KATA PENGANTAR
Sesuai Keputusan Ketua KI Pusat No. 07/KEP/KIP/VIII/2014 tentang Bidang Tugas Anggota Komisi Informasi Pusat, Bidang Tugas Kelembagaan telah menyusun “Laporan Kerja Bidang Kelembagaan, Agustus 2013-2015”. Laporan ini disusun untuk melaksanakan tanggung jawab Bidang Tugas Kelembagaan di Komisi Informasi Pusat untuk menyampaikan capaian kinerja fungsi dan tugasnya secara berkala.
Laporan Kerja menjelaskan dan menjabar beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Bidang Tugas Kelembagaan dalam periode Agustus 2013 hingga 2015. Kegiatan-kegiatan tersebut terbagi dalam 2 bagian besar sesuai ruang lingkup tugas Bidang Kelembagaan. Kedua bagian tersebut yaitu Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Internal Organisasiyang meliputi kegiatan Manajemen Sumber Daya Manusia, Anggaran, dan Tata Kelola; dan Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Eksternal Organisasi yang meliputi kegiatan Kerja Sama Kelembagaan.
Pada bagian pertama, terdapat 7 (tujuh) kegiatan internal organisasi yang mencakup diantaranya kegiatan internal kelembagaan seperti mengenai kepegawaian KI Pusat, penyusunan SOP tata kelola KI Pusat hingga review penyusunan anggaran tahun 2014. Selain itu dalam bagian ini juga membahas berbagai kegiatan penyusunan rancangan regulasi di bidang kelembagaan. Yaitu rancangan peraturan KI tentang pedoman pelaksanaan seleksi dan penetapan anggota KI, rancangan pedoman uji konsekuensi, rancangan peraturan KI tentang tata naskah dinas dan rancangan peraturan KI tentang kode etik.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... iii
I. Gambaran Umum ... 1 II. Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan
Kegiatan Internal Organisasi ... 6 1. Review Penyusunan Anggaran Tahun 2014 ... 6 2. Kepegawaian Komisi Informasi Pusat ... 9 3. Penyusunan Regulasi Bidang Tugas Kelembagaan
Komisi Informasi ... 16 a) Rancangan Peraturan KI tentang Pedoman
Pelaksanaan Seleksi dan Penetapan Anggota Komisi Informasi ... 17 b) Rancangan Pedoman Uji Konsekuensi ... 18 c) Rancangan Peraturan Komisi Informasi tentang
Tata Naskah Dinas ... 18 d) Rancangan Peraturan Komisi Informasi tentang
Kode Etik ... 19 4. Policy Paper Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota
Komisi Informasi ... 19 5. Kajian Kelembagaan Sekretariat KI ... 39 6. Penyusunan SOP tata kelola KI Pusat bekerjasama
dengan AIPD yang dilaksanakan oleh Pattiro ... 41 7. Penyusunan Renstra 2014 – 2019 bekerjasama dengan
Indonesia Parlementary Centre (IPC) ... 43 8. Forum Group Discussion Pengujian Konsekuensi ... 45 III. Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan
Kegiatan Eksternal Organisasi ... 46 1. Penganugerahan dan Penilaian Mandiri Keterbukaan
Informasi Publik tahun 2013 ... 46 Pada bagian kedua, yaitu Pelaksanaan Kebijakan dan
Kajian Pengembangan Kegiatan Eksternal Organisasi terdiri dari 6 (enam) kegiatan eksternal organisasi. Diantaranya mencakup penganugerahan dan penilaian mandiri keterbukaan informasi publik tahun 2013, kerjasama antar lembaga
pengembangan jaringan kelembagaan dan kerja sama organisasi internasional. Dalam ruang lingkup hubungan KI Pusat dengan KI di daerah, Bidang Tugas Kelembagaan melaksanakan kegiatan berikut, yaitu
informasi provinsi, asistensi & konsultasi kelembagaan komisi informasi provinsi dan audiensi kelembagaan antara Komisi Informasi Pusat dengan lembaga negara lainnya
Demikian Laporan Kerja Bidang Kelembagaan, Agustus 2013-2015 ini dibuat. Semoga
pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Informasi dapat meningkatkan kinerja Komisi Informasi dengan peraturan perunda
Jakarta,
Komisi Informasi Pusat Bidang Tugas Kelembagaan
Komisioner,
John Fresly
Pada bagian kedua, yaitu Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Eksternal Organisasi terdiri dari 6 (enam) kegiatan eksternal organisasi. Diantaranya mencakup penganugerahan dan penilaian mandiri keterbukaan informasi kerjasama antar lembaga (MoU), dan pengembangan jaringan kelembagaan dan kerja sama organisasi Dalam ruang lingkup hubungan KI Pusat dengan KI di daerah, Bidang Tugas Kelembagaan melaksanakan kegiatan berikut, yaitu pendampingan pembentukan komisi asistensi & konsultasi kelembagaan komisi informasi provinsi dan audiensi kelembagaan antara Komisi Informasi Pusat dengan lembaga negara lainnya.
Demikian Laporan Kerja Bidang Kelembagaan, Agustus 2015 ini dibuat. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Informasi Pusat serta dapat meningkatkan kinerja Komisi Informasi Pusat sesuai
ang-undangan yang berlaku. Jakarta, Agustus 2015 Komisi Informasi Pusat
ang Tugas Kelembagaan Komisioner,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... iii
I. Gambaran Umum ... 1 II. Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan
Kegiatan Internal Organisasi ... 6 1. Review Penyusunan Anggaran Tahun 2014 ... 6 2. Kepegawaian Komisi Informasi Pusat ... 9 3. Penyusunan Regulasi Bidang Tugas Kelembagaan
Komisi Informasi ... 16 a) Rancangan Peraturan KI tentang Pedoman
Pelaksanaan Seleksi dan Penetapan Anggota Komisi Informasi ... 17 b) Rancangan Pedoman Uji Konsekuensi ... 18 c) Rancangan Peraturan Komisi Informasi tentang
Tata Naskah Dinas ... 18 d) Rancangan Peraturan Komisi Informasi tentang
Kode Etik ... 19 4. Policy Paper Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota
Komisi Informasi ... 19 5. Kajian Kelembagaan Sekretariat KI ... 39 6. Penyusunan SOP tata kelola KI Pusat bekerjasama
dengan AIPD yang dilaksanakan oleh Pattiro ... 41 7. Penyusunan Renstra 2014 – 2019 bekerjasama dengan
Indonesia Parlementary Centre (IPC) ... 43 8. Forum Group Discussion Pengujian Konsekuensi ... 45 III. Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan
Kegiatan Eksternal Organisasi ... 46 1. Penganugerahan dan Penilaian Mandiri Keterbukaan
Informasi Publik tahun 2013 ... 46 Pada bagian kedua, yaitu Pelaksanaan Kebijakan dan
Kajian Pengembangan Kegiatan Eksternal Organisasi terdiri dari 6 (enam) kegiatan eksternal organisasi. Diantaranya mencakup penganugerahan dan penilaian mandiri keterbukaan informasi publik tahun 2013, kerjasama antar lembaga
pengembangan jaringan kelembagaan dan kerja sama organisasi internasional. Dalam ruang lingkup hubungan KI Pusat dengan KI di daerah, Bidang Tugas Kelembagaan melaksanakan kegiatan berikut, yaitu
informasi provinsi, asistensi & konsultasi kelembagaan komisi informasi provinsi dan audiensi kelembagaan antara Komisi Informasi Pusat dengan lembaga negara lainnya
Demikian Laporan Kerja Bidang Kelembagaan, Agustus 2013-2015 ini dibuat. Semoga
pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Informasi dapat meningkatkan kinerja Komisi Informasi dengan peraturan perunda
Jakarta,
Komisi Informasi Pusat Bidang Tugas Kelembagaan
Komisioner,
John Fresly
Pada bagian kedua, yaitu Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Eksternal Organisasi terdiri dari 6 (enam) kegiatan eksternal organisasi. Diantaranya mencakup penganugerahan dan penilaian mandiri keterbukaan informasi kerjasama antar lembaga (MoU), dan pengembangan jaringan kelembagaan dan kerja sama organisasi Dalam ruang lingkup hubungan KI Pusat dengan KI di daerah, Bidang Tugas Kelembagaan melaksanakan kegiatan berikut, yaitu pendampingan pembentukan komisi asistensi & konsultasi kelembagaan komisi informasi provinsi dan audiensi kelembagaan antara Komisi Informasi Pusat dengan lembaga negara lainnya.
