• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil survei dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Volume dan kapasitas pada simpang empat tersebut yaitu :

A. Untuk volume puncak pada pendekat jalan Cak Doko yaitu 608 smp/jam dan Kapasitas sebesar 692 smp/jam.

B. Untuk volume puncak pada pendekat jalan Prof Dr W Z Johanes yaitu 215 smp/jam dan Kapasitas sebesar 245 smp/jam.

C. Untuk volume puncak pada pendekat jalan Tompelo yaitu 655 smp/jam dan Kapasitas sebesar 746 smp/jam.

D. Untuk volume puncak pada pendekat jalan Gunung Fatu Leu yaitu 156 smp/jam dan Kapasitas sebesar 178 smp/jam.

2. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Derajat Kejenuhan (DS), Panjang Antrian (QL) dan Tundaan (D) serta perubahan nilai yang diakibatkan karena adanya penurunan dari nilai kelas hambatan samping yang paling tinggi menjadi kelas hambatan samping yang paling rendah. Beberapa perubahan nilai yang dimaksud yaitu :

A. Untuk kelas hambatan samping yang paling tinggi, derajat kejenuhan berubah dari 0.88 menjadi 0.87 dan basar nilai perubahanya yaitu 1.06 %.

B. Untuk kelas hambatan samping yang paling tinggi, panjang antrian untuk tipe pendekat :

1) Jalan Cak Doko berubah dari 87.81 m menjadi 81.71 m dan basar nilai perubahanya yaitu 6.94 %.

2) Jalan Prof Dr W Z Johanes berubah dari 51.60 m menjadi 48.15 m dan basar nilai perubahanya yaitu 6.69 %.

3) Jalan Tompelo berubah dari 83.57 m menjadi 77.76 m dan basar nilai perubahanya yaitu 6.95 %.

4) Jalan Gunung Fatu Leu berubah dari 41.35 m menjadi 38.64 m dan basar nilai perubahanya yaitu 6.55 %.

Maka besarnya rata-rata perubahan nilai panjang antrian yang terjadi pada simpang tersebut yaitu sebesar 6.78 %.

C. Untuk kelas hambatan samping yang paling tinggi, tundaan berubah dari 60.55 detik menjadi 57.24 detik dan basar nilai perubahanya yaitu 5.46 %.

(2)

3. Total perubahan nilai derajat kejenuhan (DS), panjang antrian (QL) dan tundaan (D) setelah kelas hambatan samping (FSF) diturunkan maksimum menjdi kelas hambatan samping terendah yaitu sebesar 1.06 % + 6.78 % + 5.46 % = 13.30 %. Total perubahan dari nilai derajat kejenuhan (DS), panjang antrian (QL) dan tundaan (D) yaitu sebesar 13.30 % merupakan besarnya pengaruh hambatan samping terhadap kinerja simpang Jl. Cak Doko – Jl. Prof Dr W Z Johanes – Jl. Tompelo – Jl. Gunung Fatu Leu.

4. Ternyata setelah Hambatan Samping diperbaiki atau diturunkan, perubahan Derajat Kejenuhan (DS), Panjang Antrian (QL) dan Tundaan (D) tidak berdampak pada perbaikan kinerja simpang karena nilai Derajat Kejenuhan (DS) masih melebihi 0,8 dan nilai Tundaan (D) masih lebih lama dari 30 detik. Dengan demikian, keterbatasan kapasitas dan kinerja simpang yang ditinjau diperkirakan di sebabkan oleh karena problem desain waktu siklus

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan pada kondisi tundaaan yang terjadi di atas maka rekomendasi yang tepat untuk memperbaiki kinerja pada simpang empat tersebut yaitu :

1. Memperbesar kapasitas simpang supaya dengan besarnya volume kendaraan yang ada, maka derajat kejenuhan akan menjadi kecil.

2. Memperbesar lebar efektif pada pendekat jalan Cak Doko supaya dapat menampung volume arus kendaraan yang padat.

3. Perencanaan kembali waktu siklus untuk tiap fase supaya dapat mengurangi panjang antrian pada simpang empat tersebut.

4. Dengan adanya perubahan dari 4 fase manjadi 3 fase supaya dapat memperbaiki waktu siklus dan kapasitas simpang akan menjadi besar.

