• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh: Mohamad Jihad Ayatullah Bay Nomor Induk Mahasiswa: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh: Mohamad Jihad Ayatullah Bay Nomor Induk Mahasiswa: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KOLABORASI ANTARA MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DALAM MENGELOLA PROGRAM PERSEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI DESA OMBAY KECAMATAN PANTAR TIMUR KABUPATEN ALOR

Oleh:

Mohamad Jihad Ayatullah Bay Nomor Induk Mahasiswa: 105610536515

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

SKRIPSI

KOLABORASI ANTARA MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DALAM MENGELOLA PROGRAM PERSEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI DESA OMBAY KECAMATAN PANTAR TIMUR KABUPATEN ALOR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S. Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

MOHAMAD JIHAD AYATULLAH BAY Nomor Stambuk: 105610536515

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini.

Nama Mahasiswa : Mohamad Jihad Ayatullah Bay Nomor Stambuk : 105610536515

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataaan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik dan pemberian sanksi lainnya sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 10 Februari 2020 Yang menyatakan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam Mengelolah Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi penelitian ini adalah untuk mempelajari cara pembuatan skripsi pada Unisversitas Muhammadiyah Makassar untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara. Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga skripsi penelitian dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:

1. Dr. Mappamiring, M. Si selaku dosen pembimbing I. Dan Ibu Riskasari S, Sos, M, AP selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam penyusunan proposal penelitian.

2. Bapak Nasrulhaq, S, Sos, M, AP selaku pimpinan Jurusan Ilmu Administrasi Negara dan seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara yang telah mendidik dan membimbing penulis.

3. Bapak, Ibu serta adik-adikku tersayang yang telah memberikan doa, dorongan dan semangat selama penyusunan proposal penelitian ini.

(7)

4. Mustakim Bay, dan Farida Mahmud yang telah memberikan doa, mendorong, dan memberikan motifasi selama penyusunan proposal penelitian ini.

5. Bapak Desa Ombay, Ketua Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) Desa Ombay, Bendahara Kelompok Keswadayaan Masyarak (KKM) Desa Ombay, Tokoh Masyarakat Desa Ombay dan seluruh lapisan komponen masyarakat Desa Ombay yang sudah membantu peneliti ketika peneliti berada di Desa Ombay,

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi penelitian ini masih banyak kekurangan di dalamnya, oleh karena itu penulis mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari dosen penguji guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi pelitian ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Makassar, 10 Februari 2020

(8)

ABSTRAK

Mohamad Jihad Ayatullah Bay. 2019. Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam Mengelolah Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) Di Desa Ombay Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor. Dibimbing oleh Mappamiring dan Riskasari

Tujuan penelitian untuk mengetahui proses kolaborasi dalam bentuk co-determination, co-financing dan co-production antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program PAMSIMAS di Desa Ombay Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan informan sebanyak lima orang yang dipilih berdasarkan pandangan pengetahuan. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan instrument berupa; observasi, dokumentasi dan dikembangkan melalui wawancara terhadap informan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam bentuk co-determination berjalan efektif dan efisien hal ini ditandai dengan adanya sosialisasi dan pembentukan Kelompok KKM. Kemudian Dalam bentuk co-financing berupa pembiayaan belum berjalan secara efektif disebabkan tidak adanya biaya dari pemerintah setempat. dan pembayaran juga belum efektif ditandai dengan rendahnya pendapatan masyarakat, dan kondisi politik Desa Ombay yang belum stabil. Serta co-productian berjalan secara efektif dan efisien, hal ini ditandai dengan adanya komitmen waktu pelaksanaan program ditentukan secara bersama antara pemerintah dan masyarakat.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PENERIMAAN TIM ...ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan ... 6 D. Manfaat penulis ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Collaborative Governance ... 7 B. Model Kolaborasi ... 13 C. Proses Kolaborasi ... 17 D. Program PAMSIMAS ... 21 E. Kerangka Pikir ... 23 F. Focus Penelitian ... 25 G. Deskripsi Focus ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 27

B. Jenis Penelitian ... 28

(10)

D. Sumber Data ... 28

E. Informan Penelitian ... 29

F. Teknik Pengumpulan Data ... 30

G. Teknik Analisi Data ... 31

H. Pengabsahan Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Deskripsi dan Karakter Objek Penelitian ... 34

1. Profil Kabupaten Alor ... 34

2. Profil Kecamatan Pantar Timur ... 37

3. Profil Desa Ombay ... 40

B. Hasil Penelitian ... 45

1. Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam Mengelolah Program Persediaan Air Minum (PAMSIMAS) Dalam Bentuk Co-determination ... 45

2. Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam Mengelolah Program Persediaan Air Minum (PAMSIMAS) Dalam Bentuk Co-financing ... 51

3. Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam Mengelolah Program Persediaan Air Minum (PAMSIMAS) Dalam Bentuk Co-production ... 58

BAB V PENUTUP ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 01 Aktifitas dan Waktu Penelitian ... 27

Tebel 02 Informan Penelitian ... 30

Tabel 03 Wilayah Administrasi Kabupaten Alor ... 36

Tabel 04 Banyaknya Desa/Kelurahan, Dusun/Lingkungan, RW/RK, RT, dan Rumah Tangga ... 36

Tabel 05 Wilayah Administrasi Kecamatan Pantar Timur ... 38

Tabel 06 Luas Wilayah Dirinci Dari Tiap Desa ... 39

Tabel 07 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Pantar Timur ... 39

Tabel 08 Struktur Desa Definitif Ombay ... 41

Tabel 09 Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) Desa Ombay... 42

Tabel 10 Jenis Pekerjaan Desa Ombay ... 43

Tabel 11 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Ombay ... 44

Tabel 12 Agama Yang Terdapat Di Desa Ombay ... 45

Table 13 Struktur Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) Desa Ombay ... 49

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) adalah salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat hidup bersih dan sehat melalui program Persediaan Pelayanan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). Hal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia sebagaimana yang termuat dalam buku panduan Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) tahun 2016 yang menjelaskan bahwa untuk mencapai 100% akses masyarakat terhadap air minum yang aman, bersih, dan sanitasi yang layak secara berkelanjutan pada tahun 2019 atau disebut juga dengan Universal Access 2019.

Air bersih merupakan potensi ilmiah dari setiap wilayah yang wilayah lainnya belum tentu mempunyai kekayaan seperti wilayah yang mempunyai kekayaan air bersih. Menurut Badan Statistik Kabupaten Alor pada tahun 2016 bahwa Desa Ombay berada tepat pada wilayah administrasi Kecamatan Pantar Timur, dengan letak yang umumnya disepanjang pantai selatan berbukit, dan curah hujan yang sangat rendah. Musim hujan relatif pendek bila dibandingkan dengan musim kemarau.

Berdasarkan paparan letak geografik yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Desa Ombay merupakan salah satu wilayah yang sulit mengakses air bersih. Oleh karena itu, perlu adanya respon pemerintah dalam

(13)

mewadai semua unsur kepentingan, baik itu yang melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat (collaborative governance). Hal ini bisa diliat dari penjelasan Relay (2003:21) yang mengemukakan bahwa “kolaborasi merupakan relasi dalam bentuk spesifik yang menempatkan relasi organisasi non pemerintah (yang concem dalam isu-isu lingkungan dan sumber daya alam) dengan organisasi pemerintah”.

Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) adalah program yang pendekatannya berbasis masyarakat, artinya program ini menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan penentu dalam seluruh tahapan program. Mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan. Hal ini juga dijelaskan oleh Goordon White et al (1998:94) yang menyatakan bahwa kolaborasi negara dan masyarakat dalam penyediaan pelayanan sosial meliputi tiga proses dasar yaitu: a) co-determination (menentukan bersama apa dan bagaimana); b) co-financing (menentukan pembiayaan bersama dan cara pembayaran); c) co-production (komitmen waktu dan sumber daya dalam proses produksi yang telah disepakati dalam tahap determination). Namun, fenomena yang terjadi di Desa Ombay memperlihatkan proses kolaborasi dalam bentuk co-determination, co-financing, dan coproduction belum maksimal karena aparatur pemerintah belum optimal dalam pengelolaan program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), dan beberapa pihak dari masyarakat belum menunjukkan kebersamaan dalam menentukan secara keseluruhan, mulai dari tahap mentukan apa dan bagaimana

(14)

pengelolaan program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), dan menentukan pembiayaan bersama dan pembayaran.

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pelayanan program Persediaan Air minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) telah menjadi urusan wajib Pemerintah daerah, dimana penyelenggaraan urusan wajib ini berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah. Untuk mendukung kapasitas pemerintah daerah dalam menyediakan pelayanan penyediaan air minum dan sanitasi yang layak, maka program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) berperan dalam menyediakan dukungan finansial. Dukungan ini baik berupa investasi fisik dalam bentuk sarana dan prasarana, maupun investasi non fisik dalam bentuk pengembangan kapasitas, dukungan teknis, dan manajemen.

Berdasarkan pada Standar Pelayanan Minimal (SPM), maka pemerintah Kabupaten Alor menyusun perencanaan dengan membuat Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) bahwa untuk menggapai penyehatan lingkungan dalam program sanitasi berbasis masyarakat maka pemerintah menargetkan sasaran stop BABS sebesar 72,12%. Namun fenomena yang terjadi memiliki hambatan. Hal ini dapat diliat dari Rencana aksi daerah, data base pokja AMPL- Bappeda Kabupaten Alor tahun 2016 bahwa jumlah keluarga yang memiliki kloset / WC / kakus dirumah sudah cukup besar yaitu 86,11% (40.445 KK). Namun dari jumlah yang memiliki tanki septik yang baik dan benar baru mencapai 72,06% (33.845 KK), artinya bahwa masih ada 16,22%

(15)

(6.600 KK) dengan limbah dari kloset / WC / kakus yang belum dikelola dengan baik dan masih memiliki potensi menimbulkan dampak pada kesehatan lingkungan masyarakat dan keluarga yang melakukan praktek BABS sebesar 13,87% (6512 KK ). Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah Kabupaten Alor harus mampu untuk mengembangkan akses berkelanjutan, terutama di wilayah pedesaan dalam penyediaan air minum dan sanitasi melalui program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).

Akhir Oktober tahun 2014 program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) telah dilaksanakan di Kabupaten Alor yang masih minim dengan akses air minum dan sanitasi. Namun, di beberapa desa mengalami masalah akibat sumber mata air yang ada tidak bisa diandalkan dan belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Keberhasilan pelaksanaan program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) baik ditinjau dari segi pembangunan fisik maupun non fisik akan sangat membantu pemerintah Kabupaten Alor dalam rangka persediaan air minum dan sanitasi yang layak, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil yang baik dari program berbasis masyarakat akan tercapai jika masyarakatnya ikut langsung berkolaborasi dengan pemerintah dalam kegiatan. Dengan berkolaborasi aktif maka akan menumbuhkan rasa memiliki terhadap apa yang mereka bangun, sehingga berkelanjutan dan berkesinambungan akan terus berlangsung. Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah penelitian secara mendalam ditinjau dari segi kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah.

(16)

Berdasarkan yang telah peneliti paparkan diatas maka judul penelitian ini adalah “Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam Mengelolah Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor”.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah utama penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses kolaborasi dalam bentuk co-determination antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program Persedian Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor?

2. Bagaimana proses kolaborasi dalam bentuk co-financing antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelola Persedian Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor?

3. Bagaimana proses kolaborasi dalam bentuk co-production antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelola Persedian Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor?

(17)

C. Tujuan Penilitian.

Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis dan mendeskripsikan proses kolaborasi dalam bentuk co-determination antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.

2. Menganalisis dan mendeskripsikan proses kolaborasi dalam bentuk co-financing antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.

3. Menganalisis dan mendeskripsikan proses kolaborasi dalam bentuk co-production antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.

D. Manfaat Penelitian.

1. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir Mahasiswa dan Masyarakat mengenai program Persedian Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana dalam mencari sebab dan masalah yang terjadi didalam sistem pelayanan Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). Dengan demikian akan memudahkan pencarian alternatif pemecahan masalah-masalah tersebut.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Collaborative Governance.

Teori yang digunakan untuk melihat bagaimana hubungan atau relasi antara organisasi pemerintah dengan masyarakat dalam mengelola program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) adalah teori collaborative governance atau kerja sama dalam menjalankan tata kelola pemerintahan. Hal ini juga dijelaskan oleh O‟Flynn dan Wanna (2008:3) mengartikan bahwa kolaborasi atau collaborative governance adalah bentuk kerja sama dengan orang lain. Hal tersebut menyiratkan bahwa seorang aktor atau seorang individu, kelompok atau organisasi melakukan kerja sama demi kepentingan bersama dan memiliki ketentuan, syarat, dan kondisi tertentu, dimana hal tersebut sangat bervariasi. Sementara menurut Relay (2003:21) mengemukakan bahwa “kolaborasi merupakan relasi dalam bentuk spesifik yang menempatkan relasi organisasi non pemerintah (yang concem dalam isu-isu lingkungan dan sumber daya alam) dengan organisasi pemerintah”. Dalam relasi tersebut keduanya bertindak bersama-sama dalam desain dan implementasi program pengembangan pedesaan. Bentuk interaksi keduanya tidak sekedar perjanjian dua organisasi untuk bekerja sama atau saling melengkapi, tetapi merupakan bentuk kerja sama antara NGO dan lembaga pemerintah yang terlibat, saling mengakui dan berpartisipasi secara aktif.

(19)

Terkait dengan teori kolaborasi atau collaborative governance, Emerson (2011:2) mengemukakan bahwa proses dan stuktur dari pengambilan kebijakan publik dan tata kelola pemerintahan dengan melibatkan masyarakat, swasta, NGOs, dari berbagai institusi dan level yang ada untuk menentukan tujuan bersama yang sulit untuk bisa dirumuskan sendiri. Sementara Mc Guire (2006:33) menjelaskan bahwa collaborative governance adalah konsep di dalam management pemerintahan sebagai proses fasilitasi dan pelaksanaan oleh berbagai institusi baik pemerintah, masyarakat, maupun NGOs yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah bersama yang tidak bisa diselesaikan oleh satu institusi pemerintah saja.

Perspektif kolaborasi atau collaborative governance ini juga dikemukakan oleh Chris Ansell dan Alison Gash (2008:543) bahwa yang dimaksud dengan kolaborasi atau collaborative governance adalah sebuah tata kelolah pemerintahan, yang dimana institusi-institusi pemerintahan secara langsung melibatkan aktor diluar pemerintah (baik masyarakat, komunitas, NGOs, dan private sector) didalam proses pengambilan keputusan secara formal dan non formal yang berorienasi pada kepentingan bersama. Tujuannya adalah untuk melaksanakan kebijakan dan mengelolah program dan sumber daya secara bersama.

Donahue dan Richard (2011:30) mengartikan bahwa “collaborative governance can be thought of a form of agency relationship between government as principal, and private players as agent.” Artinya bahwa pemerintahan

(20)

kolaboratif dapat dianggap sebagai suatu bentuk hubungan kerja sama antara pemerintah sebagai regulator dan pihak swasta sebagai pelaksana.

