seni

: Bapak I Wayan Berata : Jalan Pucuk No 11 Denpasar :-

(56)

NO. NAMA PENDUKUNG INSTRUMEN YANG DIMAINKAN

JENIS GAMBELAN

1 Gung Oka Gangsa 1 Semaradana

2 Gung Giri Gangsa 2 Semaradana

3 Wayan Keplug Gangsa 3 Semaradana

4 Wayan Bayem Gangsa 4 Semaradana

5 Gung Werdi Kantil 1 Semaradana

6 Ketut Eka Kantil 2 Semaradana

7 Gung Jelantik Riong 1 Semaradana

8 Gung Saskara Riong 2 Semaradana

9 Koming Riong 3 Semaradana

10 Ngurah Benawah Riong 4 Semaradana

11 Mang Karya Calung 1 Semaradana

12 Gede Yuda Calung 2 Semaradana

13 Tut Mandi Jegog 1 Semaradana

14 Nyoman Kembung Jegog 2 Semaradana

15 Pak Slamet Gangsa 1 Smar Pagulingan

16 Gung Trima Gangsa 2 Smar Pagulingan

17 Made Sarya Gangsa 3 Smar Pagulingan

18 Nyoman Alus Gangsa 4 Smar Pagulingan

19 Gung Adi Kantil 1 Smar Pagulingan

20 Gung Ari Kantil 2 Smar Pagulingan

21 Made Wik Calung 1 Smar Pagulingan

22 Nata Calung 2 Smar Pagulingan

23 Wayan Kaprit Jegog 1 Smar Pagulingan

24 Made Budarta Jegog 2 Smar Pagulingan

NO. NAMA PENDUKUNG INSTRUMEN YANG DIMAINKAN

JENIS GAMBELAN

25 Ngurah De Gangsa 1 Gong Kebyar

26 Ngurah Ardana Gangsa 2 Gong Kebyar

49

Lampiran 3

(57)

27 Sang Ade Gangsa 3 Gong Kebyar

28 Gung Tu Gangsa 4 Gong Kebyar

29 Ngurah Nik Kantil 1 Gong Kebyar

30 Ngurah Kamar Kantil 2 Gong Kebyar

31 Made Koncreng Kantil 3 Gong Kebyar

32 Kerig Kantil 4 Gong Kebyar

33 Wayaneben Calung 1 Gong Kebyar

34 Wayan Kantor Calung 2 Gong Kebyar

35 Made Radio Jegog 1 Gong Kebyar

36 Putu Boni Jegog 2 Gong Kebyar

37 Ngurah Tu Riong 1 Gong Kebyar

38 Ngurah Alit Riong 2 Gong Kebyar

39 Putu Beng Riong 3 Gong Kebyar

40 Ngurah Sugrida Riong 4 Gong Kebyar

NO. NAMA PENDUKUNG INSTRUMEN YANG DIMAINKAN

JENIS GAMBELAN

41 Penata Kendang Wadon Kendang Wadon

42 Dede Kendang Lanang Kendang Lanang

NO. NAMA PENDUKUNG INSTRUMEN YANG DIMAINKAN

JENIS GAMBELAN

43 Ngurah Vokas Kecer 1 Kecer 1

44 Dek Njung Kecer 2 Kecer 2

NO. NAMA PENDUKUNG INSTRUMEN YANG DIMAINKAN

JENIS GAMBELAN/ INSTRUMEN

45 Wayan Leo Suling 1 Suling 1

46 Tu De Suling 2 Suling 2

47 Wayan Nila Suling 3 Suling 3

48 Ngurah Man Suling 4 Suling 4

49 Gus Purnama Suling 5 Suling 5

50 Wayan Agus Suling 6 Suling 6

51 Komang Togar Suling 7 Suling 7

52 Sumada Suling 8 Suling 8

53 Jaya Suling 9 Suling 9

(58)

NO. NAMA PENDUKUNG INSTRUMEN YANG DIMAINKAN

JENIS GAMBELAN/ INSTRUMEN

55 Wayan Komo Jembe 1 Jembe 1

56 Robert Jembe 2 Jembe 2

57 Wayan Purnama Jembe 3 Jembe 3

58 Putu Asmara Jembe 4 Jembe 4

59 Gung Vinda Jembe 5 Jembe 5

NO. NAMA PENDUKUNG INSTRUMEN YANG DIMAINKAN

JENIS GAMBELAN/ INSTRUMEN

60 Gus Indra Bass Gitar

61 Nyoman Pikon Melodi Gitar

62 Ade Jeki Rithim Gitar

NO. NAMA PENDUKUNG INSTRUMEN YANG DIMAINKAN

JENIS GAMBELAN

63 Gung Mayun Kajar 1 Kajar

64 Dewa Kepak Kajar 2 Kajar

65 Wayang Sebung Kajar 3 Kajar

NO. NAMA PENDUKUNG INSTRUMEN YANG DIMAINKAN

JENIS GAMBELAN

66 Kadek Capung Sendon 1 -

67 Made Bawa Sendon 2 -

68 Ngurah Eka Gong Wadon Dan

Gong Lanang

Gong Wadon Dan Gong Lanang

69 Made Angga Kempur Kempur

(59)

Gambar

Gambar 4.1  Kostum Pendukung

Referensi

Dokumen terkait

Banten atau sesaji yang dipergunakan pada waktu pementasan tari kreasi baru Siwa Nataraja adalah banten pejati sebanyak dua buah yaitu satu untuk di iringan (gamelan) dan