• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-45 UNS Tahun 2021

“Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam

Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka”

Strategi Pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Trekking Mangrove Taman

Nasional Karimunjawa

Susi Sumaryati, Kuswadi, dan Yulifa Devi Dwijayanti

Balai Taman Nasional Karimunjawa, Jl. Sinar Waluyo Raya no. 248 Semarang 50723

Abstrak

Taman Nasional Karimunjawa merupakan kawasan konservasi yang terletak di utara Laut Jawa dengan luas kawasan mencapai 111.625 Ha. Kawasan ini memiliki tipe ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, pantai, mangrove, terumbu karang, dan lamun. Mangrove yang berada di kawasan ini memiliki luas sekitar 222,2 Hektar. Berada dalam dua zona yaitu zona pemanfaatan dan zona rimba. Mangrove yang berada di zona pemanfaatan memiliki fasilitas berupa trekking mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi pengelolaan obyek daya tarik wisata trekking mangrove. Metode yang digunakan adalah Focus Group

Discussion (FGD). Melalui diskusi terfokus ini terbahas isu-isu yang dihadapi pada

pengelolaan trekking mangrove. Hasil FGD dianalisis menggunakan analisis SWOT (Strength,

Weakness, Opportunities danThreats). Dari hasil analisis SWOT diketahui bahwa pengelolaan

obyek dan daya tarik wisata trekking mangrove taman nasional karimunjawa terletak pada kuadran I yaitu pengembangan. Posisi ini menunjukkan bahwa pengelolaan yang ada saat ini telah dilakukan dengan baik, namun terdapat ancaman yang harus dihadapi dalam pengelolaannya. Ancaman yang ada dapat dihadapi dengan menggunakan peluang yang ada. Jenis strategi yang harus dilakukan untuk mempertahankan kondisi saat ini adalah dengan menggunakan untuk mengambil keunggulan pada setiap kesempatan yang ada. Alternatif strategi SO adalah terjaminnya pengelolaan keanekaragaman hayati di Taman Nasional Karimunjawa, terjaminnya sosialisasi peraturan perundangan, terjaganya kerja sama yang telah terjadi antara Balai Taman Nasional Karimunjawa dengan stakeholder, terjaminnya sarana dan prasarana wisata alam di trekking mangrove.

Kata kunci : daya tarik wisata, trekking mangrove, taman nasional

Pendahuluan

Kepulauan Karimunjawa terdiri dari 27 pulau yang terbentang di perairan utara Laut Jawa. Seluas 111.625 Ha dari kepulauan ini merupakan kawasan konservasi bernama Taman Nasional Karimunjawa. Kepulauan ini secara administratif adalah Kecamatan Karimunjawa bagian dari Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Karimunjawa terdiri dari

(2)

empat desa yaitu Desa Parang, Desa Nyamuk, Desa Kemujan dan Desa Karimunjawa. Populasi penduduk mencapai lebih dari 9784 jiwa yang mendiami lima pulau utama yaitu Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau Nyamuk, dan Pulau Genting. Perairan Karimunjawa berawal dari status cagar alam yang selanjutnya diubah menjadi kawasan konservasi dengan bentuk taman nasional. Menurut undang-undang nomor 5 tahun 1990 menyatakan, taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuaan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Kawasan taman nasional dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan keperluan. Zonasi di Taman Nasional Karimunjawa terdiri dari sembilan zona yaitu zona inti, zona rimba, zona perlindungan bahari, zona pemanfaatan darat, zona pemanfaatan wisata bahari, zona budidaya bahari, zona religi, zona rehabilitasi dan zona tradisional perikanan (Balai Taman Nasional Karimunjawa, 2020).

Taman Nasional Karimunjawa memiliki lima tipe ekosistem yaitu, ekosistem terumbu karang, lamun, pantai, mangrove dan hutan hujan tropis dataran rendah. Luas hutan mangrove yang menjadi kawasan taman nasional adalah 222,20 Hektar. Penggalian potensi hutan mangrove di Taman Nasional Karimunjawa dilaksanakan pada tahun 2002 untuk mengetahui keanekaragaman, dominasi, penyebaran jenis serta pemanfaatan yang ada di Taman Nasional Karimunjawa. Dari kegiatan ini teridentifikasi 39 jenis mangrove. Di tahun 2013 dilakukan kegiatan inventarisasi yang mendapatkan penambahan 9 jenis, sehingga total sampai dengan saat ini teridentifikasi 45 jenis mangrove.

