• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIP KARYA SENI IRENG-PETAK OLEH : I WAYAN PELIK EDI ARIANTO NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIP KARYA SENI IRENG-PETAK OLEH : I WAYAN PELIK EDI ARIANTO NIM"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIP KARYA SENI

IRENG-PETAK

OLEH :

I WAYAN PELIK EDI ARIANTO NIM. 2013.02.063

PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA

DENPASAR

2014

(2)

ii  

SKRIP KARYA SENI

IRENG-PETAK

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Seni (S1)

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

I Ketut Partha, SSKar., M.Si I Ketut Sudhana, SSKar., M.Sn NIP. 195908051986031004 NIP. 195802281986011001

(3)

iii  

Skrip Karya Seni ini telah diuji dan dinyatakan sah oleh Panitia Ujian Akhir Sarjana (S1) Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar.

Pada :

Hari/Tanggal : Selasa, 13 Mei 2014 Ketua :

I Wayan Suharta, SSKar., M.Si (...) NIP. 19630730 199002 1 001

Sekretaris :

I Dewa Ketut Wicaksana, SSP., M.Hum (...) NIP. 19641231 199002 1 040

DosenPenguji :

1. Dr. I Gde Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum (...) NIP. 196612011991031003

2. I Wayan Suweca, S SKar., M.Mus (...) NIP. 19571331 198503 1 014

3. Wardisal., S.Sen., M.Si (...) NIP. 19660624 199203 1 002

4. I Ketut Partha, SSKar., M.Si (...) NIP: 195908051986031004

5. I Ketut Sudhana, SSKar., M.Sn (...) NIP: 195802281986011001

Disahkan pada tanggal : 13 Mei 2014 Mengetahui

Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Ketua Jurusan Karawitan Institut Seni Indonesia Denpasar Fakultas Seni Pertunjukan

Institut Seni Indonesia Denpasar

I Wayan Suharta,SSKar., M.Si Wardizal, S.Sen., M.Si. NIP. 19630730 199002 1 001 Nip.19660624 199203 1 002

(4)

iv

TRY. BELIEVE.

MAKE IT HAPPEN

(5)

v  

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penata panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Asung Kerta Wara Nugraha-Nya penata dapat menyelesaikan Skrip Karya Seni ini tepat pada waktunya. Penata sungguh merasa memiliki suatu keberuntungan tersendiri karena dalam kesempatan yang baik ini penata diberikan peluang untuk mendeskripsikan suatu karya yang penata garap.

Penata menyadari, tanpa adanya bantuan serta dorongan semangat dari dosen pembimbing dan kerjasama dari semua pihak yang terkait, kegiatan ini tidak akan berjalan sebagaimana yang diinginkan. Maka dari itu, dalam tulisan ini penata tidak lupa menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. I Gede Arya Sugiartha, SSKar., M.Hum selaku Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah memberikan fasilitas yang memadai dalam proses pembelajaran.

2. I Wayan Suharta, SSKar., M.Si Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar.

3. Wardizal, S.Sen., M.Si Ketua Jurusan Seni Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar, yang selalu memberikan dorongan motivasi dalam menempuh tugas akhir.

4. I Ketut Pharta, SSKar., M.Si dan I Ketut Sudhana, SSKar., M.Sn selaku pembimbing karya tulis dan karya seni yang telah banyak meluangkan waktu

(6)

vi  

dalam memberikan bimbingan dan petunjuk selama proses penggarapan berlangsung.

5. Kuwah Kaples Crew Penestanan Ubud selaku pendukung utama dalam mewujudkan karya karawitan ini.

6. Kedua orang tua penata yakni I Wayan Karta dan Ni Made Poni Ariati serta seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan doa serta kesabarannya memberikan dorongan moral dan material selama perkuliahan serta terselenggaranya tugas akhir ini.

7. Segenap pihak pendukung dan rekan-rekan yang tidak bisa penata sebutkan satu-persatu yang tulus ikhlas membantu dan mendukung kelancaran karya seni ini.

8. Seluruh narasumber yang telah memberikan informasi terkait dengan karya ini.

Karya ini masih jauh dari sempurna, penata menyadari banyak keterbatasan dan kekurangan yang penata miliki, oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penata mohon kepada para pembimbing, agar sudi kiranya memberikan saran-saran atau kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga apa yang dipersembahkan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 17 Mei 2014

(7)

vii  

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

MOTO ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Garapan ... 1

1.2 Ide Garapan ... 5 1.3 Tujuan Garapan ... 6 1.3.1 TujuanUmum ... 7 1.3.2 Tujuan Khusus ... 8 1.4 Manfaat Garapan ... 8 1.5 Ruang Lingkup ... 9

BAB II KAJIAN SUMBER ... 12

2.1 Sumber Tertulis ... 12

2.2 Sumber Lisan ... 14

2.3 Sumber Audio Visual ... 15

BAB III PROSES KREATIVITAS ... 16

3.1 Tahapan Penjajagan ... 16

3.2 Tahap Percobaan ... 19

3.3 Tahap Pembentukan ... 20 v

(8)

viii  

BAB IV WUJUD GARAPAN ... 27

4.1 Deskripsi Garapan ... 27

4.2 Ananlisa Pola Struktur ... 27

4.2.1 Bagian I ... 28 4.2.2 Bagian II ... 35 4.2.3 Bagian III ... 37 4.3 Instrumentasi ... 41 4.3.1 Fungsi Instrumen ... 42 4.4 Teknik Permainan ... 57 4.5 Analisis Estetik ... 62 4.5.1Kerumitan ... 62 4.5.2Penonjolan ... 63 4.5.3Keutuhan ... 64 4.6 Analisis Simbol ... 65 4.7 Analisa Penyajian ... 68 4.7.1 Setting Intrumen ... 68 4.7.2 Riasdan Busana ... 71 4.7.3 Tata Lampu ... 72 BAB V PENUTUP ... 74 5.1 Kesimpulan ... 74 5.2 Saran-saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA ... 76 DAFTAR NARASUMBER ... 77 DAFTAR DISKOGRAFI ... 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara Rwa Bineda dalam berkesenian bali dapat dilihat khususnya pada karya seni. Seorang komposer biasanya memasukan konsep Rwa Binedake dalam karyanya. Dengan adanya dua dimensi ini maka terjadi konflik yang menimbulkan perpaduan dalam karya itu, sehingga dapat memunculkan keindahan (Rai S, 2011:132). Didalam mewujudkan karya-karya kreatifnya, seorang komposer dapat menempuh beberapa cara yang sesuai dengan keinginanya. Apakah ia berkeinginan untuk membuat suatu gagasan baru, keluar dari konsep-konsep tradisi yang sudah ada, atau malah sebaliknya menggunakan konsep-konsep tradisi sebagai sumber inspirasi yang akan diinovasi untuk mewujudkan sebuah karya baru. Membuat sebuah karya baru tentunya diperlukan pemikiran dan imajinasi serta ide, sebagai daya nalar untuk menangkap fenomena-fenomena yang berlangsung dalam keadaan tertentu. Kemunculan ide tak terlepas dari daya sensitifitas yang dimiliki oleh seseorang untuk menangkap fenomena di lingkungan sekitarnya, sebagai rangsangan luar yang selanjutnya merangsang munculnya ide tersebut.

Terinspirasi dari fenomena tentang konsep keseimbangan hidup dalam dimensi dualistis di atas, penata mewujudkan sebuah gagasan yang dapat dikaji sebagai pembelajaran tentang ilmu hitam dan ilmu putih yang bersumber dari buku

(10)

2 yang berjudul sihir Bali kesaktian kiwa-tengen dalam kanda pat dan sejarah timbulnya nama Penestanan menjadi sebuah Desa Pakraman, ke dalam sebuah karya karawitan inovatif yang berjudul Ireng-Petak.Ireng berarti hitam, dan petak berarti putih (Warna, 1978:236).Menurut Jero mangku I Wayan Cenuk (mangku Desa Lingsir) dan Jero Mangku I ketut Gede Kusumawijaya, S.Sos selaku pengelingsir Desa Pakraman Penestanan,sejarahpenestanan memiliki dua versi ceritera. Versi pertama: berasal dari kata panastan yang artinya tempat air suci atau air amerta wangsuh Ida Batara yang digunakan dalam setiap pemujaan. Tempat ini diberi namaPanastan karena di tempat ini terdapat sumber mata air yang mengalir dari ujung wilayah utara penestanan kemudian menyatu dengan tukad Oos disisi selatan Desa tepatnya di ancut penestanan. Sungai wangsuh (blangsuh) merupakan pembatas wilayah pacekan dengan penestanan. Sedangkan lokasi munculnya sumber mata air tukad wangsuh disebut dengan beji sudamala dan pura dilokasi tersebut diberi nama Pura Ulun Danu tempat suci untuk memuja Hyang Batari Danu yang merupakan tempat suci sebagai penyawangan dari Pura Gunung Lebah berlokasi di Campuhan, Ubud. Bentuk wilayah pemukiman ini melingkar dan ditengah-tengah wilayah ini terdapat sumber mata air yang menyerupai bentuk panastan.Maka dari itu wilayah ini disebut panastan dan lama-kelamaan pemukinam ini disebut Penestanan.

