Kajian Potensi Geowisata Karst
di Kabupaten Wonogiri
Latar Belakang
Kabupaten Wonogiri yang memiliki luas wilayah
182.236,02 km
2
. merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah yang memiliki keanekaragaman
geologi cukup unik, sehingga sangat memungkinkan
untuk pengembangan geowisata karst di wilayah
Wonogiri Bagian Selatan.
Sebaran batugamping di Wonogiri selatan sudah
dijadikan kawasan Global Geopark Gunungsewu.
Sehingga dapat dimungkinkan pengembangan
geosite sebagai potensi geowisata karst di diluar
geosite koridor Global Geopark Gunungsewu di
Wilayah Wonogiri.
Maksud dan Tujuan
Maksud pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk
melakukan inventarisasi dan interpretasi potensi
geowisata di wilayah Kabupaten Wonogiri yang
terdapat di dalam kawasan karst.
Sedangkan tujuan pelaksanaan kegiatan adalah
untuk melakukan kajian dalam rangka
mengembangkan dan mengintegrasikan potensi
geowisata di wilayah Kabupaten Wonogiri dalam
mendukung Geopark Gunungsewu.
Sasaran
1.
Terinventarisasinya potensi geowisata karst baru
di Kabupaten Wonogiri;
2.
Diskripsi dan interpretasi terhadap geosite yang
ada
3.
Terwujudnya peta geosite yang terintegrasi
dengan Geopark Gunungsewu
4.
Rencana pengembangan geowisata karst yang
Nilai Keilmuan dan intrinsik
Integritas
0 – Situs telah hancur total
0,5 – Situs terganggu, namun memiliki kenampakan fitur
abiotik yang jelas
1 – Situs tanpa kehancuran
Kelangkaan (jumlah
situs yang memiliki
kesamaan)
0 – lebih dari 5 situs yang sama
0,5 – 2-5 situs yang sama
1 – satu satunya situs pada daerah penelitian
Diversitas
0 – hanya satu proses yang tampak
0,5 – 2-4 proses/fitur abiotik yangtampak
1 – the only sites within the area of interest
Nilai Edukasi
0 – situs yang masih belum diketahui
0,5 – memiliki publikasi ilmiah di tingkat nasional
1 – pengetahuan yang tinggi dari situs, dengan adanya
pengetahuan monografi
Nilai Edukasi
Kejelasan/ tingkat
representatif dari
proses pada situs
0 – bentuk dan proses dari situs kurang terepresentasikan
0,5 – bentuk dan proses pada situs terepresentasikan, dan dapat diamati
oleh saintis
1 – terepresentasikan dengan baik, dan dapat diamati oleh publik secara
luas
Percontohan dan
kegunaan situs
0 - contoh dan kegunaan dari situs masih sangat sedikit
0,5 – Kehadiran contoh, namun dengan kegunaannya yang masih
terbatas
1 – contoh yang baik dari situs untuk dapat digunakan, hingga dalam
bentuk geowisata
Kehadiran produk
edukasi
0 – tidak ada produk
0,5 – Brosur, peta, halaman web
1 – panel info, dan informasi secara langsung pada situs
Kegunaan aktual dari
situs sebagai
geowisata
0 – belum ada kegunaan edukatif dari situs
0,5 – situs sebagai tempat ekskursi/ lokasi penelitian bagi siswa/
mahasiswa
Nilai Ekonomi
Aksesibilitas
0 - more than 1000 m from the parking place,
0,5 - less than 1000 m from the parking place
1 - more than 1000 m from the stop of public transport
Ketersediaan
Infrastruktur Turis
0 – lebih dari 10 km dari fasilitas turis yang tersedia
0.5 – 5 – 10 km dari fasilitas turis yang tersedia
1 – kurang dari 5 km dari fasilitas turis
Produk Lokal
0 – belum ada produk lokal berkaitan dengan situs.
0,5 – kehadiran beberapa produk lokal
1 – kehadiran produk lokal yang menjadi kebanggaan dari
situs.