Dalam pengelolaannya, mangrove yang masuk dalam kawasan taman nasional Karimunjawa berada dalam dua zona yaitu zona rimba dan zona pemanfaatan darat. Mangrove yang berada di zona pemanfaatan darat dikembangkan untuk kepentingan kegiatan wisata alam, seperti rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, kegiatan penunjang budidaya. Bentuk dari pengembangan tersebut adalah dibangunnya Trekking Mangrove Taman Nasional Karimunjawa. Pembangunan fasilitas ini direncanakan dari tahun 2009, tahapan awal dimulai sejak tahun 2010 sampai dengan 2018. Pengelolaan hutan mangrove oleh Taman Nasional Karimunjawa mengacu pada tujuan pemanfaatan kawasan yang menjadi fungsi dari taman nasional. Mangrove yang berada di zona pemanfaatan memiliki fasilitas berupa trekking mangrove. Pemanfaatan mangrove secara lestari melalui kegiatan wisata yang bertanggung jawab terhadap lingkungan merupakan nilai dasar dari ekowisata. Pengelolaan trekking mangrove membutuhkan ketepatan agar tidak memberikan dampak negatif terhadap ekosistem mangrove yang berada di sekitar trekking.

(3)

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi pengelolaan obyek daya tarik wisata trekking mangrove Taman Nasional Karimunjawa.

Metode

Metode yang digunakan adalah Focus Group Discussion (FGD). Melalui diskusi

terfokus ini terbahas isu-isu yang dihadapi pada pengelolaan trekking mangrove. Metode ini

dilakukan untuk mendapatkan data dari diskusi kelompok, sehingga diperoleh informasi yang mendalam dari berbagai aspek. Isu-isu yang terhimpun dari FGD dikelompokan menjadi empat

untuk dianalisis menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities

danThreats).

Hasil dan Pembahasan

Taman Nasional Karimunjawa mengelola kawasan berdasarkan sistem zonasi. Pembagian ruang melalui sistem zonasi dilakukan secara pastisipatif, sehingga tercapai suatu kesepakatan antara pihak taman nasional dengan masyarakat setempat. Zonasi ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKA No. SK. 79/IV/IV-SET/2012 tentang Zonasi Taman Nasional Karimunjawa. Kawasan Trekking Mangrove Taman Nasional Karimunjawa merupakan zona pemanfaatan darat. Dalam peruntukannya, zona ini digunakan untuk kepentingan kegiatan wisata alam baik bahari maupun wisata alam lainnya, rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, kegiatan penunjang budidaya. Zona ini merupakan ruang yang disediakan oleh taman nasional untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata alam dan jasa lingkungan. Jenis aktivitas yang bisa dilakukan adalah kegiatan perlindungan dan pengamanan; inventarisasi dan monitoring sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; penelitian dan pengembangan pendidikan dan penunjang budidaya; pengembangan potensi dan daya tarik wisata alam; pembinaan habitat dan populasi; pengusahaan pariwisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan; pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan, penelitian, pendidikan, wisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan.

Taman Nasional Karimunjawa dapat ditempuh melalui laut dan udara. Transportasi udara ditempuh dari Bandara A. Yani di Semarang menuju Bandara Dewadaru di Pulau Kemujan. Namun saat ini, transportasi yang rutin tersedia adalah transportasi laut dengan menggunakan kapal KM Siginjai dan KM Expres Bahari. Jarak tempuh dari Jepara menuju Karimunjawa adalah 45 mil laut atau sekitar 90km. Perjalanan dengan menggunakan KM Siginjai

(4)

membutuhkan waktu tempuh sekitar lima jam. Perjalanan dengan menggunakan KM Express Bahari membutuhkan waktu tempuh sekitar dua jam. Kedua pelayaran tadi dimulai dari Pelabuhan Pantai Kartini di Jepara untuk tujuan Pelabuhan Karimunjawa di Karimunjawa.

