• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI PROGRAM KAMPUNG RAMAH ANAK KAMBOJO DI KAMPUNG TEGALREJO, KECAMATAN TEGALREJO, KOTA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI PROGRAM KAMPUNG RAMAH ANAK KAMBOJO DI KAMPUNG TEGALREJO, KECAMATAN TEGALREJO, KOTA YOGYAKARTA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

YOGYAKARTA

Oleh : Erma Kusumawardani, 12102244018, Pendidikan Luar Sekolah

ermakusumaa@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) bentuk kegiatan dalam program KRA “Kambojo” melalui kegiatan partisipatif pemuda (2) pemberdayaan pemuda melalui KRA “Kambojo”. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif dengan pendekatan kualitatif. Setting penelitian aktivitas pemuda di RW 05, Kampung Tegalrejo. Informan dalam penelitian ini adalah pemuda-pemudi dan tokoh masyarakat. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu dengan pedoman observasi, pedoman dokumentasi dan pedoman wawancara. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi, display data, dan penarikan kesimpulan. Triangulasi sumber dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan berbagai narasumber dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) bentuk kegiatan meliputi a) program KRA “Kambojo” b) penyelenggaraan kegiatan meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pendampingan c) faktor pendukung penyelenggaraan kegiatan, adanya dukungan dari masyarakat, sarana dan prasarana yang memadai serta ide kreatif dari pemuda. Sedangkan faktor penghambat, banyaknya kegiatan anak-anak di luar kampung. (2) pemberdayaan pemuda meliputi a) alasan keterlibatan pemuda yaitu kesamaan hobi, kepedulian terhadap masyarakat, kesadaran diri, batu loncatan ke jenjang pendidikan, kesiapan kerja, dan sebagai bentuk ibadah b) pemberdayaan pemuda dilihat dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hingga pengembangan c) faktor pendukung keterlibatan pemuda, adanya kesadaran diri dan dukungan dari penggurus RW dan tokoh masyarakat. Sedangkan faktor penghambat, perbedaan waktu luang para pemuda d) dampak dari pemberdayaan pemuda ini dilihat dari kecakapan personal, kecakapan akademik, kecakapan vokasional dan kecakapan sosial.

(2)

YOUTH EMPOWERMENT ON CHILD FRIENDLY VILLAGE " KAMBOJO" PROGRAM IN TEGALREJO VILLAGE, TEGALREJO

DISTRICT, YOGYAKARTA CITY

By : Erma Kusumawardani, 12102244018, Out-Of-School Education ermakusumaa@gmail.com

ABSTRACT

This study aimed to describe: (1) activity within KRA program "Kambojo" youth through participatory activities (2) youth empowerment through KRA "Kambojo". This research is a descriptive study with a qualitative approach. Setting the research activity of youth in RW 05, Kampung Tegalrejo. Informants in this study is a youth and community leaders. The researcher is the main instrument in conducting research that assisted with guidelines for observation, documentation guidelines and guidelines for the interview. The collection of data by using observation, documentation and interview. Data analysis technique used is the reduction, data display, and conclusion. Triangulation done to explain the validity of the data with various sources to find the information needed. These results indicate that: (1) the form of activities includes a) program KRA

"Kambojo" b) the implementation of activities, including planning,

implementation, evaluation and mentoring c) factors supporting the implementation of activities, the support of the people, facilities and infrastructure as well as ideas creative youth. While the inhibiting factors, many children's activities outside the village. (2) youth empowerment includes a) the reason the involvement of the youth, namely recreational interests, concern for the community, self-awareness, a stepping stone to the level of education, job readiness, and as a form of worship b) youth empowerment seen from the planning, implementation, evaluation and even developing c ) factors supporting the involvement of the youth, their self-awareness and the support of penggurus RW and community leaders. While the inhibiting factors, differences in leisure time youth d) the impact of youth empowerment is seen from personal, academic, vocational skills and social skills.