Nilai Konservasi
Bahaya dan resiko
aktual dari situs
0 – bahaya alami dan atrofik (penurunan kualitas) bagi situs yang tinggi,
0,5 - kehadiran resiko bahaya yang dapat mengganggu situs,
1 – resiko rendah dan hampir tidak ada bahaya
Potensi ancaman
dan resiko bahaya
0 – Potensi bahaya alami dan atrofik (penurunan kualitas) bagi situs yang
tinggi,
0,5 – Potensi resiko bahaya yang dapat mengganggu situs,
1 – Potensi resiko rendah dan hampir tidak ada bahaya
Status dari Situs
0 – Terjadi proses penghancuran situs yang terus menerus
0,5 – Situs mengalami kehancuran, namun tetap dimanajemen dengan
baik untuk mengurangi dampaknya
1 – tidak terdapat kehancuran
Perlindungan
Legislatif
0 – tidak adanya perlindungan legislatif
0,5 – adanya proses permintaan untuk perlindungan legislatif,
1 – adanya perlindungan legislatif dalam bentuk situs nasional, dll.
Nilai Tambahan
Ketersediaan Nilai
Budaya
0 – tidak ada fitur budaya,
0,5 – ketersediaan fitur budaya, namun kurang berhubungan dengan situs,
1 – ketersediaan fitur budaya dengan hubungan yang erat dengan situs.
Nilai Ekologi
0 – tidak penting
0,5 –mempengaruhi situs, namun tidak terlalu penting
1 – ekologi memiliki pengaruh penting terhadap situs, misalnya sisi
geomorfologinya.
Nilai Estetika:
banyak warna;
struktur ruang/
Pola, ketersediaan
titik pandang
0 – satu warna
0,25 - 2-3 warna
0,5 – lebih dari 3 warna
0 – hanya 1 pola
0.25 – dua atau tiga pola yang terindentifikasi
0.5 – lebih dari 3 pola;
0 – tidak ada titik pandang,
0.25 - 1-2 titik pandang
Geopark Gunungsewu Wonogiri
Potensi eksisting dari sumberdaya geowisata
di Kabupaten Wonogiri termasuk dalam
koridor pengembangan geowisata dalam
aspek Geopark Gunung Sewu yang meliputi
wilayah Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan.
Aspek geowisata Wonogiri dalam
pengembangan geopark (geosite-nya)
terkonsentrasi pada unsur-unsur yang terkait
dengan kawasan bentang alam karst di
Lembah kering Giritontro (sebagai Geosite : W-01)
Keberadaan lembah kering yang terletak di segmen
Kars Wonogiri bagian tengah ini merupakan bukti jika
bumi bersifat dinamis. Lembah Giritontro yang
berhulu di sekitar Desa Sinung, selatan Giritontro
(Kabupaten Wonogiri), dan bermuara di Desa Sadeng
(Kabupaten Gunungkidul) di pantai selatan ini
Pada saat ini, kawasan karst yang terletak di barat
Pracimantoro (Desa Gebangharjo) dijadikan sebagai
situs karst dunia, termasuk dibangunnya Museum Karst
Gunungsewu
Berdasarkan keragaman keunikan karst tersebut, maka
dalam koridor Global Geopark Gunung Sewu untuk
wilayah Kabupaten Wonogiri mempunyai 7 geosite, yaitu
;
W-01 : Lembah Kering Giritontro
W-02 : Goa Sodong
W-03 : Goa Tembus
W-04 : Luweng Sapen
W-05 : Goa Mrico
W-06 : Goa Potro Bunder
W-07 : Pantai Sembukan
Museum Karst Gunungsewu
sebagai bentuk konservasi situs
karst dunia di Gunungsewu,
Daerah Gebangharjo,
Proses karstifikasi
Unsur-unsur kars yang disebabkan oleh proses karstifikasi
pada batugamping Formasi Wonosari di daerah Wonogiri
selain jenisnya beragam juga berkembang di permukaan dan
di bawah-permukaan tanah (Samodra, 2005). Sebagai
pembentuk bentangalam kars, unsur-unsur yang dimaksud
antara lain struktur
lapies (minor-exokarst)
, bangun
major-exokarst
(bukit kerucut, dolina,
uvala, polje
, telaga,
lembah-kering, lembah-buntu), dan gejala
endokarst
(gua).