5. Mengevaluasi apakah simpang empat tersebut memang membutuhkan APILL untuk memperbaiki kinerja simpang ataukah justru dengan tidak adanya APILL, kinerja simpang empat tersebut menjadi lebih baik.

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum RI, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta.

Hobbs, F.D, 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Lapudo’oh,G,Y.A, 2006. Evaluasi Kapasitas dan Tingkat Pelayanan Simpang Bersinyal (Study Kasus Pada Simpang Empat Polda-NTT). Sripsi Fakultas Teknik Jurusan Sipil UNWIRA.

Maryono,H, (2010), Evaluasi Tingkat Pelayanan Pada Persimpangan Berlampu (Study Kasus Persimpangan Lampu Merah Oesapa, Kota Kupang). Skripsi Fakultas Teknik Jurusan Sipil UNWIRA.

Menteri Perhubungan RI, 2006. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu lintas Di Jalan. http:

www.hubdat.web.id/peraturan/km14tahun 2006.pdf

Mola,Y, (2011). Analisis Kebutuhan APILL Pada Daerah Simpang Tiga (Study kasus Pada Daerah SIMPANG Tiga Jl. Cak Doko - Jl. Nangka Kecamatan Oebobo). Skripsi Fakultas Teknik Jurusan Sipil UNWIRA.

(4)
(5)

JURNAL

ANALISIS DAMPAK HAMBATAN SAMPING

TERHADAP KINERJA SIMPANG

( STUDY KASUS: PADA DAERAH SIMPANG EMPAT JL. TOMPELO –

JL. PROF DR W Z JOHANES – JL. CAK DOKO- JL. GUNUNG

FATULEU )

DISUSUN OLEH :

DEDDY RAMMBO SAUL MESSAH

NO. REGISTRASI

211 07 013

JURUSAN TEKNIK SIPIL-FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2012

(6)

ANALISIS DAMPAK HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA SIMPANG

( STUDY KASUS: PADA DAERAH SIMPANG 4 JL. TOMPELO – JL. PROF DR W Z

JOHANES – JL. CAK DOKO- JL. GUNUNG FATULEU )

ABTRAKSI

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hambatan samping terhadap kinerja simpang yang diukut berdasarkan dampaknya terhadap besar Kapasitas, Derajat Kejenuhan, Panjang Antrian, Tundaaan serta memberikan strategi yang tepat untuk memperbaiki kinerja pada simpang 4, jalan Cak Doko – Jalan Tompelo – Jalan Prof Dr W Z Johanes – Jalan Gunung Fatu Leu. Dalam analis pada penelitian ini terdapat dua perhitugan, yaitu perhitungan yang pertama menggunakan data kelas hambatan samping yang diperoleh dari hasil pengambilan data di lapangan atau hasil survei di lapangan sedangkan perhitungan yang kedua menggunakan data kelas hambatan samping terendah yang diperoleh dari tabel penilain kelas hambatan samping yang sudah ditetapkan oleh Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 (MKJI, 1997). Setelah diperoleh kedua hasil perhitungan tersebut, selanjutnya pada hasil perhitungan pertama yang menggunakan data kelas hambatan samping yang diperoleh dari hasil survei, dibandingkan terhadap hasil perhitungan yang kedua yang menggunakan data kelas hambatan samping terendah yang diperoleh dari tabel MKJI, 1997. Dari hasil kedua perbandingan tersebut diperoleh berapa besar perubahan nilai Derajat Kejenuhan, Panjang Antrian dan Tundaan. pada simpang tersebut, selanjutnya perubahan nilai tersebut yang dijadikan sebagai besarnya pengaruh hambatan samping terhadap simpang empat.