(3)

PENDAHULUAN

Pemuda adalah insan manusia yang memiliki ketangguhan dan semangat tinggi dalam memperjuangkan revolusi dan renovasi suatu bangsa menuju ke arah yang lebih baik. Potensi pemuda terletak pada sifat yang cenderung pada pembaruan dan perubahan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2010 dikutip dari Kemenpora (2010: 22), persentase pemuda lebih rendah dibanding kelompok usia lainnya, namun di tangan kaum mudalah alur peradaban bergerak, menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk. Kelompok pemuda tergolong usia produktif, berpotensi untuk memasuki dunia kerja dibandingkan kelompok penduduk lainnya.

Permasalahan pemuda yang muncul di Indonesia mulai dari pengangguran, krisis mental, krisis eksistensi hingga dekadansi moral (kompasiana, 2015). Krisis moral pemuda terlihat dari semakin maraknya kegiatan pemuda yang mengarah ke kegiatan negatif dan kriminal. Seperti aksi vandalisme,

tawuran, pesta narkoba hingga tindak asusila.

Di era globalisasi ini, teknologi komunikasi yang semakin canggih merubah perilaku pemuda di lingkungan masyarakat. Adanya teknologi komunikasi tersebut, jarak sudah tidak menjadi masalah dalam bersosialisasi bagi para pemuda. Sehingga terjadi perubahan bentuk sosialisasi dari para pemuda.

Budaya permisif dan pragmatism yang kian merebak membuat sebagian pemuda terjebak dalam kehidupan hedonis, serba instan, dan tercabut dari idealisme sehingga cenderung menjadi manusia yang anti sosial (kemenpora.go.id). Sehingga aktivitas dan kegiatan pemuda cenderung berkiblat ke budaya barat.

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki jumlah pemuda yang lebih banyak dari kota lain di Indonesia. Kasus kenakalan di Daerah Istimewa Yogyakarta ini sudah sangat parah, seperti tawuran anak sekolah, tawuran remaja antar kampung, mabuk-mabukan, narkoba, ugal-ugalan, anak sekolah hamil diluar nikah dan sebagainya. Sehingga kasus tawuran

(4)

seolah – olah sudah menjadi budaya yang dilakukan secara rutin di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kota Yogyakarta merupakan ibukota provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan satu – satunya daerah yang berstatus kota. Selain kaya akan budaya dan keseniannya, Kota Yogyakarta memiliki beragam lembaga pendidikan baik di sektor formal maupun nonformal. Ribuan siswa dan mahasiswa dari daerah maupun luar jawa berdatangan ke Kota Yogyakarta untuk menempuh pendidikan.

Berdasarkan jumlah siswa menurut rentang usia pada tahun 2014/2015, Kota Yogyakarta memiliki angkatan pelajar yang cukup tinggi. Data di atas masih belum tercantum jumlah siswa di lembaga non formal dan mahasiswa yang berada di Kota Yogyakarta. Oleh karena itu, banyaknya jumlah angkatan pelajar berpengaruh pula pada jumlah penduduk yang semakin bertambah, terutama pada rentang usia 15-24 tahun. Diperkuat data dari hasil sensus penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Kota Yogyakarta dengan

rentang usia 15-19 berjumlah 18.542 orang. Sedangkan penduduk dengan rentang usia 20-24 berjumlah 24.146 orang. Jumlah penduduk dengan rentang usia 20-24 dan 15-19 menduduki peringkat pertama dan kedua penduduk di Yogyakarta menurut kelompok umur. Dengan demikian, jumlah penduduk terbanyak di Kota Yogyakarta adalah penduduk dengan rentang usia 15-19 dan 20-24 , hal ini semakin menguatkan julukan Yogyakarta sebagai kota pelajar yang memiliki banyak pemuda (jogjakota.bps.go.id). Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa pemuda tidak dapat terlepas dari pemasalahan. Banyaknya pemuda di Kota Yogyakarta bukannya tidak menimbulkan masalah sama sekali, namun justru sebaliknya.