Dari illustrasi beberapa definisi yang dikemukakan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa collaborative governance merupakan suatu paradigma baru dalam pemerintahan, yang dimana masyarakat, sector business, NGOs, dan stakeholder lainnya yang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan kebijakan, dan tata kelola pemerintahan secara umum. Orientasi dari pelibatan tersebut merupakan upaya dalam menyelesaikan masalah besar yang tidak mungkin bisa diselesaikan oleh satu pihak saja, akan tetapi memerlukan kerja sama dari berbagai pihak. Sehingga orientasinya adalah keberhasilan dari kebijakan tersebut sesuai dengan cita-cita dan tujuan bersama. Sekalipun idealnya inisiatif dari kerja sama tersebut datang dari pemerintah.

Selanjutnya menurut Ratner (2012:5), yang mengemukakan bahwa didalam collaborative governance terdapat tiga fokus fase atau tiga tahapan kolaborasi dalam tata kelola pemerintahan yaitu:

1. Identifying Obstacles and Opportunities (Fase Mendengarkan).

Pada tahap ini pemerintah dan stakeholder atau pemangku kebijakan yang melakukan kolaborasi yaitu pihak swasta dan masyarakat akan melakukan identifikasi mengenai berbagai jenis hambatan yang akan dihadapi selama proses tata kelola pemerintahan.

(21)

2. Debating Strategies for Influence (Fase Dialog).

Pada tahap ini, stakeholder atau pemangku kebijakan yang terlibat dalam tata kelola pemerintahan melakukan dialog ataupun diskusi mengenai hambatan yang telah diterangkan pada fase pertama.

3. Planning Collaborative Actions (Fase Pilihan).

Setelah melalui tahap mendengarkan mengenai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses tata kelola pemerintahan dan melakukan diskusi mengenai penentuan strategi yang efektif untuk mengantisipasi permasalahan.

Adapun kriteria keberhasilan teori kolaborasi dalam governance yang di kemukakan oleh (Goldsmith dan Donald, 2009:135-136) yaitu:

1. Networked Structure.

Networked Structure merupakan suatu keterkaitan antara satu elemen dengan elemen yang lain dan secara bersama-sama mencerminkan unsur-unsur fisik dari jaringan yang ditangani. Kemudian, dalam pemerintahan kolaboratif, unsur jaringan tidak boleh membentuk hirarki yakni adanya kekuasaan dari salah satu pihak. Sehingga dalam pemerintahan kolaboratif, jaringan harus bersifat organis dengan struktur jaringan yang terlibat yakni tidak ada hirarki kekuasaan, dominasi, dan monopoli. Jadi, semua pihak memiliki kesetaraan hak, kewajiban, tanggung jawab, otoritas, dan kesempatan untuk aksesibilitas dalam mencapai tujuan bersama.

(22)

2. Commitment to a Common Purpose.

Commitment to a Common Purpose merupakan alasan mengapa sebuah network atau jaringan harus ada yaitu karena perhatian dan komitmen untuk mencapai tujuan-tujuan positif yang dilakukan secara bersama-sama. Tujuan-tujuan ini biasanya terdapat pada misi umum suatu organisasi pemerintah. Selain itu, komitmen yang terjalin tidak boleh memihak salah satu stakeholder atau pemangku kepentingan kebijakan. Karena ini mengartikan bahwa kolaborasi yang terjalin hanya menguntungkan salah satu pihak. Sehingga komitmen yang terjalin dalam pemerintahan kolaboratif harus untuk kepentingan bersama melalui pencarian solusi bersama.

3. Trust Among The Participants.

Trust Among the Participants merupakan hubungan professional atau sosial, dan keyakinan bahwa para partisipasi mempercayakan pada informasi-informasi atau usaha-usaha dari stakeholder atau pemangku kepentingan lainnya dalam suatu jaringan untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga dalam hal ini, setiap stakeholder harus saling percaya karena sebagai wujud dari hubungan professional yang terjalin untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan pemerintahan kolaboratif.

4. Governance.

Governance merupakan hubungan saling percaya diantara para aktor governance atau pemerintahan. Selain itu, ada aturan yang disepakati bersama dari setiap pemangku kepentingan, serta ada kebebasan menentukan bagaimana kolaborasi dijalankan. Dalam hal ini, tata kelola pemerintahan dapat dikatakan

(23)

governance apabila ada kejelasan siapa yang menjadi anggota dan siapa yang bukan termasuk anggota.

5. Access to Authority.

Access to Authority merupakan ketersediaan ukuran-ukuran atau ketentuan prosedur-prosedur yang jelas dan diterima secara luas. Jadi, sudah ada aturan kewenangan yang jelas dan diterima oleh masing masing stakeholder untuk menjalankan peran sesuai kewenangannya.

6. Distributive Accountability / Responsibility.

Distributive Accountability / Responsibility merupakan penataan, pengelolaan, manajemen secara bersama-sama dengan stakeholder dan berbagi sejumlah pembuatan keputusan kepada seluruh anggota jaringan serta berbagi tanggung jawab untuk mencapai hasil yang di inginkan. Jadi, dalam pemerintahan kolaboratif harus ada pembagian tanggung jawab yang jelas, dan masing-masing stakeholder (termasuk masyarakat) harus terlibat dalam pembuatan keputusan kebijakan.

7. Information Sharing.

Information Sharing merupakan kemudahan akses bagi para anggota, perlindungan privacy, dan keterbatasan akses bagi yang bukan anggota selama bisa diterima oleh semua pihak. Sehingga dalam pemerintahan kolaboratif harus ada pembagian informasi yang jelas, dan kemudahan akses informasi bisa di dapat bagi masing-masing stakeholder.

(24)

8. Access to Resources.

Access to Resources merupakan ketersediaan sumber keuangan, teknis, manusia, dan sumber daya lainnya yang diperlukan untuk mencapai tujuan network. Jadi, harus ada kejelasan dan ketersediaan sumber daya bagi masing-masing stakeholder yang terlibat.

B. Model Kolaborasi.

Kolaborasi dibutuhkan seiring dengan munculnya interpedensi antara aktor atau organisasi. Semakin besar interpedensi antara aktor atau organisasi, baik secara vertical ataupun horizontal, maka semakin besar kebutuhan untuk berkolaborasi. Interpedensi kemudian mendorong meningkatnya frekuensi dan intensitas komunikasi antara organisasi yang diejawantahkan dalam keputusan dan tindakan yang dibuat bersama dan dikerjakan secara kolektif.

Untuk memetahkan interpedensi tersebut, model kolaborasi merupakan suatu citra mental yang mencoba menyederhanakan kompleksitas relasi dan interaksi antara organisasi. Dalam penyederhanaan tersebut diidentifikasi sejumlah dimensi yang membentuk relasi dan interaksi tersebut. Adapun model-model teoritis kolaborasi yaitu: Model Ansen and Gash, Model Agranoff-Mc Guire, Model Buttler-Coleman, Model Weber et.al.

1. Model Ansell and Gash.

Model ini memiliki empat variabel yang di jadikan pusat perhatian yaitu: kondisi awal, desain kelembagaan, kepemimpinan, dan proses kolaborasi. Masing-masing variabel tersebut dapat diperkecil menjadi sub-sub variabel.

(25)

Untuk variabel proses kolaborasi, merupakan inti dari model ini, sedangkan kondisi awal, desain kelembagaan dan kepemimpinan dipresentasikan sebagai pendukung yang memberikan konteribusi penting dalam proses kolaborasi.

2. Model Agranof-Mc Guire Model ini didasarkan pada dua dimensi yaitu: aktifitas dan strategi. Kedua dimensi ini menghasilkan enam kombinasi model kolaborasi yaitu:

a) Jurisdiction-Based Model.

