• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan September 2015 tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,28 persen, dari 104,25 pada bulan Agustus 2015, menjadi 104,54. Dari sisi indeks yang diterima petani (It), tercatat kenaikan sebesar 0,72 persen, dari 122,27 di bulan sebelumnya menjadi 123,14. Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (Ib), tercatat kenaikan sebesar 0,44 persen, dari dari 117,28 menjadi 117,80.

 Pada bulan September 2015, dari lima subsektor, tiga diantaranya mengalami penurunan NTP, yaitu Subsektor Hortikultura dan Tanaman Perkebunan yang turun masing-masing sebesar 0,26 persen serta Subsektor Perikanan yang turun sebesar 0,01 persen. Sementara itu, dua subsektor lainnya, yaitu Tanaman Pangan dan Peternakan mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 0,85 persen, dan 0,63 persen.

 NTP Nasional bulan September 2015 mencapai 102,33, mengalami kenaikan sebesar 1,04 persen terhadap bulan sebelumnya. Kenaikan ini secara umum didorong oleh indeks harga yang diterima petani (It) yang naik sebesar 1,09 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,05 persen.

 Berdasarkan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) September 2015, daerah pedesaan di Bali tercatat inflasi sebesar 0,52 persen. Sedangkan secara nasional daerah perdesaan mengalami deflasi sebesar 0,02 persen.

 Bulan September 2015, tercatat inflasi perdesaan di 19 provinsi, sedangkan 14 provinsi mengalami deflasi. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Utara, yaitu sebesar 1,11 persen dan inflasi terendah terjadi di Papua Barat sebesar 0,06 persen. Sementara itu, deflasi terbesar tercatat di Sumatera Utara mencapai 0,84 persen, sedangkan deflasi terendah tercatat di Kalimantan Barat sebesar 0,01 persen.

No. 68/10/51/Th. IX, 1 Oktober 2015

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI DAN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

A. SEPTEMBER 2015, NTP BALI NAIK 0,28 PERSEN

NTP (Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumahtangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Pada September 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali tercatat mengalami peningkatan sebesar 0,28 persen, dari 104,25 pada bulan sebelumnya, menjadi 104,54. Dari sisi indeks yang diterima petani (It), tercatat kenaikan sebesar 0,72 persen, dari 122,27 di bulan sebelumnya menjadi

(2)

123,14. Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (Ib), tercatat kenaikan sebesar 0,44 persen, dari 117,28 menjadi 117,80.

1.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (Padi & Palawija/NTP-P)

NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) pada bulan September 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,85 persen dibanding bulan sebelumnya, yaitu dari 97,57 menjadi 98,40. Nilai NTP-P masih tetap berada dibawah 100 ini menunjukkan bahwa biaya produksi dan konsumsi rumahtangga petani di subsektor pertanian tanaman pangan masih lebih besar dibandingkan hasil yang diterima dari usaha pertaniannya.

Indeks harga yang diterima petani (It) pada subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 1,27 persen. Kenaikan ini terjadi pada kelompok Padi dan Palawija masing-masing sebesar 1,46 persen dan 0,76 persen. Di sisi lain, indeks harga yang dibayar petani (Ib) tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan It. Kenaikan pada Ib dipengaruhi oleh naiknya Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga (IHKP) dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) masing-masing sebesar 0,47 persen dan 0,16 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTP-H)

NTP Subsektor Hortikultura (NTP-H) merupakan salah subsektor yang mengalami penurunan NTP pada bulan September 2015. NTP-H turun sebesar 0,26 persen, yaitu dari 102,11 pada bulan lalu menjadi 101,84. Penurunan ini terjadi karena indeks yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen, sementara indeks harga yang harus dibayar oleh petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,42 persen. Kenaikan yang terjadi pada It dipengaruhi oleh naiknya harga-harga pada kelompok sayur-sayuran sebesar 1,62 persen, sedangkan kelompok buah-buahan dan tanaman obat turun masing-masing sebesar 0,57 persen, dan 1,02 persen. Secara umum, komoditas yang mengalami kenaikan harga, antara lain jeruk, nangka, dan tomat. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,55 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,06 persen.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)

NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) pada bulan September 2015 mengalami penurunan sebesar 0,26 persen dari 99,17 menjadi 98,91. NTP-Pr pada bulan September 2015 kembali berada di bawah nilai 100, yang menunjukkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan petani di subsektor ini lebih besar daripada pendapatan yang diterima dari hasil perkebunannya. Secara umum, penurunan NTP-Pr dipicu oleh naiknya indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,18 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan lebih besar, yaitu 0,44 persen. Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas naiknya It di subsektor ini yaitu kopi, kelapa, dan kapas. Di sisi lain, kenaikan pada Ib dipengaruhi oleh indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM yang naik masing-masing sebesar 0,55 persen dan 0,07 persen.

(3)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Perubahannya Menurut Subsektor Agustus 2015 - September 2015 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase

Agustus 2015 September 2015 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan (NTP-P) 97.57 98.40 0.85

a. Indeks Diterima Petani 117.66 119.15 1.27

- Padi 115.18 116.85 1.46

- Palawija 124.92 125.87 0.76

b. Indeks Dibayar Petani 120.59 121.09 0.41 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 121.41 121.98 0.47

- Indeks BPPBM 116.79 116.97 0.16

2. Hortikultura (NTP-H) 102.11 101.84 -0.26

a. Indeks Diterima Petani 120.70 120.90 0.16

- Sayur-sayuran 132.25 134.39 1.62

- Buah-buahan 115.54 114.88 -0.57

- Tanaman Obat 122.81 121.56 -1.02

b. Indeks Dibayar Petani 118.21 118.71 0.42 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 120.29 120.95 0.55

- Indeks BPPBM 112.55 112.62 0.06

3. Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) 99.17 98.91 -0.26

a. Indeks Diterima Petani 116.38 116.59 0.18 - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 116.38 116.59 0.18 b. Indeks Dibayar Petani 117.35 117.87 0.44 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 120.70 121.37 0.55

- Indeks BPPBM 107.29 107.36 0.07

4. Peternakan (NTP-Pt) 114.41 115.13 0.63

a. Indeks Diterima Petani 130.56 132.02 1.11

- Ternak Besar 133.28 135.99 2.03

- Ternak Kecil 132.18 132.18 0.00

- Unggas 127.00 126.47 -0.41

- Hasil Ternak 115.96 114.95 -0.87

b. Indeks Dibayar Petani 114.12 114.67 0.48 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 120.94 121.57 0.52

- Indeks BPPBM 108.15 108.62 0.43

5. Perikanan (NTP-Pi) 105.32 105.30 -0.01

a. Indeks Diterima Petani 126.20 126.60 0.32

- Tangkap 139.35 138.87 -0.35

- Budidaya 106.70 108.42 1.61

b. Indeks Dibayar Petani 119.83 120.23 0.33 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 124.52 124.90 0.30

- Indeks BPPBM 111.21 111.65 0.40

NTP Gabungan 104.25 104.54 0.28

a. Indeks Diterima Petani 122.27 123.14 0.72 b. Indeks Dibayar Petani 117.28 117.80 0.44 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 120.89 121.52 0.52

(4)

d.

Subsektor Peternakan (NTP-Pt)

Subsektor Peternakan terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ternak. NTP Subsektor Peternakan (NTP-Pt) bulan September 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,63 persen, yaitu dari 114,41 menjadi 115,13. Secara umum kenaikan ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 1,11 persen, sementara kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani (Ib) lebih rendah, yaitu sebesar 0,48 persen. Terjadinya kenaikan It dipicu oleh naiknya harga pada kelompok ternak besar mencapai 2,03 persen, yaitu komoditas sapi potong. Sebaliknya kelompok unggas dan hasil ternak mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 0,41 persen dan 0,87 persen. Sementara itu, kelompok ternak kecil tidak mengalami perubahan. Di sisi lain, kenaikan pada Ib dipicu oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,52 persen dan indeks BPPBM 0,43 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTP-Pi)

Subsektor Perikanan mencakup kegiatan perikanan tangkap dan budidaya perikanan. Pada bulan September 2015, NTP Subsektor Perikanan juga mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,01 persen, dari 105,32 menjadi 105,30. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan yang lebih kecil daripada kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib). It mengalami kenaikan sebesar 0,32 persen, sementara Ib naik sebesar 0,33 persen. Kenaikan It dipicu oleh naiknya harga-harga pada kelompok budidaya perikanan sebesar 1,61, sebaliknya indeks kelompok perikanan tangkap turun sebesar 0,35. Beberapa komoditi dalam kelompok budidaya perikanan yang mengalami kenaikan harga, yaitu rumput laut, lele, kerapu, dan patin. Sementara itu, adanya kenaikan pada Ib didorong oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga dan BPPBM masing-masing sebesar 0,30 persen dan 0,40 persen.