Banyaknya jumlah pemuda di wilayah Kota Yogyakarta, tidak membuat heran apabila sering terjadi tawuran. Berdasarkan data dari Polresta Yogyakarta (republika.co.id, 2013), menunjukan bahwa angka kekerasan pelajar di Kota Yogyakarta semakin meningkat. Kasus kekerasan yang melibatkan pelajar pada 2011

(5)

tercatat sembilan kasus dan sudah ada tiga kasus yang dilimpahkan ke kejaksaan dan enam kasus lainnya berakhir damai. Sedangkan pada 2012 tercatat sebanyak lima kasus dengan dua kasus dilimpahkan ke kejaksaan sedangkan sisanya berakhir damai. Sementara itu, lima kasus kekerasan yang melibatkan pelajar sepanjang 2013 hingga Mei terjadi di lima kecamatan di Kota Yogyakarta yaitu

1. Kasus pertama terjadi di Kecamatan Gondokusuman yang melibatkan geng pelajar dari dua sekolah, dan kini kasus tersebut masih dalam proses penyidikan. 2. Kasus kedua terjadi di

Kecamatan Umbulharjo yang melibatkan pelajar dari dua sekolah swasta dan kasus tersebut berakhir damai.

3. Kasus berikutnya terjadi di Kecamatan Jetis yaitu pelemparan bom molotov ke pos satpam sebuah sekolah menengah kejuruan. Dalam kasus tersebut, Polresta Yogyakarta menangkap 21 orang, namun yang terbukti melakukan pelemparan bom molotov dan kemudian

ditetapkan sebagai tersangka adalah empat orang.

4. Kasus kekerasan yang melibatkan pelajar juga terjadi di Kecamatan Mantrijeron. Polsek setempat masih terus memproses kasus itu.

5. Dan kasus serupa juga terjadi di Kecamatan Tegalrejo. Kepolisian masih terus memburu pelaku aksi kekerasan.

Masalah serupa yang terjadi beberapa tahun terakhir di Kota Yogyakarta yaitu aksi vandalisme. Para pelaku aksi vandalisme ini tak sedikit adalah kaum muda. Aksi coret – coret dan penempelan brosur sembarang ini banyak ditemui di sudut Kota Yogyakarta baik di pinggir jalan maupun pusat keramaian. Seperti yang dapat di lihat di sepanjang jalan gejayan dan jalan malioboro. Bahkan hingga di pusat keramaian seperti titik nol yang sampai saat ini masih ditemukan coretan – coretan dari para pemuda. Pada bulan juni 2014, Dinas Ketertiban (Dintib) Kota Yogyakarta berhasil menangkap 19 pelaku vandalisme. Sembilan belas pelaku vandalisme itu dua diantaranya

(6)

diproses di pengadilan dan dikenakan tindak pidana ringan. Sedangkan 17 lainnya masih di bawah umur (tujuh belas tahun ke bawah) sehingga hanya dilakukan pembinaan (jogja.tribunnews, 2014).

Dalam pasal 16 Undang – undang nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan, “Pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional”. Sehingga sudah semestinya pembangunan kepemudaan menjadi suatu keharusan guna mendukung pencapaian pembangunan sumber daya manusia.

Pengembangan berbagai potensi yang dimiliki para pemuda seperti bakat, kemampuan dan minat sangatlah diperlukan supaya lebih bermanfaat bagi dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Upaya pemberdayaan pun menjadi salah satu langkah yang tepat untuk diberikan kepada kaum muda. Mengingat potensi yang dimiliki pemuda, maka pemuda perlu ikut diberdayakan agar lebih mampu dan mandiri mengembangkan dirinya.

Guna untuk menurunkan kasus – kasus kekerasan dan vandalisme, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogyakarta membentuk wadah untuk pemuda yaitu organisasi kepemudaan. Dengan adanya organisasi kepemudaan, diharapkan remaja tidak akan mudah terjerumus dalam pengaruh negatif yang dapat memicu hal – hal negatif. Namun realitanya, karena pengaruh IPTEK yang begitu cepat terhadap kaum pemuda, kini jarang ditemui organisasi kepemudaan di lingkungan masyarakat khususnya di perkotaan.