Kata Kunci : Hambatan samping berupa pejalan kaki, penyeberang jalan, kendaraan parkir, dan kendaraan masuk-keluar simpang. Kinerja persimpangan dinilai bersadarkan pada Tundaan, Derajat Kejenuhan dan Panjang Antrian.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada dasarnya setiap kota pasti memiliki sistem transportasi yang berbeda satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan topogarfi dari kota tersebut. Perbedaan topografi kota akan membentuk wilayah yang berbeda-beda, dengan demikian sistem transportasi setiap kota akan selalu disesuaikan dengan kebutuhan dan kegunaan kota tersebut. Sistem trasportasi suatu kota juga sangat bergantung pada jumlah populasi yang ada di kota tersebut karena struktur suatu wilayah dalam perkotaan selalu dirancang menurut kegunaan dan kepentingan masyarakat.

Seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan populasi dan juga pembangunan infrastruktur untuk memenuhi kepentingan masyarakat, maka tentunya aktivitas masyarakat di daerah perkotaan akan semakin meningkat, dengan demikian arus lalu lintas dalam kota juga akan semakin tinggi. Hal ini memicu masalah baru bagi suatu daerah yang memiliki arus lalu lintas yang tinggi dan akan

(7)

menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan antara pengguna jalan dengan jaringan jalan yang sudah disediakan oleh pemerintah.

Apabila sudah terjadi ketidak seimbangan pada suatu persimpangan jalan maka akan mengurangi kapasitas simpang dan dengan demikian kinerja simpang juga akan menurun. Jika kinerja pada persimpangan telah menurun dan tidak segera ditangani atau diperbaiki maka akan menimbulkan masalah yang terjadi di simpang, misalnya masalah kemacetan dan juga kecelakaan. Salah satu penyebab terjadinya ketidak seimbangan antara pengguna jalan dengan ketersediaan jaringan jalan yang mengakibatkan kinerja suatu persimpangan jalan semakin menurun adalah hambatan samping. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah pejalan kaki, penyeberang jalan, kendaraan parkir dan kendaraan masuk dan keluar persimpangan.

Dilihat dari masalah yang akan muncul akibat penurunan kinerja persimpangan, maka

tujuan

untuk diadakan penelitian ini adalah menghitung volume dan kapasitas pada simpang empat

tersebut, menghitung Derajat Kejenuhan (DS), Tundaan (D) dan Antrian (QP) pada simpang empat tersebut, mengetahui besarnya pengaruh hambatan samping terhadap kinerja simpang empat tersebut

,

memberikan strategi atau teknik pengendalian untuk memperbaiki kinerja pada simpang empat trsebut.

LANDASAN TEORI

Kritereia atau Standar Tingkat Pelayanan Simpang dengan APILL

Berikut ini merupakan paremeter atau standar Tingkat Pelayanan pada Simpang yaitu : 1. Derajat Kejenuhan (DS)

Derajat kejenuhan adalah perbandingan arus lalu lintas terhadap kapasitas untuk suatu pendekat. 2. Panjang Antrian

Panjang antrian (QL) adalah panjang kendaraan antrian dalam suatu pendekat (m). 3. Tundaan (D)

Tundaan adalah perlambatan pergerakan kendaraan yang diakibatkan karena kondisi kapasitas dan parameter dalam perhitungan tundaan.

Nilai tingkat pelayanan suatu persimpangan ditentukan dari hasil bagi total penundaan untuk keempat pendekat. Nilai ini dicocokan dengan suatu kategori tingkat pelayanan yang telah ditetapkan oleh MKJI, 1997 (Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997).

Tabel Tingkat Pelayanan

Tingkat Pelayanan Penundaan Terhenti

A <5

B 2.1 – 15

(8)

D 25.1 – 40

E 40.1 – 60

F >60

Sumber : MKJI, 1997

Setiap ruas jalan dapat dikelompokan pada tingkat pelayanan tertentu yaitu tingkat pelayaan antara A sampai dengan tingkat pelayanan F, dimana tingkat pelayaynan A menggambarkan kondisi operasional yang terbaik degan penundaaan lebih kecil 5 detik per kendaraan dan tingkat pelayanan F adalah kondisi terburuk dengan penundaan lebih besar dari 60 detik per kendaraan.