Versi yang kedua,penestanan berasal dari kata dasar desti yaitu leak yang kemudian berubah menjadi penestian yang artinya pengleakan.Pada saat terjadinya peperangan antara Raja Ubud melawan Raja Mengwi, banyak masyarakat

(11)

3 pacekanmengungsi ke arah barat melewati sungai Ayung.Karena pemukiman ini ditinggal mengungsi, maka pemukiman ini menjadi sepi, serta raja Ubud semakin khawatir dengan keadaan di wilayah Penestanan. Kemudian Raja Ubud mengutus beberapa penduduk dari Gunung Raung yang ada di Sarwa Ada (Taro) kemudian penduduk ini ditempatkan disisi timur sungai Ayung kini disebut Baung serta beberapa penduduk dari Desa-desa lainya yang merupakan perbatasan sisi barat wilayah Ubud. Raja Ubud menempatkan penduduk disisi barat wilayah Ubud adalah sebagai benteng pertahanan bilamana sewaktu-waktu ada penyerangan dari arah barat. Kerajaan Ubud bekerja sama dengan penguasa alam gaib (black magic/pengleakan) dari Griya Sanur. Pada saat itu Dayu Datu (penguasa ilmu gaib di sanur) sedang mencari pusakanya yang hilang.Raja Ubud bersedia membantu mencari pusakan tersebut, sebagai timbal balik Dayu Datu mengangkat orang-orang penestanan sebagai muridnya dan mengajari tentang ilmu pengleakan. Sehingga sejak saat itu namaPenestanan dikonotasikan dengan kata pengleakan yaitu penestian, lama-kelamaan namapenestian menjadi Penestanan.

Dari kedua versi sejarah tersebut penata dapat menyimak dari masing-masing versi, bahwa dalam sejarah penestanan memiliki dua kekuatan yang bertentangan.Dua kekuatan yang bertentangan dalam masyarakat penestanan diantaranya disebut kekuatan ilmu hitam dan kekuatan ilmu putih.Ilmu hitam yang dikenal dengan istilah pengleakan (black magik), sedangkan ilmu putih didasari oleh unsur-unsur kemanusiaan, karena penangkal dari ilmu hitam (Mantara Putra dan

(12)

4 Segatri Putra, 2000:1). Dari kedua kekuatan tersebut timbulah konflik yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Penestanan. Orang-orang menyebutkan Penestanan itu gudangnya ilmu pengleakan, dan ada pula menyebutkan Penestanan tempat menyembuhkan orang-orang sakit, karena di Desa ini terdapat sumber mata air tempatnya di ujung wilayah Penestanan yang biasanya digunakan untuk ngwangsuh atau mengobati orang sakit. Akhirnya tafsiran dari orang-orang tanpa disadari dari perbedaan tersebut membawa dampak positif bertujuan sebagai keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam karya karawitan inovatif ini implementasi dari Ireng Petak itu sendiri diwujudkan melalui perpaduan dua unsur karakter musik yang masing-masing mewakili kedua ilmu hitam dan putih yang dimaksud. Alasan mengambil ceritera ini karena didalam sejarah munculnya Desa Pakraman Penestanan meliputi dua versi yang masing-masing memiliki kekuatan. Kedua kekuatan tersebut disimbolkan dengan kekuatan ilmu hitam dan ilmu putih. Ilmu hitam diimplementasikan dengan pengaplikasian musik gambelan yang cenderung keras dan dibawakan dengan beberapa instrument gambelan Baleganjur. Sedangkan, ilmu putih diaplikasikan melalui musik gamelan lebih lembut yang dibawakan dengan beberapa instrumen dari gamelan Semar Pegulingan. Perbedaan dua unsur musik yang digunakan tersebut adalah untuk mempertegas konsep dan implementasi dari Ireng Petak itu sendiri.

Berbekal pengalaman mendukung garapan karya komposisi karawitan pada ujian tugas akhir kakak kelas dan juga ikut menuangkan komposisi karawitan di luar

(13)

5 kampus, serta ingin mendalami berkomposisi karawitan akhirnya terpikirkan untuk membuat sebuah karya karawitan inovatif yang dipergunakan sebagai karya tugas akhir untuk mendapatkan gelar strata satu di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Alasan lain terciptanya karya Ireng-Petak ini, karena melalui media ungkap dapat mencerminkan kebebasan penata mengekspresikan ide-ide, namun tetap berkiblat pada pakem-pakem tradisi. Untuk mengatualisasikan ide dari penata, karya ini diberikan sentuhan kekinian dan diekspresikan kedalam bentuk pola baruterhadap karya tersebut. Selain itu, dalam karya ini juga disampaikan pesan kepada penonton tentang sebuah perbedaan yang sangat penting dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Terciptanya karya karawitan ini memberikan cerminan bahwa kita tidak bisa terlepas dari keseimbangan hidup. Karena di dunia ini konsep keseimbangan hidup manusia dengan dimensi dualistis selalu sejalan untuk dapat mengimbangi kehidupan ini.

1.2 Ide Garapan

Membuat sebuah karya baru, tentunya diperlukan pemikiran dan imajinasi serta ide sebagai daya nalar, untuk menangkap fenomena-fenomena yang berlangsung dalam keadaan tertentu. Kemunculan ide tidak terlepas dari daya sensitifitas yang dimiliki oleh seseorang untuk menangkap fenomena di lingkungan sekitarnya sebagai rangsangan luar yang selanjutnya merangsang munculnya ide tersebut.Seperti lahirnya ide karya ini, sangat besar terangsang dari sejarah munculnya Desa

(14)

6 Pakraman Penestanan dan membaca sebuah buku yang berjudul sihir Bali kesaktian kiwa-tengen dalam kanda pattentang ilmu hitam dan ilmu putih seperti telah diungkap pada latar belakang.

Dalam menstranformasikan ide tersebut, penata merealisasikannya dengan menggunakan beberapa instrumen dari kedua barungan gamelan, yaitu gamelan semar pegulingan tujuh nada dan gamelan Baleganjur sebagai media ungkap. Gamelan Semar Pegulingan mencirikan karakter yang lembut yang penata simbolkan sebagai ilmu putih, sedangkan gamelan Baleganjur mencirikan karakter keras yang penata simbolkan sebagai ilmu hitam. Hal ini dilakukan mengingat kedua barungan gamelan ini mempunyai karakter yang berbeda dan cenderung berlawanan. Dari perbedaan karakter yang ditimbulkan oleh masing-masing barungan gamelan tersebut, penata mentransformasikan imajinasi yang dituangkan melalui kedua barungan ini sebagai simbol kekuatan ilmu putih dan ilmu hitam. Barungan gamelan Semar Pegulingan disimbolkan sebagai ilmu putih karena pembawaan dari karakter gamelan ini identik dengan kelembutan, pengolahan nada dari barungan ini dapat menimbulkan keindahan yang cenderung menyejukkan perasaan. Sedangkan gamelan baleganjur disimbolkan dengan ilmu hitam karena gamelan ini identik dengan karakter yang keras. Akhirnya timbullah sebuah ide yang diwujudkan dalam sebuah karya karawitan inovatif dengan menggunakan media ini.

Dari fenomena yang disebutkan diatas dapat memberikan inspirasi bagi penata membuat sebuah karya seni yang menceritakan tentang perbedaan penggunaan ilmu hitam dan ilmu putih. Dua kekuatan yang bertentangan ini dituangkan kedalam karya

(15)

7 karawitan inovatif, dengan menstranformasikan nilai-nilai kebajikan dan kejahatan ke dalam karya tersebut, dengan mengolah teknik-teknik permainan pada instrumen gamelan. Sehingga menghasilkan suasana yang halus, keras, dan bebas tetapi masih mengacu pada konsep keseimbangan serta mengandung nilai-nilai estetika. Karya karawitan inovatif inidiberi judul Ireng-Petak.

Karya karawitan inovatif bertemakan Rwa Bineda, yang menekankan pada keseimbangan seseorang yang mempelajari ilmu bertentangan. Untuk memberikan ciri khas dari karya ini, maka penyajian yang dipergunakan lebih menekankan kepada alunan melodi, memunculkan dari masing-masing karakter gamelan semar pegulingan dan gamelan baleganjuryang dipadukan menjadi seimbang serta berjalan sesuai dengan alurnya masing-masing. Karya ini dimainkan oleh 25 (dua puluh lima) orang pemain gamelan, kostum yang dipergunakan sangat sederhana.

1.3 Tujuan Garapan

Pada hakekatnya, dalam menuangkan sebuah karya atau menciptakan sesuatu sudah barang tentu mempunyai tujuan. Adapun tujuan penggarapan karya Ireng-Petakini adalah :

1.3.1 Tujuan Umum

1. Untuk menciptakan karya karawitan inovatif.

2. Untuk menyampaikan pesan terhadap masyarakat bahwa ilmu hitam dan ilmu putih saling ketergantungan.

(16)

8 3. Untuk mengungkap konsep keseimbangan dalam kehidupan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Ikut berpartisipasi dalam mengembangkan karya karawitan inovatif

2. Sebagai gambaran keseimbangan hidup bagi seseorang yang mengkonotasikan ilmu hitam adalah black magic atau kejahatan dan ilmu putih adalah white magic atau unsur kebajikan.

3. Untuk membangun serta mengukur potensi kreatif yang penata miliki sebagai seorang komposer.

1.4 Manfaat Garapan

Selain tujuan seperti yang tersebut di atas, garapan ini juga diharapkan memberikan suatu manfaat, yaitu:

1. Garapan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam menciptakan garapan, selanjutnya dapat memberikan inspirasi, motivasi, dan partisipasi terhadap perkembangan karawitan di Bali.