Bentangalam kars di wilayah Kabupaten Wonogiri disusun
oleh aneka bangun asal-pelarutan yang melibatkan
batugamping. Gejala pelarutan (karstifikasi) itu berkembang
di permukaan
(exokarst)
dan di bawah-permukaan
(endokarst)
, dengan dimensi atau skalanya yang beragam
(
minor-
hingga
major-karst features
).
Di Kabupaten Wonogiri, bentangalam kars-luar asal-pelarutan mempunyai jenis
yang beragam. Berdasarkan dimensinya, bentangalam kars-luar hasil
karstifikasi itu dikelompokkan menjadi
minor-
dan
major exokarst
.
Lapies atau karren
Bukit-bukit kerucut
Lembah-kering Giritontro
Lembah-kering Giritontro
sebagai lembah sungai purba di
dekat perbatasan daerah
Wonogiri dan Gunungkidul,
dengan lembahnya yang lebar
dan dalam
Batuan Dasar Dan Penutup Karst
Kehadiran batuan-dasar dan batuan-penutup yang
mengalasi dan menindih satuan batugamping
memiliki arti penting, karena keduanya berpengaruh
besar pada proses karstifikasi yang melibatkan
lapisan batugamping yang tidak tersingkap. Pengaruh
yang dimaksud berkaitan dengan speleogenesis dan
perkembangan sistem perguaan, baik yang sudah
maupun belum tersingkap.
Batugamping yang dimaksud mencakup
batugamping-tua yang berumur akhir Miosen Awal
(Formasi Sampung), dan batugamping-muda yang
berumur permulaan Miosen Tengah-Pliosen (Formasi
Wonosari dan batugamping berlapis tufan yang
Inventarisasi Endokarst
Istilah endokars digunakan untuk semua bentukan
asal-pelarutan yang berkembang di bawah permukaan tanah.
Secara umum, gejala bentangalam kars
bawah-permukaan diwakili oleh sistem perguaan, dengan
speleotem, telaga- dan sungai bawahtanah di dalamnya.
Mulut Gua Kucing
Hiasan stalaktit yang terdapat di
dalam Gua Pego Wetan
Nilai strategis Gua
Secara umum, nilai strategis gua mencakup:
Fungsi utamanya sebagai tempat masuknya air larian
(sehingga keberadaannya mengimbuhi sistem air tanah),
sumber air yang berpotensi atau sudah dikembangkan,
menjadi hunian walet dan kelelawar (aspek bioekonomi dan
bioekologi), berpotensi atau sudah dikembangkan menjadi
objek wisata, mempunyai arti arkeologi dan paleontologi,
situs pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan
(geologi, hidrologi, speleologi, biospeleologi), mempunyai
arti sosio-budaya yang berkaitan dengan nilai spiritual,
kepercayaan, agama, dan legenda.
Fungsinya yang berkaitan dengan hidrologi, biologi, geologi,
speleologi, dan sosio-budaya tidak mencukupi untuk
dikriteriakan sebagai gua bernilai strategis tinggi.
Fungsinya hanya sebagai penciri gejala karstifikasi-lanjut,
Arkeologi
Daerah Wonogiri bagian selatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kehidupan prasejarah di kawasan Gunung Sewu. Bukti adanya
kehidupan prasejarah yang melibatkan manusia, flora, dan fauna ditemukan
di banyak tempat, baik di permukaan kawasan kars maupun di dalam gua.
Piranti atau peralatan manusia prasejarah (artefak) yang terbuat dari batu
ditemukan pada aluvium sungai di daerah hulu Bengawan Solo (sungai kecil
di dekat Giriwoyo). Alat-alat paleolitikum yang digolongkan sebagai budaya
pacitanian itu terdiri dari pembelah, kapak perimbas, kapak penetak, pahat
genggam, serut, bilah, dan serpih. Artefak itu terbuat dari rijang, basal,
gamping terkersik, tuf terkersik, kuarsa, dan andesit (Prasetyo, 2001).