Demikian Laporan Kerja Bidang Kelembagaan, Agustus 2015 ini dibuat. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi Informasi Pusat serta dapat meningkatkan kinerja Komisi Informasi Pusat sesuai
ang-undangan yang berlaku. Jakarta, Agustus 2015 Komisi Informasi Pusat
ang Tugas Kelembagaan Komisioner,
I. Gambaran Umum
Salah satu syarat atau ciri penting menuju negara yang demokratis adalah dengan adanya keterbukaan informasi publik, sebagaimana sejalan dengan konsideran dalam bagian menimbang Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). Keterbukaan informasi dalam sebuah negara yang demokratis merupakan bagian dari cita-cita masyarakat untuk dapat melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik supaya terbebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Untuk mewujudkan keterbukaan informasi di Indonesia, UU KIP danPeraturan Komisi Informasi Pusat No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik merupakan panduan bagi tiap Badan Publik untuk menjalankan kewajibannya, terutama untuk memberikan standar bagi Badan Publik dalam melaksanakan dan meningkatkan pelayanan Informasi Publik di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan Informasi Publik yang berkualitas serta menjamin pemenuhan hak warga negara untuk memperoleh akses Informasi Publik dan menjamin terwujudnya tujuan penyelenggaraan keterbukaan informasi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik.
Berlandaskan hal di atas, Komisi Informasi Pusat (KI Pusat) sebagai lembaga yang dibentuk berdasarkan UU KIP serta mempunyai tugas untuk menjalankan UU KIP, 2. Kerjasama antar lembaga (MoU) ... 51
3. Pengembangan Jaringan Kelembagaan dan Kerja Sama Organisasi Internasional ... 54 4. Pendampingan Pembentukan Komisi Informasi
Provinsi ... 57 5. Asistensi & Konsultasi Kelembagaan Komisi Informasi
Provinsi ... 63 6. Audiensi Kelembagaan antara Komisi Informasi Pusat
dengan Lembaga Negara lainnya ... 66 LAMPIRAN I. Tabel Daftar Audensi & Konsultasi
LAMPIRAN II. Data Kunjungan Dalam Rangka Pembentukan Komisi Informasi Daerah ke Komisi Informasi Pusat
I. Gambaran Umum
Salah satu syarat atau ciri penting menuju negara yang demokratis adalah dengan adanya keterbukaan informasi publik, sebagaimana sejalan dengan konsideran dalam bagian menimbang Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). Keterbukaan informasi dalam sebuah negara yang demokratis merupakan bagian dari cita-cita masyarakat untuk dapat melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik supaya terbebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Untuk mewujudkan keterbukaan informasi di Indonesia, UU KIP danPeraturan Komisi Informasi Pusat No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik merupakan panduan bagi tiap Badan Publik untuk menjalankan kewajibannya, terutama untuk memberikan standar bagi Badan Publik dalam melaksanakan dan meningkatkan pelayanan Informasi Publik di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan Informasi Publik yang berkualitas serta menjamin pemenuhan hak warga negara untuk memperoleh akses Informasi Publik dan menjamin terwujudnya tujuan penyelenggaraan keterbukaan informasi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik.
Berlandaskan hal di atas, Komisi Informasi Pusat (KI Pusat) sebagai lembaga yang dibentuk berdasarkan UU KIP serta mempunyai tugas untuk menjalankan UU KIP, 2. Kerjasama antar lembaga (MoU) ... 51
3. Pengembangan Jaringan Kelembagaan dan Kerja Sama Organisasi Internasional ... 54 4. Pendampingan Pembentukan Komisi Informasi
Provinsi ... 57 5. Asistensi & Konsultasi Kelembagaan Komisi Informasi
Provinsi ... 63 6. Audiensi Kelembagaan antara Komisi Informasi Pusat
dengan Lembaga Negara lainnya ... 66 LAMPIRAN I. Tabel Daftar Audensi & Konsultasi
LAMPIRAN II. Data Kunjungan Dalam Rangka Pembentukan Komisi Informasi Daerah ke Komisi Informasi Pusat
Setelah ditetapkan, Anggota Komisi Informasi Pusat (Komisioner KI Pusat) segera memulai kegiatan di kantor Komisi Informasi Pusat dan menetapkan Abdulhamid Dipopramono sebagai Ketua Komisi Informasi Pusat. Komisi Informasi Pusat melalui Rapat Pleno pada tanggal 1 Agustus 2013. Penetapan Ketua dan Wakil Ketua tersebut dikukuhkan kembali secara ceremonial melalui prosesi serah jabatan dari Anggota KI Pusat periode sebelumnya kepada anggota yang baru denganserah terima memori akhir jabatan pada tanggal 2 Agustus 2013.
Dalam rangka efisiensi dan efektifitas untuk menjalankan tugas fungsi KI Pusat terutama dalam menyelesaikan tugas-tugas pada masa transisi periode anggota KI Pusat periode sebelumnya, maka perlu dibentuk beberapa Gugus Tugas yang ditugaskan kepada masing-masing memahami bahwa KI Pusat seyogyanya harus menjadi
atau memberikan contoh kepada lembaga lain untuk transparan dalam setiap pelaksanaan kegiatan, dan pengambilan kebijakan dengan cara membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan atau pengambilan kebijakan yang disebarluaskan kepada masyarakat melalui sarana yang mudah diakses oleh publik.
Napak Tilas Pembentukan Pembidangan Kelembagaan KI Pusat
Sesuai amanat Pasal 31 ayat (3) UU KIP menyebutkan bahwa anggota Komisi Informasi Pusat yang telah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat RI selanjutnya ditetapkan oleh Presiden. Oleh karena itu, Anggota Komisi Informasi Pusat Periode 2013-2017 ditetapkan melalui Keputusan Presiden RI No. 85/P Tahun 2013 tertanggal 16 Juli 2013 yang menetapkan nama-nama berikut:
1. Ir. Abdulhamid Dipopramono, M.Si; 2. Dyah Aryani Prastyastuti, SH, MH; 3. Evy Trisulo Dianasari, SH, MH; 4. Dra. Henny S. Widyaningsih, M.Si; 5. John Fresly, SH, LLM;
6. Dr. Rumadi, MA; dan
Setelah ditetapkan, Anggota Komisi Informasi Pusat (Komisioner KI Pusat) segera memulai kegiatan di kantor Komisi Informasi Pusat dan menetapkan Abdulhamid Dipopramono sebagai Ketua Komisi Informasi Pusat. Komisi Informasi Pusat melalui Rapat Pleno pada tanggal 1 Agustus 2013. Penetapan Ketua dan Wakil Ketua tersebut dikukuhkan kembali secara ceremonial melalui prosesi serah jabatan dari Anggota KI Pusat periode sebelumnya kepada anggota yang baru denganserah terima memori akhir jabatan pada tanggal 2 Agustus 2013.
Dalam rangka efisiensi dan efektifitas untuk menjalankan tugas fungsi KI Pusat terutama dalam menyelesaikan tugas-tugas pada masa transisi periode anggota KI Pusat periode sebelumnya, maka perlu dibentuk beberapa Gugus Tugas yang ditugaskan kepada masing-masing memahami bahwa KI Pusat seyogyanya harus menjadi
atau memberikan contoh kepada lembaga lain untuk transparan dalam setiap pelaksanaan kegiatan, dan pengambilan kebijakan dengan cara membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan atau pengambilan kebijakan yang disebarluaskan kepada masyarakat melalui sarana yang mudah diakses oleh publik.
Napak Tilas Pembentukan Pembidangan Kelembagaan KI Pusat
Sesuai amanat Pasal 31 ayat (3) UU KIP menyebutkan bahwa anggota Komisi Informasi Pusat yang telah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat RI selanjutnya ditetapkan oleh Presiden. Oleh karena itu, Anggota Komisi Informasi Pusat Periode 2013-2017 ditetapkan melalui Keputusan Presiden RI No. 85/P Tahun 2013 tertanggal 16 Juli 2013 yang menetapkan nama-nama berikut:
1. Ir. Abdulhamid Dipopramono, M.Si; 2. Dyah Aryani Prastyastuti, SH, MH; 3. Evy Trisulo Dianasari, SH, MH; 4. Dra. Henny S. Widyaningsih, M.Si; 5. John Fresly, SH, LLM;
6. Dr. Rumadi, MA; dan
Dengan telah disahkannya ketiga bidang tugas tersebut, maka Bidang Tugas Kelembagaan
berfungsi dalam ruang lingkup tugas berikut:
Menginjak 1 tahun pelaksanaan tugas dan fungsi Bidang Tugas KI Pusat sesuai amanat yang dituangkan dalam surat Keputusan Ketua KI
2014 tentang Bidang Tugas Anggota Komisi Informasi Pusat, maka bidang tugas Kelembagaan menyusun laporan pelaksanaan kegiatan berdasarkan cakupan tugas sebagaimana yang disebutkan di atas. Penyusunan laporan ini dilaksanakan sebagaimana amanat surat Keputusan, bahwa masing
Dengan telah disahkannya ketiga bidang tugas tersebut, Bidang Tugas Kelembagaan telah dengan resmi berfungsi dalam ruang lingkup tugas berikut:
Menginjak 1 tahun pelaksanaan tugas dan fungsi Bidang esuai amanat yang dituangkan dalam surat Keputusan Ketua KI Pusat No. 07/KEP/KIP/VIII/ 2014 tentang Bidang Tugas Anggota Komisi Informasi Pusat, maka bidang tugas Kelembagaan menyusun laporan pelaksanaan kegiatan berdasarkan cakupan na yang disebutkan di atas. Penyusunan laporan ini dilaksanakan sebagaimana amanat surat Keputusan, bahwa masing-masing Bidang Tugas harus anggota Komisi yang disahkan melalui Keputusan Ketua
Komisi Informasi Pusat RI No. 06/KEP/KIP/VIII/2013 tentang Gugus Tugas Komisioner Komisi Informasi Pusat tertanggal 15 Agustus 2013.