Mengatasi hal tersebut upaya pemerintah tidak hanya sekedar melalui organisasi kepemudaan saja. Pemerintah daerah memiliki beberapa program yang tidak menutup kemungkinan untuk melibatkan pemuda. Pada tahun 2010, pemerintah Kota Yogyakarta melalui peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan No. 2 tahun 2009 tentang Kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak merintis program Kampung Ramah Anak. Program kampung ramah anak hingga saat ini masih hangat diperbincangkan oleh masyarakat. Program tersebut

(7)

dapat dijadikan wadah untuk para pemuda menyalurkan potensi dan meminimalisir dari kegiatan negatif yang mengarah ke kenakalan hingga tindak kriminalitas. Selain itu, program ini dapat menjadi batu loncatan untuk para pemuda di masa yang akan datang.

Program kampung ramah anak sangat memungkinkan sebagai wadah untuk pemuda karena pemuda dapat terlibat dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak. Program kampung ramah anak sudah dikembangkan hingga dua wilayah di Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta yaitu di RW 05 dan RW 09 Kampung Tegalrejo. Dua wilayah ini memiliki perbedaan baik dari segi sosiologis maupun demografis. Dari segi sosiologis, RW 09 merupakan kawasan yang jarang penduduk dan jauh dari bantaran sungai. Sedangkan RW 05, merupakan kawasan padat penduduk. Wilayah RW 05 memiliki posisi geografis berada di dekat bantaran sungai dan berbatasan dengan rel kereta api. Umumnya kawasan yang terletak di bantaran sungai, mayoritas warganya adalah mereka kaum urban yang bermigrasi

ke wilayah. Sehingga mayoritas mereka umumnya memiliki pekerjaan yang tidak tetap di sektor informal perkotaan kategori penghasilan mereka menengah ke bawah.

RW 05 Kampung Tegalrejo berbatasan dengan sungai dan rel kereta api sehingga rawan akan hal - hal yang dapat membahayakan warga khususnya para pemuda. Seperti, meniru para bonex yang kerap melakukan aksi nekat mereka di atas kereta maupun di lintasan rel kereta api tersebut. Selain itu, sungai yang identik dengan tempat persembunyian saat melakukan aksi nekat seperti mencopet, tawuran, dan tindak kejahatan lainnya. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti dalam studi pendahuluan, masih ada beberapa pemuda di RW 05 yang melakukan miras dan bermain judi di pos – pos tiap RT. Selain itu, ada beberapa pemuda yang mengalami putus sekolah. Hal itu menjadi keprihatinan masyarakat terhadap pemuda di RW 05, Kampung Tegalrejo.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Kampung Ramah Anak “Kambojo” RW 05,

(8)

Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Program kampung ramah anak ini sebagai wadah para pemuda wilayah RW 05 untuk mengali dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo”, pemuda yang menjadi tim kerja atau gugus kerja. Penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo” ini melibatkan partisipasi pemuda. Sehingga tujuan program kampung ramah anak ini selain untuk memenuhi hak – hak anak yaitu sebagai upaya pengurus RW 05 untuk memberdayakan pemuda di Kampung Tegalrejo.

Program kampung ramah anak “Kambojo” di wilayah RW 05, Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta ini merupakan perwujudan dari kebijakan kota layak anak yang mengoptimalkan potensi sumber daya manusia, salah satunya para pemuda. Program kampung ramah anak “Kambojo” ini memiliki beberapa prestasi skala daerah maupun nasional, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi peneliti. Menilik dari

berbagai permasalahan yang telah diuraikan, maka peneliti ingin mengkaji pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” yang ada di RW 05 Kampung Tegalrejo. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mengambil judul penelitian yaitu “Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” di Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta”. Dengan judul ini diharapkan mampu menjawab permasalahan yang muncul di dunia pemuda Indonesia.

METODE Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunak pendekatan kualitatif yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.

Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kampung ramah anak “Kambojo” RW 05, Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan November – Januari 2015.