Sedimen gua yang bercampur dengan
fosfat guano, yang mengawetkan
sisa-sisa makanan dan artefak manusia
prasejarah di Song Gilap
Nilai Strategis Endokarst
Aspek hidrologi
kawasan berfungsi sebagai penyimpan air bawahtanah secara permanen
dalam bentuk akuifer, sungai bawahtanah, dan telaga bawahtanah
mempunyai sistem perguaan aktif
Aspek speleologi
gua memiliki estetika speleotem, sehingga sudah atau berpotensi untuk
dikembangkan menjadi objek wisata, sekalipun pemilihan untuk wisata gua
perlu pendekatan multi-disiplin dan pendekatan multi-stakeholder dan
berbasis masyarakat sekitar gua tersebut.
gua memiliki peninggalan sejarah (arkeologi), sehingga sudah atau
berpotensi dikembangkan menjadi objek wisata budaya dan pengembangan
ilmu pengetahuan
Aspek keanekaragaman hayati
kawasan kars dan gua mengandung flora dan fauna yang memiliki fungsi
sosio-budaya, ekonomi, dan pengembangan ilmu pengetahuan
Aspek biospeleologi
gua berfungsi sebagai habitat fauna yang mempunyai nilai ekonomi dan
nilai ekologi. Hal ini terjadi pada sistem perguaan gua yang telah dihuni
oleh sekelompok burung wallet dan sritti.
Inventarisasi Eksokarst
Fenomena karstifikasi eksokarst di daerah Wonogiri Selatan,
khususnya di wilayah Kecamatan Eromoko, Pracimantoro,
Paranggupito, Giritontro, Giriwoyo adalah dijumpainya
kenampakan permukaan perbukitan yang membentuk
bukit-bukit khas pada perbukit-bukitan batugamping dan ledokan sampai
telaga antar perbukitan / bukit karst.
Morfologi Karst Wonogiri Selatan
Areal persawahan di lembah Sungai
Bengawan Solo Purba
Kenampakan dolina di
daerah Prembe
Konservasi Kawasan Karst
Sebagai bagian dari sistem Kars Gunungsewu yang luas,
kawasan kars di wilayah Kabupaten Wonogiri menyusun
sendi-sendi konservasi dari sistem kawasan tersebut.
Aspek konservasinya mendasarkan pada ketetapan
bahwa Kars Gunungsewu merupakan satu kesatuan
ekosistem yang utuh.
Oleh karenanya, objek konservasi harus dapat
mendukung wilayah di sekitarnya, baik yang terdapat di
Kabupaten Gunungkidul maupun di Kabupaten Pacitan.
Usaha pelestarian sumberdaya alam kars penting dalam
bentuk konservasi merupakan konsekuensi logis dari
kegiatan pengelolaan kawasan kars secara
Berdasarkan pendekatan kualitatif melalui skoring yang
telah dibuat oleh Kubalikova (2013) maka mendapat hasil
prioritas pengembangan geosite sebagai produk
geowisata. Fenomena endokarst yang layak sebagai
geosite untuk produk baru geowisata dalam koridor
Global Geopark Gunungsewu (area Wonogiri), terutama
keberadaan goa. Goa karst yang diusulkan sebagai
geosite baru adalah :
1)
Goa Putri Kencono, Desa Wonodadi, Kecamatan
Pracimantoro.
2)
Song Gilap, Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantro.
3)
Goa Ngantap, Desa Bayemharjo, Kecamatan Giritontro.
4)
Goa Platar, Desa Platarejo, Kecamatan Giriwoyo.
5)
Goa Jomblang, Desa Gudangharjo, Kecamatan
Koordinat Keunikan
X Y
477228 9113519
Goa Putri Kencono memiliki satu mulut goa, goa yang terdiri dari 3 ruangan, goa ini relatif masih aktif sehingga pertumbuhan speleotem masih dapat berkembang. Goa tersebut memiliki cerita mitologi tokoh “Brawijaya” yang cukup fenomenal. Selain itu goa sudah dikelola dengan sangat baik oleh masyarakat sekitar, beberapa fasilitas pendukung antara lain infrastruktur jalan yang sudah beraspal, instalasi listrik didalam goa, adanya perlengkapan keselamatan wisatawan goa seperti safety helmet dan sepatu boots, adanya toilet dan tempat sampah (diluar goa). Selain itu untuk memasuki goa wisatawan ditawarkan jasa pemandu didalam goa.