tersebut terdapat 3 Gugus Tugas dengan pembagian sebagai berikut:
Pembagian tersebut berlangsung selama kurang lebih 1 tahun dan diperbaharui melalui Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat RI No. 07/KEP/KIP/VIII
1 September 2014 tentang Bidang Tugas Anggota Komisi Informasi Pusat dengan telah diselesaikannya tugas
dalam masa transisi pergantian periode anggota KI Pusat sebagaimana yang disebutkan dal
sebelumnya. Sebagaimana bawah ini.
anggota Komisi yang disahkan melalui Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat RI No. 06/KEP/KIP/VIII/2013 tentang Gugus Tugas Komisioner Komisi Informasi Pusat l 15 Agustus 2013. Dalam surat keputusan terdapat 3 Gugus Tugas dengan pembagian
Pembagian tersebut berlangsung selama kurang lebih 1 tahun dan diperbaharui melalui Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat RI No. 07/KEP/KIP/VIII/2014 tertanggal 1 September 2014 tentang Bidang Tugas Anggota Komisi Informasi Pusat dengan telah diselesaikannya tugas-tugas dalam masa transisi pergantian periode anggota KI Pusat sebagaimana yang disebutkan dalam surat keputusan sebelumnya. Sebagaimana tergambar dalam flowchart di
Dengan telah disahkannya ketiga bidang tugas tersebut, maka Bidang Tugas Kelembagaan
berfungsi dalam ruang lingkup tugas berikut:
Menginjak 1 tahun pelaksanaan tugas dan fungsi Bidang Tugas KI Pusat sesuai amanat yang dituangkan dalam surat Keputusan Ketua KI
2014 tentang Bidang Tugas Anggota Komisi Informasi Pusat, maka bidang tugas Kelembagaan menyusun laporan pelaksanaan kegiatan berdasarkan cakupan tugas sebagaimana yang disebutkan di atas. Penyusunan laporan ini dilaksanakan sebagaimana amanat surat Keputusan, bahwa masing
Dengan telah disahkannya ketiga bidang tugas tersebut, Bidang Tugas Kelembagaan telah dengan resmi berfungsi dalam ruang lingkup tugas berikut:
Menginjak 1 tahun pelaksanaan tugas dan fungsi Bidang esuai amanat yang dituangkan dalam surat Keputusan Ketua KI Pusat No. 07/KEP/KIP/VIII/ 2014 tentang Bidang Tugas Anggota Komisi Informasi Pusat, maka bidang tugas Kelembagaan menyusun laporan pelaksanaan kegiatan berdasarkan cakupan na yang disebutkan di atas. Penyusunan laporan ini dilaksanakan sebagaimana amanat surat Keputusan, bahwa masing-masing Bidang Tugas harus anggota Komisi yang disahkan melalui Keputusan Ketua
Komisi Informasi Pusat RI No. 06/KEP/KIP/VIII/2013 tentang Gugus Tugas Komisioner Komisi Informasi Pusat tertanggal 15 Agustus 2013.
tersebut terdapat 3 Gugus Tugas dengan pembagian sebagai berikut:
Pembagian tersebut berlangsung selama kurang lebih 1 tahun dan diperbaharui melalui Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat RI No. 07/KEP/KIP/VIII
1 September 2014 tentang Bidang Tugas Anggota Komisi Informasi Pusat dengan telah diselesaikannya tugas
dalam masa transisi pergantian periode anggota KI Pusat sebagaimana yang disebutkan dal
sebelumnya. Sebagaimana bawah ini.
anggota Komisi yang disahkan melalui Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat RI No. 06/KEP/KIP/VIII/2013 tentang Gugus Tugas Komisioner Komisi Informasi Pusat l 15 Agustus 2013. Dalam surat keputusan terdapat 3 Gugus Tugas dengan pembagian
Pembagian tersebut berlangsung selama kurang lebih 1 tahun dan diperbaharui melalui Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat RI No. 07/KEP/KIP/VIII/2014 tertanggal 1 September 2014 tentang Bidang Tugas Anggota Komisi Informasi Pusat dengan telah diselesaikannya tugas-tugas dalam masa transisi pergantian periode anggota KI Pusat sebagaimana yang disebutkan dalam surat keputusan sebelumnya. Sebagaimana tergambar dalam flowchart di
dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 3 September 2013 di Lor In Hotel Sentul, Bogor.
Review penyusunan anggaran Tahun 2014 yang dihadiri oleh Ketua Komisi Informasi Pusat Abdulhamid Dipopramono, Wakil Ketua John Fresly, Komisioner Yhannu Setyawan, Evy Trisulo, dan Henny S. Widyaningsih dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dan program yang akan dicapai oleh Komisioner Periode 2013-2014.
Evy Trisulo menyampaikan dalam Penyusunan Rencana Kerja Anggara Lembaga (RKA-L) Komisi Informasi, hal yang penting untuk diperhatikan adalah penyusunannya harus mengacu pada Standar Biaya Umum (SBU) Tahun 2014, mengacu pada pagu sementara, dan menggunakan aplikasi RKA-L 2014. Dari penyusunan anggaran Tahun 2014 masih terdapat indeks anggaran yang belum sesuai dengan Standar Biaya Umum sehingga perlu diperbaiki. Dalam kegiatan itu juga dihadiri oleh Sekretaris Komisi Informasi Pusat, Kepala Bagian Perencanaan, Tenaga Ahli, Asisten Ahli dan Staf Bagian Perencanaan. Untuk dapat menyusun anggaran yang sesuai dengan regulasi yang berlaku, Komisi Informasi Pusat menghadirkan pejabat dari Direktorat Jendral Anggaran Kementerian Keuangan dan dari Kepala Bagian Penyusunan Anggaran Biro Perencanaan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menjadi narasumber.
menyampaikan capaian kinerja fungsi dan tugasnya secara rutin dan berkala dalam rapat pleno yang dipimpin oleh Ketua KI Pusat.
Laporan pelaksanaan kegiatan ini menjelaskan dan menjabar beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Bidang Tugas Kelembagaan dalam periode tahun 2013-2015. Laporan disusun dalam dua bagian besar sesuai ruang lingkup tugas Bidang Tugas Kelembagaan, sehingga kerangka laporan berbentuk sebagai berikut:
Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Internal Organisasiyang meliputi kegiatan Manajemen Sumber Daya Manusia, Anggaran, dan Tata Kelola
Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Eksternal Organisasi yang meliputi kegiatan Kerja Sama Kelembagaan
II. Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan
Kegiatan Internal Organisasi
1. Review Penyusunan Anggaran Tahun 2014
Penyusunan anggaran Tahun 2014 telah dibahas selama 4 (empat) kali. Pembahasanpertama, kedua dan ketiga dibahas oleh Komisioner Periode 2009-2013, sementara pembahasan keempat dilaksanakan oleh Komisioner Periode 2013-2017. Pembahasan penyusunan anggaran Tahun 2014 dipandang perlu untuk mereview penyusunan anggaran Tahun 2014 yang telah dibahas dan disusun oleh Komisioner periode pertama. Kegiatan review anggaran ini
dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 3 September 2013 di Lor In Hotel Sentul, Bogor.
Review penyusunan anggaran Tahun 2014 yang dihadiri oleh Ketua Komisi Informasi Pusat Abdulhamid Dipopramono, Wakil Ketua John Fresly, Komisioner Yhannu Setyawan, Evy Trisulo, dan Henny S. Widyaningsih dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dan program yang akan dicapai oleh Komisioner Periode 2013-2014.
Evy Trisulo menyampaikan dalam Penyusunan Rencana Kerja Anggara Lembaga (RKA-L) Komisi Informasi, hal yang penting untuk diperhatikan adalah penyusunannya harus mengacu pada Standar Biaya Umum (SBU) Tahun 2014, mengacu pada pagu sementara, dan menggunakan aplikasi RKA-L 2014. Dari penyusunan anggaran Tahun 2014 masih terdapat indeks anggaran yang belum sesuai dengan Standar Biaya Umum sehingga perlu diperbaiki. Dalam kegiatan itu juga dihadiri oleh Sekretaris Komisi Informasi Pusat, Kepala Bagian Perencanaan, Tenaga Ahli, Asisten Ahli dan Staf Bagian Perencanaan. Untuk dapat menyusun anggaran yang sesuai dengan regulasi yang berlaku, Komisi Informasi Pusat menghadirkan pejabat dari Direktorat Jendral Anggaran Kementerian Keuangan dan dari Kepala Bagian Penyusunan Anggaran Biro Perencanaan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menjadi narasumber.
menyampaikan capaian kinerja fungsi dan tugasnya secara rutin dan berkala dalam rapat pleno yang dipimpin oleh Ketua KI Pusat.