Aksesibilitas di Taman Nasional Karimunjawa dilakukan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang ada di Kepulauan Karimunjawa, namum berkembang untuk memenuhi kebutuhan wisata. Kepulau Karimunjawa memiliki keunikan, salah satunya adalah fenomena menyatunya dua pulau utama yaitu Pulau Karimunjawa dengan Pulau Kemujan. Endapan lumpur yang terjebak pada ekosistem mangrove menjadikan dua pulau yang terkesan menyatu. Pembangunan jembatan antara dua pulau membuat sebagian besar pengunjung tidak sadar bahwa mereka telah melakukan perjalanan lintas pulau. Areal yang terhubung oleh jembatan ini dikenal dengan nama Terusan. Keunikan ekosistem mangrove mendorong pihak taman nasional untuk memperkenalkan fungsi ekologis mangrove. Taman Nasional Karimunjawa membangun fasilitas wisata berupa trekking mangrove. Secara administrative, trekking mangrove terletak di Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa. Jarak antara Desa Karimunjawa dengan Desa Kemujan, lebih kurang 20 Km. Kawasan Trekking Mangrove Taman Nasional Karimunjawa terletak di zona pemanfaatan darat di hutan mangrove. Luas zona pemanfaatan darat di hutan mangrove ini adalah 30 Ha. Trekking Mangrove diresmikan oleh Bibit Waluyo, Gubernur Jawa Tengah pada tahun 2012. Menuju trekking mangrove dapat ditempuh melalui jalur darat menggunakan mobil atau sepeda motor. Perjalanan akan melalui jalan beraspal selebar 4 meter dengan pemandangan pantai di sisi barat pulau. Jarak tempuh dari Dermaga Karimunjawa menuju ke trekking adalah 11,6 Km. Trekking Mangrove Taman Nasional Karimunjawa memiliki fasilitas: gapura masuk, menara pengawas, pusat informasi, trekking, sunset area, shelter, landmark, papan informasi, dan toilet.Trekking mangrove memiliki jalur sepanjang 1.377 meter. Pembangunan trekking mangrove ini dilaksanakan dalam dua tahap di tahun 2010 dan 2011, yang dilengkapi sebuah bangunan sebagai pusat informasi mangrove. Di pusat informasi ini terdapat poster yang menjelaskan tentang manfaat dan jenis mangrove, satwa yang dapat dijumpai di sekitar mangrove serta aktivitas selama melakukan perjalanan di jalur ini. Trekking mangrove ini memiliki manfaat sebagai obyek wisata alam dan membawa misi pendidikan lingkungan.

Kawasan mangrove Taman Nasional Karimunjawa memiliki luas total 222,22 Ha. Hasil inventarisasi menyatakan bahwa kawasan ini mempunyai 45 jenis mangrove yang terdiri dari 27 jenis mangrove sejati dan 18 Jenis mangrove. Penilaian terhadap terhadap kondisi mangrove pada trekking mangrove, dilakukan dengan menggunakan metode survei. Pemantauan dilakukan pada tiga stasiun. Jenis substrat di tiga stasiun merupakan substrat lumpur berpasir.

(5)

Di stasiun 1 kerapatannya 3000± 400 pohon/ha, dengan rata-rata penutupan 78,67 ± 2,95 %. Jenis yang dominan dijumpai pada stasiun 1 adalah Ceriops tagal. Persentase tutupan mangrove di stasiun 1 adalah sedang. Di stasiun 2 kerapatannya 1533,3 ± 338 pohon/ha, dengan rata-rata penutupan 65,03 ± 2,56 %. Jenis yang dominan dijumpai pada stasiun 2 adalah

Lumnitzera racemosa. Persentase tutupan mangrove di stasiun 2 adalah sedang. Di stasiun 3

kerapatannya 1600 ± 351 pohon/ha, dengan rata-rata penutupan 81,34 ± 1,10 %. Jenis yang dominan dijumpai pada stasiun 3 adalah Ceriops tagal. Persentase tutupan mangrove di stasiun 3 adalah padat. Hasil penilaian yang didasarkan pada persentase penutupan, dominasi jenis dan kerapatan, menunjukkan bahwa kesehatan mangrove di areal trekking mangrove dalam kondisi Baik.