Model ini dicirikan dengan aktivitas kolaborasi yang aktif (dimensi vertikal) dan startegi kolaborasi yang bersifat opurtunistik (dimensi horizontal). Dimensi vertical merupakan interaksi aktivitas dan perilaku organisasi dengan organisasi lain sebagai bagian dari pekerjaannya sendiri. Sedangkan horizontal menjelaskan proses pemubuatan kebijakan dan pengaturan (governance). Dalam aransemen tersebut tidak seorangpun memiliki power untuk menentukan strategi organisasi lain karena masing-masing memiliki kebijakan, strategi dan operasional tersendiri.

b) Abstinence Model.

Model ini merupakan titik ekstrim dari jurisdiction-based model berupa ketidakmauan (abstain) untuk melakukan kolaborasi dan memilih tidak terlibat dalam berbagai program.

c) Top-Down Model.

Model ini menekankan control pemerintah pusat secara vertikal terhadap pemerintahan ragional dan local. Dalam model ini muncul dilemma yaitu

(26)

bagaimana mewujudkan program nasional pemerintah melalui pemerintah local yang secara hokum bersifat independen.

d) Donor-Recipient Model.

Model ini merupakan model moderat yang didasarkan pada gagasan bahwa sejumah actor menguasai informasi dan keahlian untuk mengontrol kebijakan yang kongsisten dengan kepentingan social yang banyak. Model ini melibatkan grantros dan grante karena aktor-aktor dalam dalam sistem kolaborasi saling tergantung pada yang lainnya. Ciri-ciri utama model ini adalah kolaborasi vertical-horizontal yang minimal.

e) Reactive Model.

Model ini dicirikan dengan tidak adanya orientasi yang dominan dalam starategi atau aktivitas kolaborasi dan pendekatan yang digunakan adalah maybe.

f) Contented Model.

Model ini lebih menekankan strategi kolaborasi dari pada aktivitas kolaborasi itu sendiri. Dengan kata lain, model ini bersifat oportunistik dan berupaya mengaksploitasi lingkungan sesuai dengan preferensi pemerintahan local atau organisasi itu sendiri.

3. Model Buttler – Coleman.

Buttler dan Coleman mengajukan model kolaborasi berdasarkan dimensi level interaksi dan dimensi ukuran kelompok. Berdasarkan paparan ini maka menghasilkan lima model yaitu: library, solicitation, tim, community, dan process support.

(27)

a) Model library merupakan model kolabborasi yang paling sederhana dan paling umum yaitu interaksi orang dengan data khususnya suatu conten. b) Model solicition, model ini melibatkan permintaan dari kumpulan kecil

requestor data dan sejumlah tanggapan dari responden.

c) Model tim, model ini digunakan untuk memfasilitasi aktifitas dari sebuah tim

d) Model commubity merupakan kolaborasi yang kurang umum namun mapan. Digunakan untuk memfasilitasi aktifitas dalam sebuah komunitas. e) Model process support, model kolaborasi ini menggunakan pemanfaatan

teknologi kolaborasi dalam proses atau aliran kerja. 4. Model Weber et.al

Weber et.al mengemukakan bahwa kolaborasi yang berhasil menekankan integrasi berbagai fungsi. Integrasi ini meliputi fungsi birokrasi, lintas arena kebijakan dan level pemerintahan serta mengikut sertakan warga masyarakat dan organisasi non pemerintah dalam pemecahan masalah dalam proses implementasi. Ada tiga dimensi yang dikemukakan oleh weber et.al (2005:677-698) yaitu: dimensi vertikal, dimensi horizontal, dan dimensi partnership linkage. Dimensi vertikal mencerminkan relasi antara lembaga pemerintah dengan lembaga warga Negara dan organisasi non pemerintah lainnya dalam hubungan atas bawah. Dimensi horizontal mencerminkan relasi antara organisasi yang setara. Partnership linkage digambarkan sebagai blending (ramuan) relasi vertikal-horizontal sehingga menghasilkan suatu pengaturan yang efektif.

(28)

Ann Marie Thomson dan James L. Perry (2006:20-30) yang memulai proses collaboration dari negosisi, komitmen dan pelaksanaan yang dinaungi oleh assessment. Dimana dalam operasionalnya negosiasi berarti proses antara aktor yang akan terlibat di dalam collaboration. Setelah terjadi negosiasi maka akan muncul komitmen dari masing-masing aktor atas apa yang akan dilakukan di dalam kerja sama tersebut. Sementara proses pelaksanaan merupakan bentuk pengejawantahan dari komitmen bersama yang telah diambil melalui keterlibatan seluruh aktor dan interaksi antara aktor. Selain itu, untuk menjaga kerja sama perlu adanya assessment untuk melihat dari setiap proses yang ada tersebut, sejauh mana keaktivan dan keterlibatan masing-masing aktor.

Berdasarkan uraian berbagai model kolaborasi diatas, maka dalam penelitian ini akan menggunakan model Ansel and Gash (2007:543), untuk menganalisis model kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program persedian air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor. Pemilihan model Ansel and Gash didasarkan karena adanya empat variabel yaitu: kondisi awal, desain kelembagaan, kepemimpinan, dan proses kolaborasi.

C. Proses Kolaborasi.

Tahapan dalam proses kolaborasi yang terjadi antara lembaga pemangku kepentingan dalam pengelolaaan program dapat dilihat dari proses yang terjadi di dalam forum. Forum tersebut dibuat dengan tujuan untuk memberikan wadah dalam melakukan koordinasi antar stakeholder untuk pengelolaan program.

(29)

Proses terjadinya kolaborasi dapat diliat dari empat dimensi proses kolaborasi yang dikemukakan oleh Thomson dan Ted Miller (2002), yaitu:

1. Berkaitan dengan pemerintah. Artinya pemerintah membuat keputusan bersama dengan ketentuan dan peraturan, meliputi negoisasi dan kesepakatan bersama.

2. Dimensi manajemen. Artinya jaringan manajemen melibatkan berbagai peran dan dukungan yang berbeda seperti: dukungan fasilitas dan dukungan keuangan untuk mencapai tujuan bersama.

3. Dimensi kemandirian. Artinya ada kepentingan penggabungan dengan publik. 4. Dimensi pertukaran dan merupakan aspek penting. Artinya organisasi

mendapat manfaat informasi, mendiskusikan dan membangun rasa saling percaya diantara mereka.

Goordon White et al (1998:84). menyatakan kolaborasi negara dan masyarakat dalam penyediaan pelayanan sosial meliputi tiga proses dasar yaitu:

1. Co-determination (menentukan bersama apa dan bagaimana).

2. Co-financing (menentukan pembiayaan bersama dan cara pembayaran). 3. Co-production (komitmen waktu dan sumber daya dalam proses produksi

yang telah disepakati dalam tahap determination).

Berdasarkan tiga proses dasar tersebut, muncul enam kemungkinan relasi negara dengan organisasi masyarakat yang terjadi seperti diliat dari tabel berikut ini.

(30)

Bentuk Relasi Deskripsi

Devolusi Pemerintah menyediakan dana untuk

suatu kegiatan yang sudah berjalan, tetapi bagaimana kegiatan dijalankan dan tata cara penggunaan uang ditentukan oleh organisasi warga Pressured Privision Masyarakat menentukan apa yang

mereka butuhkan dan pemerintah menyediakannya

Enforced Provision Pemerintah menentukan pelayanan yang diberikan dan warga wajib membayarnya

Fee for service Pemerintah memungut bayaran untuk suatu pelayanan dan masyarakat yang menggunakan pelayanan tersebut membayarnya

Delegation Pemerintah menentukan pelayanan

apa yang disediakan, tetapi menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada masyarakat (seperti jamban umum)

Contracting/Granting Pemerintah menyediakan dana untuk memproduksi sejumlah jenis

(31)

pelayanan tetapi penyediaannya dilakukan oleh organisasi masyarakat melalui tender yang kompetitif

Sumber: diolah dari White, Gordon and Mark Robinson, “Toward Synergi in social Profision; Civic Organization and State” dalam Martin Minoque, David Hulme and Charles Pidano (ed) 1998, Beyond the new Public management; Changing Ideas and Practices in Governance, hlm. 97-98

Paparan Gordon White di atas lebih menekanlan pada penyediaan pelayanan sosial namun bentuk yang dikemukakannya secara umum dapat digunakan untuk membahas kerja sama organisasi dalam mengelola suatu entitas yang melibatkan relasi antara organisasi.