Laporan pelaksanaan kegiatan ini menjelaskan dan menjabar beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Bidang Tugas Kelembagaan dalam periode tahun 2013-2015. Laporan disusun dalam dua bagian besar sesuai ruang lingkup tugas Bidang Tugas Kelembagaan, sehingga kerangka laporan berbentuk sebagai berikut:
Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Internal Organisasiyang meliputi kegiatan Manajemen Sumber Daya Manusia, Anggaran, dan Tata Kelola
Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan Kegiatan Eksternal Organisasi yang meliputi kegiatan Kerja Sama Kelembagaan
II. Pelaksanaan Kebijakan dan Kajian Pengembangan
Kegiatan Internal Organisasi
1. Review Penyusunan Anggaran Tahun 2014
Penyusunan anggaran Tahun 2014 telah dibahas selama 4 (empat) kali. Pembahasanpertama, kedua dan ketiga dibahas oleh Komisioner Periode 2009-2013, sementara pembahasan keempat dilaksanakan oleh Komisioner Periode 2013-2017. Pembahasan penyusunan anggaran Tahun 2014 dipandang perlu untuk mereview penyusunan anggaran Tahun 2014 yang telah dibahas dan disusun oleh Komisioner periode pertama. Kegiatan review anggaran ini
anggaran Tahun 2014 yang dimaksudkan agar Komisi Informasi Pusat memiliki Bagian Anggaran tersendiri yang selama ini masih menempel di Kementerian Komunikasi dan Informatika. Melalui kegiatan ini disimpulkan bahwa perlu adanya pembahasan secara khusus terkait dengan pengelolaan anggaran yang secara mandiri dikelola Komisi Informasi dengan memperhatikan kriteria dan syarat-syaratnya serta ditinjau secara struktural berdasarkan keputusan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, mengenai apakah Komisi Informasi dapat bertindak sebagai pengguna anggaran secara langsung atau tidak.
2. Kepegawaian Komisi Informasi Pusat
Sejak terbentuknya Komisi Informasi Pusat tahun 2009, kepegawaian di Komisi Informasi Pusat adalah untuk memberikan dukungan administratif, keuangan dan tata kelola di Komisi Informasi Pusat.Kepegawaian ini terdiri dari Pegawai Negeri Sipil yang berasal dari Kementerian Komunikasi dan Informastik dan Pegawai Non Pegawai Negeri (Pegawai Non PNS).
Bentuk perbaikan manajemen dalam tata kelola kelembagaan di Komisi Informasi Pusat dilakukan dengan cara evaluasi perbaikan kinerja terhadap seluruh pegawai, baik PNS dan Pegawai Non PNS, juga dilakukan rekrutmen terhadap Pegawai Non PNS. Dari paparan yang disampaikan oleh kedua
narasumber tersebut diperoleh gambaran dalam perencanan penganggaran dalam gambar di samping sebagai berikut:
Sementara proses perencanaan dan penganggaran dapat digambarkan sebagai berikut:
Selain membahas mengenai metode atau proses penyusunan anggaran sesuai dengan regulasi yang berlaku, kegiatan ini juga mereview penyusunan
anggaran Tahun 2014 yang dimaksudkan agar Komisi Informasi Pusat memiliki Bagian Anggaran tersendiri yang selama ini masih menempel di Kementerian Komunikasi dan Informatika. Melalui kegiatan ini disimpulkan bahwa perlu adanya pembahasan secara khusus terkait dengan pengelolaan anggaran yang secara mandiri dikelola Komisi Informasi dengan memperhatikan kriteria dan syarat-syaratnya serta ditinjau secara struktural berdasarkan keputusan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, mengenai apakah Komisi Informasi dapat bertindak sebagai pengguna anggaran secara langsung atau tidak.
2. Kepegawaian Komisi Informasi Pusat
Sejak terbentuknya Komisi Informasi Pusat tahun 2009, kepegawaian di Komisi Informasi Pusat adalah untuk memberikan dukungan administratif, keuangan dan tata kelola di Komisi Informasi Pusat.Kepegawaian ini terdiri dari Pegawai Negeri Sipil yang berasal dari Kementerian Komunikasi dan Informastik dan Pegawai Non Pegawai Negeri (Pegawai Non PNS).
Bentuk perbaikan manajemen dalam tata kelola kelembagaan di Komisi Informasi Pusat dilakukan dengan cara evaluasi perbaikan kinerja terhadap seluruh pegawai, baik PNS dan Pegawai Non PNS, juga dilakukan rekrutmen terhadap Pegawai Non PNS. Dari paparan yang disampaikan oleh kedua
narasumber tersebut diperoleh gambaran dalam perencanan penganggaran dalam gambar di samping sebagai berikut:
Sementara proses perencanaan dan penganggaran dapat digambarkan sebagai berikut:
Selain membahas mengenai metode atau proses penyusunan anggaran sesuai dengan regulasi yang berlaku, kegiatan ini juga mereview penyusunan
b) Rekruitmen Pegawai Non Pegawai Negeri Sipil Komisi Informasi Pusat
Manajemen Pegawai Non Pegawai (Pegawai Non PNS) KI Pusat tidak mengenal jenjang karir. Persoalan ini menjadi perhatian Komisioner Komisi Informasi Pusat Periode 2013 – 2017 karena jenjang karir dipandang perlu untuk meningkatkan mutu dan kinerja pegawai di lingkungan Komisi Informasi Pusat. Tentunya dengan mengharapkan sumber daya manusia di Komisi Informasi dapat bekerja secara profesional dan maksimal.
Untuk itu, Komisioner Komisi Informasi Pusat memandang perlu untuk melakukan dan membuat jenjang karir bagi Pegawai Non PNS KI Pusat dengan menggunakan strategi penerapan careerpath bagi Pegawai KI Non PNS dan rekrutmen secara terbuka untuk mengisi formasi Administrasi Umum, Asisten Ahli dan Tenaga Ahli KI Pusat.
Penerapan career path dimulai dengan evaluasi terhadap seluruh Pegawai Non PNS KI Pusat dengan menggunakan metode pendekatan perilaku kerja dan sasaran kerja. Sementara, untuk penerapan career path dilaksanakan untuk posisi tertentu yaitu pada posisi Tenaga Ahli dan pelaksanaan ini telah dimulai pada bulan Januari 2014 melalui pengumuman resmi yang diumumkan kepada seluruh Pegawai Non PNS KI a) Evaluasi Perbaikan Kinerja Pegawai Komisi
Informasi Pusat
i. Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Komisi Informasi Pusat
Evaluasi ini dilakukan dengan mengajukan permintaan ke Inspektorat Jenderal Kementerian KOMINFO dan ke Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk dilakukan Audit Kinerja sesuai peraturan perundang-undangan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Komisi Informasi Pusat.
Evaluasi ini dimaksudkan untuk melakukan perbaikan kinerja yang dilakukan pada awal tahun 2014.
ii. Evaluasi Pegawai Non PNS Komisi Informasi
Pusat
Evaluasi Pegawai Non PNS KI Pusat ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 dengan cara melakukan penilaian secara individual berdasarkan metode sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja. Metode penilaian dengan sasaran kerja pegawai itu meliputi kualitas, kuantitas, dan waktu dan metode penilaian berbasis perilaku kerja meliputi orientasi pelayanan, integritas, komitmen, disiplin dan kerjasama.
b) Rekruitmen Pegawai Non Pegawai Negeri Sipil Komisi Informasi Pusat
Manajemen Pegawai Non Pegawai (Pegawai Non PNS) KI Pusat tidak mengenal jenjang karir. Persoalan ini menjadi perhatian Komisioner Komisi Informasi Pusat Periode 2013 – 2017 karena jenjang karir dipandang perlu untuk meningkatkan mutu dan kinerja pegawai di lingkungan Komisi Informasi Pusat. Tentunya dengan mengharapkan sumber daya manusia di Komisi Informasi dapat bekerja secara profesional dan maksimal.
Untuk itu, Komisioner Komisi Informasi Pusat memandang perlu untuk melakukan dan membuat jenjang karir bagi Pegawai Non PNS KI Pusat dengan menggunakan strategi penerapan careerpath bagi Pegawai KI Non PNS dan rekrutmen secara terbuka untuk mengisi formasi Administrasi Umum, Asisten Ahli dan Tenaga Ahli KI Pusat.
Penerapan career path dimulai dengan evaluasi terhadap seluruh Pegawai Non PNS KI Pusat dengan menggunakan metode pendekatan perilaku kerja dan sasaran kerja. Sementara, untuk penerapan career path dilaksanakan untuk posisi tertentu yaitu pada posisi Tenaga Ahli dan pelaksanaan ini telah dimulai pada bulan Januari 2014 melalui pengumuman resmi yang diumumkan kepada seluruh Pegawai Non PNS KI a) Evaluasi Perbaikan Kinerja Pegawai Komisi
Informasi Pusat
i. Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Komisi Informasi Pusat
Evaluasi ini dilakukan dengan mengajukan permintaan ke Inspektorat Jenderal Kementerian KOMINFO dan ke Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk dilakukan Audit Kinerja sesuai peraturan perundang-undangan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Komisi Informasi Pusat.