Pemandangan alam diluar goa yang cukup indah yang difasilitasi dalam bentuk gardu pandang diatas bukit dari Goa Putri Koncono. Kawasan sekitar Goa Putri Kencono sudah terintegrasi untuk menjadi desa wisata dengan menjadikan goa ini dan hutan pinus sebagai objek wisata utama
Koordinat Keunikan
X Y
475727 9110103
Song Gilap secara geologi terletak pada lembah perbukitan karst yang membentuk kenampakan dolina akibat proses pelarutan yang menyebabkan terbentuknya sebuah cekungan hasil runtuhan, litologi berupa batugamping berlapis Formasi Wonosari ini memiliki stalakmit yang indah walaupun perkembangan speleotem (permukaan) relatif telah mati atau tidak dapat berkembang karena kandungan air yang minim dan kawasan goa yang terbuka sehingga mudah bereaksi dengan O2.
Sistem perguaan-mendatar berupa ruangan besar tunggal, terdapat sungai bawah tanah dan terdapat fosil-fosil makro yang unik dan dapat menjadi sarana studi arkeologi ataupun geologi. Selain itu letak Song Gilap masih dalam Kawasan Museum Karst yang dapat menjadi destinasi baru penunjang Museum Kars Indonesia.
Koordinat Keunikan
X Y
489455 9106774
Goa Ngantap memiliki satu mulut goa yang cukup besar, goa tersebut memiliki sistem perguaan-mendatar berupa ruangan besar tunggal, genangan air perkolasi di dekat stalakmit besar, genangan air vadosa di bagian dasar ruangan yang bersifat parenial. Pada sekitar tahun 1990-an. Goa ini pernah menjadi objek wisata unggulan hingga dibangunkannya fasilitas penunjang seperti toilet, lahan parker, dll pada saat itu. Namun keadaannya sekarang cukup memperihantinkan dan sebenarnya hanya membutuhkan sedikit pembenahan dasar agar menjadi objek wisata unggulan kembali. Letak goa yang relatif dekat dengan jalan utama menuju Pacitan menjadi pertimbangan utama karena infrastruktur jalan yang sudah cukup memadai dengan jalanan aspal hingga dekat area goa.
Koordinat Keunikan
X Y
488194 9112035
Goa Platar memiliki satu mulut goa, goa ini terdiri dari banyak ruangan apabila ditelusuri lebih dalam, karena goa ini memiliki Panjang goa yang dapat di telusuri hingga lebih dari 300 meter secara mendatar, goa ini relatif masih aktif sehingga pertumbuhan speleotem masih dapat berkembang karena aktivitas sungai bawah tanah yang relatif masih berjalan. Goa tersebut memiliki cerita mitologi sebagai tempat pertapaan dari tokoh “Sunan Bonang” yang sangat terkenal sebagai penyebar Agama Islam pada era ”Wali Songo”.
Ada ruangan yang disebut sebagai lumbung padi apabila dilihat dengan mata batin. Goa ini secara tidak langsung sangat cocok untuk tempat wisata spiritual karena memiliki riwayat yang sangat menarik dari sisi spiritual. Selain itu goa terletak di dekat jalan provinsi lintas selatan. Hanya berjarak sekitar 300 meter dari jalan utama.
Koordinat Keunikan
X Y
486050 9096340
Goa Jomblang memiliki satu mulut goa yang cukup besar, goa tersebut memiliki sistem perguaan-mendatar berupa ruangan besar tunggal, genangan air perkolasi dasar permukaan goa, genangan air vadosa di bagian dasar ruangan yang bersifat musiman. litologi berupa batugamping berlapis Formasi Wonosari ini memiliki stalakmit yang indah walaupun perkembangan speleotem (permukaan) relatif telah mati atau tidak dapat berkembang karena kandungan air yang minim dan kawasan goa yang terbuka sehingga mudah bereaksi dengan O2. Lokasi goa ini pernah menjadi objek wisata utama
daerah sekitar, namun karena akses yang cukup jauh dan tidak adanya rambu petunjuk letak goa sehingga goa ini jarang dikunjungi.
Pada sekitar tahun 1990-an. Goa ini pernah menjadi objek wisata unggulan hingga dibangunkannya fasilitas penunjang seperti toilet, lahan parker, dll pada saat itu. Namun keadaannya sekarang cukup memperihantinkan dan sebenarnya hanya membutuhkan sedikit pembenahan dasar agar menjadi objek wisata unggulan kembali. Letak goa yang relatif dekat dengan jalan utama menuju Pacitan menjadi pertimbangan utama karena infrastruktur jalan yang sudah cukup memadai dengan jalanan aspal hingga dekat area goa.