2. Dapat dijadikan pedoman dalam hidup masyarakat dengan menyadari nilai-nilaiyang terkandung dalam fenomenaIreng-Petak.

3. Dapat mengembangkan salah satu jenis kesenian Bali sebagai inovasi dalam bentuk karawitan inovatif tanpa meninggalkan tradisi budaya yang dimiliki.

(17)

9 1.5 Ruang Lingkup

Di dalam penggarapan karya karawitan diperlukan batasan-batasan yang jelas, agar tidak menimbulkan kerancuan mengenai isi dari karya karawitan inovatif Ireng-Petak. Menghindari salah persepsi terhadap bentuk garapan ini, maka penata memberikan batasan pemahaman tentang ruang lingkup karya ini sebagai berikut :

• Media ungkap yang digunakan dalam karya ini adalah beberapa instrumen dari barungan gamelan semar pegulingan dan baleganjur. Pemililahan ini seperti yang sudah diuraikan di atas didasari oleh dua kekuatan yaitu ilmu hitam dan ilmu putih yang selalu seimbang sepanjang masa. Dari kedua kekuatan tersebut disimbolkan dengan media ungkap yaitu beberapa instrumen dari barungan gamelan semar pegulingan dan gamelan baleganjursebagai media kreativitas.Instrumen yang dipergunakan dalam gamelan semar pegulingan yaitu: empat tungguh gangsa pemade, dua tungguh gangsa kantil, dua tungguh jublag, dua tungguh jegogan, sebuah kajar, sebuah gong, sebuah ricik, sepasang kendang krumpungan lanang dan wadon enam buah suling bambu, sebuah kemong. Sedangkan instrumen dalam barungan gamelan baleganjur yaitu : delapan pencon reong, dua buah kendang bebarongan, sebuah kajar, sebuah kempli, lima buah ceng-ceng kopyak, sebuah gong, sebuah kempul, enam buah suling bambu.

• Dalam prakempa sebuah lontar gamelan bali menyebutkan bahwa gamelan semar pegulingan memiliki 7 patet yaitu :

(18)

10 Susunan nada dalam gamelan semar pegulingan karya ini : 3 4 5 6 7 1 2 Selisir = 3 4 5 . 7 1 . Slendro agung =. 3 4 5 . 7 1 Slendro alit = 1 . 3 4 5 . 7 Tembung = 7 1 . 3 4 5 . Sundarn = . 7 1 . 3 4 5 Pengenter agung = 5 . 7 1 . 3 4 Pengenter alit = 4 5 . 7 1 3 .

Namun dalam karya ini penata hanya mempergunakan 4 patet yaitu patet pengenter agung, patet selisir, patet tembung dan patet selendro alit. Pemilihan patet seperti ini karena mengingat batasnya kemampuan penata untuk mengolah melodi diluar patet yang telah disebutkan diatas.

Ireng-petak merupakan karya komposisi karawitan inovatif, yang menekankan kebebasan didalam berkarya dari segi bentuk dan struktur lagu, tidak lagi mengacu pada aturan konvensi seperti struktur lagu kawitan, pengawak,dan pengecet, yang lebih dikenal dengan struktur Triangga. Namun dalam karya ini menggunakan bagian, yaitu bagian I, bagian II, dan bagian III, untuk mempertegas struktur lagu bentuk serta perbedaan karakter yang ditimbulkan dari beberapa instrumen barungan gamelan semar pegulingan dan baleganjur. Sesuai dengan konsep Rwa Bineda yaitu sebagai

(19)

11 implementasi kekuatan ilmu hitam dan ilmu putih yang ada dalam imajinasi penata yang dituangkan melalui media ungkap tersebut.

• Inovasi garapan ini tercermin melalui penggarapan melodi-melodi serta ritme-ritme yang diberikan sentuhan kekinian dan diekspresikan kedalam bentuk pola baru.

• Karya ini melibatkan 25 orang pendukung termasuk penggarap.

• Karya ini memiliki durasi kurang lebih 12 menit

Karya ini dipentaskan di Stage Prosenium Natya Mandala ISI Denpasar. Karya karawitan inovasi Ireng-petak menggunakan struktur yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

Bagian I : Menceritakan tentang dampak pembelajaran ilmu hitam

Bagian II : Menceritakan tentang dampak pembelajaran ilmu putih

Bagian III : Menggambarkan tentang konflik perpaduan dua kekuatan yang bertentangan yaitu ilmu hitam dan ilmu putih secara seimbang tanpa ada kalah dan menang karena dari dua kekuatan tersebut tidak akan pernah berakhir semasih manusia menjalani kehidupan.

(20)

12 BAB II

KAJIAN SUMBER

Pentingnya sumber-sumber tertulis maupun rekaman-rekaman video tidak hanya sebagai bahan inspirasi dalam berkarya, akan tetapi sumber tertulis maupun rekaman video adalah sebagai sumber acuan, agar karya karawitan yang diciptakan dapat dipertanggung-jawabkan.Adapun beberapa sumber yang digunakan dalam penggarapan karya ini adalah sebagai berikut.

2.1 Sumber Tertulis

Sumber literatur merupakan sumber dalam bentuk tulisan baik berupa buku, laporan, hasil penelitian yang dapat menambah pengetahauan dalam bidang teori untuk memperkuat ide garapan ataupun hal-hal yang mendorong untuk menciptakan karya baru yang berkualitas. Adapun beberapa pustaka yang menjadi sumber dalam garapan ini, yaitu sebagai berikut :

Buku Penangkal ilmu hitam (ilmu putih) Ketut Mantra Putra I Gusti, tahun 2000.Buku ini memaparkan tentang Rwa Bineda.Rwa berarti dua, Bineda berarti berbeda.Yang artinya ada dua yang selalu berbeda, seperti adanya siang dan malam, ada suka dan duka, ada hidup dan mati. Disamping itu, dalam buku ini juga terdapat bahasan tentang ilmu hitam dan ilmu putih. Dari uraian ini, rwa bineda penata pergunakan dalam tema, sedangkan Ilmu hitam dan ilmu putih penata pergunakan dalam judul yang diringkas dengan Ireng Petak.

(21)

13 Ubit-Ubitan Sebuah Teknik Permainan Gamelan Bali, oleh Prof. Dr. I Made Bandem, STSI Denpasar 1990. Buku ini mengemukakan secara lengkap mengenai ubit-ubitan sebuah teknik permainan dalam Gamelan Bali. Ada 14 jenis ubit-ubitan yang ditulis dalam buku ini. Disebutkan pula bahwa ubit-ubitan berfungsi sebagai pemberi identitas kepada masing-masing Gamelan Bali. Dari 14 jenis ubit-ubitan itulah penata gunakan sebagai pembanding dan menjadi dasar pijakan untuk mencari kemungkinan tentang teknik ubit-ubitan yang lain atau baru.

Buku ajar komposisi karawitan IV, oleh I Ketut Garwa, ISI Denpasar 2009. buku ini mengulas tentang pengetahuan dan cara penggarapan suatu komposisi karawitan. Dari buku ini penata mendapat pengetahuan tentang cara penggarapan sebuah komposisi karawitan.

Gong Antologi Pemikiran, oleh Rai I Wayan, ISI Denpasar 2011. Buku ini mengulas tentang konsep keseimbangan dalam kesenian Bali. Dari buku ini penata mengetahui konsep keseimbangan dalam penggarapan karya seni serta memunculkan nilai estetis pada karya tersebut.

Prakempa Sebuah Lontar Gamelan Bali. 1986, transliterasi olehI Made Bandem. Buku ini berisikan 4 aspek utama yakni: Filsafat, Etika, Estetika dan Gegebug (teknik) dan inti bunyi dari Catur Muni-Muni. Dengan adanya sumber ini, memberi masukan tentang teknik gegebug serta pepatutan dalam memainkan gamelan Semar Pagulingan.

(22)

14 Estetika Sebuah Pengantar. A.A M. Djelantik. 1999. Referensi ini mengulas segala sesuatu yang berhubungan dengan seni dan keindahan. Demikian pula beberapa teori estetika yang diungkapkan oleh berbagai tokoh diungkap dalam buku ini. Melalui buku ini dapat dikaji mengenai bagaimana sebuah karya seni yang dianggap berkualitas dan berbobot. Sumber ini juga memberikan masukan tentang pemahaman bentuk dan struktur dalam karya seni.

2.2 Sumber Lisan

Wawancara dengan Jero mangku I Wayan Cenuk (mangku Desa Lingsir) Umur : 83th. / 1931dan Jero Mangku I ketut Gede Kusumawijaya, S.Sos. Umur 43th : 1969.Pada tanggal 30 Januari 2014.Dari wawancara ini peñata mengetahui sejarah asal mula Desa Pakraman Penestanan dan dapat dijadikan ide sebagai penggarapan karya ini.

Melalui proses wawancara ini sangat membantu penata untuk bisa membayangkan dua perbedaan versi timbulnya nama Desa Pakraman Penestanan, yang dituangkan ke dalam garapan dan bisa juga untuk memberikan wujud karya dari sebuah ceritera dan informasi yang dipaparkan daripemangku tersebut. Wawancara dilakukan di rumah Jero mangku I Wayan Cenuk (mangku Desa Lingsir) Umur : 83th. / 1931dan Jero Mangku I ketut Gede Kusumawijaya, S.Sos. Umur 43th : 1969yang beralamat di Br. Penestanan, Kaja, Sayan, Ubud, Gianyar pada tanggal 30 Januari 2014.