Evaluasi ini dimaksudkan untuk melakukan perbaikan kinerja yang dilakukan pada awal tahun 2014.
ii. Evaluasi Pegawai Non PNS Komisi Informasi
Pusat
Evaluasi Pegawai Non PNS KI Pusat ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 dengan cara melakukan penilaian secara individual berdasarkan metode sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja. Metode penilaian dengan sasaran kerja pegawai itu meliputi kualitas, kuantitas, dan waktu dan metode penilaian berbasis perilaku kerja meliputi orientasi pelayanan, integritas, komitmen, disiplin dan kerjasama.
Januari 2014, test psikologi dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2014 dan untuk wawancara dilaksanakan pada tanggal 6 Januari 2014. Dari rangkaian pelaksanaan tes tersebut, hasilnya diumumkan pada tanggal 7 Januari 2014. Dari dua peserta yang mengikuti career path dinyatakan lulus dan mulai mengisi posisi Tenaga Ahli sejak ditetapkan.
ii. Open Recruitment
Open recruitment untuk mengisi posisi administrasi umum, asisten ahli dan tenaga ahli dibuka mulai tanggal 8 hingga 20 Januari 2014. Penerimaan Pegawai Non PNS KI Pusat ini diumumkan melalui website resmi KI Pusat di www.komiinformasi.go.id dengan rincian tahapan yang wajib diikuti oleh peserta meliputi tes tulis, psikotes, wawancara. Sebanyak 16 pelamar mendaftar untuk posisi administrasi umum, 58 pelamar mendaftar sebagai asisten ahli dan 12 pelamar mendaftar untuk posisi tenaga ahli sehingga total keseluruhan pelamar sebanyak 86. Dari total pelamar tersebut kemudian dilakukan seleksi administrasi dan sebanyak 2 pelamar untuk masing-masing posisi asisten ahli dan tenaga ahli tidak memenuhi kualifikasi yang ditentukan sehingga dari hasil seleksi administrasi total pelamar sebelumnya 86 menjadi 84 pelamar.
Pusat untuk mengisi satu posisi tenaga ahli bidang hukum dan satu posisi untuk tenaga ahli bidang komunikasi dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
KI Pusat juga membuka kesempatan bagi seluruh masyarakat umum melalui open recruitment untuk mengisi posisi Administrasi Umum, Asisten Ahli dan Tenaga Ahli Komisi Informasi Pusat. Open recruitment tersebut telah dilaksanakan oleh Komisi Informasi Pusat dibawah kendali Gugus Tugas 2 dengan uraian pelaksanaan sebagai berikut:
i. Pelaksanaan Career path
Career path dilaksanakan pada bulan Januari 2014 melalui pengumuman resmi yang hanya ditujukan kepada pegawai Non PNS KI Pusat. Career path ini diperuntukkan untuk mengisi posisi sebagai Tenaga Ahli Komisi Informasi Bidang Hukum dan Komunikasi dengan syarat salah satunya adalah sebagai Asisten Ahli Komisi Informasi Pusat. Dari hasil pengumuman tersebut, sebanyak dua orang Asisten Ahli residen mendaftarkan diri sebagai Tenaga Ahli Komisi Informasi Bidang Hukum dan Komunikasi.
Rangkaian seleksi dilaksanakan dengan cukup ketat, yang terdiri dari: peserta wajib mengikuti tes tulis yang dilaksanakan pada tanggal 2
Januari 2014, test psikologi dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2014 dan untuk wawancara dilaksanakan pada tanggal 6 Januari 2014. Dari rangkaian pelaksanaan tes tersebut, hasilnya diumumkan pada tanggal 7 Januari 2014. Dari dua peserta yang mengikuti career path dinyatakan lulus dan mulai mengisi posisi Tenaga Ahli sejak ditetapkan.
ii. Open Recruitment
Open recruitment untuk mengisi posisi administrasi umum, asisten ahli dan tenaga ahli dibuka mulai tanggal 8 hingga 20 Januari 2014. Penerimaan Pegawai Non PNS KI Pusat ini diumumkan melalui website resmi KI Pusat di www.komiinformasi.go.id dengan rincian tahapan yang wajib diikuti oleh peserta meliputi tes tulis, psikotes, wawancara. Sebanyak 16 pelamar mendaftar untuk posisi administrasi umum, 58 pelamar mendaftar sebagai asisten ahli dan 12 pelamar mendaftar untuk posisi tenaga ahli sehingga total keseluruhan pelamar sebanyak 86. Dari total pelamar tersebut kemudian dilakukan seleksi administrasi dan sebanyak 2 pelamar untuk masing-masing posisi asisten ahli dan tenaga ahli tidak memenuhi kualifikasi yang ditentukan sehingga dari hasil seleksi administrasi total pelamar sebelumnya 86 menjadi 84 pelamar.
Pusat untuk mengisi satu posisi tenaga ahli bidang hukum dan satu posisi untuk tenaga ahli bidang komunikasi dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
KI Pusat juga membuka kesempatan bagi seluruh masyarakat umum melalui open recruitment untuk mengisi posisi Administrasi Umum, Asisten Ahli dan Tenaga Ahli Komisi Informasi Pusat. Open recruitment tersebut telah dilaksanakan oleh Komisi Informasi Pusat dibawah kendali Gugus Tugas 2 dengan uraian pelaksanaan sebagai berikut:
i. Pelaksanaan Career path
Career path dilaksanakan pada bulan Januari 2014 melalui pengumuman resmi yang hanya ditujukan kepada pegawai Non PNS KI Pusat. Career path ini diperuntukkan untuk mengisi posisi sebagai Tenaga Ahli Komisi Informasi Bidang Hukum dan Komunikasi dengan syarat salah satunya adalah sebagai Asisten Ahli Komisi Informasi Pusat. Dari hasil pengumuman tersebut, sebanyak dua orang Asisten Ahli residen mendaftarkan diri sebagai Tenaga Ahli Komisi Informasi Bidang Hukum dan Komunikasi.
Rangkaian seleksi dilaksanakan dengan cukup ketat, yang terdiri dari: peserta wajib mengikuti tes tulis yang dilaksanakan pada tanggal 2
selanjutnya yaitu psikotes yang dilaksanakan pada tanggal 8 Februari 2014 dan mengikuti wawancara pertama pada tanggal 19 Februari dan yang lulus wawancara pertama kemudian mengikuti wawancara kedua yang dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2014. Hasil test wawancara kedua total keseluruhan 11 peserta dari posisi administrasi umum berjumlah 1 orang, asisten ahli 8 orang dan tenaga ahli sebanyak 2 orang.
Melalui rapat pleno pada tanggal 4 Maret 2014, ditentukan dari 11 peserta yang mengikuti wawancara kedua dinyatakan lulus dan diterima sebagai Pegawai Non PNS sebanyak 1 orang untuk mengisi posisi administrasi umum, 6 orang mengisi posisi asisten ahli dan 2 orang sebagai tenaga ahli yang telah diumumkan melalui website www.komisiinformasi.go.id.
Suasana Tes Psikologi Open Recruitment Tes tulis dilaksanakan pada tanggal 1 Februari
2014. Untuk 16 pelamar yang memilih posisi administrasi umum dalam tes tulis ini yang mengikuti hanya 12 pelamar, sementara untuk posisi asisten ahli dari 57 yang dinyatakan lolos dan yang hadir yaitu 43 pelamar serta posisi tenaga ahli dari 12 pelamar yang mengikuti tes tulis sebanyak 9 orang. Berdasarkan penilaian dari Tim Seleksi Tes Penerimaan Calon Pegawai Non PNS Komisi Informasi Pusat, terdapat 55 peserta yang tidak memenuhi score minimal atau passing grade dan sebanyak 30 peserta dinyatakan lulus tes tulis dan diumumkan pada tanggal 5 Februari
2014 melalui website
www.komisiinformasi.go.id.
Peserta yang telah dinyatakan lulus testulis kemudian harus mengikuti tahapan tes
selanjutnya yaitu psikotes yang dilaksanakan pada tanggal 8 Februari 2014 dan mengikuti wawancara pertama pada tanggal 19 Februari dan yang lulus wawancara pertama kemudian mengikuti wawancara kedua yang dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2014. Hasil test wawancara kedua total keseluruhan 11 peserta dari posisi administrasi umum berjumlah 1 orang, asisten ahli 8 orang dan tenaga ahli sebanyak 2 orang.
Melalui rapat pleno pada tanggal 4 Maret 2014, ditentukan dari 11 peserta yang mengikuti wawancara kedua dinyatakan lulus dan diterima sebagai Pegawai Non PNS sebanyak 1 orang untuk mengisi posisi administrasi umum, 6 orang mengisi posisi asisten ahli dan 2 orang sebagai tenaga ahli yang telah diumumkan melalui website www.komisiinformasi.go.id.