Gray (Ansell and Gash, 2007:13) menggambarkan tiga tahapan proses kolaborasi antara lain problem setting (penentu permasalahan) direction setting (penentu tujuan), dan implementasi. Tahapan membentuk kolaborasi sebagai berikut:

a. Dialog tatap muka.

b. Membangun kepercayaan. c. Komitmen terhadap proses. d. Share Understanding. e. Hasil sementara.

Dalam beberapa pemaparan diatas maka peneliti akan menggunakan proses kolaborasi Goordon White et. Al (1998:94) dalam menganalisis proses kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) di Desa

(32)

Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor. Pemilihan proses Goorden White et.al karena adanya tiga proses dasar pemerintah dan masyarakat berkolaborasi yaitu Co-determination, Co-financing, dan Co-production.

D. Program PAMSIMAS.

Program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) merupakan salah satu program solusi dan aksi nyata pemerintah (pusat dan daerah) dengan dukungan bank dunia, untuk meningkatkan penyediaan air minum, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan yang berbasis masyarakat.

Program persedian air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) merupakan program yang pendekatan berbasis masyarakat, artinya menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan penentu dalam seluruh tahapan mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap pengoperasian dan pemeliharaan. Proses tersebut mengajak masyarakat untuk menemukan berbagai permasalahan terkait dengan air minum dan sanitasi, kemudian dibimbing untuk melakukan berbagai langkah solusi dan pencegahannya termasuk membangun sarana yang dibutuhkan seperti sarana air minum dan sanitasi serta membangun kesadaran dan kapasitas masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan melalui air dan lingkungan. Kegiatan program PAMSIMAS mencakup

(33)

kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan lokal; peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat; penyediaan sarana air minum dan sanitasi umum; serta pengembangan kapasitas pelaku PAMSIMAS melalui pelatihan dan bimbingan teknis.

Adapun tujuan program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) adalah terciptanya masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat melalui peningkatan akses masyarakat miskin pedesaan dan pinggiran kota terhadap pelayanan air minum dan sanitasi. Secara lebih rinci Program PAMSIMAS bertujuan untuk:

1. Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat

2. Meningkatkan akses masyarakat di lokasi program terhadap pelayanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan dan dikelola secara efektif

3. Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal dalam penyelenggaraan layanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat

4. Meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka panjang pembangunan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat. Sasaran program adalah masyarakat, terutama kelompok miskin di pedesaan dan pinggiran kota yang memiliki prevalensi terkait penyakit air yang tinggi dan belum mendapatkan akses layanan air minum dan sanitasi, mendapatkan layanan air minum dan sanitasi dan terbangun budaya hidup bersih dan sehat.

Tujuan program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas) di atas akan tercapai bila sasaran program memenuhi indikator kinerja kunci (Key Performance Indicator) Pamsimas, tercapai:

(34)

1. Terdapat tambahan 5,6 juta penduduk yang dapat mengakses sarana air minum aman dan berkelanjutan.

2. Terdapat tambahan 4 juta penduduk yang dapat mengakses sarana sanitasi yang layak dan berkelanjutan.

3. Minimal 50% masyarakat dusun (lokasi Program) menerapkan Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

4. Minimal 60% masyarakat mengadopsi program Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).

5. Pemerintah kabupaten atau kota memiliki dokumen perencanaan daerah bidang air minum dan sanitasi untuk mendukung adopsi dan pengarusutamaan Pendekatan Pamsimas dan pencapaian target pembangunan air minum dan sanitasi daerah.

6. Pemerintah kabupaten atau kota mengalokasikan anggaran dari APBD untuk pemeliharaan sarana air minum dan sanitasi yang telah dibangun serta perluasan program air minum dan sanitasi untuk mencapai target Universal Access 2019.

E. Kerangka Pikir.

Penelitian ini berjudul kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor. Penelitian ini akan dianalisis melalui proses kolaborasi Goorden White et.al (1998:91) karena adanya tiga proses dasar pemerintah dan masyarakat

(35)

berkolaborasi yaitu: (1) Co-determination (menentukan bersama apa dan bagaimana). (2) Co-financing (menetukan pembiayaan bersama dan cara pembayarannya). (3) Co-production (komitmen waktu dan sumber daya dalam produksi yang telah disepakati dalam tahap determination).

Adapun peneliti mengambil judul ini dengan pertimbangan yaitu:

1. Letak geografik Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor yang sulit dalam mengakses air bersih.

2. Pemerintah belum maksimal dalam pengelolaan program sanitasi berbasis masyarakat.

3. Masyarakat belum mempunyai kesadaran untuk ikut serta terlibat dalam pengelolaan program sanitasi berbasis masyarakat.

4. Dengan analisis proses kolaborasi Goorden White, peneliti dapat mengetahui dan menganalisis relasi kerja sama antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelola program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS).

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi rekomendasi untuk para aparatur Pemerintah Kabupaten Alor khususnya Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur dalam meningkatkan kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam palayanan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat yang berkelanjutan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, mendasari lahirnya kerangka pikir penelitian seperti pada gambar berikut:

(36)

Gambar Kerangka Pikir

F. Fokus Penelitian.

Focus penelitian dalam penelitian ini yaitu mengenai proses kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.

“Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam Mengelolah Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay Kecamatan Pantar Timur Kabupaten

Alor”

Proses Kolaborasi Goorden White Et.

Al

Tiga Tahapan Dasar Dalam Proses

Kolaborasi: 1. Co-determination 2. Co-financing. 3. Co-production.

Efektif dan Efesien Pengelolaan Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di

(37)

G. Deskripsi Focus.

Adapun sub focus dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga sub yaitu: 1. Kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah adalah bagaimana proses relasi

kerja sama yang spesifik antara masyarakat dan pemerintah di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.

2. PAMSIMAS adalah program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor. 3. Co-determinatian adalah bagaimana proses relasi kerja sama antara

masyarakat dan pemerintah dalam menentukan bersama apa dan bagaimana program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) yang sedang berjalan di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.

4. Co-financing adalah bagaimana proses relasi kerja sama antara masyarakat dan pemerintah dalam menentukan pembiayaan dan cara pembayaran dalam program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) yang sedang berjalan di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.

5. Co-production adalah bagaimana proses relasi kerja sama antara masyarakat dan pemerintah dalam menentukan komitmen waktu dan sumber daya dalam proses program persediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) yang sedang berjalan di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Lokasi Penelitian.

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama dua bulan mulai September – Oktober 2019. Lokasi penelitian ini berada di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.

Tabel 01, Aktifitas dan Waktu Penelitian

No Hari/Tanggal Aktivitas

1 12 September s/d 03 Oktober 2019

Mengurus surat penelitian

2 Senin 07 Oktober 2019 Selasa 08 oktober 2019

Rabu 09 Oktober 2019

Kamis 10 Oktober 2019

Jumad 11 Oktober 2019

Wawancara dengan Kepala Desa Ombay. Wawancara dengan koordinator Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) Desa Ombay.

Wawancara dengan bendahara Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) Desa Ombay.

Wawancara dengan tokoh masyarakat Desa Ombay.

Wawancara dengan salah satu masyarakat Desa Ombay.