Untuk penilaian kriteria atau standar dari derajat kejenuhan yang diperoleh dari hasil perhitungan setiap pendekat bisa diterima apabila DS < 0.75. Tetapi apabila melebihi dari standar yang sudah ditentukan maka pendekat tersebut digolongkan dalam kondisi saturated atau overload (kondisi macet).

Rumus - rumus dan tahapan perhitungan untuk menghitung Kapasitas, Derajat Perhitungan, Panjang Antrian dan Tundaan dihitung berdasarkan pada rumus dan tahapan perhitungan yang sudah ditetapkan oleh standar Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 (MKJI, 1997).

Bentuk – Bentuk Penanganan Simpang dengan APILL

1. Untuk mengendalikan kapasitas simpang maka perlu mengatur manajemen parkiran kendaraan, khususnya kendaraan umum maupun pribadi saat menaikan dan menurunkan penumpang pada daerah sekitar prsimpangan.

2. Perhitungan kembali waktu siklus agar dapat mengurangi panjang antrian kendaran.

3. Bentuk penanganan simpang dengan APILL berikutnya yaitu dengan perubahan fase. Perubahan fase bertujuan untuk memperbaiki waktu siklus dan kapasitas simpang menjadi besar.

4. Pelebaran mulut persimpangan dan lebar efektif lengan simpang agar kapasitas simpang menjadi besar untuk menampung kendaraan.

5. Dengan membangun jembatan penyeberang untuk pejalan kaki saat mnyeberang jalan. 6. Dengan menerapkan aturan belok kiri langsung.

7. Penempatan Polisi Lalulintas agar dapat mengatur Lalu Lintas supaya tidak terjadi masalah seperti kemacetan dan kecelakaan.

METODOLOGI PENELITIAN

Data dan Skenario Penelitian

Data Primer merupakan data yang langsung diperoleh dari lapangan yaitu, dengan melakukan pengukuran durasi waktu siklus, pengukuran kondisi geometrik secara manual, volume arus lalulintas

(9)

Data Masukan

Survei Arus Lalu Lintas : a. Volume

b. Hambatan Samping Identifikasi Masalah

MULAI

Survei Waktu Siklus: a. Waktu Merah b. Waktu kuning c. Waktu Hijau d. Waktu antar Hijau e. Waktu Hilang f. Jumlah Fase

Survei Geometrik Persimpangan : a. Lebar Badan Jalan

b. Lebar Pendekat c. Lebar Trotoar

Analisis Data

Waktu Siklus dan Waktu Hijau untuk tiap Fase

Arus Jenuh SELESAI Kapasitas Derajat Kejenuhan PenentuanTingkat Pelayanan Persimpangan

Kesimpulan dan Saran

Panjang Antrian

Tundaan

Pengaruh hambatan samping terhadap kinerja Data Sekunder

dan hambatan samping sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait dan literatur-literatur atau buku sumber.

(10)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

`

Hambatan samping mempengaruhi kinerja simpang karena didalam perhitungan

kapasitas simpang terdapat faktor penyesuaian hambatan samping, kemudian dari hasil

perhitungan kapasitas yang diperoleh, maka akan diketahui berapa besar nilai Derajat

Kejenuhan, Panjang Antrian dan Tundaan.

Analisis Data Untuk mengetahui Kinerja pada Simpang dengan menggunakan Rumus dan Metode Perhitungan yang Sesuai dengan Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 (MKJI, 1997) dan Data yang Telah Diperoleh Dari Hasil Survei.