(9)

Subyek Penelitian

Subyek penelitian yakni pemuda – pemudi (penggurus KRA), penggurus RW dan tokoh masyarakat di RW 05. Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan peneliti. Data penelitian ini bersifat diskriptif berupa dokumen pribadi, catatan harian, catatan lapangan, ataupun ucapan responden dari hasil wawancara. Teknik yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Teknik Analisis Data

Tahapan analisis data dalam penelitian ini yaitu reduksi data,

display data dan penarikan

kesimpulan. Reduksi data dimaksudkan dengan merangkum data, memilih hal-hal pokok, disusun secara sistematik Display data atau penyajian data bertujuan untuk memudahkan peneliti memahami hasil penelitian yang telah didapatkan. Data tersebut dibandingkan dan dihubungkan dengan yang lainnya, sehingga mudah

ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang ada. HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk kegiatan dalam Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” melalui Kegiatan Partisipatif Pemuda

a. Program kampung ramah anak “Kambojo”

Program kampung Ramah Anak “Kambojo” mempunyai beberapa kegiatan yang terbagi dalam lima klaster. Lima klaster tersebut antara lain klaster perlindungan khusus, klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang, klaster hak sipil dan kebebasan, klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan, dan klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif. Di tiap klaster tersebut mempunyai kegiatan positif dalam pemenuhan hak anak.

b. Penyelenggaraan kegiatan

Penyelenggaraan program terbagi menjadi tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pendampingan. Namun sebelum masuk ke dalam tahap perencanaan, adanya tahap pra perencanaan. Tahap pra perencanaan sebagai upaya untuk penyadaran bagi para pemuda RW 05.

(10)

Bentuk penyadaran tersebut melalui kegiatan sosialisasi dan diskusi/sharing.

c. Faktor pendukung dan faktor penghambat penyelenggaraan kegiatan

Faktor Pendukung dalam penyelenggaraan kegiatan kampung ramah “Kambojo” yaitu tingginya partisipasi masyarakat, sarana dan prasarana yang memadai, dan ide – ide kreatif dari para pemuda. Sedangkan faktor penghambat yaitu banyaknya kegiatan anak – anak di luar lingkungan RW 05.

Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo”

a. Alasan keterlibatan pemuda yaitu 1) Kesadaran diri, 2) Kepedulian terhadap masyarakat, 3) Kesamaan Hobi, 4) Batu loncatan untuk melanjutkan pendidikan, 5) Kesiapan kerja, dan 6) Sebagai bentuk ibadah

b. Bentuk keterlibatan pemuda yaitu 1) Analisis kebutuhan dan penyusunan kegiatan, 2) Motor penggerak dalam pelaksanaan kegiatan, 3) Evaluasi kegiatan, dan 4) Pengembangan

c. Faktor pendukung dan penghambat keterlibatan pemuda

Faktor pendukung : Kesadaran diri pemuda dan adanya dukungan dari penggurus RW dan tokoh masyarakat. Sedangkan faktor penghambat : Perbedaan waktu luang antar pemuda d. Dampak pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak

1) Dari segi kecakapan personal yaitu pemuda memiliki pemahaman potensi yang dimiliki dan minat atau ketertarikan diri, pemuda memiliki keberanian dan kemandirian serta peningkatan pemecahan masalah yang rasional. 2) Dari segi kecakapan akademik, bertambahnya pengetahuan yang dimiliki pemuda khususnya tentang kampung ramah anak, bertambahnya wawasan mengenai cara berorganisasi di masyarakat dan tingginya motivasi untuk melanjutkan jenjang pendidikan serta sikap kompetisi dalam mencapai prestasi – prestasi. 3) Dari segi kecakapan vokasional

yaitu pemuda memiliki kemampuan berbicara di depan umum. Selain itu, pemuda dan

(11)

pemudi RW 05 mempunyai ketrampilan dalam mengkonsep acara di kegiatan – kegiatan KRA. 4) Dari segi kecakapan sosial,

pemuda menjadi aktif membantu di kegiatan RW, pemuda dapat menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat, dan pemuda memiliki banyak relasi di lingkungan RW 05 maupun di luar lingkungan RW 05.