Analisis Isu Pengelolaan

Dalam Focus Group Discussion (FGD) terangkum berbagai macam isu diantaranya tentang eksosistem mangrove, pengambilan satwa, sampah pada aktivitas wisata, fasilitas trekking dan lain-lain. Berbagai macam isu tersebut kemudian dikelompokkan menjadi empat yaitu Kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Ancaman (Threats) dan Peluang (Opportunities). Tiap kelompok terdiri dari dari lima sub tema yang disusun secara acak. Dari lima sub tema tersebut diberikan nilai antara -1 sampai dengan 1, hasil skoring seperti pada Tabel 1. Hasil skoring disajikan dalam sistem koordinat kartesius, sehingga terlihat sebaran dari skoring terhadap tiap tema. Sebaran tersebut terjadi dalam bentuk grafik scatter plot. Sebaran koordinat terbagi pada bidang grafik yang disebut kuadran. Penggunaan kuadran pada analisis SWOT digunakan untuk membantu pemahaman terhadap permasalahan sehingga dapat menjelaskan secara objekif dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal (Gurel, 2017). Empat kuadran pada matriks SWOT adalah kuadran I (SO), kuadran II (WO), kuadran III (WT) dan kuadran IV (ST). Pembahasan akan dilakukan terhadap faktor yang berpengaruh antara kekuatan dengan peluang (SO), kelemahan dengan peluang (WO), kelemahan dengan ancaman (WT), kekuatan dengan ancaman (ST). Sebaran pada tiap kuadran akan dibahas dengan tujuan untuk memberikan gambaran terhadap faktor-faktor yang paling berpengaruh. Langkah selanjutnya adalah penghitungan jumlah skor pada Kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Ancaman (Threats) dan Peluang (Opportunities). Penghitungan ini dilakukan untuk analisis internal dan analisis eksternal. Adapun identifikasi terhadap isu pengelolaan yang dimasukkan dalam masing-masing kategori diambilkan dari berbagai sumber review dokumen dan laporan kegiatan dan hasil FGD.

(6)

Skoring pada sub tema yang terdapat di tiap Kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Ancaman (Threats) dan Peluang (Opportunities) dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut menunjukkan skor kekuatan 4,7; skor kelemahan -3.8; skor peluang 3,6; dan skor ancaman -2,8. Dari skor ini maka dilakukan perhitungan untuk dapat melakukan analisis internal dan eksternal sehingga dapat diketahui posisi zonasi Taman Nasoional Karimunjawa terhadap isu yang berkembang.

Tabel 1. Pengelompokan isu dan hasil skoring

Peluang (Opportunities ): skor Kekuatan (Strengths ): skor Kelemahan (Weaknesses ): skor Ancaman (Threat / T) Kekayaan keanekaragaman hayati dan isu lingkungan

pembangunan bidang lingkungan menjadi salah satu pilar penting tercapainya pembangunan ekonomi berkelanjutan. 0.9 Peraturan perundangunda ngan yang memiliki kekuatan hukum tetap 1 Mekanisme penarikan PNBP belum optimal -0.4 Perusakan terhadap fasilitas obyek dan daya tari wisata, vandalisme

-0.9

Pasar jasa lingkungan masih terbuka 0.6 Potensi ODTWA dan jasa lingkungan yang besar 0.9 Beberapa jenis populasi terancam (eg.Sonner atia ovata) -0.9 Akses masyarakat mencari kerang -0.4 Dukungan dari pemerintah pusat dan daerah dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan. 0.7 Ekosistem mangrove di kawasan TN Karimunjawa dalam kondisi baik 1 Sarana informasi tidak informatif -0.8 Pengembangan budidaya perikanan yang tidak sesuai dengan zonasi -0.5 Dukungan dan komitmen dari instansi terkait: pemerintah pusat, daerah, LSM, perguruan tinggi 0.4 Pemeliharaan Sarpras dilakukan setiap tahun 1 Keterlibata n masyarakat di Trekking Mangrove masih kurang -0.9 Sampah wisata di trekking mangrove -0.6 Sarana transportasi menuju ke Karimunjawa semakin lancar 1 Pemenuhan terhadap sarpras wisara alam 0.8 Penangana n sampah wisata di kawasan -0.8 Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar -0.4 3.6 4.7 -3.8 -2.8