1. Nilai Arus Jenuh

Tabel : Nilai Arus Jenuh (S)

Pendekat SO FCS FSF FG FP FRT FLT S (Smp/jam hijau) Jl. Cak Doko 3000 0.83 0.93 1.00 1.00 1.04 0.98 2377 Jl. Prof Dr W Z Johanes 1920 0.83 0.93 1.00 1.00 1.14 0.96 1617 Jl. Tompelo 3390 0.83 0.93 1.00 1.00 1.03 0.98 2649

Jl. Gunung Fatu Leu 1800 0.83 0.93 1.00 1.00 1.03 0.91 1304 Sumber : Hasil Survei dan Analisis di Simpangan Empat (Kupang, 2012)

2. Kapasitas

Tabel : Nilai Kapasitas (C)

Pendekat Arus Jenuh (S) Waktu Hijau

(g) Waktu Siklus (c) Kapasitas (C) Jl. Cak Doko 2377 42 143 692 Jl. Prof Dr W Z Johanes 1617 22 143 245 Jl. Tompelo 2649 40 143 746

Jl. Gunung Fatu Leu 1304 19 143 178

Sumber : Hasil Survei dan Analisis di Simpangan Empat (Kupang, 2012)

3. Derajat Kejenuhan

Tabel : Nilai Derajat Kejenuhan (DS)

Pendekat Arus Lalu Lintas (Q) Kapasitas (C) Derajat Kejenuhan

(DS)

Jl. Cak Doko 608 692 0.88

(11)

Sumber : Hasil Survei dan Analisis di Simpangan Empat (Kupang, 2012)

4. Panjang Antrian

Tabel : Nilai Panjang Antrian (QL)

Pendekat NQ {smp) WENTRY (m) QL (m) Jl. Cak Doko 21.95 5.00 87.81 Jl. Prof Dr W Z Johanes 8.26 3.20 51.60 Jl. Tompelo 23.65 5.65 83.57

Jl. Gunung Fatu Leu 6.20 3.00 41.35

Sumber : Hasil Survei dan Analisis di Simpangan Empat (Kupang, 2012)

5. Tundaan Rata-Rata untuk Seluruh Simpang (Di)

Tundaan rata-rata untuk seluruh simpang dapat dihitung dengan Rumus MKJI, 1997 Di = ∑(Q x D)/ QTOT

= 98895 /1633 = 60.55 det/smp

Artinya nilai rata- rata tundaan untuk seluruh simpang adalah 60.55 detik untuk setiap satuan mobil penumpang (smp). Maka tingkat pelayanan pada simpang empat tersebut yaitu F.

Dari hasil perhitungan tundaan yang telah diperoleh yaitu sebesar 60.55 det/smp maka tundaan yang terjadi pada simpang tersebut sudah melebihi standar atau kriteria yang telah ditetapkan oleh MKJI, 1997, yang seharusnya tundaan yang terjadi pada simpang tidak boleh melebihi 30 det/smp karena jika tundaan melebihi standar yang sudah ditetapkan, maka akan menimbulkan masalah, misalnya kemacetan dan kecelakaan.

Dari hasil perhitungan kinerja di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab utama lamanya tundaan yang terjadi pada simpang tersebut diakibatkan karena tingginya hambatan samping yang terjadi, seperti jumlah pejalan kaki, penyeberang jalan, kendaraan parkir dan kendaraan masuk-keluar simpang.

Dengan demikian maka akan dilakukan perhitungan kembali kinerja pada simpang tersebut dengan menurunkan kelas hambatan samping menjadi kelas hambatan samping yang terendah sesuai dengan tabel penilaian kelas hambatan samping yang sudah ditetapkan oleh MKJI, 1997.

Analisis Data Untuk memperbaiki Kinerja pada Simpang dengan menggunakan Rumus dan Metode Perhitungan yang Sesuai dengan Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 (MKJI,

Jl. Tompelo 655 746 0.88

(12)

1997) dan Data kelas hambatan samping yang sudah diturunkan maksimum sesuai dengan Tabel Penilaian Kelas hambatan Samping yang Telah Ditetapkan Oleh MKJI, 1997.