PEMBAHASAN

Bentuk Kegiatan dalam Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” melalui Kegiatan Partisipatif Pemuda

Kegiatan – kegiatan di kampung ramah anak “Kambojo” terbagi ke dalam lima klaster.

a. Klaster perlindungan khusus : sosialisasi kampung ramah anak, plangisasi slogan dan budaya kampung ramah anak, perbaikan lingkungan dan penyuluhan NAPZA

b. Klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang : belajar bersama, pembuatan mading, Pelatihan Tari, Pendidikan untuk Anak Usia Dini (PAUD), Tempat

Pendidikan Al-Quran (TPA) dan olahraga.

c. Klaster hak sipil dan kebebasan : pendataan anak, pengadaan forum anak dan pertemuan rutin bersama penggurus RW.

d. Klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan : posyandu, pengecekan jentik nyamuk dan sosialisasi reproduksi untuk remaja.

e. Klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif : Bina Keluarga Balita (BKB)

Selain kegiatan yang ada di dalam klaster, program kampung ramah anak “Kambojo” memiliki kegiatan

outdoor seperti launching KRA,

pentas seni, mengikuti musrengbangkel, peringatan hari – hari besar nasional, perayaan ulang tahun KRA dan trainer outbound.

Pelaksanaan program kampung ramah anak “Kambojo” dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pendampingan. Namun sebelum masuk ke tahapan perencanaan terdapat tahap pra-perencanaan yang bertujuan sebagai upaya penyadaran para pemuda RW 05. Tahap pra-

(12)

perencanaan meliputi sosialisasi dan diskusi/sharing. Tahap perencanaan dalam program kampung ramah anak “Kambojo” yaitu dengan melakukan analisis kebutuhan anak – anak di RW 05. Dalam kegiatan analisis kebutuhan penggurus melakukan pengumpulan data anak – anak. Setelah melakukan analisis kebutuhan anak – anak RW 05, penggurus melakukan penyusunan rencana kegiatan. Setelah sesuai dengan kebutuhan dari anak – anak RW 05, rencana kegiatan itu penggurus konsultasi kan dengan para penggurus RW 05.

Tahap pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak. Di tahap ini, penggurus KRA “Kambojo” dan anak – anak RW 05 melaksanakan kegiatan – kegiatan yang telah disusun dalam tahap perencanaan. Sehingga anak – anak RW 05 sebagai sasaran dari kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” berusaha untuk mengikuti alur kegiatan yang telah dikonsep oleh penggurus KRA “Kambojo”.

Tahap selanjutnya dalam program kampung ramah anak “Kambojo” yaitu evaluasi. Evaluasi yaitu memberikan masukan kepada

kegiatan yang telah terlaksana. Lalu tahap pendampingan ini dilakukan oleh para penggurus KRA “Kambojo” yang menginjak dewasa maupun oleh para penggurus RW maupun tokoh masyarakat. Bentuk kegiatan pendampingan di awal meliputi konsultasi, fasilitasi, dan koordinasi. Sedangkan bentuk pendampingan saat pelaksanaan kegiatan yaitu pengawasan. Pengawasan ini tidak hanya untuk mengamati para pemuda melaksanakan kegiatan, namun dalam hal ini penggurus KRA yang berusia dewasa juga ikut melakukan tindakan sesuai dengan pembagian tugas saat koordinasi.

Keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” karena tingginya partisipasi masyarakat. Tingginya partisipasi masyarakat dapat dilihat dari dukungan positif yang diberikan masyarakat RW 05. Sarana dan prasarana yang memadai juga menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak ”Kambojo”. Selain itu, ide – ide kreatif para penggurus KRA “Kambojo” juga menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan dari

(13)

pelaksanaan kegiatan – kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”.

Namun, selain beberapa dukungan itu juga terdapat faktor penghambat yang membuat tujuan tidak tercapai secara optimal. Faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” yaitu kesibukan anak – anak RW 05 di luar lingkungan RW 05. Kepadatan kegiatan anak – anak di luar lingkungan RW 05 menjadi penghambat dalam menyesuaikan dengan waktu luang yang dimiliki anak – anak RW 05. Adanya faktor penghambat tersebut mengakibatkan tidak stabilnya kehadiran anak anak dalam mengikuti kegiatan – kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo”

Pemberdayaan pemuda merupakan proses meningkatkan, mengembangkan serta memperkuat potensi dan daya yang dimiliki para pemuda dalam rangka pencapaian kemandirian. Menurut Anwar (2007: 31-32) menyebutkan dimensi manajemen program pemberdayaan yaitu: 1) kegiatan yang dilakukan

oleh seorang pengelola (pemimpin,ketua) bersama orang lain atau kelompok, 2) kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui orang itu mempunyai tujuan yang akan dicapai, 3) dilakukan dalam organisasi, sehingga tujuan yang dicapai merupakan tujuan organisasi. Pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” ini memiliki tujuan bersama yang ingin dicapai untuk kesejahteraan organisasi dan masyarakat khususnya pemuda. Kegiatan pemberdayaan ini dilakukan melalui organisasi yang terstruktur dan memiliki serangkaian program dan kegiatan yang melibatkan pemuda sebagai penggurus.