Analisis internal didapatkan dari perhitungan antara skor Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses). Analisis eksternal didapatkan dari perhitungan antara skor Ancaman (Threats) dan Peluang (Opportunities). Analisis internal terhadap kekuatan dan kelemahan

(7)

menghasilkan nilai 0,45, sedangkan analisis eksternal terhadap peluang dan ancaman menghasilkan angka 0,40. Hasil perhitungan ini ditampilkan sebagai titik koordinat pada sistem koordinat kartesius, dengan tujuan untuk mengetahui posisi pengelolaan Trekking Mangrove Taman Nasional Karimunjawa pada kuadran. Gambar 2 menunjukkan posisi Taman Nasional Karimunjawa berdasarkan analisis internal dan eksternal dengan nilai koordinat (0,45; 0,40). Analisis eksternal dan internal menunjukkan posisi Taman Nasional Karimunjawa pada kuadran I.

Gambar 2. Diagram SWOT menunjukkan posisi pengelolaan trekking mangrove terletak pada kuadran I yaitu Pengembangan

Dari hasil analisis SWOT diketahui bahwa pengelolaan obyek dan daya tarik wisata trekking mangrove taman nasional karimunjawa terletak pada kuadran I yaitu pengembangan. Posisi ini menunjukkan bahwa pengelolaan yang ada saat ini telah dilakukan dengan baik, namun terdapat ancaman yang harus dihadapi dalam pengelolaannya. Ancaman yang ada dapat dihadapi dengan menggunakan peluang yang ada. Jenis strategi yang harus dilakukan untuk mempertahankan kondisi saat ini adalah dengan menggunakan untuk mengambil keunggulan pada setiap kesempatan yang ada. Alternatif strategi SO meliputi terjaminnya pengelolaan keanekaragaman hayati di Taman Nasional Karimunjawa, terjaminnya sosialisasi peraturan perundangan, terjaganya kerja sama yang telah terjadi antara Taman Nasional Karimunjawa dengan stakeholder dan terjaminnya sarana dan prasarana wisata alam di trekking mangrove (Tabel 2). -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 S W O T KUADRAN I (SO) Pengembangan KUADRAN II (WO) Stabilitas KUADRAN III (WT)

(8)

Tabel 2. Matriks strategi SO, WO, WT, dan ST.

Peluang (Opportunities ): Kekuatan (Strengths ): Strategi SO

a.Kekayaan keanekaragaman hayati dan isu lingkungan pembangunan bidang

lingkungan menjadi salah satu pilar penting tercapainya pembangunan ekonomi berkelanjutan.

b.Pasar jasa lingkungan masih terbuka

c.Dukungan dari pemerintah pusat dan daerah dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan

d.Dukungan dan komitmen dari instansi terkait: pemerintah pusat, daerah, LSM, perguruan tinggi e.Sarana transportasi menuju ke Karimunjawa semakin lancer

a.Peraturan

perundangundangan yang memiliki kekuatan hukum tetap

b.Potensi ODTWA dan jasa lingkungan yang besar c.Ekosistem mangrove di kawasan TN Karimunjawa dalam kondisi baik

d.Pemeliharaan Sarpras dilakukan setiap tahun e.Pemenuhan terhadap sarpras wisara alam

1.Terjaminnya pengelolaan keanekaragaman hayati di Taman Nasional Karimunjawa 2.Terjaminnya sosialisasi peraturan perundangan 3.Terjaganya kerja sama yang telah terjadi antara Balai Taman Nasional Karimunjawa dengan stakeholder

4.Terjaminnya sarana dan prasarana wisata alam di trekking mangrove

Kesimpulan

1. Dari perhitungan nilai kerapatan dan persentase tutupan mangrove menunjukkan bahwa kesehatan mangrove di Trekking Mangrove Taman Nasional Karimunjawa dalam kondisi Baik.