1. Nilai Arus Jenuh

Tabel : Nilai Arus Jenuh (S)

Pendekat SO FCS FSF FG FP FRT FLT S

Jl. Cak Doko 3000 0.83 0.95 1.00 1.00 1.04 0.98 2428 Jl. Prof Dr W Z Johanes 1920 0.83 0.95 1.00 1.00 1.14 0.96 1652

Jl. Tompelo 3390 0.83 0.95 1.00 1.00 1.03 0.98 2706

Jl. Gunung Fatu Leu 1800 0.83 0.95 1.00 1.00 1.03 0.91 1332 Sumber : Hasil Survei dan Analisis di Simpangan Empat (Kupang, 2012)

2. Kapasitas

Tabel : Nilai Kapasitas (C)

Pendekat Arus Jenuh (S) Waktu Hijau

(g) Waktu Siklus (c) Kapasitas (C) Jl. Cak Doko 2428 39 134 699 Jl. Prof Dr W Z Johanes 1652 20 134 247 Jl. Tompelo 2706 37 134 754

Jl. Gunung Fatu Leu 1332 18 134 180

Sumber : Hasil Survei dan Analisis di Simpangan Empat (Kupang, 2012)

3. Derajat Kejenuhan

Tabel : Nilai Derajat Kejenuhan (DS)

Sumber : Hasil Survei dan Analisis di Simpangan Empat (Kupang, 2012)

4. Panjang Antrian

Tabel : 4.32 Nilai Panjang Antrian (QL)

Pendekat NQ {smp) WENTRY (m) QL (m) Jl. Cak Doko 20.43 5.00 81.71 Jl. Prof Dr W Z Johanes 7.70 3.20 48.15

Pendekat Arus Lalu Lintas

(Q) Kapasitas (C) Derajat Kejenuhan (DS) Jl. Cak Doko 608 699 0.87 Jl. Prof Dr W Z Johanes 215 247 0.87 Jl. Tompelo 655 754 0.87

(13)

Jl. Tompelo 21.97 5.65 77.76

Jl. Gunung Fatu Leu 5.80 3.00 38.64

Sumber : Hasil Survei dan Analisis di Simpangan Empat (Kupang, 2012)

(14)

Tundaan rata-rata untuk seluruh simpang dapat dihitung dengan Rumus MKJI, 1997 : Di = ∑(Q x D)/ QTOT

= 93493 /1633 = 57.24 det/smp

Artinya nilai rata - rata tundaan untuk seluruh simpang adalah 57.24 detik untuk setiap satuan mobil penumpang (smp). Setelah kelas hambatan samping diturunkan maksimum maka tingkat pelayanan pada simpang empat tersebut menjadi E.

Dari hasil perhitungan tundaan yang telah diperoleh yaitu sebesar 57.24 det/smp maka tundaan yang terjadi pada simpang tersebut masih melebihi standar atau kriteria yang telah ditetapkan oleh MKJI, 1997, yang seharusnya tundaan yang terjadi pada simpang tidak boleh melebihi 30 det/smp karena akan mrenyebabkan kemacetan dan kecelakaan.

Pada hasil perhitungan tunadaan yang kelas hambatan samping sudah diturunkan maksimum, ternyata tundaan yang terjadi masih melebihi standar yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 57.24 det/smp. Maka dapat disimpulkan bahwa hambatan samping tidak terlalu berpengaruh terhadap penurunan kinerja persimpangan dan ada penyebab lain yang menyebabkan kinerja simpang menjadi buruk misalkan pengaturan waktu siklus dan jumlah fase yang banyak.

Analisis Dampak Hambatan Samping Terhadap Kinerja Simpang

1. Perubahan Nilai Derajat Kejenuhan (DS) setelah Kelas Hambatan Samping (F

SF

)

Diturunkan Maksimum.

Tabel Perubanah Nilai DS

Pendekat DS (FSF =0.93) DS (FSF =0.95) Nilai Perubahan

Jl. Cak Doko 0.88 0.87 1.06 %

Jl. Prof Dr W Z Johanes 0.88 0.87 1.06 %

Jl. Tompelo 0.88 0.87 1.06 %

Jl. Gunung Fatu Leu 0.88 0.87 1.06 %

Rata-Rata Perubahan nilai DS 1.06 %

Sumber : Hasil Survei dan Analisis di Simpangan Empat (Kupang, 2012)

2. Perubahan nilai panjang antrian (QL) setelah kelas hambatan samping (F

SF

)

diturunkan maksimum.