Keterlibatan para pemuda RW 05 dalam program kampung ramah anak “Kambojo” tidak terlepas dari alasan yang melatarbelakangi pemuda untuk mau terlibat. Alasan keterlibatan pemuda yaitu a) Adanya kesadaran diri, b) Kesamaan hobi, c) Kepeduliaan terhadap masyarakat, d) Batu loncatan untuk melanjutkan pendidikan, e) Kesiapan kerja, dan e) Sebagai bentuk ibadah.

(14)

Enam fungsi manajeman program menurut Sudjana (2004 : 53) mempunyai urutan sebagai berikut perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian, dan pengembangan. Program kampung ramah anak “Kambojo” tentu berkaitan dengan putaran kerja sebuah manajemen program. pemberdayaan pemuda melalui program usaha ekonomi produktif mempunyai serangkaian proses manajeman yang dilalui. Menurut Anwar (2007: 35-36) pemberdayaan meliputi komponen model pembelajaran makro dan komponen model pembelajaran ketrampilan secara khusus (mikro) dalam bentuk pelatihan. Komponen pembelajaran makro terdiri atas penyadaran, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, penilaian dan pengembangan.

Bentuk keterlibatan pemuda yaitu: a) analisis kebutuhan dan penyusun rencana kegiatan, b) motor penggerak dalam pelaksanaan kegiatan, c) evaluasi kegiatan, dan d) pengembangan kegiatan.

Keberhasilan pemberdayaan pemuda melalui program kampung

ramah anak “Kambojo” tidak dapat terlepas dari adanya beberapa dukungan. Kesadaran diri dari para pemuda RW 05 menjadi salah satu faktor pendukung. Selain itu, adanya dukungan dari penggurus RW dan tokoh masyarakat menjadi faktor pendukung keterlibatan pemuda.

Selain memiliki faktor pendukung juga memiliki faktor penghambat. Faktor penghambat tersebut yaitu adanya perbedaan waktu luang penggurus KRA “Kambojo”. Sehingga mengakibatkan pemuda belum bisa maksimal dalam menjalankan tugas dan peran penggurus KRA “Kambojo”.

Upaya pemberdayaan pemuda yang dilakukan di RW 05 melalui program kampung ramah anak “Kambojo” memberikan dampak yang positif untuk pemuda. Menurut Ambar (2004 : 80) tujuan pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat yang mandiri. Kemandirian itu meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Oleh karena itu, dampak pemberdayaan erat kaitannya dengan peningkatan

(15)

wawasan dan kecakapan/lifeskills. Menurut Ditjen Diklusepa (2003 : 7) kecakapan dikelompokkan menjadi empat yaitu 1) kecakapan personal, 2) kecakapan akademik, 3) kecakapan sosial, dan 4) kecakapan vokasional. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

1. Bentuk kegiatan dalam Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” melalui Kegiatan Partisipatif Pemuda

Kegiatan – kegiatan di kampung ramah anak “Kambojo” terbagi ke dalam lima klaster yaitu 1) Klaster perlindungan khusus, 2) Klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang, 3) Klaster hak sipil dan kebebasan, 4) Klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan, dan 5) Klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif.

Selain itu adanya kegiatan

outdoor seperti launching KRA,

pentas seni, mengikuti musrengbangkel, peringatan hari – hari besar nasional, perayaan ulang tahun KRA dan trainer outbound.