Pengembangan produk kepariwisataan dalam konteks
Regional Terpadu.
Justifikasi :
Pariwisata merupakan kegiatan yang tidak mengenal batas
ruang dan wilayah, oleh karena itu pengembangan
kepariwisataan yang mengacu pada batas-batas
administratif sudah harus ditinggalkan. Selanjutnya dalam
perencanaan pembangunan pariwisata perlu lebih
memperhatikan dan menerapkan tren pariwisata dunia
secara tepat serta berpandangan ke depan. Hal ini dapat
dicapai melalui upaya memperkuat kemitraan melalui
kesadaran bersama terhadap makna lintas batas untuk
menciptakan ruang-ruang pariwisata baru. Kerjasama antar
kabupaten dalam ruang lingkup Global Geopark
Gunungsewu, merupakan bukti nyata semangat
borderless
tersebut, yang perlu ditindaklanjuti dengan
program-program nyata, termasuk sektor kepariwisataannya.
Mengembangkan karakter terpadu dari produk-produk yang ada
melalui pengembangan zona-zona tematis, bertumpu pada potensi
alam geologi dan perpaduannya dengan ekologi pantai, bentang
alam (karst) maupun budaya pedesaan sebagai tema
pengembangan.
Justifikasi :
Pengalaman yang menyeluruh bagi wisatawan mengenai produk
wisata (berupa objek atau layanan) dapat diciptakan melalui
penetapan zona-zona tematis, yang berupa objek-objek dengan
keunikan karakteristik dan atraksi wisata menarik, yang
diintegrasikan terpadu dan efisien, sehingga memiliki pembeda
khas dengan produk di daerah wisata atau area wisata lainnya.
Pengembangan objek dengan tema-tema khusus ini selain
menciptakan alternatif pilihan bagi wisatawan, juga diharapkan
mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya sub-sub
kawasan yang ada dengan produk wisata spesifik serta
berkembangnya peluang-peluang usaha bagi masyarakat di
sekitarnya..
Perkembangan obyek dan daya tarik geowisata yang ada
masing-masing juga menunjukkan tingkat perkembangan
yang berbeda-beda bahkan sangat kontras, sehingga
cenderung terjadi kesenjangan perkembangan yang sangat
tinggi antar obyek dan daya tarik wisata, yang bermuara pula
pada kesenjangan pengembangan wilayah (terutama wilayah
Pracimantoro, karena keberadaan Museum Karst dan 5
geosite dalam Global Geopark Gunungsewu, dengan wilayah
Giritontro, Giriloyo).
Oleh karena itu agar sektor pariwisata mampu
memberdayakan atau pun mengoptimalkan pengembangan
sumber daya geowisata yang ada serta menjembatani
pengembangan wilayah Kabupaten Wonogiri pada umumnya
dengan dengan kawasan Global Geopark Gunungsewu, maka
perlu disusun rencana pengembangan yang bersifat sinergis,
komplementer dan terpadu diantara obyek-obyek maupun
wilayah yang ada.
Secara geologi karst, wilayah Kabupaten Wonogiri bagian selatan (yang
meliputi wilayah Kecamatan Eromoko, Pracimantoro, Paranggupito, Giriwoyo
dan Giritontro) mempunyai potensi endokarst dan eksokarst yang dapat
dikembangkan sebagai daerah tujuan kegiatan geowisata dalam koridor Global
Geopark Gunungsewu. Kegiatan dan daya tarik geowisata tersebut berdasarkan
pada : keunikan bentang alam kawasan karst (terutama fenomena endokarst,
yaitu goa), landsekap bentang alam pantai bertebing batugamping (tebing
karst) di wilayah pesisir Paranggupito.
Berdasarkan hasil survei lapangan, daerah yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan sebagai daerah tujuan geowisata adalah kawasan Museum Karst
di Pracimantoro, kawasan Lembah Kering Girtontro, kawasan pantai bertebing
karst Paranggupito, dan beberapa goa di wilayah Eromoko, Giriwoyo, dan
Giritontro.