2. Dari hasil analisis SWOT diketahui bahwa pengelolaan obyek dan daya tarik wisata trekking mangrove taman nasional karimunjawa terletak pada kuadran I yaitu pengembangan. Posisi ini menunjukkan bahwa pengelolaan yang ada saat ini telah dilakukan dengan baik, namun terdapat ancaman yang harus dihadapi dalam pengelolaannya.

3. Strategi pengelolaan trekking mangrove adalah terjaminnya pengelolaan keanekaragaman hayati di Taman Nasional Karimunjawa, terjaminnya sosialisasi peraturan perundangan, terjaganya kerja sama yang telah terjadi antara Balai Taman Nasional Karimunjawa dengan stakeholder, terjaminnya sarana dan prasarana wisata alam di trekking mangrove.

(9)

Daftar Pustaka

Balai Taman Karimunjawa. (2020). Laporan Kegiatan Evaluasi Zonasi Balai Taman Nasional Karimunjawa Tahun 2020. Balai Taman Nasional Karimunjawa, Semarang.

Balai Taman Nasional Karimunjawa. (2017). Laporan kegiatan Monitoring Aktivitas Pengunjung SPTN II Karimunjawa. Balai Taman Nasional Karimunjawa, Semarang. Balai Taman Nasional Karimunjawa. (2020). Laporan Capaian Renstra 2015-2019. Balai

Taman Nasional Karimunjawa, Semarang.

Balai Taman Nasional Karimunjawa. (2020). Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa. Balai Taman Nasional Karimunjawa, Semarang.

BPS Kabupaten Jepara. (2020). Kecamatan Karimunjawa Dalam Angka 2020. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara, Jepara.

Gurel, E. (2017). SWOT Analysis Theoretical Review. The Hournal of International Research,

10(51).

Robert Kay & Jackie Alder. (1999). Coastal Planning and Management. E & FN Spoon, London and New York.

Sumaryati, S. & Kuswadi. (2017). Strategi Konservasi Spesies Pada Kawasan Konservasi : Studi Kasus Program Konservasi Penyu di Taman Nasional Karimunjawa. Universitas Sam Ratulangi-Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Manado.

Tarigan, R. (2005). Perencanaan Pembangunan Wilayah:Edisi Revisi. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Yusuf, M. (2007). Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Kawasan Taman Nasional Karimunjawa Secara Berkelanjutan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Gambar

Gambar 2. Diagram SWOT menunjukkan posisi pengelolaan trekking mangrove terletak pada  kuadran I yaitu Pengembangan

Referensi

Dokumen terkait

(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) tidak mengambil keputusan bersama dengan Bupati terhadap rancangan peraturan daerah

Sedangkan malaikat lebih utama daripada lainnya dalam hal ini, baik karena mereka itu mengetahui bahwa Allah adalah Dzat Yang tiada Tuhan selain Dia, dan

Hal ini dapat dilihat apakah dalam pelaksanaannya sistem dan fasilitas parkir yang sudah tersedia dapat memenuhi kebutuhan atau menampung jumlah kendaraan yang akan menggunakan

Penelitian, pengembangan dan perakitan inovasi teknologi dan model usahatani lahan rawa pada tahun 2015 hingga 2019 terdiri atas 7 sub program prioritas, yaitu:

Asesmen skema sertifikasi jabatan Desainer Grafis Muda (Junior Graphic Designer) direncanakan dan disusun untuk menjamin bahwa verifikasi persyaratan skema sertifikasi

Jika dibandingkan dengan hasil regresi yang menyatakan bahwa UMR memiliki hubungan signifikan positif, hal ini dapat disebabkan karena Indonesia merupakan negara

Hasil dari penelitian ini yaitu membangun suatu sistem aplikasi Shipbroker berbasis web pada PT Samudera Perdana Transpotama, dengan adanya sistem ini user

a. Memahami dan mentaati peraturan Universitas, Sekolah Pascasarjana atau Fakultas, dan Program Studi serta berbagai persyaratan selama masa studi. Mahasiswa memiliki