Pelaksanaan program kampung ramah anak “Kambojo” dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Setelah itu

juga adanya tahap pendampingan. Sebelum tahap perencanaan adanya tahap pra-perencanaan berupa sosialisasi dan diskusi untuk menarik para pemuda. Bentuk kegiatan pendampingan meliputi konsultasi, fasilitasi, koordinasi dan pengawasan. 2. Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo”

Alasan keterlibatan pemuda dalam kepenggurusan KRA “Kambojo” yaitu a) Adanya kesadaran diri, b) Kesamaan hobi, c) Kepeduliaan terhadap masyarakat, d) Batu loncatan untuk melanjutkan pendidikan, e) Kesiapan kerja, dan e) Sebagai bentuk ibadah.

Keterlibatan pemuda dalam tahap perencanaan meliputi analisis kebutuhaan dan penyusunan kegiatan. Selanjutnya dalam tahap pelaksanaan pemuda sebagai motor penggerak pelaksana kegiatan. Pemuda terlibat dalam tahapan evaluasi dengan memberikan masukan untuk perbaikan kegiatan – kegiatan KRA “Kambojo” dan yang terakhir pemuda terlibat dalam pengembangan program kampung ramah anak “Kambojo”.

(16)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, belum semua pemuda dan pemudi di RW 05 yang dapat dikatakan berdaya. Karena tidak semua pemuda dan pemudi di RW 05 terlibat dalam penyelenggaraan program. Pemuda dan pemudi RW 05 yang menjadi penggurus lebih mandiri dan memberikan banyak konstribusi untuk KRA “Kambojo” dibanding pemuda dan pemudi di RW 05 yang tidak menjadi penggurus KRA “Kambojo”.

SARAN

1. Bagi pemuda (Penggurus KRA) agar dapat membagi waktu dengan kesibukan yang dimiliki. Sehingga dapat memaksimalkan tugas dan peran para pemuda.

2. Bagi pemuda (Penggurus KRA) agar mengaktifkan kembali pertemuan rutin penggurus dan mengadakan iuran kas sehingga selain untuk mempererat komunikasi antar penggurus. 3. Bagi pemuda (Penggurus KRA)

agar membuat kegiatan rutin untuk

anak – anak dengan memberikan jadwal. Sehingga anak – anak dapat mengatur jadwal kegiatan antara di lingkungan RW 05 dan di luar lingkungan RW 05.

4. Bagi penggurus RW dan tokoh masyarakat agar mengadakan kegiatan regenerasi sehingga terjadi pergantian kepenggurusan. DAFTAR PUSTAKA

Anwar. 2007. Manajemen

Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran Vocational Skills Pada Keluarga Nelayan),

Bandung: Alfabeta

Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan

Model – model pemberdayaan.

Yogyakarta: Gava Media

Kemenpora. 2009. Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2009 tentang

Kepemudaan. Jakarta:

Kemenpora RI.

Kemenpora. 2010. Penyajian Data

dan Informasi Statistik

Kepemudaan Tahun 2010.

Jakarta: Kemenpora RI.

Sudjana. 2004. Pendidikan

Nonformal (Pendidikan non

formal). Bandung: Falah

Production.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini membuktikan teori perilaku (Teori Behavioristik) yang yang dikemukakan oleh Thorndike dalam Rahyubi (2012, hlm. 31),“belajar adalah proses interaksi antara

Pengujian struktur mikro juga dilakukan untuk mengetahui struktur akhir yang terbentuk pada material chain shackle setelah dilakukan proses hardening dengan variasi pada

Tujuan penulisan Laporan Akhir ini adalah untuk sistem penggajian manual yang digunakan pada perusahaan PT Ladang Makmur dan merancang suatu sistem akuntansi penggajian

Nori tiruan dari daun tumbuhan memiliki kualitas mirip dengan nori rumput laut secara fisik maupun kimia.Kelemahan dari daun tumbuhan hijau adalah sebagian besar

Granth Sahib (The Sikh holy scripture), and in no other religion. A pious Sikh endeavors to live up to the principles, ideals and the code of conduct as described.. Guru Nanak

[r]

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara kedalaman sinus frontalis dan maturasi skeletal yang dilakukan pada sampel penelitian ini dapat ditarik

masukan dari para pemangku kepentingan, dalam hal ini kalangan bisnis kedua negara. Secara umum, position paper dimaksud berisikan beberapa tantangan utama