(23)

15 Wawancara dengan I Wayan Raharja Adi Putra S.Sn. pada tanggal 2 Februari 2014. Dari wawancara ini peñata mengetahui dampak positif dan negatif seseorang yang ingin mempelajari dan menguasai dua kekuatan yang bertentangan.

Proses wawancara yang dilakukan dengan beberapa narasumber tersebut sangat membantu penata dalam memahami konsep rwa bineda.

2.3 Sumber Audio Visual

Video “Nangun Yadnya” document Bali Tv dalam acara Karya mlaspas, mamungkah,ngenteg linggih, padudusan alit, mekebat daun lan mebangun ayu, di Pura Ratu Ngrurah Br. Pakraman Penestanan Kaja, Ubud, Gianyar. Pada rekaman ini penata mendapatkan ide untuk mengungkap sejarah penestanan yang ditranspormasikan kedalam karya seni karawitan dengan media ungkap yang dipilih, yaitu semar pagulingan dan balaganjur.

Audio CD “kreasi 45” karya I Wayan Sudirana dalam rangka PKB tahun 2006.Pada karya musik ini penata mendapat pengetahuan tentang pengolahan dan penggabungan dua instrument serta permainan tempo dan teknik pola ruang dalam berkomposisi.

Mp3 tabuh kreasi “Caru Wara” karya Dewa Ketut Alit dalam rangka PKB tahun 2005 yang diwakili oleh sanggar seni Candra Wirabuana, Ubud. Sebagai duta kabupaten Gianyar. Pada karya musik ini penata mendapat pengetahuan tentang pengolahan dan permainan tempo serta teknik pola ruang dalam berkomposisi.

(24)

16 BAB III

PROSES KREATIVITAS

Penciptaan karya karawitan, dalam mewujudkan tidaklah mudah, melalui proses yang cukup lama sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Dalam proses penggarapan yang terpenting adalah merealisasikan ide karya kedalam suatu karya dan diimbangi juga dengan kedisiplinan.Proses penggarapan adalah hal terpenting untuk menggarap suatu karya seni dalam bentuk apapun untuk mencapai suatu karya yang berkualitas. Melalui proses-proses penata dapat mengetahui dimana titik lemah dari karya tersebut.

Karya ini mengacu pada proses penciptaan karya seni yang diklasifikasikan menjadi 3 bagian utama, yaitu: eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan (Garwa, 2009:43). Eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan memberikan kesempatan bagi penata untuk berpikir, merasakan, mengimajinasikan, serta mencipta.

3.1 Tahap Penjajagan( Eksplorasi )

Tahap Eksplorasi (Penjajakan) adalah langkah awal dalam penggarapan karya, yang dituangkan melalui proses awal dari sejak berpikir, berimajinasi, merenungkan ide, dan merespon dari apa yang telah ditemukan. Penjajagan awal dilakukan ke rumah Jero mangku I Wayan Cenuk (mangku Desa Lingsir) dan Jero Mangku I ketut Gede Kusumawijaya, S.Sos. yang beralamat di Br Penestanan Kaja, Sayan,Ubud,Gianyar, pada tanggal 30 Januari 2014. Pada penjajagan pertama penata

(25)

17 mengetahui sejarah Penestanan memiliki dua versi ceritera. Dari ceritera tersebut, penata dapat membayangkan dua perbedaan didalamnya, yaitu Penestanan berasal dari kata Panastan dan Penestian. Panastan yang artinya tempat air suci sedangkan Penestian adalah Pengleakan. Dari perbedaan ceritera itu, peñata dapat membayangkan untuk mentranspormasikan ide melalui media ungkap sebagai karya seni yang didapatkan dari pemaparan Jero mangku I Wayan Cenuk (mangku Desa Lingsir) dan Jero Mangku I ketut Gede Kusumawijaya, S.Sos.

Penjajagan selanjutnya dilakukan diskusi tentang konsep dengan I Wayan Sugandia, pada bulan Februari 2014. Hasil dari diskusi dengan I Wayan Sugandia dapat menghasilkan beberapa saran-saran yang berkaitan dengan karya, yaitu tentang teknik permainan dan inovasi dalam struktur lagu.Sebelum mencari pendukung karya, terlebih dahulu ide sudah ditetapkan untuk merancang konsep dalam penuangan lagu yang digarap.Ide ini muncul ketika penata berkesempatan berdiskusi dengan I Wayan Raharja Adi Putradari Br. Penestanan Kelod, Sayan, Ubud yang menceritakan tentang ceritera karya tarinnya yang telah ditampilkan dalam karya tugas akhir di ISI Denpasar pada tahun 2012. Karya tari beliau menceritakan tentang seseorang yang mempelajari dan ingin menguasai dua kekuatan yang bertentangan kiwa dan tengen.Dari ceritera ini, penata berkeinginan untuk menjadikan ceritera tersebut, menjadi sebuah karya karawitan, dan merealisasikan ide dengan menggunakan dua barung gamelan yaitu gamelan semar pegulingan dan gamelan baleganjursebagai media kreativitas. Pemilihan alat seperti itu dikarenakan dari masing-masing barungan gamelan semar pegulingan dan gamelan baleganjurmemiliki karakter yang

(26)

18 berbeda, sehingga konsep yang ingin peñata garap sesuai dengan sejarah munculnya Desa Pakraman Penestanan yang memiliki dua versi ceritera yang berlawanan. Ide-ide juga timbul dari melihat kehidupan masyarakat yang tidak terlepas dari konsep keseimbangan hidup (Rwa Bineda) seperti baik-buruk, siang-malam, laki-perempuan, dan sebagainya.Setelah konsep dianggap pasti, penata mengadakan pendekatan kepada teman-teman untuk meminta kesediaannya mendukung penata dalam mewujudkan karya.Garapan ini membutuhkan 25 orang pemain gamelan termasuk penata. Kriteria pemilihan pendukung adalah loyalitas dan tangung jawab yang tinggi, sehinggaakan bisa membantu kelancaran proses penggarapankarya yang digarap.Setelah merasa sudah tepat dengan konsep yang dituangkan, proses selanjutnya mencari hari baik untuk (nuasen). Nuasen dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2014 dipemrajansanggah peñata beralamat di Br. Penestanan Kelod, Sayan, Ubud yang dihadiri oleh semua pendukung. Setelah upacara nuasen selesai para pendukung dikumpulkan, bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang ide dan konsep yang dituangkan dalam karya seni tersebut. Setelah itu, peñata menentukan jadwal latihan sesuai dengan kesepakatan dari semua pendukung. Hari yang disepakati, yaitu setiap hari selasa dan rabo jam 17.00 wita.

(27)

19 Tabel 1

Proses Kreativitas Eksplorasi (Penjajagan) KaryaIreng-Petak.

NO Bulan Kreativitas

1 Januari 2014 Penjajagan awal dilakukan ke rumah Jero mangku I

Wayan Cenuk (mangku Desa Lingsir) dan Jero Mangku I ketut Gede Kusumawijaya, S.Sos.

untuk mendapatkan penjelasan tentang sejarah Desa Pakraman Penestanan.

2 Februari 2014 Dilakukan diskusi tentang konsep dengan I Wayan

Sugandia dan I Wayan Raharja Adi Putra.

3 Februri 2014 Mencari dan melakukan pendekatan dengan

pendukung karya dan meminta kesediaan waktunya untuk proses latihan.

4 Februari 2014 Nuasen di pemrajan sanggah peñata beralamat di Br.

Penestanan Kelod, Sayan, Ubud.

3.2 Tahap Improvisasi (Percobaan)

Tahap improvisasi merupakan tahap kedua dalam proses kreativitas. Dalam hal ini penata mencoba berimprovisasi secara berulang-ulang untuk mendapatkan lagu yang akan dituangkan kepada para pendukung. Selanjutnya penata menyusun kerangka lagu secara kasar, yang dicatat dalam notasi karawitan Bali. Dimana kegiatan ini dilakukan secara bertahap, hakekatnya bertujuan untuk mencari kemungkinan-kemungkinan yang bisa diperoleh, serta memikirkan konsep-konsep pola ritme, melodi, dan teknik permainan yang bersifat inovatif.

(28)

20 Pada latihan pertama yang dilakukan pada tanggal 14 Februari 2014, penata memberikan arahan atau penjelasan tentang bentuk yang diinginkan, agar mereka memahami ide dan konsep yang telah direncanakan. Selanjutnya memperkenalkan instrumen-instrumen yang digunakan serta menentukan peran pendukung berdasarkan kemampuannya. Pada latihan-latihan berikutnya sudah mulai mencari motif-motif, pola susunan melodi, dimana penuangannya dilakukan secara bertahap, yaitu mulai dari bagian pertama, kedua, dan seterusnya. Hal ini dilakukan agar memudahkan bagi para pendukung dalam memahami bagian-bagian yang terdapat dalam karya.

Jadwal latihan yang telah disepakati berjalan sesuai harapan, tetapi ada kalanya pada saat latihan beberapa orang pendukung berhalangan hadir karena ada keperluan mendadak. Hal ini yang menyebabkan proses latihan menjadi kurang lancar, karena dalam garapan ini setiap instrumen berperan sama penting. Kendala lain yang mempengaruhi jalannya proses latihan adalah mengkordinir pendukung yang jumlahnya cukup banyak, di antara mereka ada saja yang berhalangan secara mendadak, sehingga sedikit mengganggu kelancaran dan target yang telah ditetapkan. Dalam kondisi seperti ini memang dibutuhkan kesabaran yang tinggi karena jika tidak memaklumi situasi dan emosional bisa berdampak pada hal yang tidak diinginkan.