Tabel Perubanah Nilai QL

Pendekat QL (FSF =0.93)

meter

QL (FSF =0.95)

meter Nilai Perubahan

(15)

Jl. Prof Dr W Z Johanes 51.60 48.15 6.69 %

Jl. Tompelo 83.57 77.76 6.95 %

Jl. Gunung Fatu Leu 41.35 38.64 6.55 %

Rata-Rata Perubahan nilai QL 6.78 %

Sumber : Hasil Survei dan Analisis di Simpangan Empat (Kupang, 2012)

3. Perubahan nilai Tundaan (D) setelah kelas hambatan samping (F

SF

) diturunkan

maksimum.

Prosentase Perubahan = [(D awal – D akhir) / D awal] x 100 %

= [(60.55 detik ― 57.24 detik ) / 60.55 detik] x 100 % = 5.46 %

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil survei dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa : 5. Volume dan kapasitas pada simpang empat tersebut yaitu :

E. Untuk volume puncak pada pendekat jalan Cak Doko yaitu 608 smp/jam dan Kapasitas sebesar 692 smp/jam.

F. Untuk volume puncak pada pendekat jalan Prof Dr W Z Johanes yaitu 215 smp/jam dan Kapasitas sebesar 245 smp/jam.

G. Untuk volume puncak pada pendekat jalan Tompelo yaitu 655 smp/jam dan Kapasitas sebesar 746 smp/jam.

H. Untuk volume puncak pada pendekat jalan Gunung Fatu Leu yaitu 156 smp/jam dan Kapasitas sebesar 178 smp/jam.

6. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Derajat Kejenuhan (DS), Panjang Antrian (QL) dan Tundaan (D) serta perubahan nilai yang diakibatkan karena adanya penurunan dari nilai kelas hambatan samping yang paling tinggi menjadi kelas hambatan samping yang paling rendah. Beberapa perubahan nilai yang dimaksud yaitu :

Tabel Perubahan Nilai Akibat Penurunan Kelas Hambatan Samping

Pendekat Perubahan DS Perubahan QL Perubahan D

Jl. Cak Doko 1.06 % 6.94 % 5.46 %

(16)

Jl. Tompelo 1.06 % 6.95 % 5.46 %

Jl. Gunung Fatu Leu 1.06 % 6.55 % 5.46%

Rata – Rata perubahan 1.06 % 6.78 % 5.46 %

Total Rata - Rata Perubahan DS + QL + D = 13.30 %

7. Total perubahan dari nilai derajat kejenuhan (DS), panjang antrian (QL) dan tundaan (D) yaitu sebesar 13.30 % merupakan besarnya pengaruh hambatan samping terhadap kinerja simpang Jl. Cak Doko – Jl. Prof Dr W Z Johanes – Jl. Tompelo – Jl. Gunung Fatu Leu.

8. Ternyata setelah Hambatan Samping diperbaiki atau diturunkan, perubahan Derajat Kejenuhan (DS), Panjang Antrian (QL) dan Tundaan (D) tidak berdampak pada perbaikan kinerja simpang karena nilai Derajat Kejenuhan (DS) masih melebihi 0,8 dan nilai Tundaan (D) masih lebih lama dari 30 detik. Dengan demikian, keterbatasan kapasitas dan kinerja simpang yang ditinjau diperkirakan di sebabkan oleh karena problem desain waktu siklus

Rekomendasi

Berdasarkan pada kondisi tundaaan yang terjadi di atas maka rekomendasi yang tepat untuk memperbaiki kinerja pada simpang empat tersebut yaitu :

6. Memperbesar kapasitas simpang supaya dengan besarnya volume kendaraan yang ada, maka derajat kejenuhan akan menjadi kecil.