(39)

Alasan peneliti mengambil lokasi ini dikarenakan Desa Ombay adalah salah satu desa yang letak geografisnya berbukit dan curah hujan yang sangat rendah serta musim hujan relatif pendek bila dibandingkan dengan musim kemarau.

B. Jenis Penelitian.

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan yang telah diuraikan, peneliti ini akan menggunakan pendekatan kualitatif, Afrizal (2014:13) mengemukakan bahwa “pendekatan penelitian kualitatif adalah metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang terdiri dari pengumpulan data dan menganalisis data baik berupa kata-kata lisan maupun tulisan, perbuatan manusia, dan penelitian ini tidak menghitung atau mengkuantitatifkan data kualitatif yang diperoleh”.

C. Tipe Peneleitian.

Tipe penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskripsi, Moleong (1995:6) menjelaskan bahwa penelitian deskripsi merupakan penelitian yang mendeskripsikan suatu fenomena atau kenyataan sosial berkenaan dengan masalah dan unit yang ingin diteliti.

D. Sumber Data.

Data yang diambil dalam penelitian ini merupakan data yang berhubungan dengan topik penelitian yakni kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelola program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat

(40)

(PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer merupakan data atau informasi yang didapatkan langsung dari informan penelitian dilapangan. Data primer didapatkan dengan menggunakan observasi dan metode wawancara secara mendalam. Adapun data primer adalah kolabarasi antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) di Desa Ombay, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor.

2. Data sekunder merupakan data yang didapatkan atau dikumpulkan dari institusi, dan media yang dapat mendukung, relefan serta dapat diperoleh dari studi kepustakaan, dokumentasi, foto-foto, data statistic, literature-literatur penelitian dan artikel.

E. Informan Penelitian.

Informan adalah orang yang memberikan informasi tentang situasi dan kondisi yang berhubungan dengan Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam Mengelola Program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Desa Ombay Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor. Adapun menjadi informan dalam penelitian ini yaitu: Kaur pembangunan sekaligus merangkap sebagai Koordinator Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) Desa Ombay, Bendahara Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) Desa Ombay, tokoh masyarakat Desa Ombay, masyarakat Desa Ombay.

(41)

Tabel 02, Informan Penelitian.

No Nama Inisial Jabatan Keterangan

1. Yakobus Salli YS Kepala Desa Ombay 1 orang 2 Ramli Syukur RS Koordinator KKM Desa

Ombay

1 Orang

3 Husni Karim HK Bendahara KKM Desa Ombay

1 Orang

4 Kasmat KM Tokoh Masyarakat Desa Ombay

1 Orang

5 Mahadi Deni MD Masyarakat Desa Ombay 1 Orang

F. Teknik pengumpulan data.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan: (1). Wawancara; (2) Studi dokumentasi; (3) Media review; dan (4) Observasi.

1. Wawancara

Wawancara dilakukan guna memperoleh data primer tentang kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam mengelola program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).

2. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan guna mendapatkan data sekunder dengan cara melakukan kajian terhadap data-data dokumen pribadi dan dokumen resmi, baik visual maupun berupa tulisan yang berkaitan dengan kolaborasi masyarakat dan peerintah dalam mengelola program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).

(42)

3. Media review

Melakukan review terhadap pemberitaan, baik cetak maupun on-line yang berkaitan dengan kolaborasi masyarakat dan pemerintah dalam mengelola program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). 4. Observasi.

Melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian secara berulang terhadap suatu objek pengamatan pada tempat yang sama ataupun berbeda. Observasi difokuskan pada pengamatan langsung terhadap masyarakat dan pemerintah dalam mengelolah program Persediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).

G. Teknik Analisis Data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data interaksi dari Miles dan Huberman (1992: 20), yaitu: (1) Reduksi data (data reduction), dengan merangkum atau memilih data-data yang pokok dan memfokuskan pada data-data yang penting serta mencari tema dan pola dari data; (2) Penyajian data (data display), menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk hubungan antara kategori, bagan, dan uraian singkat.; dan (3) Penarikan kesimpulan (verification), penarikan kesimpulan terhadap makna-makna yang muncul dari data.

(43)

Gambar 3.1:

Model Analisis Data Interaksi dari Miles dan Huberman (1992: 20)

H. Pengabsahan data.

Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan: (1). Perpanjangan pengamatan; (2) Peningkatan ketekunan peneliti; dan (3). Triangulasi.

1. Perpanjangan pengamatan.

Peneliti kembali ke lapangan dengan melakukan observasi atau mewawancara kembali untuk mengambil sumber data, baik berupa data baru maupun yang pernah ditemui. Hal ini dilakukan guna menguatkan hubungan peneliti dengan narasumber agar terbangun kondisi yang akrab, terbuka, dan saling memercayai, sehingga dapat menggali dan mendapatkan informasi yang tepat.

2. Peningkatan ketekunan peneliti

Melakukan pengamatan secara lebih tekun dan berkesinambungan, sehingga urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis serta keabsahan data falid.

Data Reduction Data Display Display Conclusions: Drawing/Verifying Data Collection Collection

(44)

3. Triangulasi

Memeriksa keabsahan data dengan menggunakan sumber-sumber lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data tersebut. Tringulasi dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: (1) Triangulasi sumber, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan data yang telah diperoleh dari beberapa sumber; (2) Triangulasi teknik, dengan menguji kredibilitas data melalui teknik yang berbeda namun pengecekan data kepada sumber yang sama; dan (3) Tringulasi waktu, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu dan kondisi yang berbeda.

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi dan Karakteristik Objek Penelitian. 1. Profil Kabupaten Alor.

Keadaan lokasi penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena untuk mengetahui pengaruh terhadap sesuatu permasalahan maka kadang sangat ditentukan oleh beberapa hal yakni geografis dan karakteristik masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu pada sub ini diuraikan gambaran umum tentang wilayah Kabupaten Alor mempunyai batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Ombay dan Timor Leste. c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maluku Barat Daya. d. Sebelah Barat berbatasan Lomblen dan Kabupaten Lembata.

Kabupaten Alor adalah salah satu dari enam belas Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia. Ibu Kota Kabupaten Alor terletak di Kota Kalabahi. Kabupaten Alor merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari lima belas pulau yaitu sembilan pulau yang berpenghuni dan enam pulau yang tidak berpenghuni. Luas wilayah daratan 2.864, 64 km, luas wilayah perairan 10.773, 62 km, dan panjang garis pantai 287,1 km.

Secara geografis kondisi daerah Kabupaten Alor merupakan daerah dengan pengunungan yang tinggi, dibatasi oleh lembah juga jurang yang cukup dalam dan sekitar 60% wilayahnya mempunyai tingkat kemiringan diatas 40%. Dataran tinggi di Kabupaten Alor merupakan daerah yang cocok untuk

(46)

pengembangan pertanian karena mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi sedangkan daerah lereng lebih cocok untuk pengembangan sistem terasering.

Keadan topografi Kabupaten Alor sebagian besar terdiri dari tanah pegunungan yang tinggi yang dibatasi oleh lembah dan jurang yang cukup dalam yang merupakan hambatan umum, sarana komunikasi, dan arus lalu lintas baik itu kendaraan darat maupun kendaraan laut. Kabupaten Alor mempunyai ketinggian antara 6 – 1700 meter dari permukaan laut dan keadaan topografi Kabupaten Alor sebagian besar yaitu 64,25 % dari luas wilayah yang merupakan gunung dan berbukit-bukit dengan kemiringan diatas 40 % seluas 183,993,83 Ha, kemiringan 15-40 % dengan luas 67,691,44 Ha. Gambaran umum topografi Kabupaten Alor.

a. Kemiringan diatas 40 derajat: 64, 25 %. b. Kemiringan 3-40 derajat: 25,61 %. c. Kemiringan 3-15 derajat: 8,69 %. d. Kemiringan 0-3 derajat: 3,45%

Kabupaten Alor memiliki iklim yang tidak menentu sehingga mempunyai banyak hambatan atau masalah yang klasik, selain itu curah hujan juga tidak menentu dan merata dimana musim hujan relatif pendek bila dibandingkan dengan musim kemarau. Keadaan geografis yang berbukit dan wilayah yang terjal merupakan rintangan yang berat untuk percetakan atau perluasan lahan sawah dan ladang untuk tanaman pangan.