3.3 Tahap Forming (Pembentukan)

Tahap ketiga dari karya karawitan inovatif ‘Ireng-Petak’ adalah forming (pembentukan) menjadi sebuah komposisi karawitan. Pada tahap ini penata mulai merangkai bagian-bagian yang telah dicari menjadi satu bentuk komposisi yang pada

(29)

21 dasarnya masih kasar dan belum utuh. Dalam hal ini penata tidak menutup kemungkinan adanya perubahan-perubahan kecil dari karya ini, begitu juga masukan-masukan dari para pendukung menjadi hal yang sangat penting demi terwujudnya garapan ini. Perbaikan-demi perbaikan terus dilakukan agar komposisi ini menjadi lebih rapi dan bersih sehingga enak didengar.Kekompakan para pendukung terhadap garapan ini sangat dibutuhkan, karena hal tersebut sangat menentukan dalam menyampaikan pesan dan kesan dalam garapan ini.

Dalam proses penggarapan dari bentuk apapun, tentunya tidak selalu berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut disebabkan adanya beberapa hambatan dari situasi dan kondisi dari pendukung karya. Tetapi semua hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik.Berikut ini jadwal dari proses penggarapan karya karawitan inovatifIreng-Petak yang dimulai dari proses penjajagan, percobaan, pembentukan sampai karya ini dipentaskan.

(30)

22 Tabel 2

Jadwal KegiatanKarya Karawitan Inovatif Ireng-Petak

No Tanggal Kegiatan Tempat Keterangan

1 30-01-2014 Wawancara dengan Jero mangku Desa, Desa Pakraman Penestanan Rumah Jero Mangku Di Br. Penestanan Kaja

Sebagai sumber ide untuk garapan ini

2 31-01-2014 Mencari buku tentang ilmu hitam dan ilmu putih, serta pengumpulan buku-buku, dan audio. Rumah I Wayan Raharja Adiputra S.Sn Br. Penestanan kelod. Sebagai referensi untuk mendukung garapan ini. 3 01-02-2014 Tahap percobaan alat gamelan samar pegulingan dan Baleganjur Di balai banjar penestanan Kelod Sebagai media ungkap 4 04-02-2014 Pengumpulan anggota pendukung karya Di rumah pendukung masing-masing Sebagai pendukung garapan 5 08-02-2014 - Rapat anggota Di rumah Penata Br. Penestanan Kelod. Ubud Penentuan jadwal latihan 6 10-02-2014 Rapat anggota Di rumah Penata Br. Penestanan Kelod. Ubud Rancangan dalam pembuatan lagu serta pembagian tugas masing-masing pendukung

(31)

23 7 14-02-2014 Nuasen Di rumah penata

Br. Penestanan Kelod. Ubud Awal dalam Penggarapan dan memberikan gambaran umum mengenai materi garapan yang akan dituangkan. 8 18-02-2014 Latihan Di rumah penata

Br. Penestanan Kelod. Ubud

Latihan materi garapan bagian pertama

9 19-02-2014 Latihan Di rumah penata Br. Penestanan Kelod. Ubud Melanjutkan latihan dengan materi bagian pertama 10 25-02-2014 Latihan Di rumah penata

Br. Penestanan Kelod. Ubud

Pemantapan bagian pertama

11 26-02-2014 Latihan Di rumah penata Br. Penestanan Kelod. Ubud

Latihan penuangan materi garapan bagian kedua 12 27-02-2013 Bimbingan Kampus ISI

Denpasar

Bimbingan

penulisan dan karya 13 03-03-2014 bimbingan Kampus ISI

Denpasar

Perbaikan bab I dan bab II

14 04-03-2014 Latihan Di rumah penata Br. Penestanan Kelod. Ubud Melanjutkan latihan materi garapan bagian kedua 15 05-03-2014 Latihan Bimbingan Di rumah penata Br. Penestanan Kelod. Ubud Kampus ISI Denpasar Pemantapan bagian pertama dan kedua Perbaikan bab I dan bab II

16 11-03-2014 Latihan Di rumah penata Br. Penestanan Kelod. Ubud

Latihan penuangan materi garapan bagian ketiga

(32)

24 17 12-03-2014 Latihan Di rumah penata

Br. Penestanan Kelod. Ubud Melanjutkan latihan materi garapan bagian ketiga

18 18-03-2014 Latihan Di rumah penata Br. Penestanan Kelod. Ubud

Pemantapan bagian pertama,kedua Dan ketiga 19 19-03-2014 Latihan Di rumah penata

Br. Penestanan Kelod. Ubud

Latihan penuangan materi garapan bagian keempat 20 20-03-2014 Bimbingan Kampus ISI

Denpasar

Bimbingan karya

21 21-03-2014 bimbingan Kampus ISI Denpasar

Bimbingan bab III

22 25-03-2014 Latihan Bimbingan Di rumah penata Br. Penestanan Kelod. Ubud Kampus ISI Denpasar Melanjutkan latihan materi garapan bagian keempat. Perbaikan skrip karya bab III. 23 26-03-2014 Latihan Di rumah penata

Br. Penestanan Kelod. Ubud

Pemantapan bagian pertama,kedua Dan ketiga. 24 27-03-2014 Bimbingan Kampus ISI

Denpasar

Bimbingan skrip karya bab IV.

25 28-03-2014 Bimbingan karya Di rumah penata Br. Penestanan Kelod. Ubud Memperlihatkan hasil karya kepada kedua pembimbing. 26 03-04-2014 Bimbingan Kampus ISI

Denpasar

Perbaikan skrip karya bab IV.

(33)

25 27 07-04-2014 Bimbingan Kampus ISI

Denpasar

Bimbingan karya bagian I dan II.

28 08-04-2014 Latihan Rumah peñata Br. Penestanan kelod, Ubud

Perbaikan karya bagian I dan II.

29 09-04-2014 Latihan Rumah peñata Br. Penestanan kelod, Ubud

Latihan bagian ke III.

30 14-04-2014 Bimbingan Kampus ISI Denpasar

Bimbingan bab I,II,III,IV,V.

31 15-04-2014 Latihan Rumah peñata Br. Penestanan kelod, Ubud

Perbaikan karya bagian I,II,III

32 22-04-2014 Bimbingan Rumah peñata Br. Penestanan kelod, Ubud

Bimbingan karya di lokasi latihan, dan perbaikan karya. 33 25-04-2014 Bimbingan Rumah Pembimbing, Br. Kedewatan Ubud Perbaikan skrip karya.

34 29-04-2014 Latihan Rumah peñata Br. Penestanan kelod, Ubud.

Pemantapan Karya

35 01-05-2014 Gladi bersih Kampus ISI Denpasar Seting panggung, lampu, yang berkaitan dengan karya. 36 08-05-2014 Ujian karya seni Kampus ISI Denpasar

(34)

26 Tabel 3

Kegiatan Proses Kreativitas tahap akhir Karya Karawitan Inovatif Ireng-Petak

Keterangan:

Penjajagan : Mengumpulkan data dari berbagai narasumber.

Percobaan : Menentukan media yang dipergunakan dan menuangkan lagu

Pembentukankarya secara kasar Pementasan karya secara utuh Pertanggungjawaban(Komprehensif)

Bimbingan karya dan perbaikan skrip karya Tahap Kegiatan

Rentang Waktu Yang Ditentukan

Januari Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Penjajagan (Eksplorasi) 2. Percobaan (Improvisasi) 3. Pembentukan (Forming) 4. Pementasan 5. Komprehensif 6. Bimbingan

(35)

27 BAB IV

WUJUD GARAPAN

4.1 Deskripsi Garapan

Ireng-Petak adalah sebuah karya karawitan inovatif yang bertemakan Rwa Bineda.Konsep garap yang diterapkan dalam karya ini masih memakai konsep tradisi inovasi, artinya masih ada elemen-elemen tradisi yang dipertahankan, disertai dengan inovasi melalui segi teknik permainan dan penggarapan melodi serta ritme-ritme dengan sentuhan kekinian diekspresikan kedalam bentuk pola baru.Hasil akhir dari wujud garapan ini merupakan sebuah bentuk komposisi karawitan inovatif. Wujud garapan karawitan ini, terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian I: merupakan bagian intro sebagai pembuka sampai implementasi karakter ilmu hitam, bagian II: mengimplementasikan karakter ilmu putih, dan bagian III: penggabungan karakter ilmu hitam dan ilmu putih.

4.2 Analisis Pola Struktur

Struktur dari karya seni adalah aspek yang menyangkut keseluruhan dari karya seni.Struktur atau susunan mengacu pada bagaimana caranya unsur-unsur dasar dari masing-masing kesenian dapat tersusun hingga terwujudnya sebuah kesenian yang diinginkan (Djelantik, 1999:39). Bila dilihat dari segi struktur, komposisi Ireng-Petak ini terdiri dari 3 bagian, yang setiap bagiannya mempunyai maksud dan tujuan

(36)

28 tersendiri dalam pengekspresiannya. Bagian-bagian dari komposisi Ireng-Petakdapat dijelaskan sebagai berikut.