2.

Perbandingan Terhadap Angka Nasional

Pada bulan September 2015, NTP gabungan secara nasional mengalami kenaikan sebesar 1,04 persen. Secara umum, kenaikan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) secara nasional mengalami kenaikan sebesar 1,09 persen, lebih tinggi daripada kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,05 persen. Jika dibandingkan dengan NTP Gabungan secara nasional, NTP Bali masih berada di atas NTP Gabungan secara nasional.

Tabel 2

Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Nasional serta Persentase Perubahannya, Agustus - September 2015 (2012=100) Indeks

Provinsi Bali Nasional

Agustus

2015 September 2015 % Agustus 2015 September 2015 %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Indeks yang Diterima Petani 122.27 123.14 0.72 121.38 122.70 1.09 Indeks yang Dibayar Petani 117.28 117.80 0.44 119.85 119.91 0.05

NTP 104.25 104.54 0.28 101.28 102.33 1.04

3.

Perbandingan NTP di Jabalnusra

Pada bulan September 2015, dari sembilan provinsi di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabalnusra), hampir semua mengalami kenaikan NTP, kecuali DKI Jakarta yang turun sebesar 0,07

(5)

persen. Kenaikan tertinggi tercatat di Jawa Barat sebesar 1,78 persen, disusul oleh Jawa Tengah dan Yogyakarta masing-masing sebesar 1,67 persen dan 1,37 persen. NTP di Jabalnusra lebih lengkap disajikan pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3

Nilai Tukar Petani Antar Provinsi di Jabalnusra Agustus - September 2015 (2012=100)

Provinsi Bulan Persentase

Agustus 2015 September 2015 Perubahan

(1) (2) (3) (4) DKI Jakarta 97.56 97.49 -0.07 Jawa Barat 104.11 105.95 1.78 Jawa Tengah 99.83 101.50 1.67 Yogyakarta 101.53 102.92 1.37 Jawa Timur 105.14 106.42 1.21 Banten 103.95 104.84 0.85 Bali 104.25 104.54 0.28 NTB 104.14 104.78 0.62 NTT 102.15 102.81 0.65

4.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dari komponen Ib, NTUP dapat lebih mencerminkan margin usaha pertanian, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

NTUP September 2015 masih mengalami kenaikan sebesar 0,51 persen yaitu dari 110,23 menjadi 110,79. Kenaikan NTUP terjadi pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 1,11 persen, Peternakan 0,68 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat 0,11 persen, serta Hortikultura 0,10 persen. Sementara NTUP Subsektor Perikanan mengalami penurunan sebesar 0,08 persen.

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, Agustus - September 2015 (2012 = 100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

Agustus 2015 September 2015

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 100.75 101.86 1.11

2. Hortikultura 107.25 107.35 0.10

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 108.47 108.59 0.11

4. Peternakan 120.73 121.55 0.68

5. Perikanan 113.48 113.39 -0.08

a Perikanan Tangkap 121.94 121.00 -0.77 b. Perikanan Budidaya 100.04 101.28 1.25

(6)

5.

Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumahtangga Petani yang merupakan komponen dalam Indeks Harga yang Dibayar Petani. IHK perdesaan terdiri dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi.

Perubahan IHK perdesaan mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara nasional terjadi deflasi perdesaan sebesar 0,02 persen. Berdasarkan pengamatan IHK perdesaan pada bulan September 2015, terjadi inflasi pada 19 provinsi sementara 14 provinsi mengalami deflasi. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Utara, yaitu sebesar 1,11 persen dan inflasi terendah terjadi di Papua Barat sebesar 0,06 persen. Sementara itu, deflasi terbesar tercatat di Sumatera Utara mencapai 0,84 persen, sedangkan deflasi terendah tercatat di Kalimantan Barat sebesar 0,01 persen.