Kabupaten Alor juga terdapat aneka ragam bahasa lokal (19 etnolingustik) dan kesenian tradisional, upacara adat dan kearifan lokal. Kabupaten Alor memiliki empat belas bahasa daerah, kebanyakan dari bahasa-bahasa tersebut

(47)

berhubungan dengan bahasa papua, kecuali bahasa yang dipakai oleh beberapa komunitas nelayan didaerah pesisir yang umumnya diakui sebagai bahasa alor.

Wilayah administrasi Kabupaten Alor terdiri dari 175 Desa/Kelurahan yang terbagi dalam 17 Kecamatan. Desa/kelurahan tersebut terbagi lagi menjadi 366 dusun, 709 RW/RK, 1,584 RT yang merupakan pemerintahan dalam wilayah yang lebih kecil.

Tabel 03, Wilayah Administrasi Kabupaten Alor.

No Pembagian Wilayah Administrasi Banyaknya (Jumlah)

1 Jumlah Kecamatan 17

2 Jumlah Desa/Kelurahan 175

3 Jumlah Dusun/Lingkungan 366

4 Jumlah Rukun Warga (RW) 709

5 Jumlah Rukun Tetangga (RT) 1,548

6 Jumlah Penduduk 202,890

7 Jumlah Rumah Tangga 43,907

8 Luas Wilayah km² 2,928,88

9 Kepadatan Penduduk km² 69

Sumber: Kabupaten Alor Dalam Angka 2018

Tabel 04, Banyaknya desa/kelurahan, dusun/lingkungan, RW/RK, RT, dan rumah tangga

Kecamatan Desa/Kel Dusun RW RT Rumah Tangga

Pantar 11 22 45 90 2,033

Pantar barat 7 14 28 56 1,555

Pantar Timur 11 22 44 89 2,481

Pantar barat laut 7 14 28 56 988

(48)

Alor barat daya 20 41 79 163 4,975

Mataru 7 14 28 58 1,290

Alor selatan 14 35 62 123 2,053

Alor timur 10 21 39 86 1,734

Alor timur laut 8 18 4 85 1,987

Pureman 4 9 16 32 802

Teluk mutiara 16 32 77 186 11,185

Kabola 5 11 24 49 1,693

Alor barat laut 19 41 82 166 4,335

Alor tengah utara 14 28 58 116 2,523

Lembur 6 12 24 48 955

Pulau pura 6 12 25 52 1,166

Sumber: Alor Dalam Angka 2018

2. Profil Kecamatan Pantar Timur.

Kecamatan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kabupaten atau kota. Kecamatan terdiri atas desa-desa atau kelurahan-kelurahan. Kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten/kota (PP 19 tahun 2008). Kedudukan kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh camat.

Kecamatan Pantar Timur terletak di Pulau Pantar Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Luas Kecamatan Pantar Timur 141,44 Km dengan letak yang umumnya disepanjang pantai Selatan berbukit dan curah hujan yang sangat rendah dan tidak merata tiap tahun. Musim penghujan relatif pendek bila dibanding musim kemarau.

(49)

Sesuai dengan Perda No. 15 Tahun 2005, Kecamatan Pantar Timur berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara dengan Kecamatan Pantar.

b. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Pantar Tengah. c. Sebelah Timur dengan Selat Pantar.

d. Sebelah Barat dengan Kecamatan Pantar dan Pantar Tengah

Wilayah Administratif Kecamatan Pantar Timur mempunyai wilayah yang terdiri dari 11 Desa/Kelurahan, 22 dusun, 44 Rukun wilayah (RW), 89 Rukun Tetangga (RT), 2.481 rumah tangga, dengan jumlah penduduk sebanyak 11.468 orang dan luas wilayahnya 141,44 Km². Jadi kepadatan penduduk Kecamatan Pantar Timur per km² sebanyak 81 orang/ km. hal ini dapat diliat pada tabel dibawah ini:

Tabel 05, Wilayah Administrasi Kecamatan Pantar Timur

No Pembagian Wilayah Administrasi Banyaknya

1 Jumlah desa/kelurahan 11

2 Dusun/Lingkungan 22

3 Rukun Wilayah 44

4 Rukun Tetangga 89

5 Jumlah rumah tangga (Ruta) 2481

6 Jumlah penduduk 11468

7 Luas wilayah (Km²) 141,44

8 Kepadatan penduduk per Km² 81

(50)

Tabel 06, Luas Wilayah Kecamatan Pantar Timur Dirinci Dari Tiap Desa No Desa/Kelurahan Km² Hektar Persentasi

1 Tereweng 3,74 374 2,64 2 Lalafang 17,44 1744 12,33 3 Nule 28,08 2807 19,85 4 Kaleb 13,15 1314 9,30 5 Bunga Bali 10,42 1041 7,37 6 Kaera 14,96 1496 10,58 7 Lekom 5,53 553 3,91 8 Mawar 22,95 2294 16,23 9 Ombay 7,17 717 5,07 10 Merdeka 8,02 802 5,67 11 Batu 9,98 998 7,05

Sumber: Badan Pertahanan Nasional Kabupaten Alor

Kecamatan Pantar Timur mempunyai penduduk berjiwa 11,468 jiwa, seiring dengan laju pertumbuhan penduduk maka kepadatan penduduk terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat diliat pada tabel di bawah ini:

Tabel 07, Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk No Desa/Kelurahan Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Per Km²) 1 Tereweng 671 179 2 Lalafang 528 30 3 Nule 1006 36 4 Kaleb 1717 131 5 Bunga Bali 921 88 6 Kaera 1010 68 7 Lekom 616 111 8 Mawar 1228 54

(51)

9 Ombay 1174 123

10 Merdeka 1370 171

11 Batu 1519 152

Sumber: Pantar Timur Dalam Angka 2018

3. Profil Desa Ombay.

Desa Ombay merupakan sebuah desa di Kecamatan Pantar Timur yang awalnya berasal dari 2 (dua) kampung yakni kampung Kolijahi dan kampung Bama yang awalnya adalah Desa Batu Dusun I, RW Kolibama (Kolijahi Bama) Kecamatan Pantar. Dengan adanya program pemerintah pusat dalam mempersempit wilayah desa yang luas demi proses administrasi pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan maka para sesepu Kolibama (Kolijahi Bama) membuat gagasan dan kesepakatan untuk membahas berdirinya sebuah desa persiapan.

Dalam rangka proses peralihan status desa persiapan menjadi desa definitif maka diadakan pertemuan sebanyak dua kali dengan melibatkan parah tokoh masyarakat Kolijahi dan Bama. Tempat pertemuan yang digunakan untuk pertemuan ini digunakan dua buah rumah adat yaitu rumah adat Lakatuli di Kolijahi dan rumah adat Wenar di Bama.

Dengan adanya semangat dari masyarakat untuk berdiri sendiri sebagai satu Desa Definitif dan berpisah dengan Desa Batu ( Desa Induk) maka seorang tokoh masyarakat Kolijahi atas nama bapak Iskandar Tolang rela menyerahkan sebidang tanah dengan ukuran 110 x 55 meter persegi untuk dijadikan sebagai lokasi Desa.