4.2.1 Bagian I

Bagian ini merupakan bagian intro sebagai pembuka yang menggambarkan seseorang sedang mempelajari dua kekuatan yang bertentangan sebagai cikal bakal terjadinya konflik. Bagian ini diawali dengan permainan bersama antara permainan instrumen gamelansemar pegulingan dan gamelan baleganjur menggunakan pola permainan tanya jawabdiawali kekebyarankemudian disusul permainan kendang diselingi permainan suling disertai vocal memakai aksara suci Om, Bur, Bwah, Swah, merupakan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memohon keselamatan dan keberhasilan mempelajari dua kekuatan yang bertentangan. Karya selanjutnya menggambarkan tentang menguji kekuatan yang dimiliki dan mempraktekkan kekuatannya, yaitu kekuatan ilmu hitam.Pada bagian ini nuansa lagu mulai dari tempo pelan, kemudian semakin cepat untuk menekankan suasana keras yang dibawakan dengan gamelan baleganjursebagai simbol kekuatan ilmu hitam.Komposisi yang dipergunakan adalah gegilakan, bebarongan, kekebyaran, serta kombinasi permainan kendang, kakilitan reong, dan ceng-ceng. Suasana pada saat ini lebih mengacu kepada suasana tegang. Tetapi disini peñata hanya menulis nada pokoknya saja, seperti dibawah ini.

(37)

29 Patet Pengenter agung

Kebyar

GK : 7 . 7 77 . 1 . 5 .71 71 3 1(3) JB : 7 . 7 .7 . . . 5 . 1 . 3 .(3)

KLJ : V .V. V V - V - .-.V .V - V - V- .V .-.V.V.- .V.V.- . . - - .

KWJ : .O..O.O .<.O .<. O <O< .O .< .O < O O < O < < O << O< .O<. O JB : 7 1 5 7 1 JG : 7 1 5 . 1 G : 7 1 55517(1) KLK : T .T . T T P T 666 P TT T .T .TL. . 66 6 P - KWK : .D . .D .D .t .D . .t .t .t .D . .D . .D .D .t .t . < .t .t .<. GS : 555171 2x

(38)

30 GS : 5 5 7 175 (1)

SL : 1 . . . 5 4 3 13 1 7 . . 71 31 713 . 4 4 1 3 1 7

P : OM ...BUR . . . BWAH . . SWAH .(.)

Patet selisir GK : 1 1 . . . 3 . 4 3 GPP : . . . . . 3 . 4 3 GPS : . . . . . 7 . 1 7 JG : . . . . . 3 . 4 3 JB : . . . . . 7 . 1 7 GK : 1 1 . . . 3 . 4 3 . 5 . 4 4 . 5 . 4 4 . 3 . 4 3 GPP : . . . . . 3 . 4 3 . 5 . 4 4 . 5 . 4 4 . 3 . 4 3

(39)

31 GPS : . . . . . 7 . 1 7 . 3 . 1 1 . 3 . 1 1 . 7 . 1 7 JG : . . . . . 3 . 4 3 . 5 . 4 4 . 5 . 4 4 . 3 . 4 3 JB : . . . . . 7 . 1 7 . 3 . 1 1 . 3 . 1 1 . 7 . 1(7) Patet tembung JG : 1 7 4 . 4 . 4 1 . . . . . . . 5 4 3 JB : 1 7 4 . . 4 4 4 1 . 6 . 7 1 4 7 7 1 7 1 7 (3) Kbr : 7 . .4 75 43 54 3 13 43 1 .3454 3 .13431.71(3)

(40)

32 Kebyar baleganjur Kbr B : 13 43 1 11 .5 5 13 43 1 71 (3) R : .143 1341 3 1343 1341 3143 1341 3143 1341 3 Patet selisir JB : 1 3 4 57 GP : 7 57 .7 5 34 44 3 GS : .1 .7 17 .5.4 54 (3)

Dari segi struktur, pola yang dimainkan oleh kedua instrumen gamelan baleganjur dan semar pegulingandi atas,adalah menekankan suasana perpaduan kekuatan ilmu hitam dan putih yang sedang dipelajari melalui sedikit teknik ubit-ubitan dan permainan bersama, serta silih berganti antara kedua instrumen tersebut. Setelah kebyar yang diakhiri oleh pukukulan gongyang dibawakan oleh gamelan baleganjur, kemudian gamelan semar pegulinganmemberikan aksen-aksen melodi sebanyak dua puluh empat ketukan seperti dibawah ini :

JB : 4 51 71 . 3 4 7 5

7 1 7 5 5 7 1 3 4 5 4 5 7 5 4 (3)

(41)

33 SL : 1 7 5 . 4 . 3 1

. 71 5 . 4 . 5 (3) 2x

Pola permainan instrumen jublag di atas, terdari dari satu pola melodi. Pada ketukan terakhir jatuhnya pukulan gong, disambung dengan melodi suling sebagai transisi mengarahkan ke permainan gamelan baleganjurmempergunakan patet selisir diakhiri nada 3(nding)pada barungan semar pegulingan. Transisi dilakukan oleh barungan baleganjur dengan tempo pelan, sebagai simbol seseorang mempelajari kekuatan ilmu hitam diimplementasikan kedalam bentuk pola baleganjur dan bebarongan, yang dibawakan oleh beberapa instrumen gamelan baleganjur mempergunakan patet selisir diawali nada 4(ndong) seperti dibawah ini :

SL : 4 5 7 1 7 . 5 7 . . 4 5 7 1 7 5 4 5 7 1 7 . 5 7 . . 4 5 7 1 7 (5) 3x Tempo naik SL : 15 .1 57 1 4 3 13 4 1 5 7 1 4 3 43 1 3 1 3 1 1 7 3 1

(42)

34 5 1 7 1 4 3 5 4 3 1 7 (5) 2x 5 1 7 (3) Transisi RY : 3 3 3 3 3 7 7 3 3 7 7 3 5 4 3 4 7 5 1 7 1 7 1 7 4 5 7 1 4 5 7 1 5 1 7 5 4 5 7 1 1 1 1 1 7 5 7 1 5 1 7 5 4 5 7 1 1 1 1 1 7 5 7 1 Tempo lebih pelan

5 1 7 1 4 5 7 5 3 4 3 1 3 1 3 1 5 3 4 5 1 5 7 1 7 5 7 (3)

4 3 7 1 7 5 3 4 5 4 1 (3)

Transisi (tempo naik)

3 3 3 3 3 7 7 3 3 7 7 3 5 4 3 1

7 5 7 (1)

.4 .3 1 .4 .3 13 .4 5 .7 .4 5 .7.4 54 .3(1) 3x 1 4 7 7 4 4 1 1 4 4 7 7 4 4 1 1

(43)

35 1 1 1 1 1 1 1 (5)

Sebelum masuk pada bagian kedua, terlebih dahulu diselingi dengan pola transisi menggunakan motif gilak yang telah diolah, dimainkan secara bergantian dengan tempo sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada transkripsi seperti di bawah ini :

SL : 7 1 7 1 3 4 5 7 3(Tembung)

JB : 1 7 3 4 7 5 3 4 6 4 3 54 (3)

4.2.2 Bagian II

Pada bagian ini menggambarkan kekuatan yang dimiliki dan mempraktekkan kekuatan yang dimiliki, yaitu kekuatan ilmu putih. Nuansa lagu cenderung lembut yang dibawakan dengan gamelan semar pegulingan sebagai simbol kekuatan ilmu putih. Komposisi yang dipergunakan adalah permainan kotekan dan melodi dengan pola gegenderan serta nuansa lagu gamelan semar pegulingan. Suasana pada saat ini lebih mengacu kepada suasana lembut.

Bagian kedua diawali dengan motif gegenderankemudian instrumen jublag kembali memegang melodidisertai permainan reong dipungsikan sebagai melodi pokok yang mencirikan karakter lagu semar pegulinganterdiri dari tigapuluh

(44)

36 tigaketukan. Kemudian gangsa memberikan ornamentasi sesuai dengan alur melodi seperti di bawah ini :

JB : 4 5 34 .1 .3 .1 7 1 3 45 3 .1(3) 2x

4 5 3 4 7 17 .13 34 5 45 .4 .5 .3 .4 5 7 17 .1(3) 2x

43 13 .5 4 5 3 5 4 5 3 5 4 5 43 1 7

7Patet pengenter agung 1 7 1 5 1 7 1 (3) Ry : 4 57 54 .3 .4 57 54 .3 .4 54 31 7 1 5 1 7 1 5 1 7 5 7 1 (3) 4x Penyalit 4 57 54 .3 .4 57 54 .3 .4 54 31 7 3 Patet selisir 1 5 1 7 1 5 4 5 3 4 5 (7) 3 Patet tembung JB : 1 7 3 4 7 5 3 4 6 4 3 54 (3) 43 .4 5 35 43 .1 75 43 .4 5 35 43 .1(3)

(45)

37 Pola melodi yang dimainkan oleh insrtumen jublagdan reong di atas secara keseluruhan terdapat 33 ketukan, menggunakan tempo sedang. Permainan melodi tersebut diberikan ornamentasi oleh instrumen gangsa menurut kebutuhan yang diinginkan. Kesan yang disampaikan yaitu tentang pembelajaran ilmu putih yang membawa dampak positif sehingga kedamaian dirasakan dalam diri untuk mensejahterakan lingkungan dimasyarakat menjadi damai. Lagu ini diulang sebanyak dua kali, hal ini bertujuan untuk memberikan penonton pendengaran agar dapat lebih memahami. Setelah dua kali pengulangan dilakukan transisi mengarah ke perpaduan lagu semar pegulingan dan baleganjur, merupakan bagian ke III. Sebelum masuk ke bagian III, pola transisi dimainkan oleh permainan bersama disertai kekebyaran menggunakan tempo cepat seperti dibawah ini :

Reong : 11 .5 17 5 45 34 5 Patet pengenter agung

GS : 45 34 5 45 34 5 3 (1)

Kebyar 13 71 3 13 71 3 75 .1 75 17 5 .1 75 71(3)

4.2.3 Bagian III

Bagian ini menggambarkan tentang konflik batin oleh terjadinya gesekan diantara kekuatan tersebut yang disebabkan oleh kesombongan, masing-masing dari kekuatan ingin bersemayam sendiri di dalam tubuh seseorang tersebut. Dua kekuatan

(46)

38 tersebut tidak akan pernah dilepaskan karena diantara kekuatan ilmu hitam dan ilmu putih, masing-masing saling ketergantungan untuk menyeimbangi kehidupan. Kemudian terjadilah pertemuan dua kekuatan didalam tubuh seseorang tersebut sehingga menjadi konflik batin yang menimbulkan terjadinya peperangan dua kekuatan yang seimbang tanpa ada kalah dan menang.