Suasana Tes Psikologi Open Recruitment Tes tulis dilaksanakan pada tanggal 1 Februari
2014. Untuk 16 pelamar yang memilih posisi administrasi umum dalam tes tulis ini yang mengikuti hanya 12 pelamar, sementara untuk posisi asisten ahli dari 57 yang dinyatakan lolos dan yang hadir yaitu 43 pelamar serta posisi tenaga ahli dari 12 pelamar yang mengikuti tes tulis sebanyak 9 orang. Berdasarkan penilaian dari Tim Seleksi Tes Penerimaan Calon Pegawai Non PNS Komisi Informasi Pusat, terdapat 55 peserta yang tidak memenuhi score minimal atau passing grade dan sebanyak 30 peserta dinyatakan lulus tes tulis dan diumumkan pada tanggal 5 Februari
2014 melalui website
www.komisiinformasi.go.id.
Peserta yang telah dinyatakan lulus testulis kemudian harus mengikuti tahapan tes
Draft Peraturan Pedoman Seleksi Komisi Informasi
a) Rancangan Peraturan KI tentang Pedoman
Pelaksanaan Seleksi dan Penetapan Anggota Komisi Informasi Rancangan regulasi ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Pemerintah Pusat maupun Provinsi dan kabupaten/kota dalam pembentukan Komisi Informasi baik Komisi
Informasi Pusat maupun Komisi Informasi Provinsi, dan/atau Kabupaten/Kota. Penyusunan ini perlu dilakukan untuk mengevaluasi dan menyempurnakan Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat No. 01/KEP/KIP/III/2010 tentang Perubahan atas Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat No. 02/KEP/KIP/X/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Seleksi dan Penetapan Anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota yang hingga saat ini masih berlaku, serta untuk mengisi kekosongan hukum atas hal-hal yang belum diatur dalam surat keputusan tersebut yang berkenaan dengan seleksi anggota Komisi Informasi.
Bagi peserta yang telah dinyatakan lulus, khususnya dalam formasi Tenaga Ahli dan Asisten Ahli, kemudian ditugaskan dalam tiga bidang tugas sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Ketua KI Pusat No. 07/KEP/KIP/VIII/2014. Penugasan ditetapkan melalui pembidangan dengan melaksanakan tugas tertentu sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Ketua KI Pusat No. 08/KEP/KIP/IX/2014 tentang Bidang Tugas Tenaga Ahli dan Asisten Ahli KI Pusat. Penugasan tersebut dilakukan dengan penempatan Tenaga Ahli dan Asisten Ahli KI Pusat sesuai bakat dan minat serta latar belakang pendidikan, sehingga dapat lebih meningkatkan kinerja secara terstruktur.
3. Penyusunan Regulasi Bidang Tugas Kelembagaan
Komisi Informasi
Penyusunan regulasi yang terkait bidang tugas kelembagaan merupakan pijakan utama dalam pembenahan kelembagaan di Komisi Informasi, baik Komisi Informasi Pusat maupun dijadikan sebagai pedoman oleh Komisi Informasi Provinsi, Kabupaten/ Kota di Indonesia. Terdapat beberapa draft/ rancangan regulasi terkait ruang lingkup bidang tugas Kelembagaan yang telah disusun, yaitu:
Draft Peraturan Pedoman Seleksi Komisi Informasi
a) Rancangan Peraturan KI tentang Pedoman
Pelaksanaan Seleksi dan Penetapan Anggota Komisi Informasi Rancangan regulasi ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Pemerintah Pusat maupun Provinsi dan kabupaten/kota dalam pembentukan Komisi Informasi baik Komisi
Informasi Pusat maupun Komisi Informasi Provinsi, dan/atau Kabupaten/Kota. Penyusunan ini perlu dilakukan untuk mengevaluasi dan menyempurnakan Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat No. 01/KEP/KIP/III/2010 tentang Perubahan atas Keputusan Ketua Komisi Informasi Pusat No. 02/KEP/KIP/X/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Seleksi dan Penetapan Anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota yang hingga saat ini masih berlaku, serta untuk mengisi kekosongan hukum atas hal-hal yang belum diatur dalam surat keputusan tersebut yang berkenaan dengan seleksi anggota Komisi Informasi.
Bagi peserta yang telah dinyatakan lulus, khususnya dalam formasi Tenaga Ahli dan Asisten Ahli, kemudian ditugaskan dalam tiga bidang tugas sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Ketua KI Pusat No. 07/KEP/KIP/VIII/2014. Penugasan ditetapkan melalui pembidangan dengan melaksanakan tugas tertentu sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Ketua KI Pusat No. 08/KEP/KIP/IX/2014 tentang Bidang Tugas Tenaga Ahli dan Asisten Ahli KI Pusat. Penugasan tersebut dilakukan dengan penempatan Tenaga Ahli dan Asisten Ahli KI Pusat sesuai bakat dan minat serta latar belakang pendidikan, sehingga dapat lebih meningkatkan kinerja secara terstruktur.
3. Penyusunan Regulasi Bidang Tugas Kelembagaan
Komisi Informasi
Penyusunan regulasi yang terkait bidang tugas kelembagaan merupakan pijakan utama dalam pembenahan kelembagaan di Komisi Informasi, baik Komisi Informasi Pusat maupun dijadikan sebagai pedoman oleh Komisi Informasi Provinsi, Kabupaten/ Kota di Indonesia. Terdapat beberapa draft/ rancangan regulasi terkait ruang lingkup bidang tugas Kelembagaan yang telah disusun, yaitu:
keseragaman tata naskah dinas secara menyeluruh.
d) Rancangan Peraturan Komisi Informasi tentang Kode Etik dan Perilaku Anggota Komisi
Informasi
Penyusunan regulasi tentang Kode etik dan Perilaku merupakan amanat UU KIP yang diberikan kepada Komisi Informasi Pusat. Rancangan Peraturan KI tentag Kode etik ini merupakan penyempurnaan atas regulasi tentang kode etik sebagaimana diatur dalam Peraturan Komisi Informasi Nomor 2 Tahun 2013 tentang Kode Etik Komisi Informasi yang saat ini masih berlaku sebagai pedoman berperilaku bagi anggota Komisi Informasi.
4. Policy Paper Pengangkatan dan Pemberhentian
Anggota Komisi Informasi
Policy paper tentang pengangkatan dan pemberhentian Anggota Komisi Informasi yang disusun oleh Komisi Informasi Pusat pada bulan Juli 2014 merupakan tanggapan usulan Komisi Informasi Provinsi Sumatera Utara tentang draft Keputusan KI Pusat tentang Pedoman Pengangkatan dan Penetapan Kembali Anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota.
b) Rancangan Pedoman
Pengujian Konsekuensi merupakan suatu tahapan yang terkait dengan penyelesaian sengketa informasi publik. Oleh karena itu, diperlukan suatu regulasi atau panduan yang dapat dijadikan acuan oleh Badan Publik dalam melakukan uji konsekuensi atas informasi
c) Rancangan Peraturan Komisi Informasi tentang Tata Naskah
Regulasi mengenai t
secara internal di Komisi Informasi perlu dibentuk karena menunjukkan
kelembagaan Komisi Informasi dengan rigid. Walaupun berlak
kemungkinan bahwa regulasi ini nantinya
dijadikan sebagai pedoman bagi Komisi Informasi provinsi maupun kabupaten/kota, agar terjadi
Pedoman Pengujian Konsekuensi Pengujian Konsekuensi merupakan suatu tahapan yang terkait dengan penyelesaian sengketa informasi publik. Oleh karena itu, diperlukan suatu regulasi atau panduan yang dapat dijadikan acuan oleh Badan Publik dalam melakukan uji konsekuensi atas informasi yang dikecualikan. Selain itu, pengujian konsekuensi secara tidak langsung berkenaan dengan kelembagaan Komisi Informasi sebagai Badan Publik yang juga melakukan pengujian konsekuensi atas informasi yang dikecualikan dalam layanan informasi publik. ngan Peraturan Komisi Informasi tentang Tata Naskah Dinas
Regulasi mengenai tata naskah dinas yang berlaku secara internal di Komisi Informasi perlu dibentuk karena menunjukkan identitas dokumentasi an Komisi Informasi dengan rigid. Walaupun berlaku internal, tidak menutup kemungkinan bahwa regulasi ini nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman bagi Komisi Informasi provinsi maupun kabupaten/kota, agar terjadi
keseragaman tata naskah dinas secara menyeluruh.
d) Rancangan Peraturan Komisi Informasi tentang Kode Etik dan Perilaku Anggota Komisi
Informasi
Penyusunan regulasi tentang Kode etik dan Perilaku merupakan amanat UU KIP yang diberikan kepada Komisi Informasi Pusat. Rancangan Peraturan KI tentag Kode etik ini merupakan penyempurnaan atas regulasi tentang kode etik sebagaimana diatur dalam Peraturan Komisi Informasi Nomor 2 Tahun 2013 tentang Kode Etik Komisi Informasi yang saat ini masih berlaku sebagai pedoman berperilaku bagi anggota Komisi Informasi.