(52)

Atas hasil perjuangan para tokoh masyarakat maka Desa yang direncanakan tersebut diberi nama Desa Ombay yakni himpunan dari nama ketiga kampun yaitu Olijasi, Malagulelang, dan Bari. Malagulelang dan Bari adalah dua kampung yang awalnya berada di pedalaman dan pindah turun ke pesisir menjadi satu kampung yang diberi nama Bama (Bari malagulelang).

Pada tahun 1996 terjawablah perjuangan para tokoh masyarakat Kolibama (Kolijahi Bama) yang diakui oleh pemerintah kabupaten untuk berdiri sendiri mendirikan suatu desa persiapan yaitu Desa Ombay.

Pada tahun 2000 Desa persiapan Ombay ditetapkan sebagai salah satu desa definitif, kemudian Pada Tahun 2001 untuk pertama kalinya diadakan proses pemilihan kepala desa definitif. Yang mencalonkan diri untuk menjadi kepala desa yaitu: Akmal Gomang, Yosep Ladang, dan Yancenius Klomang. Dari ketiga calon tersebut, yang menjadi Kepala Desa definitif adalah Akmal Gomang dengan susunan perangkat sebagai berikut:

Gambar 08, Struktur Desa Definitif Ombay KEPALA DESA AKMAL GOMANG SEKERTARIS DESA YOSEP LADANG KEPALA DUSUN I AKMAL LEMA KAUR PEMB ABDULLAH LATIF KAUR BANG AMRAN OLANG KAUR UMUM NASUTION RASJID KEPALA DUSUN II SELFIUS TH, WAANG

(53)

Luas Desa Ombay kurang lebih 676Ha, yang terdiri dari dua dusun yaitu Dusun Kolijahi dan Dusun Bama, dari dua Dusun tersebut mencakup empat rukun warga (RW) dan delapan rukun tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 1174 orang. Pusat pemerintahan berada pada Dusun Kolijahi yang letaknya berada di jalan poros yang jaraknya dari pusat pemerintah Kecamatan kurang lebih 10 Km. Adapun batas wilayah Desa Ombay adalah sebagai berikut:

a. Sebelah timur berbatasan dengan laut pura. b. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kaera. c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Mawar. d. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Batu.

Pertumbuhan suatu desa dapat dilihat dari beberap indikator, salah satu indicator yang sering dipakai untuk melihat keberhasilan pembangunan adalah dengan melihat Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA), Hal ini dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 09. Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) Desa Ombay dapat diliat pada tabel dibawah ini:

Jumlah laki-laki

508 orang

Jumlah perempuan 666 orang

Jumlah keseluruhan 1174 orang

Jumlah kepala keluarga (KK) 250 KK Sumber: Profil Desa Tahun 2018

(54)

Tabel 10. Jenis pekerjaaan di Desa Ombay dapat diliat dari tabel dibawah ini:

No Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan

1 Petani 259 orang 376 orang

2 Buruh tani - -

3 Buruh migran laki-laki - -

4 Buruh migran perempuan - -

5 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 10 orang 9 orang

6 Pengrajin industri rumah tangga - -

7 Pedagang keliling - -

8 Peternak - -

9 Dokter Swasta - -

10 Pension TNI Polri - -

11 Pension PNS 4 orang -

12 Bidan swasta - -

Jumlah 273 orang 385 orang

Sumber: Profil Desa Ombay Tahun 2018

Dengan adanya tingkat pendidikan adalah salah satu factor yang dapat membantu pemerintah dalam menjalankan suatu program atau kebijakan untuk mensejahterakan masyarakat dan mamujakan tingkat perekonomian. Tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat untuk mendorong tumbuhnya keterampilan dan membantu pemerintah dalam mengentaskan suatu program atau kebijakan, tetapi jika tingkat pendidikan rendah maka akan menghambat program pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat dan memajukan tingkat perekonomian. Hal ini dapat diliat pada table dibawah ini:

(55)

Tabel 11. Tingkat pendidikan warga masyarakat desa ombay dapat dliat pada tabel dibawah ini:

No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan

1 Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 24 orang 34 orang 2 Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play grup 28 orang 37 orang 3 Usia 7-18 tahun yang tidak perna sekolah - - 4 Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 147 orang 166 orang 5 Usia 18-56 tahun tidak perna sekolah - - 6 Usia 18-56 tahun tidak tamat SD 2 orang 3 orang

7 Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTP - -

8 Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA - -

9 Tamat SD/ sederajat 202 orang 294 orang

10 Tamat SMP sederajat 27 orang 40 orang

11 Tamat SMA sederajat 24 orang 36 orang

12 Tamat D1 sederajat - -

13 Tamat D2 sederajat - -

14 Tamat D3 sederajat 6 orang 8 orang

15 Tamat S1 sederajat 13 orang 17 orang

16 Tamat S2 sederajat - -

17 Tamat S3 sederajat - -

18 Tamat SLBA - -

19 Tamat SLBB - -

20 Tamat SLBC - -

Jumlah 473 orang 635 orang

Jumlah Total 508 orang 666 orang

(56)

Jumlah penduduk berdasarkan agama diperlukan untuk merencanakan penyediaan sarana dan prasarana peribadatan serta merencanakan suatu program kegiatan yang berkaitan dengan kerukunan antara umat beragama, pada tabel dibawah ini dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan table di bawah ini.

Tabel 12. Agama yang terdapat di Desa Ombay dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

No Agama Laki-Laki Perempuan

1 Islam 345 orang 383 orang

2 Kristen 163 orang 283 orang

3 Katolik - -

4 Hindu - -

5 Budha - -

6 Konghucu - -

7 Kepercayaan Kepada Tuhan YME - -

8 Aliran Kepercayaan Lainnya - -

Jumlah 508 Orang 666 Orang

Sumber: Profil Desa Ombay

B. Hasil Penelitian.

1. Kolaborasi Antara Masyarakat dan Pemerintah Dalam Mengelolah Program PAMSIMAS di Desa Ombay Dalam Bentuk Co-determination.

Peranan pemerintah desa bekerja sama dengan masyarakat dalam program PAMSIMAS dapat dilihat dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah seperti mengidentifikasi persoalan terkait air minum dan sanitasi berbasis masyarakat, mengumpulkan informasi-informasi dari masyarakat terkait air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.

Gambar

Tabel 09. Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) Desa Ombay dapat diliat pada  tabel dibawah ini:
Tabel 10. Jenis pekerjaaan di Desa Ombay dapat diliat dari tabel dibawah ini:
Tabel  11.  Tingkat  pendidikan  warga  masyarakat  desa  ombay  dapat  dliat  pada  tabel dibawah ini:
Tabel  12.  Agama  yang  terdapat  di  Desa Ombay  dapat  dilihat  dari tabel  dibawah  ini:
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hakekat belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian diterapkannya pada kehidupan yang

Bambu digolongkan hasil hutan non kayu, ditanam hanya 1 (satu) kali, kemudian dilakukan tebang pilih dan pemeliharaan terus menerus. Apabila dipelihara dengan

Jurnal skripsi yang disusun oleh : Ria Novita Sari, Nomor Induk Mahasiswa E1M012055, Program Studi Pendidikan Kimia dengan judul skripsi “Pengaruh Model

Dalam hal ini bertindak atas nama dan untuk Kantor Arsip Daerah Kabupaten Badung, dan selanjutnya disebut dengan PIHAK KEDUA. Menyatakan telah mengadakan serah terima arsip-arsip

(2) Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir tahun anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi yang merupakan langkah-langkah kebijakan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan self efficacy siswa terhadap kelompok peminatan pada siswa

Dengan demikian C karbonil dari 2-metoksibenzaldehida maupun 4- metoksibenzaldehida lebih mudah diserang oleh ion enolat dari asetofenon yang merupakan

Batako dengan campuran cangkang kelapa sawit dapat berpotensi dalam pengaplikasian batako untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan rendah non struktur