Komposisi yang dipergunakan pada bagian ini adalah perpaduan komposisi lagu gamelan semar pegulingan dan gamelan baleganjur,sebagai karakter dua kekuatan yangbertentangan saling berdialog, melakukan peperangan seolah-olah menyampaikan bahasa musik yang terkesan tegang dan tiada tanding dalam peperangan. Kedua kekuatan tersebut sama imbang, yang diaplikasikan dalam sajian saling saut antara dua karakter musik. Pada akhir bagian ini, dibuat transisi tempo semakin keras, yang diakhiri dengan permainan bersama dengan teknik kekebyaran seperti di bawah ini :

Kebyar 13 71 3 13 71 3 75 .1 75 17 5 .1 75 71(3)

Instrumen baleganjur dengan motip gegilakan 7 ketukan

4 5 17 .1 .3 41(3)

4 5 17 .1 .3 41(3)

4 5 17 .1 .3 43(1)

(47)

39 7 5 17 .1 .7 51(7)

1 7 17 .1 .3 41(3) 2x

Instrumen semar pegulingan dengan patet slendro alit menggunakan 3,5 ketukan seperti dibawah ini :

JB : 31 34 5(4) 5 7 57 .5 .7 .54 5 7 57 .5 .7 .54 5 45. 4 5 45 . (4) 2x 5patet tembug Transisi 3 13.4 5 71 3 (5) 7 patet selisir JB : 3 5 1 3 4 1 7 (1) Bagian ini mempergunakan pola bebarongan

JB : 7 1 5 4 5 4 3 1 3 1 7 5 7 5 3 4

(48)

40 7 5 3 4 5 4 5 7 4 5 7 (1) JB : 7 1 5 4 5 4 3 1 3 1 7 5 7 5 3 4 5 4 3 1 7 1 7 5 7 5 3 4 5 4 5 7 3 patet selisir 7 7 76 1 1 1 4 4 Kebyar 3 45.3 .4 .1 .3 .4 5 71 31 3 71 31 3 GS : 1 31 .3. 7 RY : 71 31 3 71 31 3 3(1) Kebyar 1 4 4 1 1 4 4 1 .3 . 4 5 3 4 1 .3 . 4 5 3 4 7 .3 . 4 5 3 4 3 1

(49)

41 1 4 4 1 1 4 4 (1)

31 .3 .1 74 31 .5 .7 (1)

4.3 Insrumentasi

Alat musik yang dipakai dalam karya ini mempergunakan beberapa instrumen dari dua barung gamelan semar pegulingan pelog tujuh nada dan gamelan baleganjur. Dalam satu perangkat/barungan, gamelan ini terdiri dari berbagai jenis instrument yang sebagian besar merupakan instrumen berupa bilah dan pencon dan beberapa alat perkusi.

Karya ini didukung oleh beberapa instrumen seperti:

Intrumen dalam gamelan semar pegulingan. - Sepasang kendangkrumpungan(lanang wadon) - Dua buah kendang bebarongan

- Dua pasang gangsapemade (ngumbang isep) - Dua tungguh kantilan (ngumbang isep) - Sepasang jublag (ngumbang isep) - Sepasang jegogan (ngumbang isep) - Sebuah gong

- Sebuah klentong - Sebuah kajar

(50)

42 - Sepangkon cengceng ricik

- enam buah suling

Intrumen dalam gamelan baleganjur. - enam buah suling

- delapan pencon reong terdiri dari 5 7 1 3 4 5 7 1 - sebuah gong

- sebuah kempul - sebuah kajar - sebuah kempli - sebuah tawa-tawa

- lima buah ceng-ceng kopyak

4.3.1 Fungsi instrumen

Fungsi dari masing-masing instrumen Gamelan Semara Pegulingandan gamelan baleganjur masih terpaku pada fungsi-fungsi sebelumnya (tradisi), hanya ada beberapa instrumen yang dikembangkan fungsinya, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan musikalitas untuk mendukung ide karya ini.

(51)

43 a. Reyong

Foto 1. Reong

Dok : I Wayan Pelik Edi Arianto. 2014

Reyongini merupakan bagian dari barungan Gamelan baleganjuryang terdapat di Br. Penestanan Kelod, Ubud, terdiri dari 8 buah yaitu mulai dari nada 5 (ndeng) sampai nada 1 (ndang) yaitu : ( 5 7 1 3 4 5 7 1) laras pelog lima nada. Instrumen ini dimainkan oleh tiga orang pemain, masing-masing pemain memakai dua buah panggul dipegang dengan tangan kanan dan kiri.

Dalam karya ini fungsi reyong adalah:

- Memberi hiasan terhadap nada pokok berupa ubit-ubitan. - Memberi angsel-angsel.

- Membuat jalinan motif-motif tertentu - Reyong juga fungsikan sebagai terompong.

(52)

44 b. Kendang

Foto 2. Kendang

Dok : I Wayan Pelik Edi Arianto. 2014

Kendang merupakan instrumen tergolong alat music membranofoneyang sumber bunyinya dari kulit, cara memainkan alat ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan panggul atau dengan menggunkan telapak tangan.

Fungsi kendang dalam karya ini adalah: - Sebagai pemurba irama

- Sebagai penghubung ruas-ruas gending - Memberi angsel-angsel

(53)

45 c. Gangsa pemade

Foto 3. Gangsa pemade

Dok : I Wayan Pelik Edi Arianto. 2014

Gangsa pemade ini merupakan bagian dari barungan Gamelan Semar Pegulingan yang terdiri dari dua pasang tungguh pemade yaitu pengumbang dan pengisep. Setiap tungguhannya terdiri dari 8 buah bilah.

Fungsi gangsa pamade dalam karya ini adalah :

- Membuat jalinan melodi-melodi tertentu dengan permainan tunggal. - Memberi hiasan terhadap nada pokok berupa ubit-ubitan.

- Memberi angsel-angsel (ritme). - Memberi jalinan motif-motif tertentu.

(54)

46 d. Kantilan

Foto 4. Kantilan

Dok : I Wayan Pelik Edi Arianto. 2014

Tungguhan kantilan ini hampir sama dengan tungguhan gangsapemade, tetapi tungguhan kantilan nadanya lebih tinggi dibandingkan dengan gangsa pemade. Dalam karya ini digunakan sepasang tungguhan kantilan (ngumbang-ngisep), dimana fungsinya sama dengan gangsa pemade. Tetapi beberapa pukulan difungsikan sebagai simbol suara bajra yang terdapat pada bagian intro.

(55)

47 e. Jublag

Foto 5. Jublag

Dok : I Wayan Pelik Edi Arianto. 2014

Instrumen Jublagmerupakan instrumen yang tergolong alat musik idiofone sumber bunyinya bersumber dari alat itu sendiri. Setiap tungguhnya terdiri dari tujuh buah bilah berlaras pelog tujuh nada dengan cara permainan dipukul memakai panggul. Instrumenini adalah instrumen yang berfungsi menentukan jatuhnya pukulan jegogan. Dalam karya ini instrumen jublag juga berfungsi menjalankan melodi-melodi pokok.

(56)

48 f. Jegog

Foto 6. Jegog

Dok : I Wayan Pelik Edi Arianto. 2014

Instrumen Jegogmerupakan instrumen yang tergolong alat musik idiofone sumber bunyinya bersumber dari alat itu sendiri. Setiap tungguhnya terdiri dari tujuh buah bilah berlaras pelog tujuh nada dengan cara permainan dipukul memakai panggul. Fungsi instrumen jegog adalah untuk memperjelas tekanan gending pada setiap akhir lagu. Dalam karya ini fungsi instrumen jegog juga dikembangkan sebagai pembawa melodi.

(57)

49 g. Gong

Foto 7. Gong

Dok : I Wayan Pelik Edi Arianto. 2014

Instrumentgong merupakan instrumen berponcong yang paling besar ukuranya dari instrumen lainnya. Fungsi instrumen ini adalah sebagai finalis atau semi finalis mengakhiri lagu atau gending. Dalam karya ini gongjuga berfungsi untuk memberikan tekanan-tekanan lagu sesuai dengan tujuan lagu itu sendiri.