4. Policy Paper Pengangkatan dan Pemberhentian
Anggota Komisi Informasi
Policy paper tentang pengangkatan dan pemberhentian Anggota Komisi Informasi yang disusun oleh Komisi Informasi Pusat pada bulan Juli 2014 merupakan tanggapan usulan Komisi Informasi Provinsi Sumatera Utara tentang draft Keputusan KI Pusat tentang Pedoman Pengangkatan dan Penetapan Kembali Anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota.
b) Rancangan Pedoman
Pengujian Konsekuensi merupakan suatu tahapan yang terkait dengan penyelesaian sengketa informasi publik. Oleh karena itu, diperlukan suatu regulasi atau panduan yang dapat dijadikan acuan oleh Badan Publik dalam melakukan uji konsekuensi atas informasi
c) Rancangan Peraturan Komisi Informasi tentang Tata Naskah
Regulasi mengenai t
secara internal di Komisi Informasi perlu dibentuk karena menunjukkan
kelembagaan Komisi Informasi dengan rigid. Walaupun berlak
kemungkinan bahwa regulasi ini nantinya
dijadikan sebagai pedoman bagi Komisi Informasi provinsi maupun kabupaten/kota, agar terjadi
Pedoman Pengujian Konsekuensi Pengujian Konsekuensi merupakan suatu tahapan yang terkait dengan penyelesaian sengketa informasi publik. Oleh karena itu, diperlukan suatu regulasi atau panduan yang dapat dijadikan acuan oleh Badan Publik dalam melakukan uji konsekuensi atas informasi yang dikecualikan. Selain itu, pengujian konsekuensi secara tidak langsung berkenaan dengan kelembagaan Komisi Informasi sebagai Badan Publik yang juga melakukan pengujian konsekuensi atas informasi yang dikecualikan dalam layanan informasi publik. ngan Peraturan Komisi Informasi tentang Tata Naskah Dinas
Regulasi mengenai tata naskah dinas yang berlaku secara internal di Komisi Informasi perlu dibentuk karena menunjukkan identitas dokumentasi an Komisi Informasi dengan rigid. Walaupun berlaku internal, tidak menutup kemungkinan bahwa regulasi ini nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman bagi Komisi Informasi provinsi maupun kabupaten/kota, agar terjadi
Penafsiran ini muncul karena Pasal 33 UU KIP menyebutkan bahwa Anggota Komisi Infomasi diangkat untuk masa jabatan 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu periode berikutnya.
Melalui Rapat Koordinasi Nasional Komisi Informasi se-Indonesia Tahun 2013 yang merupakan acara tahunan dimana seluruh Komisi Informasi berkumpul untuk menginventarisir permasalahan atau kendala yang dihadapi dan mencari penyelesaiannya secara bersama, dan diperolehlah suatu gagasan untuk menyikapi perpanjangan masa jabatan tanpa mekanisme seleksi dengan penafsiran terhadap Pasal 33 UU KIP.
Pada Rapat Kerja Teknis Komisi Informasi se-Indonesia Tahun 2014 diusulkan sebuah draft oleh Komisi Informasi Provinsi Sumatera Utara mengenai pedoman pengangkatan dan penetapan kembali anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota.
Hal-hal yang perlu dicermati dalam draft usulan pedoman pengangkatan dan penetapan kembali anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota sebagaimana diusulkan adalah sebagai berikut :
Pengangkatan dan Pemberhentian anggota Komisi Informasi diatur pada Bagian Kedelapan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Pada bagian tersebut memuat 5 (lima) pasal yang dalam implementasinya menimbulkan multi tafsir. Dalam Policy Paper ini dijabarkan analisis deskriptif normatif terhadap pengaturan Pengangkatan dan Pemberhentian anggota Komisi Informasi dimaksud dan sekaligus untuk memberikan tanggapan draft Keputusan KI Pusat yang diusulkan oleh KI Prov. Sumatera Utara perihal yang sama dengan mengharmonisasikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Analisis komprehensif dilakukan dari aspek formil dan materiil.
Dalam latar belakang dan permasalah kebijakan (policy problem and policy question) dijabarkan bahwa berjalannya implementasi UU KIP selama 4 (empat) tahun memasuki 1 (satu) periode keanggotaan Komisi Informasi. Beberapa Komisi Informasi Provinsi telah memasuki periode pemilihan keanggotaan Komisionernya termasuk Komisi Informasi Pusat, sedangkan Komisi Informasi Provinsi lainnya sedang menunggu berakhirnya masa jabatan.
Komisi Informasi Provinsi menafsirkan isi dari Pasal 33 UU KIP sebagai sebuah pintu untuk pengangkatan dan penetapan kembali anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota tanpa melalui mekanisme seleksi terlebih dahulu.
Penafsiran ini muncul karena Pasal 33 UU KIP menyebutkan bahwa Anggota Komisi Infomasi diangkat untuk masa jabatan 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu periode berikutnya.
Melalui Rapat Koordinasi Nasional Komisi Informasi se-Indonesia Tahun 2013 yang merupakan acara tahunan dimana seluruh Komisi Informasi berkumpul untuk menginventarisir permasalahan atau kendala yang dihadapi dan mencari penyelesaiannya secara bersama, dan diperolehlah suatu gagasan untuk menyikapi perpanjangan masa jabatan tanpa mekanisme seleksi dengan penafsiran terhadap Pasal 33 UU KIP.
Pada Rapat Kerja Teknis Komisi Informasi se-Indonesia Tahun 2014 diusulkan sebuah draft oleh Komisi Informasi Provinsi Sumatera Utara mengenai pedoman pengangkatan dan penetapan kembali anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota.
Hal-hal yang perlu dicermati dalam draft usulan pedoman pengangkatan dan penetapan kembali anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota sebagaimana diusulkan adalah sebagai berikut :
Pengangkatan dan Pemberhentian anggota Komisi Informasi diatur pada Bagian Kedelapan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Pada bagian tersebut memuat 5 (lima) pasal yang dalam implementasinya menimbulkan multi tafsir. Dalam Policy Paper ini dijabarkan analisis deskriptif normatif terhadap pengaturan Pengangkatan dan Pemberhentian anggota Komisi Informasi dimaksud dan sekaligus untuk memberikan tanggapan draft Keputusan KI Pusat yang diusulkan oleh KI Prov. Sumatera Utara perihal yang sama dengan mengharmonisasikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Analisis komprehensif dilakukan dari aspek formil dan materiil.
Dalam latar belakang dan permasalah kebijakan (policy problem and policy question) dijabarkan bahwa berjalannya implementasi UU KIP selama 4 (empat) tahun memasuki 1 (satu) periode keanggotaan Komisi Informasi. Beberapa Komisi Informasi Provinsi telah memasuki periode pemilihan keanggotaan Komisionernya termasuk Komisi Informasi Pusat, sedangkan Komisi Informasi Provinsi lainnya sedang menunggu berakhirnya masa jabatan.
Komisi Informasi Provinsi menafsirkan isi dari Pasal 33 UU KIP sebagai sebuah pintu untuk pengangkatan dan penetapan kembali anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota tanpa melalui mekanisme seleksi terlebih dahulu.
Bentuk/Kaidah Dokumen (Formil Review) Membaca dan mencermati isi usulan draft Keputusan tentang Pedoman Pengangkatan dan Penetapan Kembali Anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota, bahwa draft tersebut berisi pedoman yang memuat pengaturan (regeling) bahkan juga menyinggung beberapa instansi/lembaga lain di luar Komisi Informasi seperti gubernur dan bupati/walikota. Dengan demikian, dari segi substansi, draft ini berisi pengaturan (regelenrechts) serta berlaku dan mengikat umum. Dalam usulannya, pada draft tersebut pengaturan mengenai pedoman pengangkatan dituangkan dalam bentuk Keputusan (Keputusan Ketua KI Pusat).
Sesuai dengan prinsip umum hukum (general principle of law) yang telah diterima secara universal, ditegaskan bahwa pada prinsipnya kaidah/norma hukum dapat dibedakan menjadi ke dalam dua bentuk, yakni keputusan (beschikking) dan peraturan (regeling). Keputusan adalah instrumen hukum yang berisi ketetapan/keputusan yang bersifat individual, konkrit, dan berlaku khusus (terbatas). Sedangkan peraturan adalah instrumen hukum yang berisi norma yang bersifat umum (abstrak), berisi pengaturan, dan berlaku serta mengikat umum. Sebagaimana dikatakan oleh Jimly Asshiddiqie bahwa pengaturan yang menghasilkan norma yang bersifat mengatur (regelingsdaad) seharusnya tidak No Substansi dalam
Draft Usulan Legal Analysis
1
Syarat- Syarat Pengangkatan dan Penetapan
Bertentangan dengan ketentuan pada Pasal 30 UU KIP, Pasal 43 ayat (2) dan (3) UU tentang HAM
2
Mekanisme
Pengangkatan dan Penetapan
Bertentangan dengan ketentuan pada Pasal 31 dan 32 UU KIP, serta UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 3 Tatacara Pengangkatan dan Penetapan Bertentangan dengan ketentuan pada Pasal 30, Pasal 31 dan 32 UU KIP
4 Ketentuan Khusus
Bertentangan dengan ketentuan pada Pasal 30, Pasal 31 dan 32 UU KIP
5 Ketentuan Penutup
Bertentangan dengan ketentuan pada Pasal 43 ayat (2) dan (3) UU tentang HAM
Latar belakang tersebut kemudian dilakukan analisis secara bentuk/kaidah dokumen (formil review) dan materi muatan (materiil review) yang dijelaskan berikut ini:
Bentuk/Kaidah Dokumen (Formil Review) Membaca dan mencermati isi usulan draft Keputusan tentang Pedoman Pengangkatan dan Penetapan Kembali Anggota Komisi Informasi Provinsi dan Komisi Informasi Kabupaten/Kota, bahwa draft tersebut berisi pedoman yang memuat pengaturan (regeling) bahkan juga menyinggung beberapa instansi/lembaga lain di luar Komisi Informasi seperti gubernur dan bupati/walikota. Dengan demikian, dari segi substansi, draft ini berisi pengaturan (regelenrechts) serta berlaku dan mengikat umum. Dalam usulannya, pada draft tersebut pengaturan mengenai pedoman pengangkatan dituangkan dalam bentuk Keputusan (Keputusan Ketua KI Pusat).