Grafik 1

Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) Menurut Provinsi di Indonesia, September 2015

Pada September 2015, Provinsi Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,52 persen yang disebabkan oleh naiknya harga-harga di semua kelompok komoditas. Kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,85 persen, disusul oleh kelompok sandang 0,66 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,56 persen, kelompok kesehatan 0,55 persen, kelompok makanan jadi 0,29 persen, kelompok perumahan 0,28 persen, serta kelompok transportasi dan komunikasi 0,04 persen. Secara umum, komoditas pada kelompok bahan makanan penyumbang inflasi pada bulan September 2015, antara lain beras, bawang putih, kubis/kol, dan sawi hijau. Sedangkan penyumbang inflasi pada kelompok sandang, antara lain sepatu anak, baju kaos, dan pakaian dalam.

(7)

Berdasarkan hasil pemantauan harga gabah bulan September 2015, tercatat rata-rata harga

gabah pada kualitas kering panen (GKP) di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 3,49

persen dibandingkan bulan Agustus 2015, sedangkan di tingkat penggilingan naik sebesar

4,49 persen.

Rata-rata harga gabah kualitas GKP pada bulan September masih berada diatas HPP yaitu

sebesar Rp 4.515,38 per kg di tingkat petani dan Rp 4.622,89 per kg di tingkat penggilingan.

Transaksi Gabah Kering Panen (GKP) dengan harga tertinggi di tingkat petani tercatat di

Kabupaten Karangasem sebesar Rp 5.793,74 per Kg untuk varietas Cigeulis, sementara

transaksi terendah tercatat di Kabupaten Klungkung dengan harga Rp 3.800,00/Kg untuk

varietas Cigeulis.

Tabel 5

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Bali dan Nasional, September 2015

Kelompok Perubahan IHK Perdesaan (%)

Bali Nasional (1) (2) (3) Bahan Makanan 0.85 -0.40 Makanan Jadi 0.29 0.26 Perumahan 0.28 0.26 Sandang 0.66 0.25 Kesehatan 0.55 0.26

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 0.56 0.25 Transportasi dan Komunikasi 0.04 0.17

Gabungan 0.52 -0.02

B. HARGA GABAH BULAN SEPTEMBER 2015 NAIK

Berdasarkan hasil pencatatan harga gabah di 7 kabupaten, yaitu Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng selama bulan September 2015, harga gabah (GKP) di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 3,49 persen, dari Rp 4.363,01 per kg pada bulan sebelumnya menjadi Rp 4.515,38 per kg. Sementara itu, rata-rata harga GKP di tingkat penggilingan naik sebesar 4,49 persen dari Rp 4.424,41 per kg menjadi Rp 4.622,89 per kg. Transaksi Gabah Kering Panen (GKP) dengan harga tertinggi di tingkat petani tercatat di Kabupaten Karangasem sebesar Rp 5.793,74 per Kg untuk varietas Cigeulis, sementara transaksi terendah tercatat di Kabupaten Klungkung dengan harga Rp 3.800,00/Kg untuk varietas Cigeulis.

(8)

Grafik 2

Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali September 2014 September 2015

Tabel 6

Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali September 2014 – September 2015

No Bulan Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg) Perubahan (%) Penggilingan (Rp/Kg) Harga di Tingkat Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 September 2014 3,960.54 2.34 4,034.95 2.67 2 Oktober 2014 4,091.44 3.31 4,164.42 3.21 3 Nopember 2014 4,121.61 0.74 4,189.88 0.61 4 Desember 2014 4,182.87 1.49 4,258.66 1.64 5 Januari 2015 4,341.58 3.79 4,414.58 3.66 6 Februari 2015 4,419.29 1.79 4,486.79 1.64 7 Maret 2015 4,310.36 -2.46 4,456.36 -0.68 8 April 2015 3,785.53 -12.18 3,857.96 -13.43 9 Mei 2015 3,797.24 0.31 3,861.71 0.10 10 Juni 2015 4,161.03 9.58 4,217.76 9.22 11 Juli 2015 4,281.91 2.90 4,349.42 3.12 12 Agustus 2015 4,363.01 1.89 4,424.41 1.72 13 September 2015 4,515.38 3.49 4,622.89 4.49 *) HPP GKP (Mulai Maret 2015) Rp 3.700,00/kg di tingkat petani Rp 3.750,00/kg di tingkat penggilingan 3,000.00 3,200.00 3,400.00 3,600.00 3,800.00 4,000.00 4,200.00 4,400.00 4,600.00 4,800.00 Se p '14 O kt '14 N o v ' 14 Des '14 Jan ' 15 Fe b '15 Mar '15 A p r '15 Me i ' 15 Ju n '15 Ju l ' 15 A gs '15 Se p '15