7. Memperbesar lebar efektif pada pendekat jalan Cak Doko supaya dapat menampung volume arus kendaraan yang padat.

8. Perencanaan kembali waktu siklus untuk tiap fase supaya dapat mengurangi panjang antrian pada simpang empat tersebut.

9. Dengan adanya perubahan dari 4 fase manjadi 3 fase supaya dapat memperbaiki waktu siklus dan kapasitas simpang akan menjadi besar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Tulisan ini dapat dilihat dalam bentuk yang sekarang ini adalah karena telah banyak bantuan dan dukungan yang telah penulis terima ; dari Tuhan Yesus Kristus adalah yang terutama dan diatas segala-galanya. Karena itu segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadiratNya.

Bapak Don G.N da Costa, ST,MT selaku pembimbing, Bapak Ir. Egidius Kalogo,MT selaku ketua jurusan Teknik Sipil, mama serta saudara-saudaraku yang telah memberikan perhatian dan bantuan yang tidak dapat penulis ungkapkan.

(17)

Sahabat-sahabatku tidak hanya memberikan perhatian dan bantuan dalam berbagai bentuk melainkan bagi penulis mereka merupakan sumber motivasi semenjak awal perkuliahan hingga selesainya tulisan ini. Mereka akan menjadi sumber motivasi sepanjang hidup penulis.

Banyak terima kasih adalah pemberian yang dapat penulis berikan bagi segala sesuatu yang telah diterima.

Kekurangan dan kelemahan sangat mungkin di temukan dalam tulisan ini, karena itu bantuan seluruh pihak berupa usul dan saran sangat diharapkan bagi penyempurnaan-nya.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum RI, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta.

Hobbs, F.D, 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta. Lapudo’oh,G,Y.A, 2006. Evaluasi Kapasitas dan Tingkat Pelayanan Simpang Bersinyal (Study

Kasus Pada Simpang Empat Polda-NTT). Sripsi Fakultas Teknik Jurusan Sipil UNWIRA.

Maryono,H, (2010), Evaluasi Tingkat Pelayanan Pada Persimpangan Berlampu (Study Kasus Persimpangan Lampu Merah Oesapa, Kota Kupang). Skripsi Fakultas Teknik Jurusan Sipil UNWIRA.

Menteri Perhubungan RI, 2006. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2006 tentang

Manajemen dan Rekayasa Lalu lintas Di Jalan. http:

www.hubdat.web.id/peraturan/km14tahun 2006.pdf

Mola,Y, (2011). Analisis Kebutuhan APILL Pada Daerah Simpang Tiga (Study kasus Pada Daerah SIMPANG Tiga Jl. Cak Doko - Jl. Nangka Kecamatan Oebobo). Skripsi Fakultas Teknik Jurusan Sipil UNWIRA.

(18)

Gambar

Tabel Tingkat Pelayanan
Diagram Alir
Tabel : Nilai Kapasitas (C)
Tabel :  Nilai Panjang Antrian (QL)  Pendekat  NQ  {smp)  W ENTRY(m)  QL (m)  Jl. Cak Doko  21.95  5.00  87.81  Jl
+4

Referensi

Dokumen terkait

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang memberikan gambaran tentang pelaksanaan bauran ritel dan pengaruhnya terhadap keputusan

Untuk mengatasi masalah-masalah belajar peserta didik tersebut, maka implikasi layanan bimbingan hendaknya disesuaikan dengan masalah belajar yang dihadapi oleh peserta

Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan

kekurangannya.pendapatan dari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan proyek atau pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini peningkatan tarif atau juga

Site Acquisition : Site Survey dan hunting dengan 3 kandidat lokasi yang disetujui Telkom, Pnerbitan BAK dan kontrak sewa/menyewa atau AJB dengan pemilik, perolehan ijin warga

Dari hasil penelitiannya, Fujimori menyimpulkan bahwa faktor utama peningkatan jumlah tanshin setai pada lansia laki-laki dengan umur 70 tahun-an hingga lebih dari

Dalam penelitian fenomena pola komunikasi interpesonal orang tua dan anak remaja pecandu narkoba, dapat dikembangkan kembali dengan klasifikasi sudut pandang yang

Kapasitas simpang yang ditentukan sebagai arus total simpang dimana tundaan rata-rata simpang (D) melebihi 2,033 detik/smp, dengan mengambil (D) = untuk ketiga