Sesuai dengan prinsip umum hukum (general principle of law) yang telah diterima secara universal, ditegaskan bahwa pada prinsipnya kaidah/norma hukum dapat dibedakan menjadi ke dalam dua bentuk, yakni keputusan (beschikking) dan peraturan (regeling). Keputusan adalah instrumen hukum yang berisi ketetapan/keputusan yang bersifat individual, konkrit, dan berlaku khusus (terbatas). Sedangkan peraturan adalah instrumen hukum yang berisi norma yang bersifat umum (abstrak), berisi pengaturan, dan berlaku serta mengikat umum. Sebagaimana dikatakan oleh Jimly Asshiddiqie bahwa pengaturan yang menghasilkan norma yang bersifat mengatur (regelingsdaad) seharusnya tidak No Substansi dalam
Draft Usulan Legal Analysis
1
Syarat- Syarat Pengangkatan dan Penetapan
Bertentangan dengan ketentuan pada Pasal 30 UU KIP, Pasal 43 ayat (2) dan (3) UU tentang HAM
2
Mekanisme
Pengangkatan dan Penetapan
Bertentangan dengan ketentuan pada Pasal 31 dan 32 UU KIP, serta UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 3 Tatacara Pengangkatan dan Penetapan Bertentangan dengan ketentuan pada Pasal 30, Pasal 31 dan 32 UU KIP
4 Ketentuan Khusus
Bertentangan dengan ketentuan pada Pasal 30, Pasal 31 dan 32 UU KIP
5 Ketentuan Penutup
Bertentangan dengan ketentuan pada Pasal 43 ayat (2) dan (3) UU tentang HAM
Latar belakang tersebut kemudian dilakukan analisis secara bentuk/kaidah dokumen (formil review) dan materi muatan (materiil review) yang dijelaskan berikut ini:
2) Perbedaan cara melawannya:
Upaya hukum untuk melawan/menggugat peraturan dilakukan melalui mekanisme pengujian peraturan perundang-undangan (judicial review). Untuk undang-undang melalui MK sedang untuk peraturan perundangan dibawah undang-undang melalui MA.Upaya hukum untuk melawan/membatalkan keputusan (keputusan tata usaha negara) dilakukan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
3) Perbedaan kekuatan berlaku dan mengikatnya: Dengan diundangkannya suatu peraturan di dalam Lembaran Negara atau Berita Negara, maka peraturan tersebut memiliki daya berlaku dan mengikat umum (binding force) sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 87 UU P3 “Peraturan Perundang-undangan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan lain di dalam Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan. ”Hal tersebut dimaksudkan agar semua orang mengetahui adanya peraturan yang dimaksud sehingga dengan demikian berlakulah asas fiksi hukum “Iedereen wordht geacht de wet te kennen.”
Suatu keputusan/ketetapan (beschikking) tidak dipersyaratkan untuk diundangkan dalam Lembaran Negara atau Berita Negara karena dituangkan dan disebut dengan istilah lain kecuali
“peraturan.”
Di Indonesia, pengaturan mengenai bentuk-bentuk dan kaidah-kaidah peraturan perundang-undangan diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UU P3). Menurut UU tersebut, Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. Pasal 100 (Ketentuan Penutup) UU P3 bahkan dengan tegas menyebutkan bahwa semua Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, dan keputusan-keputusan pejabat lainnya yang bersifat mengatur, harus dimaknai sebagai peraturan. Dengan demikian politik hukum perundang-undangan di Indonesia menghendaki adanya purifikasi antara peraturan dan keputusan, karena memang terdapat perbedaan yang sangat prinsipal diantara keduanya. Perbedaan tersebut setidak-tidaknya meliputi tiga hal:
1) Perbedaan isi dan sifat:
Peraturan berisi aturan-aturan yang berlaku dan mengikat umum (regeling). Keputusan berisi suatu penetapan atau keputusan (beschicking) yang sifatnya individual, final, dan konkret.
2) Perbedaan cara melawannya:
Upaya hukum untuk melawan/menggugat peraturan dilakukan melalui mekanisme pengujian peraturan perundang-undangan (judicial review). Untuk undang-undang melalui MK sedang untuk peraturan perundangan dibawah undang-undang melalui MA.Upaya hukum untuk melawan/membatalkan keputusan (keputusan tata usaha negara) dilakukan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
3) Perbedaan kekuatan berlaku dan mengikatnya: Dengan diundangkannya suatu peraturan di dalam Lembaran Negara atau Berita Negara, maka peraturan tersebut memiliki daya berlaku dan mengikat umum (binding force) sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 87 UU P3 “Peraturan Perundang-undangan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan lain di dalam Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan. ”Hal tersebut dimaksudkan agar semua orang mengetahui adanya peraturan yang dimaksud sehingga dengan demikian berlakulah asas fiksi hukum “Iedereen wordht geacht de wet te kennen.”
Suatu keputusan/ketetapan (beschikking) tidak dipersyaratkan untuk diundangkan dalam Lembaran Negara atau Berita Negara karena dituangkan dan disebut dengan istilah lain kecuali
“peraturan.”
Di Indonesia, pengaturan mengenai bentuk-bentuk dan kaidah-kaidah peraturan perundang-undangan diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UU P3). Menurut UU tersebut, Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. Pasal 100 (Ketentuan Penutup) UU P3 bahkan dengan tegas menyebutkan bahwa semua Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, dan keputusan-keputusan pejabat lainnya yang bersifat mengatur, harus dimaknai sebagai peraturan. Dengan demikian politik hukum perundang-undangan di Indonesia menghendaki adanya purifikasi antara peraturan dan keputusan, karena memang terdapat perbedaan yang sangat prinsipal diantara keduanya. Perbedaan tersebut setidak-tidaknya meliputi tiga hal:
1) Perbedaan isi dan sifat:
Peraturan berisi aturan-aturan yang berlaku dan mengikat umum (regeling). Keputusan berisi suatu penetapan atau keputusan (beschicking) yang sifatnya individual, final, dan konkret.
Materi Muatan (Materiil Review)
1. Hubungan antar Pusat dan Daerah
Draft yang diajukan berisi materi muatan yang bersifat pengaturan (regelenrechts) serta berlaku dan mengikat umum karena tidak hanya mengatur antara Komisi Informasi Pusat dengan Komisi Informasi Provinsi dan/atau Komisi Informasi Kabupaten/Kota tetapi juga pemangku kekuasaan legislatif dan eksekutif tingkat yang bersangkutan. Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda) dijelaskan bahwa pemerintahan daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah (Pusat) berdasarkan Pasal 10 ayat (3) UU Pemda adalah politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan agama. Diluar urusan pemerintahan sebagaimana yang dimaksud diatas, maka Pemerintah dapat menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan, melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah, atau menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa berasarkan asas tugas pembantuan. Sehingga hal-hal diluar itu merupakan hak otonomi daerah yang bersangkutan. Pasal 25 UU Pemda juga keputusan/ketetapan tidak dimaksudkan untuk
berlaku dan mengikat umum.
Dari penjelasan-penjelasan diatas jelaslah bahwa harus dibedakan antara peraturan dan keputusan. Karena keduanya memiliki perbedaan yang prinsip, baik dari segi isi, penggunaan, serta kekuatan berlaku dan mengikatnya. Dalam draft yang diajukan oleh KI Provinsi Sumuatera Utara ini, jika dicermati substansi dan ruang lingkupnya jelas-jelas berisi materi muatan yang bersifat pengaturan, berlaku dan mengikat umum.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan diatas maka disimpulkan bahwa draft yang dimaksud mengandung kesalahan formil karena menuangkan norma hukum yang bersifat pengaturan ke dalam sebuah Keputusan Ketua KI Pusat. Kesalahan/kekeliruan ini tentu akan berimplikasi pada keabsahan draft yang dimaksud ketika ditetapkan nanti. Kesalahan/kekeliruan prosedur pembentukan kaidah hukum akan berimplikasi pada keabsahan kaidah yang dimaksud. Sebagaimana dijelaskan oleh Pasal 31A UU No. 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung (Perubahan Kedua), bahwa kesalahan/kekeliruan formil dari suatu peraturan/kaidah hukum dapat menyebabkan dibatalkannya kaidah yang dimaksud melalui pengujian formil (formil review) di Mahkamah Agung.