(9)

Tabel 7

Perkembangan Inflasi Perdesaan Bulanan dan Kumulatif Provinsi Bali dan Nasional Tahun 2013 2015

Tahun Bali Nasional

Bulanan Kumulatif Bulanan Kumulatif

(1) (2) (3) (4) (5) 2013 Januari 1.66 1.66 1.21 1.21 Februari 0.68 2.35 0.66 1.88 Maret 0.91 3.28 0.76 2.65 April 0.10 3.38 -0.02 2.63 Mei -0.18 3.20 -0.03 2.60 Juni -0.03 3.17 0.58 3.20 Juli 3.18 6.45 3.36 6.66 Agustus 0.39 6.87 0.96 7.69 September -0.03 6.84 0.08 7.78 Oktober 1.05 7.96 0.31 8.11 Nopember 0.24 8.22 0.14 8.26 Desember 0.32 8.57 0.39 8.69 2014 Januari 0.88 0.88 1.16 1.16 Februari 0.32 1.20 0.45 1.62 Maret 0.42 1.63 0.19 1.81 April 0.05 1.68 -0.05 1.76 Mei 0.39 2.07 0.23 1.99 Juni 0.36 2.44 0.74 2.74 Juli 0.56 3.01 0.82 3.58 Agustus 0.49 3.51 0.37 3.96 September 0.49 4.02 0.45 4.43 Oktober 0.24 4.27 0.43 4.88 November 1.52 5.85 1.49 6.41 Desember 2.85 8.86 2.72 9.30 2015 Januari -0.90 -0.90 -0.03 -0.03 Februari -0.53 -1.42 -0.73 -0.76 Maret 0.88 -0.55 0.48 -0.29 April 0.25 -0.30 0.21 -0.08 Mei -0.20 -0.49 0.60 0.52 Juni 0.17 -0.32 0.82 1.35 Juli 0.64 0.31 0.89 2.24 Agustus 0.64 0.96 0.47 2.72 September 0.52 1.48 -0.02 2.70

(10)

Informasi lebih lanjut hubungi:

I Gede Nyoman Subadri, S.E.

Kepala Bidang Statistik Distribusi

BPS Provinsi Bali

Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162

E-mail: bps5100@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

(1) Seksi Pengolahan dan Penyajian Data Kependudukan dipimpin oleh Kepala Seksi berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengelolaan Informasi

URAIANKEGIATAN PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 4011 Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Ketergnggn ; 01 Meningkatnya penelitian dan pengembangan

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STANDAR MUTU STAIN SAR ... Latar Belakang ... Komponen Standar Mutu STAIN SAR ... Pelaksanaan Standar Mutu ... Strategi Pemenuhan Standar STAIN

Massa bangunan fasilitas pendukung merupakan bangunan dengan skala lebih intim dibandingkan dengan bangunan hunian untuk memberikan suasana kampung bagi pengguna dan

Media dapat berfungsi sebagai alat bantu, sebagai elemen dari proses pengajaran, maupun sebagai figur yang bertindak sebagai wakil guru dalam proses belajar mengajar. Akan

4) Perubahan paradigma dan prinsip dasar untuk yang melayani: a) Mendengar suara Tuhan langsung mengenai masalah dll. b) Menolong orang lain untuk mendengar suara Tuhan

Korban Pers yang terbunuh atau terluka dalam konflik bersenjata semakin tahunnya meningkat. Hukum humaniter internasional mengatur dalam dalam Art. Tambahan I untuk kedua

[r]