(58)

50 h. Kempul dan kemong

Foto 8. kemong Foto 8. kempul

Dok : I Wayan Pelik Edi Arianto. 2014 Dok : I Wayan Pelik Edi Arianto. 2014

Secara umum fungsi instrumen ini adalah sebagai pemegang ciri tabuh, pendorong jatuhnya pukulan gong dan pematok ruas-ruas gending. Dalam karya ini fungsi tersebut tidak jauh menyimpang dari fungsi-fungsi tersebut di atas.

(59)

51 i. Kajar

Foto 9. Kajar

Dok : I Wayan Pelik Edi Arianto. 2014

Fungsi instrumen kajar dalam karya ini masih sama seperti fungsi kajar pada barungan gamelan lainnya yaitu sebagai pemegang irama dan menentukan tempo yang diinginkan.

(60)

52 j. Ceng-ceng ricik

Foto 10. Ceng-ceng ricik Dok : I Wayan Pelik Edi Arianto. 2014

Fungsi cengceng dalam karya ini adalah: a. Sebagai pengisi irama

(61)

53 k. Suling

Foto 11. Suling

Dok : I Wayan Pelik Edi Arianto. 2014

Fungsi instrumen suling dalam karya ini adalah:

- Memperindah bagian-bagian gending yang lirih - Membuat suasana tertentu

- Membuat variasi-variasi - Menjalankan melodi

(62)

54 l. Tawa-tawa

Foto 12. Twa-tawa

Dok : I Wayan Pelik Edi Arianto. 2014

Fungsi instrumen tawa-tawa dalam karya ini masih sama seperti fungsi kajar pada barungan gamelan lainnya yaitu sebagai pemegang irama dan menentukan tempo yang diinginkan. Tetapi dalam karya ini tawa-tawa selain difungsikan sebagai pemegang irama, tawa-tawa juga berpungsi sebagai penekanan dalam peralihan lagu sesuai dengan kebutuhan penata.

(63)

55 m. Kajar trentengan

Foto 13. Kajar trentengan Dok : I Wayan Pelik Edi Arianto. 2014

Fungsi instrumen kajar trentengan dalam karya ini masih sama seperti fungsi kajar pada barungan gamelan lainnya yaitu sebagai pemegang irama dan menentukan tempo yang diinginkan. Tetapi dalam karya ini kajar trentengan selain difungsikan sebagai pemegang irama, kajar trentengan juga berpungsi sebagai pemurba irama, penghubung ruas-ruas gending, memberi angsel-angsel, mengendalikan tempo dan irama gending beberapa permainan meniru pukulan kendang.

(64)

56 n. Ceng-ceng kopyak

Foto 14. Kajar trentengan Dok : I Wayan Pelik Edi Arianto. 2014

Dalam karya ini instrumen ceng-ceng kopyak berfungsi sebagai pengisi irama dan memberikan penekanan nuansa keras, membuat angsel-angsel, variasi-variasi tertentu untuk mencirikan perpindahan lagu.

(65)

57 4.4 Teknik Permainan

Teknik permainan merupakan apparatus dalam gamelan Bali dan teknik-teknik tersebut menjadi indikator pokok dalam mempelajari gaya (style) gamelan. Menurut uraian yang terdapat dalam lontar Prakempa, bahwa istilah umum yang digunakan untuk teknik menabuh dalam gamelan Bali dan erat kaitannya dengan orkestrasi, serta menurut Prakempa bahwa hampir setiap instrumen mempunyai gegebugtersendiri (Bandem, 1986:27).

Demikian pula halnya dengan teknik permainan dalam Gamelan SemarPegulingan, dan gamelan baleganjuryang masing-masing instrumennya memiliki teknik permainan yang berbeda-beda. Teknik-teknik tersebut menyebabkan tiap-tiap kelompok instrumen memiliki bunyi dan suara yang berbeda pula. Adapun teknik permainan yang dipergunakan dalam komposisi karya Ireng-Petak diuraikan sebagai berikut:

Reyong

Reyong merupakan jenis instrumen berbentuk pencon atau moncol. Dalam Gamelanbaleganjur yang ada di Br Penestanan kelod, Ubud terdapat setungguh reyong yang masing-masing terdiri dari 8pencon. Teknik permainan reyong dalam karya ini:

a. Ngubit : pukulan yang mengisi ketukan yang kosong yaitu terjalin antara pukulan polos dan sangsih.

(66)

58 b. Norot : pukulan tangan kanan dan tangan kiri salah satu pemain dengan memukul sambil menutup atau nekes yang dilakukan secara bergantian serta tangan kanan lebih sering.

c. Memanjing : memukul tepi terompong atau pukulan pada waktu membuat angsel-angsel.

d. Nerumpuk : memukul satu pencon atau satu nada dengan tangan kanan dan tangan kiri secara berurutan.

Pengembangan teknik permainan reyongpada karya ini disamping adanya permainan seperti semula (tradisi), juga terdapat permainan tunggal dengan membuat jalinan melodi sendiri.

Kendang

Kendang adalah salah satu jenis instrumen perkusi yang bunyinya ditimbulkan oleh membrano (kulit) yang dikencangkan. Kendang Bali berbentuk konis dengan sistem pekelit. Pekelit itu merupakan sebuah lubang kecil yang membatasi muka kanan dengan muka kiri pada sebuah kendang Bali dan berfungsi sebagai pengatur tinggi rendah bunyi kendang tersebut. Jenis kendang yang dipakai dalam karya ini adalah :

(67)

59 - Sepasang kendangkrumpungan (lanang wadon).

Jenis kendang ini adalah kendang yang dipukul dengan tangan. Istilah krumpungan yang digunakan untuk menyebut jenis kendang ini mungkin disebabkan oleh bunyinya yang menimbulkan suara “pung”.

Adapun teknik permainan yang dipergunakan adalah keklontangan (jalinan pukulan pada bagian muka kanan dan kiri antara kendanglanang dan wadon).

- Dua buah kendang bebarongan

Jenis kendang ini adalah kendang yang dipukul dengan panggul. Istilah jedugan yang digunakan untuk menyebut jenis kendang ini mungkin disebabkan oleh bunyinya yang menimbulkan suara “jdug”.

Adapun teknik permainan yang dipergunakan adalah permainan berpasangan dan permainan nunggal (jejedugan).

Gangsa pemade dan kantilan

Instrumen ini merupakan instrumen pukul berbentuk bilah yang masing-masing terdiri dari 8 bilah nada dengan sistem ngumbang-ngisep, dengan susunan nada-nadanya :1 3 4 5 6 7 1 2

Ada beberapa teknik permainan yang dipakai dalam gangsa pemade dan kantilan, antara lain:

- Neliti adalah memukul nada pokoknya saja

- Ngoret adalah memukul tiga buah nada yang ditarik dari besar kecil - Ngerot adalah kebalikan dari ngoret.

               

(68)

60 - Ngubit adalah pukulan yang mengisi ketukan yang kosong yaitu terjalin

antara pukulan polos dan sangsih.

Jublag dan Jegogan

Instrumen ini merupakan instrumen pukul berbentuk bilah yang masing-masing terdiri dari 7 bilah nada dengan sistem ngumbang ngisep, dengan susunan nadanya adalah :3456712karya ini menggunakan sepasang tungguhan jublag dan sepasang tungguhan jegogan. Teknik permainan dari masing-masing instrumen ini adalah:Jublag pukulannya adalah neliti yaitu memukul pokok gendingnya saja, dan nyelah yaitu pukulan yang memberikan suatu tekanan pada sebuah nada dalam sebuah kalimat lagu.

Gong

Gong merupakan instrumen bermoncol yang ukurannya paling besar dibandingkan instrumen bermoncol lainnya yang dipergunkan dalam karya ini.

Kempul dan Kemong

Penggunaan instrumen kempur khususnya dalam karya ini secara umum dapat disebutkan bahwa kempur berfungsi sebagai pendorong jatuhnya pukulan gong. Adapun pukulan kempur disebut selah tunggul.

Kajar

Gambar

Foto 1. Reong
Foto 2. Kendang
Foto 3. Gangsa pemade
Foto 4. Kantilan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi negatif tersebut muncul di kalangan masyarakat atau peziarah yang datang ke makam Pangeran Samudro untuk meminta berkah atau ngalap berkah dengan cara memohon kemudahan

Hasil analisis data FTIR dan XRD menunjukkan bahwa kalsinasi hidrotalsit Mg/Al pada temperatur kalsinasi 200 o C tidak mengakibatkan perubahan struktur senyawa hidrotalsit,

“Apakah ada pengaruh self-esteem (perasaan mengenai diri sendiri, perasaan terhadap hidup, hubungan dengan orang lain) dan pola asuh orang tua (otoriter,

4 Pertanian yang menentukan bahwa tanah kelebihan batas maksimum akan dibagikan kepada masyarakat yang memenuhi syarat yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor

- Sasaran strategis pertama adalah menyelesaikan gangguan keamanan hutan dan sumber daya alam dengan indikator kinerja pertama adalah Prosentase penurunan kasus

”Fakultas Terkemuka dalam Riset dan Pendidikan di Bidang Sains dan Teknologi Berbasis Kesatuan Ilmu Pengetahuan untuk Kemanusiaan dan Peradaban pada Tahun 2038”.. 10 Naskah

Kesadaran masyarakat di hulu DAS Citarum (Sub DAS Cikapundung) adalah sejauh mana masyarakat yang berada di sepanjang Sungai Cikapundung mengerti akan pentingnya fungsi

Grobogan, Dinas Kehutanan Kabupaten Blora dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pati (2009) Berdasarkan hasil penilaian dampak manfaat GERHAN yang dilakukan oleh Konsultan